Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMBAHARUAN SYAHADAT DAN PRAKTEK PEMBAHARUAN SYAHADAT


Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Islam Terapan
Dosen Pengampu : H. Zaenal Khafidin, M.Ag

Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. Nailis Sakinah (2010710010)
2. Nur Lailatun Nafisah (2010710017)
3. Hafshah Azka Humaira (2010710027)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PRODI TADRIS IPA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Semoga kita
mendapatkan syafaat-Nya kelak di hari kiamat, amin.
Makalah berjudul “Pembaharuan Syahadat dan Praktek Pembaharuan Syahadat”.
Makalah ini ditulis bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Islam Terapan, selain itu
juga untuk menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dan pembaca. Penulis berterima kasih
kepada pihak-pihak yang turut serta membantu dalam penulisan makalah ini. Terutama kepada
bapak H. Zaenal Khafidin, M.Ag selaku dosen mata kuliah Ilmu Islam Terapan di IAIN Kudus.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan pembaca.

Kudus, 02 November 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................1
C. TUJUAN.....................................................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
A. Definisi Syahadat.........................................................................................................................2
B. Misi Pembaharu Syahadat............................................................................................................4
C. Praktek Pelaksanaan Pembaharuan Syahadat...............................................................................5
BAB III : PENUTUP...................................................................................................................................7
A. Kesimpulan..................................................................................................................................7
B. Saran............................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rukun Islam sebagai dasar atau pondasi berdirinya agama islam. ada lima rukun
islam yaitu syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji. Sebagaimana dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim yang artinya: “Islam dibangun atas lima perkara,
yaitu: syahadat (bahwa kamu bersaksi tidak ada tuhan selain Allah,dan kamu bersaksi
bahwa Muhammad adalah Rasulullah), menegakkan shalat, membayar zakat,
melaksanakan ibadah haji, dan shaum pada bulan Ramadhan”.
Syahadat adalah perkara yang menyangkut ketauhidan seseorang. Dalam agama
islam syahadat bukan hanya sekedar diucapkan dengan lisan, namun mengikat seseorang
dalam agama islam. Syahadat haruslah mengandung keyakinan hati yang kokoh dan
pengungkapan secara lisan. Tanpa syahadat dalam hati, pikiran, ucapan, dan tindakan
maka tiada pula islam dalam kehidupan manusia.
Di dalam agama islam, kalimat Syahadat tersebut merupakan sebuah rangkaian
utuh yang harus diimani secara menyeluruh. Haram bagi umat islam untuk hanya
mengimani salah satunya saja. Haram bagi umat islam untuk hanya mengakui Allah saja
namun tidak mengakui Rasulullah Muhammad saw, begitu juga sebaliknya. Agar umat
islam dapat memaksimalkan kualitas Syahadat dalam kehidupannya, maka terlebih
dahulu mereka haruslah mengetahui mengenai makna yang terkandung dalam dua
kalimat tersebut. Maka pada makalah ini akan dibahas mengenai pembaharuan syahadat
serta prektek pembaharuan syahadat.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari penjabaran latar belakang di atas, maka penulis akan menarik rumusan masalah
supaya pembahasan dalam makalah ini lebih terarah dan sistematis. Berikut rumusan
masalah yang akan dijadikan sumber pembahasan.
1. Apa definisi dari syahadat?
2. Bagaimana misi dalam pembaharu syahadat?
3. Bagaimana praktek pelaksanaan pembaharuan syahadat?
C. TUJUAN

1
Untuk meningkatkan daya berpikir mengenai pembaharuan syahadat dan praktek
pembaharuan syahadat maka perlu adanya tujuan pembahasan dalam makalah ini supaya
terarah dan mudah diterima oleh pembaca akan penjelasan yang dikaji. Tujuan dari
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui definisi dari syahadat.
2. Mengetahui misi dalam pembaharu syahadat.
3. Mengetahui prektek pelaksanaan pembaharuan syahadat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Syahadat
Syahadat dalam kamus al-Munawwir memiliki beberapa makna: ‫ اإلقرار‬- ‫ اليمين‬- ‫ البينة‬yang
berarti bukti, sumpah, kesaksian/pengakuan.1 Kata “saksi” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki beberapa makna: pertama, orang yang melihat atau mengetahui sendiri
suatu peristiwa (kejadian). Kedua, Orang yang memberikan keterangan di muka hakim untuk
kepentingan terdakwa. Ketiga, Keterangan (bukti pernyataan) yang diberikan oleh orang
yang melihat atau mengetahui. Keempat, bukti kebenaran. “Bersaksi” menyatakan
(mengakui) dengan sesungguhnya.2
Beberapa tokoh memberikan defenisi menurut istilah diantaranya, Syekh Abd al-Rahman
menjelaskan dalam kitab Durus al- Fiqhiyyah bahwa syahadat adalah ber-iqtiqod
(memantapkan hati) sesungguhnya Allah itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dan
sesungguhnya Muhammad Saw adalah utusan Allah.3 Sedangkan menurut Syekh
Muhammad Nawawi Al-Jawy menerangkan bahwa syahadat adalah tiang Islam yang berarti
juga fondasi agama Islam sedangkan rukun-rukun islam setelahnya adalah pelengkap dari
bangunan Islam. Syahadat adalah syarat sah amal muslim dapat diterima, sehingga jika
syahadat seseorang tidak sah, maka rukun-rukun islam setelahnya itu akan sia-sia (tidak
terhitung pahala).4
Pengertian bahasa dan istilah diatas menerangkan bahwa syahadat memiliki beberapa
arti/makna. Pertama syahadat berarti sumpah, yang berarti pernyataan seorang muslim
tentang keyakinannya bahwa Allah swt. Itu esa dalam segala hal dan Muhammad saw. adalah
utusan Allah yang wajib diteladani. Kedua: syahadat sebagai sumpah persaksian akan ke-
Esaan Allah dan ke-Rasulan Muhammad saw. dan selanjutkan mengaplikasikan sumpah
tersebut dan siap menerima konsekuensi dari pelanggaran sumpah tersebut. Ketiga: syahadat
juga berarti janji, yang memiliki makna untuk selalu menaati Allah dan Rasul-Nya sepanjang
hidup sebagai bentuk menepati janji yang telah dikrarkan dan disumpahkan.

1
Ahmad Warsono Munawwir. Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif. 1997. h. 659.
2
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet; IV, 2015. h. 1206.
3
Abd. al-Rahman, Durus al-Fiqhiyyah (tanpa tempat: Maktabah Syekh Salim, tt), h. 3
4
Muhammad Nawawi al-Jawy, Riyad al-Badi’ah. Semarang : Pustaka al-‘Alawiyah, tanpa tahu. h. 3

3
Syahadat disebut juga syahadatain karena terdiri dari dua kalimat syahadat, kalimat
pertama disebut syahadat tauhid dan kalimat kedua disebut syahadat rasul. Adapun bunyi
dari lafadz syahadat yaitu :
a) Asyhadu an-laa ilaaha illallah, yang artinya saya bersaksi tiada tuhan selain Allah.
b) Wa asyhadu anna muhammada rasulullah, yang artinya saya bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah.
Syahadat tidak sekedar diucapkan tapi juga harus diyakini dan kemudian diamalkan
sebagai bukti nyata dari keislaman orang yang mengucapkan dan meyakininya. . Oleh karena
itu perlu untuk dipahami apa makna dibalik kalimat syahadat tersebut, baik syahadat tauhid
maupun syahadat rasul sendiri. Adapun makna dari dua kalimah syahadat yaitu.5
a) Makna syahadat tauhid ( ‫)اَ ْشهَ ُد اَ ْن اَل اِلَهَ اِاَّل هّللا‬
Syahadat tauhid mengandung makna yaitu beritikad dan berikrar bahwasanya tidak ada
seorangpun yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah swt. mentaati
segala perintahnya dan mengamalkannya. Setiap muslim harus mengarahkan semua
bentuk peribadatan hanya kepada Allah serta meyakini bahwa Dia adalah sumber
motivasi juga tujuan dari segala bentuk aktivitas manusia dunia dan ahirat.
b) Makna syahadat rasul ( ‫) َواَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ اُل هّلل‬
Syahadat rasul mengandung makna yaitu mengakui secara lahir batin bahwa Muhammad
adalah hamba dan Rasul Allah swt. yang diutus kepada seluruh manusia yang
menjadikan Rasullullah sebagai suri teladan, sehingga berharga disisi Allah. Kalimat ini
menjadikan seorang muslim memiliki rasa cinta, ridho dengan segala yang dicontohkan
dari segi amal, perkataan dan semua tingkah laku beliau serta meyakini bahwa ajaran
yang dibawa adalah benar dan segala sabda-Nya sebagai tuntunan dalam beragama harus
ditaati.
Kedua kalimah syahadat ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan
harus tertanam pada jiwa manusia. Karena ketika seseorang meyakini salah satu syahadat
dari dua kalimat syahadat dan mengabaikan dan mengingkari yang lain maka keislaman
seseorang dinyatakan tidak sah. Oleh sebab itu keduanya harus dinyatakan dengan sungguh-
sungguh, diyakini dan dibuktikan. Adapun rukun-rukun dari syahadatain yaitu :

5
Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan. Kitab Tauhid, Penerjemah Agus Hasan Bashori. Jakarta: Akafa Press.
1998. h.58

4
A. Rukun “Laa Ilaaha Illallah”, ini mempunyai 2 rukun
a. Peniadaan (Nafy) dalam kalimat: “Laa Ilaaha”.
b. Penetapan (Itsbat) dalam kalimat: “Illallah”.
Maka “Laa Ilaaha” berarti meniadakan segala tuhan selain Allah, dan “Illallah” berarti
menetapkan bahwa sifat ketuhanan hanya milik Allah semata dan tidak ada yang
menyekutukannya.6
B. Rukun “Muhammad Rasulullah”
Pada rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak
Rasulullah saw. Beliau adalah hamba dan rasul-Nya. Beliau adalah makhluk yang paling
sempurna dalam dua sifat yang mulia ini, di sini artinya hamba yang menyembah.
Maksudnya, beliau adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan
ciptaan manusia lainnya. Juga berlaku atasnya apa yang berlaku atas orang lain.
Menurut para ulama, Syarat kesempurnaan syahadat itu ada empat, yaitu:
1) Ilmu, adalah mengetahui makna dari kalimat syahadat / tauhid baik dalam hal itsbat
(menetapkan) maupun nafi (menafikan). Maka tiada yang berhak disembah selain
Allah swt.
2) Diikrarkan dengan lidah, yakni dibaca dari permulaan hingga akhirnya.
3) Yakin, adalah meyakini dalam hati terhadap makna dari syahadat.
4) Diamalkan dengan anggota badan, yaitu hati dan perbuatan wajib menolak segala
sesuatu yang menyalahi arti atau maksud dari dua kalimat syahadat tersebut.7
B. Misi Pembaharu Syahadat
Para nabi dan rasul diutus oleh Tuhan seiring dengan runtuhnya moralitas (akhlaq)
umatnya, seperti: pertama, runtuhnya akhlaq kepada Tuhan, yang ditandai dengan maraknya
perbuatan kemusyrikan, perdukunan, takhayul bid’ah; kedua, runtuhnya akhlaq kepada
sesama manusia, yang ditandai dengan kendor dan hancurnya komitmen perkawinan,
maraknya pengkhinatan, pembodohan yang dilembagakan, dan suburnya budaya korupsi;
dan ketiga, runtuhnya akhlaq terhadap alam sekitar, yang ditandai dengan pengrusakan hutan,
pengerukan pasir laut, pemangkasan dan penggalian perbukitan, pegunungan, dan bumi

6
Ibnu Hajar Sainuddin, Muhammad Arsyam, dan Andi Muhammad Shaleh Alwi, Pemahaman Makna Tauhid dan
Dua Kalimat Syahadat, preprint (Open Science Framework, 19 Agustus 2020),
https://doi.org/10.31219/osf.io/g84vu.
7
Abidin, S.A Zainal. Kunci Ibadah. Semarang : Karya Toha Putra. 2001

5
secara liar; keempat, minimnya komitmen dan kepercayaan masa depan atau hari akhirat.
Keruntuhan moralitas itulah yang menjadi sebab Tuhan mengutus para nabi dan rasul. Hal itu
sebagaimana dalam hadis Nabi Muhammad SAW berkata, "Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”. Karena ketinggian akhlaq yang dipraktekkan Nabi
Muhammad SAW itulah, Tuhan memberi sanjungan sebagaimana terekam dalam Q.S. al-
Qalam/68:4, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung,” dan Q.S.
al-Ahzab/33: 21, yang artinya, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.8
Berpijak pada misi pembenahan akhlaq itulah Muhammad saw diperlukan sebuah
kesaksian yang diyakini oleh Muhammad saw (tentang Tuhan yang Satu), dan apa yang
dilakukan olehnya (sebagai utusan Tuhan). Kesaksian itu ditulis seperti berikut “Asyhadu ala
ilaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad rasulullah.”
1) La ilaha illa Allah, tidak ada tuhan (realitas yang mutlak) selain daripada Allah (Realitas,
yang Mutlak),
2) Muhammad rasulullah (yang dimulyakan yang disempurnakan) adalah utusan (juru
bicara, penengah, manivestasi, lambang Allah.
Atas komitmen tauhid dan moralitas yang diusungnya itulah, Muhammad saw diteguhkan
sebagai “mujadid syahadat” yang pernah dilakukan para nabi dan rasul sebelumnya dan
yang pernah terucapkan di zaman azali oleh setiap manusia.
C. Praktek Pelaksanaan Pembaharuan Syahadat
Pengaplikasian syahadat dalam kehidupan artinya menjadikan syahadat itu sebagai
penanda jati diri sebagai Islam. Kalimat syahadat yakni
‫اَ ْشهَ ُد اَ ْن اَل اِلَهَ اِاَّل هّللا َواَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ اُل هّلل‬

Artinya : “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah rasul (utusan) Allah.”
Kalimat ini bermakna kesaksian atau aku bersaksi. Kalimat persaksian ini sedikitnya bisa
memiliki tiga makna yaitu pemberitahuan, sumpah dan janji. 
Praktek pelaksanaan pembaharuan syahadat tersebut dilakukan pada event berikut:

8
Aris Fauzan, Membaca Fenomena Shalat Sebagai Sebuah Tanda, Jurnal Dakwah dan Komunikasi 2, no. 1 (30 Juni
2017), https://doi.org/10.29240/jdk.v2i1.277.

6
1) awal kelahiran seorang bayi dalam keluarga islam dengan kumandang adzan;
2) kumandang adzan ketika waktu shalat wajib telah tiba;
3) ketika seseorang berdoa usai berwudhu;
4) ketika melaksanakan shalat wajib maupun shalat sunnah. Bahkan bila dicermati lebih
mendalam, maka shalat merupakan ibadah yang secara ketat menjadi sebuah
representasi komplit dari pembaharuan syahadah.
Berdasarkan pada praktek wudhu hingga berakhirnya shalat, maka dalam sehari semalam
setiap muslim yang bershalat bisa dipastikan membaca syahadat sebanyak sembilan kali,
belum termasuk doa seusai berwudhu, artinya bahwa membaca dua kalimat syahadat tidak
hanya sekali dalam seumur hidup, tetapi harus diperbaharui sebanyak sembilan kali dalam
setiap hari. Dan cara memperbaharui syahadat adalah dengan shalat. Kiranya tidaklah
berlebihan kiranya jika muncul anggapan terhadap mereka yang hanya sekali dalam hidupnya
mengucapkan syahadat, tetapi tidak melakukan shalat menjadi bagian dari pengikut Nabi
Muhammad SAW, karena identitas nyata pengikut Nabi Muhammad SAW adalah membaca
syahadat dan melaksanakan shalat. Dengan kata lain, bagi setiap muslim yang melaksanakan
shalat lima kali dalam sehari hingga akhir hayatnya, berarti dia melakukan pembaharuan
(tajdid) syahadat sepanjang hidupnya.9

9
Aris Fauzan, Membaca Fenomena Shalat Sebagai Sebuah Tanda, Jurnal Dakwah dan Komunikasi 2, no. 1 (30 Juni
2017), https://doi.org/10.29240/jdk.v2i1.277.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syahadat dalam kamus al-Munawwir memiliki beberapa makna: ‫ اإلقرار‬- ‫ اليمين‬- ‫البينة‬
yang berarti bukti, sumpah, kesaksian/pengakuan. syahadat adalah tiang Islam yang
berarti juga fondasi agama Islam sedangkan rukun-rukun islam setelahnya adalah
pelengkap dari bangunan Islam. Syahadat adalah syarat sah amal muslim dapat
diterima, sehingga jika syahadat seseorang tidak sah, maka rukun-rukun islam
setelahnya itu akan sia-sia (tidak terhitung pahala). Adapun bunyi dari lafadz
syahadat yaitu :
‫اَ ْشهَ ُد اَ ْن اَل اِلَهَ اِاَّل هّللا َواَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ اُل هّلل‬

Artinya : “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.”
Keruntuhan moralitas menjadi sebab tuhan mengutus para nabi dan rasul dalam
pembenahan akhlaq oleh sebab itu Nabi Muhammad saw diperlukannya sebuah
kesaksian yang diyakini oleh Muhammad saw (tentang Tuhan yang Satu), dan apa
yang dilakukan olehnya (sebagai utusan Tuhan). Kesaksian itu ditulis seperti berikut
“Asyhadu ala ilaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad rasulullah.”
Praktek pelaksanaan pembaharuan syahadat tersebut dilakukan pada event berikut:
1) awal kelahiran seorang bayi dalam keluarga islam dengan kumandang adzan;
2) kumandang adzan ketika waktu shalat wajib telah tiba;
3) ketika seseorang berdoa usai berwudhu;
4) ketika melaksanakan shalat wajib maupun shalat sunnah
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
makalah yang baikm di masa mendatang. Semoga makalah yang kami buat dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abd. al-Rahman, Durus al-Fiqhiyyah. (tanpa tempat: Maktabah Syekh Salim, tt), h. 3
Departemen Pendidikan Nasional. (2015). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet; IV, 2. h.
1206.
Fauzan, Aris. (2017). Membaca Fenomena Shalat Sebagai Sebuah Tanda. Jurnal Dakwah dan
Komunikasi 2, no. 1. https://doi.org/10.29240/jdk.v2i1.277.
Munawwir, Ahmad Warsono. (1997). Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia. Surabaya:
Pustaka Progressif, Cet; IV. h. 659.
Nawawi al-Jawy, Muhammad. Riyad al-Badi’ah. tanpa tahun. Semarang : Pustaka
al-‘Alawiyah. h. 3
Sainuddin, Ibnu Hajar, Muhammad Arsyam, dan Andi Muhammad Shaleh Alwi. (2020).
Pemahaman Makna Tauhid dan Dua Kalimat Syahadat. Preprint. Open Science
Framework. https://doi.org/10.31219/osf.io/g84vu.
Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan. (1998). Kitab Tauhid, Penerjemah Agus Hasan
Bashori. Jakarta: Akafa Press. h.58
Zainal, Abidin. (2001). Kunci Ibadah. Semarang : Karya Toha Putra.

Anda mungkin juga menyukai