Anda di halaman 1dari 13

“ Identifikasi Kawasan Pesisir Pulau Sempu di

Kabupaten Malang “
MATA KULIAH
“ PESISIR “

Oleh:
Christover Pemuda Milenio Lale ( 1824062 )

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Wilayah dan Kota


Institu Teknologi Nasional Malang
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 pulau, dan
memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah kanada (Christanto, 2010 dan
Supriharyono, 2009). Kekayaan Indonesia sebagai negara maritim yang strategis merupakan
suatu kekayaan yang penting dan harus dijaga kelestariannya. Salah satukekayaan alam yang
dimiliki Indonesia adalah Pulau Sempu. Pulau Sempu terletak diantara 112° 40' 45” - 112° 42'
45” bujur timur dan 8° 27' 24” - 8° 24' 54” lintang selatan (Tanaem dkk, 2012). Pulau Sempu
terletak di perairan Samudera Hindia yang secara administratif termasuk ke dalam desa
Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
Berdasarkan SK, GB No. 46 Stbl. 1928 No. 69 Tahun 1928, Pulau Sempu ditetapkan
sebagai kawasan cagar alam. Kawasan ini memiliki luas 877 hektar. Penetapan Pulau Sempu
sebagai kawasan cagar alam karena keadaan alamnya yang khas, juga diperuntukkan bagi
kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan. Pulau Sempu menyimpan kekayaan tentang
rahasia alam, tumbuhan, maupun satwa yang berguna bagi manusia dan perlu digali dari alam
yang masih utuh (Departemen Kehutanan, 1992).
Salah satu keunikan Pulau Sempu adalah keindahan wilayah pesisirnya. Wilayah pesisir
Pulau Sempu memiliki potensi besar, baik sebagai obyek wisata (rekreasional) ataupun sebagai
media pembelajaran dan penelitian tentang alam. Bentuklahan Pulau Sempu sebagai pulau kecil
berbatuan karbonat memiliki karakteristik tersendiri dalam pembentukannya, bentukan di
dalamnya, dan proses yang bekerja di dalamnya. Proses solusional batugamping yang
membentuk morfologi karst pada pulau ini menjadikan keunikan tersendiri. Hal ini tentu saja
memunculkan potensi tersendiri dari Pulau Sempu.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan :
1. Mengindentifikasi jenis tipologi di pesisir pulau sempu
2. Bagaimana Karakteristiknya
3. Perkembangan dan pemanfaatan yang ada di Pulau Sempu

1.3 Metode Penelitian


Metode penelitian terdiri atas dalam pengumpulan data, dan analisis data untuk
memecahkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Penelitian dilakukan di wilayah
pesisir Pulau Sempu, desa Sendang Biru, kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten
Malang, jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan survey lapangan dengan metode
pengambilan sampel. Survey lapangan dilakukan dengan cara mendatangi tiap sampel yang
telah ditentukan, baik dengan cara susur pantai maupun dengan mengelilingi pulau dengan
perahu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tipologi Pesisir Pulau Sempu
Pulau Sempu memiliki bebrapa macam tipologi, yaitu tipe wave erosion coast, land
erosian coast, structurally shaped coast, dan sub-aerial depositiona coast. Wilayah pesisir
pulau sempu terbagi menjadi 4 bagian, yaitu pesisir utara, barat, timur, dan selatan. Pesisir utara
pulau sempu memiliki bebrapa tipologi pesisir, namun tipe yang paling mendominasi adalah
tipe wave erosian coast yang dibuktikan dengan adanya cekungan-cekungan dan jatuhuan batu
gamping pada bagian bawah tebing pesisir bagian utara pulau. Selain itu juga terdapat tipe land
erosian coast, yaitu tipe pesisir yang terbentuk karena adanya erosi pada lahan bawah di
daratan. Tipologi pesisir ini dapat dijumpai pada teluk semut yang merupakan pintu masuk bagi
pengunjung pulau sempu. Tipologi ini dapat dikenali dari adanya bukti-bukti erosi pada wilayah
darat teluk semut. Selain itu teluk semut juga memiliki tipologi Sub-aerial depositional coast
dengan adanya mangrove pada teluk ini.

Gambar 1. Ekosistem Mangrove pada Teluk Semut (Argadyanto, 2011)

Pesisir bagain timur pulau sempu memiliki tipologi pesisir structurally shaped coast dan
wave erosion coast. Pesisir bagian timur terdiri atas tebing pantai yang tegak (cliff) yang
memanjang dan jatuhan-jatuhan batuan (stach) di bawahnya yang menunjukkan bukti proses
pengangkatan kerak bumi dan adanya pengaruh angin maupun gelombang dari laut.
Pesisir selatan Pulau Sempu memiliki tipologi pesisir structurally shaped coast, land
erosion coast, dan wave erosion coast. Pesisir selatan Pulau Sempu memiliki tipologi pesisir
structurally shaped coast, land erosion coast, dan wave erosion coast.

Gambar 2. Tipologi Structurally Shaped Coast pesisir timur Pulau Sempu


Gambar 3. Laguna Segara Anakan

Pesisir barat didominasi oleh land erosion coast dan wave erosion coast. Hampir
sebagian besar pantai di pesisir barat memiliki bentuk dan tipologi yang sama.Tipologi
structurally shaped coast juga ditemui di pesisir barat pulau dengan adanya sea cave dan cliff
pada dinding teluk Raas. Dinamika yang bekerja pada pesisir barat pulau Sempu adalah
dinamika ombak dan erosi lahan pada bukit-bukit di pinggir pantai.

Gambar 4. Tipologi kompleks land erosian coast dan wave erotion coast pesisir barat Pulau Sempu

Genesis pesisir pulau sempu dimulai dari proses tektonik yang menyebabkan
pengangkatan lempeng benua. Proses pengangkatan ini menyebabkan zona terumbu karang
terangkat ke permukaan dan membentuk lapisan batu gamping yang merupakan material
pembentuk pulau sempu. Jejak proses tektonik ini ditunjukkan oleh tipologi structurally shaped
coast pada pesisir dan selatan pulau.

Dinamika Pesisir yang berjalan adlah proses geodinamik. Perkembangan dari tipologi
Dinamika pesisir yang berjalan adalah proses geodinamik. Perkembangan dari tipologi
structurally shaped coast adalah tipologi wave erosion coast, dimana batuan-batuan pada cliff
akan terabrasi ombak dan gelombang dan mejadi rockfall dan stach. Dinamika pesisir yang
terjadi adalah proses hidrodinamika oleh ombak dan gelombang laut. Proses morfodinamika
erosi tanah dan sedimentasi juga berperan dalam perkembangan pesisir Pulau Sempu. Dinamika
erosi dan sedimentasi sebagian besar terjadi pada pesisir bagian utara, barat, dan selatan Pulau
Sempu. Proses morfodinamika ini membentuk tipologi land erosion coast dan sub aerial
deposition coast. Perpaduan dua tipologi ini sangat terlihat pada pesisir timur Pulau, pada teluk
Semut. Erosi lahan pada bukit-bukit mengakibatkan sedimentasi lumpur pada pesisir, sedimen
lumpur ini merupakan substrat bagi mangrove yang tumbuh disana. Dinamika pesisir lain yang
terjadi adalah ekodinamika perkembangan mangrove di pesisir utara Pulau Sempu.

2.2 Penjelasan Karakteristik Tentang Jenis Tipologi yang Ada di Pulau Sempu

Tipologi pesisir adalah pembagian tipe pesisir berdasarkan genesa pembentukan pesisir
dan proses yang berlangsung di dalamnya (Shepard, 1972 dalam Gunawan, 2005). Konsep
tipologi dikemukakan oleh Shepard (1972) yang membagi tipologi pesisir menjadi dua, yaitu
tipologi primer dan sekunder. Tipologi pesisir primer adalah tipologi pesisir yang morfologinya
lebih terbentuk oleh proses-proses terestrial seperti erosi, vulkanisme, deposisi, dan diatropisme
ketimbang proses marin dan organisme, sedangkan tipologi pesisir sekunder adalah tipologi
pesisir yang morfologinya lebih terbentuk karena aktivitas organisme dan proses marin
(Gunawan dkk, 2005).

Pesisir pulau Sempu memiliki beberapa macam tipologi, yaitu :

1. Wave Erosion Coast


Wave erosion coast adalah, Pesisir dengan garis pantai yang terbentuk oleh akibat
aktivitas gelombang yang mungkin membentuk suatu pola garis pantai yang lurus atau
tidak teratur.
2. Land Erosian Coast
Land erosian coast merupakan pesisir yang bentuk dan perkembangannya dipengaruhi
olehh erosi pada lahan bahwa daratan serta dipengaruhi oleh terjadinya inundasi dari
laut. Proses yang sangat dominan adalah karena adanya erosi.
3. Structurally Shaped Coast
Structurally shaped coast adalah, pesisir yang terbentuk akibat proses patahan atau
pelipatan atau instrusi batuan sedimen, seperti kubah garam atau lumpur laut dangkal.
Pesisir semacam ini biasanya mengalami dinamika berupa abrasi pada dinding-
dinding cliff-nya.
4. Sub – Aerial Depositional Coast
Sub-aaerial depositional coast adalah tipe pesisir yang terbentuk oleh akumulasi
secara langsung material-material sedimen sungai, glasial, angin atau akibat longsor
lahan ke arah laut.
Gambar 5. Peta Tipologi Pesisir Pulau Sempu
BAB III
ANALISA

3.1 Potensi dan Permasalahan yang Ada di Pesisir Pulau Sempu

1. Potensi
Kawasan Pulau Sempu ditunjuk sebagai cagar alam berdasarkan bersulit Van Den
Gouverner Generaal Van Nederlandsch Indie No. ; 69 dan No. : 46 tanggal 15 Maret 1928
tentang Aanwijizing Van Het Natourmonument Poelau Sempoe dengan luas 877Ha. Pulau
Sempu memiliki banyak sekali potensi yang sangat bisa untuk dikembangkan, tidak hanya
pantai yang ada di dalamnya saja tapi juga ada banyak hal lain yang bisa dikembangkan,
ada beberapa potensi di Pulau Sempu, yaitu :
A. Flora
Agar alam pulau sempu memiliki beberapa tipe ekosistem, mulai dari hutan pantai,
mangrove, dan huutan tropis dataran rendah yang hampir mendominasi keseluruhan area
pulau. Jenis vegetasi yang dapat ditemukan diseluruh area pulau sempu antara lain :
➢ Bendo ( Artcarpus Elasticus )
➢ Triwulan ( Terminalia )
➢ Wadang ( Pterocarpus Javanicus )
➢ dan Buchanania Arborescens.
Tutupan vegetasi sampai saat ini masih sangat baik. Vegetasi hutan pantai didominasi
oleh :
➢ Baringtonia Racenosa
➢ Nyamplung ( Calophylum Inophylum )
➢ Ketapang ( Terminalia Catappa )
➢ Waru laut ( Hibiscus tiliaceus )
➢ Pandan ( Pandanus Tectorius ).
B. Fauna
Jenis satwa liar yang terdapat di kawasan CA Pulau sempu diantara lain:
➢ Lutung Jawa
➢ Kera Hitam
➢ Kera Abu-Abu
➢ Babi Hutan
➢ Kijang
➢ Kancil
➢ Raja Udang
➢ Ikan Belodok
➢ Kepiting
➢ Kelomang
Tidak hanya flora dan faunanya saja kawasan ini memiliki beberapa tipe ekosistem antara
lain tipe ekosistem hutan mangrove, hutan pantai dan hutan hujan tropis dataran rendah. Keunikan
lain adalah ekosistem Segara Anakan yang merupakan danau di dalam kawasan yang airnya berasal
dari air laut yang melewati celah / karang berlubang.
NO DATA KAWASAN KETERANGAN
1 2 3
1 Nama Kawasan Pulau Sempu
2 Fungsi Cagar Alam
3 Status hukum No. 46 Stbld 1928 No. 69/ 15 Maret 1928
4 Luas kawasan 877 Ha
5 Letak geografis kawasan 112º 40’ 45”-112º 42’45” BT dan
8º 27’ 24”- 8º24’ 54” LS
6 Letak administrasi Sumbermanjing, Kab. Malang
7 Unit pengelola Bidang KSDA Wilayah III – BBSKDA Jatim
8 Sejarah pengelolaan kawasan Pulau Sempu ditunjuk sebagai kawasan Cagar Alam berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda nomor : 46 Stbld 1928
No.69
tanggal 15 Maret 1928.

9 Type Ekosistem di Kawasan Hutan Pantai, Hutan Mangrove, Hutan Tropis dataran
Rendah, Ekosistem Danau
10 Potensi Kawasan Mangga Hutan,Kedondong Hutan, Kenanga, kepel, ketapang,
bedengan, sempur, bendo, nyamplung, paku-pakuan dll, kucing
hutan, macan tutul, kera abu-abu, kera hitam, trenggiling, musang,
kalong, landak, kijang, babo hutan, Jelarang pecuk ular, cucak
hijau, alap-alap, ayam hutan, jalak putih,
burung hantu, sanca bodo, biawak

Gambut -
Bentang alam/landscape Datar sampai berbukit
Jenis tanah Mediteran merah kuning dengan bahan induk
pembentuk kapur dan karts terdiri dari pasir sampai
lempung berdebu.
Geologi Termasuk kelompok meosin fasies batu gamping
Posisi kawasan konservasi dalam -
DAS
Tipe iklim Type C
Curah Hujan 2469,2 mm
Ketinggian 0 – 250 mdpl
Kelerengan/topografi Datar sampai berbukit
Gejala/fenomena alam -
Obyek daya tarik wisata Adanya teluk waru-waru, teluk air tawar, teluk semut, telogo lele,
Telogo segoro anakan, telogo
panjang, telogo sat.

Keberadaan situs sejarah -


11 Aksesibilitas menuju kawasan Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu terletak + 69 Km kearah selatan
dari kota Malang, untuk mencapai kawasan dapat ditempuh dengan
rute yaitu : Surabaya-Malang -Kepanjen– Gondanglegi–
Turen–Sbrmanjing Wetan–Sendang Biru–Pulau Sempu
12 Sarpras didalam kawasan -

13 Data kerjasama pengelolaan kawasan -


dengan pihak lain

14 Permasalahan Kawasan Banyaknya pengunjung di Wanawisata Sendang Biru didekat


kawasan (P. Jawa), sebagian besar pengunjung menyeberang dan
masuk ke kawasan cagar alam P. Sempu. Pada hari libur dan
lebaran
pengunjung biasanya jumlahnya lebih banyak.
15 Data Pemulihan Ekosistem -

16 Kondisi Penataan Zona/blok -

17 Kerjasama Pengelolaan Kawasan -

18 Arah Prioritas pengelolaan -

NO KEANEKARAGAMAN HAYATI KETERANGAN

1 Potensi Flora dan Fauna Secara Umum Mangga Hutan,Kedondong Hutan, Kenanga, kepel, ketapang,
bedengan, sempur, bendo, nyamplung, paku-pakuan dll, kucing
hutan, macan tutul, kera abu-abu, kera hitam, trenggiling, musang,
kalong, landak, kijang, babo hutan, Jelarang pecuk ular,
cucak hijau, alap-alap, ayam hutan, jalak putih, burung hantu, sanca
bodo, biawak
2 Satwa Kunci/flagship spesies -

3 Data Potensi Satwa -

4 Flora dan fauna endemik -

5 Data Kondisi Habitat Satwa (terutama 25 -


prioritas)
NO SOSEKBUD KETERANGAN

1 Ekonomi dan Sosial budaya masyarakat


sekitar kawasan
2 Demografi Desa Sekitar Kawasan Berdasarkan data Tahun 2015 penduduk desa tambakrejo berjumlah
6.284 jiwa yang terdiri dari laki-laki sejumlah 3.276 jiwa dan
perempuan
sebanyak 3.008 jiwa, dengan sumber pendapatan utama adalah
dibidang pertanian dan perikanan.
3 Sejarah Pemungkiman di dalam KK -

4 Ketergantungan masyarakat terhadap Adanya potensi wisata yang ada dalam Cagar Alam yang
sumber daya alam di kawasan mengakibatkan kunjungan wisata dalam kawasan CA.
konservasi (mencakup adat istiadat
masyarakat, kearifan tradisional dalam
pengelolaan sumber daya alam oleh
masyarakat setempat (PIAPS) dan
potensi tekanan masyarakat terhadap
kawasan konservasi misalnya
perambahan, illegal logging dll
Tabel 1. Data dan Informasi Potensi Kawasan Konservasi Cagar Lam Pulau Sempu
2. Permasalahan
Permasalahan saat ini yang terdapat pada pulau sempu adalah adanya wisata ilegal
sehingga membuat sebagian wilayahnya menjadi rusak. Beberapa diantaranya bukan saja kondisi
jalan, sampah tapi perubahan terhadap prilaku binatang primata. Disejumlah titik seperti jalan
utama mengalami perubahan seperti jalan setapak sedikit melebar dan bebrapa tumbuhan yang ada
disekitarnya menjadi mati. Dari semua permaslahan diatas permasalahn yang paling cukup serius
adalah permaslahan sampah, dikarenakan pengunjung yang banyak datang secara ilegal dan
menyebabkan pengunjung yang menumpuk mengakibatkan banyaknya sampah yang terhambur di
kawsan pulau sempu.
Banyak masyarakat yang tidak peduli pada kondisi alam pulau sempu. Sebagaian kawasan
di pulau sempu akan diubah menjadi Taman Wisata Alam (TWA). TWA dapat berpotensi
merusak kawasan cagar alam karena wisatawan pasti mempengaruhi kondis alam. Menurut data
aliansi peduli cagar alam sempu (Istiawan, 2017), Wisatawan yang secara ilegal berkunjung ke
pulau sempu meninggalkan banyak sampah. Sampah di pulau sempu tidak dapat diangkut keluar
kecuali dengan perahu. Penurunan status cagar alam menjadi taman wisata alam mengundang para
investor uuntuk dapat mengolah pulau sempu menjadi destinasi wisata yang menjanjikan.
Jika Pulau Sempu semakin rusak maka dampaknya juga akan berpengaruh pada wilayah
pesisirnya atau Tipologi dari pesisir pulau sempu tersebut, kemungkinan jjika wisatawan dibiarkan
terus seperti itu Tipologi dari pesisir pulau seempu akan rusak.

3.2 Perkembangan dan Pemanfaatan yang Terdapat di Wilayah Pesisir Pulau Sempu
Kita sudah mengetahui bahwa Pulau Sempu memiliki banyak sekali hal-hal menarik dan
banyak keragaman yang dapat dikembangkan didalamnya, Untuk itu Pemerintah Kabupaten
Malang sudah menerapkan beberapa kebijakan yang menurut saya pribadi cukup baik untuk tetap
menjaga kelestarian alam yang ada di Pulau Sempu sendiri. Hal ini tertulis dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Malang No. 3 Tahun 2010 tentang rencana tata ruang wilayah Kabupaten
Malang pasal 17 yang berbunyi ;
a. Konservasi kawasan Pulau Sempu sesuai fungsinya sebagai kawasan lindung (cagar
alam), dengan strategi sebagai berikut;
1. Mempertahankan dan menjaga kelestariannya
2. Membatasi kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem di Pulau Sempu
3. Mengembalikan berbagai kehidupan terutama satwa yang nyaris punah di Pulau
Sempu
b. Optimalisasi pengembangan Kawasan Sendangbiru, dengan strategi sebagai berikut:
1. Melakukan optimasi pola ruang Kawasan Sendangbiru sebagai kawasan permukiman,
pelabuhan dan industri dan kawasan lindung sehingga tetap terjadi keseimbangan
pengembangan kawasan;
2. Melindungi ekosisitem pesisir yang rentan perubahan fungsi kawasan
3. Peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di Kawasan Sendangbiru.
c. Mempertahankan dan memperbaiki ekosistem pesisir, dengan strategi sebagai berikut:
1. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam memelihara ekosistem
pesisir;
2. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung melalui pemanfaatan bakau dan
terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan dengan cara penangkapan yang
ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan
3. Menjadikan kawasan lindung sebagai daya tarik wisata dan penelitian ekosistem
pesisir;
4. Menghindari pembukaan areal tambak baru pada hutan mangrove.
Untuk pemanfaatannya sendiri menurut saya sendir dan dari beberapa yang saya amati
disana dan yang saya baca di artikel, Pemanfaatan di Pulau Sempu sendiri sangat kurang, tetapi
kembali lagi pada tujuan dari Pemerintah Kabupaten yang ingin membuat Pulau Sempu menjadi
sebuah pulau yang sangat indah, jadi menurut saya semuanya sangat berimbang sekali.
BAB IV
SARAN
4.1 Saran Perencanaan / Pengembangan
Menurut Saya, Wilayah Pesisir Pulau Sempu harus tetap dijaga kelestariannya untuk
menjaa ekosistem yang ada didalamnya dan menjaga kawasan pesisir yang terdapat di pulau
sempu. Tidak harus membuat pulau sempu menjadi kawasan ilegal untuk wisata, cukup standart
operasionalnya saja diperketat, Seperti:
1. Pengunjung yang masuk dibatasi
2. Selalu pengecekan rutin dalam 2-3 bulan terhadap ekosistem dan wilayah pesisi pulau
sempu
3. Jika ingin berkunjung ke pulau sempu harus memesan terlebih dahulu
4. Selalu menerapkan buang sampah pada tempatnya
5. Melakukan pengecekan barang masuk dan keluar dari pulau sempu
6. Meningkatkan kesadaran warga sekita untuk tidak boleh melakukan kunjungan wisa
ilegal
7. Dll.
Jika Standart operasionalnya sudah benar dan ketat maka saya kira wilayah pesisir pulau
sempu tetap akan terjaga, dan perekonomian masyarakat sekitar bisa naik dan stabil seperti yang
lainnya. Karena percuma jika pulau sempu ditutup dan menjadi kawasan yang bukan kawsan
wisata kalau warga setempat membuka sendiri kawasan itu menjadi kawsan wisata yang jatuhnya
malah menjadi ilegal, Lebih baik dikelola dengan sebaik mungkin.

4.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
berikut ini:
1. Tipologi pesisir Pulau Sempu terdiri atas wave erosion coast, land erosion coast,
structurally shaped coast, dan sub-aerial depositional coast.
2. Genesis pesisir Pulau Sempu diawali oleh proses pengangkatan yang meninggalkan
jejak cliff, lalu terjadina erosi lahan dan abrasi oleh ombak yang meninggalkan jejak
berupa rockfall dan stach. Genesis mangrove berasal dari substrat lumpur hasil erosi
perbukitan.
3. Pesisir timur dan selatan Pulau Sempu didominasi oleh proses geodinamika tektonik
pada masa lampau dan hidrodinamika ombak dan gelombang laut sekarang. Pesisir
barat didominasi oleh morfodinamika erosi dan hidrodinamika gelombang laut. Pesisir
utara bekerja morfodinamika erosi dan sedimentasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bayu Argadyanto Prabawa, Ahmad Cahyadi, Adrian Valentino, dan Dini Feti Anggraini. 2019.
Kajian Genesis dan Dinamika Wilayah Peisisir Kawasan Pulau Sempu Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur.

Bachtiar, W.M.; Cahyadi, A. dan Dipayana, G.A. 2012. Indeks Kerentanan Kepesisiranterhadap
Kenaikan Muka Air Laut Pada Beberapa Tipologi Kepesisiran Di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis 2012. 12 januari 2012. Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Christanto, Joko. 2010. Pengantar Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil. Yogyakarta: Deepublish.
Departemen Kehutanan, 1992. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Jakarta: Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan.
Gornitz, V. 1991. Global Coastal Hazards from Future Sea Level Rise. Palaeogeography,
Palaeoclimatology, Palaeoecology (Global and Planetary Change Section), 89. Hal: 379-
398. Elsevier Science Publishers B.V., Amsterdam.
Pamela, A., Abuodha, O., dan Woodroffe, C.D. 2010. Assessing Vulnerability to Sea-Level Rise
Using A Coastal Sensitivity Index: A Case Study from Southeast Australia. Jurnal Coast
Conservation, 14. Hal: 189–205. Springer.

HALAMAN WEBSITE

http://etheses.uin-malang.ac.id/565/6/09620060%20Bab%202.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/274306-potensi-pemanfaatan-ekosistem-pesisir-
pa-da7409d0.pdf
http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/digital/00000000000000073365/2014_TA_HK_01006
384_4.pdf
https://repository.its.ac.id/76299/1/3214203006-Master_Thesis.pdf
file:///C:/Users/-%20ACER%20-
/Downloads/Genesis%20dan%20Dinamika%20Pesisir%20Kawasan%20Karst%20Pulau%20S
empu%20(2).pdf

Anda mungkin juga menyukai