Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH HIDROLIKA PANTAI

DEFINISI, BAGIAN-BAGIAN, SERTA KLASIFIKASI PANTAI

Oleh:

Zufita Khairani

26020215130069

Oseanografi- B

Dosen:

Ir. Warsito Atmodjo, M.Si

NIP. 19590328 198902 1 00 1

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2017
DEFINISI
Pantai adalah jalur yang merupakan batas antara darat dan laut, diukur pada saat
pasang tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial ekonomi bahari,
sedangkan ke arah darat dibatasi oleh proses alami dan kegiatan manusia di lingkungan darat
(Triatmodjo, 1999, hal. 1). Sedangkan daerah lautan adalah daerah yang terletak diatas dan
dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut
dan bagian bumi dibawahnya (Triadmodjo, 1999 dalam Wibowo, 2012).

Pantai merupakan gambaran nyata interaksi dinamis antara air, gelombang dan
material (tanah). Angin dan air bergerak membawa material tanah dari satu tempat ke tempat
lain, mengikis tanah dan kemudian mengendapkannya lagi di daerah lain secara terus-
menerus. Dengan kejadian ini menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai. Dalam kondisi
normal, pantai selalu bisa menahan gelombang dan mempunyai pertahanan alami (sand dune,
hutan bakau, terumbu karang) untuk melindungi diri dari serangan arus dan gelombang.

1. Zona Pesisir
Wilayah pesisir pantai adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Pantai memiliki
berbagai bentuk lahan di dalamnya, namun tidak selalu sama di setiap wilayah, tergantung dari
faktor – faktor yang terdapat di wilayah tersebut yang berperan dalam pembentukannya
(Rishartati, 2008). Kawasan pesisir yaitu suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut,
yang memiliki ciri geosfer yang khusus, ke arah darat dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut
dan sosial ekonomi bahari, sedangkan arah ke laut dibatasi oleh proses alami serta akibat
kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat (Bakosurtanal, 1990 dalam Salim et al. 2011).
Batas wilayah pesisir arah ke daratan tersebut ditentukan oleh :
• Pengaruh sifat fisik air laut yang ditentukan berdasarkan seberapa jauh pengaruh pasang air
laut, seberapa flora yang suka akan air akibat pasang tumbuh (water loving vegetation) dan
seberapa jauh pengaruh air laut kedalam air tanah tawar.
• Pengaruh kegiatan bahari (sosial), seberapa jauh konsentrasi ekonomi bahari (desa nelayan)
sampai ke darat.

Pesisir dapat dibedakan menjadi tiga bagian:


1. Foreshor, adalah bagian pesisir muka pasang terendah sampai garis ketinggian muka
air pada waktu pasang.
2. Backshor, adalah bagian pesisir mulai batas foreshore sampai garis pantai.
3. Offshore, adalah lepas pantai.
Pesisir merupakan daerah yang sejalur dengan tempat pertemuan daratan dengan
dengan laut mulai dari batas muka air laut pada waktu surut terendah menuju ke arah darat
sampai batas tertinggi yang mendapat pengaruh gelombang ada waktu badai. Hal ini sejalan
dengan hasil rapat koordinasi BAKOSURTANAL (1990) dalam Sutikno (1999: 1) dijelaskan
bahwa batas wilayah pesisir arah ke darat tersebut ditentukan oleh:
1. Pengaruh sifat-sifat fisik air alut, yang ditentukan berdasarkan seberapa jauh pengaruh
pasang air laut, seberapa jauh flora yang suka akan air akibat pasang tumbuh (water
loving vegetation) dan seberapa jauh pengaruh air laut ke dalam air tanah.
2. Pengaruh kegiatan bahari (sosial), seberapa jauh konsentarasi ekonomi bahari (desa
nelayan) sampai arah ke daratan.
Berdasarkan pada batasan wilayah pesisir, maka pesisir merupakan daerah yang
mempunyai daerah yang terluas dari ketiga istilah di atas, sebab pesisir mencakup wilayah
darat. sejauh masih mendapat pengaruh laut dan sejauh mana wilayah laut masih mendapat
pengaruh dari darat (aliran air tawar dan sedimen).

Gambar. Terminologi Pantai dan Pesisir


2. Pantai (shore)
Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan surut
terendah. Pantai merupakan batas antara wilayah yang bersifat daratan dengan lautan. Daratan
adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis
pasang tertinggi. Sedangkan daerah lautan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah
permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian
bumi dibawahnya (Triadmodjo,1999). Beberapa istilah yang perlu diketahui diantaranya:
 Daerah pantai atau pesisir
Daratan beserta perairannya dimana pada daerah tersebut masih dipengaruhi aktivitas darat
dan laut.
 Pantai
Adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah dan pasang tertinggi.
 Garis Pantai
Adalah garis batas pertemuan antara daratan dan lautan.
 Daratan Pantai
Adalah daerah ditepi laut yang masih dipengaruhi oleh aktivitas marine
 Perairan Pantai
Adalah perairan yang masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan
 Sempadan Pantai
Adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi pengamanan dan pelestarian pantai.

Gambar. Definisi Pantai (wilayah pesisir) untuk keperluan pengelolaan pantai (Yuwono 2005)

Beberapa definisi pantai untuk keperluan rekayasa/teknik pantai (Triadmodjo,1999)


yang perlu diketahui dan dipahami diantaranya:
 Surf zone
Adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari gelombang pecah sampai batas naik-
turunnya gelombang di pantai.
 Breaker zone
Adalah daerah dimana terjadi gelombang pecah.
 Swash zone
Daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi dan batas terendah gelombang.
 Offshore
Adalah daerah dari gelombang (mulai) pecah sampai ke laut lepas.
 Foreshore
Daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat surut terendah sampai batas atas.
 Inshore
Adalah daerah antara offshore dan foreshore.
 Backshore
Adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang terbentuk pada saat terjadi
gelombang badai bersamaan dengan muka air tertinggi.
 Coast
Adalah daratan pantai yang masih terpengaruh laut secara langsung, misalnya pengaruh
pasang surut, angin laut, dan ekosistem pantai (hutan bakau, sand dunes).
 Coastal area
Adalah daratan pantai dan perairan pantai sampai kedalaman 100 atau 150 m (Sibayama,
1992).

Definisi Pantai untuk Keperluan Rekayasa Pantai (Triadmodjo, 1999)


Bagian-Bagian Pantai

Gambar . Kenampakan Pantai Secara Melintang

Daerah pantai yang masih mendapat pengaruh air laut dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu :
1. Beach (daerah pantai), yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut dan
selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang turun.
2. Shore line (garis pantai), jalur pemisah yang relatif berbentuk baris dan merupakan
batas antara daerah yang dicapai air laut dan yang tidak bisa dicapai.
3. Coast (pantai), daerah yang berdekatan dengan laut dan masih mendapat pengaruh air
laut.

Jenis-jenis atau tipe pantai berpengaruh pada kemudahan terjadinya erosi pantai.
Berikut adalah penggolongan pantai di Indonesia berdasarkan tipe-tipe paparan (shelf)
dan perairan:
1. Pantai Paparan Pantai paparan merupakan pantai dengan proses pengendapan yang lebih
dominan dibanding proses erosi/abrasi. Pantai paparan umumnya terdapat di Pantai Utara
Jawa, Pantai Timur Sumatera, Pantai Timur dan Selatan Kalimantan dan Pantai Selatan
Papua, dan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
 Muara sungai memiliki delta, airnya keruh mengandung lumpur dan terdapat proses
sedimentasi.
 Pantainya landai dengan perubahan kemiringan ke arah laut bersifat gradual dan
teratur.
 Daratan pantainya dapat lebih dari 20 km.
2. Pantai Samudra Pantai samudra merupakan pantai dimana proses erosi lebih dominan
dibanding proses sedimentasi. Terdapat di Pantai Selatan Jawa, Pantai Barat Sumatera,
Pantai Utara dan Timur Sulawesi serta Pantai Utara Papua, dan mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
 Muara sungai berada dalam teluk, delta tidak berkembang baik dan airnya jernih.
 Batas antara daratan pantai dan garis pantai (yang umumnya lurus) sempit.
 Kedalaman pantai ke arah laut berubah tiba-tiba (curam).
3. Pantai Pulau Pantai pulau merupakan pantai yang mengelilingi pulau kecil. Pantai ini
dibentuk oleh endapan sungai, batu gamping, endapan gunung berapi atau endapan
lainnya. Pantai pulau umumnya terdapat di Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, dan
Kepulauan Nias.
Di surf zone atau daerah antara garis pantai sampai gelombang pecah terjadi interaksi
dinamis antara gelombang pecah dan arus atau air dan material sedimen. Air yang bergerak
membawa material dari tempat satu ke tempat lain mengikis sedimen dan kemudian
mengendapkannya di suatu tempat lain akan emnimbulkan perubahan garis pantai. Pantai
selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga mampu menghancurkan energi
gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan tanggapan pantai dinamis
alami pantai terhadap laut (Triatmodjo, 1999

TIPE – TIPE PANTAI


Secara sederhana, pantai dapat diklasifikasikan berdasarkan material penyusunnya, yaitu
menjadi:
1. Pantai Batu (rocky shore), yaitu pantai yang tersusun oleh batuan induk yang keras
seperti batuan beku atau sedimen yang keras.

2. Beach, yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat dibedakan
menjadi:
a. Sandy beach (pantai pasir), yaitu bila pantai tersusun oleh endapan pasir.
b. Gravely beach (pantai gravel, pantai berbatu), yaitu bila pantai tersusun oleh gravel
atau batuan lepas. Seperti pantai kerakal.
3. Pantai bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai. Di daerah tropis,
vegetasi pantai yang dijumpai tumbuh di sepanjang garis pantai adalah mangrove,
sehingga dapat disebut Pantai Mangrove.

Bila tipe-tipe pantai di atas kita lihat dari sudut pandang proses yang bekerja
membentuknya, maka pantai dapat dibedakan menjadi:
1. Pantai hasil proses erosi, yaitu pantai yang terbentuk terutama melalui proses erosi yang
bekerja di pantai. Termasuk dalam kategori ini adalah pantai batu (rocky shore).
2. Pantai hasil proses sedimentasi, yaitu pantai yang terbentuk terutama kerena prose
sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini adalah beach. Baik sandy
beach maupun gravely beach.
3. Pantai hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena aktifitas organisme
tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini adalah pantai mangrove.
Kemudian, bila dilihat dari sudut morfologinya, pantai dapat dibedakan menjadi:
1. Pantai bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal. Keberadaan
tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional. Tebing yang terbentuk
dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan pasir.

Gambar. Pantai Bertebing


2. Pantai berlereng (non-cliffed coast), yaitu pantai dengan lereng pantai. Pantai berlereng
ini biasanya merupakan pantai pasir.

Gambar. Pantai Landai

Sedimen pantai adalah material sedimen yang diendapkan di pantai. Berdasarkan ukuran
butirnya, sedimen pantai dapat berkisar dari sedimen berukuran butir lempung sampai gravel.
Kemudian, berdasarkan pada tipe sedimennya, pantai dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Pantai gravel, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran gravel (diameter butir
> 2 mm).
2. Pantai pasir, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran pasir (0,5 – 2 mm).
3. Pantai lumpur, bila pantai tersusun oleh endapan lumpur (material berukuran lempung
sampai lanau, diameter < 0,5 mm).
Klasifikasi tipe-tipe pantai berdasarkan pada sedimen penyusunnya itu juga
mencerminkan tingkat energi (gelombang dan atau arus) yang ada di lingkungan pantai
tersebut. Pantai gravel mencerminkan pantai dengan energi tinggi, sedang pantai lumpur
mencerminkan lingkungan berenergi rendah atau sangat rendah. Pantai pasir menggambarkan
kondisi energi menengah. Di Pulau Jawa, pantai berenergi tinggi umumnya diojumpai di
kawasan pantai selatan yang menghadap ke Samudera Hindia, sedang pantai bernergi rendah
umumnya di kawasan pantai utara yang menghadap ke Laut Jawa.

Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:


1. Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air
mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut
pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air yang sekarang.
Untuk mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari
keadaan pantainya. Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman
pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar. Selain itu,
penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan. Hal ini terjadi karena
permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang
juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut. Pengaruh ini sangat terlihat di daerah
pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam
dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda
sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
a. Lembah sungai yang tenggelam
Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan
pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang
disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
b. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam
Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords
atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari bagian
pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat,
lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini terbentuk
apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak
terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami pembekuan
di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
c. Bentuk pengendapan sungai
Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta, yaitu
endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut; (2) Dataran
banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai
mengalami banjir; (3) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga,
biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila dibandingkan
dengan delta, serta sungainya tidak bercabang-cabang.
 Bentuk pengendapan glasial
Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.
 Bentuk permukaan hasil diastrofisme
Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan),
fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan
hocgbacks. Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan
dinding graben akan langsung menjadi pantai.
 Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api

Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:
 Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang menyebabkan
terbentuknya pantai yang cembung ke luar;
 Merupakan hasil kegiatan aliran lava (lava flow), yang menyebabkan terbentuknya
pantai yang cekung ke luar

2. Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)


Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan
permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang
terdapat di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:
 Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat di daerah ini
banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai terjal
(cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
 Terdapatnya teras-teras gelombang
Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di
mana teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
 Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena
adanya pengangkatan dasar laut.
 Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.
 Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan
bentang lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar.
Apabila dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka
garis pantai yang terbentuk akan kelihatan lurus.
3. Pantai yang Netral (Neutral shoreline)
Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai
yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir,
dan jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).
4. Pantai Majemuk (Compound shorelines)
Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam suatu
daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya.

Tipe pantai yang ada di Indonesia


Tipe pantai yang ada di Indonesia ada 6 macam, diantaranya adalah:
1. Wafe Erosion Coast
Pantai dengan tipologi wave erosion coast merupakan pantai yang umumnya terbentuk
akibat aktivitas erosi gelombang. Karakteristik fisik ditandai dengan bentuk morfologi pantai
yang tejal (cliff), lereng berteras dan berbukit. Bentukan yang menjadi ciri tipologi ini adalah
stack (rutuhan batuan didasar cliff), teras marin (marine terrace), pelataran pantai gerongan
pantai (marine nocth), pelengkung laut (sea arc) dan pulau yang terpisah.
Sesuai dengan tipologi pantai tersebut, proses geomorfologi yang dominan adalah berupa
abrasi gelombang dan umumnya air tanah sulit dijumpai, apalagi musim kemarau akan
mengalami kekeringan. Gelombang laut umumnya sedang hingga kuat.
Ada tiga hal yang menentukan tingkat erosi yaitu:
 Tingkat paparan. Garis pantai yang langsung berhadapan dengan gelombang memiliki
rasio paling besar yang terkena eroso
 Rasio pasang surut.
 Komposisi batuan dasar. Sand stone dan shale lebih mudah terkikis daripada batuan beku.
Pantai dengan tipologi wave erosion coast dapat dijumpai di Pura Uluwatu yang
berbukit terjal, pantai Siung, dan pantai Kali Merah.
2. Coast Built by Organism
Tipe pantai ini dibentuk oleh organisme laut, sehingga terlihat dataran pantai yang relative
luas, berwarna keputihan dan diselang-seling oleh bongkahan organisme laut yang sudah
membatu. Tanaman bakau relatif banyak ditemui.
Tipe pantai ini dapat dijumpai di Tanjung Panto, wilayah Kecamatan Malingping, Provisi
Jawa Barat dan sepanjang pantai Gunung Kidul.
3. Volcanic Coast
Tipologi pantai Volcanic Coast merupakan pesisir yang terbentuk sebagai akibat proses
volkanik. Tipe pantai seperti ini biasanya platform-nya landai dan memungkinkan tumbuhnya
karang, sehingga lautnya cukup jernih seperti dijumpai di Pantai Pasir Putih, Situbondo. Air
laut relatif tenang dengan ketersedian air tanah yang cukup baik dan tidak asin.
4. Marine Deposition Coast
Tipologi pantai Marine Deposition Coast adalah pantai atau pesisir yang dibentuk oleh
proses deposisi material sedimen marin. Termasuk dalam kategori ini adalah pesisir
berpenghalang (barrier coast), seperti barrier beaches, barrier island, barrier spits and bays,
cuspate foreland, beach plains, coastal sand plains tanpa lagoon, dan rataan lumpur (mud
flat) atau rawa garam (salt marsh).
Karakteristik fisik (abiotik) ditandai dengan bentuk morofologi pantai yang lurus dan
datar. Sesuai dengan tipologi pantai tersebut, proses geomorfologi yang dominan adalah
proses deposisi (pengendapan) material-material laut yang berasal dari aktivitas laut maupun
rombakan karang. Gelombang dan arus pantai umumnya relatif tenang, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk berlabuh.
Tipe ini terbentuk pada teluk-teluk yang kemudian dikenal juga dengan sebutan gisik
saku (pocket beach). Tipologi ini banyak digunakan sebagai tempat wisata seperti pantai
Sempu, pantai Sembukan, pantai Kloto, Kukup dan pantai Ngrokoh.
5. Structurally Shaped Coast
Tipologi structurally shaped coast yaitu pesisir yang terbentuk akibat proses patahan,
lipatan, atau intrusi batuan sedimen, seperti kubah garam atau kubah lumpur dangkal (salt
domes atau mud lumps). Karakteristik fisik tipe pantai structurally shaped coast, ditandai
dengan bentuk morfologi pantai yang tidak teratur dan terjal. Tipologi pantai ini dapat
dijumpai di Probolinggo (Gunung Bentar) yang merupakan bagian dari lipatan tengah
perbukitan Kadeng dan di Tanjung Kinjingan.
6. Subaerial deposition Coast
Pantai dengan tipologi subaerial depositon coast, merupakan pantai yang umumnya
terbentuk akibat akumulasi bahan-bahan sedimen sungai yang membentuk delta dengan
rataan pasang surut (tidal flat). Karakteristik fisik (abiotik) ditandai dengan bentuk
morofologi pantai yang datar danlurus. Sesuai dengan tipologi pantai tersebut, proses
geomorfologi yang dominanadalah deposisi (pengendapan) material-material yang berasal
dari aktivitas sungai-sungai
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Tipe-tipe Pantai. https://younggeomorphologys.wordpress.com/ diakses pada


9 Oktober 2017 pukul 12.45
Lisajerry. 2017. Tipe-tipe Pantai di Indonesia. https://lisajerry.wordpress.com/ diakses pada 9
Oktober 2017 pukul 12.46
Rishartati, P. 2008. Bentuk Lahan Pesisir Di Provinsi Lampung. Skripsi, Dipublikasikan.
FMIPA Universitas Indonesia, Depok. 99 hal.
Sadili D. 2011. Tipe Pantai. http://www.didisadili.com/2011/11/jenis-bentuk-dan
tipe-pantai.html diakses pada 9 Oktober 2017 pukul 12.47
Salim, Abdul Rasid et al. 2011. Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Kabupaten
Bone Bolango Yang Berwawasan Lingkungan (Studi Kasus Desa Botubarani Dan
Desa Huangobotu). Vol 9
Triatmodjo B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset: Yogyakarta
Wahyudi, et al. 2009. Analisa Kerentanan Pantai di Wilayah Pesisir Pantai Utara
Jawa Timur. SENTA
Wibowo, Y. A. 2012. Dinamika Pantai. Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang
Tuah, Surabaya.
Yuwono N., 2005, Draft Pedoman Pengamanan dan Penanganan Pantai, Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai