Anda di halaman 1dari 5

Nama : Luthfi Manelza

NPM : 2210005531013

Tugas Geomorfologi Umum

A. Geomorfologi Marine

Geomorfologi asal marine merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses
perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin
dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan
semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai.
Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga
dipengaruhi oleh:

1. Struktur,
2. Tekstur, dan
3. Komposisi batuan.

Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai
tersebut. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga
dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut. Proses geologi
yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di permukaan bumi
daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya.

Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang ada
di laut. Bentuk lahan asal marine adalah suatu bentuk lahan yang terjadi akibat pengerjaan
gelombang dan arus laut, baik yang bersifat konstruksif (pengendapan) maupun yang bersifat
destruktif (abrasi) dan terdapat pada wilayah pesisir. Gelombang dan arus laut tidak pernah
berhenti membentuk dan merubah pantai.
Gerakan gelombang di laut makin dekat dengan pantai sebenarnya kekuatannya semakin
berkurang, namun apabila sampai pada dasar pantai yang dangkal, maka bentuk dan gerakan
gelombang tersebut berubah menjadi gerakan ke arah depan yang kuat (arus yang kuat),
kemudian mengikis pantai dan mengangkut bahan-bahan hancuran untuk selanjutnya diendapkan
pada suatu tempat tertentu. Pada umumnya, dasar laut pada pinggir pantai lebih halus (licin) dan
melandai ke arah laut. Ombak yang bergerak ke arah pantai, gerakannya menjadi lambat
(berkurang) sehingga menyebabkan kedudukan puncak-puncak gelombang semakin rapat. Hal
ini juga menyebabkan tinggi dan sudut lereng ombak bertambah yang selanjutnya gelombang
tersebut condong ke depan, mejadi pecah dan berbuih menghantam pantai. Hantaman ombak ke
pantai menyebabkan terjadinya proses abrasi dan pantai akan terkikis sedikit demi sedikit. Hasil
kikisan kemudian dihanyutkan secara selektif.

Hancuran yang halus terbawa arus ke tengah laut dan diendapkan sebagai lumpur atau
liat, sedangkan pasir dan kerikil tertinggal didekat tebing membentuk pantai pesisir serta gosong-
gosong pantai. Pesisir (shore) adalah zone atau sejalur daerah tempat pertemuan daratan dengan
laut, mulai dari batas muka air pada waktu pasang-surut terendah menuju arah darat sampai batas
tertinggi yang mendapat pengaruh gelombang pada waktu badai. Garis pesisir (shore line) adalah
tempat letak muka air pada pesisir pada suatu saat. Dengan demikian garis pesisir berubah-ubah
letaknya tergantung dari perubahan muka laut. Tempat kedudukan garis pesisir itu adalah daerah
pesisir. Pantai (coast) adalah suatu daerah mulai dari pesisir, ke arah daratan sampai batas yang
kurang jelas, atau sampai pengaruh kemaritiman tercapai ke arah daratan.

Garis pantai (coast line) yaitu batas antara pantai dan pesisir. Daerah pertemuan antara
daratan dan lautan dapat dibagi dalam beberapa zone. Perkembangan tebing di suatu pantai dapat
terjadi oleh dua faktor penentu yaitu peninggian daratan atau permukaan laut yang naik.
B. Geomorfologi Karts

Karst merupakan istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia
(kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak berkaitan
dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah kras telah diadopsi untuk
istilah bentuklahan hasil proses perlarutan. Ford dan Williams (1989) mendefini-sikan karst
sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang mudah larut
dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik.

Karstifikasi atau proses permbentukanbentuk-lahan karst didominasi oleh proses


pelarutan. Proses pelaturan batugamping diawali oleh larutnya CO 2 di dalam air membentuk H
2CO 3. Larutan H 2CO 3 tidak stabil terurai menjadi H – dan HCO 3 2- . Ion H - inilah yang
selanjutnya menguraikan CaCO 3 menjadi Ca 2+ dan HCO 3 2-
(Gambar 1.1.). Secara ringkas proses pelarutan dirumuskan dengan reaksi sebagai berikut.

CaCO 3 + H 2O + CO 2 Ca 2+ + 2 HCO

Faktor Pengontrol :

1. Batuan mudah larut, kompak, tebal, dan


mempunyai banyak rekahan.
2. Curah hujan yang cukup (>250 mm/tahun)
3. Batuan terekspos di ketinggian yang memungkinkan perkembangan sirkulasi
air/drainase secara vertikal.

Faktor pendorong :

A. Temperatur
B. Penutupan hutan
C. Geomorfologi Gurun/Eolian

Geomorfologi eolian merupakan cabang geomorfologi yang berkaitan dengan bentukan-


bentukan lahan pada area dengan angin sebagai pengaruh utamanya. Bentang alam eolian
merupakan bentukan-bentukan lahan yang dibentuk oleh pengaruh angin. Istilahnya berasal dari
Aeolus, dewa angin pada mitologi Yunani. Bentukan lahan eolian ditemukan di wilayah-wilayah
dimana erosi dan deposisi oleh angin merupakan tenaga utama pembetuk kenampakan lahannya.

Geomorfologi eolian mempengaruhi mayoritas daerah arid dan semi-arid di iklim tropis
dan subtropis dunia. Bentukan-bentukan lahan ini dapat ditemukan di wilayah-wilayah dengan
tutupan vegetasi yang jarang, memiliki persediaan sedimen halus, dan angin kencang seperti
yang dapat ditemukan pada gurun dan daerah pesisir. Selain itu, bentang alam eolian juga dapat
ditemukan di lahan-lahan yang lapisan tanah atasnya sudah terganggu akibat aktivitas pertanian.

Ekosistem gurun banyak terbentuk di sekitar lintang 30° LU dan 30° LS atau yang sering
disebut dengan lintang kuda. Lintang kuda merupakan zona konvergensi dari trade winds dan
westerlies. Karateristik atmosfer pada daerah ini memiliki tekanan udara tinggi yang
menyebabkan rendahnya kelembapan udara sehingga presipitasi sulit untuk terjadi. Akibatnya
ekosistem gurun dapat dengan mudah terbentuk.

Bentang alam eolian dapat terbentuk melalui proses-proses yang didominasi oleh
pergerakan angin. Terdapat beberapa kondisi yang diperlukan dalam proses-proses eolian, antara
lain:

1. Pasokan pasir yang besar


2. Angin kencang cukup untuk menggali sedimen
3. Kapasitas angin untuk membawa beban sedimen.
4. Halangan pada jalur angin yang membawa sedimen, sehingga deposisi dapat terjadi.

Proses eolian melibatkan erosi, transportasi, dan pengendapan sedimen oleh angin. Erosi
mencakup pengikisan lapisan atas permukaan oleh angin. Transportasi membawa partikel
partikel hasil erosi dan deposisi terjadi ketika angin tidak dapat membawa partikel sedimen lebih
jauh lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Satria. (2021). Bentang Alam Eolian. Diakses pada tanggal 13 Desember 2022 Jam 10.00 WIB.
https://supergeografi.com/litosfer/bentang-alam-eolian.

Indriyani. (2014). Geomorfologi Indonesia Klasifikasi Bentuklahan. Gorontalo : Universitas


Negeri Gorontalo.

Haryono, Nugroho. (2016). GEOMORFOLOGI DAN HIDROLOGI KARST. Yogyakarta : UGM


Press.

Anda mungkin juga menyukai