Anda di halaman 1dari 10

“Lingkungan Fisik Regional di Permukaan Tanah”

Oleh:
Suliyanti P.
1

RINGKASAN ILMIAH dan PPT


Jelaskan secara Lingkungan Fisik Geografi di Negara Kepulauan RI mengenai
karakteristik spasial dari sistem geologi geologi dan bentang bentang alam berikut:
1. Beach ridge
2. Alluvial fan
3. Ring of Fire

JAWABAN
1. BEACH RIDGE
Pantai merupakan bagian dari wilayah pesisir yang bersifat dinamis dimana tata
ruangnya (bentuk dan lokasi) berubah cepat sebagai respon terhadap proses alam dan
aktivitas manusia (anthropogenic). Wilayah pesisir terdiri dari zona pecah gelombang,
pantai dan gisik, pesisir serta dataran aluvial kepesisiran dan rawa belakang. Pembagian
zona wilayah pesisir ini tidak baku, namun akan berbeda antara satu pantai dengan
lainnya berdasarkan tipologi pantai. Perbedaan tipologi terjadi akibat dinamika pesisir
yang merupakan proses perubahan melibatkan ruang dan waktu yang dipengaruhi oleh
tenaga dari dalam bumi (endogen) dan tenaga dari luar bumi (eksogen).
Menurut Sunarto (2008 dalam Marfai dkk, 2013), ada 7 (tujuh) faktor penyebab
dinamika kepesisiran, yaitu:
1. Astrodinamik, berhubungan dengan posisi matahari dan bulan terhadap Bumi.
Kedudukan matahari terhadap bumi mempengaruhi gerakan angin, gerakan arus
laut, kondisi suhu serta kelembaban, dan perubahan musim di bumi. Sementara
kedudukan posisi bulan terhadap bumi menyebabkan pasanga-surut air laut.
2. Aerodinamik atau faktor angin yang menyebabkan gelombang juga erosi pantai.
3. hidrodinamik, atau gerakan air laut, seperti gelombang dan arus pasang surut.
Proses dinamika ini menghasilkan tipologi pesisir berupa wave erosion coast atau
marine deposition coast.
4. morfodinamik, proses erosi dan sedimentasi disebabkan oleh aliran sungai yang
berinteraksi dengan pesisir. Prosen ini membentuk tipologi pesisir sub aerial
deposition coast yang ditandai oleh terbentuknya delta, pembelokan muara
sungai, dan bura (spit).
5. Geodinamik merupakan faktor yang diakibatkan proses dari dalam bumi
(endogenik) berupa proses patahan, lipatan, dan vulkanisme. Dinamika ini
menghasilkan menghasilkan tipologi pesisir structural shaped coast dan volcanik
coast.
6. Ekodinamik atau faktor yang disebabkan perubahan ekosistem.
7. Antropodinamik, berhubungan dengan faktor kebutuhan manusia dalam
pengelolaan dan pemanfaatan pesisir, seperti reklamasi, pembuatan dermaga,
pelabuhan, serta bangunan pantai
2

Gambar 1.1. Pembagian zona di wilayah pesisir berpasir (Santosa, 2013).

