Mata Kuliah
Dosen /Pemandu:
Prof. Dr.H.M. Syarifudin Ondeng, M.Ag
Dr.H.Muzakkir, M.Pd.I
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDINMAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
Umum”
mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kedudukan Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi Umum……… 4
B. Tujuan Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi Umum ………….. 7
C. Problematika dan Solusi Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi
Umum …………………………………………………………… 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………. 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diarahkan untuk menjawab beberapa hal yang berkaitan dengan masalah kebangsaan
dan keumatan. Dalam hal ini ketika kita kaitkan dengan pendidikan Islam saat ini
bagaimana pendidikan Islam itu mampu menjawab problem keIslaman yang akhir-
akhir ini sering dihadapkan pada kasus kekerasan atas nama agama, toleransi antar
umat beragama serta terciptanya situasi yang kondusif dalam menjalankan ajaran
agama.
peserta didik untuk menjadi insan kamil. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-
Nasional dan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Dosen, pasal 3, yang menyatakan
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang dikutip dari pendapat Lickona diperlukan pengembangan tiga dimensi secara
1
terpadu yang berkelanjutan, yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action
(Tobroni, 2018).
Pendidikan Agama Islam (PAI) saat ini menjadi mata kuliah institusional di
perguruan tinggi baik perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta
(PTS). Pembelajaran mata kuliah ini diterapkan diseluruh jurusan yang ada dengan
daripada pendidikan agama Islam yang ada, yang sudah diajarkan sejak jenjang TK,
sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas (Mun’im,
1996, Budianto, Yang, & Esa, 2016). Pendidikan agama yang diajarkan di jenjang
menekankan pada amaliyah, sedangkan pada tingkat SMA atau Aliyah menekankan
menarik perhatian. Jika problem ini lamban diatasi, maka bisa dipastikan pendidikan
Islam lambat laun akan mengalami stagnasi dan kehilangan daya tariknya. Atas dasar
pemikiran inilah maka penulis mencoba berikhtiar untuk memahami dan memberikan
2
pencerahan terkait problematika pendidikan Islam di perguruan Tinggi Umum dan
solusi alternatifnya.
B. Rumusan Masalah
Umum
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan agama adalah kata yang terdiri dari kata "pendidikan" dan "agama".
Dalam rujukan kata bahasa Indonesia secara keseluruhan, instruksi berasal dari kata
pelajar, diberi awalan "pe" dan tambahan "an", dan itu berarti "metode yang terlibat
melalui upaya mendidik dan mempersiapkan. " Sedangkan arti dari mendidik itu
sendiri adalah untuk mengikuti dan memberikan persiapan (mendidik) dalam hal
pengkoordinasian dan pembinaan generasi muda agar kelak setelah pindah sekolah
pendidikan agama di sini adalah sebagai suatu program studi yang menanamkan nilai-
nilai agama melaui proses pembelajaran, dikemas dalam bentuk matapelajaran atau
matakuliah, yang diberi nama Pendidikan Agama Sebagai mata pelajaran wajib di
sekolah, pendidikan agama memiliki kurikulum yang dirancang sesuai dengan sistem
4
pendidikan tinggi, matakuliah pendidikan agama Islam merupakan mata kuliah wajib
diikuti oleh semua mahasiswa yang beragama Islam di seluruh perguruan tinggi
umum, disetiap jurusan, program dan jenjang pendidikan, baik di perguruan tinggi
kelanjutan dari pengajaran yang diterima oleh peserta didik mulai dari Tingkat Dasar,
Sekolah Menegah Pertama dan Atas. Namun berbagai persoalan muncul dalam proses
pembelajaran PAI. Materi yang diajarkan boleh dikatakan sama secara nasional.
ditambah lagi dengan alokasi waktu yang kurang memadai, menjadikan peserta didik
muncul di kalangan mahasiswa adalah mata kuliah “wajib lulus” ini seakan berubah
menjadi “wajib diluluskan” karena kalau tidak lulus akan menjadi hambatan bagi
Tentu ini menjadi masalah yang cukup serius. Sepanjang yang saya ketahui,
sudah sering dilakukan upaya peningkatan mutu PAI di PTU, baik bagi staf
selalu terkendala dilapangan oleh berbagai faktor, misalnya staf pengajar yang belum
5
disiplin ilmu masing-masing dalam bidang keagamaan. Materi kurikulum yang
ditetapkan secara nasional sering kali membuat staf pengajar tidak mampu melakukan
improfisasi sehingga tidak jarang kelas menjadi monoton. Dilihat dari jumlah tatap
muka sudah jelas tidak memadai hanya dengan 2 sks. Berbagai upaya dilakukan
untukmenambah jam pelajaran PAI, namun jawaban yang sering didengar adalah
“sudah begitu banyak beban mata kuliah mahasiswa yang harus diselesaikan,
terutama
pengetahuan, perlu berbagai upaya untuk untuk mengoptimalkan buku IDI (Islam dan
Disiplin Ilmu), perlu pengembangan PAI melalui pendekatan ilmu yang ditekuni oleh
sebagai guidance dan dasar para peserta didik agar berpengetahuan keagamaan dan
yang disebut dengan ayat-ayat kauniyah. Ayat-ayat kauniyah itu dalam aktualisasinya
Dalam ayat-ayat kauniyah itu terdapat ketentuan Allah yang berlaku sepenuhnya bagi
alam semesta dan melahirkan ketertiban hubungan antara benda-benda yang ada di
alam raya.
6
B. Tujuan Pendidikan Agama Islam Di Peguruan Tinggi Umum
menjadi manusia terpelajar yang bertakwa dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak
mulia, berfikir jernih, bertindak waras, serta berwawasan luas, ambil bagian. antara
pengetahuan dan inovasi hanya sebagai ekspresi seni untuk kepentingan umum
Menurut Syahidin menjelaskan sasaran utama mata kuliah PAI di PTU adalah
sebagai berikut:
akhlakul karimah;
7
Dengan demikian, materi yang diperkenalkan harus dapat diterapkan untuk
Lanjutan sangat penting, yang berencana untuk membina karakter siswa pada
umumnya dengan harapan kelak mereka menjadi peneliti yang menerima dan
bertakwa kepada Allah SWT, serta dapat berkomitmen. wawasan mereka untuk
Peran penting agama atau nilai-nilai agama dalam bahasan ini berfokus pada
lingkungan lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi. Salah satu mata kuliah
Pendidikan Agama pada perguruan tinggi termasuk ke dalam kelompok MKU (Mata
Mata kuliah ini merupakan pendamping bagi mahasiswa agar bertumbuh dan kokoh
8
cendekiawan yang tinggi moralnya dalam mewujudkan keberadaannya di tengah
masyarakat.
harapan bahwa mahasiswa kelak akan menjadi ilmuwan yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt., mampu mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan umat manusia.
(PAI) di Perguruan Tinggi Umum (PTU) yang mendidik dan dialogis serta efektif,
sebagai panduan bagi pendidik dalam mengembangkan substansi kajian yang lebih
diantara mata kuliah yang termasuk MPK adalah matakuliah PAI. Pada prinsipnya
9
C. Prolematika dan Solusi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Umum
Selama ini masih ditemui di beberapa kampus PTU kurang berfungsinya mata
kuliah PAI sebagai pembentuk kepribadian mahasiswa. Artinya mata kuliah PAI
hanya berfungsi sebagai mata kuliah ilmu pengetahuan semata, yang sekedar cukup
mata kuliah PAI diambil alih dan dikelola oleh lembaga keagamaan Islam di kampus
kajian di Masjid kampus maupun luar kampus, dan kegiatan keagamaan yang
dikelola secara dinamis oleh organisasi tertentu. Dalam bentuk serta wadah lain yang
mengemas PAI menyatu dengan kehidupan sehari-hari yang semakin canggih dan
modern. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan kurang seriusnya pihak berwenang
dalam pengelolaan dan peningkatan kualitas sistem pembelajaran PAI. Baik dari segi
waktu pembelajaran.
Dengan demikian wajar jika ada pandangan bahwa mata kuliah PAI dianggap
sebagai mata kuliah kelas dua atau hanya sebagai pelengkap serta hiasan dalam
kurikulum di PTU semata. Pandangan sinis tersebut hadir bisa jadi karena mata
kuliah tersebut tidak berfungsi dan bermanfaat nyata yang terwujud bagi kampus atau
10
masyarakat modern sekarang ini. Sebagaimana menurut Mastuhu pada kenyataannya
“PAI masih menempati posisi pinggiran, teralienasi. Selain itu, mata kuliah PAI
bukanlah mata kuliah keahlian, tetapi ia hanya merupakan mata kuliah umum yang
nilai-nilai luhur agama. Artinya belum ada kemampuan dalam pengembangan teori
atau konsep keilmuan yang benar-benar murni bersumber pada ajaran–ajaran atau
nilai Islam.
pendidikan umum yang mana masih terdapat titik lemah terletak pada komponen
diubahnya pengetahuan agama yang kognitif menjadi ‘makna’ dan “nilai”, kurang
bekerja sama dan berjalan bersama dengan program-program pendidikan non agama,
dan kurang adanya relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat
atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya. Dengan demikian dapat disimpulkan
pembelajaran PAI dipandang masih kering dengan makna, tidak membumi dengan
sesungguhnya ruang lingkup pembelajaran PAI itu sangat luas, tidak boleh diambil
secara parsial, dan harus dijabarkan secara umum terlebih dahulu. Sehingga timbul
11
1) Mahasiswa Islam yang lebih terfokus pada pendalaman ilmu pengetahuan
tersedia pada mata kuliah PAI. Selain itu jika orientasi mahasiswa untuk
berkuliah dan hasil yang ingin dicapainya adalah hanya untuk kesuksesan
umum, masih jarang ditemui mahasiswa Islam di PTU yang punya bekal
ilmu agama secara mendalam dan memadai misalnya yang berasal dari
pondok pesantren. Jikapun ada pasti sangat sedikit dan itupun tidak
baik organisasi ekstra semisal GMNI, PMII, IMM, HMI, KAMMI, dan
12
3) Persepsi dalam beragama oleh mahasiswa Islam di PTU maka bisa
mengikuti mata kuliah PAI. Asumsinya jika ada kegiatan organisasi atau
kuliah PAI maka yang terjadi adalah bolos kuliah, tidak mengerjakan
tugas, dan datang terlambat. Tentu hal tersebut akan mengganggu bagi
mahasiswa lain yang ingin serius mendalami agama Islam dalam mata
kuliah PAI.
pembaharuan terhadap ajaran Islam karena Islam telah sempurna dengan sendirinya.
Justru yang harus diperbarui adalah sikap dan pandangan manusia terhadap agama,
yaitu kemalasan dan kekurangan yang dimiliki manusia. Serta bukan dinamika al-
umat Islam dalam memahami al-Quranlah yang harus dimulai dan tidak boleh pernah
13
Dan Setiap Insan yang beriman seharusnya telah memahami betapa pentingnya
Ayat ini merupakan penegasan sifat-sifat orang yang lalai Mereka hanya
memandang persoalan hidup ini secara pragmatis, yakni menurut kegunaan dan
manfaat yang lahir (duniawi) saja. Mereka mengetahui tentang hidup ini hanya pada
yang tampak saja, seperti bercocok tanam, berdagang, bekerja, dan yang ber-
hubungan dengan urusan dunia. Mereka tidak mengetahui bahawa ilmu agama jauh
lebih penting. Ilmu mereka itu pun tidak sampai kepada inti persoalan, sehingga
intern umat Islam. Tidak menikmati kesibukan diri pada perdebatan tentang persoalan
lateral (teks) seperti masalah Qunut pada sholat subuh, dua azan pada Sholat Jum’at,
dan sebagainya sehinggat umat Islam lalai pada masalah yang sangat penting dan
14
besar. Lebih jauh diharapkan mahasiswa Islam tidak disibukkan pada permasalahan
kewajiban mahasiswa Islam adalah untuk sibuk pada pengembangan IPTEK dengan
Perbedaan bisa menjadi ajang untuk bersaing dalam kebaikan, bukan bersaing
untuk saling klaim mana yang benar dan mana yang salah. Ataupun persaingan untuk
atau kelompok mahasiswa Islam saling berkompetisi meraih prestasi dalam bidang
pengembangan ilmu pengetahuan. Perbedaan tersebut juga bisa menjadi ajang untuk
memberikan warna bagi kampus sehingga gesekan dan dinamisasi bisa berjalan.
Dengan demikian dibutuhkan peran sistem pembelajaran PAI yang integral dan
bahwa sistem pembelajaran Pendidikan Agama (bukan hanya agama Islam) punya
pengaruh terkecil terhadap toleransi beragama pada mahasiswa. Hal tersebut jika
luas maka memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung yang lebih besar
15
Dan juga tentunya toleransi kepada sesama umat Islam sendiri yang punya
diharapkan tidak ada mahasiswa Islam yang berpola fikir ekslusif menganggap
dirinya paling benar dan unggul. Serta tidak ada mahasiswa Islam yang melakukan
syiar Islam tanpa memasukkan semangat dan cinta pada pembangunan peradaban.
Tidak ada lagi mahasiswa Islam yang radikal secara buta tanpa pendalaman teks
dengan konteks masyarakat secara bersamaan. Maupun yang fanatik pada sesuatu,
16
BAB III
PENUTUP
Ajaran Islam saat ini, dihadapkan pada perubahan mendasar, terutama
mempersiapkan siswa yang nantinya akan bergabung dengan individu yang berasal
dari berbagai yayasan sosial dan budaya yang berbeda. Ini adalah kesempatan yang
baik bagi siswa ini untuk diberikan pengaturan yang mendalam dan harus merasa
Selain itu, instruktur ini harus memiliki pilihan untuk membantu siswa memahami
pendidikan Islam.
memiliki pilihan untuk memberikan pelatihan umum kepada para peneliti dalam
Islam yang tidak disetujui secara moderat untuk mewajibkan berbagai jenis
pendidikan islam. Untuk memahami itu, semua komponen kerangka sekolah Islam,
Berbagai upaya pembinaan materi PAI di perguruan tinggi negeri saat ini
menyelesaikan pendidikan Islam dengan tujuan agar salah tafsir oleh oknum-oknum
17
DAFTAR PUSTAKA
Aat Syafaat dkk. 2008. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan
Remaja, Jakarta: Rajawali Pers
Ahmad D.Marimba. 1989. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma'arif
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi ,Jakarta: Rajawali, 2012
Rahmat Djatmika. 1996. Sistem Etika Islam. Jakarta: Perpustakaan Panjimas
Shahidin. 2003. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Negeri, Jakarta:
Dikti . Proyek
Shahidin. 2003. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Negeri, Jakarta: Dikti .
Proyek
18
19