Disusun Oleh:
KELAS A
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN dan STUDI AGAMA
UNIVERSITAS NEGERI MATARAM
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahan rahmat dan hidayat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “KLARIFIKASI HADIST
DARI SEGI PENISBATAN PRAWINYA” ini.
Sholawat dan salam semoga tercurahkan atas junjungan nabi MUHAMMAD SAW
yang telah membawa kita dari kekegalapan menuju ketenerang yaitu agama islam
yang sangat sempurna dan menjadi hal terindah untuk alam semesta.
Demikian dari kami sampaikan, kami berharap kepada pembaca untuk memberi
kami saran dan kritik. Dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Hadits Ditinjau Dari Bentuk Asal..............................................2
B. Klasifikasi Hadits Ditinjau Dari Sifat Asal..................................................5
C. Hadits Berdasarkan Kwantitas Sanad Dan Perawinya.................................6
D. Hadits Berdasarkan Kwalitas Sanad............................................................9
E. Maqbul Dan Maqdud...................................................................................11
F. Berdasarkan Penisbatannya (Sumber Hadits)..............................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam mengklasifikasikan hadîts, ulama hadîts berbeda-beda di dalam menetapkan
jumlah macam-macam hadîts. Ibn Taimiyah mengungkapkan, “secara umum, berdasarkan
keadaan Perawi dan keadaan matan hadits sangat banyak macamnya. Menurut Imam Al-
Nawâwiy pembagian hadîts mencapai 65 macam, menurut Al-Suyûtiy pembagian hadîts
mencapai 82 macam, menurut Ibn Katsîr sebanyak 65 macam dan Abu Fadhl al-Jizâwiy –di
dalam kitab Al-Turas- membaginya menjadi 63 macam.
Hal ini terjadi karena mereka melihat klasifikasinya secara umum, dengan tidak melihat
dan menggunakan tipologi yang jelas.
Untuk memudahkan pemahaman dan pengenalan hadîts nabi beserta istilah-istilah yang
terkait dengannya, maka pemakalah akan menjabarkannya di dalam makalah singkat yang
berjudul “Klasifiksi Hadîts Ditinjau Dari Berbagai Aspek”. Pembahasannya meliputi:
Pembagian hadîts berdasarkan bentuk asal, pembagian hadîts berdasarkan sifat asal, pembagian
hadîts berdasarkan Jumlah periwayat, pembagian hadîts berdasarkan kwalitas serta pembagian
hadîts berdasarkan penisbatan.
“Adalah Rasulullah manusia yang paling baik/indah wajahnya, paling mulia akhlaknya,
tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek”.
1 [1] Nuruddin Ithr, Manhaj al-Naqd fi Ulum al-hadits, (Beirut: Dar al-Fikri al-Mu’ashir, 2003), h.5
a. Hadits Qouli
Hadits Qouli adalah semua ucapan Nabi SAW yang disampaikan dalam berbagai macam
tempat dan kesempatan, dan ulama ushul fiqh juga mendefinisikan hadits Qouli dengan defenisi
yang sama.2[2]
Contoh hadits yang menggambarkan perkataan Nabi SAW:
... إنما.نوى ما امرء لكل وإنما بالنيات ألعمال ا
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan bagi setiap seseorang akan
mendapatkan sesuatu ganjaran sesuai dengan apa yang diniatkan…"
...والضرارالضرر
“Janganlah membahayakan diri dan membahayakan bagi orang lain…”
Para ulama ushul fiqh juga mengelompokkan perbuatan Nabi SAW kepada beberapa
bagian :
1. Jibilli/Jiblah (perangai/tabiat), yaitu perbuatan atau pekerjaan Nabi SAW yang termasuk
dalam urusan tabiat seperti makannya nabi, minum, duduk, dsb.
2. Qurb (pendekatan/dekat), seperti ibadah sholat, puasa, shodaqoh, dsb.
3. Mu’amalah (hukum syar’i yang mengatur kepentingan individu dengan lainnya), seperti
jual beli, perkawinan, pertanian, dsb.4[4]
2[2] Wahbah Zuhaili, Ushul Fiqh al-islami, (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), Jilid 1, h.450
4[4] Zufran Rahman, Kajian Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h.11-12
Adapun kandungan hukum yang terdapat dalam perbuatan Rasulullah SAW tersebut,
bahwasanya fi’liyah Rasulullah SAW adalah pekerjaan-pekerjaan Nabi yang menjadi penerang
bagi kita dalam melaksanakan perintah Allah SWT seperti beliau mengerjakan sholat Zuhur
empat rakaat, Maghrib tiga rakaat, Isya empat rakaat, Ashar empat rakaat, dan Subuh dua rakaat.
