Anda di halaman 1dari 3

Nama: Muhammad Erizal

Nim: 12111310181
MK: Geomorfologi Umum

TUGAS 11 MENGANALISIS JURNAL


“Lahan Aeolin”

A. Judul Jurnal
Analisis Bentuk Lahan Marine Dan Aeolin Sebagai Objek Wisata Geologi Di
Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY

B. Isi
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki panjang
pantai 95.181 km menempati posisi ke-4 setelah Kanada, Amerika Serikat, dan Rusia. Pantai
di Indonesia menawarkan beragam keindahan yang bernilai jual tinggi untuk kegiatan
pariwisata, olahraga kebaharian, dan sangat potensial bagi pengembangan ekonomi nasional
baik karena potensi ruang dan kekayaan alamnya maupun nilai estetikanya. Walaupun
memiliki potensi yang besar, kegiatan ekonomi penduduk Indonesia di wilayah pantai masih
berorientasi ke daratan. (Damayanti & Ayuningtyas, 2012). Adanya penelitian lapangan ini
dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana kondisi bentuk lahan marine dan aeolin
sebagai objek wisata geologi di Kecamatan Kretek , Kabupaten Bantul, tepatnya di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Gumuk pasir barkhan merupakan fenomena alam yang menarik karena
proses terbentuknya yang unik. Gumuk pasir barkhan terdapat di pesisir Pantai Parangtritis,
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Bentuk lahan asal aeolin merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses angin
sebagai agen pembentuk utama, yakni dengan membentuk endapan oleh adanya pengikisan,
pengangkutan, dan pegendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Bentuk lahan aeolin
terdiri dari tiga proses yaitu Erosional (pengikisan), Deposisional (pengangkutan), dan
Sedimentasi (pengendapan). Bentuk lahan aeolin dapat berkembang dengan baik apabila
terpenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak.

b. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.


c. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut.

d. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain

C. Hasil

Di belakang gisik wilayah kepesisiran Parangtritis terdapat gumuk pasir aeolian


(aeolian sand dune). Istilah gumuk pasir berasal dari Bahasa Jawa yang berarti ‘gunung cilik’.
Namun gumuk pasir ini tidak dapat disebut sebagai bukit pasir, karena kurang memenuhi
syarat. Hal ini dikarenakan tinggi gundukan pasir berkisar 75-300 m. Sedangkan ketinggian
gumuk pasir di Parangtitis hanya kurang dari 75 m. Gumuk pasir aeolian adalah gundukan
material pasir yang terangkut oleh angin dan terendapkan setelah kekuatan tiupan angin
berkurang atau akibat terhalang oleh adanya rintangan (umumnya vegetasi). Pembentukan
gumuk pasir aeolian di kepesisiran Parangtritis dipengaruhi oleh sembilan faktor kepesisiran,
yaitu (Sunarto, 2014):

1. Arah angin dominan berasal dari selatan (53%) dan dari arah barat daya (42 %) atau angin
berasal dari laut menuju pantai (onshore winds)

2. Lebar gisik (width of beach) berkisar 27- 103 m

3. Kelerengan gisik (beach slopes) berkisar 3-8 o atau landai hingga miring

4. Morfologi gisik (beach morphology) adalah gisik menengah (intermediate beach), yaitu
gisik peralihan antara gisik hamburan (dissipative beach) dan gisik pantulan (reflective
beach)

5. Tipe julat pasut adalah mesopasut yaitu 2,9 m sehingga pasokan pasirnya menengah karena
semakin lebar julat pasut, maka pasokan pasirnya semakin besar (triatmodjo, 2006; sunarto,
2014)

6. Terdapat rintangan angin (wind obstacle) berupa vegetasi, batuan, atau bangunan

7. Ketersediaan pasokan pasir (supply of sands) berasal dari material hasil erupsi gunungapi
merapi

8. Material gumuk pasir aeolian yang dominan berdiameter 0,1-0,50 mm (clastic materials)
dan komposisi materialnya tersusun oleh magnetit, gelas vulkanik, fragmen batuan andesitik,
plagioklas, augit, hiperstin, dan beberapa ilmenit (verstappen, 2013)
9. Koridor angin (wind corridor) atau lorong angin alami sebagai akibat pemantulan angin
dari arah laut ke arah barat laut karena menabrak gawir sesar.

D. Kelebihan

Penelitian dilakukan dengan mencari dari sumber-sumber yang sudah ada sebalumnya
dan dilakukan analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

E. Kelemahan

Kekurangan dari penelitian ini adalah masih menggunakan data-data atau sumber
terdahulu. Padahal bentuk lahan sudah pasti sudah mengalami perbahan, karena rentang
waktu yang lama sejak sumber data tersebut di keluarkan.

F. Saran

Saran dari penulis akan lebih akurat jika penelitian dilakukan secara langung ke
lapangan, kemudian ditambah dengan hasil dokumentasi dari penelitian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai