Anda di halaman 1dari 9

A.

Arti, Isi, dan Luas Pengertian


- Arti
Setiap pengertian itu di tunjukkan oleh kata. Setiap kata mempunyai arti yang
mencakup keseluruhan sifat-sifat yang dimilikinya. Setiap kata mengandung makna
jika kata itu ditempatkan dalam satu susunan kata. Dalam bentuk ini kata
mengandung tiga makna:
1. Makna laras (‫ ) مطا بقة‬apabila maknanya selaras dengan arti penuhnya, seperti
makna rumah dalam kalimat: saya membeli rumah.
2. Makna kandungan (‫ )تضمنية‬apabila makna yang dimaksud hanya sebagian saja
dari arti sepenuhnya, seperti makana rumah dalam kalimat : saya mengetuk
rumahnya, yang dimaksud di sini hanyalah pintu rumahnya bahkan sebagian
saja dari pintu itu.
3. Makna lazim (‫ )التزمية‬makna yang dimaksud adalah pengertian lain, akan tetapi
merupakan kemestian (lazim) bagi kata tersebut. Seperti makna rumah dalam
kalimat: saya mencangkul rumput di rumah saya. Yang dimaksud adalah
pekarangan rumah

- Isi Pengertian/Term
Yang dimaksud dengan isi pengertian/term ialah semua unsur yang termuat di dalam
pengertian itu.
Dalam pengamalannya kita cenderung untuk mengklasifikasi pengertian itu secara
dua-dua atau dichotomi (Bahasa Arab: Asunai) .

Dengan cara dichotomi antaranya dapat diklarifikasikan sebagai berikut:


1. Sederhana dan komposit
Sebuah term yang terdiri dari satu kata saja disebut term sederhana (misal:
rumah, manusia dan lain-lain). Sebaliknya bila term itu terdiri dari lebih dari
satu kata disebut term komposit (missal: manusia saleh, rumah susun dan lain-
lain)
2. Umum dan khusus
Term umum adalah term yang dapat dipergunakan oleh setiap anggota
kelompok dengan pengertian yang sama (misal: manusia, mahasiswa, sarjana)
Term khusus adalah term yang menunjukkan satu objek saja (misal: Menteri
Pendidikan dan kebudayaan RI yang pertama)
Term khusus dibagi dua yaitu:
a. Term tunggal signifikan, yaitu menunjukkan objek dengan
mengemukakan kualitas tertentu (misalnya orang yang terkaya di dunia)
b. Term tunggal non-signifikan, yaitu tidak menunjukkan objek dengan
kualitas tertentu (misal: Menteri Pendidikan, kebudayaan RI)
3. Konkrit dan abstrak
Term konkrit adalah nama benda atau menunjukkan sesuatu benda, suatu
objek, seseorang, suatu realitas dan apa saja yang memiliki eksistensi dan
kualitas tertentu. Jadi kursi adalah suatu benda yang memiliki beberapa
kualitas antaranya: bentuknya, rupanya, beratnya pada waktu tertentu, tempat
tertentu dan mempunyai relasi dengan obyek yang lain.
Term abstrak, adalah nama kualitas atau kumpulan kualitas yang dapat
dibicarakan terlepas dari hubungannya dengan suatu benda/eksistensi tertentu
pada suatu waktu dan pada suatu tempat dalam hubungannya dengan benda-
benda lain (missal: merah, putih)

Terkadang term abstrak berjalan parallel dengan term konkrit, dalam arti
hubungan keduanya (missal: kuat-kuatan, manusia-kemanusiaan dan lain-lain)

- Luas Pengertian
Pengertian selain memiliki isi, juga memiliki luas. Artinya tiap-tiap pengertian
memiliki lingkup dan lingkungannya sendiri. Lingkup dan lingkungan itu berisikan
semua barang atau hal yang dapat ditunjuk atau disebut dengan pengertian atau kata
itu.
Misalnya pengertian Mahasiswa STISIP Widyapuri mencakup semua mahasiswa baik
yang ada di jurusan IP atau AN, perempuan atau laki-laki, kurus atau gemuk, tak ada
yang dikecualikan. Mahasiswa selain dari Mahasiswa STISIP Widyapuri semua itu di
luar lingkup dan lingkungan pengertian Mahasiswa STISIP Widyapuri.