Salah satu bagian dari wilayah pesisir yang kerap dijadikan sebagai lahan
pemukiman adalah punggungan pantai (beach ridge) karena menyimpan sumber daya
air dan bentuk lahannya lebih tinggi dibanding bentuk lahan lainnya. Beach ridge
merupakan perkembangan dari gisik yang biasanya telah banyak dimanfaatkan untuk
lahan-lahan permukiman atau pertanian yang tidak dipengaruhi lagi oleh aktivitas
pasang surut, tetapi proses pembentukannya merupakan kerjasama antara aktifitas
marin dan fluvial. Berbeda dengan gisik yang datar, beach ridge biasanya terdiri atas
beberapa jalur dan terletak lebih jauh dari laut
Beach ridge atau dikenal sebagai beting gisik atau punggungan pantai,
merupakan endapan marin yang terdiri dari material pasir, kerikil yang bulat-bulat, batu
kerikil yang kasar (gravel), atau kombinasi dari sedimen ini (Hesp, 1999), yang
membentuk semacam pematang (ridge). Beting gisik tidak datar seperti gisik, dan
biasanya terletak lebih jauh dari laut (di antara garis pasang tertinggi dengan garis batas
laut tetap/coatline). Beting gisik biasanya terdiri dari beberapa jalur/seri. Beach ridge
merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas gelombang laut, arus laut, dan
pasang surut laut. Beting gisik dapat terjadi di sembarang pantai. Beach ridge berbentuk
sempit dan memanjang, lurus, atau melengkung, igir rendah dengan permukaan air yang
datar, sejajar satu sama lain dan sejajar pantai. Tidak terdapat aliran permukaan dan
erosi (Sutanto, 1992).

Gambar 1.2. Proses pembentukan beach ridge


3

Kondisi morfologi beach ridge terdiri dari batuan yang relatif muda yang
dibentuk oleh kerja air laut (gelombang dan arus) melalui proses yang bersifat
konstruktif (pengendapan) maupun destruktif (abrasi). Salah satu proses pembentukan
punggungan pantai dilakukan oleh perpindahan sedimen sejajar pantai (longshore
drifts) akibat kedatangan gelombang yang menyerong.
Beach ridge menggambarkan kedudukan yang dicapai dari majunya garis pantai
yang terbentuk atas tiga cara:
a) Menurut Gilbert (1885), bahan-bahan dari pasir yang dihanyutkan oleh arus
dihempaskan oleh gelombang dari arah laut pada sisi-sisi dari beach. Adanya
bukit-bukit itu menunjukkan adanya angin dengan intensitas yang luar biasa.
b) Menurut Beaumont dan Davis; materi-materi itu dihanyutkan dari dasar laut, di
mana dasar laut telah diperdalam; kemudian ridges itu lebih banyak tergantung
pada kekuatan dan keaktifan gelombang.
c) Sederetan bukit-bukit dapat terbentuk pada ujung dari sebuah Compound
recurved spit oleh tambahan dari spit yang berhasil berkembang ke samping –
arah ke laut.
Turunnya permukaan air (atau peningkatan daratan) dapat mengisolasi beach
ridge dari badan air yang menciptakannya. Beach ridge yang terisolasi dapat ditemukan
di sepanjang danau kering di Amerika Serikat bagian barat dan pedalaman Great Lakes
of North America. Keduanya terbentuk pada akhir zaman es ketika tingkat danau jauh
lebih tinggi karena pencairan gletser dan aliran keluar terhambat yang disebabkan oleh
es glasial. Beach ridge terisolasi lainnya ditemukan di bagian Skandinavia, di mana
pencairan gletser mengurangi tekanan pada massa daratan dan menghasilkan
pengangkatan kerak atau rebound pasca gletser. Kenaikan permukaan air dapat
menenggelamkan punggung pantai yang terbentuk pada tahap sebelumnya,
menyebabkan erosi dan menjadi kurang berbeda. Punggung pantai bisa menjadi rute
untuk jalan dan jalan setapak. Kenampakan beach ridge dapat ditemui diantaranya di
Aceh Barat dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur).

DAFTAR PUSTAKA
Gemilang, W.A., Kusumah, G., Rahmawan, G.A. 2018. Potensi Air Tanah di Bagian Beach Ridge
Daerah Labuhan Bajau dan Sekitarnya, Kabupaten Simeuleu Berdasarkan Analisis
Pengukuran Geolistrik. Jurnal Geosaintek. Vo. 04 No. 01: 7 – 14.
Hesp, P.A., et al. 2005. Beach Ridges, Foredunes or Transgressive Dunefields? Definitions and an
Examination of the Torres to Tramandaí Barrier System, Southern Brazil. Annals of the
Brazilian Academi of Science. 77(3): 493-508.
Otvos, E.G. 2000. Beach Ridges — Definitions and Significance. Geomorfology. 32: 83-108.
Solihuddin, Tb. 2006. Karekteristik Pantai dan Potensi Bencana Geologi Daerah Bilungala,
Gorontalo. Jurnal Segara Bolume 2 Nomor 1, Agustus 2006: 16-22.
4

2. ALLUVIAL FAN
Kipas Aluvial atau Alluvial fan merupakan kenampakan berbentuk kipas pada
mulut lembah sebagai hasil pengendapan sistem erosi-deposisi yang dibawa oleh aliran
sungai. Umumnya terbentuk di kaki pegunungan, di daerah aliran sungai dengan
perubahan lereng yang tajam, dimana energi air telah habis untuk membawa sedimen.
Lahan aluvial yang terbentuk oleh onggokan material lepas itu akan membentuk daratan
menyerupai kipas. Kemiringan kipas aluvial umumnya 3 - 6o dengan luas radius
bervariasi dari ratusan meter hingga lebih dari 100 km. Material penyusun kipas aluvial
terdiri dari lempung, pasir, hingga kerikil dengan pengendapan menghasilkan
perselingan antara material tersebut.

Gambar 2.1. Bentuk endapan alluvial fan

Saat sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau
pegunungan lalu masuk ke dataran rendah, akan terjadi perubahan gradien kecepatan
secara drastis sehingga terjadi pengendapan material secara cepat. Material kasar akan
mengendap di dekat kemiringan lereng yang merupakan bagian atas kipas, sementara
material lebih halus akan terendapkan lebih jauh. Ukuran butir menurun secara cepat
ke arah bawah kipas, semakin ke bawah semakin halus. Endapan ini umumnya
membentuk graded bedding. Graded bedding atau perlapisan berusun adalah struktur
dimana lapisan dengan ukuran butir yang lebih kecil terjadi di atas lapisan dengan
butiran lebih besar.
Beberapa delta mempunyai kenampakan seperti kipas alluvial. Delta berbeda
karena pengendapannya disebabkan oleh pengurangan kecepatan aliran yang masuk ke
dalam air laut atau danau yang tetap; perluasan delta secara vertikal terbatas; dan
kemiringan permukaan delta lebih datar daripada kipas alluvial. Kipas aluvial terbentuk
di darat dan berada di daerah kering (arid). Meski ada air namun jumlahnya sedikit sekali
atau semi kering (semi arid). Sedangkan delta adalah tanah datar hasil pengendapan
5

yang dibentuk oleh sungai, muara sungai, dimana timbunan sedimen tersebut
mengakibatkan propagradasi yang tidak teratur pada garis pantai (Coleman, 1968;
Scott & Fischer, 1969).
Blissenbach, 1954 (Pohan 2007) membedakan kipas alluvial dalam 3 zona, yaitu:
a) Fanhead, upper fan segmen: daerah kipas aluvial yang dekat dengan apex
(puncak dari fan yang mengarah ke feeder canyon) membentuk puncak kerucut
dan tersusun atas material sedimen sangat kasar bersortasi buruk;
b) Midfan, bagian tengah kipas aluvial: bagian proksimal berisi endapan matriks
supported kaya lumpur bersortasi buruk;
c) Fan toe atau base, bagian terbawah kipas aluvial: bagian terjauh dari fan yang
ketebalannya menipis dan kaya akan lumpur dan sedimen halus (pasir dan
lanau).
Konsentrasi mineral berat sering terjadi pada bagian tengah kipas mid fan atau bagian
atas kipas upper fan.

Gambar 2.2. Distribusi lithofasies kipas aluvial (McGoven dan Groat, 1971; Pohan, 2007)

Evolusi dan bentuk kipas alluvial dikontrol oleh iklim, lithologi, dan lingkungan
tektonik. Bull (1964, dalam Reineck,1980) mengatakan lithologi dari sumber material
batuan adalah faktor pengontrol utama bentuk, dan ukuran kipas aluvial. Kipas alluvial
yang materialnya dari batu lempung dan serpih bentuknya dua kali lebih besar dengan
kemiringan yang lebih curam dibanding kipas alluvial yang bersumber dari batu pasir.
Pembentukan, pengendapan, dan terpeliharanya endapan kipas alluvial
dipengaruhi oleh:
- Kondisi daerah yang memiliki tektonik aktif, adanya patahan yang berkembang
sepanjang rangkaian pegunungan sehingga dasar cekungan-cekungan belum
stabil, dan dapat menurun setiap saat. Contoh: kipas alluvial di daerah
Pangururan, disisi Gunung Pusuk Bukhit (Sumatra Utara) yang terbentuk oleh
aktivitas sesar normal;
- Kondisi adanya perubahan lereng secara tiba-tiba, dan aliran air yang membawa
endapan atau material terjadi sesaat-sesaat. Kejadian ini mungkin merupakan
suatu hasil suatu badai pada saat iklim kering;
6

- Kondisi topografi dimana aliran sungai dapat mengalir tanpa terganggu dari hulu
menuju ke pedataran yang landai;
- suplai sedimen yang memadai dari batuan sumber di dalam sebuah sistem aliran
sungai untuk membentuk suatu kipas aluviuman tidak ada pengendapan di
sepanjang aliran sungai sehingga suplai sedimen dapat terus mengalir menuju
lokasi kipas aluvium.
Dari beberapa tipe endapan aluvial, endapan kipas alluvial merupakan salah satu
endapan aluvial dalam lingkungan fluvial yang dapat mengandung mineral ekonomis.
Beberapa endapan kipas aluvial dapat ditambang secara langsung, tetapi dalam banyak
hal dibutuhkan pengetahuan untuk mengetahui konsentrasi endapan ekonomis yang
terbentuk. Contohnya adalah penambangan emas di endapan kipas alluvial di daerah
Sinunukan, Provinsi Sumatra Utara. Endapan kipas alluvial yang menjadi tambang
contohnya tambang emas Witwatersrand yang memberikan kurang lebih 55% dari
produksi emas dunia.
Di Indonesia, kenampakan endapan aluvial juga dapat ditemukan diantaranya di
Bukitlawang (Sumatra Utara), Formasi Baturetno (Jawa Tengah), serta Endapan Kipas
Aluvium Purworejo dan Kutoarjo (Jawa Tengah).

DAFTAR PUSTAKA
Pohan, M.P. 2007. Pembentukan Kipas Aluvial di Daerah Sinunukan, Kecamatan Batang
Natal, Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. Buletin Sumber
Daya Geologi. Vol.2 No. 2: 1-15
Faturrakhman, M.L., Agustin, F. 2017. Endapan Kipas Aluvium Bukitlawang,
Sumatra Utara Hasil Interpretasi Citra DEM IFSAR dan Landsat ETM7. Jurnal
Geologi dan Sumberdaya Mineral. Vo. 18 No. 1. Februari 2017: 33 – 40.

3. RING OF FIRE
Ring of Fire atau cincin api Pasifik merupakan istilah untuk rangkaian jalur
gunungapi aktif yang tersebar di atas lempeng bumi yang terbentuk akibat adanya jalur
aktif yang ditandai dengan seismisitas atau aktivitas kegempaan yang tinggi dan
merupakan batas antar lempeng (Waluyo, 2010).
Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik merupakan zona dimana terdapat banyak
aktifitas seismik, vulkanik ,dan parit-parit (palung) di dasar laut yang mengelilingi
cekungan Lempeng Pasifik. Area berbentuk tapal kuda ini memiliki panjang lebih dari
40000 km yang memanjang dari barat daya Amerika Selatan dibagian timur hingga ke
sebelah tenggara benua Australia di sebelah barat. Sekitar 90% dari seluruh kejadian
gempabumi didunia dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di area ini.
7

Gambar 3.1. Ring of fire atau Cincin Api Pasifik (Sumber: Wikipedia)

Lempeng Pasifik merupakan lempeng tektonik terbesar dan menyusun


mayoritas area dasar laut di Samudra Pasifik. Lempeng samudra ini berbatasan langsung
dengan beberapa lempeng benua, diantaranya ada Lempeng Amerika Utara, Lempeng
Eurasia, dan Lempeng Australia. Juga berbatasan dengan lempeng-lempeng yang lebih
kecil yaitu Lempeng Filipina, Lempeng Nazca, Cocos, dan Juan de Fuca. Lempeng
Samudra terbentuk atas batuan dengan kepadatan lebih tinggi, masa jenis lebih berat,
dan umur lebih tua dibanding lempeng benua sehingga pada pertemuannya pada zona
subduksi (konvergen atau saling bertumbukan), lempeng ini akan menujam di bawah
lempeng benua. Akibatnya lempeng benua akan terdorong naik dan menghasilkan
lipatan-lipatan berupa rangkaian pegunungan di tepian lempeng benua. Pinggiran
lempeng yang lebih tipis, juga mengakibatkan magma menjadi lebih mudah untuk naik
ke permukaan, efeknya selain ditemukan banyak pegunungan, di dekat zona subduksi
ini juga ditemukan banyak gunung-gunung individu yang dihasilkan oleh tekanan magma
yang berusaha keluar dari dalam Bumi.
Di sisi lain, yaitu pertemuan Lempeng Pasifik dan Antartik, terbentuk zona
divergen dimana lempeng saling menjauh dan menghasilkan Mid-Oceanik Ridge (MOR)
atau rangkaian gunung api bawah laut. MOR muncul karena adanya fenomena
“upwelling”, yaitu proses naiknya magma ke permukaan karena adanya bukaan diantara
dua lempeng tektonik yang saling menjauh.
8

Gambar 3.2. Peta lempeng-lempeng yang ada di dunia (Sumber: Wikipedia)

Pertemuan Lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, serta lempeng Pasifik,


membentuk rangkaian gunung berapi di Indonesia. Hal ini di sebabkan oleh batuan cair
(magma) panas yang keluar melalui celah lempeng tersebut kemudian mengeras di
permukaan sehingga membentuk kerucut-kerucut yang menyebabkan munculnya
gunung berapi di lempeng-lempeng tersebut.
Jalur Ring of Fire di Indonesia berada di sebelah selatan Samudera Hindia yang
mendekat ke utara, kemudian lempeng Eurasia berupa patahan di sepanjang pulau
Sumatera, pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi sampai Filipina dan
Jepang. Indonesia merupakan negara yang berada di garis Ring of Fire terpanjang di
dunia. Selain gempabumi dan letusan gubung berapi, tsunami juga mengancam
Indonesia karena umumnya dipicu oleh gempabumi yang berpusat di laut atau letusan
gunung berapi.

Gambar 3.3. Pergerakan lempeng tektonik (Sumber: Badan Geologi)


9

Di sisi lain, posisi Indoneisa di jalur Ring of Fire juga memberi nilai positif.
Diataranya lahan yang subur karena abu vulkanik mengandung sulfur dan silica yang bisa
berfungsi sebagai pemasok unsur hara tanaman. Flora dan fauna yang beraneka ragam
sebagai akibat dari kesuburan tanah. Indonesia kaya akan barang tambang mineral juga
dan minyak bumi. Hasil erupsi (pasir) dapat dijadikan mata pencaharian penambangan
pasir dan karya seni dari endapan lava yang telah dingin. Aktifitas gunung api juga
menghasilkan geothermal atau panas bumi sebagai bahan bakar alternatif.

DAFTAR PUSTAKA
Sumardani, D. 2018. Gunung Api di Dunia. Jakarta State University.
Rosen Educational Services. 2012. Investigating Plate Tectonics, Earthquakes, and Volcanoes.
New York (US). Britania Educational Publishing.
Wikipedia. 2019. Ring of Fire. https://en.wikipedia.org/wiki/Ring_of_Fire. Diakses pada 26
Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai