Anda di halaman 1dari 12

GURU DALAM PENDIDIKAN ISLAM

DEFINISI, TUGAS, SIFAT, KUALIFIKASI, DAN KOMPETENSI GURU

Dosen pengampu:
Dr. Muljono Damopolii, M.Ag.
Disusun oleh:
1. A. Nurkhalisa Anshari (20100121069)
2. A. Muh Azzam (20100121071)
3. Nurfauziyah (20100121082)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan keimanan, keislaman, kesehatan, dan
kesempatan sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Dengan judul “Defenisi,
Tugas, Sifat, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru dalam Pendidikan Islam” yang disusun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. selaku dosen
dari mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang telah memberi tugas ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami mengenai program studi yang kami tekuni. Meskipun telah
disusun secara maksimal, tetapi kami sebagai manusia biasa menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Sebab, kesempurnaan itu datang-Nya dari Allah, tetapi kami tetap
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman pembaca sekalian.
Mudah–mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan berupa manfaat berupa
ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kami sebagai penulis maupun bagi  pembaca.

Gowa, 23 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2
I.PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................4
II. PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
A. Defenisi Guru dalam Pendidikan Islam................................................................................5
B. Tugas Guru dalam Pendidikan Islam....................................................................................6
C. Sifat Guru dalam Pandangan Islam......................................................................................8
D. Kualifikasi dan Kompetensi Guru dalam Pendidikan Islam...................................................9
III.PENUTUP................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11
DARTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………………………………………………12

3
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran sebagai faktor penentu
keberhasilan tujuan organisasi selain tenaga kependidikan lainnya, karena guru yang langsung
bersentuhan dengan peserta didik untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan
menghasilkan tamamatan yang diharapkan.
Dalam pandangan Islam pendidikan merupakan hal yang sangat utama untuk membentuk
manusia berakhlakul karimah. Pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan
manusia, spiritual dan intelektual, individu dan kelompok, dan mendorong seluruh aspek tersebut
ke arah pencapaian kesempurnaan hidup.
Oleh karena itu sangat penting mendidik kepribadian peserta didik dengan memberikan contoh
keteladanan yang berawal dari diri sendiri. Sesuai dengan keteladanan yang di contohkan oleh
Rasulullah SAW, sebagai guru pertama bagi umat Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis selanjutnya memaparkan rumusan masalah dari
makalah ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana defenisi guru dalam pendidikan Islam?
2. Bagaimana tugas guru dalam pendidikan Islam?
3. Bagaimana sifat guru dalam pendidikan Islam?
4. Bagaimana Kualifikasi dan Kompetensi Guru dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka berikut ini akan diredaksionalkan
tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui defenisi guru dalam pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui tugas guru dalam pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui sifat guru dalam pendidikan Islam
4. Untuk mengetahui Kualifikasi dan Kompetensi Guru dalam pendidikan Islam

4
II. PEMBAHASAN

A. Defenisi Guru dalam Pendidikan Islam


Pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
anak didik.
Pendidik adalah orang yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim pendidik adalah orang
dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam
perkembangan peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu
mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu
melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri. 1
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, megajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Pengertian guru pendidikan
agama Islam atau kerap disingkat menjadi guru agama Islam adalah orang yang memberikan
materi pengetahuan agama Islam dan juga mendidik murid-muridnya, agar mereka kelak menjadi
manusia yang taqwa kepada Allah swt. Di samping itu, guru agama Islam juga berfungsi sebagai
pembimbing agar para murid sejak mulai sekarang dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam
dan dapat mempraktikkan syariat Islam2.
Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik,
tanggung jawab itu ada, disebabkan oleh dua hal yaitu yang Pertama, Karena kodrat, yaitu
karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula untuk
bertanggung jawab mendidik anaknya. Kedua, karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang
tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya.
Tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif, maupun potensi
afektif. Potensi itu harus dikembangkan secara seimbang sampai ke tingkat setinggi mungkin,
menurut ajaran Islam. Karena orang tua adalah pendidik pertama dan utama, maka inilah tugas
orang tua tersebut.
Pada awalnya tugas itu adalah murni tugas kedua orang tua; jadi, tidak perlu orang tua
mengirimkan anaknya ke sekolah. Akan tetapi, karena perkembangan pengetahuan,
keterampilan, sikap, serta kebutuhan hidup sudah sedemikian luas, dalam, dan rumit, maka orang
tua tidak mampu lagi melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya. Selain tidak mampu
kare na luasnya perkembangan pengetahuan dan keterampilan, mendidik anak di rumah sekarang
ini amat tidak ekonomis. Cobalah bayangkan, seandainya orang tua mendidik anaknya sejak
tingkat dasar sampai perguruan tinggi, di rumah, oleh dirinya sendiri, sekalipun katakanlah orang
tua mampu menyelenggarakan itu, apa yang akan terjadi? Mahal, tidak efisien, dan mungkin juga
tidak akan efektif.

1
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010),h. 159
2
M. Shodiq, Kamus Istilah Agama, (Jakarta: CV Sientarama, 1988), h.369

5
Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga terhadap perkembangan anak memang amat besar,
mendasar, mendalam. Akan tetapi, pada zaman modern ini pengaruh itu boleh dikatakan terbatas
pada perkembangan aspek afektif, yaitu perkembangan sikap. Pengaruh pendidikan di sekolah
juga besar dan luas serta mendalam, tetapi hampir-hampir hanya pada segi per kembangan aspek
kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (keterampilan). l'engaruh yang diperoleh anak didik di
sekolah hampir seluruhnya berasal dari guru yang mengajar di kelas. Jadi, guru yang dimaksud
di sini ialah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid; biasanya guru adalah pendidik
yang memegang mata pelajaran di sekolah.3
B. Tugas Guru dalam Pendidikan Islam
Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,
mensucikan serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah
SWT. Hal tersebut karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan
diri kepadaNya. Jika pendidik belum mampu membiasakan diri dalam peribadatan pada peserta
didiknya, maka ia mengalami kegagalan dan tugasnya, sekalipun peserta didiknya memiliki
prestasi akademis yang luar biasa. Hal itu mengandung arti akan keterkaitan antara ilmu dan
amal saleh. Kadang kala sesorang terjebak sebutan pendidik, misalnya ada sebagian orang yang
mampu memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada orang
lain sudah dikatakan sebagai pendidik bukanlah tugas itu saja, tetapi pendidik juga betanggung
jawab atas pengelolahan (manager of learning), fasilitator, dan perencana4.
Mengenai tugas guru, ahli-ahli pendidikan Islam-juga ahli pendidikan Barat - telah sepakat
bahwa tugas guru ialah mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu sebagian
dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk memberikan dorongan, memuji,
menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain-lain.
Dalam pendidikan di sekolah, tugas guru sebagian besar adalah mendidik dengan cara mengajar.
Tugas pendidik di dalam rumah tangga sebagian be sar, bahkan mungkin seluruhnya, berupa
membiasakan, memberikan contoh Dalam pendidikan di sekolah, tugas guru sebagian besar
adalah mendidik dengan cara mengajar. Tugas pendidik didalam rumah tangga sebagian besar,
bahkan mungkin seluruhnya, berupa membiasakan, memberikan contoh dalam pendidikan di
sekolah, tugas guru sebagian besar adalah mendidik dengan cara mengajar. Tugas pendidik di
dalam rumah tangga sebagian besar, bahkan mungkin seluruhnya, berupa membiasakan,
memberikan contoh yang baik, memberikan pujian, dorongan, dan lain-lain yang diperkirakan
menghasilkan pengaruh positif bagi pendewasaan anak. Jadi, secara umum, mengajar hanyalah
sebagian dari tugas mendidik. Dalam literatur Barat diuraikan tugas-tugas guru selain mengajar.
Tugas tugas selain mengajar ialah berbagai macam tugas yang sesungguhnya bersangkutan
dengan mengajar, yaitu tugas membuat persiapan mengajar, tugas mengevaluasi hasil belajar,
dan lain-lian yang selalu bersangkutan dengan pencapaian tujuan pengajaran. Ag. Soejono
(1982:62) merinci tugas pendidik (termasuk guru) sebagai berikut:

3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam , (Bandung: Remaja
Rosydakarya, 2011), h. 75
4
9Ibid, h.91.

6
1. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara seperti
observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket, dan sebagainya.
2. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan
perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
3. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan
berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat.
4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik
berjalan dengan baik.
5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam
mengembangkan potensinya.5
Jadi peran guru bukanlah bertindak yang hanya mengajar tetapi haruslah sanggup bertindak
sebagai korektor, inspirator, informator, motivator, fasilitator, pembimbing, organisator, direktor,
mediator dan evaluator. Hal ini diperlukan sebagai bekal untuk pengabdian dirinya dalam meraih
cita-cita mulia yaitu tujuan pendidikan universal.
Secara singkat dapat juga disimpulkan bahwa tugas guru dalam Islam ialah mendidik muridnya,
dengan cara mengajar dan dengan cara-cara lainnya, menuju tercapainya perkembangan
maksimal sesuai dengan nilai-nilai Islam.

C. Sifat Guru dalam Pandangan Islam


Al-Abrasyi (1974:131) menyebutkan bahwa guru dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat
sebagai berikut ini:
1. Zuhud: tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karena mencari keridaan Allah
2. Bersih tubuhnya: jadi, penampilan lahiriahnya menyenangkan
3. Bersih jiwanya: tidak mempunyai dosa besar 4. Tidak ria: ria akan menghilangkan keikhlasan
5. Tidak memendam rasa dengki dan iri hati
6. Tidak menyenangi permusuhan
6
7. Ikhlas dalam melaksanakan tugas
8. Sesuai perbuatan dengan perkataan
5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam , (Bandung: Remaja
Rosydakarya, 2011), h.79
6
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam , (Bandung: Remaja
Rosydakarya, 2011), h.83

7
9. Tidak malu mengakui ketidaktahuan
10. Bijaksana
11. Tegas dalam perkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar
12. Rendah hati (tidak sombong)
13. Lemah lembut
14. Pemaaf
15. Sabar, tidak marah karena hal-hal kecil
16. Berkepribadian
17. Tidak merasa rendah diri
18. Bersifat kebapakan (mampu mencintai murid seperti mencintai anak sendiri) 19. Mengetahui
karakter murid, mencakup pembawaan, kebiasaan, perasaan,dan pemikiran

Para ahli pendidikan Islam selalu mencampurkan tugas, syarat, dan sifat guru. Hal ini dapat
dipahami karena ketiga-tiganya memang berhubungan erat. Sifat-sifat guru yang dikemukakan
oleh para ahli tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut:
1. Kasih sayang kepada anak didik
2. Lemah lembut
3. Rendah hati
4. Menghormati ilmu yang bukan pegangannya
5. Adil
6. Menyenangi ijtihad
7. Konsekuen, perkataan sesuai dengan perbuatan
8. Sederhana7

D. Kualifikasi dan Kompetensi Guru dalam Pendidikan Islam

7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam , (Bandung: Remaja
Rosydakarya, 2011), h.84

8
Kompetensi adalah merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki guru agar tugasnya
sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik. Beranjak dari inilah kompetensi merupakan suatu
hal yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran.8
Kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan atau kecakapan. Dalam
kamus Bahasa Indonesia yang dimaksud kompetensi adalah “(kewenangan) kekuasaan untuk
menentukan atau memutuskan suatu hal”.9
Kompetensi guru adalah kemampuan atau kualitas guru dalam mengajar, sehingga terwujud
dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan professional dalam menjalankan fungsinya sebagai
guru.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat para ulama tentang kompetensi profesional
yang harus dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam, yaitu:
1. Menurut Al-Gazali: mencakup a) menyajikan pelajaran dengan taraf kemampuan peserta
didik, b) terhadap peserta didik yang kurang mampu, sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang global dan
tidak detail.
2. Menurut Abdurahman al-Nahlawy: meliputi: a) senantiasa membekali diri dengan ilmu dan
mengkaji serta mengembangkannya, b) mampu menggunakan variasi metode mengajar dengan
baik, sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan situasi belajar mengajar, c) mampu
mengelola peserta didik dengan baik, d) memahami kondisi psikis dari peserta didik, e) peka dan
tanggap terhadap kondisi dan perkembangan baru.
3. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrosyi: mencakup, a) pemahaman tabiat, minat, kebiasaan,
perasaan dan kemamuan peserta didik, b) penguasaan bidang yang diajarkan dan bersedia
mengembangkannya.
4. Menurut Ibnu Taimiyah: mencakup a) bekerja keras dalam menyebarkan ilmu, b) berusaha
mendalami dan mengembangkan ilmunya.
5. Menurut Brikan Barky Al Qurasyi: meliputi a) penguasaan dan pendalaman atas bidang
ilmunya, b) mempunyai kemampuan mengajar, c) pemahaman terhadap tabiat, kemampuan dan
kesiapan peserta didik.10

Seiring dengan tuntutan mutu pendidikan, maka pemerintah membuat peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
diatur beberapa hal:

8
Republik Indonesia, Undang-undang, Tentang Guru dan Dosen, Nomor 14 Tahun 2005,
Pasal 1 (Cet. II; Yogyakarta: Graha Guru, 2012), h.3.
9
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. III; Jakarta: Erlangga, 1982),
h. 32
10
Ibid., hlm. 9

9
a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. (Pasal 28 ayat 1)
b. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal
yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 28 ayat 2)
c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi:
1) Kompetensi paedagogik;
2) Kompetensi kepribadian;
3) Kompetensi profesional; dan
4) Kompetensi sosial ( Pasal 28 ayat 3)
d. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikasi keahlian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi
pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. ( Pasal 28 ayat 4)
e. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
(Pasal 28 ayat 5). 11

III.PENUTUP
A. Kesimpulan

11
Standar Nasional Pendidikan. Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm 17-18.

10
pendidik ialah tenaga profesional yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk
menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat, minat, kecerdasan, akhlak, moral,
pengalaman, wawasan dan keterampilan peserta didik. Seorang pendidik adalah orang
yang berilmu pengetahuan dan berwawasan luas, memiliki keterampilan dan pengalaman,
berkepribadian yang mulia, memahami yang tersurat dan tersirat, menjadi model dan
contoh bagi muridnya, memiliki keahlian yang dapat diandalkan dan juga menjadi
penasihat.
tugas guru dalam Islam ialah mendidik muridnya, dengan cara mengajar dan dengan
cara-cara lainnya, menuju tercapainya perkembangan maksimal sesuai dengan nilai-nilai
Islam.
sifat-sifat yang lazimnya dimiliki oleh pendidik muslim sehingga ia dapat
menjalankan fungsinya dengan baik, sebagaimana yang telah Allah perintahkan:
1) Zuhud: tidak mementingkan materi, ia mengajar dengan tujuan mendapat keridhoan
Allah SWT semata
2) Pandai menarik simpati siswa sehingga ia menjadi figur, panutan dan suri tauladan
bagi peserta didik.
3) Pandai memahami karakter murid, mencakup pembawaan, pembiasaan, perasaan dan
pemikiran.
4) Sabar, penyayang, lemah lembut, rendah hati dan pemaaf. 5) Adil dan tegas dalam
berbuatdanbertutur kata. 6) Bijaksana dalam mengambil keputusan.
Dengan melihat tugas guru maka guru tidak hanya dituntut berilmu yang memadai
tetapi juga berkepribadian yang dapat dijadikan panutan bagi peserta didik dan
lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010),h.
159
M. Shodiq, Kamus Istilah Agama, (Jakarta: CV Sientarama, 1988), h.369
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam , (Bandung: Remaja
Rosydakarya, 2011), h. 75
9Ibid, h.91.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam , (Bandung: Remaja
Rosydakarya, 2011), h.79
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam , (Bandung: Remaja

11
Rosydakarya, 2011), h.83
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam , (Bandung: Remaja
Rosydakarya, 2011), h.84
Republik Indonesia, Undang-undang, Tentang Guru dan Dosen, Nomor 14 Tahun
2005,
Pasal 1 (Cet. II; Yogyakarta: Graha Guru, 2012), h.3.
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. III; Jakarta:
Erlangga, 1982),
h. 32
Ibid., hlm. 9
Standar Nasional Pendidikan. Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm 17-18

12

Anda mungkin juga menyukai