SHOLAT
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah
Yang dibimbing Langsung Oleh :
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
ANFATAYA AQIOLAINA
BRYEN SAMUEL
IRENE RIZYA
NAHRUL FADHLI A.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR
Puja dan puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang luar
biasa kepada kita semua terutama nikmat Islam, Iman dan Ihsan. Shalawat serta
Abdillah yang telah menyelamatkan kita dari alam jahiliyah menuju alam hidayah,
bagi sahabatnya, tabi’in, tabi’ tabi’in, para wali-wali Allah, dan bagi segenap
pengikutnya hingga akhir zaman. Buku ini terlahir dibidani oleh keprihatinan dan
setiap gerak langkah penulis atas kenyataan hidup dan kehidupan sebagian umat
Islam saat ini, terutama cara mereka dalam beribadah kepada Allah SWT.
Pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam yang selama ini mereka
anut nyata-nyata telah banyak bergeser, tidak sedikit yang jauh menyimpang dari
ajaran yang sebenarnya, dan bahkan ada pula yang meninggalkan sama sekali
ajaran tersebut. Tetapi, semua pihak termasuk penulis sejatinya berusaha sekuat
tenaga untuk mengingatkan saudara-saudara kita yang kini sedang ‘galau’ dalam
belantara kesesatan supaya kembali berpijak pada ajaran suci yang sejak lama
telah ditanamkan oleh orang tua mereka. Kehadiran buku ini merupakan upaya
penulis dalam menyadarkan diri sendiri serta semua pihak tentang bagaimana
berlandaskan pada referensi yang valid. Selain itu, mudah-mudahan buku ini
menjadi khazanah ilmu fiqh dan sebagai pemantik alternative amalan ibadah,
terutama bagi mereka yang selama ini dalam beribadah senantiasa ‘ikut-ikutan’
1
kepada orang lain tanpa mengetahui secara persis dasar hukum atau sumber
referensinya, yang dalam Bahasa Ushul Fiqh disebut dengan muqalid. Penulis
menyadari, buku ini masih banyak kekurangan, dan tidak menutup kemungkinan
Untuk itu, kritik iii dan saran dari para pembaca yang budiman selalu
penulis nantikan. Semoga segala upaya kita senantiasa mendapat ridha dan
pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini, dengan harapan semua
jerih payah ini menjadi amal kebaikan khusus bagi penulis dan umumnya bagi
Penulis,
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................7
3.1. Kesimpulan................................................................................................................11
3.2. Saran..........................................................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
shalat sebagai ibadah wajib terdapat dalam nash (Al-Qur’an dan Hadits). Selain
ibadah yang tak bisa ditinggalkan. Dalam mengerjakan shalat lima waktu, kaum
muslimin sepakat bahwa shalat lima waktu harus dikerjakan pada waktunya dan
satu dengan waktu shalat selanjutnya, ulama berselisih pendapat mengenai kapan
kasat mata dalam persoalan penentuan waktu shalat tidak nampak adanya suatu
persoalan yang sangat besar, tetapi bagaimana jika perbedaan tersebut telah
melebihi dari 4 menit atau 5 menit. Tentu itu akan jadi persoalan bagi kita,
semisalnya yang mana seharusnya waktu tersebut sudah memasuki waktu shalat
Magrib, tetapi masih ada yang masih melaksanakan shalat Azhar. Pada dasarnya
matahari, waktu terbenamnya matahari, dan lain sebagainya itu merupakan suatu
hal yang tidak ada dasar hukum yang pasti, namun apabila dikaitkan dengan
ibadah seperti shalat maka hukumnya menjadi wajib. Jadi sebelum mengerjakan
1
Ismail “Metode Penentuan Awal Waktu Shalat dalam Perspektif Ilmu Falak” Jurnal
IlmiahIslam Futura, Vol.14, No. 2, (2015), h. 219
4
shalat, kaum muslimin diwajibkan untuk menentukan dan mengetahui awal waktu
hadits-hadits Nabi saw. Dari hadits-hadits tentang waktu shalat itulah, para ulama
fiqih memberikan batasan-batasan waktu shalat dengan berbagai cara atau metode
sebagian mereka yang berasusmi bahwa cara menentukan waktu shalat adalah
tekstual dalam hadits-hadits Nabi, seperti menggunakan alat bantu tongkat istiwa
atau miqyas atau hemispherium. Inilah metode atau cara yang digunakan oleh Tim
sesuai dengan maksud dari nash-nash tersebut, di mana awal dan akhir waktu
shalat ditentukan oleh posisi matahari dilihat dari suatu tempat di bumi, sehingga
metode atau cara yang dipakai adalah hisab (menghitung waktu shalat).
Pemahaman inilah yang dipakai oleh Tim Hisab dalam persoalan menentukan
waktu shalat. Waktu shalat yang ditentukan oleh para ulama fiqih, disebut waktu
riyadhi. Dengan cara hisab inilah nantinya lahir jadwal waktu shalat abadi atau
5
1.2. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
6
Menurut bahasa kata sholat berasal dari kata shollaa, yusholli, tashliyatan,
sholatun, yang berarti rahmat dan doa. Makna shalat dalam syariat adalah
peribadatan kepada Allah SWT dengan ucapan dan perbuatan yang telah
diketahui, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, disertai syarat-syarat
yang khusus dan dengan niat. Syekh Najmuddin Amin Al Kurdi dalam Tanwirul
fisik yang paling utama dibanding ibadahibadah lainnya. Sholat merupakan pilar
pondasi terbaik bagi setiap amal kebaikan di dunia serta rahmat dan kemulian bagi
kehidupan mendatang. Sholat adalah salah satu ibadah mahdloh yang pertama kali
diwajibkan oleh Allah. Dalam struktur bangunan ajaran Islam, sholat disebut
sebagai tiang agama. Sabda Rasul saw: ”Sholat adalah tiang agama, maka barang
siapa yang menegakannya berarti menegakan sholat agama, dan barang siapa yang
Sholat sebuah sarana untuk mengalahkan kekuatan hawa nafsu yang begitu dasyat
menggoda jiwa manusia. Jika kita melaksanakan sholat dengan benar maka
isi hati.
7
Dalam struktur syariat Islam, sholat merupakan kewajiban yang harus
dilakukan oleh kaum mukmin (inna l-sholat kanat ’ala ’l-mu’min kitaban
mawquta (Q.S An-Nissa, 4:103). Sebagai kewajiban yang bersifat sentral, sholat
tidak cukup dikerjakan sekal-kali, tetapi bersistem sepanjang hidup manusia. Oleh
karena itu perintah sholat bukan untuk mengerjakan, tetapi mendirian sholat
mengerjakannya, seperti maksud syariat sholat. Jika sholat hanya dikerjakan tanpa
mengikuti sistemnya maka yang tertinggal hanya bentuk ritual sholat yang tidak
relevan dengan fungsinya. Sholat lima waktu merupakan kewajiban, tugas wajib
atau modal dasar, oleh karena itu sholat lima waktu tidak dimaksud untuk apa-apa
selain mematuhi kewajiban atau tugas. Untuk mencari nilai plus hubungan
manusia dengan Tuhan, misalnya ingin dekat dekat dengan Allah, maka
syariat tertua, sholat secara maknawi menghimpun sebahagian besar ritual ibadah
lainnya. Hal ini dapat merujuk pada pandangan Syekh Abdullah dalam Tanqih Al
Qaul-nya Syekh Nawawi Al Bantani, yang dikutip oleh ustazd Qosim Arsyadani
dalam tulisannya Urgensi Sholat pada kumpulan tulisan Memahami Islam, bahwa
sholat adalah energi bathin, yang terhimpun segala nilai ibadah lainnya. Sholat
bermakna haji. Ibadah Haji disekitar ka’bah, sedangkan sholat harus menghadap
ka’bah. Secara simbolik seseorang yang sholat begitu dekat dengan ka’bah dalam
munajat-munajatnya.4
8
Dilihat hukum melaksanakanya, pada garis besarnya shalat di bagi
menjadi dua, yaitu shalat fardu dan shalat sunnah. Selanjutnya shalat fardu juga di
bagi menjadi dua, yaitu fardu ain dan fardu kifayah. Demikian pula shalat sunah,
juga di bagi menjadi dua, yaitu sunnah muakkad dan ghoiru muakkad.
wakktu, shalat jenazah dan shalat nadzar. Shalat fardu ada 2 yaitu:
Fardu Ain adalah shalat yang wajib di lakukan setiap manusia. shalat ini
di laksanakan sehari semalam dalam lima waktu (isya’, subuh, dhuhur, asar,
dan apabila salah satu dari mereka sudah ada yang mengerjakan maka gugurlah
Shalat fardu karena nadzar adalah shalat yang di wajibkan kepada orang-
orang yang berjanji kepada Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur kita kepada
Allah atas segala nikmat yang telah di terimanya. Contoh : Ahmad akan
melasanakan ujian, dia bilang kepada dirinya dan teman-temanya, “ nanti ketika
saya sukses mengerjakan ujian dan lulus saya akan melakukan shalat 50 rokaat “
ketika pengumuman dia lulus maka Ahmad wajib melaksanakan Shalat nadzar.
2. Shalat Sunnah
9
Shalat Sunnah adalah shalat yang apabila di kerjakan mendapatkan pahala
dan apabila tidak di kerjakan tidak mendapatkan dosa. Shalat sunah di sebut juga
dengan Shalat tatawu’, nawafil, manduh, dan mandzubat, yaitu shalat yang di
jarang sekali tidak dikerjakan oleh Rosulluloh SAW dan pelaksanaannya sangat
dianjurkan dan di tekankan separti solat witir, solat hari raya dan lain-lain
mencari keridhoan atau pahala dari Alloh swt. Namun shalat sunat jika dilihat dari
ada atau tidak adanya sebab-sebab dilakukannya, dapat dibedakan manjadi dua
macam, yaitu: shalat sunat yang bersebab dan shalat sunat yang tidak bersebab.
Shalat sunat yang bersebab, yaitu shalat sunat yang dilakukan karena ada
terjadi kemarau panjang, shalat kusuf (gerhana) dilakukan karena terjadi gerhana
Shalat sunat yang tek bersebab, yaitu shalat sunat yang dilakukan tidak
karena ada sebabsebab tertentu. Sebagai contoh : shalat witir, shalat dhuha dan
lain sebagainya
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
10
Demikian bahwa sebenarnya rangkaian ibadah sholat yang diperintahkan
oleh Agama Islam lebih kepada bukti kasih sayang Allah SWT kepada hamba-
hamba bukan sebaliknya yang dipahami kebanyakan orang bahwa perintah sholat
namun demikian setidaknya dapat menjadi bahan renungan bagi kita bahwa
Sholat merupakan aktifitas jasmani dan ruhaniyah yang berbeda dengan olah raga
apa pun karena sholat tercipta dari keagungan cinta sang Pencipta dengan
SARAN
isinya, maka dari itu penulis mengharapkan kepada pembaca agar ikut peduli
dalam makalah ini yaitu dengan memberi saran dan kritikan yang membangun
untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga dengan adanya ,makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
BUKU BUKU
11
Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007)
JURNAL
Ismail “Metode Penentuan Awal Waktu Shalat dalam Perspektif Ilmu Falak” Jurnal
IlmiahIslam Futura, Vol.14, No. 2, (2015),
12
13