Anda di halaman 1dari 2

Syarat kesesuaian Diksi

Dalam memilih diksi harus mempertimbangkan kesesuaian dan ketepatan kata. Perhatikan
syarat-syarat berikut untuk menentukan kesesuaian diksi:

1. Hindari pengggunaan bahasa substandar dalam situasi formal.


Bahasa standar ialah merupakan tutur bahasa yang biasa digunakan oleh mereka kalangan
menengah ke atas, atau yang mengenyam pendidikan tinggi. Sementara itu, bahasa
nonstrandar kebalikannya, biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari orang umum.

2. Menggunakan kata ilmiah dalam kondisi tertentu saja, selebihnya gunakan kata popular.
Kata ilmiah merupakan kata yang biasa digunakan dalam tulisan ilmiah atau kata yang jarang
digunakan oleh orang-orang awam, hanya kalangan tertentu saja yang menggunakan. Contoh,
dalam jurnal ilmiah menggunakan kata ilmiah. Sedangkan ketika berbca maka gunakanlah
kata popular, halini karena agar makna yang disampaikan dalam jurnal dapat dimengerti oleh
semua pendengar.

3. Hindari jargon yang dapat dibaca oleh publik. Jargon merupakan kalimat atau frase dalam
bahasa tertentu yang hanya dimengerti oleh beberapa orang. Oleh karenanya dalam memilih
kata hindari jargon karena orang lain belum tentu memahaminya.

4. Hindari pemakaian kata kata slang. Kata slang merupakan kata non standar yang
digunakan dalam percakapan dengan teman sebaya. Pengunaan kata slang saat formal tentu
tidaklah baik.

5. Hindari ungkapan-ungkapan yang telah usang

6. Hindari bahasa atau kata artifisial yaitu rangkaian kata yang disusun secara kreatif untuk
menimbulkan rasa seni. Contoh: harum bunga mawar terberai terbawa angn sampai ke
penciumanku.

7. Hindari penggunaan kata kata atau kalimat percakapan dalam penulisan. Hal ini karena
kata- kata dalam percakapan merupakan kata nonformal, sehingga tidak baik ketika
digunakan saat menulis hal-hal yang bernuansa ilmiah.

Berikut merupakan macam hubungan makna yang terbentuk antar kata:

1. Sinonim. Merupakan kata kata yang memiliki kesamaan makna. Contoh: Pintar dengan
pandai, kurus dengan langsing. Meski memiliki kesamaan makna, kata-kata dalam sinonim
memiliki kesan masing-masing seperti halu atau kasarnya.
2. Antonim. Sekelompok kata yang memiliki makan yang berlawanan dengan kata lain.
Contoh: tinggi dengan pendek, pesek dengan mancung, dan ainnya.

3. Polisemi merupakan kata yang menunjukkan satuan bahasa yang dapat memiliki banyak
makna. Contoh: anak asuh, anak tangga, anak durhaka, anak sholeh. Dan lain-lain.

4. Hiponim merupakan makna kata yang tercakup dalam kata lain. Contoh: melati merupakan
hiponim dari bunga.

5. Hipernim merupakan kata yang mencakup kata lain. Kebalikan dari hiponim. Contoh:
bunga merupakan hipernim dari melati, mawar, kenanga dan lain-lain.

6. Homonim merupakan sekelompok kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi tapi
memiliki arti yang berbeda. Contoh: (1)Hak asuh anak jatuh kepda ibunya; dengan (2) wanita
itu memakai sepatu berhak tinggi. Pada kalimat pertama hak berarti kepemilikian sedangkan
pada kalimatkedua artinya bagian sepatu. Atau (1) ular ini mengeluarkan bisa yang sangat
berbahaya; dengan (2) kamu pasti bisa menghadapinya. Bisa pada kalimat pertama artinya
racun sedangkan bisa pada kalimat kedua artinya kemampuan.

7. Homofon merupakan sekelompok kata yang memilikikesamaan bunyi namun ejaan dan
arti berbeda. Contoh: (1) bulan ini saya mendapat bunga bank sebesar 3% ; dengan (2) bang,
pesen somay satu piring.

8. Homograf yaitu kata yang memiliki tulisan sama namun bunyi dan arti berbeda. Contoh:
(1) Saya sudah sampai di Serang, bu; (2) andi diserang kawanan begal.

Anda mungkin juga menyukai