ULUMUL HADITS
HADITS DIRAYAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits
Dosen Pengampu :
Muhammad Zaidar, S.Pd.I., M.Pd.I.
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
Dinda Rizki Ritiamentari (12007060)
Elsa Yuliam Dewi (12007145)
Egi Kurnia Wirandika (12007075)
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah Swt. Tidak ada daya dan upaya selain
dari Nya. Semoga kita selalu dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam
mengarungi kehidupan ini. Salawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad Saw.
Alhamdulillah atas izin dan kehendak-Nya, dengan ini makalah dapat kami
selesaikan. Makalah ini berjudul “Ilmu Hadits Dirayah”. Dalam makalah dijelaskan
tentang pengertian ilmu hadits dirayah, tujuan dan faedah dari ilmu hadits dirayah.
Penjelasan dalam makalah ini diharapkan kepada para pembaca lebih memahami
tentang Ilmu Hadist Dirayah dan supaya dapat menjadi nilai tambah dalam
mempelajari Islam.
Terakhir, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah ini, agar makalah ini lebih sempurna pada masa
yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
BAB II PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Hadis atau yang sering di istilahkan dalam bahasa Arab dengan Ulumul
Hadtis yang mengandung dua kata, yaitu ‘ulum’ dan ‘al-Hadits’. Kata ulum
dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti ilmu-ilmu,
sedangkan al-Hadits dari segi bahasa mengandung beberapa arti, diantaranya
baru, sesuatu yang dibicarakan, sesuatu yang sedikit dan banyak. Sedangkan
menurut istilah Ulama Hadits adalah “apa yang disandarkan kepada Nabi SAW
baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat, dan sirah beliau baik sebelum
kenabian atau sesudahnya”.
Sedangkan menurut ahli ushul fiqh, hadis adalah: “perkataan, perbuatan, dan
penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW setelah kenabian.”
Adapun sebelum kenabian tidak dianggap sebagai hadis, karena yang
dimaksud dengan hadis adalah mengerjakan apa yang menjadi konsekuensinya.
Dan ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan apa yang terjadi setelah kenabian.
Adapun gabungan kata ulum dan al-Hadis ini melahirkan istilah yang
selanjutnya dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu, yaitu Ulumul Hadits yang
memiliki pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadits
Nabi SAW”.
Pada mulanya, ilmu hadis memang merupakan beberapa ilmu yang masing-
masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang Hadis Nabi SAW dan para
perawinya, seperti Ilmu al-Hadis al-Sahih, Ilmu al-Mursal, Ilmu al-Asma’ wa al-
Kuna, dan lain-lain. Penulisan ilmu-ilmu hadis secara parsial dilakukan,
khususnya, oleh para ulama abad ke-3H. Umpamanya, Yahya ibn Ma’in
(234H/848M) menulis Tarikh al-Rijal, Muhammad ibn Sa’ad (230H/844)
menulis Al-Tabaqat, Ahmad ibn Hanbal (241H/855M) menulis Al-‘Ilaldan Al-
Nasikh wal Mansukh, serta banyak lagi yang lainnya. Ilmu-ilmu yang terpisah
dan bersifat parsial tersebut disebut dengan Ulumul Hadis, karena masing-
masing membicarakan tentang Hadis dan para perawinya. Akan tetapi, pada
masa berikutnya, ilmu-ilmu yang terpisah itu mulai digabungkan dan dijadikan
satu, serta selanjutnya dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
1
Terhadap ilmu yang sudah digabungkan dan menjadi satu kesatuan tersebut
tetap dipergunakan nama Ulumul Hadis, sebagaimana halnya sebelum
disatukan. Jadi penggunaan lafaz jamak Ulumul Hadis setelah keadaannya
menjadi satu adalah mengandung makna mufrad atau tunggal yaitu Ilmu
Hadits, karena telah terjadi perubahan makna lafaz tersebut dari maknanya
yang pertama (beberapa ilmu yang terpisah) menjadi nama dari suatu disiplin
ilmu yang khusus yang nama lainnya adalah Musthalahul Hadits.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang, pemakalah mengajukan
permaslahan sebagai berikut:
2. Apa sajakah Objek Kajian atau Pokok Bahasan Ilmu Hadits Dirayah?
C. Tujuan Masalah
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini dapat penyusun
uraikan sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut pendapat Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H) : Ilmu hadis dirayah
adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan perawi
dan sesuatu yang diriwayatkan.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa ilmu hadis dirayah adalah
kumpulan kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan perawi (sanad) dan
sesuatu yang diriwayatkan (matan) dari sisi diterima (maqbul) dan tidak
keadaan perawi dan sesuatu yang diriwayatkannya (mardud).
3
Keadaan para perawi, seorang perawi ketika menerima (tahammul) dan
menyampaikan (ada) hadits, adil atau tidak, di mana tempat tinggal lahir dan
wafatnya. Sedang kondisi marwi maksudnya hal-hal yang berkaitan dengan
persyaratan periwayatan ketika tahammul (menerima hadits)
dan ada’ (menyampaikan periwayatan), persambungan sanad dan tidaknya
dan lain-lain. Demikian juga berita yang diriwayatkan itu apakah rasional atau
tidak, bertentangan dengan Al-Qur’an atau tidak, dan seterusnya.
Definisi yang paling baik, seperti yang diungkapkan oleh ‘Izzuddin bin
Jama’ah, yaitu. ”ilmu yang membahas pedoman-pedoman yang dengannya
dapat diketahui keadaan sanad dan matan”.
Disebut demikian karena yang dibahas ilmu itu adalah akurasi (kebenaran)
jalur periwayatan, mulai sahabat sampai kepada periwayat terahkir yang
menulis dan membukukan hadits tersebut.
4
B. Objek Kajian atau Pokok Bahasan Ilmu Hadits Dirayah
Objek kajian atau pokok bahasan Ilmu Hadits Dirayah ini, berdasarkan
definisi di atas adalah sanad dan matan hadits.
5
C. Tujuan dan Urgensi Mempelajari Ilmu Hadits Dirayah.
Dengan mengetahui ilmu hadits dirayah kita dapat mengetahui dan
menetapkan maqbul (diterima) dan mardad (ditolak)-nya suatu hadits. Karena
dalam perkembangannya, hadits Nabi SAW, telah dikacaukan dengan
Oleh karena itu, ilmu hadits dirayah ini mempunyai arti penting dalam usaha
pemeliharaan hadits Nabi SAW dengan ilmu hadits dirayah, kita dapat meneliti
hadits mana yang dapat dipercaya berasal dari Rasulullah SSAW, yang shahih,
dhaif, dan maudhu’ (palsu). Untuk mengetahui dan menetapkan Hadits-hadits
yang Maqbul (yang dapat diterima sebagai dalil atau untuk diamalkan) dan
yang mardud.
Berikut ini adalah beberapa manfaat mempelajari ilmu hadis, antara lain:
6
E. Penyusun kitab-kitab Ilmu Hadis Dirayah
Ilmu hadis sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw masih hidup,
akan tetapi ilmu ini terasa diperlukan setelah Rasulullah Saw wafat. Terutama
sekali ketika umat Islam memulai upaya mengumpulkan hadis dan
mengadakan perlawatan, sudah barang tentu secara langsung atau tidak,
memerlukan kaidah-kaidah guna menyeleksi periwayatan hadis.
5. Al-Qazi ‘Iyaz (w. 544 H) dengan kitab al-Ilma’ fi Usul ar-Riwayah wa as-Sima’.
6. Abu Hafs ‘Umar bin Abdul Majid al-Mayanaji ( w. 580 H. ) dengan kitab Ma la
Yasa’ al-Muhaddis Jahluh.
7. Abu ‘Amar ‘Usman bin Salah asy-Syahrazuri dengan kitab Ma’rifah Ulum al-
Hadis atau yang dikenal dengan Muqaddimah Ibn Salah fi Ulum al-Hadis.
Kitab yang terakhir ini telah di-syarah-i oleh para ulama berikutnya dan
terdapat 27 mukhtasar (ringkasannya) sehingga dapat dijadikan pegangan
oleh generasi berikutnya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Hadits Dirayah inilah yang pada masa selanjutnya secara umum dikenal
dengan Ulumul Hadits, Mushthalah al-Hadits, atau Ushul al-Hadits. Keseluruhan
nama-nama di atas, meskipun bervariasi, namun mempunyai arti dan tujuan
yang sama, yaitu ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah untuk
mengetahui keadaan perawi (sanad), dan marwi (matan) suatu Hadits, dari
segi diterima, dan ditolaknya.
B. Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasa makalah ini sangat sederhana dan
jauh dari kesempuraan. Saran kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi
kesempurnaan makalah sehingga akan lebih bernanfaat kontribusinya bagi
hazanah keilmuan. Wallahu a’lam.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, Drss. M Syuhudi 199. Ilmu Hadits , Bandung. Khon, Dr. H. Abdul Majid,
M.Ag.
Utang Ranuwijaya, 1996. Ilmu Hadits . Jakarta: Gaya Media Pratama, hlm. 78.
https://www.bacaanmadani.com/2018/04/pengertian-ilmu-hadis-dirayah-
dan.html?m=1