Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Penyimpulan Tidak Langsung, Silogisme dan Induksi


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Logika
Dosen Pengampu: Abdullah, M.Ag.

Disusun Oleh:

Lailatul Mustagfiroh : (2020510002)


Annisa Lelyana Seffnida : (2020510013)
Syafa'atul Lutfiyah : (2020510024)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH (PS)
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat, taufiq, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Pengumpulan Tidak Langsung,Silogisme dan Induksi ini dengan
baik. Sholawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang yakni Agama Islam.

Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup dan daftar


pustaka. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Logika,
prodi Perbankan Syariah semester 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
KUDUS.Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
beberapa pihak yang berperan dalam penyusunan makalah ini. Dengan
menggunakan makalah ini, semoga dapat membantu proses kegiatan belajar
dalam memahami tentang Pengumpulan Tidak Langsung, Silogisme dan Induksi.

Kami sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan mencapai
tingkat kesempurnaan, Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca guna meningkatkan kualitas makalah penulis selanjutnya. Mohon maaf
apabila ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiiinn

Kudus, 7 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan
A.    Latar Belakang....................................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C.     Tujuan ................................................................................................................................1
BAB II Pembahasan
A.    Pengertian Penyimpulan Tidak Langsung...........................................................................2
B.    Pengertian  Induksi .............................................................................................................2
C.    Pengertian,Hukum,Bentuk,Susunan Dan Modus Silogisme...............................................3
BAB III Penutup
A.    Kesimpulan.......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Logika adalah suatu kajian tentang bagaimana seseorang mampu untuk


berpikir dengan lurus, tepat, benar, dan teratur. Logika mengacu pada
kemampuan rasional untuk mengetahui dan mengacu pada kesanggupan
akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Oleh karena
itu, kita perlu berpikir logis atau masuk akal dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan ilmu logika dalam kehidupan sangatlah penting.

Penyimpulan adalah cabang dari ilmu logika yang mempelajari tentang


bagaimana mendapat hasil pemikiran berdasarkan premis-premis. Oleh
karena itu, perlu kiranya kita mempelajari penyimpulan agar bisa
mencapai suatu pengertian benar yang baru dari suatu pengertian benar
yang dimiliki.

B. RUMUSAN MASALAH

Agar pembahasan makalah ini lebih terfokus, terarah, dan tidak


melebar kami akan menguraikan beberapa ruang lingkup pembahasannya,
yaitu sebagai berikut  :

1. Pengertian penyimpulan tidak langsung


2. Pengertian Induksi
3. Pengertian,hukum,bentuk,susunan dan modus silogisme
C. TUJUAN PEMBAHASAN

Tujuan dari di bentuknya makalah ini adalah Untuk mengetahui


Penyimpulan Tidak Langsung,induksi dan silogisme secara terperinci

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyimpulan Tidak Langsung

Penyimpulan tidak langsung adalah proses penyimpulan dimana kita


menarik sebuah kesimpulan melalui dua premis atau lebih yang
dipersatukan. Penyimpulan ini merupakan proses akal budi membentuk
sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi- proposisi yang
lama. Inilah yang disebut penalaran dalam arti sempit. Penalaran ini
bermula dari sebuah kebenaran tertentu menuju pada kebenaran yang baru
yang berbeda dari yang lama, tetapi tetap mendasarkan diri pada
kebenaran yang lama tersebut.
Contoh :
Semua orang Jepang berasal dari bangsa ainu.
Hayashi adalah orang Jepang.
Jadi, Hayashi adalah keturunan bangsa ainu.
B. Pengertian Induksi

Induksi adalah suatu penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi


umum dari sejumlah proposisi khusus yang berbentuk ‘S ini adalah P’
(subjek ini adalah predikat).

Dalam induksi kesimpulan yang dicapai selalu berupa generalisasi


(pengumuman), misalnya: “air kotor menyebabkan penyakit kulit”. Setiap
generalisasi induktif diperoleh sesudah dilakukan pengamatan bahwa
beberapa atau banyak kejadian berakhir dengan hasil yang sama, maka
kemudian si pengamat ‘yakin’ bahwa diwaktu yang akan datang, suatu
kejadian yang sama juga akan berakhir dengan hasil yang sama.

a. Induksi tidak Lengkap dan Hakikat kesimpulannya

Induksi tidak lengkap adalah mengamati kejadian-kejadian tetapi


tidak diamati atau diselidiki secara menyuluruh namun sudah

2
mengambil suatu kesimpulan umum. Jenis induksi tidak lengkap inilah
yang sering kita jumpai. Alasannya sederhana, karena keterbatasan
manusia.

Penalaran induktif, sesuai dengan sifatnya, tidak memberikan


jaminan bagi kebenaran keimpulannya. Meskipun, misalnya, permis-
permisnya semua benar, tidaklah secara otomatis membawa akibat
pada kebenaran kesimpulan.

b. Induksi dan Metode Ilmiah

Hubungan induksi dengan metode Ilmiah adalah induksi


merupakan dasar metode Ilmiah.

C. Pengertian, Hukum, Bentuk, Susunan Dan Modus Silogisme

Silogisme adalah proses logis yang terdiri dari tiga bagian. Dua bagian
pertama merupakan premis-premis atau pangkal tolak penalaran
syllogistik. Sedangkan bagian ketiga merupakan perumusan hubungan
yang terdapat antara kedua bagian pertama melalui pertolongan term
penengah (M). Bagian ketiga ini disebut juga kesimpulan yang berupa
pengetahuan baru. Proses menarik suatu kesimpulan dari pemis-premis
tersebut disebut penyimpulan.

Suatu premis adalah suatu pernyataan yang dirumuskan sedemikian


rupa sehingga pernyataan tadi menegaskan atau menolak bahwa sesuatu
itu benar atau tidak benar. Suatu premis dapat mengatakan suatu fakta,
suatu generalisasi, atau sekedar suatu asumsi atau sesuatu yang spesifik.

1. Syllogisme Kategoris

Syllogisme kategoris adalah stuktur suatu deduksi berupa suatu


proses logis yang terdiri dari tiga bagian yang masing-masing
bagiannya berupa pernyataan kategoris (pernyataan tanpa syarat). Atau
dengan kata lain Syllogisme Kategoris adalah silogisme yang semua

3
proposisinya merupakan proposisi kategoris. Untuk lahirnya konklusi
maka pangkal umum tempat kita berpijak harus merupakan proposisi
universal. Sedangkan pangkalan khusus tidak berarti bahwa
proposisinya harus partikular atau singular, tetapi bisa juga proposisi
universal, tetapi ia diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya.
Dengan demikian satu pangkalan umum dan satu pangkalan khusus
dapat dihubungkan dengan berbagai cara, tetapi hubungan itu harus
diperhatikan kualitas dan kuantitasnya agar kita dapat mengambil
konklusi yang valid. Pangkalan umum disini adalah proposisi pertama
sebagai pernyataan universal yang ditandai dengan kuantifier ‘semua’
untuk menegaskan adanya sifat yang berlaku bagi manusia secara
menyeluruh. Pangkalan khususnya adalah proposisi kedua, meskipun
ia juga merupakan pernyataan universal ia berada di bawah aturan
pernyataan pertama. Bila pangkalan khususnya berupa proposisi
singular, prosedur penyimpulannya juga sama.

Pernyataan : Semua mahasiswa adalah terdidik Hasan adalah


mahasiswa

Maka kesimpulannya adalah : Hasan adalah terdidik.

Proposisi yang menjadi pangkalan umum dan pangkalan khusus


disebut premis, sedangkan proposisi yang dihasilkan dari sintesis
kedua premisnya disebut kesimpulan (konklusi) dan term yang
menghubungkan kedua premis disebut term penengah (middle term).
Premis yang termnya menjadi subyek pada konklusi disebut premis
minor. Premis yang termnya menjadi predikat pada konklusi disebut
premis mayor. Dikatakan demikian karena predikat hampir selalu lebih
luas dari pada subyeknya

• Hukum-hukum Silogisme Kategorik

a. Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus


partikular juga, seperti:
4
Semua yang halal dimakan menyehatkan Sebagian makanan
tidak menyehatkan, jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan
(kesimpulan tidak boleh : semua makanan tidak halal
dimakan).
b. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif
juga, seperti :

Semua korupsi tidak disenangi Sebagian pejabat adalah


korupsi, jadi Sebagian pejabat tidak disenangi
(kesimpulan tidak boleh : sebagian pejabat disenangi)
c. Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil
kesimpulan.

Beberapa orang kaya kikir Beberapa pedagang adalah kikir


Jadi: Beberapa pedagang adalah kikir
Kesimpulan yang diturunkan dari premis partikular tidak
pernah menghasilkan kebenaran yang pasti.
d. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak menghasilkan
kesimpulan apapun, karena tidak ada mata rantai yang
menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat
diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif.
Kesimpulan yang di tarik dari dua premis negative adalah tidak
sah.
e. Paling tidak salah satu dari term penengah harus tertebar
( mencakup). Dari dua premis yang term penengahnya tidak
tertebar akan menghasilkan kesimpulan yang salah.

f. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term


predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan
menjadi salah.

5
g. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor
maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda
kesimpulan menjadi lain.

h. Silogisme harus terdiri dari 3 term, yaitu term subjek, term


predikat, dan term middle. Apabila terdiri dari sebuah term
tidak bisa diturunkan konklusi, begitu pula bila terdiri dari dua
atau lebih dari tiga term.

• Bentuk-bentuk Silogisme Kategorik.

Berdasarkan letak medium (term penengah = middle term) dalam


premis, ada 4 macam :

1. Medium menjadi subjek pada premis mayor dan menjadi


predikat premis pada premis minor.

2. Medium menjadi predikat baik pada premis mayor maupun


premis minor.

3. Medium menjadi subjek pada premis mayor maupun premis


minor.

4. Medium menjadi predikat pada premis mayor dan menjadi


subjek pada premis minor.

• Absah dan Benar

Dalam membicarakan silogisme kita harus mengenal dua istilah


yaitu absah dan benar. Absah (Valid) berkaitan dengan prosedur
penyimpulannya, apakah pengambilan konklusi sesuai dengan
patokan atau tidak. Dikatakan valid apabila sesuai dengan diatas
dan dikatakan tidak valid bila sebaliknya.

6
Benar berkaitan dengan proposisi dalam silogisme itu, apakah ia
didukung atau sesuai dengan fakta atu tidak. Bila sesuai dengan
fakta, proposisi itu benar, bila tidak ia salah.

• Silogisme Bukan Bentuk Baku

Dapat terjadi karena :

a. Tidak menentu letak konklusinya

b. Atau disana seolah-olah terdiri dari tiga term

c. Atau hanya terdapat dua premis tanpa konklusi atau satu premis
satu konklusi.

d. Atau proposisinya lebih dari tiga.

2. Syllogisme hipotesis

Syllogisme hipotetis adalah argumen yang premis mayornya berupa


proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
kategorik yang menetapkan atau mengingkari.

Pada silogisme hipotetik term konklusi adalah term yang


kesemuanya dikandung oleh premis mayornya, mungkin bagian
anteseden dan mungkin pula bagian konsekuennya tergantung oleh
bagian yang diakui atau dipungkiri oleh premis minornya.

4 macam tipe silogisme hipotetik

1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian


autecedent.

2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian


konsekuennya.

3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari autecedent.

7
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian
konsekuennya.

• Hukum-hukum Silogisme Hipotetik

Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih muda


dibanding dengan silogisme kategorik. Namun yang penting disini
adalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya
merupakan pernyataan yang benar.

a. Bila Antecedent terlaksana maka konsekuen juga terlaksana

b. Bila Antecedent tidak terlaksana maka konsekuen tidak terlaksana


(tidak sah = salah)

c. Bila konsekuen terlaksana, maka Antecedent terlaksana (tidak sah =


salah)

d. Bila konsekuen terlaksana maka Antecedent tidak terlaksana.

3. Silogisme Disyungtif

Silogisme disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya


keputusan disyungtif. Sedangkan, premis minornya keputusan
kategorika yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang
disebut oleh premis mayor.

Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti


sempit dan dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit
mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.

Seperti : Ia lulus atau tidak lulus Ternyata ia lulus, jadi ia bukan tidak
lulus.

Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai


alternatif bukan kontradiktif.

8
Seperti : Hasan di rumah atau di pasar Ternyata tidak di rumah jadi di
pasar.

Baik dalam arti luas maupun sempit mempunyai 2 tipe yaitu:

1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusinya adalah


mengakui alternatif yang lain.

2. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah


mengingkari alternatif lain.

• Hukum-hukum silogisme disyungtif

1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan


selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.

2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya:

a. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya


sah. (benar).

b. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, konklusinya


tidak sah (salah).

4. Dilema

Dilema adalah semacam pembuktian, argumentasi, yang di dalamnya


terdiri dari silogisme hipotetik dan silogisme disyungtif. Terjadi karena
premis mayornya terdiri dari dua proposisi hipotetik dan premis minornya
satu proposisi disyungtif. Konklusinya, berupa proposisi disyungtif, tetapi
bisa proposisi kategorika. Dalam dilema, terkandung konsekuensi yang
kedua kemungkinannya sama berat. Konklusi yang diambil selalu tidak
menyenangkan.

• Cara Mengatasi Dilema

a. Dengan meneliti kausalitas premis mayor

9
b. Dengan meneliti alternative yang dikemukakan

c. Dengan kontra dilema

d. Dengan memilih alternatif yang paling ringan

• Hukum-hukum Dilema

1. Putusan disyungtif harus lengkap, menyebut semua kemungkinan.

2. Konsekuensinya harus sah

3. Kesimpulan lain tidak mungkin (tidak boleh dapat di –‘retorsi’ atau


dibalik)

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penalaran tidak langsung terdapat dua bentuk utama yaitu; induksi


dan deduksi. Induksi adalah suatu bentuk penalaran yang menyimpulkan
suatu proposisi umum dari sejumlah proposisi khusus yang terbentuk ‘S
ini adalah P’. sedangkan deduksi adalah mengambil suatu kesimpulan
yang hakikatnya sudah tercakup di dalam suatu proposisi atau lebih.
Dalam penalaran dapat dijumpai silogisme antara lain:

 Silogisme kategoris

 Silogisme hipotetis

 Silogisme Disyungtif

 Dilema

11
DAFTAR PUSTAKA

Mundiri, H. 1994. Logika. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Poedjawijatna. 1984. Logika Filsafat Berfikir. Jakarta: Rineka Cipta.

Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Logika. Yogyakarta: Kanisius.

W, Poespoprojo. 1999. Logika Ilmu Menalar. Bandung: Pustaka Grafika.

12

Anda mungkin juga menyukai