Dengan demikian luas pengertian adalah barang-barang atau lingkungan realitas


yang ditunjuk dengan pengertian atau kata tertentu.

- Hubungan Antara Isi dan Luas Pengertian


Semakin umum suatu pengertian, semakin sedikit isinya dan semakin luas
lingkungannya. Sebaliknya semakin banyak isinya (makin mendekati realitas
konkrit), makin sempit/terbatas pula luasnya (misalnya: kata alat, masih umum dan
luas, sebab belum menerangkan untuk apa alat itu. Kalau dikhususkan menjadi mobil,
maka isinya menjadi banyak/padat, yaitu alat untuk mengangkut, maka
lingkungannya/luasnya akan lebih terbatas)

B. Penggolongan dan Definisi


Pengertian adalah suatu gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang
sesuatu. Gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang sesuatu
sebagaimana dimaksudkan di atas disebut juga konsep. Dengan demikian pengertian
identik dengan konsep sebagai hasil pekerjaan akal budi yang selalu menangkap dan
membentuk sesuatu gambaran. Pengertian berada dalam wilayah akal budi atau
pikiran sementara konsep berada dalam wilayah kebahasaan.

Contoh:
Kata Kursi ialah konsep. Sebelum menjadi konsep kata kursi merupakan pengertian
yang dibentuk oleh akal budi atau pikiran. Selanjutnya dengan kata kursi itu kita
dapat berpikir atau berbicara hal ihwal mengenai kursi tanpa harus menghadirkan
benda kongkret yang bernama kursi karena kursi itu telah ada di dalam akal budi atau
pikiran. Kehadiran kursi di dalam akal budi atau pikiran ialah karena panca indera
menangkap benda kongkret yang kemudian diberi nama kursi. Lalu akal budi atau
pikiran memberinya pengertian dan mengungkapkannya melalui bahasa dengan
konsep kursi atau gagasan lainnya.
C. Macam-Macam Proposisi, Pembalikkan dan Perlawanan
 Pembalikan
Membalikkan adalah mengganti subyek dan predikat, sehingga dulunya subyek,
sekarang menjadi predikat, dan yang dulunya subyek, tanpa mengurangi keputusan
itu. Hal ini di mungkinkan oleh kesamaan antara subyek dan predikat tetapi sering
kali tidak sama . karena itu perlulah orang mengetahui hukum-hukum pembalikan itu

 Macam – macam pembalikan


1. Pembalikan seluruhnya
Adalah pembalikan dimana luasnya tetap sama. Pembalikan ini terjadi pada
keputusan E yang menjadi keputusan E dan keputusan I yang menjadi keputusan I
2. Pembalikan sebagian
Ialah pembalikan dari keputusan universal menjadi keputusan particular.
Pembalikan ini terjadi pada keputusan A yang menjadi keputusan I dan keputusan
E yang menjadi keputusan O

 Hukum-hukum pembalikan
a. Keputusan A hanya boleh dibalik menjadi I
Sebab, dalam keputusan alternatif predikat partikular sedangkan subyek
universal. Luas predikat lebih besar dari pada luas subyek
Misal: “semua kera adalah binatang” hanya bisa dibalik menjadi “beberapa
binatang adalah kera”.
b. Keputusan E selalu boleh dibalik.
Misal : “semua ayam bukan tikus” bisa dibalik menjadi “semua tikus bukan
ayam” atau “beberapa tikus bukan ayam”.
c. Keputusan I hanya dapat dibalik menjadi keputusan I lagi
Misal : “Beberapa orang itu sakit” dapat dibalik menjadi “beberapa yang sakit itu
orang”. Keputusan O tidak dapat dibalik.
Misal : “ada manusia yang bukan dokter” tidak dapat dibalik menjadi “ada dokter
yang bukan manusia”.
 Perlawanan
Keputusan yang berlawanan adalah keputusan yang tidak dapat sama-sama benar atau
tidak dapat sama-sama salah. Perlawanan itu ada hanya kalau keputusan itu
mengenai hal yang sama, tetapi berlawanan isinya. Artinya kedua keputusan itu
mempunyai subyek dan predikat yang sama tetapi bentuk dan luasnya berbeda, atau
baik bentuk maupun luasnya yang berbeda.

 Kalau dibandingkan satu sama lain, nampaklah bahwa keputusan – keputusan


berlawanan
1. Menurut bentuknya
Disebut perlawan ‘kontraris dan’subkontraris’ (A – E; I – O)
2. Menurut luasnya
Disebut perlawanan ‘altern’ (A – I; E – O)
3. Baik menurut bentuk maupun luasnya
Disebut perlawanan ‘kontradiktoris’ (A – O; E – I)

 Contoh perlawanan
a) Perlawanan Kontradiktoris ( A – O; E – I)
Jika yang satu benar, yang lain tentu salah;
Jika yang satu salah, yang lain tentu benar;
Tidak ada kemungkinan yang ketiga.

Keputusan –keputusan ini tidak dapat sekaligus benar tetapi juga tidak dapat
sama-sama sah. Dari keempat perlawanan perlawanan inilah yang paling kuat
pernyataan universal dapat di jatuhkan dengan membuktikan kontradiktrisnya
saja.

b) Perlawanan Kontraris (A – E)
Jika yang satu benar, yang lain tentu salah;
Jika yang satu salah, yang lain dapat benar, tetapi juga dapat salah;
Ada kemungkinan yang ketiga, yakni keduanya sama salah.
c) Perlawanan Subkontraris (I – O)
Jika yang satu salah, yang lain tentu benar;
Jika yang satu benar, yang lain dapat salah tetapi juga dapat benar;
Ada kemungkinan yang ketiga, yakni tidak dapat keduanya sama-sama
salah. Keduanya dapat sama-sama benar.

d) Perlawanan Subaltern (A – I; E – O)
Jika yang universal benar, yang particular juga benar;
Jika yang universal salah, yang particular dapat benar, tapi juga dapat
salah;
Jika yang particular benar, yang universal dapat salah, dapat benar;
Jika yang particular salah, yang universal juga salah;

Singkatnya; kedua-duanya dapat benar, tapi juga dapat salah; mungkin


pula yang satu benar, yang lain salah.

Seluruh hukum ini dapat disingkat sebagai berikut:


Jika A benar, maka E salah, I benar dan O salah.
Jika E benar, maka A salah, I salah dan O benar.
Jika I benar, maka E salah, sedangkan baik A maupun O tak pasti.
Jika O benar, maka A slah, sedangkan baik E maupun I tak pasti.
Jika A salah, maka O benar, sedangakan baik E maupun I tak pasti.
Jika E salah, maka I benar, sedangkan baik A maupun O tak pasti.
Jika I salah, maka A slah, E benar, O benar.
Jika O salah, maka A benar, E salah, I benar.

D. Sillogisme: Kategoris dan Hipotetis


 Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis
mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis
minor.

Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:


Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus :Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor,
dan predikat simpulan disebut term minor.

Contoh:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SMA
Mn : Bustomi adalah mahasiswa
K : Bustomi lulusan MA
My : Tidak ada manusia yang abadi
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak abadi
My : Semua pelajar memiliki buku tulis.
Mn : Firman tidak memiliki buku tulis
K : Firman bukan pelajar

 Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden,
simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden,
simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh :
My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Udara tidak ada.
K : Jadi, Makhluk hidup akan mati.
My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu mati.
K : Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.
DAFTAR PUSTAKA

http://maqalah2.blogspot.com/2015/01/pengertian-conception-arti-isi-dan-luas.html

http://bintacecilia.blogspot.co.id/2014/08/pembalikan-dan-perlawanan-bab-v.html

https://elianggra.wordpress.com/2014/10/16/silogisme-kategorial-hipotesis-alternatif-
dan-silogisme-entimem/

Anda mungkin juga menyukai