Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KHUSYU’ DAN SOLAT

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah

TAFSIR TEMATIK

DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. M. TAUFIQ, Lc., M.H.I

DISUSUN OLEH :
QURATUL AINI
210601050

PRODI ILMU AL_QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
T.A. 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat nikmatnya dan atas kehendakNya lah
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penulis menyadari, bahwa sebagai mahasiswa
yang ilmu pengetahuannya belum seberapa sehingga makalah ini masih memiliki banyak
sekali kekurangan, kami mohon bimbingan dari Bapak Dr. H. M. TAUFIQ, Lc., M.H.I selaku
dosen Pengampu Mata Kuliah TAFSIR TEMATIK di semester 5 tahun akademik 2023/2024.

Semoga makalah ini bermanfaat menjadi tambahan ilmu dan refrensi khususnya bagi
pemakalah dan teman-teman semester 5 pada umumnya, dan juga mudahan dengan makalah
ini bisa menambah hasil evaluasi pembelajaran pada mata kuliah ini. Terakhir kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mensuport terutama kepada dosen pengampu
mata kuliah ini sehingga makalah ini bisa diselesaikan.

Mataram, 10, SEPTEMBER 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH. 5
C. TUJUAN MASALAH. 5
BAB II PEMBAHASAN. 6
A. Sholat. 6

B. Khusyu’ 7

C. Khusyu’ Dalam Sholat.. 9


BAB III PENUTUP. 14
A. KESIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang ajarannya sempurna. Salah satu ajarannya adalah shalat
yang merupakan rukun Islam yang kedua. setelah dua ayat syahadat. Sholat merupakan suatu
kewajiban yang fardhukan tentang setiap muslim dan mazhab yang mempunyai kedudukan
tertinggi dan paling mulia di antara rukun Islam lainnya.

Sholat adalah ibadah jasmani yang paling baik. Doa adalah sebuah amalan pertama
kali dihitung. Sehingga shalat menjadi ibadah yang paling utama, dan menjadi referensi bagi
lembaga amal lainnya.

Sholat menjadi pintu yang terbuka ke segala arah Bentuk perbuatan baik lainnya
dilakukan oleh seorang hamba. Dalam Alquran, banyak ayat yang merujuk pada doa, artinya
Artinya doa mempunyai tempat, fungsi dan peranan Hal ini sangat penting dalam Islam.
Dalam Al-Qur'an ada 93 kata yang diulang-ulang Beberapa doa disertai dengan kata sabar
dan zakat. Melalui Oleh karena itu, jika kewajiban shalat ini diabaikan, manusia akan
menderita. mengingkarinya menjadi kekufuran.

Ibadah shalat merupakan perwujudan langsung hubungan manusia dengan Allah.


Shalat adalah ibadah yang menunjukkan adanya ikatan yang kuat antara hamba dengan
Tuhannya. Dalam shalat, hamba seolah berada di hadapan Tuhannya dan memohon kepada-
Nya. Ketika seseorang mampu khusyu’ di dalam shalatnya, maka Allah akan mengampuni
dosa-dosanya, menghapus kesalahan-kesalahannya, dan amalan shalatnya ditulis di
timbangan kebaikan.

Shalat, baik yang wajib maupun sunnah, dapat membersihkan kotoran dan penyakit
dalam diri manusia. Kebersihan memiliki dua bagian; Pertama, kebersihan inderawi (al-
bissiyah), yaitu kebersihan fisik manusia dari segala macam kotoran dan najis. Kedua,
kebersihan maknawi (al-ma’nawiyah), yaitu kebersihan psikis manusia dari segala maksiat
dan perbuatan tercela. Kebersihan pertama berkaitan dengan syarat-syarat sah shalat,
sedangkan kebersihan kedua berkaitan dengan kualitas ke khusyuan dalam shalat.1

Shalat hanya akan terasa dampaknya apabila dilakukan dengan benar. Shalat yang
dilaksanakan dengan khusyu’ akan memberikan efek positif bagi jasmani dan rohani.
1
Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, (mengutip Wahbah Al-Zuhailiy), Nuansa-Nuansa Psikologi Islam,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 224-225.

4
Sebaliknya, shalat yang dilaksanakan dengan tidak khusyu’ maka tidak akan memberikan
efek yang berarti bagi keduanya. Shalat bukan hanya sekedar ritual formal, melainkan ada
muatan aktual, yaitu bukti nyata yang bisa dirasakan.2

Shalat yang dilakukan dengan khusyu’ akan memberikan efek yang nyata dan
langsung dalam kehidupan sehari-hari. Shalat akan kurang memberi dampak pada orang yang
melaksanakannya hanya untuk sekedar penggugur kewajiban dengan tidak memperhatikan
kualitas shalatnya. Maka dari itu di dalam makalah ini akan du bahas tentang Sholat dan
Kekhusyukan dalam sholat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Yang Di Maksud Dengan Sholat?

2. Apa Yang Dinaksud Dengan Khusyu’?

3. Bagaimana Khusyuk Dalam Sholat?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan Makna Dari Sholat!

2. Menjelaskan Makna Dari Khusyu’!

3. Menejalskan Apa Itu Khusyu’ Dalam Solat.

2
Safrilsyah, Psikologi Ibadah dalam Islam, (Banda Aceh: Naskah Aceh, 2013), hal. 80.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sholat

1. Pengertian Sholat

Kata shalat secara etimologi artinya adalah doa, maka secara syar'i shalat itu disebut
dengan shalat karena di dalamnya berisi doa-doa. Inilah pendapat jumhur ulama' ahli bahasa
Arab dan selain mereka dari para peneliti. Kata shalat secara terminologi berarti peribadatan
kepada Allah Swt dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang sudah dimengerti secara
umum, di mulai dengan takbir, di akhiri dengan salam, disertai dengan niat dan dengan
syarat-syarat khusus.3

Maka bisa diartikan bahwa sholat adalah suatu ibadah yang dilakukan untuk
menyembah Allah Swt, yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam. Sholat
sendiri ada dua macam, yakni wajib dan sunnah. Hukum sholat wajib adalah fardhu ain yang
artinya semua manusia wajib mengerjakannya tanpa bisa diwakili oleh siapapun. Kecuali
sholat jenazah hukumnya adalah fardhu kifayah yang bisa di wakili oleh orang lain.

Shalat ialah sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah
ia merupakan amalan yang tersusun dari perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat dan rukun yang telah
ditentukan oleh syara’.4 Shalat ialah berhadap hati (jiwa) kepada Allah, mendatangkan takut
kepada-Nya, menumbuhkan didalam jiwa keagungan-Nya, kebesaran-Nya dan
Kesempurnaan-Nya atau mendzahirkan hajat dan keperluan kepada Allah dengan perkataan
dan perbuatan.5

2. Kedudukan dan Keutamaan Shalat

Secara syariat, kedudukan shalat dalam Islam sangat istimewa, tidak dapat ditandingi
oleh kedudukan ibadah apapun. Shalat adalah tiangnya agama sebab agama hanya akan
berdiri tegak karenanya. Shalat merupakan ibadah pertama yang diwajibkan Allah. 6 Shalat

3
Syaikh Abu Malik Kamal Bin As-Sayyid Salim, Ensiklopedia Sholat, ( Solo : Cordova Mediatama,
2009), hal. 40-41.
4
Ali Imran, Fiqih, (Bandung: Citra Pustaka Media Perintis, 2011), hal. 39.
5
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010), hal. 53.
6
Sulaiman, Ringkasan Fiqih Sunnah, Terj. Ahmad Zaeni Dachlan, (Depok: Senja Media Utama, 2017),
hal. 120.

6
merupakan rukun terpenting di antara rukun-rukun Islam lainnya. Menempati urutan kedua
setelah dua kalimat syahadat dan urutan setelahnya adalah zakat, puasa dan haji.7

Shalat merupakan tiang agama, kunci surga, dan amal seorang hamba yang pertama
kali dihisab di hari kiamat. Shalat dalam agama islam menduduki posisi penting dan memiliki
banyak karakteristik. Shalat merupakan satu-satunya ibadah yang diwajibkan di langit
tertinggi pada malam isra’ dan mi’raj. Shalat adalah ibadah yang disyariatkan azan baginya
dan dilaksanakan di masjid. Shalat juga merupakan satu-satunya ibadah yang bebannya tidak
dapat digugurkan baik bagi yang menetap maupun yang dalam perjalanan, yang sehat
maupun sakit, yang dalam kondisi aman maupun kondisi ketakutan. Allah telah
memerintahkan kewajiban ini, menyerukannya, dan menjelaskan kedudukannya pada
beberapa ayat di Al-Qur’an.

B. Khusyu’

1. Pengertian Khusyu’

Khusyu’ dalam arti etimologis bermakna diam dan tunduk, penuh penyerahan dan
kebulatan hati, rendah diri, dan tenang.8 Khusyu’ menurut terminologis adalah keadaan jiwa
yang tenang dan tawadhu', yang kemudian pengaruh khusyu’ di hati tadi akan menjadi
tampak pada anggota tubuh lainnya.9

Kata khusyu’ dalam istilah agama Islam terdapat beberapa definisi yang dikemukakan
oleh para Ulama, diantaranya ada yang mengatakan bahwa khusyu’ ialah merasakan bahwa
diri berada di hadapan Allah. Kata khusyu’ disebutkan di dalam Al-Qur’an pada 16 ayat.
Makna bahasanya berkisar pada hina/menunduk, rendah/tenang, kering/mati, ketakutan serta
merendahkan dan menundukkan diri.10 Makna khusyu’ adalah hadir di hadapan Allah dengan
segenap hati ketika shalat, dengan rasa tunduk dan hina serta mendalami dan memahami
semua bacaan ayat-ayat al-Qur’an, bacaan doa, dan zikir.11

halat khusyu’ adalah sikap tunduk dan tawadhu’ serta menjaga ketenangan hati
kepada Allah, mewujudkan jiwa shalat dan hakikatnya. Ada beberapa makna khusyu’
menurut beberapa ulama, ada yang mengatakan bahwa khusyu’ artinya tunduk dan
7
Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, Terj. Abdul Rosyad Shiddiq, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), hal.
127.
8
Salim, Khusyuk Cahaya Kehidupan, (Surakarta: Ziyad Visi Media, 2008), hal. 17.
9
Misa Abdu, Menjernihkan Batin dengan Shalat Khusyuk, Terj. Jujuk Najibah Ardianingsih,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2006), hal. 19.
10
E-book Mardibros, Shalat Khusyu’ itu Mudah, (2008), hal. 10.
11
E -book Fahad Salim Bahammam, Shalat…, hal. 188.

7
merendahkan diri tanpa mengangkat penglihatan dari tempat sujud dan tidak menoleh ke
kanan dan ke kiri.

Khusyu’ adalah terpusatnya pikiran terhadap shalat yang sedang dilaksanakan hingga
tidak diketahui siapa orang yang di sebelah kanan dan di sebelah kiri. Kekhusyu’an hati juga
dipengaruhi oleh kondisi jasmani. Jasmani yang segar dan bersih akan memberikan pengaruh
pada kekhusyu’an hati, kondisi jasmani saling mempengaruhi kondisi rohani yang
berlangsung selama shalat.12

Hati yang khusyu’ dalam mengerjakan shalat yaitu dapat menghayati apa yang
dilakukan dalam shalat, merasakan isi bacaan, hati benar-benar hadir dan merasa sedang
menghadap Allah Swt. dan anggota badan tenang, tidak mengadakan gerakan-gerakan diluar
tuntunan shalat serta gerakangerakan yang dituntunkan dengan sempurna. Para ulama
menafsirkan khusyu’ dalam shalat dengan diamnya anggota badan yang disertai ketenangan
hati. Maksudnya menghadirkan hati dalam shalat dan menjadikan anggota badan tenang.
Sehingga tidak ada perbuatan sia-sia dan bermain-main dalam shalat. Badan dan hati hadir
berkonsentrasi menghadap kepada Allah. Saat hati sudah menghadap kepada Allah yang
maha mengetahui isi hati, pasti seorang hamba akan khusyu’ dan memusatkan pikirannya
kepada Allah yang dia munajati.

Khusyu’ dalam shalat, hakikatnya ialah hadirnya hati di hadapan Allah, berusaha
hadir untuk mendekati-Nya sehingga dengan itu hati menjadi tenang, jiwanya merengkuh
ketentraman, gerakan-gerakannya menjadi tenang serta keberpalingannya berkurang, untuk
menjaga kesopanan di hadapan Rabbnya dan menghayati setiap ucapan dan gerakan dalam
shalatnya dari awal sampai selesai. Dengan begitu, bisikan-bisikan setan dan pikiran-pikiran
hina lenyap.

Shalat khusyu’ adalah dengan menghadirkan hati dan menunaikan apa yang
seharusnya dilakukan serta ketika seseorang secara sadar merasakan berdiri di hadapan Allah,
mengetahui makna bacaan dalam shalatnya dan berkomunikasi dengan Allah. 13 Seseorang
yang shalat harus mampu menghadirkan makna dari apa yang ia ucapkan dan perbuat, harus
mampu menghadirkan dirinya dihadapan Allah, karena kekhusyu’an termasuk dari bagian
kesempurnaan shalat.

2. Pengaruh dan Manfaat Shalat Khusyu’


12
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), hal. 938-
939
13
Abu Muhammad al-Isfari, Shalat Solusi Hidupku, (Surakarta: Shahih, 2014), hal. 21

8
Shalat bukanlah kegiatan rutin yang tidak bermakna, tetapi merupakan suatu kegiatan
yang besar sekali faedahnya, baik bagi kehidupan dunia maupun akhirat. Dengan shalat
manusia menerima pahala dan rahmat Allah serta ditentramkan hatinya. 14 Shalat bukan
semata-mata gerakan yang harus dilakukan, tetapi juga ruh yang hidup dari awal
pelaksanaannya.

Shalat memiliki pengaruh yang sangat mengagumkan dalam menjaga kesehatan fisik
dan hati dengan menolak segala materi yang buruk bagi keduanya. Shalat berperan besar
dalam menekan segala bentuk depresi yang timbul dari tekanan permasalahan hidup
keseharian. Shalat memiliki peranan besar dan efisien dalam menanggulangi keraguan dan
depresi yang banyak dialami oleh manusia. Ibnul Jauziyah memaparkan faedah shalat seperti
yang dikutip oleh Musfir bin Said, “shalat akan membuka hati, melapangkannya,
memberikannya kegembiraan dan kemanisan iman.15

Shalat adalah suatu kegiatan fisik-mental spiritual yang memberikan makna bagi
hubungan antara seorang muslim dengan Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikannya
secara teratur, dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun serta adab-adabnya, baik yang
zahir maupun yang batin, seperti khusyu’ dan memperhatikan apa yang dibaca. Dalam shalat
terdapat manfaat yang sangat berguna bagi kesehatan, hampir seluruh anggota tubuh
merasakan manfaat shalat, dari segi fisik shalat memberikan manfaat kebugaran tubuh, dari
segi fikiran shalat memberikan efek ketenangan dan melatih konsentrasi, sementara manfaat
shalat yang diberikan kepada hati dapat melatih seseorang untuk bersikap ikhlas, khusyu’ dan
dapat memberikan pelajaran mengenai ketenangan yang sejati.

C. Khusyu’ Dalam Sholat

Kekhusyu’an dalam shalat mengandung unsur meditasi. Menurut Robert H. Thoules


sebagaimana yang dikutip oleh Moh. Sholeh dan Imam Musbikin meditasi cukup efektif
untuk mengurangi gangguan mental dan berbagai efek mental meskipun diperlukan seorang
pembimbing.

Shalat memiliki efek seperti meditasi, bahkan termasuk dalam meditasi tingkat tinggi
apabila dilaksanakan secara benar dan khusyu’. Dalam keadaan khusyu’, seseorang hanya
akan mengingat Allah semata. Sentot Haryanto mengaitkan meditasi dalam shalat dengan

14
Muhammad Rusli Amin dkk., Psikologi Shalat Untuk Orang Sukses, (Jakarta: AMP Press, 2014),
hal. 157
15
Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam, (Malang: Uin Malang Press, 2008), hal. 331

9
para korban penyalahgunaan narkotika yang selalu mencoba mencari kenikmatan,
ketenangan, dan pengalaman batin lewat penyalahgunaan tersebut.16

Allah berfirman

‫َو َي ِخُّر ْو َن ِلَاْلْذ َقاِن َي ْب ُك ْو َن َو َي ِز ْي ُد ُه ْم ُخُشْو ًعا‬


Artinya “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka
bertambah khusyu”. (QS. Al-Isra' ayat 109)

Ada beberapa penafsiran mengenai ayat di atas antara lainnya adalah:

1. Tafsir Kemenag RI

Kemudian Allah swt menambahkan dalam ayat ini sifat-sifat yang terpuji pada orang-
orang yang diberi ilmu itu. Mereka menelungkupkan muka, bersujud kepada Allah sambil
menangis disebabkan bermacam-macam perasaan yang menghentak dada mereka, seperti
perasaan takut kepada Allah, dan perasaan syukur atas kelahiran rasul yang dijanjikan.
Pengaruh ajaran-ajaran Al-Qur'an meresap ke dalam jiwa mereka ketika mendengar ayat-ayat
yang dibacakan, serta menambah kekhusyukan dan kerendahan hati mereka. Dengan
demikian, mereka merasakan betapa kecilnya manusia di sisi Allah swt. Demikianlah sifat
orang berilmu yang telah mencapai martabat yang mulia. Hatinya menjadi tunduk dan
matanya mencucurkan air mata ketika Al-Qur'an dibacakan kepadanya. Mencucurkan air
mata ketika mendengar atau membaca Al-Qur'an sangat terpuji dalam pandangan Islam.

2. Tafsir al-Jalalain: Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi


(Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis) diathafkan seraya
diberi tambahan sifat (dan mereka makin bertambah) berkat Alquran (kekhusyuannya)
merendahkan dirinya kepada Allah swt.
3. Tafsir Ibnu Katsir : Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir

Firman Allah Swt

…dan mereka bertambah khusyu’

Yakni mereka bertambah iman dan berserah diri kepada Allah. Seperti makna yang
terkandung di dalam Al-Qur’an lainnya..

16
Sentot Haryanto, Psikologi Shalat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007), hal. 82.

10
‫ِاَّن ِنْٓي َاَن ا ُهّٰللا ٓاَل ِاٰل َه ِآاَّل َاَن ۠ا َفاْع ُبْد ِنْۙي َو َاِقِم الَّص ٰل وَة ِلِذ ْك ِر ْي‬
Artinya : “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Taha ayat 14)

Penafsirannya sebagai berikut:

1. Kemenag RI

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa wahyu yang utama dan yang disampaikan
ialah bahwa tiada Tuhan yang sebenarnya melainkan Allah dan tiada sekutu bagi-Nya, untuk
menanamkan rasa tauhid, mengesakan Allah, memantapkan pengakuan yang disertai dengan
keyakinan dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Oleh karena itu hanya Dialah satu-satunya
yang wajib disembah, ditaati peraturan-peraturan-Nya. Tauhid ini, adalah pokok dari segala
yang pokok, dan tauhid ini juga merupakan kewajiban pertama dan harus diajarkan lebih
dahulu kepada manusia, sebelum pelajaran-pelajaran agama yang lain.

Pada akhir ayat ini Allah menekankan supaya salat didirikan. Tentunya salat yang
sesuai dengan perintah-Nya, lengkap dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya, untuk
mengingat Allah dan berdoa memohon kepada-Nya dengan penuh ikhlas. Salat disebut di sini
secara khusus, untuk menunjukkan keutamaan ibadat salat itu dibanding dengan ibadat-ibadat
wajib yang lain, seperti puasa, zakat, haji dan lain-lain. Keutamaan ibadat salat itu antara lain
ialah apabila dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan tata tertib yang telah
digariskan untuknya, ia akan mencegah seseorang dari perbuatan yang keji dan mungkar,
sebagaimana firman Allah:

Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan


laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.
Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang
lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-'Ankabut/29: 45).

Sebagian ahli Tafsir berpendapat bahwa penutup ayat ini, ditujukan kepada orang
yang tidak menunaikan salat pada waktunya, apakah karena lupa atau yang lainnya, supaya
melaksanakannya apabila ia sudah sadar dan mengingat perintah Allah yang ditinggalkan itu
sebagaimana sabda Rasulullah saw.

11
Barang siapa yang tertidur dari salat atau lupa, maka imbangannya (kafaratnya)
adalah salat ketika ia ingat. Tidak ada imbangan lain selain itu. (Riwayat al-Bukhari dan
Muslim dari Anas bin Malik).

Apabila salah seorang kamu tidur sehingga tidak salat atau lupa salat hendaklah ia
menunaikannya apabila ia telah mengingatnya, karena sesungguhnya Allah berfirman, "Dan
laksanakanlah salat untuk mengingat Aku." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Anas)
Salah satu fungsi salat adalah untuk mengingat Allah, namun bukan berarti boleh tidak
menunaikan salat hanya cukup ingat kepada Allah, karena zikir itu dengan hati, lisan dan
anggota badan.

2. Tafsir Jalalain

(Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku
dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku) di dalam salat itu.

3. Tafsir Ibnu Katsir

...maka sembahlah Aku.

Maksudnya, Esakanlah Aku dan sembahlah Aku tanpa mempersekutukan Aku.

...dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah salatlah kamu untuk mengingat-
Ku.

Makna yang kedua ini diperkuat oleh hadis yang dikemukakan oleh Imam Ahmad. Ia
mengatakan:

telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan
kepada kami Al-Musanna ibnu Sa'id, dari Qatadah, dari Anas, dari Rasulullah Saw. yang
telah bersabda: Apabila seseorang di antara kalian tertidur hingga meninggalkan salatnya atau
lupa kepada salatnya, hendaklah ia mengerjakannya saat mengingatnya. Karena
sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman,

"Dirikanlah salat untuk mengingat-Ku."

Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui sahabat Anas r.a., bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:

12
Barang siapa tidur meninggalkan salat (nya) atau lupa kepadanya, maka kifaratnya
ialah mengerjakannya (dengan segera) manakala ingat kepadanya, tiada kifarat lain kecuali
hanya itu.

Itulah bebrapa ayat dan tafsirannya mengenai dalil tentang pentingnya khusyu’ dalam
sholat. Seperti yang kita ketahui bahwasanya khusyu dalam sholat dapat menghantarkan kita
menuju ketenangan jiwa, karena dengan khuyu’ bisa membuat kita merasa lebih dekat
dengan Allah Swt saat sedang beribadah.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sholat adalah ibadah jasmani yang paling baik. Doa adalah sebuah amalan pertama
kali dihitung. Sehingga shalat menjadi ibadah yang paling utama, dan menjadi referensi bagi
lembaga amal lainnya. Solat akan terasa lebih baik apabila dikerjakan dengan khsuyu’ dan
menghantarkan kedalam jiwa yang tenang.

Dalam konteksnya shalat khusyu’ sebagai terapi jiwa, yakni memposisikan shalat
sebagai hal utama dalam menghadapi segala macam tuntutan dan tekanan hidup. Shalat yang
khusyu’ dapat dijadikan sebagai sumber ketentraman hati bagi seorang muslim. Shalat
khusyu’ berhubungan langsung dengan kesehatan jiwa individu. Dari segi pembinaan jiwa,
pelaksanaan shalat yang khusyu’ serta gerakannya yang dilakukan dengan penuh ketenangan
dan penghayatan, akan membentuk jiwa yang tenang. Shalat khusyu’ dapat mendatangkan
mental yang sehat dan memberikan ketenangan pada jiwa. Shalat khusyu’ mengandung aspek
meditasi dan relaksasi sehingga dapat digunakan sebagai pereda stress yang dapat
meningkatkan ketahanan tubuh secara natural.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996)

Abu Muhammad al-Isfari, Shalat Solusi Hidupku, (Surakarta: Shahih, 2014),

Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, (mengutip Wahbah Al-Zuhailiy), Nuansa-Nuansa


Psikologi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002),

Ali Imran, Fiqih, (Bandung: Citra Pustaka Media Perintis, 2011),

Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, Terj. Abdul Rosyad Shiddiq, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2003),

Misa Abdu, Menjernihkan Batin dengan Shalat Khusyuk, Terj. Jujuk Najibah Ardianingsih,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2006),

Muhammad Rusli Amin dkk., Psikologi Shalat Untuk Orang Sukses, (Jakarta: AMP Press,
2014),

Salim, Khusyuk Cahaya Kehidupan, (Surakarta: Ziyad Visi Media, 2008),

Sentot Haryanto, Psikologi Shalat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007)

Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010)

Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam, (Malang: Uin Malang Press, 2008)

15

Anda mungkin juga menyukai