Anda di halaman 1dari 7

HUKUM SEBAGAI KAIDAH SOSIAL A.

Pendahuluan Kita sudah membicarakan tentang sistem sosial, ketertiban, pengendalian sosial dan sedikit banyak juga tentang norma sosial. oleh karena pembahasan mengenai norma sosial itu penting sekali dalam hubungannya dengan ilmu hukum, maka dalam bagian ini pembicaraannya akan lebih diperdalam. Keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat tercapai oleh karena proses-proses didalamnya, yaitu yang terdiri dari hubungan-hubungan serta kontak-kontak antara para anggota masyarakat dilaksanakan menurut suatu pola tertentu.1

B. Rumusan Masalah 1. Apa tujuan hukum sebagai kaidah sosial ? 2. Sebutkan empat kaidah sosial ?

Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. (Bandung:PT Citra Aditya Bakti, 2006), Hal 132

C. Pembahasan 1. Hukum Sebagai Kaidah Sosial Menurut Radbruch Kaidah Hukum dimasukkan dalam kaidah kesusilaan, Kaidah Kultur berada diantara kaidah alam dan kaidah kesusilaan. Radbruch juga menyatakan bahwa kaidah kesusilaan (kaidah sosial) dimasukkan ke dalam golongan kaidah ideal, sedangkan kaidah hukum ke dalam kaidah kultur.2 kehidupan manusia didalam pergaulan masyarakat diliputi oleh normanorma, yaitu peraturan hidup yang mempengaruhi tingkah laku manusia didalam masyarakat. Sejak masa kecilnya manusia merasakan adanya peraturan-peraturan hidup yang membatasi sepak terjangnya. Pada permulaan yang dialami hanyalah peraturan-peraturan hidup yang berlaku dalam lingkungan keluarga yang dikenalnya, kemudian juga yang berlaku diluarnya, dalam masyarakat. Yang dirasakan paling nyata ialah peraturanperaturan hidup yang berlaku dalam suatu negara. Akan tetapi dengan adanya norma-norma itu dirasakan pula olehnya adanya penghargaan dan perlindungan terhadap dirinya dan kepentingankepentinggannya. Demikianlah norma-norma itu mempunyai tujuan supaya kepentingan masing-masing warga masyarakat dan ketentraman dalam masyarakat terpelihara dan terjamin. 3 Dilihat dari kerangka uraian diatas, tingkah laku kita sehari-hari sebetulnya tidak mengandung kebebasan yang penuh. Tingkah laku kita diikat atau didisiplinkan oleh petunjuk-petunjuk tersebut. Perbuatanperbuatan kita sehari hari sebetulnya merupakan usaha untuk memenuhi petunjuk-petunjuk yang terkandung dalam norma-norma sosial. Kita tentunya enggan sekali untuk menyimpan dari norma-norma tersebut, sekalipun mungkin perbuatan itu sangat , menguntungkan diri kita sendiri. Dilihat dari kacamata ini, tingkah laku kita berusaha untuk memenuhi harapan-harapan yang terkandung dalam norma-norma sosial itu. Oleh
2

blogspot.com/2011/12/05/hukum-sebagai-kaidah/ (diakses pada tanggal 23 febuari 2013) Kansil. Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1989) Hal 82

karena itu petunjuk-petunjuk yang terkandung dalam norma sosial juga disebut suatu sistem harapan-harapan. Sekarang kita bisa mengatakan secara lebih tajam, bahwa tingkah laku kita sehari-hari adalah jawaban kita terhadap sistem harapan-harapan tersebut dalam bentuk penampilanpenampilan. Semakin sesuai penampilan-penampilan
4

para

anggota

masyarakat dengan harapan-harapan itu, semakin tinggi pula tingkat ketertiban yang ada dalam masyarakat.

Hukum sebagai kaidah sosial dibagi menjadi empat bagian yaitu: a. Norma Keagamaan Norma keagamaan merupakan peraturan atau kaidah yang sumbernya berasal dari perintah- perintah tuhan melalui para nabi atau rasul-nya. Bagi orang yang beragama, perintah- perintah tuhan merupakan pedoman dalam menentukan sikap tindak (way of life). Kaidah atau norma keagamaan tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan manusia tapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya dan hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya. Dengan kata lain, kaidah keagamaan tidak hanya memberikan petunjuk mengenai peribadatan semata-mata, tetapi juga petunjuk mengenai kehidupan sosial yang memberikan perlindungan kepada masyarakat, kepentingan-kepentingan orang lain, hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Umpamanya, membunuh itu dosa, hormatilah orangtuamu agar hidupmu selamat di dunia dan diakherat, tidak boleh berbohong karena yang berbohong akan masuk neraka, dan lain sebagainya. Pelanggaran terhadap kaidah atau norma keagamaan akan mendapatkan sanksi yang berupa siksaan dineraka. Tentu saja, norma agama hanya akan diikuti dan ditaati oleh orang yang beragama, sebab orang atheis tidak akan mempercayai hukum tersebut dan oleh karena itu norma atau kaidah agama tidak berfaidah bagi orang yang tidak beragama.

Ibid Hal 133

Kaidah Atau norma keagamaan: a) Sumbernya dari Tuhan b) Sanksinya bersifat internal, yaitu dosa (kecuali kaidah agama Islam, karena Islam merupakan ajaran dunia dan akhirat,maka jadi islam pun memiliki sanksi eksternal yg bersumber dari Tuhan, dan diterapkan didunia oleh pemimpin dunia yg diberi wewenang untuk itu. c) Isinya ditujukan pada sikap batin (kecuali kaidah agama islam juga ditujukan pada sikap lahir) d) Bertujuan demi kepentingan si pelakunya, yaitu agar manusia bebas dari azab dunia dan akhirat. e) (Achmad Ali) Menurut Tauhid tujuan segala-galanya yg kita lakukan di dunia adalah Demi Allah,karena Allah, dan bukan demi surga f) Daya kerjanya lebih menitikberatkan kewajiban daripada hak. b. Norma Kesusilaan Kaidah atau norma yang bersumber pada suara batin yang diinsyafi oleh setiap orang sebagai pedoman dalam menentukan sikap tindaknya, yang menuntunnya ke arah kemuliaan atau insan kamil. Misalnya, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan menipu, jangan berzinah, jangan meminum-minuman keras dan sebagainya. Pelanggaran terhadap kaidah atau norma kesusilaan akan mendapatkan sanksi yang bersifat otonom, yakni hukuman yang lahir dari dalam diri pribadinya, seperti penyesalan, siksaan batin, dan lain lain. Di dalam masyarakat selain terdapat orang yang dikategorikan sebagai orang susila, juga terdapat orang yang dikategorikan sebagai asusila. Dengan demikian, kaidah atau norma kesusilaan hanya dapat diikuti oleh sebagian anggota masyarakat yang bermoral saja. Dari contoh contoh tersebut di atas, maka akan terlihat dengan jelas bahwa isi norma atau kaidah keagamaan sama dengan isi norma atau kaidah kesusilaan.

Kaidah kesusilaan: a) Sumbernya diri sendiri/otonom b) Sanksinya bersifat internal, artinya berasal dari sendiri c) Isinya ditujukan pada sikap batin d) Bertujuan demi kepentingan si pelaku, agar dia menyempurnakan diri sendiri e) Daya kerjanya lebih menitikberatkan pada kewajiban. c. Norma Kesopanan Dalam kehidupan sehari-hari biasanya dikenal dengan istilah tatakrama, yaitu peraturan yang timbul dari pergaulan segolongan manusia. Kaidah ini ditaati dan dipatuhi sebagai pedoman dalam bersikap tindak pada suatu lingkungan masyarakat terbentuk, misalanya: jangan mencela orang lain, jangan meludah didepan orang lain, jangan berbicara kasar, dan sebagainya. Pelangggaran terhadap kaidah ini akan mendapatkan sanksi, sekalipun pada umumnya sanksi dari pelanggaran atas kaidah ini ringan,seperti pengucilan, cemoohan, dan sebagainya hukuman-hukuman seperti itu dimaksudkan untuk melindungi perasaan si pelaku

kepentingan-kepentingan warga masyarakat, karena selalu ada sebagian warga masyarakat yang tidak mengetahui tatakrama atau sopan santun. Kaidah Kesopanan: a) Sumbernya dari masyarakat secara tidak terorganisir b) Sanksinya bersifat eksternal dalam wujud celaan, cercaan, teguran, dan pengucilan c) Isinya ditujukan pada sikap lahir d) Bertujuan untuk ketertiban masyarakat e) Daya kerjanya lebih dititikberatkan pada kewajiban.

d. Norma Hukum Adalah peraturan-peraturan yang dibuat dan dilaksanakan oleh negara, dan berlaku dipertahankan secara paksa oleh alat-alat negara, seperti polisi, jaksa, hakim, dan sebagainya dengan demikian memaksa merupakan sifat khas dari kaidah atau norma hukum. Meskipun demikian, memaksa tidak dapat diartikan sebagai kesewenang-wenangan sebab pelaksaan hukum yang selalu dipaksakan dalam arti kata yang sesungguhnya tidak mungkin tercapai. Dengan perkataan lain, paksaan tidak berarti sewenang-wenang, melainkan harus bertujuan sebagai suatu tekanan. Untuk menghormati hukum, selain sebagai alat, paksaan tidak boleh dijadikan tujuan. Pelanggaran terhadap kaidah atau norma hukum akan mendapatkan sanksi yang bersifat heteronom, dalam hal ini lahir dari kekuasaan lain yang berada diluar diri pelanggar. Umpamanya tidak boleh membunuh, tidak boleh mencuri, tidak boleh bersaing secara tidak sehat, harus memenuhi perjajian yang dibuat, harus membaayar pajak dan sebagainya. Kaidah Hukum: a) Sumbernya dari masyarakat yg diwakili oleh suatu otoritas tertinggi dan terorganisir b) Sanksinya bersifat eksternal, dalam wujud ganti rugi perdata, denda, kurungan penjara sampai hukuman mati c) Isinya ditujukan mutlak pada sikap lahir d) Bertujuan untuk ketertiban masyarakat Daya kerjanya mengharmoniskan hak dan kewajiban. 5

Pipin Syarifin. Pengantar Ilmu Hukum. (Bandung: CV Pustaka Setia 1999) Hal 41

D. Kesimpulan Dari penjelasan ringkas diatas dapat kita ketahui apa tujuan hukum sebagai kaidah sosial yaitu untuk mengatur berbagai kepentingan didalam masyarakat biar masyarakat selalu hidupnya terkondisi, aman, dan tentram. Kaidah sosial dibagi menjadi empat yaitu kaidah keagamaam, kaidah kesusilaan, kaidah hukum, dan kaidah kesopanan.

Daftar Pustaka blogspot.com/2011/12/05/hukum-sebagai-kaidah/ Kansil. 1989. Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia Jakarta: Balai Pustaka Rahardjo Satjipto . 2006. Ilmu Hukum.Bandung: PT Citra Aditya Bakti Syarifin Pipin . 1999. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: CV Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai