ULUMUL HADIST
Disusun oleh:
1. Diah ayu wulandari 20211200036
2. Fadilah anisatu Hanifah 20211200035
3. Fitriyani 2021120011
4. Iis mariska 2021120012
5. Novi fitriyani 2021120020
Dosen pengampu:
MUHLISIN. M pd. I
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena atas berkat
rahmat-nyalah tulisan ini dapat diselesaikan pada waktunya. Penulisan makalah
Yang berjudul
" Hadits ditinjau dari berbagai aspek "
Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan- kekurangan.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu dan pengetahuan dan kemampuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan kami trima dengan
senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Makalah ini dapat terselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang, terutama rekan-rekan
Dosen jurusan ulumul hadist yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan
kelengkapan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini yang jauh dari sempurna ada
manfaat nya
W assalamu'alaikum wr.w
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Klasifikasi Hadits Ditinjau Dari Bentuk Asalnya?
2. Bagaimana Klasifikasi Hadits Ditinjau Dari Sifat Asalnya?
3. Bagaimana Klasifikasi Hadits Berdasarkan Kwantitas Sanad Dan Perawinya?
4. Bagaimana Klasifikasi Hadits Berdasarkan Kwalitas Sanadnya?
5. Apa yang dimaksud dengan Maqbul Dan Maqdud
6. Bagaimana Klasifikasi Berdasarkan Penisbatannya (Sumber Hadits)?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui klasifikasi hadist ditinjau dari bentuk asalnya
2. Untuk mengetahui Klasifikasi Hadits Ditinjau Dari Sifat Asalnya?
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Hadits Berdasarkan Kwantitas Sanad Dan Perawinya?
4. Untuk mengetahuiKlasifikasi Hadits Berdasarkan Kwalitas Sanadnya?
5. Untuk mengetahui Maqbul Dan Maqdud
6. Untuk mengetahuiKlasifikasi Berdasarkan Penisbatannya (Sumber Hadits)?
BAB II
PEMBAHASAN
a.Hadits Qouli
Hadits Qouli adalah semua ucapan Nabi SAW yang disampaikan dalam berbagai macam
tempat dan kesempatan, dan ulama ushul fiqh juga mendefinisikan hadits Qouli dengan
defenisi yang sama.[2]
Contoh hadits yang menggambarkan perkataan Nabi SAW:
... إنما.نوى ما امرء لكل وإنما بالنيات ألعمال ا
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan bagi setiap seseorang akan
mendapatkan sesuatu ganjaran sesuai dengan apa yang diniatkan…"
...والضرارالضرر
“Janganlah membahayakan diri dan membahayakan bagi orang lain…”
b.Hadits Fi’li
Hadits fi’li adalah semua perbuatan Nabi SAW yang diriwayatkan oleh para sahabat seperti
wudhu nabi, tatacara pelaksanaan sholat, pelaksanaan haji, dan lain sebagainya.[3]
Contoh hadits yang menggambarkan perbuatan Nabi SAW :
مناسككم عنى خذوا
“Ambillah olehmu tatacara manasik haji dariku”
Para ulama ushul fiqh juga mengelompokkan perbuatan Nabi SAW kepada beberapa bagian :
1.Jibilli/Jiblah (perangai/tabiat), yaitu perbuatan atau pekerjaan Nabi SAW yang termasuk
dalam urusan tabiat seperti makannya nabi, minum, duduk, dsb.
2.Qurb (pendekatan/dekat), seperti ibadah sholat, puasa, shodaqoh, dsb.
3.Mu’amalah (hukum syar’i yang mengatur kepentingan individu dengan lainnya), seperti
jual beli, perkawinan, pertanian, dsb.[4]
Adapun kandungan hukum yang terdapat dalam perbuatan Rasulullah SAW tersebut,
bahwasanya fi’liyah Rasulullah SAW adalah pekerjaan-pekerjaan Nabi yang menjadi
penerang bagi kita dalam melaksanakan perintah Allah SWT seperti beliau mengerjakan
sholat Zuhur empat rakaat, Maghrib tiga rakaat, Isya empat rakaat, Ashar empat rakaat, dan
Subuh dua rakaat. Kesemuanya itu merupakan perbuatan Nabi yang berkedudukan sebagai
hukum asal, andaikata hukum asal yang dikerjakan Nabi itu wajib maka perkerjaan yang
menerangkan cara melaksanakan perintah yang wajib itu juga wajib.
c.Hadits Taqriri
Hadits taqriri (penetapan, pengukuhan atau isbat) adalah semua yang diakui oleh Nabi
terhadap yang bersumber dari salah satu sahabat beliau, baik berupa perkataan dan perbuatan,
meskipun perbuatan tersebut dihadapannya atau tidak.[5]
Contoh pertama
Taqrir dari Nabi SAW terhadap kisah dua orang sahabat yang berada dalam perjalanan,
ketika telah masuk waktu sholat mereka tidak menemukan air untuk berwhudu, lalu mereka
bertayamum dan melakukan sholat, setelah beberapa saat dalam perjalanan mereka
menemukan air sebelum waktu sholat tersebut habis, kemudian salah seorang diantara
keduanya berwhudu dan mengulang sholatnya sedangkan yang lain tidak mengulang
sholatnya, kemudian sampailah hal ini kepada Rasulullah SAW, dan Nabi membenarkan
perbuatan keduanya.
d.Hadits Siffati
Hadits Siffati (na’at/sifat) adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada sifat dan
kepribadian Nabi SAW, contoh : bahwasanya Rasulullah itu bukanlah orang yang melampaui
batas dan suka berkata kotor, yang mempunyai watak yang keras, beliau juga bukan yang
suka berteriak , keji, dan juga bukan yang suka membuka cela/aib.[6]
2.Hadits Ahad
Secara harfiah kata âhâd ( )آحادmerupakan bentuk jamak dari kata ahad ( )أحدyang berarti yang
satu, tunggal. Jika dikatakan khabar wahid maka maksudnya adalah khabar atau hadits yang
diriwayatkan oleh seorang pribadi (sendiri). Jadi, Hadits Ahad ( )الحديث اآلحادadalah hadits
yang diriwayatkan oleh satu orang atau dua orang saja, atau bahkan oleh sedikit orang, atau
seorang saja, dan selanjutnya masing-masing perawi menyampaikan haditsnya kepada
seorang, atau dua orang saja. Jumlah perawi yang demikian dalam setiap tahap tidak
menjadikan haditsnya terkenal sebagaimana jenis lainnya.
2.Hadits Hasan
علة الو شذوذ غير من ضبطه خف بعدل سنده تصال ما
“Hadits yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh perawi yang adil namun lebih
rendah kedhabitannya tanpa adanya syaz dan illat”
Dapat kita bandingkan perbedaan antara hadits hasan dan hadits shahih hanya terletak pada
kedhabitan perawinya saja, hadist shohih perawinya dalam tingkat kedhabitan sempurna
dalam hadits hasan kurang sempurna.
Secara harfiah kata hasan berarti bagus. Maka Hadits Hasan secara istilah didefinisikan
sebagai hadits yang bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang kurang
sempurna kredilitasnya.
3.Hadits dhaif
Dla’if ( )ضعيفsecara harfiah berarti lemah. Hadits Dla’if adalah hadits yang tidak memiliki
syarat sebagi hadits hasan karena hilangnya sebagian syarat.
Hukum-hukum hadits dhaif :
Tidak boleh diamalkan, baik dijadikan landasan menetapkan suatu hukum maupun sebagai
landasan suatu aqidah, melainkan hanya diperbolehkan dalam hal keutamaan amal.
2. Hadits Mauquf
Mauquf ( )موقوفsecara harfiah berarti berhenti atau dihentikan. Maka yang dimaksud dengan
hadits mauquf ( )ا الموقوفلحديثadalah hadits yang dinyatakan oleh seorang shahabi, baik
dengan sistem sanad yang muttashil pada nabi maupun munqathi’. Jadi hadits ini hanya
berhenti pada level shahabi sebagai sandaran informasi.
3. Hadits Maqthu’
Kata maqthu’ ( )مقطوعberasal dari kata qatha’a ( )قطعyang secara harfiah berarti terputus atau
diputuskan, yang berlawan kata washala ( )وصلdengan arti sampai atau bersambung. Maka
yang dimaksud dengan hadits maqthu’ ( )مقطوعاللحديثاadalah hadits yang disandarkan kepada
seorang tabi’in atau pengikut tabi’in, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Dikatakan
terputus karena sanadnya tidak bersandar langsung pada nabi atau bahkan tidak pada
shahabat.
Di antara hadits-hadits yang termasuk kategori tidak diterima atau ditolak pada umumnya
adalah hadits-hadits yang merupakan cabang hadits dha’if dan hadits maudlu’.
Di antaranya sebagai berikut :
a. Hadits mursal
Kata mursal berarti melepaskan. Secara terminologi berarti hadits yang di marfu’kan oleh
tabi’i kepada Nabi saw. Artinya, seorang tabi’in secara langsung mengatakan “Bahwasannya
Rasulullah saw bersabda…”. Atau dapat pula diartikan sebagai hadits yang disampaikan oleh
seorang tabi’in, baik Tabi’in Besar maupun Tabi’in Kecil, tanpa menyebut nama shahabat.
b. Hadits muallaq
Kata muallaq berarti digantung. Sedang menurut terminologinya yaitu hadits yang
perawinya gugur pada awal sistem sanad, baik seorang, dua orang, atau semuanya kecuali
seorang shahabi.
c. Hadits munqathi’
Munqathi’ secara harfiah berarti terputus. Hadits Munqathi’ ( )الحديث المنقطعadalah hadits yang
dalam sistem sanadnya terdapat sanad yang terputus di dua fase secara tidak berurutan,
misalnya terputusnya sanad pada titik sanad ketiga dan pada titik kelima.
d. Hadits mu’dhal
Secara bahasa berarti dicelakakan. Maka secara terminologis Hadits Mu’dhal ()المعضل الحديث
adalah hadits yang dalam sistem sanadnya terdapat sanad yang terputus di dua fase secara
berurutan, misalnya terputus pada titik sanad ketiga dan pada titik keempat.
e. Hadits matruk
Kata matruk ( )متروكberarti yang ditinggal atau ditinggalkan. Sedangkan yang dimaksud
dengannya adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang tertuduh sebagai
pendusta, baik terkait dengan masalah hadits maupun lainnya, atau tertuduh sebagai seorang
fasiq, atau karena sering lalai ataupun banyak sangka.
f. Hadits munkar
Munkar ( )منكرsecara harfiah berarti diingkari. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang
rawi yang lemah, yang menyalahi riwayat rawi yang tsiqah (terpercaya), atau riwayat yang
lebih lemah lagi.
g. Hadits muallal
Secara harfiah, mu’allal ( )معلّلberarti yang dicacat. Hadits Mu’allal yaitu hadits yang di
dalamnya terdapat sebab-sebab (‘illat) tersembunyi, hal mana sebab-sebab tersebut baru
diketahui setelah dilakukan penelitian yang mendalam, dan secara lahiriah hadits tersebut
mempunyai cacat.
h.Hadits mudhtharib
Mudltharrib ( )مضطربsecara harfiah berarti tercipta. Dan secara terminologis, Hadits
Mudltharrib ( )المضطرب الحديثadalah hadits yang riwayatnya atau matannya
berlawan-lawanan, baik dilakukan oleh seseorang atau banyak rawi, dengan cara menambah,
mengurangi ataupun mengganti. Riwyatnya tidak dapat dianggap kuat salah satunya,
demikian pula matannya.
i. Hadits maqlub
Hadits Maqlub ( )المقلوب الحدبثadalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang di
dalamnya terjadi keterbalikan, yakni mendahulukan bagian belakang, atau membelakangkan
yang terdahulu, baik berkenaan dengan sanad maupun matan. Secara harfiah, kata maqlub
( )مقلوبberarti dibalik atau terbalikkan.
j.Hadits mudraj
Mudraj ( )مدرجberarti dimasukkan atau dilesapkan (mudkhal, )مدخل. Maka hadits mudraj
adalah hadits urutan isnadnya diubah, atau hadits yang telah disisipkan perkataan orang lain
ke dalam matannya, baik dari kelompok Shahabi maupun tabi’in, untuk keperluan penjelasan
terhadap makna yang dikandungnya. Jika hadits yang demikian masih bisa dideteksi unsur
penglesapannya kemudian disingkirkan maka menjadi shahih, tetapi jika sulit disortir maka
menjadi dla’if status haditsnya.
k.Hadits mudhallas
Secara harfiah kata mudallas ( )مدلّسberarti menyembunyikan sesuatu yang cacat. Maka
secara terminologis hadits mudallas adalah hadits yang disamarkan (ditutupi) unsur cacatnya
dalam sanad, dan ditampilkan baiknya. Misalnya seorang rawi menerima banyak hadits dari
seorang gurunya lalu ia meriwayatkan sebuah hadits yang tidak diambil dari gurunya tersebut
tetapi dinyatakan darinya (demi kebaikan) padahal diambilnya dari gurunya yang lain.
l.Hadits maudhu’
Hadits Maudhu’ ( )الموضوع الحديثadalah jelas-jelas ditolak dalam syari’at Islam tanpa syarat.
Dengan kata lain, hadits maudhu’ adalah hadits palsu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hadîts di bagi berdasarkan beberapa tipologi. Pertama berdasarkan bentuk asal, hadîts dibagi
menjadi empat yaitu: hadîts Qauliy, hadîts fi’liy, hadîts Taqrîriy dan hadîts Shifatiy. Kedua
berdasarkan sifat asal, hadîts dibagi menjadi dua yaitu: hadîts Qudsiy dan hadîts Nabawiy.
Ketiga berdasarkan jumlah periwayat, hadîts dibagi menjadi dua yaitu: hadîts Mutawâtir dan
hadîts Ahad (Meskipun Hanafiyah membaginya menjadi tiga). Keempat berdasarkan
kwalitas, hadîts dibagi menjadi tiga yaitu: hadîts Shahîh, hadîts Hasan dan hadîts Dha’îf .
Terakhir berdasarkan penisbatan, hadîts dibagi menjadi tiga yaitu: hadîts Marfû’, hadîts
Mauqûf dan hadîts Maqtû’.
B.SARAN
Dikarenakan para ulama hadîts berbeda-beda di dalam menetapkan pembagian hadits, dan
perbedaan itu adalah suatu yang wajar, selagi dengan tipologi dan alasan yang jelas, maka
ketika membahas macam-macam hadîts perlu diketahui pembagian tersebut menurut siapa
dan berdasarkan hal apa. Sehingga tidak menimbulkan ketimpangan di dalam pembahasan
yang terkait dengan pembagian hadîts ini
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Oemar Hasyim, 2004. قواعد أصول الحديثCairo: Maktabah al Azhar as Syarif
Al-Maliki, Muhammad Alwi. 2009. “Ilmu Ushul Hadits”. Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR.
Ithr, Nuruddin, 2003. “Manhaj al-Naqd fi Ulum al-hadits”. Beirut: Dar al-Fikri al-Mu’ashir
Rahman,Zufran.1995. “Kajian Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam”. Jakarta: CV
Pedoman Ilmu Jaya
Suparta, Munzier dan Utang Ranuwijaya. 1993. “Ilmu Hadits”. Jakarta: Raja G.
Persada.
Zuhaili, Wahbah.1998. “Ushul Fiqh al-islami”. Beirut: Dar al-Fikr Jilid 1
____. “Klasifikasi Hadits” dalam Subhi, Ash Shalih. 1995. Membahas Ilmu-ilmu Hadits.
Jakarta: Pustaka Firdaus.
http://firusdream.blogspot.com/2014/06/klasifikasi-hadis-dari-berbagai-aspek.html?m=1
Diakses Pada Tanggal 03 Oktober 2019 Pukul 20.45 WIB
http://sakban1.blogspot.com/2014/05/klasifikasi-hadits-ditinjau-dari.html?m=1 Diakses Pada
Tanggal 03 Oktober 2019 Pukul 19.00 WIB
http://firusdream.blogspot.com/2014/06/klasifikasi-hadits-dari-berbagai-aspek.html?m=1
Diakses Pada Tanggal 03 Oktober 2019 Pukul 19.30WIB
Http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/06/klasifikasi-hadits.html Diakses Pada Tanggal 03
Oktober 2019 Pukul 19.22 WIB