Kesemuanya itu merupakan perbuatan Nabi yang berkedudukan sebagai hukum asal, andaikata
hukum asal yang dikerjakan Nabi itu wajib maka perkerjaan yang menerangkan cara
melaksanakan perintah yang wajib itu juga wajib.
5[5] Ibid
7[7] . Ahmad Oemar Hasyim, ( قواعد أصول الحديثCairo: Maktabah al Azhar as Syarif,2004), h.25-26
Secara harfiah kata âhâd ( )آحادmerupakan bentuk jamak dari kata ahad ( )أحدyang berarti
yang satu, tunggal. Jika dikatakan khabar wahid maka maksudnya adalah khabar atau hadits
yang diriwayatkan oleh seorang pribadi (sendiri). Jadi, Hadits Ahad ( )الحديث اآلحادadalah hadits
yang diriwayatkan oleh satu orang atau dua orang saja, atau bahkan oleh sedikit orang, atau
seorang saja, dan selanjutnya masing-masing perawi menyampaikan haditsnya kepada seorang,
atau dua orang saja. Jumlah perawi yang demikian dalam setiap tahap tidak menjadikan
haditsnya terkenal sebagaimana jenis lainnya.
A. KESIMPULAN
Hadîts di bagi berdasarkan beberapa tipologi. Pertama berdasarkan bentuk asal, hadîts
dibagi menjadi empat yaitu: hadîts Qauliy, hadîts fi’liy, hadîts Taqrîriy dan hadîts Shifatiy.
Kedua berdasarkan sifat asal, hadîts dibagi menjadi dua yaitu: hadîts Qudsiy dan hadîts
Nabawiy. Ketiga berdasarkan jumlah periwayat, hadîts dibagi menjadi dua yaitu: hadîts
Mutawâtir dan hadîts Ahad (Meskipun Hanafiyah membaginya menjadi tiga). Keempat
berdasarkan kwalitas, hadîts dibagi menjadi tiga yaitu: hadîts Shahîh, hadîts Hasan dan hadîts
Dha’îf . Terakhir berdasarkan penisbatan, hadîts dibagi menjadi tiga yaitu: hadîts Marfû’, hadîts
Mauqûf dan hadîts Maqtû’.
B. SARAN
Dikarenakan para ulama hadîts berbeda-beda di dalam menetapkan pembagian hadits, dan
perbedaan itu adalah suatu yang wajar, selagi dengan tipologi dan alasan yang jelas, maka ketika
membahas macam-macam hadîts perlu diketahui pembagian tersebut menurut siapa dan
berdasarkan hal apa. Sehingga tidak menimbulkan ketimpangan di dalam pembahasan yang
terkait dengan pembagian hadîts ini
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Oemar Hasyim, 2004. قواعد أصول الحديثCairo: Maktabah al Azhar as Syarif
Al-Maliki, Muhammad Alwi. 2009. “Ilmu Ushul Hadits”. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Ithr, Nuruddin, 2003. “Manhaj al-Naqd fi Ulum al-hadits”. Beirut: Dar al-Fikri al-Mu’ashir
Rahman,Zufran.1995. “Kajian Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam”. Jakarta: CV Pedoman
Ilmu Jaya
Suparta, Munzier dan Utang Ranuwijaya. 1993. “Ilmu Hadits”. Jakarta: Raja G.
Persada.
Zuhaili, Wahbah.1998. “Ushul Fiqh al-islami”. Beirut: Dar al-Fikr Jilid 1
____. “Klasifikasi Hadits” dalam Subhi, Ash Shalih. 1995. Membahas Ilmu-ilmu Hadits.
Jakarta: Pustaka Firdaus.
http://firusdream.blogspot.com/2014/06/klasifikasi-hadis-dari-berbagai-aspek.html?m=1 Diakses
Pada Tanggal 03 Oktober 2019 Pukul 20.45 WIB
http://sakban1.blogspot.com/2014/05/klasifikasi-hadits-ditinjau-dari.html?m=1 Diakses Pada
Tanggal 03 Oktober 2019 Pukul 19.00 WIB
http://firusdream.blogspot.com/2014/06/klasifikasi-hadits-dari-berbagai-aspek.html?m=1
Diakses Pada Tanggal 03 Oktober 2019 Pukul 19.30WIB
Http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/06/klasifikasi-hadits.html Diakses Pada Tanggal 03
Oktober 2019 Pukul 19.22 WIB