Anda di halaman 1dari 6

A. Latihan hlm.

62-63
1. Proposisi adalah suatu pernyataan yang dapat dianggap benar atau salah. Proposisi
sering kali digunakan dalam konteks logika, karena logika berurusan dengan
kebenaran dan kevalidan pernyataan. Dalam logika, proposisi dapat digunakan untuk
membentuk argumen atau rangkaian pernyataan yang diarahkan untuk membuktikan
atau membantah sebuah kesimpulan.
Logika tidak berurusan dengan pernyataan yang bersifat menyuruh,
melarang, atau ungkapan emosional lainnya, karena jenis pernyataan tersebut tidak
dapat dianggap benar atau salah secara objektif. Pernyataan yang bersifat menyuruh
atau melarang, seperti "Harus" atau "Tidak boleh", tergantung pada nilai atau
preferensi individu, sehingga sulit untuk diuji kebenarannya secara objektif.
Sementara itu, ungkapan emosional seperti "Saya senang" atau "Saya sedih" juga
tidak dapat diuji kebenarannya secara objektif, karena mereka hanya menggambarkan
perasaan subjektif individu. Oleh karena itu, logika hanya berurusan dengan proposisi
yang dapat dianggap benar atau salah secara objektif.
2. Yang proposisi dan bukan proposisi :
a. Mereka datang terlambat.
- Proposisi karena dapat diuji kebenarannya, yaitu apakah mereka datang
terlambat atau tidak.
b. Semoga mereka tidak datang terlambat.
- Bukan proposisi karena tidak dapat diuji kebenarannya secara objektif, karena
merupakan ungkapan keinginan atau harapan.
c. Suruhlah dia mengerjakan pekerjaan itu.
- Bukan proposisi karena bukan pernyataan, tetapi merupakan perintah atau
instruksi.
d. Saya akan berangkat jam 7.00.
- Proposisi karena dapat diuji kebenarannya, yaitu apakah saya benar-benar
berangkat pada jam 7.00 atau tidak.
e. Semua yang datang dimohon untuk duduk.
- Bukan proposisi karena bukan pernyataan, tetapi merupakan permintaan atau
imbauan.
f. Zaman sekarang adalah zaman pembangunan.
- Proposisi karena dapat diuji kebenarannya, meskipun mungkin perlu
didefinisikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan "zaman
pembangunan".
g. Ibu-ibu dan bapak-bapak yang terhormat.
- Bukan proposisi karena bukan pernyataan, tetapi merupakan panggilan atau
ucapan hormat.
h. Nabi Sulaiman adalah seorang jenius.
- Proposisi karena dapat diuji kebenarannya, meskipun mungkin perlu
didefinisikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan "jenius".
3. Permasalahan kuantitas dan kualitas merujuk pada dua kategori kesalahan yang dapat
terjadi dalam argumen logika.
Permasalahan kuantitas terjadi ketika argumen tersebut memiliki kesalahan
pada kuantitas premis atau kesimpulan. Terdapat dua jenis kesalahan kuantitas: (1)
kesalahan berlebihan atau terlalu banyak, dan (2) kesalahan kekurangan atau terlalu
sedikit. Kesalahan berlebihan terjadi ketika kesimpulan diambil dari premis yang
terlalu banyak atau terlalu umum. Sementara itu, kesalahan kekurangan terjadi ketika
kesimpulan diambil dari premis yang terlalu sedikit atau terlalu spesifik.
Sementara itu, permasalahan kualitas terjadi ketika argumen tersebut
memiliki kesalahan pada kualitas premis atau kesimpulan. Terdapat dua jenis
kesalahan kualitas: (1) kesalahan afirmatif atau positif, dan (2) kesalahan negatif.
Kesalahan afirmatif terjadi ketika premis positif digunakan untuk menghasilkan
kesimpulan negatif, atau sebaliknya. Sementara itu, kesalahan negatif terjadi ketika
premis negatif digunakan untuk menghasilkan kesimpulan positif, atau sebaliknya.
Dalam logika, argumen yang benar harus memiliki kuantitas dan kualitas
yang benar pada setiap premis dan kesimpulan untuk dapat dianggap valid. Oleh
karena itu, permasalahan kuantitas dan kualitas harus dihindari agar argumen menjadi
valid dan dapat diandalkan.
4. Maksud dari lambang A, I, U, E, dan O :
a. A (All/Universal Affirmative)
Lambang A melambangkan proposisi universal afirmatif, yang menyatakan bahwa
suatu hal atau subjek tertentu benar untuk semua anggota kelasnya. Contohnya
adalah "Semua manusia adalah makhluk hidup."
b. I (Some/Particular Affirmative)
Lambang I melambangkan proposisi particular afirmatif, yang menyatakan bahwa
suatu hal atau subjek tertentu benar untuk sebagian anggota kelasnya. Contohnya
adalah "Beberapa mahasiswa pintar."
c. U (All/Universal Negative)
Lambang U melambangkan proposisi universal negatif, yang menyatakan bahwa
suatu hal atau subjek tertentu tidak benar untuk semua anggota kelasnya.
Contohnya adalah "Tidak semua manusia adalah jahat."
d. E (Some/Particular Negative)
Lambang E melambangkan proposisi particular negatif, yang menyatakan bahwa
suatu hal atau subjek tertentu tidak benar untuk sebagian anggota kelasnya.
Contohnya adalah "Beberapa buah-buahan tidak sehat."
e. O (Some/Particular Negative)
Lambang O melambangkan proposisi particular negatif, yang juga menyatakan
bahwa suatu hal atau subjek tertentu tidak benar untuk sebagian anggota kelasnya,
namun dibedakan dari lambang E karena proposisi ini berbeda dalam arah logika.
Contohnya adalah "Beberapa manusia tidak cerdas."
5. Proposisi berikut :
a. subyek: semua orang, predikat: tidak dapat menyelesaikan masalah itu.
b. kualitas: negatif, kuantitas: universal
c. permasalahan: E (tidak semua subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: sebagian pemain drama, predikat: mahasiswa.
b. kualitas: afirmatif, kuantitas: partikular
c. permasalahan: I (sebagian subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: semua harapan, predikat: tidak sia-sia.
b. kualitas: afirmatif, kuantitas: universal
c. permasalahan: A (semua subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: keadilan, predikat: sesuatu yang tidak mudah dilaksanakan.
b. kualitas: afirmatif, kuantitas: universal
c. permasalahan: A (semua subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: sebagian manusia yang tidak belajar, predikat: sukses.
b. kualitas: afirmatif, kuantitas: partikular
c. permasalahan: I (sebagian subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: kanker, predikat: penyakit yang belum bisa terobati sepenuhnya.
b. kualitas: afirmatif, kuantitas: universal
c. permasalahan: A (semua subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: banyak orang, predikat: tidak menyetujui usul itu.
b. kualitas: negatif, kuantitas: universal
c. permasalahan: E (tidak semua subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: sebagian kaisar Roma, predikat: bajingan.
b. kualitas: afirmatif, kuantitas: partikular
c. permasalahan: I (sebagian subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: tidak semua orang, predikat: menyetujui usul itu.
b. kualitas: negatif, kuantitas: universal
c. permasalahan: E (tidak semua subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: dia, predikat: bukan guru, pelukis.
b. kualitas: negatif, kuantitas: universal
c. permasalahan: E (tidak semua subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: logika, predikat: tidak sukar.
b. kualitas: afirmatif, kuantitas: universal
c. permasalahan: A (semua subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: semua yang tidak ambisius, predikat: tidak sukses.
b. kualitas: afirmatif, kuantitas: universal
c. permasalahan: A (semua subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: sebagian yang tidak ambisius, predikat: dapat sukses.
b. kualitas: afirmatif, kuantitas: partikular
c. permasalahan: I (sebagian subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: cinta, predikat: lupa diri bagi kebahagiaan orang lain.
b. kualitas: afirmatif, kuantitas: universal
c. permasalahan: A (semua subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: tidak satu pun yang tidak bersayap, predikat: dapat terbang.
b. kualitas: afirmatif, kuantitas: universal
c. permasalahan: A (semua subjek termasuk dalam predikat)
a. subyek: sebagian binatang yang meluncur di malam hari, predikat: adalah
anggota konstelasi yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
b. kualitas: afirmatif, kuantitas: partikular
c. permasalahan: I (sebagian subjek termasuk dalam predikat)

a. subyek: Rudi, predikat: adalah seorang pemain yang tangguh.


b. kualitas: afirmatif, kuantitas: partikular
c. permasalahan: I (sebagian subjek termasuk dalam predikat)

B. Latihan hlm. 68
Tentukan penyebaran subyek dan predikat :
1. Subyek: Banyak orang, Predikat: tidak suka membaca surat kabar.
2. Subyek: Ada anak, Predikat: sangat pandai menggambar.
3. Subyek: ia, Predikat: bukan ahli ekonomi.
4. Jakarta adalah kota terpadat di Indonesia.
Subyek tertebar, Predikat tertebar
5. Hasan adalah anak terpandai di kelas itu.
Subyek tertebar; Predikat tertebar.
6. Beberapa orang tidak memperhitungkan masa depan mereka.
Subyek tak tertebar: Predikat tak tertebar.
7. Fatimah adalah seorang pemalu.
Subyek tertebar: Predikat tak tertebar.
8. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit.
Subyek tertebar: Predikat tertebar.
9. Pencuri tadi bukan Joni.
Subyek tertebar, Predikat tertebar.
10. Joni adalah pemburu.
Subyek tertebar: Predikat tak tertebar.
11. Pembela itu adalah Farida Hasan.
Subyek tertebar; Predikat tertebar
12. Tak satupun patriot adalah penakut.
Subyek tertebar: Predikat tertebar.
13. Semua manusia adalah fana
Subyek tertebar; Predikat tak tertebar.
14. Semua makhluk adalah ciptaan Tuhan.
Subyek tertebar; Predikat tertebar.
15. Kursi adalah perabot rumah tangga.
Subyek tertebar; Predikat tak tertebar.
C. Latihan hlm. 72
1. Tidak semua kalimat yang terdapat kata 'jika' dan 'maka' selalu merupakan proposisi
hipotetik. Meskipun kedua kata tersebut sering digunakan dalam proposisi hipotetik,
namun penggunaannya tidak selalu demikian.
Kata 'jika' biasanya digunakan untuk menyatakan suatu kondisi atau syarat
yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar suatu peristiwa atau keadaan tertentu dapat
terjadi. Sedangkan kata 'maka' digunakan untuk menyatakan suatu konsekuensi atau
hasil dari suatu peristiwa atau keadaan.
Contoh penggunaan kata 'jika' dan 'maka' dalam proposisi hipotetik adalah
seperti: "Jika hujan turun, maka jalan akan licin". Kalimat tersebut mengandung suatu
kondisi (hujan turun) yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar suatu peristiwa terjadi
(jalan akan licin).
Namun, terdapat juga kalimat yang mengandung kata 'jika' dan 'maka' namun
bukan proposisi hipotetik. Misalnya, "Jika kamu kelaparan, maka silakan makan nasi
goreng di warung depan". Kalimat tersebut mengandung kata 'jika' dan 'maka', namun
bukan merupakan proposisi hipotetik karena tidak menyatakan suatu hubungan antara
kondisi dan konsekuensi.
2. Perbedaan prinsip antara proposisi kategorik dan proposisi hipotetik adalah sebagai
berikut:
- Proposisi kategorik adalah proposisi yang mengandung kategori atau kelas,
sedangkan proposisi hipotetik adalah proposisi yang mengandung hipotesis atau
syarat.
- Proposisi kategorik hanya mengandung satu pernyataan atau pernyataan
tunggal, sedangkan proposisi hipotetik mengandung dua pernyataan atau lebih
yang saling terkait dan berhubungan.
- Proposisi kategorik dapat dijadikan dasar untuk melakukan penalaran deduktif,
sementara proposisi hipotetik dapat digunakan dalam penalaran hipotesis.
Perbedaan prinsip antara proposisi hipotetik dan proposisi disyungtif adalah sebagai
berikut:
- Proposisi hipotetik mengandung dua pernyataan atau lebih yang saling terkait dan
berhubungan, sedangkan proposisi disyungtif mengandung dua atau lebih pilihan
atau alternatif.
- Proposisi hipotetik biasanya diawali dengan kalimat "jika", sementara
proposisi disyungtif diawali dengan kata kunci seperti "atau", "entah", atau
"bukan".
- Proposisi hipotetik lebih berguna dalam menguji hubungan sebab-akibat antara
dua atau lebih variabel, sedangkan proposisi disyungtif berguna dalam
mengambil keputusan atau memilih antara dua pilihan atau lebih.
3. Berikut adalah tiga contoh proposisi hipotetik dari masing-masing tipe:
 Tipe 1: Bila A adalah B maka A adalah C.
a. Bila udara sangat dingin, maka suhu air akan turun.
b. Bila anak-anak berolahraga secara teratur, maka kesehatan mereka akan lebih
baik.
c. Bila orang mengkonsumsi makanan yang kaya serat, maka mereka cenderung
mengalami sembelit lebih sedikit.
 Tipe 2: Bila A adalah B maka C adalah D.
a. Bila teknologi semakin maju, maka pekerjaan manusia akan semakin
tergantikan oleh mesin.
b. Bila orang banyak yang beralih ke kendaraan listrik, maka polusi udara akan
berkurang.
c. Bila seseorang mengkonsumsi alkohol secara berlebihan, maka risiko terkena
penyakit hati akan meningkat.
4. Proposisi disyungtif sempurna. Contohnya:
- Rudi bercelana hitam atau non-hitam.
- Yosi mungkin berada di kantor mungkin tidak berada di kantor
- Rini berbusana adat Bugis atau berbusana adat non-Bugis.
Proposisi disyungtif tidak sempurna. Contohnya:
- Rani berbaju hijau atau berbaju biru.
- Alif bermain di lapangan atau di taman.
- Restu berada di Makassar mungkin pula di Enrekang.
5. Berilah tipe atau rumus dari proposisi kondisional berikut:
a. Hasan mungkin mendapat nilai tujuh, mungkin pula empat.
Disyungtif tidak sempurna
b. Yang mencuri jika bukan Sidin adalah Badu.
Disyungtif tidak sempurna
c. Budi mungkin di pasar dan mungkin pula tidak di pasar.
Disyungtif sempurna
d. Ia adalah orang Inggris mungkin pula bukan orang Inggris.
Disyungtif sempurna
e. la berada di Yogyakarta mungkin pula di Solo.
Disyungtif tidak sempurna
f. Jika keadilan dilaksanakan pertanda kemakmuran negeri sedang bakal terlaksana.
Hipotetik bentuk kedua
g. Jika sesuatu itu makhluk maka ia tidak bisa wujud karena dirinya sendiri.
Hipotetik bentuk pertama
h. Bila penduduk negeri takwa kepada Tuhan niscaya Tuhan akan
memakmurkannya.
Hipotetik bentuk pertama
i. Jika sesuatu itu adalah kuda, maka ia adalah binatang.
Hipotetik bentuk pertama

Anda mungkin juga menyukai