Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU FIQIH

Pelaksanaan salat dalam berbagai situasi (Perjalanan, sakit, tugas penting, macet,dll)

Dosen Pembimbing:

MUHAMMAD IQBAL,S.H.I,M.H.I.

DisusunOleh:

KELOMPOK 10

1. Irwanto: 20100121079

2. Fitra Ameliya: 20100121080

3. Dini Andika:20100121081

4.Rahmat:20100121088

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya,penulis dapat menyelesaikantugas makalah dengan judul“Pelaksanaan salat
dalam berbagai situasi (Perjalanan, sakit, tugas penting, macet,dll)”sebagai salah satu tugas
mata perkuliahan ilmu fikih.

Shalawat serta salam tercurahkan kepada baginda Muhammad SAW.Karena beliaulah tokoh
revolusi dunia yang membebaskan umat manusia dari zaman jahiliyah menuju alam yang
terang benderang.

Adapun tujuan dari penulis dari makalah inia adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen pada
Mata Kuliah Ilmu Fiqih atas nama Muhammad Iqbal,S.H.I.,M.H.I.Selain itu,makalah ini juga
bertujuan untukmenambah wawasan tentang Sejarah Perkembangan Fiqih dan Ushul Fiqih
bagi para pembaca dan juga penulis.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami sampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya,tanpa mengingkari adanya kekurangan dan kelemahan, penulis berharap semoga


tulisan ini bermanfaat dan merupakan sumbangan keilmuan,khususnya dalam bidang
kewirausahaan.Dan hanya kepada Allah AzzaWajallah semata penulis serahkan.

Samata,26, November,2021

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL………………………………………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang..............................................................................................

B.Rumusan Masalah........................................................................................

C.Tujuan penulisan..........................................................................................

D.Manfaat penulisan…....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

Pelaksanaan salat dalam berbagai situasi….................................................

Shalat dalam perjalanan…..........................................................................

Shalat dalam keadaan sakit….....................................................................

Shalat dlm keadaan darurat….....................................................................

Jama’…........................................................................................................

Rukhsoh shalat bagi musafir…....................................................................

Shalat Qashar…..........................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan…............................................................................................

Saran…......................................................................................................

BAB IV DAFTAR PUSTAKA…....................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Shalat merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat muslim dan shalat merupakan sarana
komunikasi antara seorang hamba dengan Tuhan-Nya sebagai suatu bentuk ibadah yang di
dalamnya terdapat sebuah amalan yang tersusun dari beberapa ucapan dan perbuatan yang
diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, dan dilakukan sesuai dengan
syarat maupun rukun shalat yang telah ditentukan (Imam Bashari Assayuthi, 30). Shalat
terdiri dari shalat fardhu (wajib)dan shalat sunnah. Shalat fardhu (wajib) sendiri terdiri atas 5
waktu antara lain subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya’. Shalat dapat membentuk
kecerdasan spiritual bagi siapa saja yang melakukannya (Agustian, 2001). Selain itu
mempelajari shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, karena shalat adalah bentuk
pengabdian manusia kepada Allah SWT yang wajib dilaksanakan agar didalam setiap
kegiatannya selalu diberikan keberkahan, kebaikan, kemudahan, dan jalan keluar dari
kesulitan yang menimpa. Adapun manfaat dari melaksanakan shalat menurut Imam Ja’far Al-
Shadiq antara lain yaitu mengajarkan bagaimana agar kita selalu mengawali suatu perbuatan
dengan niat yang baik, dan ini bisa tercermin dari sebelum memulai shalat kita harus selalu
mengawalinya dengan niat. Selain itu manfaat shalat yang lainnya yaitu dapat memperkuat
iman, membangun akhlak yang baik dan moralitas yang tinggi, mengajarkan tentang
kesabaran, serta dapat mencegah dari segala perbuatan yang keji dan mungkar (QS. Al-
Ankabut/29:45).

B. Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang kami angkat pada makalah ini adalah:

1.Shalat dalam perjalanan

2.Shalat dalam keadaan sakit

3.Shalat dlm keadaan darurat

4.Jama'

5.Rukhsoh Bagi Musafir


6. Shalat Qashar

C.Tujuan Penulisan

1.Untuk mengetahui shalat dalam keadaaan perjalanan

2.Untuk mengetahui shalat dalam keadaaan sakit

3.Untuk mengetahui Shalat dalam keadaan darurat

4.Untuk mengetahui Jama'

5.Untuk mengetahui Rukhsoh bagi musafir

6.Untuk mengetahui Shalat Qashar

D.Manfaat Penulisan

Di gunakan sebagai data penunjang mengenai tujuan dan manfaat serta dapat menjadi kajian
umum yang akan diulas berkaitan dengan penulis lai berhubungan denganTujuan
danManfaat Ilmu fikih.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Shalat dalam perjalanan

Orang yang sedang berada dalam kendaraan mengalami situasi yang berbeda. Ada yang
didalam kendaraan itu bisa tenang seperti dalam kapal laut yang besar, adakalanya seseorang
kendaraan ini tentunya di sesuaikan dengan jenis kendaraan yang ditumpanginya.Rasulullah
SAW pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bagaimana cara sholat di atas perahu. Beliau
bersabda : “Sholatlah di dalam perahu itu dengan berdiri kecuali kalau kamutakut tenggelam.”
(HR. Ad-Daruquthni).

Bila selama perjalanan (dengan kendaraan) itu masih dapat turun dari kendaraan, maka
hendaknya kita melaksanakan sholat seperti dalam keadaan normal. Tetapi bila memangtidak
ada kesempatan lagi untuk turun dari kendaraan seperti bila naik pesawat terbang,maka kita
melakukan shalat di atas kendaraan itu. Hal ini dilakukan mengingat :

1. Shalat adalah ibadah yang wajib dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan baiksecara
normal atau dengan menjama‘. Sedangkan meninggalkan sholat walau dalam safar lalu
mengerjakan bukan pada waktunya tidak didapati dalil/contoh dari Rasulullah.

2.Kendaraan di masa Nabi SAW adalah berupa hewan tunggangan (unta, kuda dan lain-lain)
yang dapat dengan mudah kita turun dan melakukan shalat. Bila dalam shalat wajib Nabi SAW
tidak shalat di atas kendaraannya, maka hal itu karena Nabi melakukan shalat wajib secara
berjamaah yang membutuhkan shaf dalam shalat. Atau pun juga beliauingin shalat wajib itu
dilakukan dengan sempurna

3.Sedangkan kendaraan di masa kini bukan berbentuk hewan tunggangan, tetapi bisa
berbentuk kapal laut, kapal terbang, bus atau kereta api. Jenis kendaraan ini ibarat rumahyang
berjalan karena besar dan sesorang bisa melakukan shalat dengan sempurna termasuk berdiri,
duduk, sujud dan sebagainya. Dan meski tidak bisa dilakukan dengan sempurna, para ulama
membolehkan shalat sambil duduk dan berisyarat. Selain itu kendaraan ini tidak bisa
diberhentikan sembarang waktu karena merupakan angkutan massal yang telah memiliki
jadwal tersendiri.

4.Tetapi bila kita naik mobil pribadi atau sepeda motor, maka sebaiknya berhenti, turundan
melakukan shalat wajib di suatu tempat agar bisa melakukannya dengan sempurna.

5.Sedangkan riwayat yang mengatakan bahwa Nabi tidak pernah shalat wajib di ataskendaraan
juga diimbangi dengan riwayat yang menceritakan bahwa Nabi SAW berperangsambil shalat di
atas kuda/ kendaraan. Tentunya ini bukan salat sunnah tetapi shalat wajibkarena shalat wajib
waktunya telah ditetapkan.

Kewajiban menegakkan shalat lima waktu berlaku di manapun dan bagaimanapunkeadaannya,


tidak ada rukhshah (keringanan) untuk meninggalkannya. Agama Islam puntelah menjelaskan
tata cara shalat dalam berbagai kondisi darurat, seperti:

1.Dalam keadaan bahaya, seperti perang dan semisalnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman
(artinya): “Jika kalian dalam keadaan takut, maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan.”
(Al Baqarah: 239)

2.Dalam keadaan sakit. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

‫تستط ْع فعلى َجنب‬


ِ ‫تستطع فقا ِعدًا فإن لم‬
ِ ‫ص ِِّل قائ ًما فإن لم‬

“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu berdiri maka (shalatlah) dengan duduk, jikatidak
mampu duduk maka (shalatlah) dengan berbaring.” (HR. Al Bukhari, dalam riwayatAl Baihaqi
ada tambahan: “Jika tidak mampu berbaring maka cukup dengan isyarat.” )

3.Dalam keadaan bersafar juga wajib melaksanakan shalat, bahkan Allah Subhanahu waTa’ala
memberikan keringanan bagi musafir (orang yang bepergian) untuk menjama’(menggabungkan
dua shalat dalam satu waktu) seperti menjama’ shalat zhuhur denganshalat ‘ashar di waktu
zhuhur (jama’ taqdim) atau di waktu ‘ashar (jama’ ta’khir) dan jugaseperti menjama’ shalat
maghrib dengan shalat isya’ dengan cara seperti semula. Dan jugadiperbolehkan baginya untuk
mengqashar (meringkas shalat yang 4 rakaat menjadi 2 rakaatseperti shalat isya’, zhuhur
ataupun ‘ashar).

4.Dalam keadaan lupa atau tertidur. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang lupa atau tertidur, maka maka kaffarahnya (tebusannya) adalah shalat
padawaktu ia teringat (sadar).” (Muttafaqun ‘alaihi)

5.Tidak mendapat air untuk bersuci (wudhu’ atau mandi junub) atau secara medis tidak boleh
menyentuh air, maka diberikan keringanan untuk bersuci dengan tanah/debu yangdikenal
dengan tayammum. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):“Apabila kalian sakit atau
sedang dalam bepergian (safar) atau salah seorang dari kaliankembali dari tempat buang air
besar (selesai buang hajat) atau kalian menyentuh wanita(jima’) sedangkan kalian tidak
mendapatkan air, maka bertayammumlah dengantanah/debu yang baik (suci), (dengan cara)
usapkanlah debu itu ke wajah dan tangan kalian,Allah tidak ingin memberatkan kalian, tetapi
Allah ingin menyucikan kalian danmenyempurnakan nikmat-Nya atas kalian.Semoga dengan
begitu kalian mau bersyukur."(Al-maidah:6)
B.Shalat dalam keadaan sakit

Orang yang sedang sakit harus tetap melakukan shalat lima waktu, selama akal atau
ingatannya masih tetap normal. Cara melaksanakannya sesuai dengan kemampuan orang yang
sakit tersebut. Jika ia tidak mampu shalat dengan berdiri, maka ia boleh shalat dengan duduk.
Jika ia tidak mampu dengan duduk, boleh shalat dengan berbaring ke sebelah kananmenghadap
kiblat. Jika ia tidak mampu berbaring boleh shalat dengan terlentang dan isyarat.

termasuk dalam arti tidak mampu adalah apabila ia mendapatkan kesulitan dalam berdiri atau
duduk, atau sakitnya akan bertambah apabila ia berdiri atau ia takut bahaya.Hal ini dijelaskan
dalam hadits sebagai berikut :

Dari Ali bin Abu Thalib ra. telah berkata Rasulullah SAW tentang shalat orang sakit : “Jika kuasa
seseorang shalatlah dengan berdiri, jika tidak kuasa shalatlah sambil duduk. Jika ia tidak mampu
sujud maka isyarat saja dengan kepalanya, tetapi hendaklah sujud lebihrendah daripada
ruku;nya. Jika ia tidak kuasa shalat sambil duduk, shalatlah ia dengan berbaring ke sebelah
kanan menghadap kiblat. Jika tidak kuasa juga maka shalatlah denganterlentang, kedua kakinya
ke arah kiblat.” (HR. Ad-Daruquthni).

C.Shalat dalam keadaan darurat

Shalat Dalam Keadaan Darurat Ibadah shalat merupakan ibadah yang tidak dapat ditinggalkan
walau dalam keadaan apapun. Hal ini berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain seperti puasa,
zakat dan haji. Jika seseorang sedang sakit pada bulan ramadhan dan tidak mampu untuk
berpuasa, maka ia boleh tidak berpuasa dan harus menggantinya pada hari lain. Orang yang
tidak mampu membayar zakat ia tidak wajib membayar zakat. Demikian pula halnya dengan
ibadah haji, bila seseorang tidak mampu maka tidak ada kewjiban baginya.

Shalat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan bagi setiap muslim selama masih memilikiakal
dan ingatannya masih normal. Kewajiban tersebut harus dilakukan tepat pada waktunya.
Halangan untuk tidak mengerjakan shalat hanya ada tiga macam, yaitu hilang akal seperti gila
atau tidak sadar, karena tidur dan lupa (namun demikian ada kewajiban mengqadha di waktu
lain).

Betapa pentingnya ibadah shalat ini, Rasulullah pernah bersabda :

“Urusan yang memisahkan antara kita (orang-orang Islam) dengan mereka (orang-orangkafir)
adalah shalat. Oleh sebab itu siapa yang meninggalkan shalat, sungguh ia telahmenjadi kafir.”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud).
D. Jama'

Jama' antara dua shalat, pada waktu safar dibolehkan. Shalat yang boleh dijama' adalah shalat
Dluhur dengan Ashar, dan shalat Maghrib dengan Isya. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya:

Dari Muadz bin Jabal:"Bahwa Rasulullah SAW pada saat perang Tabuk, jika matahari telah
condong dan belum berangkat maka menjama' shalat antara Dzuhur dan Ashar. Dan jika sudah
dalam perjalanan sebelum matahari condong, makamengakhirkan shalat Dzuhur sampai
berhenti untuk shalat Ashar. Dan pada waktu shalat Maghrib sama juga, jika matahari telah
tenggelam sebelum berangkat maka menjama' antara Maghrib dan 'Isya. Tetapi jika sudah
berangkat sebelum matahari mataharitenggelam maka mengakhirkan waktu shalat Maghrib
sampai berhenti untuk shalat Isya,kemudian menjama' keduanya" (HR Abu Dawud dan at-
Tirmidzi).

Shalat jama' terdiri dari dua macam, yaitu jama taqdiem dan jama takhir.jamak taqdieam
adalah menggabungkan shalat antara shalat Dzuhur dan Asar yang dilakukan padawaktu
Dhuhur dan shalat Maghrib dan Isya' yang dilakukan pada waktu Maghrib.Sedangkan jama'
ta'khir adalah menggabungkan shalat antara shalat Dzuhur dan Asar yang dilakukan pada waktu
Ashar dan shalat Maghrib dan Isya' yang dilakukan pada waktu Isya'.Menurut Jumhur ulama’
selain Hanafiah berpendapat bahwa boleh menjama’ shalatdluhur dengan ’Ashar secara
taqdiem pada waktu pertama (dzuhur) dan ta’khir pada waktuyang kedua (ashar), shalat
Maghrib dengan shalat Isya’ didalam safar yang panjang. Shalat Jum’at sama halnya dengan
shalat Dluhur dalam jama’ taqdiem.

Dan dalil-dalil yang berkaitan dengan shalat jama’ taqdim dan ta’khir, seperti hadisMua’dz.

Artinya:

Dari hadis Muadz ra : Sesungguhnya Nabi saw pada perang Tabuk apabilamelakukan perjalanan
setelah Maghrib beliau mensegerakan shalat Isya’, lalu beliaumelaksanakan shalat Isya’
bersama Maghrib. (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Daraqutni, Baihaqi, dan Ibnu Hibban dan ia
menshahihkannya

Dan dalil-dalil tentang shalat jama’ ta’khir:Ada beberapa dalil yang berkaitan dengan shalat
jama’ ta’khir, antara lain:

Hadis Ibnu Umar

Artinya: dari Ibnu Umar sesungguhnya ia dimintai pertolongan oleh salah seorang
darikeluarganya, lalu ia bersungguh melakukan perjalanan, lalu ia mengakhirkan Maghrib
sehingga tengelam cahaya kemerah-merahan, kemudia ia melaksanakan dan menjama’
keduanya. Kemudian ia mengkhabarkan kepada orang-orang bahwa Rasulullahmelakukan itu
apabila mendapati (bersungguh) melakukan perjalanan.

(HR. Tirmidzi dengan lafadz ini)

E. Rukhsoh bagi musafir

Seorang musafir mendapatkan rukhsoh dari Allah swt dalam pelaksanaan shalat. Rukhsoh
tersebut adalah: Mengqashar shalat yang bilangannya empat rakaat menjadi dua,
menjama'shalat Zluhur dengan Ashar dan Maghrib dengan 'Isya, shalat di atas kendaraan,
tayammumdengan debu/tanah pengganti wudhu dalam kondisi tidak mendapatkan air dll.

F. Shalat Qashar

Shalat qashar adalah shalat yang diringkas bilangan rakaatnya pada shalat fardlu yangmestinya
empat rakaat dikerjakan dua rakaat saja. Shalat fardlu yang boleh diqashar hanyaDluhur, Ashar,
dan ’Isya. Sedangkan Maghrib dan subuh tetap dikerjakan sebagaimana biasanya dan tidak
boleh diqashar.Dalil Shalat Qashar

Allah SWT berfirman

Artinya:Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamumenqashar
sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnyaorang-orang kafir
itu adalah musuh yang nyata bagimu"(QS,An-nisa'101).

Rasulullah SAW bersabda:

'Aisyah ra berkata :"Awal diwajibkan shalat adalah dua rakaat, kemudian ditetapkanbagi shalat
safar dan disempurnakan ( 4 rakaat) bagi shalat hadhar (tidak safar)" (Muttafaqun 'alaihi)

Dari 'Aisyah ra berkata:" Diwajibkan shalat 2 rakaat kemudian Nabi hijrah, makadiwajibkan
empat rakaat dan dibiarkan shalat safar seperti semula (2 rakaat)" (HR Bukhari)

Dalam riwayat Imam Ahmad menambahkan : "Kecuali Maghrib, karena Maghrib adalahshalat
witir di siang hari dan shalat Subuh agar memanjangkan bacaan di dua rakaat tersebut.

ahli ilmu bersepakat untuk mengqashar shalat bagi musafir baik perjalanan yang wajibseperti
haji, jihad, hijrah, dan umrah atau yang mustahab seperti mengunjungi saudara,menjenguk
orang sakit, berkunjung ke salah satu dari dua mesjid; mesjid Madinah danAqsha’, mendatangi
orang tua atau yang mubah seperti, tamasyah, pertunjukan (show), perdagangan atau yang
dimakruhkan

Hukum Qashar

Dengan ungkapan bahwa apakah seorang musafir diharuskan menqashar secara syar’i
atauhanya berupa pilihan antara qashar dan menyempurnakan (itmam), kemudian
manakahyang lebih baik antara qashar dan tidak(itmam).

Beragam pendapat para Fuqaha tentang hal ini, diantaranya adalah wajib, sunah, danrukhsoh
yang dipilih seorang musafir.Hanafiah berpendapat bahwa qashar adalah wajib-azimah.
Diwajibkan di setiap shalat yang beraka’at empat untuk mengqashar menjadi dua raka’at, tidak
boleh menambahnya dengan sengaja.

Dari Ibnu ’Abbas ra berkata :

"Allah mewajibkan shalat melalui lisan Nabi kalian pada shalat hadhar (tidak safar) empat
rakaat, dan di dalam safar dua rakaat (4 rakaat) bagi shalat hadhar (tidak safar)".

(HR Muslim)Malikiyah berpendapat atas pendapat yang paling masyhur dan paling rajih; bahwa
qashar itu sunah muakkad karena perbuatan Nabi, karena Nabi di dalam safar-safarnya selalu
tidakmenyempurnakan shalat atau mengqashar.

Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa qashar itu rukhsoh atas pilihan, artinya
bolehmenyempurnakan dan mengqashar, tapi mengqashar lebih baik secara mutlaq
menurutHanabilah dan syafi’iyah atas pendapat yang masyhur lebih baik menyempurnakan
apabilaterdapat pada dirinya kesusahan (tidak tenang) apabila qasharnya. (Fiqh Islam: 1339-
1340)

Hikmah Disyariatkan Qashar.

Hikmah adanya shalat qashar bagi musafir adalah untuk menolak atau menghindarikesulitan
yang terkadang dihadapi musafir di perjalanan. Dan sebab disyariatkannya qashar adalah
karena dalam perjalanan yang panjang menurut Jumhur selain Hanafiyah.

Jarak Qashar

Seorang musafir dapat mengambil rukhsoh shalat dengan mengqashar dan menjama' jikatelah
memenuhi jarak tertentu.

Rasulullah SAW bersabda:


Artinya: Dari Yahya bin Yazid al-Hana'i berkata, saya bertanya pada Anas bin Malik tentang jarak
shalat Qashar ?"Anas menjawab:" Adalah Rasulullah SAW jika keluar menempuh jarak 3 mil
atau 3 farsakh beliau shalat dua rakaat" (HR Muslim)

Artinya: Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda:

" Wahai penduduk Mekkah janganlah kalian mengqashar shalat kurang dari 4 burd dari Mekah
ke Asfaan" (HR at-Tabrani, ad-Daruqutni, hadis mauquf)

"Dari Ibnu Syaibah dari arah yang lain berkata:

" Qashar shalat dalam jarak perjalanan sehari semalam" "Adalah Ibnu Umar ra dan Ibnu Abbas
ra mengqashar shalat dan buka puasa pada perjalanan menepun jarak 4 burd yaitu 16 farsakh".

Ibnu Abbas menjelaskan jarak minimal dibolehkannya qashar shalat yaitu 4 burd atau
16farsakh. 1 farsakh = 5541 M sehingga 16 Farsakh = 88,656 km. Dan begitulah yang
dilaksanakan sahabat seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Umar. Sedangkan hadis Ibnu Syaibah
menunjukkan bahwa qashar shalat adalah perjalanan sehari semalam. Dan ini adalah
perjalanan kaki normal atau perjalanan unta normal. Dan setelah diukur ternyata jaraknya
adalah sekitar 4 burd atau 16 farsakh atau 88,656 km. Dan pendapat inilah yang diyakini
mayoritas ulama seperti imam Malik, imam asy-Syafi'i dan imam Ahmad serta pengikut ketiga
imam tadi.

Kesimpulan : Jarak dibolehkannya seseorang mengqashar dan menjama' shalat, menurut


jumhur ulama; yaitu pada saat seseorang menempuh perjalanan minimal 4 burd atau 16farsakh
atau sekitar 88, 88,656 km.

Lama Waktu Qashar

Jika seseorang musafir hendak masuk suatu kota atau daerah dan bertekad tinggal
disanamaka dia dapat melakukan qashar dan jama' shalat. Menurut pendapat imam Malik dan
Asy-Syafi'i adalah 4 hari, selain hari masuk kota dan keluar kota. Sehingga jika sudah melewati 4
hari ia harus melakukan shalat yang sempurna. Adapaun musafir yang tidakakan menetap maka
ia senantiasa mengqashar shalat selagi masih dalam keadaan safar.

Ibnul Qoyyim:" Rasulullah SAW tinggal di Tabuk 20 hari mengqashar shalat".Disebutkan Ibnu
Abbas dalam riwayat Bukhari:" Rasulullah SAW melaksanakan shalat disebagian safarnya 19
hari, shalat dua rakaat. Dan kami jika safar 19 hari, shalat dua rakaat,tetapi jika lebih dari 19
hari, maka kami shalat dengan sempurna".
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh AllahSWT.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini tidak menjadi masalah karena
di dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang menjelaskan secara terperinci mengenai praktek
shalat. Tugas dari seorang muslim hanyalah melaksnakan shalat dari mulai balighsampai napas
terakhir, semua perbedaan mengenai praktek shalat semua pendapat bisa dikatan benar
karena masing-masing memilki dasar dan pendafaatnya masing-masing dan tentunnya
berdasarkan ijtihad yang panjang.

Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kepada kaum muslimin tentunya memiliki paidah
untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di perintahkan untukmelaksanakan
shalat, salah satu paidahnya yakni supaya umat islam selalu mengingat tuhannyadan bisa
meminta karunianya dan manfaat yang lainnya yakni bisa mendapatkan ampunan dari Allah
SWT.

Demikian paparan yang dapat kami persembahkan menganai “sholat di berbagai keadaan”
dengan waktu yang cukup singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua baik di dunia
maupun akheratkelak, kami memohon maaf apbila dalam pemaparan yang kami sampaikan ini
terdapat banyakkesalahan dalam makalah ini, kami juga mengharapkan kritik dan sarann yang
sifatnyamembangun untuk makalah-makalah kami selanjutnya.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapatkekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
terutama pada dosen mata kuiah ini, agar dapat pembuatan makalah selanjutnyamenjadi lebih
baik. Atas kritik dan saranya, penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/98965887/Shalat-Dalam-Berbagai-Keadaan

https://id.scribd.com/doc/98965887/Shalat-Dalam-Berbagai-Keadaan

https://id.scribd.com/document/357091382/makalah-sholat

Anda mungkin juga menyukai