Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Pengertian Tipologi Manusia.............................................................................3
B. Konsep Tipologi Manusia Dalam Al-Quran......................................................3
C. Tipologi Manusia Dalam Konteks Fungsionalisasi dan Implikasinya Terhadap
Peran dan Tanggung Jawab Manusia................................................................5
BAB III PENUTUP..........................................................................................................8
A. Kesimpulan........................................................................................................8
B. Saran..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................9
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah manusia dengan segala potensiitasnya. Ia dapat memilih hendak
mendayagunakan potensi itu dan kemudian menyempurnakan diri menjadi hamba Tuhan
yang sebenarnya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Quran bahwa manusia itu
memiliki beberapa redaksi di antaranya ialah “al-Nas” yang artinya bahwa manusia itu
mempunya jiwa sosial. Dengan kata lain bahwa manusia itu saling membutuhkan antar
satu sama lain.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat ditarik rumusan masalahnya sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian tipologi manusia?
2. Bagaimana konsep tipologi manusia dalam Al-Quran?
1
2
C. Tujuan
Rumusan masalah di atas mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian tipologi manusia.
2. Untuk mengetahui konsep tipologi manusia dalam Al-Quran.
3. Untuk mengetahui bagaimana Al-Quran menggambarkan tipologi manusia dalam
konteks fungsionalisasi, dan implikasinya terhadap peran dan tanggung jawab
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Al- Basyar
Makna ini ditampilkan melalui ungkapan basyar yang menunjuk pada makna
kulit, anggota tubuh dan fungsi-fungsinya. Sebagai basyar manusia hanyalah
kumpulan dari organ-organ tubuh yang memiliki fungsi fisiologis semata dan
memiliki kaitan dengan tindakan-tindakan yang memerlukan topangan organ-organ
fisik.
2. Insan
Kata ini lebih menekankan pada aspek psikologis manusia yang dapat
berpikir dan merasakan apa yang dialaminya. Namun demikian harus dipahami bahwa
insaan tidak ada tanpa ada basyar, karena sifat insaan senantiasa melekat pada sifat
basyariyah manusia. Basyar merupakan wujud materi, sementara insaan merupakan
eksiden bagi materi tersebut.
1
https://www.pinhome.id/kamus-istilah-properti/tipologi/ diakses pada tanggal 22 Mei 2023.
2
Gabriella Novrianty Lubis dkk, (Tipologi Berdasarkan Temperamen), Fakultas Psikologi, Universitas
Indonesia Y.A.I, 2020, hlm. 3Persada
3
4
3. Naas
Pengamatan terhadap pemakaian kata naas dalam al-Qur'an memperlihatkan
bahwa al-Qur'an menggunakannya dalam pengertian manusia dalam aktualnya di
muka bumi dengan segala sepak terjangnya, apakah negatip ataupun positip. Manusia
ini adalah manusia yang berada dalam ruang dan waktu yang aktual. Karena mengacu
pada wujud manusia secara faktual dalam kehidupan dunia ini, kepada naas inilah
titah Tuhan sering diarahkan, seperti titah untuk menyembah, memakan makanan
yang halal dan bagus, untuk bertakwa dan lain sebagainya.
Pemakaian al-Qur'an yang semacam ini terhadap kata naas tampak sejalan
dengan makna kata tersebut apabila ditinjau dari sisi bahasa. Di samping dikatakan
memiliki makna seperti ins, sebagaimana diterangkan di atas, kata naas dari sudut lain
dapat dianggap berasal dari kata naasa-yanuusu, yang berarti bergerak ke sana kemari.
Manusia dikatakan dengan sebutan nâs karena manusia bergerak dan mengalami
perubahan dan berbeda-beda serta berubah-ubah.
4. Ins
Ditinjau dari pemakaiannya yang disebutkan secara bersama-sama dengan
kata jinn, kata ins mengacu pada makna jinak, yang berarti dapat dilihat dan
ditangkap karena memang diperlihatkan, karena makna kata "jinn" secara bahasa
berarti samar, tertutup dan tidak dapat ditangkap. Tentunya, ini dipandang dari sudut
dunia manusia. Dari makna bahasa ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya
makhluk Tuhan ada dua, yaitu bangsa ins, bangsa makhluk Tuhan yang diperlihatkan
sehingga terlihat, dan yang tertutup sehingga tidak terlihat (oleh manusia), yaitu jinn.
5
Di samping bahwa makhluk Tuhan itu ada dua jenis, yang terlihat dan tidak
tampak sebagaimana disebutkan di atas, penyebutan dua jenis makhluk ini dalam al-
Qur'an lebih ditekankan pada aspek adanya hubungan antara keduanya, hubungan
saling mempengaruhi satu sama lain dengan tekanan utamanya bahwa jin sering
dianggap sebagai yang dapat menyesatkan manusia, dan manusia sendiri menjadikan
jin sebagai tempat perlindungan, subyek yang dimintai pertolongan.
5. Bani Adam
Al-Qur'an mempergunakan istilah ini, terutama dalam rangka mengingatkan
asal-usulnya yang berkaitan dengan cerita Adam. Mereka harus berkaca pada
pengalaman Adam yang pernah dijerumuskan oleh setan ke dalam tindakan yang
dilarang Tuhan (QS. al-A‟raaf: 27). Oleh karena itu, ungkapan bani Adam lebih
menekankan pada peringatan terhadap manusia agar memegang nikmat yang telah
diberikan kepada Allah, apakah nikmat itu berupa pemberian kemulyaan,
penghidupan di darat dan laut, pemberian rizki ataupun kedudukan di atas makhluk
lainnya, ikatan janji primordial untuk tidak menyembah setan karena telah bersaksi
bahwa Allah adalah Tuhannya, yang telah memberikan pakaian takwa yang harus
mereka pergunakan setiap kali mereka menuju ke tempat sujud, dan itu bumi itu
sendiri.3
3
Aminatuz Zahro (Manusia Dalam Perspektif Al-Quran).Vol 10.no.1. Jurnal Pendidikan Islam.
2017.Hlm 81-83.
6
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia memiliki peran dan tanggung
jawab yang luas. Al-Quran memberikan arahan yang jelas mengenai peran dan tanggung
jawab manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Manusia dituntut untuk menjaga alam,
menjalankan ketaatan kepada Allah, mengembangkan potensi diri, mencari ilmu dan
pengetahuan yang bermanfaat, serta berkontribusi positif bagi masyarakat. Implikasinya,
manusia harus hidup dengan kesadaran akan tanggung jawabnya dan menjalankan peran
tersebut dengan penuh tanggung jawab, integritas, dan kesadaran spiritual. Melalui
pemenuhan peran dan tanggung jawab ini, manusia dapat mencapai keseimbangan dalam
kehidupan dan mendapatkan keberkahan serta kebahagiaan di dunia dan akhirat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tipologi manusia adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan manusia
menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik fisik,
psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai budaya, dan seterusnya
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia memiliki peran dan tanggung
jawab yang luas. Al-Quran memberikan arahan yang jelas mengenai peran dan tanggung
jawab manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Manusia dituntut untuk menjaga alam,
menjalankan ketaatan kepada Allah, mengembangkan potensi diri, mencari ilmu dan
pengetahuan yang bermanfaat, serta berkontribusi positif bagi masyarakat. Implikasinya,
manusia harus hidup dengan kesadaran akan tanggung jawabnya dan menjalankan peran
tersebut dengan penuh tanggung jawab, integritas, dan kesadaran spiritual. Melalui
pemenuhan peran dan tanggung jawab ini, manusia dapat mencapai keseimbangan dalam
kehidupan dan mendapatkan keberkahan serta kebahagiaan di dunia dan akhirat.
B. Saran
Menyikapi hal yang sudah dipaparkan di atas, maka hendaknya sebagai manusia
dapat memperkuat pendidikan dan pemahaman agama yang mencakup ajaran Al-Quran,
galakkan keterlibatan sosial dalam membangun masyarakat yang adil dan tolong-
menolong, dorong penelitian dan pengembangan ilmu yang berlandaskan pada ajaran Al-
Quran, utamakan keselarasan dalam menjalani kehidupan dengan menjaga keseimbangan
antara tanggung jawab terhadap Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan alam.
8
DAFTAR PUSTAKA
Aminatuz Zahro (Manusia Dalam Perspektif Al-Quran)10, no. 1 Jurnal Pendidikan Islam.
2017.Hlm 81-83.
Rasyad. “Konsep Khalifah Dalam Al- Qur’an (Kajian Ayat 30 Surat Al-Baqarah Dan Ayat 26
Surat Shaad)” 19, no. 1 (2022): 20–31.