Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SHOLAT JAMAK, QASHAR, DAN JUM’AT

Disusun Oleh :

Nama : Alfi al Adrian

Kelas : VII A

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

SMP NEGERI 20 SATU ATAP PULAU PUCUNG

Jl. Trikora III, Km 48 Pulau Pucung, Malang Rapat, Kec. Gunung Kijang, Kab.
Bintan, Provinsi Kepulauan Riau

Tahun Akademik : 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadiran Allah SWT kami panjatkan, karena atas hidayah, karunia serta
limpahan Rahmat-nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Makalah yang berjudul Sholat Jama’, Qashar, dan jum’at” ini disusun untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Guru Pengampu Ibu Salwiyah.

Islam dibangun dengan lima pilar. Salah satu pilarnya adalah sholat. Karena sholat
merupakan tiang agama. Ketika seseorang meninggalkan shalat ia disebut penghancur agama
tetapi sebaliknya ketika ia melaksanakan sholat dengan sebaik-baiknya maka iya disebut
sebagai penegak agama. Bila ada yang memiliki udzur, maka tetap wajib mendirikan sholat
dengan mengambil rukhshah (keringanan dari Allah)agar mereka tetap sholat dikondisi
apapun. Dan sudah seharusnya kita mengetahui tentang bagaimana allah telah memudahkan
hamba-nya yang tidak bisa sholat seperti biasanya dengan menggunakan jama’ dan Qashar.

Atas selesainya penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu. Makalah ini tersusun dengan segala
keterbatasan ilmu pengetahuan, oleh karenanya kritik dan saran serta masukan yang
membangun sangat diharapkan sebagai bahan perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan pencerahan kepada umat islam dalam beribadah kepada Allah SWT.

Pulau Pucung, 19 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar Belakangg.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Sholat Jama’, Qashar, dan Jum’at.........................................................3


B. Dasar Hukum Pelaksanan Sholat Jama’, Qashar, dan Jum’at.................................3
C. Syarat-syarat yang diperbolehkan Jama’, Qashar, dan Jum’at................................6
D. Tata cara melakukan sholat Jama’, Qashar, dan Jum’at.........................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................................14

A. Kesimpulan..............................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam sebagai proses yang mengarahkan manusia kepada kahidupan yang
baik dan mengankat derajat kemanusiaan sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah),
penting sekali di berikan kepada peserta didik, terutama dalam mengantisipasi krisis
moral sebagai dampak negatif dari era globalisasi yang melanda bangsa Indonesia.
Pendidikan Islam adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai pada diri anak didik melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi
fitrahnya guna mencapai keselaran dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab diakhirat kelak. Shalat juga dapat
dijadikan barometer amal-amal lain seperti diungkapkan dalamsebuah hadist : “Hal yang
pertama kali dihisab hari kiamat adalah shalat”. Begitu pentingnya shalat, karena shalat
merupakan penentu amal yang lain. Jika shalatnya baik maka baik pula amalannya yang
lain. Ada juga para ulama yang mengibaratkan bahwa shalat itu diibaratkan sebagai
angka 1 (satu) sedangkan amalan selain shalat itu diibaratkan angka 0, sehingga jika
shalatnya rusak atau bahkan tidak melakukan shalat maka nilai sama dengan nol
walaupun amalnya banyak. Akan tetapi jika shalatnya baik selalu dikerjakan maka semua
amalannya itu bernilai.
Oleh karena itu, maka shalat tidak boleh ditinggalkan walau bagaimanapun
keadaannya kecuali orang yang haid atau nifas atau keadaan bahaya. Namun ada
beberapa keringanan (rukhsah) bagi orang yang ada dalam perjalanan (musafir) dalam
tata cara pelaksanaan shalat, yaitu dengan cara shlat jama dan shalat qashar. Namun hal
itu juga bukan berarti boleh meninggalkan shalat begitu saja, hanya berpindah
pelaksanaan pada waktu tertentu dan syarat-syarat tertentu pula.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang disyari’atkannya shalat jama’ ?
2. Apa saja syarat-syarat diperbolehkannya melalui shalat jama’ ?
3. Bagaimana tata cara melaksanakan shalat jama’ ?
C. Tujuan
1. Mengetahui latar belakang disyari’atkannya shalat jama’

1
2. Mengetahui syarat-syarat diperbolehkannya melalui shalat jama’
3. Mengetahui tata cara melaksanakan shalat jama’

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat Jama’, Qashar, dan Jum’at


1. Sholat Jama’
Shalat jama’ ialah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu, seperti
melaksanakan shalat Dzuhur dan shalat Ashar di waktu Dzuhur. Menjama’ shalat
ini dinamakan Jama’ Taqdim, atau melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar di
waktu Ashar dinamakan Jama’ Ta’khir . Dan melaksanakan shalat magrib dan
shalat Isya’ bersamaan di waktu sholat Magrib atau melaksanakannya di waktu
Isya’.
2. Sholat Qashar
Definisi qashar secara etimologi Bahasa arab adalah ringkasan, meringkas.
Adapun definisis qosor menurut terminology syara’ adalah meringkas sholat
fardu yang empat raka’at menjadi dua raka’at. Maka bisa yang diqashar hanya
shalat Dzuhur, ashar, dan isya’ saja. Shalat qashar adalah sholat yang diringkas
dari empat raka’at menjadi dua raka’at dengan tetap membaca al-fatihah dan
surah-surah lainnya. Dengan demikian, sholat magrib dan sholat subuh tidak
dapat diqashar karena sholat magrib tiga raka’at dan subuh dua raka’at.
3. Sholat Jum’at
Shalat Jum’at merupakan salah satu kewajiban setiap muslim yang dilaksanakan
pada hari Jum’at diwaktu zuhur, shalat Jum’at merupakan kewajiban tersendiri
(independen), bukan sebagai pengganti shalat zuhur, hanya saja jika seseorang
tertinggal shalat Jum’at maka dia wajib melaksanakan shalat zuhur empat rakaat.
Kata “Jum’at” di dalam Al Qur’an disebut dengan al-Jumu’ah dan merupakan
nama dari salah satu surah di Al Qur’an. Dinamakan dengan shalat Jum’at, karena
banyak orang-orang berkumpul untuk melakukannya atau karena Adam dan
Hawa bertemu/berkumpul di mudzdalifah pada hari Jum’at dan karena itu
pulalah Mudzdalifah disebut dengan jam’an
B. Dasar Hukum Pelaksanan Sholat Jama’, Qashar, dan Jum’at
1. Sholat Jama’
Shalat jama’ hukumnya boleh bagi orang-orang yang sedang dalam
perjalananberada dalam keadaan hujan, sakit atau karena ada keperluan lain yang
3
sukar menghindarinya. Akan tetapi selain dari perjalanan masih diperselisihkan
para ulama. Shalat wajib yang telah dijama’ ialah shalat dzuhur dengan shalat
ashar dan shalat magrib dengan shalat isya. Dasarnya hadis Ibnu Abbas :
“Rasulullah SAW bisa menjama’ antara shalat dzuhur dengan ashar, apabila
beliau sedang dalam perjalanan dan menjama’ magrib atau isya”
Menjama’ shalat isya dengan subuh tidak boleh atau menjama’ shalat ashar
dengan magrib juga tidak boleh. Sebab menjama’ shalat yang dibenarkan oleh
Nabi SAW hanyalah pada seperti tersebut pada hadist-hadist Ibnu Abbas.
Adanya orang yang menjamin lima shalat wajib sekaligus pada saat yang sama
adalah perbuatan yang tidak dibenarkan. Orang yang melakukan hal semacam
ini biasanya beranggapan bahwa boleh mengqadha shalat. Padahal shalat
wajib yang ditinggalkan oleh orang muslim, selain karena haid atau nifas atau
keadaan bahaya maka orang itu termasuk melakukan dosa besar dan shalat
wajib yang ditinggalkan itu tidak dapat diganti pada waktu yang lain atau
diqadha.
Dalil yang menunjukkan disyari’atkannya sholat jama’ antara lain yaitu :
“sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan oleh waktunya
atas orang-orang yang beriman (Qs: An-Nisa’ ayat 103)”.
Dalam waktu-waktu sholat ditentukan secara mutawatir maka tidak boleh
ditinggalkan. Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, dia berkata “Aku
tidak pernah melihat Rasulullah SAW sholat diluar waktunya kecuali dua
shalat, beliau menggabungkan antara sholat magrib dan isya di Muzdalifah,
dan mengerjakan shaolat subuh pada hari itu sebelum waktunya”.
2. Sholat Qashar
Mengqashar sholat dibolehkan dalam al-qur’an, sunnah dan ijma’. Adapun dalil
al-qur’an dalam surah an-Nisa’:101 yaitu :
“Dan apabila kamu bepergian dimuka bumi, maka tidak lah engkau mengqashar
sembahyang (mu), jika kamu takut diserang oleh orang-orang kafir”.
Sementara dalam sunnah, terdapat khabar yang mutawir bahwa Rasulullah SAW
mengqashar shalatnya dibeberapa perjalanan baliau, baik saat haji, umroh, dan
berperang. Perbuatan Rasulullah SAW yang diriwayatkan shabat Anas bin Malik :
“Dari Anas RA. Bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW shalat dzuhur di
kota Madinah empat raka’at (tidak qashar) dan shalat-shalat ashar di Dzi-al-
Hulaifah (miqathaji penduduk Madinah) dua raka’at (diqashar)”.

4
Juga berdasarkan hadist-hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah ra :
“Nabi terkadang mengqashar sholat dalam perjalanan dan terkandung pulla
tidak mengqasharnya, juga kadang berpuasa terkadang tidak”.
Sedangkan dalam ijma’, pendapat para ahli fiqih yang dipegang terpecah menjadi
tiga pendapat yaitu : ada yang mengatakan wajib, sunah, ataupun sekedar
keinginan yang diperselisihkan bagi musafir untuk memilihnya. Sedangkan dalil
yang menunjukkan disyari’atkannya sholat jama’ antara lain yaitu :
Allah berfirman dalam Al-qur’an surah an -Nisa ayat 103 :
“Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan oleh waktunya atas
orang-orang yang beriman. (QS: An-Nisa’ ayat 103)”. Dan waktu-waktu shalat
ditentukan secara mutawir maka tidak boleh ditinggalkan.
Hadist yang diriwayatkan oleh ibnu Mas’ud, dia berkata :
“ Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW shalat diluar waktunya kecuali dua
Sholat, beliau menggabungkan antara shalat magrib dan isya di Muzdalifah, dan
mengerjakan sholat subuh pada hari itu sebelum waktunya”.
3. Sholat Jum’at
Hukum menghadiri shalat Jum’at adalah wajib bagi setiap muslim, kecuali empat
orang : Budak, Wanita, Anak-anak, dan Orang Sakit, Hal ini ditegaskan oleh
Rasulullah Saw dalam Hadits:
“shalat Jum’at adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan berjamaah, kecuali(
tidak diwajibkan ) atas empat orang yaitu, budak, wanita, anak kecil dan orang
sakit . ”(HR. Abu Daud)”.
Para Ulama sepakat bahwa shalat Jum’at adalah fardu ain atas setiap orang
mukallaf , mereka menyalahkan orang yang berpendapat bahwa shalat Jum’at
adalah fardu kifayah. shalat Jum’at juga tidak di wajibkan bagi orang buta jika
tidak ada orang yang menuntunnya. demikian menurut kesepakatan empat Imam
Mazhab jika ia mendapati orang yang menuntunnya maka ia wajib shalat Jum’at.
demikian pendapat Imam Maliki, Syafi’i, Hambali, sementara itu Hanafi
berpendapat tidak di wajibkan.

5
C. Syarat-syarat yang diperbolehkan Jama’, Qashar, dan Jum’at
1. Sholat Jama’
Bagi seseorang diperbolehkan menjamak (menggabungkan) sholat dzuhur dengan
ashar dan magrib dengan siya’. Sedangkan shalat tetap harus dilakukan pada
waktunya. Shalat jama’ dapat dilakukan dengan syarat-syarat sebagai berikut :

a. Ketika berada di Arafah dan Muzdalifah


Para ulama sepakat bahwa menjama’ taqdim antara sholat dzuhur dengan
shalat ashar ketika di Arafah dan menjama’ ta’khir antara shalat magrib
dengan sholat isya’ di Muzdalifah adalah sunnah. Dalam pendapat yang lain
mengatakan bahwa menjamak taqdim di arafah maupun Muzdalifah.
Berdasarkan hadist dari Abdullah bin Mas’ud :
b. Ketika dalam keadaan perjalanan
Menjamak shalat dalam satu waktu dari kedua shalat itu boleh dilakukan
dengan syarat-syarat berikut :
 Jarak perjalanan tersebut merupakan perjalanan yang dibolehkan
mengqashar. Imam Maliki berkata “Seseorang musafir (orang yang
sedanng bepergian) tidak boleh menjama’ sholat kecuali jika
perjalanannya memberatkan”
“Rasulullah menjamak antara shalat dzuhur dan ashar bilamana beliau
berada di tengah perjalanan dan menjamak antara magrib dan isya.
(HR. Bukhari)”
 Jenis perjalanan yang diperbolehkan menjama’:
a) Menurut Ibnu Qosim perjalanan ibadah seperti haji dan perang.
b) Menurut Imam Syafi’I perjalanan yang mubah, bukan perjalanan
untuk tujuan maksiat.
c. Ketika dalam keadaan Hujan
Menurut Imam Syafi’i boleh menjamak bagi yang tidak bepergian namun
terdapat halangan hujan, baik diwaktu siang maupun malam. Sedangkan
menurut Malik, boleh menjamak di waktu malam dan tidak boleh diwaktu
siang. Malik juga membolehkan jamak ketika jalanan berlumpur dimalam
hari. Imam Bukhori meriwayatkan “Bahwa nabi menjamak sholat magrib
dan isya disuatu malam yang hujan lebat”.

6
“Rasulullah pernah menjamak shalat zuhur dengan ashar, magrib dengan
isya’ tanpa ada alasan ketakutan atau turun hujan. Ditanyakan kepada Ibnu
Abbas: apa maksud nabi berbuat demikian itu ? maksudnya untuk
memberatkan ummatnya, ‘jawab Ibnu Abbas’ (Hadist Muslim)’’
d. Ketikia dalam keadaan sakit atau udzur
Dibolehkan menjamak disebabkan sakit menurut ulama Hanbali, Maliki,
Syafi’i. ulama Hanbali memperluas kebolehan menjamak ini hingga boleh
juga bagi orang yang berhalangan (uzur) seperti wanita yang mengeluarkan
darah istihadhoh, orang dewasa buang air kecil dan bagi wanita yang sedang
menyusui bila sukar mencuci kain setiap hendak shalat.

2. Sholat Qashar
Syarat yang membolehkan mengqashar sholat, yaitu :
a. Berniat untuk safar (berpergian jauh), dalam niat untuk safar disyarakatkan
dua perkara :
 Pertama, berniat untuk menempuh perjalanan dengan sempurna sejak
mulai awal perjalanannya.
 Kedua, berhak menentukan niat sendiri, maka tidak cukup
memerlukan niat apabila seseorang pengikut tanpa adanya niat oleh
orang yang diikuti.

Adapun jarak perjalanan (safar) yang dibolehkan untuk mengqashar


ternyata ulama berbeda pendapat. Ada ulama ulama yang berpendapat
jarak minimal 1 farsakh atau tiga mil, ada yang minimal 3 farsakh, ada
yang berpendapat safar minimal harus sehari semalam, bahkan ada yang
berpendapat tidak ada jarak dan waktu yang pasti karena sangat
tergantung pada kondisi fisik, psikis serta keadaan sosiologis dan
lingkungan masyarakat. Jika memang perjalanan tersebut berat dan
menyulitkan maka ada keringanan dan kelonggaran (rukhsah) berupa
shalat jama’ dan qashar. Sebab maksud pemberian rukhsah adalah untuk
menghilangkan beban dan kesulitan.

Ada Riwayat yang mengatakan dari shabat Anas bin malik, bahwa
Rasulullah SAW mengqashar shalat dalam perjalanan yang berukuran 3
mil atau 1 farsakh.

7
“Dari Syu’bah dari Yahya bin Yazid Al-Hanaiyah, ia berkata : Aku
pernah bertanya kepada Anas Tentang Mengqashar shalat, lalu ia
menjawab, “Adalah Rasulullah SAW apabila berpergian sejauh 3 mil
atau 3 farsa, maka beliau shalat dua reka’at”. (Syu’bah ragu, tiga mil
atau tiga farasakh’’ (HR.Muslim, Ahmad, Abu Dawut dan Baihaqi)

“Adapun Rasulullah SAW bila berpergian sejauh satu farsakh, maka


beliau mengqashar shalat” (HR Sa’id bin Manshur. Dan disebutkan oleh
Hafidz dalam at-Talkhish, ia mendiamkan adanya hadist ini, sebagai
tanda mengakuinya).

Dari pendapat yang ada, yang lebih kuat adalah pendapat yang
menyatakan bahwa selama berstatus sebagai musafir biasa (bukan
musafir perang) dan tidak tinggal lebih dari 19 hari di satu tempat
tersebut, maka masih diberikan keringanan untuk menjama’ -qashar
shalatnya. Tetapi kalau musafir perang, maka boleh menjama’ -qashar
shalatnya selama masih dalam suasana perang.

b. Ketentuan qashar tidak berlaku pada perjalanan maksiat


Mayoritas ulama membolehkan mengqashar sholat bagi mereka yang
melakukan perjalanan yang sifatnya mendekatkan diri pada Allah SWT,
seperti dalam perjalanan haji, umroh dan jihad. Atau yang mubah seperti
perjalanan untuk perdagangan, menjenguk keluarga, dan sebagainya. Akan
tetapi qoshor tidak berlaku bagi orang yang melakukan perjalanan maksiat
seperti merampok, memerangi sesame muslim, dan sebagainya.
c. Seorang musafir ketika sholat tidak boleh makmum kepada orang mukmim.
Seseorang musafir ketika sholat tidak boleh makmum kepada orang lain yang
mukmim, atau musafir itu yang menyempurnakan sholatnya. Maka jika
seseorang melakukannya, dia wajib menyempurnakan sholatnya. Maka
seseorang melakukannya, dia wajib menyempurnakan sholatnya, walaupun
saat menjadi makmum ketika sedang tasyahud akhir. Sedangkan menurut
Hanafiyah, apabila bersamanya imam tidak mendapatkan raka’at secara
sempurna, maka sholatnya secara qashar.
Adapun seorang yang bermukimboleh menjadi makmum orang yang
bermusafir, dan bagi musafir hendaknya memberi tahukan bahwa ia akan

8
mengqashar sholatnya, sehingga orang yang bermukim menyemprurnakan
sholatnya.

3. Sholat Jum’at
Pelaksanaan Shalat Jum’at adalah sama dengan Shalat fardu lainnya kecuali
tentang beberapa hal; salah satu di antaranya ialah bahwa shalat itu harus
didahului dengan dua Khutbah. Dan dalam Madzhab Syafi’i di jelaskan bahwa
syarat shalat Jum’at terbagi dua, yaitu syarat wajib dan syarat sah. Syarat wajib
shalat Jum’at Di ungkapkan oleh Imam Taqiyuddin tentang syarat wajib Shalat
jum’at adalah sebagai berikut:
a. Islam
b. Laki-laki, maka shalat Jum’at itu tidak wajib bagi wanita. Akan tetapi bila ia
menghadirinya, maka shalat Jum’atnya sah dan cukup baginya sebagai
pengganti shalat Zhuhur.
c. Merdeka, maka shalat Jum’at itu tidak wajib bagi hamba sahaya. Akan tetapi
apabila ia menghadiri dan melaksanakannya, maka shalat Jum’atnya itu sah
d. Berakal, maka shalat Jum’at itu tidak wajib bagi orang gila dan yang
hukumnya sama dengannya.
e. Baligh, maka shalat Jum’at itu tidak wajib bagi anak kecil yang belum
mencapai usia baligh.
f. Sehat.
g. Istithan, bertempat tinggal tetap di tempat shalat jum’at itu diselenggarakan
secara permanen, tidak pergi dari tempat itu baik di musim kemarau maupun
di musim penghujan selain ada keperluan seperti pergi untuk berdagang atau
ziarah.
D. Tata cara melakukan sholat Jama’, Qashar, dan Jum’at
Dalam menggabungkan dua shallat dianjurkan cukup dengan satu adzan dan dua kali
iqomat untuk tiap-tiap sholatnya.
1. Sholat jama’
a) Jama’ Taqdim yaitu menjamak shalat diwaktu sholat yang pertama.
Contohnya menjamak sholat zuhur dan ashar diwaktu zuhur dan menjamak
sholat magrib dan isya’ diwaktu magrib. Tata caranya yaitu :
 ‘sholat diwaktu yang pertama (duhur sebelum ashar atau magrib sebelum
isya’.

9
 Berniat jama’ taqdim pada sholat pertama agar berbeda dari sholat-sholat
biasa.
 Berturut-turut dalam mengerjakan diantara keduanya sehingga
antarakeduanya tidak berselang lama, yakni lebih kusarng selama dua
rakat ringan tetapi diantara kedua sholat itu diperbolehkan bersuci, adzan
dan iqomah. Ketentuan ini berlaku bagi jamak taqdim, sedangkan untuk
jamak ta’khir tidak berlaku.
 Kedua sholat dilakukan secara tertib, yakni dimulai dengan shalat
pertama terlebih dahulu (dhuhur atau magrib) yakni :
Contoh :
 Berniat shalat duhur dengan jamak takdim. Bila dilafalkan yaitu :
“Ushollii fardlolzh zhuri arba’a rak’aatin majmuu’an ma’al ashri
adaa-an lillaahi ta’ala”
Artinya : “aku sengaja salat fardhu Zuhur 4 rakaat yang dijamak
dengan ashar, fardu karena Allah ta’aala’’
 Takbiratul ihlam
 Salat dhuhur empat rakat seperti biasa
 salam
 Berdiri lagi dan berniat sholat yang kedua (ashar), jika dilafalkan
sebagai berikut : “Ushollii fardlol ‘ashri asrba’araka’aatin majmuu’an
ma’azh zhuhri adaa-an lillaahi ta’aala”
 Takbiratul ihlam
 Salat ashar empat rakat seperti biasa.
 Salam
b) Jama’ Ta’khir, yaitu mensjamak shalat di waktu shalat yang kedua.
Contohnya menjama’ sholat zuhur dan ashar diwaktu ashar dan menjama’
sholat magrib dan isya diwaktu isya. Tata caranya yaitu :
 Sholat dilakukan diwaktu yang kedua (ashar atau isya)
 Berniat sejak waktu yang pertama bahwa ia akan melakukan
sholat pertama itu diwaktu yang kedua.
 Sholat yang dilakukan terlebih dahulu adalah sholat ashar atau isya
terlebih dahulu, baru kemudian sholat dhuhur atau magrib dan biasa

10
juga dilakukan sholat dhuhur atau magrib terlebih dahulu, baru
kemudian sholat ashar atau isya
Contoh :
 Berniat menjamak salat magrib dengan jama’ ta’hir.
 Takbiratul ihram
 Salat magrib tiga rakat seprti biasa
 Salam
 Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (isya’).
 Takbiratul ihram
 Salat isya’ sempat rakat seperti biasa
 salam
2. Sholat Qashar
Adapun tata cara sholat qashar itu tidak ada bedanya dengan sholat dua rakat
yang lainnya, karena qashar hanya meringkas sholat yang empat rakat menjadi
dua rakat. Pada prinsipnya, pelaksanaan sholat qashar sama dengan shalat biasa
hanya saja berbeda pada niat raka’atnya dijadikan dua raka’at dan tidak ada
tsyahud awal. Jadi setelah dua raka’at kemudian melakukan tasyahud akhir dan
salam. Niat dhuhur yang di qashari :
“Ushallii fardhazh zhuhri rak'ataini qashran majmuu'an ilaihil 'ashru
adaa'an lillaahi ta'aalaa”
3. Sholat jama’ dan Qashar
Apabila seseorang telah memenuhi syarat-syarat di atas, maka diperbolehkan
mengerjakan shalat dengan cara jama’ dan qashar sekaligus yaitu menggabungkan
dua shalat fardhu dalam satu waktu sambal meringkas rakaatnya. Tata caranya
yaitu;
 Mengerjakan shalat dhuhur dua rakat, pada rakat yang kedua langsung
membaca tasyahud akhir kemudian salam.
 Kemudian setelah salam berdiri kembali untuk mengerjakan shalat ashar 2
rakaat kemudian salam.

Niat sholat jama’ taqdim qashar :

“Ushalli fardhazh zhuhri rak’ataini qashran majmuu’an ilaihil ashru adaa’an


lillaahi ta’aalaa”

11
Niat saholat jama’ taqdim qashar :

“Ushalli fardhal ashri rak’ataini qashran majmuu’an ilazh zhuhri adaa’an


lillaahi ta’aalaa.”

4. Sholat Jum’at
Cara Sholat Jum’at masih sama halnya dengan mengerjakan shalat pada
umumnya yangdiawali dengan niat dan takbir serta diakhiri dengan dua salam,
hanya saja cara shalat jumatini di laksanakan setelah khatib selesai
menyampaikan dua khutbah, yang kemudian khatibturun dari atas mimbar lalu
muadzin melaksanakan iqamah sebagai tanda sholat jumat akansegera dikerjakan.
Sholat jumat dilaksanakan sama waktunya seperti dzuhur hanya sajacaranya
berbeda dengan mengeraskan bacaan oleh imam sholat.
 Salah satu diantara syarat-syarat keabsahan dilakukannya shalat Jum’at
adalah pelaksanaannya dilakukan secara berjamaah. Shalat Jum’at yang
dilakukan secara sendirianmeskipun berdampingan dengan orang-orang
yang melakukannya secara berjamaah dihukumi tidak sah.
 Memerhatikan seluruh syarat yang ada dalam shalat jamaah, seperti
bersambungnya saf-saf berjamaah.
 Jarak antara dua shalat Jum’at minimal adalah satu farsakh.
 Dilakukan di waktu zuhur
 Perkampungan/perkotaan di mesjid besar atau mushallah.
 Adanya imam dan dilaksanakan di Mesjid.
 Tidak boleh terlalu banyak dilaksanakannya shalat Jum’at di suatu daerah
tanpa sebab tertentu khutbah sebelum shalat Jum’at.
 Berjumlah empat puluh orang lelaki yang Mukallaf lagi menjadi warga
daerah itu, berada di satu tempat
 Jatuhnya waktu shalat diwaktu zuhur, tidak mengulang-ulang kecuali
ada kesulitan berkumpul.
 Khutbah, Shalat Jum’at harus didahului oleh dua Khutbah.
 Mendahulukan khutbah menggunakan bahasa arab sekalipun tidak
difahami jama’ah.
Niat Sholat Jum’at :
 Niat sholat jum’at bagi seorang makmum, yaitu :

12
“USHALLI FARDAL JUM’ATI ADA’AN MUSTAQBILAL QIBLATI
MAKMUMANLILLAHI TA’ALA.”
 Niat sholat jum’at bagi seorang imam yaitu :
“USHALLI FARDAL JUM’ATI ADA’AN MUSTAQBILAL QIBLATI
IMAMANLILLAHI TA’ALA.”

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sholat jama’ dan qashar adalah keringanan (rukhsah) yang diberikan allah kepada
hambanya, yang harus diterima oleh umat muslim sebagai shodaqah dari allah
SWT. Sholat yang dapat di jama’ adalah semua sholat fardhu kecuali subuh. Dan
sholat yang dapat di qashar adalah semua shalat fardhu yang empat rakat yaitu
sholat isya’, dhuhur dan ashar.
2. Shalat Jum’at merupakan salah satu kewajiban setiap muslim yang
dilaksanakan pada hari Jum’at diwaktu zuhur, shalat Jum’at merupakan
kewajiban tersendiri (independen), bukan sebagai pengganti shalat zuhur, hanya
saja jika seseorang
tertinggal shalat Jum’at maka dia wajib melaksanakan shalat zuhur empat rakaat.
3. Hal-hal yang membolehkan jama’ dan qashar ada beberapa hal, yaitu : Safar
(bepergian), hujan, sakit, keperluan mendesak.
B. Saran
Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uinbanten.ac.id/6403/3/BAB%20I.pdf diakses pada tanggal 17 Maret 2023


pukul 12.47

http://etheses.iainkediri.ac.id/106/2/bab%201.pdf diakses pada tanggal 17 Maret 2023 pukul


13.01

https://www.scribd.com/document/331613002/Makalah-Shalat-Jama-Dan-Qashar diakses
pada tanggal 18 Maret pukul 10.10

https://www.academia.edu/37528654/SHALAT_JAMAK_DAN_QASHAR_Program_Studi_
Pendidikan_Bahasa_Arab diakes pada tanggal 18 Maret pukul 10.03

https://ejournal.stai-br.ac.id/index.php/alrazi/article/download/24/19 diakses pada tanggal


18 Maret pukul 12.16

https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/pengertian-sholat-jum-at/ diakses pada 19


Maret pukul 06.12

http://repository.uinsu.ac.id/4929/4/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 19 Maret 20023


Pukul 06.20

Rasjid, Sulaiman. 1983. Fiqih Islam, Jakarta : attahiriyah

Abdul, Azizi Muhammad Azzam. Fiqih Ibadah. Abdul Aziz Sayyed Hawwas. Jakarta : amzah.
2009. Halaman 288

15

Anda mungkin juga menyukai