Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FUNGSIONALISASI TIPOLOGI MANUSIA DALAM AL-QURAN


Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Ilmu Islam Terapan

Dosen Pengampu: H. Zaenal Khafidin, S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh :

1. Melly Noor Haniah (2210610049)


2. Zaky Muflihul Hanan. (2210610050)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Pengertian Tipologi Manusia.............................................................................3
B. Konsep Tipologi Manusia Dalam Al-Quran......................................................3
C. Tipologi Manusia Dalam Konteks Fungsionalisasi dan Implikasinya Terhadap
Peran dan Tanggung Jawab Manusia................................................................5
BAB III PENUTUP..........................................................................................................8
A. Kesimpulan........................................................................................................8
B. Saran..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................9

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah manusia dengan segala potensiitasnya. Ia dapat memilih hendak
mendayagunakan potensi itu dan kemudian menyempurnakan diri menjadi hamba Tuhan
yang sebenarnya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Quran bahwa manusia itu
memiliki beberapa redaksi di antaranya ialah “al-Nas” yang artinya bahwa manusia itu
mempunya jiwa sosial. Dengan kata lain bahwa manusia itu saling membutuhkan antar
satu sama lain.

Manusia diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna dibandingkan makhluk


Allah yang lainnya, karena ia dikaruniai akal dan bentuk yang sempurna yang tidak
dimiliki oleh makhluk lainnya. Ia dapat menggunakan akalnya untuk melakukan apapun
yang ia inginkan. Ia juga dapat membedakan antara baik dan buruk. Hanya saja, manusia
juga diberi nafsu oleh Allah sehingga terkadang nafsunya mengalahkan akalnya.

Manusia dikaruniai oleh Allah berbagai kelebihan, disamping memilki banyak


kekurangan juga. Dalam hal ini, Allah membebaskan manusia untuk beraktivitas dan
berusaha sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. ia diperintah untuk melakukan
apapun yang ia bisa untuk mencari karunia Allah.

Sebagai khalifah fil ardl manusia diberi kewenangan untuk memanfaatkan bumi


Allah sebagai tempat tinggal. Baik buruknya bumi dipercayakan kepada manusia. Oleh
karena itu, jika saat ini bumi semakin tidak bersahabat maka sebenarnya keadaan itu
adalah ulah tangan-tangan usil manusia itu sendiri. Al-Quran telah menjelaskan sifat-sifat
baik maupun buruk manusia dalam ayat-ayatnya dengan berbagai redaksi, diantaranya
adalah dengan kata al-nas . Dalam makalah ini juga akan dijelaskan beberapa hal yang
terkait dengan manusia dalam Al-Quran.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat ditarik rumusan masalahnya sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian tipologi manusia?
2. Bagaimana konsep tipologi manusia dalam Al-Quran?

1
2

3. Bagaimana Al-Quran menggambarkan tipologi manusia dalam konteks


fungsionalisasi, dan apa implikasinya terhadap peran dan tanggung jawab manusia
dalam menjalani kehidupan di dunia ini?

C. Tujuan
Rumusan masalah di atas mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian tipologi manusia.
2. Untuk mengetahui konsep tipologi manusia dalam Al-Quran.
3. Untuk mengetahui bagaimana Al-Quran menggambarkan tipologi manusia dalam
konteks fungsionalisasi, dan implikasinya terhadap peran dan tanggung jawab
manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tipologi Manusia


Secara bahasa, tipologi berasal dari kata type yang berarti pengelompokan
dan logos yang berarti ilmu. Jadi, tipologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
pengelompokan sesuatu berdasarkan jenis atau kategorinya. Ilmu pengelompokan ini,
mengenal, menganalisa, dan mengklasifikan objek dengan ciri khas struktur formal yang
sama dengan kesamaan sifat dasar menjadi jenis-jenis tertentu. 1

Sedangkan tipologi manusia adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan


manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik
fisik, psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai budaya, dan seterusnya.2

B. Konsep Tipologi Manusia Dalam Al-Quran


Manusia adalah makhluk Allah yang memiliki komponen jasad, akal dan hati.
Sehingga manusia memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda dengan makhluk
lainnya. Berikut adalah terminologi manusia dalam Al-Quran.

1. Al- Basyar
Makna ini ditampilkan melalui ungkapan basyar yang menunjuk pada makna
kulit, anggota tubuh dan fungsi-fungsinya. Sebagai basyar manusia hanyalah
kumpulan dari organ-organ tubuh yang memiliki fungsi fisiologis semata dan
memiliki kaitan dengan tindakan-tindakan yang memerlukan topangan organ-organ
fisik.

2. Insan
Kata ini lebih menekankan pada aspek psikologis manusia yang dapat
berpikir dan merasakan apa yang dialaminya. Namun demikian harus dipahami bahwa
insaan tidak ada tanpa ada basyar, karena sifat insaan senantiasa melekat pada sifat
basyariyah manusia. Basyar merupakan wujud materi, sementara insaan merupakan
eksiden bagi materi tersebut.

1
https://www.pinhome.id/kamus-istilah-properti/tipologi/ diakses pada tanggal 22 Mei 2023.
2
Gabriella Novrianty Lubis dkk, (Tipologi Berdasarkan Temperamen), Fakultas Psikologi, Universitas
Indonesia Y.A.I, 2020, hlm. 3Persada

3
4

Kata insaan juga dikaitkan dengan asal-usul penciptaannya. Namun


demikian, asal usul penciptaan manusia di sini sedikit agak berbeda dengan asalusul
yang disebutkan dalam kaitannya dengan kata basyar. Meskipun juga dikaitkan
dengan unsur-unsur sebagaimana yang disebutkan dalam basyar, seperti tanah yang
liat dan debu, kata insaan dikaitkan paling sering dengan kata nuthfah (QS. al-Insaan:
2; QS. Yaasiin: 77; QS. al-Nahl: 4).

3. Naas
Pengamatan terhadap pemakaian kata naas dalam al-Qur'an memperlihatkan
bahwa al-Qur'an menggunakannya dalam pengertian manusia dalam aktualnya di
muka bumi dengan segala sepak terjangnya, apakah negatip ataupun positip. Manusia
ini adalah manusia yang berada dalam ruang dan waktu yang aktual. Karena mengacu
pada wujud manusia secara faktual dalam kehidupan dunia ini, kepada naas inilah
titah Tuhan sering diarahkan, seperti titah untuk menyembah, memakan makanan
yang halal dan bagus, untuk bertakwa dan lain sebagainya.

Pemakaian al-Qur'an yang semacam ini terhadap kata naas tampak sejalan
dengan makna kata tersebut apabila ditinjau dari sisi bahasa. Di samping dikatakan
memiliki makna seperti ins, sebagaimana diterangkan di atas, kata naas dari sudut lain
dapat dianggap berasal dari kata naasa-yanuusu, yang berarti bergerak ke sana kemari.
Manusia dikatakan dengan sebutan nâs karena manusia bergerak dan mengalami
perubahan dan berbeda-beda serta berubah-ubah.

Dengan demikian, apabila kata-kata yang disebut sebelumnya lebih mengacu


pada konsep tentang manusia, kata naas lebih menunjuk pada sepak terjang manusia
yang merupakan realisasi aktual dari konsep tersebut di atas, insdalam bentuk basyar
dan insaan serta bani Adam.

4. Ins
Ditinjau dari pemakaiannya yang disebutkan secara bersama-sama dengan
kata jinn, kata ins mengacu pada makna jinak, yang berarti dapat dilihat dan
ditangkap karena memang diperlihatkan, karena makna kata "jinn" secara bahasa
berarti samar, tertutup dan tidak dapat ditangkap. Tentunya, ini dipandang dari sudut
dunia manusia. Dari makna bahasa ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya
makhluk Tuhan ada dua, yaitu bangsa ins, bangsa makhluk Tuhan yang diperlihatkan
sehingga terlihat, dan yang tertutup sehingga tidak terlihat (oleh manusia), yaitu jinn.
5

Di samping bahwa makhluk Tuhan itu ada dua jenis, yang terlihat dan tidak
tampak sebagaimana disebutkan di atas, penyebutan dua jenis makhluk ini dalam al-
Qur'an lebih ditekankan pada aspek adanya hubungan antara keduanya, hubungan
saling mempengaruhi satu sama lain dengan tekanan utamanya bahwa jin sering
dianggap sebagai yang dapat menyesatkan manusia, dan manusia sendiri menjadikan
jin sebagai tempat perlindungan, subyek yang dimintai pertolongan.

5. Bani Adam
Al-Qur'an mempergunakan istilah ini, terutama dalam rangka mengingatkan
asal-usulnya yang berkaitan dengan cerita Adam. Mereka harus berkaca pada
pengalaman Adam yang pernah dijerumuskan oleh setan ke dalam tindakan yang
dilarang Tuhan (QS. al-A‟raaf: 27). Oleh karena itu, ungkapan bani Adam lebih
menekankan pada peringatan terhadap manusia agar memegang nikmat yang telah
diberikan kepada Allah, apakah nikmat itu berupa pemberian kemulyaan,
penghidupan di darat dan laut, pemberian rizki ataupun kedudukan di atas makhluk
lainnya, ikatan janji primordial untuk tidak menyembah setan karena telah bersaksi
bahwa Allah adalah Tuhannya, yang telah memberikan pakaian takwa yang harus
mereka pergunakan setiap kali mereka menuju ke tempat sujud, dan itu bumi itu
sendiri.3

C. Tipologi Manusia Dalam Konteks Fungsionalisasi dan Implikasinya Terhadap


Peran dan Tanggung Jawab Manusia
Al-Quran memberikan gambaran yang kaya dan mendalam tentang tipologi
manusia dalam konteks fungsionalisasi, yaitu bagaimana setiap individu memiliki peran
dan tanggung jawabnya sendiri dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Berikut adalah
beberapa cara Al-Quran menggambarkan tipologi manusia dan implikasinya terhadap
peran dan tanggung jawab manusia:

1. Manusia sebagai Khalifah Allah: Dalam Al-Quran, manusia digambarkan sebagai


khalifah Allah di bumi (QS. Al-Baqarah: 30). Sebagai khalifah, manusia diberi
tanggung jawab untuk menjadi pengelola alam semesta ini. Implikasinya, manusia
harus menjaga dan memelihara alam, menggunakan sumber daya alam dengan bijak,
dan mengelola dunia ini dengan keadilan, kesetaraan, dan rasa tanggung jawab.

3
Aminatuz Zahro (Manusia Dalam Perspektif Al-Quran).Vol 10.no.1. Jurnal Pendidikan Islam.
2017.Hlm 81-83.
6

Manusia perlu mengembangkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam


dan bertindak sebagai pemelihara yang bertanggung jawab.4
2. Manusia sebagai Hamba Allah: Al-Quran menekankan bahwa manusia adalah hamba
Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya (QS. Al-Isra: 70). Sebagai hamba,
manusia memiliki tanggung jawab untuk beribadah kepada Allah, mengikuti perintah-
Nya, dan menjalankan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Implikasinya,
manusia harus menjalankan ketaatan kepada Allah dalam segala aspek kehidupan,
seperti menjalankan salat, berpuasa, membayar zakat, dan menjauhi perbuatan yang
dilarang. Peran dan tanggung jawab manusia dalam konteks ini adalah untuk hidup
dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah, serta menjalankan ajaran-Nya dalam
semua aspek kehidupan.5
3. Manusia sebagai Makhluk yang Diberi Potensi: Al-Quran menyatakan bahwa
manusia diberi potensi dan kemampuan unik oleh Allah (QS. At-Tin: 4-6). Manusia
memiliki akal, intelektualitas, dan kreativitas yang harus dikembangkan dan
digunakan untuk kebaikan diri sendiri dan masyarakat. Implikasinya, manusia harus
mengembangkan potensi-potensi ini melalui pendidikan, penelitian, dan
pengembangan diri. Manusia perlu menghargai dan memanfaatkan kemampuan yang
diberikan oleh Allah untuk mencapai kesempurnaan diri dan memberikan kontribusi
yang bermanfaat bagi masyarakat. Tanggung jawab manusia dalam konteks ini adalah
untuk mengembangkan diri, menggunakan potensi-potensi yang dimiliki, dan
memberikan kontribusi positif dalam masyarakat.
4. Manusia sebagai Pencari Ilmu dan Pengetahuan: Al-Quran mendorong manusia untuk
mencari ilmu dan pengetahuan (QS. Al-Zumar: 9). Manusia dituntut untuk
mempelajari dan memperoleh pengetahuan yang benar untuk membimbing
kehidupannya. Implikasinya, manusia harus memiliki semangat belajar, mengejar
pengetahuan yang bermanfaat, dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Al-Quran menghargai orang yang memiliki pengetahuan dan
memberikan mereka kedudukan yang tinggi. Manusia memiliki tanggung jawab untuk
mengembangkan diri melalui pendidikan, mengejar pengetahuan yang bermanfaat,
dan menyebarkan pengetahuan tersebut kepada orang lain untuk kemajuan umat
manusia.
4
Rasyad, “Konsep Khalifah Dalam Al- Qur’an (Kajian Ayat 30 Surat Al-Baqarah Dan Ayat 26 Surat
Shaad)” 19, no. 1 (2022): 20–31.
5
Siti Ummah, “KONSEP MANUSIA SEBAGAI HAMBA DALAM AL QUR’AN DAN
PERANNYA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,” Jurnal Studi Islam 14, no. 2 (2019): 73–85.
7

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia memiliki peran dan tanggung
jawab yang luas. Al-Quran memberikan arahan yang jelas mengenai peran dan tanggung
jawab manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Manusia dituntut untuk menjaga alam,
menjalankan ketaatan kepada Allah, mengembangkan potensi diri, mencari ilmu dan
pengetahuan yang bermanfaat, serta berkontribusi positif bagi masyarakat. Implikasinya,
manusia harus hidup dengan kesadaran akan tanggung jawabnya dan menjalankan peran
tersebut dengan penuh tanggung jawab, integritas, dan kesadaran spiritual. Melalui
pemenuhan peran dan tanggung jawab ini, manusia dapat mencapai keseimbangan dalam
kehidupan dan mendapatkan keberkahan serta kebahagiaan di dunia dan akhirat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tipologi manusia adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan manusia
menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik fisik,
psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai budaya, dan seterusnya

Terminologi manusia dalam Al-Quran antara lain :


1. Al- Basyar
2. Insan
3. Naas
4. Ins
5. Bani Adam

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia memiliki peran dan tanggung
jawab yang luas. Al-Quran memberikan arahan yang jelas mengenai peran dan tanggung
jawab manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Manusia dituntut untuk menjaga alam,
menjalankan ketaatan kepada Allah, mengembangkan potensi diri, mencari ilmu dan
pengetahuan yang bermanfaat, serta berkontribusi positif bagi masyarakat. Implikasinya,
manusia harus hidup dengan kesadaran akan tanggung jawabnya dan menjalankan peran
tersebut dengan penuh tanggung jawab, integritas, dan kesadaran spiritual. Melalui
pemenuhan peran dan tanggung jawab ini, manusia dapat mencapai keseimbangan dalam
kehidupan dan mendapatkan keberkahan serta kebahagiaan di dunia dan akhirat.

B. Saran
Menyikapi hal yang sudah dipaparkan di atas, maka hendaknya sebagai manusia
dapat memperkuat pendidikan dan pemahaman agama yang mencakup ajaran Al-Quran,
galakkan keterlibatan sosial dalam membangun masyarakat yang adil dan tolong-
menolong, dorong penelitian dan pengembangan ilmu yang berlandaskan pada ajaran Al-
Quran, utamakan keselarasan dalam menjalani kehidupan dengan menjaga keseimbangan
antara tanggung jawab terhadap Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan alam.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pinhome.id/kamus-istilah-properti/tipologi/ diakses pada tanggal 22 Mei 2023.

Gabriella Novrianty Lubis dkk, (Tipologi Berdasarkan Temperamen), Fakultas Psikologi,


Universitas. Persada Indonesia Y.A.I, 2020, hlm. 3

Aminatuz Zahro (Manusia Dalam Perspektif Al-Quran)10, no. 1 Jurnal Pendidikan Islam.
2017.Hlm 81-83.

Rasyad. “Konsep Khalifah Dalam Al- Qur’an (Kajian Ayat 30 Surat Al-Baqarah Dan Ayat 26
Surat Shaad)” 19, no. 1 (2022): 20–31.

Ummah, Siti. “KONSEP MANUSIA SEBAGAI HAMBA DALAM AL QUR’AN DAN


PERANNYA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT.” Jurnal Studi Islam 14,
no. 2 (2019): 73–85.

Anda mungkin juga menyukai