Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SHOLAT FARDHU

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah


yang diampu oleh Bapak Muchsinul Khuluq, M.Pd.

DI SUSUN OLEH:

Syauki Fijaibillah (23381071070)


Wahyu Budiman S (23381071072)
Ananda Ayu Putri P (23381072013)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan
penyusunan makalah “Fiqih Ibadah” dengan judul “Syarat Sholat, Rukun Sholat,
Hal-hal yang membatalkan Sholat, dan Hikmah” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Muchsinul
Khuluq, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah fiqih ibadah.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.
Akhirnya kami sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.

Pamekasan, 25 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3


A. Sholat Fardhu ........................................................................................ 3
B. Syarat Sholat.......................................................................................... 3
C. Rukun Sholat ......................................................................................... 4
D. Hal-hal yang Membatalkan Sholat ......................................................... 8
E. Keutamaan Sholat .................................................................................. 8
F. Hikmah Sholat ....................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 11


A. Kesimpulan............................................................................................ 11
B. Saran ..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah merupakan kewajiban setiap muslim untuk menjadi seorang
hamba yang taat dan dicintai Allah. Berbagai faktor melatar belakangi
terciptanya pemahaman ibadah yang baik dan semangat ibadah yang terus
menerus untuk dilaksanakan dalam kehidupan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman Fiqih ibadah seseorang
bermacam-macam, yaitu didapatkan dari keturunan. Faktor keturunan juga
mempengaruhi dari keagamaan seseorang karena orang yang baik akan
menghasilkan generasi yang baik. Pribadi yang dibangun dari sejak usia dini
mampu menjadikannya sebagai seseorang memilki pemahaman agama yang
tinggi.
Pertumbuhan jasmani yang cepat juga bisa menjadi salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap agama, hal ini dapat kita lihat
dari cara beribadah pada remaja yang tidak menentu. Institusi dan masyarakat
bisa mempengaruhi perkembangan agama seseorang dengan demikian hal
tersebut juga sangat pengaruhnya terhadap pelaksanaan ibadah seseorang.
Sementara itu kehidupan masyarakat terus berubah dan berkembang sehingga
berdampak pada pola penganutan keagamaan yang lebih rasional dan
fungsional. Kemajuan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan
fasilitas kehidupan dan sistem nilai baru yang menjanjikan. Tuntunan
masyarakat akan profesionalisme semakin berkembang dari berbagai sektor
kehidupan. Otoritas ulamapun dalam bidang keagamaan berhadapan dengan
aneka keahlian masyarakat dalam bidang-bidang yang lebih pragmatis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Sholat Fardhu?
2. Apa saja Syarat Sholat ?
3. Apa yang dimaksud dengan Rukun Sholat ?
4. Apa saja hal-hal yang Membatalkan Sholat ?
5. Apa yang dimaksud dengan Keutamaan Sholat ?
6. Apa yang dimaksud dengan Hikmah dari Sholat ?

1
2. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Sholat Fardhu
2. Untuk mengetahui penjelasan tentang Syarat Sholat
3. Untuk mengetahui penjelasan tentang Rukun Sholat
4. Untuk mengetahui penjelasan tentang Membatalkan Sholat
5. Untuk mengetahui penjelasan tentang Keutamaan Sholat
6 .Untuk mengetahui penjelasan tentang Hikmah Sholat

2
BAB 11
PEMBAHASAN
A. Shalat Fardhu
Shalat fardhu adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh
setiap umat Islam yang sudah baligh dan berakal. Shalat fardhu merupakan
ibadah yang yang sangat penting dalam Islam karena merupakan salah satu
kewajiban utama yang harus dipenuhi oleh setiap muslim.
Sholat fardhu sendiri terdiri dari lima waktu, yaitu shubuh, dzuhur, ashar,
maghrib, dan isya. Setiap waktu shalat fardhu memiliki jumlah rakaat yang
berbeda-beda. Pada solat shubuh terdiri dari 2 rakaat, dzuhur 4 rakaat, ashar 4
rakaat, maghrib 3 rakaat, dan isya 4 rakaat.
B. Syarat Shalat
Syarat sah shalat adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebelum memulai
shalat. Ada beberapa syarat sah shalat, yaitu:
1. Suci tubuh, pakaian, dan tempat shalat.
Suci artinya telah berwudhu, adapun suci tubuh, pakain dan tempat adalah
dipastikann bahwa sarana-sarana tersebut terbebas dari benda-benda najis.
2. Masuknya waktu shalat
Tidak sah shalat jika belum masuk waktunya, kecuali shalat-shalat tertentu
seperti shalat qadha atau shalat jama’.
3. Menghadap kiblat
Kewajiban menghadap kiblat pada saat shalat ini dikecualikan dari dua hal
ini: 1) apabila seseorang dalam keadaan sangat taku; 2) dalam kendaraan.
Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ (III/205), apabila tiba waktu
shalat mereka sedang dalam kendaraan, lalu seorang merasa takut jika turun
dari kendaraannya untuk shalat menghadap kiblat akan tertinggal dari
rombongannya, atau khawatir atas keamanan dirinya atau hartanya, maka ia
tetap tidak dibolehkan meninggalkan shalat sehingga keluar waktunya.
Demi menjaga kehormatan waktu shalatnya itu, ia wajib melaksanakannya
di atas kendaraan, dalam keadaan apapun yang ia mampu. Dalam hal seperti
ini, Imam Ar-Rafi mewajibkan diulanginya shalat tersebut kemudian,
mengingat bahwa keadaan seperti itu jarang terjadi. Sedangkan ulama lain

3
seperti Al-Qadhi Husain tidak mewajibkan diulanginya shalat tersebut, sama
seperti dalam keadaan ketika memuncaknya rasa ketakutan
4. Menutup aurat
Aurat adalah bagian tubuh yang wajib ditutupi dan dihindarkan dari
pandangan orang lain. Aurat laki-laki di waktu shalat ataupun diluarnya
adalah bagian tubuhnya antara pusar dan lutut. Sebagian ulama menyatakan
bahwa aurat laki-laki ialah kubul dan duburnya saja. Hal ini karena ada
beberapa hadist shahih yang menunjukkan bahwa paha laki-laki harus
ditutup dan sebagian lain tidak harus ditutup (Sayid sabiq, Fiqh Sunah
I/106; Ibnu Rusyd, Bidayat al-Mujtahid I/83). Sedangkan aurat perempuan
adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan kedua tangannya sampai
pergelangan. Menurut Ibnu Rusyd dalam kitab Badiyat al-Mujtahid I/83,
mayoritas ulama menyatakan bahwa aurat perempuan adalah seluruh
tubuhnya, kecuali wajah dan kedua tangannya (sampai pergelangan). Tetapi
Abu Hanifah berpendapat bahwa kaki perempuan sampai pergelangannya
tidak termasuk aurat. Sebaliknya Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa
seluruh tubuh perempuan termasuk wajah dan kedua telapak tangannya
adalah aurat.
C. Rukun Shalat
Rukun ialah sesuatu hal yang merupakan bagian terpenting dari sesuatu
itu. Jadi bagian-bagian terpenting dari shalat itu disebut Rukun shalat, seperti
ruku', sujud dan lain sebagainya. Keberadaan dan ke sahan shalat tidak akan
terpenuhi dengan sempurna, kecuali dengan terpenuhinya semua bagian-
bagiannya, dalam bentuk dan urutan sebagaimana yang pernah dinyatakan oleh
Rasulullah dari malaikat Jibril a.s.
1. Niat
Niat adalah menyengaja melakukan sesuatu yang bersamaan dengan
dilakukannya bagian pertama dari sesuatu itu. Tempat niat ada di dalam
hati. Sahnya niat dalam shalat harus berbarengan dengan takbiratul ihram.
Yakni, ketika mengucapkan takbir hendaklah hati sadar betul bermaksud
melakukan shalat, dengan mengingat shalat apa yang di lakukan, dan juga

4
tentang kefardhuannya. Dan tidak dipersyaratkan menggerakkan lidah
dalam berniat.
2. Berdiri (jika mampu dalam shalat fardhu)
Seseorang dikatakan berdiri apabila ia tegak lurus. Tetapi apabila dia
membungkuk tanpa uzur, sehingga telapak tangannya dapat menyentuh
lututnya, maka batal shalatnya. Dan apabila orang yang shalat itu mampu
berdiri pada bagian shalatnya, sedang pada bagian lainnya tidak, maka dia
wajib berdiri dimana saja yang memungkinkan, dan selebihnya duduk.
3. Takbiratul ihram
Cara takbiratul ihram yaitu harus menggunakan kalimat "Allahu
Akbar" untuk sahnya takbiratul ihram ini, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu sebagai berikut:
1) Mengucapkan takbiratul ihram sambil berdiri.
2) Mengucapkan takbiratul ihram seraya menghadap kiblat
3) Takbiratul ihram hendaklah dengan bahasa Arab.
4) Semua huruf dalam takbiratul ihram harus bisa didengar oleh dirinya
sendiri, kalau dia sehat pendengarannya.
5) Diucapkan berbarengan dengan niat, sebagimana telah diterangkan
diatas.
4. Membaca Al-fatihah
Membaca Al-fatihah adalah rukun pada setiap rakaat dalam shalat
apapun. Sedangkan basmalah adalah salah satu ayat dalam surah al-fatihah.
Dengan demikian, tidaklah sah bacaan surah Al-Fatihah apabila tidak
dimulai dengan ‫بسم هلل الرحيم الرحمن‬. Adapun syarat syarat membaca Al-
fatihah sebagai berikut:
1) Bacaan Al-fatihah bisa didengar oleh diri sendiri, apabila sehat
pendengarannya.
2) Di baca secara tertib sebagaimana yang tercantum dalam Al-quran,
dengan memelihara huruf-huruf dan menegaskan tasydid-tasydidnya.
3) Jangan sampai keliru mengucapkan sehingga merubah arti.
4) Di baca dengan bahasa Arab.
5) Di baca sambil berdiri.

5
5. Ruku'.
Menurut syara', ruku' ialah menunduk seukuran yang memungkinkan
seorang mushalli meletakkan telapak tangannya pada lututnya. Ini adalah
ukuran minimal. Sedangkan ruku' yang paling sempurna ialah menunduk
sehingga punggung menjadi rata. Untuk sahnya ruku', mushalli harus
memperhatikan hal hal berikut:
1) Menunduk dengan ukuran seperti yang dijelaskan diatas, yaitu minimal
telapak tangan mencapai lutut.
2) Ketika menunduk tidak boleh bertujuan lain selain ruku'.
3) Tenang (thuma'ninah)
6. Berdiri tegak (i'tidal) sesudah ruku'
I'tidal ialah berdiri tegak yang memisahkan antara ruku' dan sujud.
Adapun untuk mencapai sahnya i'tidal, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi sebagai berikut:
1) Dengan bangkit dari ruku' tidak ada maksud lain selain ibadat.
2) Tenang (thuma'ninah) selama i'tidal selama kira-kira bacaan tasbih.
3) Tidak terlalu lama berdiri dalam i'tidal.
7. Sujud dua kali pada tiap tiap rakaat
Menurut syara', hal ini ialah menempelkan kening orang shalat pada
tempat sujud. Untuk Sahnya sujud, hal yang perlu diperhatikan sebagai
berikut:
1) Kening harus terbuka ketika disentuhkan pada tempat sujud.
2) Bersujud pada tujuh anggota sujud, yaitu anggota-anggota yang disebut
nabi dalam sanadnya yaitu: aku disuruh bersujud pada tujuh tulang: pada
kening -seraya menunjuk dengan tangan nya kepada hidungnya, dua
tangan, dua lutut dan ujung ujung kaki.
3) Pantat hendaknya lebih tinggi posisinya daripada kepala.
4) Tidak bersujud diatas kain yang berkaitan dengan tubuh, yang apabila
bergerak maka kain itu ikut bergerak.
5) Dengan bersujud tidak ada maksud lain selain sujud.
6) Menekan kening benar-benar pada tempat sujud.
7) Tenang (thuma'ninah).

6
8. Duduk antara dua sujud
Duduk antara dua sujud wajib dilakukan pada setiap rakaat. Adapun
syarat duduk antara dua sujud sebagai berikut:
1) Dengan duduk itu, hendaklah bermaksud ibadah.
2) Duduk tidak diperpanjang terlalu lama.
3) Tenang (thuma'ninah).
9. Duduk yang terakhir
Yang dimaksud ini ialah duduk pada akhir rakaat yang terakhir dari
shalat itu, yang dipungkasi dengan salam.
10. Tasyahud pada duduk terakhir
Ada banyak riwayat mengenai ucapan tasyahud ini, yang semuanya
shahih. Adapun Ucapan tasyahud yang lengkap, yang di utamakan oleh asy-
syafi'i ialah sebagai berikut:
َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َّ َ َّ َ ْ َّ
‫السالمُ َعل ْينا‬ ُ‫اّلل َو َب َركاته‬
ُ‫ب َو َر ْح َمةُ ه‬ ُ‫ك أ ىي َها الن ه ى‬
ُ ‫ّلل السالمُ علي‬ ُ‫الصل َواتُ الط ِّي َباتُ ه ه‬ ُ‫الت هح َّياتُ الم َب َاركات‬
ُ ً َّ َ ْ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ
ُ‫ن م َح َّمدا س ْول َ ُر ه‬
‫للا‬ ُ ‫اّلل َوأش َهدُ أ‬
ُ ‫ل‬ ُ ‫ل هإل ُه هإ‬
ُ ‫ن‬ َّ ‫اّلل‬
ُ ‫ أشهدُ أ‬,ُ‫الص هال هحي‬ ُ‫اد ه‬ ُ ‫َو َع‬
ُ‫ل هع َب ه‬
Hal hal yang harus diperhatikan dalam membaca tasyahud antara lain:
1) Bacaan tasyahud harus bisa didengar oleh diri sendiri, apabila
pendengarannya sehat.
2) Dibaca berturut-turut.
3) Tasyahud dibaca sambil duduk, kecuali bila ada uzur boleh dibaca
dengan cara apapun yang memungkinkan.
4) Dengan bahasa Arab.
5) Memelihara makhraj makhraj dan syiddah syiddah.
6) Kalimat tasyahud harus tertib.
11. Shalawat atas nabi Muhammad SAW sesudah tasyahud akhir
Para ulama sepakat bahwa shalawat itu tidak wajib dibaca pada selain
shalat. Maka dari itu, tentulah membaca shalawat itu wajib dalam shalat.
Dalam membaca shalawat, hal hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:
1) Bacaan shalawat harus bisa didengar oleh diri sendiri apabila
pendengarannya sehat.
2) Hendaklah mengucapkan kata "Muhammad" atau "an nabi" atau "ar
rasul".

7
3) Menggunakan bahasa Arab.
4) Tertib dalam pembacaan shalawat.
12. Salam yang pertama
Adapun dalil yang mewajibkan ucapan salam ialah sabda Nabi dalam
hadits yang lalu mengenai takbiratul ihram: tahrimnya shalat ialah takbir,
sedang tahlilnya ialah mengucapkan salam.
13. Tertib
Menertibkan rukun-rukun diatas sesuai dengan nash yang
diriwayatkan. Yakni dimulai dengan takbiratul ihram, kemudian baca al-
fatihah, lalu Ruku', sampai akhir. Apabila ada salah satu diantara rukun-
rukun ini didahulukan daripada yang semestinya, maka shalat menjadi batal,
manakala disengaja.
D. Hal-Hal yang Membatalkan Shalat
Yang membatalkan sholat itu ada 11 hal:
1. Berkata dengan sengaja.
2. Mengerjakan sesuatu yang banyak (yang bukan pekerjaan shalat).
3. Hadas.
4. Kejatuhan najis.
5. Terbuka auratnya.
6. Mengubah niat.
7. Membelakangi kiblat.
8. Makan.
9. Minum.
10. Terbahak-bahak.
11. Murtad
E. Keutamaan shalat
Dalam haditsnya, Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan keutamaan
sholat fardhu. Salah satunya bagi yang senantiasa menjaga sholat maka
dijanjikan cahaya dan petunjuk pada hari kiamat kelak.

ٌ ُ‫علَ ْي َها لَ ْم يَكُ ْن لَهُ ن‬


ٌ ‫ َو ََل ب ُْره‬،‫ور‬
،‫َان‬ ْ ‫ َو َم ْن لَ ْم يُ َحاف‬،ِ‫ َونَ َجاة ً يَ ْو َم ْال ِقيَا َمة‬،‫ َوب ُْرهَانًا‬،‫ورا‬
َ ‫ِظ‬ ً ُ‫َت لَهُ ن‬ ْ ‫علَ ْي َها كَان‬ َ َ‫َم ْن َحاف‬
َ ‫ظ‬
‫ي ب ِْن َخلَف‬ ِِّ َ‫ َوأُب‬، َ‫ َوهَا َمان‬، َ‫ع ْون‬ ُ َ‫ َو َكانَ يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة َم َع ق‬، ٌ ‫َو ََل نَ َجاة‬
َ ‫ َوف ِْر‬، َ‫ارون‬

8
Artinya: "Siapa saja yang menjaga sholat maka dia akan mendapatkan
cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat. Sedangkan, siapa saja
yang tidak menjaga sholat, dia tidak akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan
keselamatan. Dan pada hari kiamat nanti, dia akan dikumpulkan bersama
dengan Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf." (HR Ahmad)
Selain itu, dijelaskan oleh Khalifat Utsman bin Affan melalui kutipan
dalam buku Belajar dari Ustadz Yusuf Mansur karya Ahmad Jameel, dkk, ada
sembilan keutamaan sholat fadhu yang dilaksanakan tepat waktu. Berikut
adalah keutamaan tersebut.
1. Disayangi oleh Allah SWT.
2. Badannya selalu diberikan kesehatan.
3. Pribadinya dijaga oleh malaikat.
4. Diberi keberkahan yang diturunkan ke rumahnya.
5. Mukanya terpancar aura orang yang shaleh.
6. Hatinya akan dilembutkan oleh Allah SWT.
7. Mampu melewati jembatan Shiratal Mustaqim kelak seperti kilat yang
sangat cepat.
8. Pribadinya akan dipelihara dari sentuhan api neraka.
9. Ditempatkan oleh Allah SWT kedalam golongan orang-orang yang tidak
takut pula bersedih.
F. Hikmah Shalat
Setiap muslim harus meyakini bahwa dalam setiap perintah Allah dapat
kebaikan, dan setiap larangan terdapat keburukan jika dilakukan. Oleh karena
itu, dalam perintah shalat sudah pasti terdapat hikmah atau kebaikan. Diantara
hikmah-hikmah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mencegah perbuatan keji dan mungkar
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
َ ْ ْ ۤ َ َْ ْ َ َ ٰ َّ َّ َ ٰ َّ َ ٰ ْ َ َ ْ َ َ ْ ُ ُْٓ َ
‫ه َعنُ الف ْحشا هُء َوالمنكر‬
ُ ٰ ‫وة تن‬
ُ ‫ن الصل‬
ُ ‫وة ها‬
ُ ‫صل‬ ُ ‫ب َوا هق ه‬
ُ ‫م‬ ُ ‫ن ال هكت ه‬
ُ ‫ك هم‬
ُ ‫ح هالي‬
ُ ِ ‫مااتلُ او ه‬
“Bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu dari Al-Qur’an dan
dirikanlah sholat, karena sholat dapat mencegah perbuatan keji dan
mungkar” (QS. Al-ankabut:45).

9
2. Shalat menjadi tolak ukur kebaikan segala amal
Hal ini sebagai mana sabda Rasulullah SAW:
، ‫اول ما يحاشب عليه البعد يوم القيا مة الصالة فان صلحت صلح ساءرعمله‬
‫وان فسدت فسد ساءرعمله‬
“Yang pertama kali dihisab pada hari kiamat dari seorang hamba
adalah sholat, jika baik sholatnya maka baiklah semua amalnya, dan jika
rusak sholatnya maka rusa pula segala amalnya” (HR.Thabrani).
3. Mengajarkan manusia untuk mengatur waktu
Sholat mengajarkan manusia untuk konsisten terhadap waktu, karena
shalat adalah ibadah yang telah ditetapkan waktunya, sehingga
pelaksanaannya harus tepat waktu. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
ً َ
‫وكت َٰٰ ًَٰبا تا‬ ْ َّ ُ َ ‫ل ْٱلم ْؤمن‬ َ ْ َ َ َ َ َّ َّ
ُ ‫ت َع‬
ُ ‫ن ٱلصل ٰو ُة كان‬
‫ي موق ه‬ ‫ه ه‬ ُ ‫هإ‬
“Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman” (QS. An-Nisa’:103).
4. Mendatangkan rezeki
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
ْ َّ ْ َ َ ْ َ ْ َّ ً ْ َ ُ َٔ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ َْ َ ْ
ُ‫ُو َُوٱل َع َٰٰ هَٰق َبةُ هللتق َو ٰى‬
ُ ‫ك‬
ُ ‫ك رزقاُۖنحنُ نرزق‬
ُ ‫ُۖل نسـل‬
ُ ‫ب علي ُه‬ ُ ‫َوأم ْ ُر أهل‬
ُ ‫ك هبٱلصل ٰو هُة وٱصط ه‬
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki
kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu, dan akibat (yang baik)
itu adalah bagi orang yang bertakwa” (QS. Thaha:132).
Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat Abu Hurairah
َ
‫ل يحتسب‬
ُ ‫يا ابا هريرة اهلكمر بالصلة فان للا بالرزقياءتيك من حيث‬
“Hai Abu Hurairah, perintahkan kepada keluargamu untuk sholat,
sebab Allah akan mendatangkan rezki kepadamu tanpa dikira-kira”.
5. Shalat menjadi solusi setiap problematika
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:

َ ‫ل ْٱل َخ ََٰٰٰشع‬ َ َّ َ َ َ َ َّ َ َ َّ َ ْ َّ ۟ َ
ُ‫ي‬ ‫ه ه‬ ُ ‫ل َع‬
ُ ‫ب وٱلصل ٰو هُةُۚوهإنها لك هببةُ هإ‬ ُ ْ ‫ت هعينوا َو‬
ُ ‫ٱس هبٱلص‬
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang khusyu”
(QS. Al-Baqarah:45).

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam hubungan
antara manusia dengan Allah SWT. Shalat juga merupakan sarana komunikasi
bagi jiwa manusia dengan Allah SWT. Sholat juga mempunyai kedudukan
yang sangat penting dan mendasar dalam islam, yang tidak bisa disejajarkan
dengan ibadah-ibadah yang lain. Agar shalat kita lebih matang maka dari itu
kita harus mempelajarinya, mulai dari syarat sahnya shalat, rukun shalat, hal-
hal yang membatalkan shalat dan hikmah shalat bagi kita.
B. Saran
Menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
ini kedepannya penulisan akan lebih baik lagi dalam menyusun makalah di atas
dan dapat lebih di pertamggung jawabkan lagi. Maka dari itu, penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap penulisan
makalah tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA
Hasbiyallah. Fiqih dan Ushul Fiqih metode istinbath dan istidlal. Kitab Fathul
Qarib (Surabaya:Harisma, 2005).
Rahman. Zakaria R. Buku Tuntutan Shalat. (tt).
Daradjat. Zakiyah dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (2004).
Kahar Masyur, Salat Wajib (Januari 1995)
Ali, Asy-Syirbij. Fiqih sistimatika.
Sadily, Hasan. Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve), Jilid
2Direktorat Jendral Pendidikan Islam.
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI
tentang Pendidikan,
Al Syaikh Muhammad Mahmud al-Shawaf, pengajaran Shalat Lengkap,
(Semarang: Dina Utama Semarang, 2007).
Al Syaikh Muhammad Mahmud al-Shawaf, pengajaran Shalat Lengkap, (1995)
Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama, tt).

12

Anda mungkin juga menyukai