FIQIH
DISUSUN OLEH:
Assalamu’alaikum wr.wb..
Dengan menyebut nama yang maha pengasih lagi maha penyayang,puja dan puji
syukur kami panjat kan kehadirat Allah s.w.t,yang telah melimpah kan rahmat,sehingga kami
dapat merampungkan peyusunan makalah Fiqih dengan judul Sholat tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan dari semua pihak,sehingga dapat memperlancar dalam penyusunan makalah.Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Akhirnya kami sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar kainginan kami supaya dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan yang berkaitan pada makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Shalat adalah upaya membangun hubungan baik antara manusia dengan Tuhannya.
Dengan shalat kelezatan munajat kepada Allah akan terasa, pengabdian kepada-Nya dapat
diekspresikan, begitu juga penyerahan kepada segala urusaan kepada-Nya. Shalat juga
mengantar seseorang kepada keamanan, kedamaian, dan keselamatan dari-Nya. Shalat adalah
perilaku ihsan hamba terhadap Tuhannya. Ihsan shalat adalah menyempurnakan dengan
membulatkan budi dan hati sehingga pikiran, penghayatan dan anggota badan menjadi satu,
tertuju kepada Allah.
Shalat yang dikerjakan lima waktu sehari semalam, dalam waktu yang telah ditentukan
merupakan fardhu ain. Shalat fardu dengan ketetapan waktu pelaksanaannya dalam Al-
Qur’an dan Al-sunnah mempunyai nilai disiplin yang tinggi bagi seorang muslim yang
mengamalkannya. Aktivitas ini tidak boleh dikerjakan dengan ketentuan diluar syara’. Dalam
shalat seorang muslim berikrar kepada Allah bahwa sesungguhnya shalat, ibadah, hidup, dan
matinya hanya bagi Tuhan sekalian alam1.
Dalam mendefinisikan tentang arti kata shalat, Imam Rafi’i mendefinisikan bahwa shalat
dari segi bahasa berarti do’a, dan menurut istilah syara’ berarti ucapan dan pekerjaan yang
dimulai dengan takbir, dan diakhiri/ditutup denngan salam, dengan syarat tertentu.1
Kemudian shalat diartikan sebagai suatu ibadah yang meliputi ucapan dan peragaan tubuh
yang khusus, dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam (taslim). Dari pengertian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan shalat adalah suatu
pekerjaan yang diniati ibadah dengan berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan yang
dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam.
Shalat menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan shalat merupakan
menifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT.Dari sini maka, shalat dapat
menjadi media permohonan, pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang
ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya1
1
Khairunn Rajab, Psikologi Ibadah Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia,( Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2011), cet.1, hlm. 91-95
2
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2009), h.
145
3
Syekh Syamsidin abu Abdillah, Terjemah Fathul Mu‟in (Surabaya: Al-Hidayah, 1996),
1
Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh
ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama. Shalat adalah ibadah pertama yang di
wajibkan oleh Allah ta’ala yang perintahnya disampaikan Allah. Shalat merupakan inti pokok
ajaran agama dengan kata lain, bila shalat tidak didirikan maka hilanglah agama secara
keseluruhannya2.
Telah di ketahui bahwa sumber hukum Islam, baik Alqur’an maupun hadits berbahasa
Arab. Oleh karena itu istilah-istilah hukum dalam agama Islam, juga berasal atau
menggunakan bahasa arab. “Shalat” adalah salah satu diantaranya. Dalam bahasa Arab kata
“shalat” digunakan dalam berbagai arti. Diantaranya digunakan untuk arti “do’a” seperti
firman Allah yang terdapatdalam Alqur’an Surat (9) At-Taubat, ayat 103, diguunakan untuk
arti “rahmat” dan untuk arti “mohon ampunan” seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an surat
(33) Al-Azhab, ayat 43 dan 563.
Dalam melaksanakan shalat alangkah lebih baiknya dengan shalat berjamaah. Karena
Rasulullah mengatakan bahwa shalat sendirian bernilai 1, sedangkan shalat4, berjamaah
bernilai 27 kali lipat. Seperti telah kita ketahui bahwa orang yang sedang shalat memancarkan
energy. Ini bisa dianalogikan dengan sebuah baterai. Ketika belum dihubungkan dengan
lampu atau peralatan tertentu, baterai ini tidak memancarkan energinya, tetapi begitu
terhubung, dia akan memancarkan energinya. Ibarat baterai, kalau kita menyalakan lampu
dengan sebuah baterai maka terang sinarnya tentu akan kalah dengan lampu yang dinyalakan
dengan menggunakan 3 baterai atau 10 baterai, semakin banyak baterai yang digunakan maka
nyala lampu itu akan semakin terang.
Demikian juga dengan orang yang shalat. Jika kita shalat sendirian, maka energi yang
kita pancarkan kekuatannya hanya satu pancaran saja. Tetapi kalau kita shalat berjamaah,
maka pancaran energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar. Persisi sejumlah baterai
yang di gabungkan secara serial untuk menghidupkan lampu.
Jadi dengan shalat berjamaah itu Rasulullah sedang mengajarkan kepada kita, agar energi
yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar ketimbang shalat sendirian. Dengan kita shala
berjamaah kita semua seperti berada dalam sebuah barisan. Seluruh gerakan dan aktifitas kita
harus seirama. Tidak boleh saling silang antara makmum yang lain2
4
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,2006), cet.1, hlm. 125-126
5
Agus Mustofa, Pusaran Energi Ka’bah, ( Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2005), hlm. 174-175
2
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa hikmah dari melaksanakan sholat ?
2. Apa saja syarat dan rukun sholat?
3. Bagaimana tata cara sholat yang di anjurkan ?
4. Apa saja yang membatalkan sholat ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
3 10
Abdul Kadir Ahmad, L.C., M.A., Mas’an, Ahmad Hidayat, S.TH.I. Fikih/Kementerian Agama,- Jakarta: Kementerian Agama 2014.
Halaman
4
arti “rahmat” dan untuk arti “mohon ampunan” seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an surat
(33) Al-Azhab, ayat 43 dan 563.
Dalam melaksanakan shalat alangkah lebih baiknya dengan shalat berjamaah. Karena
Rasulullah mengatakan bahwa shalat sendirian bernilai 1, sedangkan shalat4, berjamaah
bernilai 27 kali lipat. Seperti telah kita ketahui bahwa orang yang sedang shalat memancarkan
energy. Ini bisa dianalogikan dengan sebuah baterai. Ketika belum dihubungkan dengan
lampu atau peralatan tertentu, baterai ini tidak memancarkan energinya, tetapi begitu
terhubung, dia akan memancarkan energinya.
Ibarat baterai, kalau kita menyalakan lampu dengan sebuah baterai maka terang sinarnya
tentu akan kalah dengan lampu yang dinyalakan dengan menggunakan 3 baterai atau 10
baterai, semakin banyak baterai yang digunakan maka nyala lampu itu akan semakin terang.
Demikian juga dengan orang yang shalat. Jika kita shalat sendirian, maka energi yang kita
pancarkan kekuatannya hanya satu pancaran saja. Tetapi kalau kita shalat berjamaah, maka
pancaran energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar. Persisi sejumlah baterai yang di
gabungkan secara serial untuk menghidupkan lampu.
Jadi dengan shalat berjamaah itu Rasulullah sedang mengajarkan kepada kita, agar energi
yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar ketimbang shalat sendirian. Dengan kita shala
berjamaah kita semua seperti berada dalam sebuah barisan. Seluruh gerakan dan aktifitas kita
harus seirama,tidak boleh saling silang antara makmum yang lain.
❖ Hikmah Sholat
Mendirikan sholat merupakan rukun Islam yang kedua. Umat muslim harus
melaksanakan sholat fardu lima waktu karena hukumnya wajib, adapun hikmah dari sholat
lima waktu ialah:
a. saat gerakan sujud kita merendahkan diri hingga mencium tanah.Hal ini
merupakan pengingat bagi kita akan kerendahan manusia dihadapan Allah
SWT.Karena sesungguhnya, kita dihadapan Allah SWT kita hanya hamba yang
mutlak milik Allah SWT. 4
b. dengan salat kita sadar bahwa pada hakikatnya tiada yang mampu memberikan
Ketentuan Waktu Salat Fardhupertolongan pada kita selain Allah SWT.
6
Abdul Kadir Ahmad, L.C., M.A., Mas’an, Ahmad Hidayat, S.TH.I. Fikih/Kementerian Agama,-
Jakarta: Kementerian Agama 2014. Halaman 19
66https://www.tribunnews.com/ramadan/2020/05/05/hikmah-dan-keutamaan-salat-bagi-umat-muslim-memperkuat-akidah-dan-keimanan-
pada-allah-swt?page=2
5
c. dalam satu hari ada lima salat fardu yang harus dikerjakan.Itu artinya, ada lima
kali dalam sehari kita bisa bertobat pada Allah SWT.Sebagai manusia, tak
mungkin kita luput dari dosa, baik yang disengaja maupun tidak
d. Manfaat yang keempat, adalah bisa memperkuat akidah dan keimanan kita pada
Allah SWT.
e. Sebagai media komunikasi seorag hamba dengan tuhannya
f. Sebagai bukti ketaatan dan keintaan seorang hamba kepada allah
g. Untuk membentuk kedisiplinan diri terhadap ketentuan waktu sholat
h. Untuk membentuk kepasrahan total setiap saat
i. Melatih istiqomah dalam rangka menuju ketaatan dan keikhlasan yang sempurna
j. Membentuk kesadaran diri, bahwa amal sholat lah yang di hisab oleh Allah SWT
k. Meningkatkan kesehatan diri dengan seluruh gerakan sholat yang di iringi dengan
tumak nina
l. Memantapkan keyakinan diri dengan jalan sabar dan sholatlah seorang mukmin
meminta tolong kepada Allah SWT
m. Membentuk kejujuran dan kebersamaan menuju ridho Allah SWT semata
n. Tercipta persaudaraan dan rasa tolong- menolong serta menghargai sesama yang
di ikat oleh iman
7
Abdul Kadir Ahmad, L.C., M.A., Mas’an, Ahmad Hidayat, S.TH.I. Fikih/Kementerian Agama,-
Jakarta: Kementerian Agama 2014. Halaman 20
6
e. Menghadap kiblat, jika berada dalam masjid haram Mekah, maka harus menghadap
langsung. Dan jika jauh dari Baitullah haram, maka cukup menghadap ke arahnya
a. islam, maka tidak sah sholat yang di lakukan oleh orang kafir, dan tidak di teriama
Begitu pula halnya semua amalan yang mereka lakukan.
b. Baligh (laki-laki telah keluar sperma atau sudah berumur 15 tahun, dan perempuan
telah keluar darah haid atau sudah berumur 15 tahun). Akan tetapi anak kecil itu
hendaknya diperintahkan untuk melaksanakan salat sejak berumur tujuh tahun dan
Salatnya itu sunnah baginya.
c. Berakal, maka tidaklah wajib salat itu bagi orang gila atau mabuk.
d. Suci dari haid dan nifas bagi perempuan.
e. Telah sampai dakwah kepadanya.
f. Terjaga, tidak sedang tidur.
❖ Rukun sholat
Tentang rukun salat ini dirumuskan menjadi 13 perkara:
a. Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan Salat.
b. Berdiri, bagi yang berkuasa (jika tidak dapat berdiri, maka boleh dengan duduk, dan
jika tidak dapat duduk boleh dengan berbaring).
Takbiratul ihram: membaca “Allahu Akbar”. Berdasarkan hadist Ali ra : “Nabi Saw.
bersabda: “Kunci salat ialah bersuci, pembukaannya membaca takbir,
dan penutupnya ialah memberi salam”HR. Ahmad,Abu,Daut,Ibu Majah,dan
Turmudzi). 6
c. Membaca Surat Fatihah.
d. Ruku’ dan thuma’ninah, artinya membungkuk sehingga punggung menjadi sama datar
dengan leher dan kedua belah tangannya memegang lutut.
e. I’tidal dengan thuma’ninah, artinya bangkit bangun dari ruku’ dan kembali tegak
lurus, thuma’ninah.
f. Sujud dua kali dengan thuma’ninah, yaitu meletakkan kedua lutut, kedua tangan,
kening dan hidung ke atas lantai.
Abdul Kadir Ahmad, L.C., M.A., Mas’an, Ahmad Hidayat, S.TH.I. Fikih/Kementerian Agama,- Jakarta: Kementerian Agama 2014.
9
Halaman
7
g. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah, artinya bangun kembali setelah sujud
yang pertama untuk duduk sebentar, sementara menanti sujud yang kedua.
h. Duduk untuk tasyahud akhir.
i. Membaca tasyahud akhir di waktu duduk di raka’at yang terakhir.
j. Membaca salawat atas Nabi, setelah selesai tasyahud akhir, maka dilanjutkan
membaca pula salawat atas Nabi dan keluarganya.
k. Mengucapkan salam yang pertama. Bila setelah selesai membaca tasyahud akhir dan
salawat atas Nabi dan keluarga beliau maka memberi salam. Yang diwajibkan hanya
salam pertama.
l. Tertib artinya berturut-turut menurut peraturan yang telah ditentukan. Rukun-rukun
fi’il itu harus dilaksanakan dengan thuma’ninah, yakni berhenti sejenak sekedar
ucapan “subhanallah”.
10
Abdul Kadir Ahmad, L.C., M.A., Mas’an, Ahmad Hidayat, S.TH.I. Fikih/Kementerian Agama,- Jakarta: Kementerian Agama 2014.
Halaman
Thohah Firdaus, 2012. Ilmu Sholat
8
5. Waktu Shubuh
Waktunya dari terbit fajar shadiq sampai terbit matahari Ketentuan sholat
fardhu:“Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Ra bahwasanya Nabi Saw bersabda: “Waktu Zuhur
ituialah tatkala condong matahari (ke sebelah barat) sampai bayang-bayang orang sama
dengengan tingginya sebelum datang waktu ‘Ashar: dan waktu ‘Ashar sebelum kuning
matahari, danwaktu Maghrib sebelum hilang awan merah (setelah terbenam matahari), dan
waktu salat‘Isya hingga tengah malam, dan waktu salat Shubuh dari terbit fajar hingga
sebelum terbit matahari”
8
Thohah Firdaus, 2012. Ilmu Sholat
9
Dalam hal ini, terdapat berbagai keutamaan sholat berjamaah yang perlu di ketahui.
Sholat berjamaah menjadi amalan yang dapat meningkatkan peluang di terimanya ibadah
sholat di bandingkan sholat yang di lakukan secara sendiri, bukan hanya itu, keutamaan
sholat berjamaah juga dapat memberikan banyak pahala serta ampunan dari Allah SWT atas
segala dosa.
Dengan begitu penting untuk memahami apa saja keutamaan sholat berjamaah yang
bisa di dapatkan oleh umat muslim selain itu juga petlu di ketahui bagaimana hukum dari
pelaksanaan sholat berjamaah dengan baik.
10
Abdul Kadir Ahmad, L.C., M.A., Mas’an, Ahmad Hidayat, S.TH.I. Fikih/Kementerian Agama,- Jakarta: Kementerian Agama 2014.
Halaman
10
2. Seorang muslim yang hendak melakukan salat hendaklah berdiri tegak setelah masuk
waktu salat dalam keadaan suci dan menutup aurat serta menghadap kiblat dengan
seluruh anggota badannya tanpa miring atau menoleh ke kiri dan ke kanan.
3. Kemudian melakukan takbiratul ihram, yaitu membaca Allahu Akbar sambil
mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya ketika takbir
4. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di bawah dada di atas pusar.
5. Kemudian membaca doa iftitah, dan basmalah, kemudian membaca Al-Fatihah dan
apabila sampai pada bacaan dia membaca aamiin.
6. Kemudian membaca salah satu surat atau apa yang mudah baginya di antara ayat-
ayat Al-Quran.
7. Kemudian mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahunya lalu ruku’ sambil
mengucapkan Allahu Akbar selanjutnya memegang dua lutut dengan kedua tapak
tangan dengan meratakan tulang punggung, tidak me-ngangkat kepalanya juga tidak
terlalu membungkuk-kannya, dan jari-jari tangannya hendaknya dalam keadaan
terbuka.
8. Pada saat ruku’, membaca doa ruku’10
9. Kemudian bangkit dari ruku’ seraya mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua
bahu sehingga tegak berdiri dalam keadaan i’tidal, kemudian membaca doa i’tidal.
10. Kemudian sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar, lalu sujud bertumpu pada tujuh
anggota sujud, yaitu dahi (yang termasuk di dalamnya) hidung, dua telapak tangan,
dua mengenai lantai, serta merenggangkan bagian atas lengannya dari samping
badannya dan tidak meletakkan lengannya (hastanya) ke lantai dan mengarahkan
ujung jari-jarinya ke arah kiblat.
11. Membaca doa sujud sebanyak tiga kali dalam sujud.
12. Bangkit dari sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar, kemudian duduk iftirasy,
yaitu bertumpu pada kaki kiri dan duduk di atasnya sambil menegakkan telapak kaki
kanan
2.5. Kemudian sujud lagi seperti di atas, lalu bangkit untuk melaksanakan rakaat kedua
sambil bertakbir. Kemudian melakukan seperti pada rakaat pertama, hanya saja tanpa
membaca doa iftitah lagi. Apabila telah menyelesaikan rakaat kedua hendaknya
duduk untuk melaksanakan tasyahhud. Apabila salatnya hanya dua rakaat saja seperti
10
Abdul Kadir Ahmad, L.C., M.A., Mas’an, Ahmad Hidayat, S.TH.I. Fikih/Kementerian Agama,- Jakarta: Kementerian Agama 2014.
Halaman
11
salat salam sambil menoleh ke kanan, kemudian mengucapkan salam lagi sambil
menoleh ke kiri. 11
13. Jika salat itu termasuk salat yang lebih dari dua rakaat, maka berhenti ketika selesai
membaca tasyahhud awwal. Kemudian bangkit berdiri sambil mengucapkan takbir
dan mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua bahu, lalu mengerjakan rakaat
berikutnya seperti rakaat sebelumnya, hanya saja terbatas pada bacaan surat al-
Fatihah saja.
14. Kemudian duduk tawarruk, yaitu dengan menegakkan telapak kaki kanan dan
meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan, kemudian mendudukkan
pantat di lantai serta meletakkan kedua tangan di atas kedua paha. Lalu membaca
tasyahhud, membaca salawat kepada Nabi Saw. dan berdoa meminta perlindungan
kepada Allah Swt.
15. Kemudian mengucapkan salam dengan suara yang jelas sambil menoleh ke kanan,
lalu
16. Tertib
11
Muhammad sholikhin,Op.Cit.,hlm.48
12
7. Mendahului imam Seorang makmum melakukan gerakan mendahului imam, seperti
bangun dari sujud lebih dulu dari imam maka batal sholat nya.
8. Murtad 12
12
Muhammad sholikhin,Op.Cit.,hlm.48
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Shalat adalah salah satu jenis ibadah bagi para pemeluk agama islam yang berbentuk
perkataan dan perbuatan dengan diawali oleh gerakan takbir dan diakhiri dengan gerakan
salam dikerjakan dengan syarat dan rukun shalat yang telah ditentukan. Shalat merupakan
penyerahan diri (lahir dan batin) kepada Allah Ta’ala dalam bentuk rangka ibadah dan
memohon ridho-Nya (Allah). Tujuan didirikannya shalat dalam agama Islam menempati
kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadat manapun juga ia merupakan tiang agama.
3.2. Saran
Mari kita semua merubah diri dengan semakin giat mengerjakan shalat karena kita harus
ingat akan mati, akan kehidupan yang sesungguhnya kehidupan yang kekal di akhirat bekal
apa yang akan kita bawa untuk menuju tempat yang kita Impikan yakni surga. Bekal yang
kita bawa adalah sholat yang sebagimana telah diperintahkan oleh Allah melalui perantara
nabi Muhammad SAW. Shalat bukan hal yang bisa diremehkan atau mungkin dikurang
kurangi karena itu adalah kegiatan muslim dengan sang Pencipta (Allah).
14
DAFTAR PUSTAKA
Agus Mustofa, Pusaran Energi Ka’bah, ( Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2005), hlm. 174-175
Abdul Kadir Ahmad, L.C., M.A., Mas’an, Ahmad Hidayat, S.TH.I. Fikih/Kementerian
Agama,-
Jakarta: Kementerian Agama 2014. Halaman 19
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta:
Amzah, 2009), h. 145
Khairunn Rajab, Psikologi Ibadah Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia,( Jakarta:
Sinar Grafika Offset, 2011), cet.1, hlm. 91-95
Muhammad sholikhin,Op.Cit.,hlm.48
Syekh Syamsidin abu Abdillah, Terjemah Fathul Mu‟in (Surabaya: Al-Hidayah, 1996),
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,2006), cet.1, hlm. 125-126
Thohah Firdaus, 2012. Ilmu Sholat
66https://www.tribunnews.com/ramadan/2020/05/05/hikmah-dan-keutamaan-salat-bagi-umat-muslim-memperkuat-akidah-dan-keimanan-
pada-allah-swt?page=2
15