Geomorfologi lingkungan
merupakan bagian dari ilmu
kebumian yang mengkaji hubungan
antara manusia dengan lingkungan
dari sudut geomorfologi yang
kemudian menjadi terapan praktis
untuk pemecahan masalah yang
Lanjutan......
karena sifat tanahnya yang subur yang berupa hasil pengendapan material hulu
(gunung). Hasil analisis tersebut juga dapat dijadikan dasar untuk memecahkan
dataran banjir, yaitu dengan merancang rumah berlantai atau bertingkat ataupun
dengan pembangunan tanggul yang kokoh untuk menghindari luapan air sungai
Erosi
Bentukan-bentukan permukaan bumi hasil
erosi air, antara lain berikut ini.
Meander dan Oxbouw Lake, Meander yaitu
kelokan sungai yang berulang-ulang,
sedangkan oxbow lake yaitu bekas aliran
sungai yang berbentuk tapal kuda dikenal
dengan nama kali mati.
Lembah, ngarai dan jurang yang dalam
(canyon) seperti Lembah Anai, Ngarai Sianok,
dan Grand Canyon of Colorado.
i
Lanjutan......
Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan batuan
besar, kecil, halus dan bahan sisa organik hasil
kerja erosi yang diangkut oleh aliran air,
hembusan angin dan gelombang laut di
suatu tempat dalam kurun waktu yang lama.
Sedimentasi merupakan salah satu tenaga eksogen
yang turut menentukan relief permukaan bumi.
1) Sedimentasi oleh Air Sungai
Aliran air sungai membawa bahan-bahan padat hasil erosi dan diendapkan di sekitar
aliran sungai berupa ;
bantaran sungai, yaitu daratan yang berada di sebelah kanan-kiri sungai;
kipas aluvial, yaitu endapan sungai yang berbentuk kipas;
dataran banjir (flood plain), terjadi apabila sungai meluap atau banjir, di kanan
kirinya terdapat endapan yang datar;
delta, yaitu bentukan sedimentasi di bagian hilir sungai baik di danau ataupun di
pantai.
2) Sedimentasi oleh Angin (Eolis)
Hembusan angin membawa bahanbahan padat yang diendapkan di tempat tertentu.
Bentukan alam yang dihasilkannya berupa ;
guguk pasir (sand dunes), yaitu bukit pasir yang rendah di daerah pantai atau gurun.
barchans, yaitu sejenis bukit pasir berbentuk bulan sabit yang lerengnya melandai
menghadap ke arah datangnya angin.
3) Sedimen oleh Gelombang Laut
Gerakan gelombang membawa bahan-bahan hasil abrasi dan diendapkan di sepanjang
pantai. Bentukan alam yang dihasilkannya berupa ;
beach, yaitu kumpulan puing batu karang di sekitar cliff;
bar, yaitu endapan pasir di pantai yang arahnya me-manjang;
tombolo, yaitu endapan pasir yang menghubungkan pulau dengan daratan induk.
Vulkanisme
Bentuk-bentuk gunung api tergantung pada kekuatan tenaga endogen yaitu tekanan gas,
kedalaman dapur magma, luasnya sumber/dapur magma dan sifat magma (cair/kental). Dilihat
dari bentuk dan terjadinya, gunung api ada tiga macam antara lain berikut ini ;
Gunung Api Maar (Embryo). Gunung api maar terbentuk karena erupsi eksplosif (ledakan yang
luar biasa kuatnya) hasilnya bahan-bahan lepas/ padat. Contoh: Gunung Lamongan di Jawa
Timur, Danau Atar di Sumatra Barat.
Gunung Api Kerucut (Strato). Gunung api kerucut terjadi karena letusan dan lelehan secara
bergantian, bentuk badannya seperti kerucut berlapis- lapis dan bahan yang dikeluarkan bahan
lepas dan lava.
Gunung Api Perisai (Tameng). Gunung api perisai terjadi karena lelehan maupun cairan yang
keluar membentuk lereng yang sangat landai membentuk seperti perisai dengan sudut
kemiringan lereng antara 1 10. Bahannya adalah lava yang bersifat sangat cair.
Contoh: Gunung Mauna Loa dan Kilauea di Hawai.
Di Indonesia terdapat 400 gunung berapi, sekitar 129 buah masih aktif dan 70 buah di
antaranya tidak menunjukkan letusan. Gunung api di Indonesia persebarannya
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Kepulauan Sunda, memanjang dari utara Sumatra, Jawa, Bali sampai Alor (termasuk sirkum
mediteran)
Kumpulan Banda, muncul di dasar laut Banda dengan ketinggian lebih dari 100 meter
(termasuk sirkum mediteran)
Kumpulan Minahasa dan Sangihe Talaud, gunung api yang sangat aktif (termasuk sirkum
Pasifik) misalnya Gunung Soputan dan Gunung Lakon.
Kumpulan Halmahera, di bagian tengah antara Makian dan Tobelo, misalnya Gunung Api
Tidore dan Maitara.
Kumpulan Bhontain, kumpulan gunung api besar di Sulawesi Selatan, tetapi sudah tidak aktif
Pembangunan Pemukiman Akibat
Proses Geomorfologi
Terbatasnya lahan untuk permukiman menyebabkan banyaknya bangunan
yang didirikan pada lokasi yang tidak menguntungkan atau lokasi
permukiman yang tidak sesuai dengan kondisi fisik lahan akan
menyebabkan permukiman tersebut terancam sebagai akibat dari proses
geomorfologi. Permukiman tidak akan berhenti sebagai sumber masalah
dalam sejarah kehidupan manusia sejak dari jaman purba yang hidup
dalam gua-gua sampai jaman kini yang hidup di gedung-gedung pencakar
langit.
Adapun masalah permukiman berkaitan dengan pemilihan lokasi yang
kurang tepat, misalnya daerah yang rawan banjir, daerah yang sulit
mendapatkan air, keadaan tanahnya yang labil dan sebagainya. Kebutuhan
lahan selalu meningkat dalam bidang permukiman tersebut seringkali
tidak terpenuhi, karena jumlah penduduk cenderung selalu meningkat
sedangkan luas lahan relatif tidak bertambah. Untuk penentuan lokasi
permukiman perlu diperhatikan beberapa hal yang berkenaan dengan
teknis pelaksanaan, segi tata guna lahan, segi kesehatan dan kemudahan,
serta segi ekonomi (Prayoga Mirhad, 1983).
Penentuan lokasi permukiman tersebut
khususnya yang berkenaan dengan
pendekatan geomorfologi. Informasi
geomorfologi keteknikan dapat dihasilkan
dengan mempertemukan syarat-syarat lokasi
permukiman dengan kondisi geomorfologi
daerah. Informasi ini akan dapat membantu
para perencana pembangunan dan
menentukan tindakan dan perlakuan yang
diperlukan, sehingga dapat menekan biaya
pembangunan dan pemeliharaan bangunan
permukiman.
Kedudukan Geomorfologi dalam Pelaksanaan Studi AMDAL