Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ULUMUL HADITS

HADITS DIRAYAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits

Dosen Pengampu :
Muhammad Zaidar, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
Dinda Rizki Ritiamentari (12007060)
Elsa Yuliam Dewi (12007145)
Egi Kurnia Wirandika (12007075)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH
UNIVERSITAS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah Swt. Tidak ada daya dan upaya selain
dari Nya. Semoga kita selalu dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam
mengarungi kehidupan ini. Salawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad Saw.

Alhamdulillah atas izin dan kehendak-Nya, dengan ini makalah dapat kami
selesaikan. Makalah ini berjudul “Ilmu Hadits Dirayah”. Dalam makalah dijelaskan
tentang pengertian ilmu hadits dirayah, tujuan dan faedah dari ilmu hadits dirayah.
Penjelasan dalam makalah ini diharapkan kepada para pembaca lebih memahami
tentang Ilmu Hadist Dirayah dan supaya dapat menjadi nilai tambah dalam
mempelajari Islam.

Terakhir, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah ini, agar makalah ini lebih sempurna pada masa
yang akan datang.

Pontianak, 20 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Ilmu Hadits Dirayah 3

B. Objek Kajian atau Pokok Bhasan Ilmu hadits Dirayah 5

C. Tujuan dan Urgensi Mempelajari ilmu hadits Dirayah 6

D. Manfaat Mempelajari Ilmu Hadits Dirayah 6

E. Penyusun Kitab-Kitab Ilmu Hadits Dirayah 7

BAB II PENUTUP 8

A. Kesimpulan 8

B. Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Hadis atau yang sering di istilahkan dalam bahasa Arab dengan Ulumul
Hadtis yang mengandung dua kata, yaitu ‘ulum’ dan ‘al-Hadits’. Kata ulum
dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti ilmu-ilmu,
sedangkan al-Hadits dari segi bahasa mengandung beberapa arti, diantaranya
baru, sesuatu yang dibicarakan, sesuatu yang sedikit dan banyak. Sedangkan
menurut istilah Ulama Hadits adalah “apa yang disandarkan kepada Nabi SAW
baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat, dan sirah beliau baik sebelum
kenabian atau sesudahnya”.

Sedangkan menurut ahli ushul fiqh, hadis adalah: “perkataan, perbuatan, dan
penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW setelah kenabian.”
Adapun sebelum kenabian tidak dianggap sebagai hadis, karena yang
dimaksud dengan hadis adalah mengerjakan apa yang menjadi konsekuensinya.
Dan ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan apa yang terjadi setelah kenabian.
Adapun gabungan kata ulum dan al-Hadis ini melahirkan istilah yang
selanjutnya dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu, yaitu Ulumul Hadits yang
memiliki pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadits
Nabi SAW”.

Pada mulanya, ilmu hadis memang merupakan beberapa ilmu yang masing-
masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang Hadis Nabi SAW dan para
perawinya, seperti Ilmu al-Hadis al-Sahih, Ilmu al-Mursal, Ilmu al-Asma’ wa al-
Kuna, dan lain-lain. Penulisan ilmu-ilmu hadis secara parsial dilakukan,
khususnya, oleh para ulama abad ke-3H. Umpamanya, Yahya ibn Ma’in
(234H/848M) menulis Tarikh al-Rijal, Muhammad ibn Sa’ad (230H/844)
menulis Al-Tabaqat, Ahmad ibn Hanbal (241H/855M) menulis Al-‘Ilaldan Al-
Nasikh wal Mansukh, serta banyak lagi yang lainnya. Ilmu-ilmu yang terpisah
dan bersifat parsial tersebut disebut dengan Ulumul Hadis, karena masing-
masing membicarakan tentang Hadis dan para perawinya. Akan tetapi, pada
masa berikutnya, ilmu-ilmu yang terpisah itu mulai digabungkan dan dijadikan
satu, serta selanjutnya dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri.

1
Terhadap ilmu yang sudah digabungkan dan menjadi satu kesatuan tersebut
tetap dipergunakan nama Ulumul Hadis, sebagaimana halnya sebelum
disatukan. Jadi penggunaan lafaz jamak Ulumul Hadis setelah keadaannya
menjadi satu adalah mengandung makna mufrad atau tunggal yaitu Ilmu
Hadits, karena telah terjadi perubahan makna lafaz tersebut dari maknanya
yang pertama (beberapa ilmu yang terpisah) menjadi nama dari suatu disiplin
ilmu yang khusus yang nama lainnya adalah Musthalahul Hadits.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang, pemakalah mengajukan
permaslahan sebagai berikut:

1. Apa yang pengertian dari Ilmu Hadits Dirayah?

2. Apa sajakah Objek Kajian atau Pokok Bahasan Ilmu Hadits Dirayah?

3. Apa tujuan dan Urgensi Mempelajari Ilmu Hadits Dirayah?

4. Apa manfaat mempelajari ilmu hadits dirayah?

5. Apa penyusun kitab-kitab ilmu hadits dirayah?

C. Tujuan Masalah
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini dapat penyusun
uraikan sebagai berikut:

1. Mengetahui apa pengertian dari Ilmu Dadits Dirayah.

2. Mengetahui Objek Kajian atau Pokok Bahasan Ilmu Hadits Dirayah.

3. Mengetahui Tujuan dan Urgensi Mempelajari Ilmu Hadits Dirayah.

4. Mengetahui manfaat mempelajari ilmu hadits dirayah.

5. Mengetahui penyusun kitab-kitab ilmu hadits dirayah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Hadits Dirayah


Ilmu Hadits Dirayah, dari segi bahasa kata dirayah berasal dari
kata dara, yadri, daryan, dirayatan/dirayah adalah pengetahuan, jadi yang
dibahas nanti dari segi pengetahuannya yakni pengetahuan tentang hadits atau
pengantar ilmu hadits.

Secara istilah ada beberapa pendapat di kalangan ulama, di antaranya


pendapat Ibn Akfani yang memberikan pengertian bahwa ilmu hadis dirayah
adalah: "Ilmu yang mempelajari hakikat periwayatan, syarat-syarat, macam-
macam, dan hukum-hukumnya, sifat-sifat para perawi dan syarat-syaratnya,
serta macam-macam sesuatu yang diriwayatkan serta hal-hal yang terkait
dengannya."

Menurut pendapat Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H) : Ilmu hadis dirayah
adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan perawi
dan sesuatu yang diriwayatkan.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa ilmu hadis dirayah adalah
kumpulan kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan perawi (sanad) dan
sesuatu yang diriwayatkan (matan) dari sisi diterima (maqbul) dan tidak
keadaan perawi dan sesuatu yang diriwayatkannya (mardud).

Untuk memperjelas definisi di atas perlu dikemukakan secara terperinci.

o Maksud  hakikat periwayatan pada definisi di atas memindahkan berita


dalam sunnah atau sesamanya dan menyandarkannya kepada orang yang
membawa berita atau yang menyampaikan berita tersebut atau kepada yang
lainnya.

o Syarat-syarat periwayatan maksudnya kondisi perawi ketika menerima


(tahammul) periwayatan hadits, apakah menggunakan metode as-
sama’ (murid mendengar penyampaian guru), al-qira’ah (murid  membaca
guru mendengar), al-ijazah (guru memberi izin murid untuk meriwayatkan
haditsnya), dan lain-lain.

o Macam-macamnya, yakni macam-macam periwayatan apakah bertemu


langsung (sanad muttashil) atau terputus (inqitha).

o Hukum-hukumnya, diterima (maqbul) atau ditolak (mardud).

3
 Keadaan para perawi, seorang perawi ketika menerima (tahammul) dan
menyampaikan  (ada) hadits, adil atau tidak, di mana tempat tinggal lahir dan
wafatnya. Sedang kondisi marwi maksudnya hal-hal yang berkaitan dengan
persyaratan periwayatan ketika tahammul (menerima hadits)
dan ada’ (menyampaikan periwayatan), persambungan sanad dan tidaknya
dan lain-lain. Demikian juga berita yang diriwayatkan itu apakah rasional atau
tidak, bertentangan dengan Al-Qur’an atau tidak, dan seterusnya.

 Macam-macam periwayatan, artinya hadits atau atsar macam-macam bentuk


pembukuanya apakah Musnad, Mu’jam, Ajza’, dan lainya dari jenis-jenis kitab
yang menghimpun hadits-hadits Nabi SAW.

 Hal-hal yang berkaitan dengannya, mengetahui istilah-istilah ahli hadits.

Istilah ilmu hadits dirayah, menurut As-Suyuthi, muncul setelah masa Al-


Khatib Al Baghdadi, yaitu pada masa Al-Akfani. Ilmu ini dikenal juga dengan
sebutan ilmu ushul al-hadits, ‘ulum al-hadits, musthalah al-hadits, dan  qawa’id
al-tahdits.

Definisi yang paling baik, seperti yang diungkapkan oleh ‘Izzuddin bin
Jama’ah, yaitu. ”ilmu yang membahas pedoman-pedoman yang dengannya
dapat diketahui keadaan sanad dan matan”.

Dari pengertian tersebut, kita bisa mengetahui bahwa ilmu


hadits dirayah adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah untuk mengetahui
hal ihwal sanad, matan, cara menerima dan meyampaikan hadits, sifat rawi,
dan lain-lain.

Sasaran kajian ilmu hadits dirayah adalah  sanad dan  matan dengan segala


persoalan yang terkandung di dalamnya yang turut mempengaruhi kualitas
hadits tersebut. Kajian terhadap masalah-masalah yang bersangkutan
dengan sanad disebut naqd as-sanad (kritik sanad) atau kritik ekstren.

Disebut demikian karena yang dibahas ilmu itu adalah akurasi (kebenaran)
jalur periwayatan, mulai sahabat sampai kepada periwayat terahkir yang
menulis dan membukukan hadits tersebut.

4
B. Objek Kajian atau Pokok Bahasan Ilmu Hadits Dirayah
Objek kajian atau pokok bahasan Ilmu Hadits Dirayah ini, berdasarkan
definisi di atas adalah sanad dan matan hadits.

1. Ittishal as-sanad (Persambu ngan sanad). Dalam hal ini tidak dibenarkan


adanya rangkaian sanad yang terputus, tersembunyi, tidak diketahui
identitasnya (wahm), atau samar.

2. Tsiqat as-sanad, yakni sifat ‘adl (adil), dhabit (cermat dan kuat),


dan tsiqah (terpercaya) yang harus dimiliki seorang periwayatan.

3. Syad, yakni kejanggalan yang terdapat atau bersumber


dari sanad. Misalnya, hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang tsiqah,
tetapi menyendiri dan bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan
oleh periwayat-periwayat tsiqah lainnya.

4. ‘Illat, yakni cacat yang tersembunyi pada suatu hadits yang kelihatannya


baik atau sempurna. Syadz dan ‘illat ada kalanya terdapat juga
pada matan dan untuk menelitinya diperlukan penguasaan ilmu yang
mendalam. Kajian terhadap masalah yang
menyangkut matan disebut naqd al-matan (kritik matan) atau kritik
intern. Disebut demikian karena yang dibahasnya adalah materi hadits
itu sendiri, yakni perkataan, perbuatan, atau ketetapan Rasulullah SAW.

Pokok pembahasannya meliputi :

 Kejanggalan-kejanggalan dari segi redaksi.

 Fasad al-ma’na, yakni terdapat cacat atau kejanggalan pada makna hadits


karena bertentangan dengan al-hiss (indra) dan akal, bertentangan dengan
nash Al-Qur’an, dan bertentangan dengan fakta sejarah yang terjadi pada
masa Nabi SAW. Serta mencerminkan fanatisme golongan yang berlebihan.

 Kata-kata gharib (asing), yakni kata-kata yang tidak dapat dipahami


berdasarkan makna yang umum dikenal.

5
C. Tujuan dan Urgensi Mempelajari Ilmu Hadits Dirayah.
Dengan mengetahui ilmu hadits dirayah kita dapat mengetahui dan
menetapkan maqbul (diterima) dan mardad (ditolak)-nya suatu hadits. Karena
dalam perkembangannya, hadits Nabi SAW, telah dikacaukan dengan

munculnya hadits-hadits palsu yang tidak saja dilakukan oleh musuh-musuh


Islam, tetapi juga oleh umat Islam sendiri dengan motif kepentingan pribadi,
kelompok, atau golongan.

Oleh karena itu, ilmu hadits dirayah  ini mempunyai arti penting dalam usaha
pemeliharaan hadits Nabi SAW dengan ilmu hadits dirayah, kita dapat meneliti
hadits mana yang dapat dipercaya berasal dari Rasulullah SSAW, yang shahih,
dhaif,  dan  maudhu’ (palsu). Untuk mengetahui dan menetapkan Hadits-hadits
yang Maqbul (yang dapat diterima sebagai dalil atau untuk diamalkan) dan
yang mardud.

D. Manfaat Mempelajari Ilmu Hadits Dirayah


Ketika umat Islam menyakini bahwa hadis Nabi Muhammad Saw.
merupakan sumber dan pedoman hidup yang utama setelah al-Qur’an, maka
kajian terhadap ilmu hadis menjadi sangat penting.

Berikut ini adalah beberapa manfaat mempelajari ilmu hadis, antara lain:

1. Dengan mengkaji ilmu hadis, kita dapat menyeleksi hadis-hadis secara


akademis untuk dijadikan sebagai pedoman hidup.

2. Dengan mempelajari ilmu hadis kita dapat mengetahui hadis-hadis yang


sahih, da’if, hasan, mauquf, marfu’, maqbul (dapat diterima), mardud
(ditolak), ma’mul bih (dapat diamalkan) dan gairu ma’mul bih (tidak dapat
diamalkan).

6
E. Penyusun kitab-kitab Ilmu Hadis Dirayah
Ilmu hadis sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw masih hidup,
akan tetapi ilmu ini terasa diperlukan setelah Rasulullah Saw wafat. Terutama
sekali ketika umat Islam memulai upaya mengumpulkan hadis dan
mengadakan perlawatan, sudah barang tentu secara langsung atau tidak,
memerlukan kaidah-kaidah guna menyeleksi periwayatan hadis.

Di sinilah Ilmu Hadis Dirayah mulai terwujud dalam bentuk kaidah-kaidah


yang sederhana. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kaidah-kaidah
tersebut semakin disempurnakan oleh para ulama yang muncul pada abad ke-2
dan ke-3 Hijriyah, baik mereka yang secara khusus menspesialisasikan dirinya
dalam mempelajari satu disiplin ilmu maupun bidang-bidang lainnya, sehingga
menjadi satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri.

Sekalipun demikian, dalam perkembangannya tercatat bahwa ulama yang


pertama kali menyusun ilmu hadis sebagai salah satu disiplin ilmu yang berdiri
sendiri secara lengkap adalah:

1. Al-Qazi Abu Muhammad ar-Ramahurmuzi ( w. 360 H/975 M ), seorang ulama


hadis non-Arab, asal Iran dengan kitab al-Muhaddis al-Fasil baina ar-Rawi wa
al-Wa’i.

2. Imam Al-Hakim Abu Abdillah an-Naisaburi (321-405 H/948-1038 M) dengan


kitab Ma’rifah Ulum Al-Hadis dan al-Madkhal ila Kitab al-Iklil.

3. Abu Na’im Al-Asfihani ( w. 460 H) dengan kitab al-Mustakhraj

4. Al-Khatib Al-Bagdadi (w. 463 H) dengan kitab al-Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah.

5. Al-Qazi ‘Iyaz (w. 544 H) dengan kitab al-Ilma’ fi Usul ar-Riwayah wa as-Sima’.

6. Abu Hafs ‘Umar bin Abdul Majid al-Mayanaji ( w. 580 H. ) dengan kitab Ma la
Yasa’ al-Muhaddis Jahluh.

7. Abu ‘Amar ‘Usman bin Salah asy-Syahrazuri dengan kitab Ma’rifah Ulum al-
Hadis atau yang dikenal dengan Muqaddimah Ibn Salah fi Ulum al-Hadis.
Kitab yang terakhir ini telah di-syarah-i oleh para ulama berikutnya dan
terdapat 27 mukhtasar (ringkasannya) sehingga dapat dijadikan pegangan
oleh generasi berikutnya.

8. Demikianlah kemudian muncullah berbagai kitab mustalah al-Hadis dengan


berbagai jenisnya baik berupa nazam maupun nasar atau prosa dan syarah-
syarahnya, misal Nazham al-Fiyyah karya As-Suyuti yang disyarahi oleh Syekh
Mahfuz at-Tirmasi dengan judul Manhaj Zaw al-Nadar dan at-Taqrib karya
Imam Nawawi yang disyarahi oleh As-Suyuthi dengan judul Tadrib al- Rawi.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu Hadits Dirayah inilah yang pada masa selanjutnya secara umum dikenal
dengan Ulumul Hadits, Mushthalah al-Hadits, atau Ushul al-Hadits. Keseluruhan
nama-nama di atas, meskipun bervariasi, namun mempunyai arti dan tujuan
yang sama, yaitu ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah untuk
mengetahui keadaan perawi (sanad),  dan  marwi (matan) suatu Hadits, dari
segi diterima, dan ditolaknya.

Para Ulama Hadits membagi Ilmu Hadits Dirayah atau Ulumul Hadits ini


kepada beberapa macam, berdasarkan kepada permasalahan yang dibahas,
seperti pembahasan tentang pembagian Hadits Shahih, Hasan, dan Dha’if, serta
macam-macamnya, pembahasan tentang tata cara penerimaan
(tahammul) dan periwayatan (adda’) Hadits, pembahasan al-jarih dan al-
ta’dil serta tingkatan-tingkatannya, pembahasan tentang perawi, latar belakang
kehidupannya, dan pengklasifikasiannya antara yang tsiqat dan dha’if, dan
pembahasan lainnya.

Masing-masing pembahasan di atas dipandang sebagai maccam-macam


dali Ulumul Hadits, karena banyaknya, Imam al-Suyuthi menyatakan bahwa
tidak terhingga jumlahnya. Ibn al-Shalah menyebutkan ada 65 macam Ulumul
Hadits, sesuai dengan pembahasannya, sepertinya yang dikemukakan di atas.

B. Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasa makalah ini sangat sederhana dan
jauh dari kesempuraan. Saran kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi
kesempurnaan makalah sehingga akan lebih bernanfaat kontribusinya bagi
hazanah keilmuan. Wallahu a’lam.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abu ‘Amr Ibn  al-Shalah, ‘Ulum alh-Hadits,  ed. Nur al-Din ‘Atr (Madinah:


Maktabat al-‘Ilmiyyah, 1972), hlm. 5-10.

Dr. Subhi As-Shalih, 1993 Membahas ilmu-ilmu hadits, Jakarta. Tipustaka


Firdaus.

Ismail, Drss. M Syuhudi 199. Ilmu Hadits , Bandung. Khon, Dr. H. Abdul Majid,
M.Ag.

M. Hasbi Ash Shiddieqy, 1993. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits, Jakarta.


Airlangga.

Utang Ranuwijaya, 1996. Ilmu Hadits . Jakarta: Gaya Media Pratama, hlm. 78.

Goyabi, 2018.Pengertian ilmu hadits dirayah dan manfaat mempelajari ilmu


hadits dirayah. Diunduh 11 Mei 2022.

https://www.bacaanmadani.com/2018/04/pengertian-ilmu-hadis-dirayah-
dan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai