Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik pada tebing
curam, pantai berpasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur. Aktivitas marine sering
dipengaruhi aktivitas fluvial sehingga sering disebut sebagai fluvio marine. Proses marine
mempunyai pengaruh yang sangat aktif pada daerah pesisir sepanjang pantai.
Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam
daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang
alam di daerah pantai. Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan
daerah pantai juga dipengaruhi oleh:
1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai
tersebut.
3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga
dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.
4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di
permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan,
patahan, dan sebagainya.
5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme
yang ada di laut.
PEMBAHASAN
A. BENTUK LAHAN ASAL PROSES MARINE
1. Pengertian Bentuk Lahan Asal Proses Marine
Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas/ gerakan air laut, baik pada
tebing, pantai berpasir, pantai berkarang, maupun pantai berlumpur. Gerakan tersebut
meliputi :
Pasang surut, naik turunnya permukaan laut setiap 6 jam 12,5 menit sehingga interval naik
turun memerlukan waktu 12 jam 25 menit. Pasang surut ini dapat mengerosi pantai apalagi
kalu bersama sama dengan gelombang / ombak.
Arus, aliran air laut yang disebabkan oleh angin, perbedaan suhu air laut dll.
Ombak sesuai dengan arah angin dapat mengerosi pantai. (abrasi).
Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga
dipengaruhi oleh:
Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai
tersebut.
Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga dari
luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.
Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di
permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan,
patahan, dan sebagainya.
Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang
ada di laut.
Di Indonesia, pantai yang ada pada umumnya dialih fungsikan sebagai tempat wisata
yang notabene dapat membantu tingkat pendapatan suatu wilayah. Apabila masyarakat
mengetahui bahwa garis pantai bisa mengalami perubahan, maka akan muncul pemikiran-
pemikiran agar pantai tersebut tetap bisa dinikmati keindahannya meskipun sudah mengalami
perubahan.
Shoreline adalah garis yang membatasi permukaan daratan dan permukaan air. Garis batas ini
selalu berubah-ubah sesuai dengan permukaan air laut. Garis pantai tertinggi terjadi pada saat
terjadi pasang naik setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai terendah terjadi pada saat
terjadi pasang surut serendah-rendahnya.
Pantai Depan (Foreshore)
Foreshore adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara garis
pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah.
Pantai Belakang (Backshore)
Backshore adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan (foreshore)
dengan garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya akan tergenang air apabila terjadi
gelombang pasang yang besar. Dengan demikian daerah ini akan kering apabila tidak terjadi
gelombang pasang yang intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini biasanya terdapat pada
daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau Jawa.
Coast adalah daerah pantai yang tidak menentu dan cenderung meluas ke daratan.
Sedangkan coastline adalah garis batas laut yang tetap dari pesisir. Daerah pesisir ini
mempunyai kemiringan lereng yang landai dengan luas yang tidak begitu besar pada daerah
tepi pantai yang sebagian besar merupakan daerah pantai terjal.
1. Klasifikasi Pantai
Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan.
Perbedaan dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan
gelombang dan arus laut.
Daerah pesisir pantai merupakan daerah pantai dan sekitarnya yang masih terkena aktivitas
marine. Johson (dalam Lobeck, 1939) mengenalkan 4 kelas yaitu :
Klasifikasi pantai menurut Johnson (1919 Vide Thornbury, 1964), berdasarkan genesa dibagi
menjadi 4 macam pantai yaitu:
a. Pantai tenggelam (submergence coast), pantai tenggelam (submergence coast) ini terjadi
karena tenggelamnya daratan atau naiknya muka air laut.
Cirri-ciri pantai tenggelam:
- Di muka pantai ada pulau
- Garis pantai tidak teratur
- Teluk dalam
- Lembah-lembah turun
Contoh : Pantai Ria (terjadi akibat erosi fluvial)
Pantai Fjord (terjadi akibat glasiasi)
b. Pantai naik (emergence coast), pantai ini terjadi akibat majunya garis pantai atau turunnya
muka air laut.
Ciri-ciri pantai naik:
- Di muka pantai terbentuk undak-undak pantai dan gosong pasir atau tanggul-tanggul.
- Garis pantai relatif lurus
- Relief relatif rendah
c. Pantai netral, adalah pantai yang tidak mengalami penenggelaman atau penurunan.
Ciri-ciri pantai netral:
- Garis pantai relatif lurus
- Pantai landai, ombak tidak besar
- Kadang-kadang terbentuk delta, bila suplai material melimpah
Contoh: Pantai delta
Pantai volkanik
Pantai terumbu koral
Pantai campuran (compound)
Ciri-ciri pantai campuran:
- Pantai menunjukan undak pantai
- Lembah tenggelam, akibat turun dan naiknya muka air laut.
Pantai Compound
Pantai ini terjadi akibat dari terjadinya proses yang berulang kali mengalami perubahan relatif
muka air laut (naik dan turun). Pantai ini juga disebut sebagai pantai majemuk.
Berdasarkan morfologinya daerah pesisir pantai dapat dikelompokkan menjadi sebagai
berikut :
Pantai bertebing terjal (cliff)
Pantai bertebing terjal merupakan bentuk lahan hasil bentukan erosi marin
yang paling banyak terdapat. Bentukan dan roman cliff berbeda satu d e n g a n y a n g
l a i n n y a , k a r e n a d i p e n g a r u h i oleh struktur batuan, dan jenis batuan serta sifat
batuan. Cliff pada batuan beku akan lain dengan cliff pada batuan sedimen. Pelapisan
batuan sedimen misalnya akan berbeda dengan pelapisan yang miring dan pelapisan
mendatar. Sebatas daerah di atas ombak, umumnya tertutup oleh vegatasi,
sedangkan bagian bawahnya umumnya berupa singkapan batuan. Aktivitas pasang surut
Dan gelombang mengikis bagian tebing, sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti:
a. Tebing (cliff )
b. Tebing bergantung (notch)
c. Rataan gelombang pasang surut
Pantai bergisik
Pantai bergisik ini pada dasarnya merupakan daerah pasang surut yang terdapat
endapan material h a s i l a b r a s i . M a t e r i a l i n i d a p a t b e r u p a material halus dan
juga bisa berupa material yang kasar. Namun pantai bergisik tidak saja terdapat pada
pantai cliff, tetapi juga bisa terdapat pada daerah pantai yang landai.Pada pantai yang landai
material gisik ini kebanyakan berupa pasir ,dan sebagaian kecil berupa meterial dengan
butiran kerikil sampai yang lebih besar. Pada umumnya material pasir suatu gisik
pantai berasal dari daerah pedalaman yang di bawah air sungai ke laut,kemudian
diendapkan oleh arus laut sepanjang pantai. Gisik seperti ini dapat dijumpai di sekitar Muara
sungai
Rawa payau juga mencirikan daerah pantai yang tumbuh atau akresi (accretion).
Proses sedimentasi merupakan penyebab bertambahnyamajunya pantai ke arah laut.
Material penyusun umumnya berbutir halusdan medan ini berkembang pada lokasi
yang gelombangnya kecil atau terhalang serta dengan kondisi air laut yang relatif
dangkal. Karena airnya p a y a u , maka daerah ini kemungkinan untuk
pengembangannya sangat terbatas. Rawa payau ini pada umumnya ditumbuhi oleh
tumbuhan rawa payau seperti bakau, nipah, dan tumbuh-tumbuhan rawa lainnya yang hidup
di air payau. Tumbuhan bakau ini dapat berfungsi sebagai pemecah g e l o m b a n g d a n
s e b a g a i penghalang pengikisan di pantai, sebaliknya sedimentasi bisa terjadi. Oleh
karena itu pantai mengalami akresi. Peranan b a k a u d i d a l a m m e r a n g s a n g
p e r t u m b u h a n p a n t a i t e r b u k t i j e l a s j i k a bakaunya hilang/mati, ditebang habis,
maka yang terjadi adalah sebaliknya yaitu pantai mengalami erosi
Pantai berterumbu karang.
Terumbu karang (coral reef) terbentuk oleh aktivitas binatang karangdan jasad renik
lainnya.
Proses ini terjadi pada areal-areal yang cukup luas.
5. Topografi Pantai
Erosi gelombang sangat mempengaruhi terjadinya garis pantai. Banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya erosi gelombang, misalnya ukuran dan kekuatan gelombang,
kemiringan lereng dan ketinggian garis pantainya, komposisi batuannya, kedalaman airnya,
serta lamanya proses tersebut berlangsung.
Apabila gelombang di laut dalam menghempas pantai yang curam, maka sebagian besar
air akan membalik kembali ke laut dan mengerosi lereng kliff tersebut dan naik dari
permukaan air yang dangkal.
1. Kekuatan Gelombang
Gelombang pasang yang menghempas pantai merupakan penyebab pengikisan
gelombang secara langsung. Bekas-bekas pengikisan gelombang tersebut menyebabkan
semakin besarnya kekuatan gelombang.
2. Kenampakan Hasil Kerja Gelombang
Seperti halnya tenaga pengikis yang lain, tenaga gelombang juga dapat menyebabkan
pengendapan selain menyebabkan pengikisan, sehingga di satu sisi menebabkan kerusakan
pantai dan di sisi yang lain akan menyebabkan berkembang atau terbentuknya garis pantai.
Ada beberapa kenampakan bentang lahan hasil kegiatan gelombang, yaitu:
a. Goresan gelombang pantai
Bekas dari gelomang di pantai akan terlihat jelas apabila struktur batuan yang menyusun
pantai tersebut tidak seragam. Batuan yang mudah tererosi akan lebih cepat terkikis bila
dibandingkan dengan batuan yang resisten. Kenampakan ini banyak dijumpai pada pantai
yang berusia tua.
b. Pantai curam (kliff) dan teras-teras pantai
Apabila dinding pantai kliff yang tersusun dari jenis batuan yang tidak tahan erosi
dihantam gelombang yang cukup tinggi, maka batuan tersebut tidak hancur sekaligus.
Sebagian material batuan akan menumpuk di bagian bawah dan dapat mempengaruhi kerja
dari gelombang. Apabila tumpukan material tersebut mengalami pengikisan, maka tanah
pantai kliff tersebut akan mengalami longsor (landslide) secara vertikal sehingga terbentuk
teras-teras gelombang. Lebar teras gelombang itu sendiri tergantung pada faktor-faktor
penyebab erosi gelombangnya. Semakin kuat gelombangnya, maka teras-teras gelombangnya
akan bertambah lebar.
Gelombang dapat terjadi dengan beberapa cara, misalnya longsoran tanah laut, batu yang
jatuh dari pantai curam, perahu atau kapal yang sedang lewat, gempa bumi di dasar laut, dan
lain sebagainya. Diantaranya adalah gelombang yang disebabkan oleh angin. Angin akan
berhembus dengan kencang apabila terjadi ketidakseimbangan tekanan udara. Karena tekanan
yang tidak sama di permukaan air itulah yang menyebabkan permukaan air berombak.
Adanya gelombang ini sangat penting dalam perkembangan garis pantai.
Arus Litoral
Selain gelombang air laut, arus litoral juga merupakan tenaga air yang sangat penting
pengaruhnya dalam pembentuka garis pantai. Pengaruh arus litoral terhadap perkembangan
garis pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tekanan atau kekuatan angin, kekuatan
gelombang laut, kedalaman air, dan bentuk pantainya. Apabila bentuk pantainya landai dan
proses pengendapannya cukup besar, maka arus litoral mempunyai pengaruh yang sangat
penting sebagai tenaga pengangkut. Pada daerah pantai yang tersusun dari batuan yang tidak
kompak, proses erosi akan bekerja sangat intensif. Jika hasil pengendapan terangkut dari
permukaan air yang dangkal menuju permukaan air yang lebih dalam, maka arus litoral
merupakan tenaga yang sangat efektif dalam proses pengendapan di pantai.
Pasang Naik dan Pasang Surut
Tenaga Es
Pengaruh tenaga es yang terpenting yaitu adanya pengkerutan es dan pemecahan atau
pencairan es. Air yang berasal dari bawah akan naik dan mengisi celah-celah dan akhirnya
akan membeku. Apabila terjadi perubahan iklim, maka es akan mencair sehingga permukaan
airnya akan bertambah besar.
Organisme
Jenis binatang laut yang sangat penting dalam proses pembentukan garis pantai beserta
perubahannya salah satunya yaitu binatang karang. Binatang karang yang paling banyak
membentuk batuan karang ialah golongan polyps. Polyps merupakan jenis binatang karang
yang sangat kecil yang hidup dengan subur pada air laut yang memiliki kedalaman antara 35-
45 meter.
Jenis makhluk hidup lain yang berpengaruh pada perkembangan pantai ialah tumbuh-
tumbuhan ganggang (algae). Ganggang merupakan jenis mikro flora yang dapat membantu
pengendapan dari larutan yang mengandung kalsium karbonat menjadi endapan kapur.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/38301287/GEOMORFOLOGI
http://www.scribd.com/doc/77979553/Morfologi-Pantai
http://www.scribd.com/doc/77502101/Geomorfologi-Pantai
Modul mata kuliah Geomorfologi dasar Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri
Medan
Lahan aeolian merupakan lahan yang terjadi karena bentukan asal proses angin dan
gabungan pelapukan dengan aliran air (Herlambang, 2009). Di mana dalam proses terjadinya
melalui pengikisan, pengangkutan, dan juga pengendapan. Pengikisan oleh angin seperti
halnya air yang mengalir, adapun sebagai kekuatan untuk mengikis adalah pasir yang
halus. Istilah aeolian berasal dari nama dewa Yunani, olus, penjaga angin . Aeolian (atau
Eolian atau Aeolian) berkaitan dengan proses aktivitas angin dan lebih khusus lagi, kepada
angin kemampuan untuk membentuk permukaan bumi dan planet-planet. Angin dapat
mengikis, mengangkut, dan mengendapkan, bahan-bahan material di daerah yang jarang
terdapat vegetasi dan wilayah sedimen yang luas. Meskipun air jauh lebih kuat daripada
angin, proses aeolian merupakan proses yang penting pada daerah kering seperti gurun.
(Wikipedia).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk lahan aeolian adalah bentuk
lahan yang terbentuknya akibat proses angin. Yang mana memiliki kemampuan untuk
mengikis, mengangkut, dan mengendapkan material-material pasir ataupun debu.
Syarat-Syarat Berkembangnya Lahan Aeolian
3. Adanya angin yang mampu mengangkat dan mengendapkan bahan pasir tersebut.
1. Deflasi (deflation)
Proses deflasi merupakan gerakan tiupan angin yang membawa materi batuan, baik
berupa debu halus, pasir, maupun materi yang kasar dan berat. Proses ini sering terjadi di
daerah yang merupakan tempat terkumpulnya pasir, misalnya di basin kecil atau pada bukit
pasir. Deflasi cenderung menyebabkan terbentuknyaa formasi-formasi baru di daerah depresi.
Dibandingkan dengan erosi air atau sungai keadaannya berlawanan, erosi air di daerah yang
berelief tinggi sangat kuat, sebaliknya erosi angin/deflasi di daerah cekungan/basin sangat
kuat.
Deflasi hanya dapat terjadi setelah materi batuan mengalami pencucian dan kemudian
dibawa ke tempat yang kebih rendah. Materi yang diendapkan tersebut pada umumnya
berupa butiran halus sehinnga mudah menglami deflasi.
2. Korasi (corrasion)
Korasi angin dapat menimbulkan beberapa bentuk atau bentang alam yang sangat
luas. Gerakannya hanya dapat terjadi di dekat permukaan tanah. Ini terjadi karena angin tidak
dapat mengangkut pasir ke tempat yang lebih tinggi lagi.
Berdasarkan kerjanya korasi dapat dibedakan :
a. Polishing dan pitting
Gerakan angin yang membawa/disertai pasir disebut dengan polishing. Gerakan angin yang
membawa pasir mempunyai kemampuan untuk melubangi batuan, kemampuan untuk
melubangi batuan ini disebut dengan pitting.
b. Grooving dan shaping
Batuan yang telah berlubang sebagai akibat kekuatan pitting akan terus mengalami proses
pembentukan lubang sehingga makin lama makin besar dan dalam. Proses melubangi secara
terus-menerus sehingga menjadi lubang yang besar dan dalam disebut dengan grooving.
Batuan yang berlubang-lubang besar tersebut kemudian berubah menjadi pecah-pecah dan
berkeping-keping. Proses terjadinya pecahan dan keping-keping ini disebut shaping.
c. Faceting
Batuan yang telah berkeping-keping berubah menjadi lebih kecil lagi. Proses perubahan
batuan menjadi bagian lebih kecil disebut dengan faceting.
Kecepatan korasi terhadap massa batuan di daerah kering sangat tergantung dari tingkat
kekerasan batuan dan kekuatan angin itu sendiri.
1. Suspensi (suspension)
Merupakan gerakan vertikal tiupan angin yang mampu mengangkut materi-materi
halus ke tempat yang lebih jauh. Gerakan ini tidak besar peranannya dalam mengangkut pasir
karena kemampuan mengangkut ke atas sangnt terbatas.
Pada saat angin mengangkut debu kadang-kadang disertai dengan gerakan turbuler.
Kecepatan angin tidak selalu tetap tetapi selalu mengalami variasi periode yang pendek
sehingga menyebabkan adanya tekanan angin. Tekanan angin ini menyebabkan udara
berputar ke segala arah, putaran udara ke segala arah inilah yang dapat menyebabkan
terjadinya gerakan suspensi.
2. Saltasi (saltation)
Yaitu gerakan meloncat materi butiran yang disebabkan oleh tabrakan dan pantulan
angin yang bermuatan pasir. Gerakan saltasi secara langsung disebabkan tekanan angin
terhadap butiran pasir, pasir yang ditiup angin pada umumnya mempunyai gerakan saltasi.
3. Ventifact
permukaan batuan yang menjadi rata karena korasi, terutama yang berukuran halus (debu dan
liat) yang terbawa oleh angin.
4. Dreikanter,
seperti ventifact tetapi bentuknya piramida karena arah angin berubah-ubah (dari tiga sisi).
5. Groove
merupakan alur-alur memanjang pada permukaan batuan karena erosi angin.
6. Yardang
1. Loess
yaitu endapan oleh angin berupa debu, pada umumnya berwarna kekuningan, tersusun dari
berbagai mineral tidak berlapis-lapis tetapi cukup kuat terikat.
2. Endapan pasir,ada beberapa tipe yang ditentukan oleh jumlah pasir dan vegetasi:
a. Sand sheet adalah hamparan pasir tipis yang menutup daerah relatif datar, permukaannya
tidak bergelombang.
b. Ripple (riak) adalah endapan pasir yang permukaannya bergelombang, tinggi bervariasi
1-500mm, panjang 50-300m. endapan pasir tebal yang permukaannya bergelombang ripple
tetapi lebih besar disebut undulasi; yang tingginya sampai 400m dan panjang 4km disebut
draa (Mcgadune).
c. Sand shadow, adalah timbunan pasir di belakang suatu rintangan, seperti semak-
semak/batu.
d. Sand fall adalah timbunan pasir di bawah cliff atau gawir.
e. Sand drift yaitu timbunan pasir pada suatu gap/celah antara dua rintangan.
3. Gumuk pasir (dunes) adalah gundukan bukit/igir dari pasir yang teerhembus angin.
Gumuk pasir mempunyai penampang tidak simetri, kemiringan lereng pada arah datangnya
angin 5 sampai dengan 10 dan arah membelakangi arah angin 30 sampai dengan 34.
Apabila tidak ada stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah datangnya
angin.
Pada umumnya gumuk pasir terdapat di daerah:
1. Mempunyai pasir sebagai material utama.
2. Kecepatan angin tinggi, untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir.
3. Permukaan tanah yang tersedia untuk pengendapan pasir.
Selain itu gumuk pasir juga terdapat di:
1. Gisik pasir dengan angin pantai
2. Dekat sungai yang dasarnya pasir
3. Daerah yang mempunyai musim kering
4. Daerah gurun yang mengalami penghancuran batuan
5. Endapan glasial dan dasar danau glasial pasiran.
c. Gumuk pasir parabolik (parabolic dunes), berbentuk sabit dengan tanduk yang panjang
ke arah datangnya angin. Terbentuk di mana vegetasi menahan bagian tanduk.
Memungkinkan bagian tengah gumuk berpindah dan menghasilkan gumuk berbentuk jepit
rambut. Penampang tidaksimetri pada puncak dan hampir simetri pada tanduk, sisi belakang
gumuk lebih curam daripada sisi depannya. Gumuk tidak mudah berpindah, dengan
ketinggian 1:15m. Gumuk pasir parabolik dapat terbentuk karena blow out.
d. Gumuk pasir memanjang (longitudinal dunes/seif), berupa gundukan pasir yang hampir
klurus sejajar arah angin. Terjadi karena pengaruh angin yang kuat terkumpul dan berhembus
dengan arah tetap. Penampang gumuk simetris, ukuran lebar beberapa kali ketinggian.
Ketinggian <15m,panjang beberapa kilometer, pada gurun yang luas ketinggian mencapai
200m dan panjang 300km. Gumuk pasir memanjang di gurun seperti di atas disebut seif.
Ukuran partikel material pada gumuk pasir ini mempunyai kisaran 0,05-0,5mm karena sortasi
angin sangat baik.
e. Whaleback dunes, adalh gumuk pasir longitudinal yang sangat besar, puncaknya datar
dan di atasnyadapat terbentuk barchan, dan seif, kecil-kecil.
sumber:
Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan dan atau
dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material. Pelapukan dapat dibagi manjadi
pelpukan fisik, dan pelapukan biotic. Pelapukan fisik merupakan proses pecahnya batuan
menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa diikuti oleh perubahan komposisi kimia batuan.
Perubahan kimia merupakan proses berubahnya komposisi kimia batuan sehingga
menghasilkan mineral sekunder. Factor pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas
organism, topografi, dan iklim. Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan
bentuklahan dedasuonal M. W. Davis mengemukakan adanya3 faktor yang mempengaruhi
perkembangan bentuklahan struktur geologi, proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya
factor tersebut maka dalam evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium
muda, stadium dewasa, stadium tua.
Proses denudasi merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan bumi yang
disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa pelapukan
yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan gerakan massa.
Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak
berstruktur. Proses degradasi menyebabkan agradasi pada lerengkaki perbukitan
menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses denudasional
terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut
satuan struktural denudasional.
Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan lereng,
curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak kontinyu.
Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai kasar
tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur, banyak
lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau kebun
campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit dan
terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.
Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan atau gunung
dengan batuan yang lunak (akibat proses pelapikan) dan beriklim basah, sehingga bentuk
strukturnya tidak nampak lagikarena adanya gerakan massa batuan. Pembagian bentuk lahan
denudasional dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan mempertimbangkan : batuan, proses
gerak massa yang terjadi dan morfometri.
v Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan
bentuk lahan.
v Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi
terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.
Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan/sedimentasi.
Pelapukan
Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca,
sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis
dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan
diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut
Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan
terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat pada
bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat,
karena telah berjalandalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah
terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya sangat tipis,
bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan hasil
pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita kenal ini adalah
merupakan hasil pelapukan batuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:
a. Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan retakan). Batuan
yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan
batuan yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :
- Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah
- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.
- Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan
membesar menyebabkan batuan pecah.
- Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat
mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat pula
membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan
mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada
batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat besar
pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan proses pelapukan
terdapat hubungan yang timbal balik.
d. Topografi
Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah
hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.
- Jenis-jenis pelapukan
Pelapukan fisik (mekanis), yaitu pelapukan yang disebabkan oleh perubahan volume
batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan (berkurangnya tekanan,
insolasi, hidrasi, akar tanaman, binatang, hujan dan petir), atau karena interupsi kedalam pori-
pori atau patahan batuan.
Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan yang ditimbulkan oleh reaksi kimia terhadap massa
batuan. Air, oksigen dan gas asam arang mudah bereaksi dengan mineral, sehingga
membentuk mineral baru yang menyebabkan batuan cepat pecah. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi intensitas pelapukan kimiawi yaitu:
o Komposisi batuan
Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dana gas asam arang, ada juga yang
sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang akan cepat
lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan asam arang.
o Iklim
Daerah yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya ilim hujan tropis akan
mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
o Ukuran batuan
Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti makin
cepat pelapukannya.
o Ukuran batuan
Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti makin
cepat pelapukannya.
Pelapukan organik yaitu pelapukan yang disebabkan oleh mahkluk hidup, seperti lumut.
Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi.
Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang
dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang
dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak
batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam
pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambanga.
yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh pengaruh
gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang menganggap masswasting itu
sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang memisahkannya. Hal ini mudah difahami
karena memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat
batuan itu turut bekerja.
Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada batuan
yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah sedikit dan
fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu memperlancar
gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa
batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi.
Faktor-faktor pengontrol mass wasting antara lain:
a. Kemiringan lereng,
Makin besar sudut kemiringan lereng dari suatu bentuk lahan semakin besar peluang
terjadinya Mass Wasting, karena gaya berat semakin berat pula.
3. Relief lokal,
Terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar, misal kubah, perbukitan
mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya Mass Wasting.
Ketebalan hancuran batuan atau Debris diatas batuan dasar makin tebal hancuran batuan yang
berada diatas batuan dasar, makin besar pula peluang untuk terjadinya Mass Wasting, karena
permukaan yang labil makin besar pula.
Pada umumnya Mass wasting akan mengikuti alur bidang lemah dalam batuan, karena
orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk lebih dahulu kemudian materi yang lapuk akan
bergerak.
6. Iklim
Kondisi iklim disuatu daerah akan mempengaruhi cepat atau lambatnya Mass wasting.
1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam
(55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500
m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng dominan
adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).
2. Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%,
perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil tergantung
pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna lahan. Salah satu
contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau tersebut merupakan perbukitan
dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan
denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga
terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.
Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka
permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan
yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh
batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun
tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan
planasi.
4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan
lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan
lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup
lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop(. Kenampakan ini dapat terjadi pada
pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan
mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relative memanjang dengan dinding curam
tersebut monadnock.
Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara individu
fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan
batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex)
sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut
talus.
Rombakan kaki lereng meurpakan debris batuan yang terkumpul di kaki jurang/tebing lereng.
DAFTAR PUSTAKA
http://lutfiardiansyahsaputra.wordpress.com/2013/04/03/bentuk-lahan-asal-denudasional/
https://www.google.com/search?q=lereng+kaki&ie=utf-8&oe=utf
https://www.google.com/search?q=pegunungan+denudasional&ie
https://www.google.com/ =1&q=dataran+nyaris&btnG=
https://www.google.com/search?q=kerusakan+lahan&
https://www.google.com/search?q=perbukitan+sisa+terpisah
https://www.google.com/search?q=kerucut+talus
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman
muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya.
Geomorfologi bisa juga merupakan salah satu b a g i a n dari
g e o g r a fi . D i m a n a g e o m o r f o l o g i y a n g m e r u p a k a n c a b a n g
dari ilmu geografi , mempelajari tentang bentuk muka bumi,
yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan
sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil
sebagai bentuk lahan (landform).
Hubungan geomorfologi dengan ke h i d u p a n manusia
adalah dengan a d a n y a pegunungan-pegunungan, lembah, bukit,
baik yang ada didarat maupun di dasar laut.Dan juga dengan adanya
bencana alam seperti gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor
dan sebagainya yang berhubungan dengan lahan yang ada di bumi yang
juga mendorong manusia untuk melakukan pengamatan dan
mempelajari bentuk-bentuk g e o m o r f o l o g i y a n g a d a d i b u m i .
Baik yang dapat berpotensi berbahaya maupun aman.
Sehingga dilakukan pengamatan dan identifikasi bentuk lahan.
Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris) atau
landscap (Belanda) atau landschaft (Jerman), yang secara umum berarti
pemandangan. Arti pemandangan mengandung dua aspek, yaitu aspek
visual dan aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu
( Z o n n e v e l d , 1 9 7 9 d a l a m T i m F a k u l t a s G e o g r a fi UGM,
1996). U n t u k mengadakan analisis bentanglahan diperlukan
suatu unit analisis yang lebih rinci. Dengan mengacu pada definisi
bentang lahan tersebut, maka dapat dimengerti, bahwaunit analisis yang
sesuai adalah unit bentuklahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis d a n
m e n g k l a s i fi k a s i bentanglahan selalu mendasarkan
pada k e r a n g k a k e r j a bentuklahan. Berdasarkan
pengertian bentanglahan seperti di atas, maka dapat
diketahui, bahwa ada delapan anasir bentanglahan. Kedelapan anasir
bentanglahan itu adalah udara, tanah, air, batuan, bentuklahan, flora,
fauna, dan manusia.
Bentuk lahan adalah bagian dari permukaan bumi
y a n g m e m i l i k i b e n t u k topografi s khas, akibat pengaruh kuat
dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam
ruang dan waktu kronologis tertentu. Bentuk lahan terdiri dari sistem
Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran sampai
Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada di
bawah lapisan permukaan bumi. Pada makalah ini akan dijelaskan
kembali apa yang dimaksud dengan bentang lahan yang terbentuk
berasal dari proses pelarutan.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas maka dapat di rumuskan masalah, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan bentuk lahan ?
2. Apa saja jenis-jenis bentuk lahan dan bagaimana proses terbentuknya ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
BAB II
DASAR TEORI
vulkanisme.
Ekstraterestial yang disebabkan oleh adanya benda-benda luar
KONSEP-KONSEP GEOMORFOLOGI
Ada sepuluh konsep dasar geomorfologi meliputi:
Konsep 1
Hukum dan proses fisika yang bekerja saat ini, bekerja pada waktu yang
lampau meskipun tidak dengan intensitas yang sama.
Penjelasan:
Hal ini mengandung pengertian bahwa hokum dan proses fisik yang
bekerja saat ini telah bekerja sejak waktu geologi meskipun dengan daya
kehebatan yang berbeda.
Dalam prinsif uniformitarianisme dari James Hutton dikomunikasikan
bahwa hokum dan proses fisik yang berlangsung pada waktu lampau
sama dengan yang bekerja saat ini. Pada kenyataannya hokum dan proses
fisik itu masing-masing mempunyai intensitas yang berbeda.
Konsep 2
Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam
perkembangan bentuk permukaan bumi.
Penjelasan:
Pada setiap daerah akan memperlihatkan struktur geologi masing-masing,
dimana struktur geologi ini akan berubah-ubah menurut tingkat
kedewasaannya. Dengan sendirinya perkembangan bentuk permukaan
bumi ini akan dapat dilihat melalui struktur geologi yang berkembang
pula.
Konsep 3
Pada bentuk lahan yang besar, permukaan bumi mempunyai relief
(tinggi/rendah permukaan) karena proses geomorfologi telah berlangsung
dengan hal yang berbeda.
Konsep 4
Proses geomorfik akan meninggalkan bekasnya di atas permukaan bumi
dan masing-masing proses geomorfik membentuk suatu kelompok bentuk
permukaan bumi sesuai dengan karakternya.
Konsep 5
Karena ada perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi,
maka dihasilkan urutan bentuk permukaan bumi yang mempunyai
karakteristik tertentu sesuai dengan tingakat perkembangannya.
Dalam hal ini akan didapatkan suatu bentuk lahan tertentu sesuai dengan
tingkatan yang bekerja (menurut orde). Misalnya :
Orde 1 (first order relief)
Merupakan bentuk-bentuk lahan terbesar yang terbentuk pada awal-awal
perkembangan bumi. Terdiri atas benua (pangea) dan cekungan dasar
laut.
Orde 2 (second order relief)
Merupakan bentuk-bentuk lahan terbesar yang terbentuk pada awal-awal
perkembangan bumi. Terdiri atas benua (pangea) dan cekungan dasar
laut.
Orde 3 (Third Order Relief)
Ditemukan relief berupa sisa pegunungan. Tenaga yang membentuknya
adalah tenaga eksogen.
Konsep 6
Evolusi geomorfik yang komplek lebih umum didapat dari pada bentuk
yang sederhana. Karena banyaknya proses geomorfologi yang terjadi,
maka bentuk-bentuk lahan dihasilkan tidak hanya disebabkan oleh satu
proses saja.
Misalnya: Adanya pegunungan kompleks, di mana di daerah itu terdapat
lipatan, patahan intrusi dan lain-lain.
Konsep 7
Sebagian kecil dari topografi bumi dibentuk lebih tua dari zaman Tersier
dan sebagian besar tidak lebih tua dari zaman Pleistosen. Hal ini
dikarenakan pada zaman Tersier banyak terjadi perubahan-perubahan
bumi.
Misalnya: Pada zaman Tersier terjadi aktivitas vulkanis.
Pada zaman Pleistosen sebagian air dipermukaan bumi membeku
(menjadi es).
Konsep 8
Interpretasi bentangan bumi pada saat ini tidak mungkin dilakukan tanpa
menilai pengaruh geologi dan perubahan iklim selama zaman pleistosen.
Konsep 9
Apresiasi penilaian iklim yang terjadi di dunia adalah sangat penting
untuk mengetahui perbedaan proses-proses geomorfik.
Konsep 10
Di dalam geomorfologi, walaupun terutama berkaitan dengan bentangan
bumi yang ada sekarang, tetapi untuk mengkaji hal-hal tersebut harus
meninjau masa lampau. Karena bentangan bumi yang ada sekarang
asalnya juga dari pembentukan masa lampau maka untuk meninjau
kembali kita tidak lepas dari sejarah pembentukannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses geomorfologi
Faktor fisik, yaitu iklim dan batuan.
Faktor iklim: suhu, kelembaban, curah hujan, angin, dan lama penyinaran
matahari.
Faktor batuan:
Struktur batuan, meliputi: mineral penyusun batuan, kekompakan batuan,
bidang perlapisan, sikap perlapisan batuan, kekar dan sesar.
Tekstur batuan, meliputi: tingkat kelolosan air dan mineral penyusun
batuan.
Faktor non fisik, yaitu: vegetasi penutup, manusia dan hewan.
PELAPUKAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelapukan:
Iklim,
Topografi,
Batuan,
Biota,
Waktu
Proses pelapukan ada 3 macam:
Pelapukan fisis (mekanis), disebabkan oleh:
Tekanan,
Suhu,
Pembentukan kristal garam, dan
Akibat aktivitas/kegiatan manusia.
Pelapukan yang menghasilkan fragmen batuan yang lebih kecil, namun
dengan komposisi kimia tetap.
Pelapukan Khemis, disebabkan oleh karena proses:
Hidrolisa,
Hidratasi,
Karbonasi,
Oksidasi dan masuknya koloid ke dalam batuan.
Pelapukan karena adanya perubahan susunan kimia pada batuan.
Pelapukan Organis
Pelapukan yang terjadi oleh aktivitas organisme, misal: cacing, rayap, dan
berbagai jenis serangga yang hidup di dalam tanah serta aktivitas
binatang dan manusia.
EROSI
Erosi adalah proses pengelupasan dan pengangkutan material
tanah atau batuan.
Faktor-faktor yang menentukan erosi:
Iklim (curah hujan),
Lereng,
Vegetasi penutup,
Batuan/tanah, dan
Pengelolaan
Tipe erosi permukaan:
Erosi percik (splash erosion) adalah proses terkelupasnya partikel-
partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau
sebagai air lolos.
Erosi lembar (sheet erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan
yang lebih dalam dan lebar dan merupakan tingkat lanjutan dari erosi
alur.
Lembah monoklinal,
Lembah antiklinal,
Lembah sinklinal,
Lembah sesar/patahan,
Lembah rekahan/joint.
Lembah superposed, yaitu lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang
tidak searah dengan kemiringan perlapisan batuan asal.
Lembah anteseden (antecedent), lembah yang dibentuk oleh aliran
sungai yang memotong struktur geologi, karena proses pengikisannya
lebih cepat daripada proses pengangkatan.
Pola Aliran Sungai
Pola Dendritik
Pola aliran yang terjadi pada daerah yang telipat kuat atau batuan
berlapis yang berdip, dan menunjukan suatu pola aliran yang paralel dan
biasanya mengikuti arah strike batuan.
Pola Rektanguler
Pola alirannya menyebar dan merupakan peralihan dari pola radial, karena
berkembang pada struktur melingkar/dome yang sudah terkikis kuat dan
adanya perbedaan resistensi pada perlapisan batuan. Sungai-sungai
subsekuen mengikuti pada zone yang kurang resisten.
Pola Barbed
Pola yang terbentuk pada daerah rawa atau dekat danau dengan bentuk
tidak teratur, terdapat kombinasi antara drainase permukaan dan bawah
permukaan.
Pola Contorted
Pola aliran ini mula-mula sungai utama mengalir ke satu arah kemudian
arahnya membalik ke arah hulu. Proses terjadinya kemungkinan karena
pengaruh retakan (fracture) pada batuan atau adanya blok-blok batuan
dengan berbagai kemiringan.
Pola Anguler
BAB III
PEMBAHASAN
D o l i n e
Doline merupakan suatu istilah yang mempunyai banyak sinonim antara
lain :s i n k , s i n k h o l e , c o c k p i t , b l u e h o l e , s w a l l o w h o l e , a t a u p u n
cenote. Doline i t u sendiri telah diartikan oleh Monroe, 1970
(dalam Dibyosaputro 1997) sebagais u a t u l e d o k a n a t a u l o b a n g
y a n g b e r b e n t u k c o ro n g p a d a b a t u g a m p i n g d e n g a n diameter
dari beberapa meter hingga 1 km dan kedalamannya dari beberapa
meter hingga ratusan meter. Berdasarkan genesisnya, doline dapat
dibedakan menjadi 4yaitu : doline reruntuhan, doline solusi, doline terban,
dan doline aluvial (Faniraandan Jeje 1983 dalam Dibyosaputro 1997).
U v a l a
Uvala ialah ledokan tertutup yang luas, yang terbentuk oleh
gabungan dari beberapa doline. Uvala mempunyai dasar yang tidak
teratur yang mencerminkan ketinggian sebelumnya dan karakteristik dari
lereng doline yang telah mengalami d e g r a d a s i serta lantai
dasarnya tidak serata polje (Whittow 1984 dalam
Dibyosaputro 1997).
2. B e n t u k l a h a n P o s i t i f
Pa d a p r i n s i p n y a t e rd a p a t 2 m a c a m b e n t u k l a h a n k a r s t y a n g
p o s i t i f y a i t u kygelkarst dan turmkarst.
Kygelkarst
Kygelkarst merupakan suatu bentuklahan karst tropik yang
didirikan oleh sejumlah bukit berbentuk ke r u c u t , yang
kadang-kadang d i p i s a h k a n oleh cockpit. Cockpit-cockpit ini
saling berhubungan satu sama lain dan terjadi pada suatu garis
yang mengikuti pola kekar (diaklas). Keygelkarst sering kali
disebut sebagai kerucut karst atau butte. Lereng bukit-bukit
initerdiri dari cliff dan endapan-endapan sebagai scree.
Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan manara
karst,mogotewill, pepinohill, atau pinacle karst. Turmkarst terdiri atas
perbukitan berlereng curam atau vertikal yang menjulang
tersendiri diantara dataran alluvial
To p o g r a fi karst mempunyai p e rm u k a a n yang ka s a r
a k i b a t d a r i d o m i n a s i adanya doline, uvala maupun polje serta
kubah-kubah kapur berupa bukit yang banyak. Di samping itu di
dalam permukaan bumi sering dijumpai adanya sungai bawah tanah, gua
dalam tanah, serta batu tetes yang menggantung di dinding gua
(stalagtit) dan batu tetes yang ada di dasar gua (stalagmit).
Mengingat bahwa did a e r a h karst banyak dijumpai baik
bentuklahan yang positif maupun n e g a t i f , maka akan
berpengaruh terhadap pola dan kerapatan kontur yang ada.
Bentuk- bentuk membulat dari doline, dan bentuk memanjang dan
uvala akan dicerminkan o l e h b e n t u k k o n t u r y a n g m e m b u l a t
dan memanjang yang tertutup. Dengan demikian maka
pada peta kont u r, pola kontur di daerah karst
m e m p u n y a i kenampakan spesifik yakni adanya kontur-kontur yang
bulat maupun memanjang dari doline maupun gabungan beberapa
doline (uvala) dan polje. Pada umumnya p o l a a l i r a n y a n g a d a d i
d a e r a h k a r s t m e r u p a ka n p o l a a l i r a n y a n g m e n g i ku t i diaklas
maupun joint dan kekar yang ada.
Potensi ekonomi di wilayah karst diantaranya endapan fosfat, terra
rossa, dan bahan bangunan. Di gua-gua sering terdapat onggokan
fosfat hasil reaksi kimiaantara kotoran burung penghuni gua
dengan karbonat. Endapan ini dapat dipakai 13 untuk bahan pupuk.
Bila batugamping sudah terlarut biasanya akan meninggalkan bagian-
bagian yang tidak dapat larut dalam air, oleh karena itu akan
terbentuk persenyawaan karbonat. Pada umumnya sisa-sisa ini
berkomposisi besi, berwarna merah atau merah coklat. Sisa-sisa ini
dinamakan terra rossa .
Terra rosa yangmengandung kadar besi tinggi ditambang
kandungan bijih besinya. Dewasa ini m a s i h d i p e r s o a l k a n u n t u k
p e n g a m b i l a n a l u m i n i u m y a n g B e n t a n g a l a m k a r s t terbentuk di
daerah batu gamping, oleh karena itu bahan bangunan batu
gamping mudah diperoleh baik untuk industri kecil (pembakaran
batu gamping) atau pun b a h a n semen. Pa t u t diperhatikan
ke m u n g k i n a n a d a n y a g u a - g u a y a n g s a n g a t memegang peranan
dalam perhitungan jumlah cadangan. Gua ini kadang-kadang t i d a k
tampak di p e rm u k a a n dan menyebabkan ke s a l a h a n
p e rh i t u n g a n j u m l a h cadangan. Pe re n c a n a a n tata letak
bangunan, jalan, ataupun waduk harus memperhatikan
kemungkinan adanya retak-retak yang mempermudah
pelarutan batugamping ataupun adanya gua-gua yang dapat
menggangu fondasi.
2. Perbukitan Denudasional
Karakteristik :
Topografi berbukit dan bergelombang
Lereng berkisar antara 15 55%
Perbedaan tinggi relief (relief local) antara 50 - <500m
Umumnya terkikis sedang hingga kecil, tergantung pada kondisi litologi,
iklim, vegetasi penutup baik alami maupun tataguna lahannya
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki
bentuk topografiskhas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan
struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu
kronologis tertentu.
Verstappen (1983) telah m e n g k l a s i fi k a s i bentuklahan
b e rd a s a r k a n g e n e s i s n y a m e n j a d i sepuluh klas utama. Kesepuluh
klas bentuklahan utama itu adalah sebagai berikut :
1. Bentuklahan asal structural
2. Bentuklahan asal vulkanik
3. Bentuklahan asal denudasional
4. Bentuklahan asal fluvial
5. Bentuklahan asal marine
6. Bentuklahan asal glacial
7. Bentuklahan asal Aeolian
8. Bentuklahan asal solusional (pelarutan)
9. Bentuklahan asal organik
10. Bentuklahan asal antropogenik.
Bentuk lahan asal vulkanik, merupakan bentuk lahan yang
terjadi akibat aktivitas gunung api, contohnya antara lain kerucut gunung
api, kawah, kaldera, medan lava.
Bentuk lahan asal denudasi, merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh proses degradasi seperti erosi dan longsor, contohnya bkit
sisa, peneplain, lahan rusak.
Bentuk lahan asal fluvial, merupakan bentuk lahan yang terjadi
akibat aktivitas sungai, contohnya antara lain dataran banjir, tanggul
alam, teras sungai. Karena sebagian besar sungai bermuara di laut maka
sering terjadi bentuk lahan akibat kombinasi proses fluvial dan marine.
Bentuk lahan asal marine, merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh proses laut seperti tenaga gelombang, pasang dan arus.
Contohnya gisik pantai (beach ridge), bura (spit), tombolo, laguna.
Bentuk lahan asal glasial, merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh aktivitas gletser (gerakan massa es), contohnya adalah
lembah menggantung (hanging valley), morena, drumlin.
Bentuk lahan asal aeolin, merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh proses angin, contohnya gumiuk pasir yang memiliki
berbagai bentuk seperti barchan, parabolik, longitudinal,
transversal,bintang.
Bentuk lahan asal solusional (pelarutan), merupakan bentuk
lahan yang dihasilkan oleh pelarutan batuan. Banyak terdapat pada
daerah kapur (karst), contohnya adalah kubah karst, dolina, uvala, polje,
gua karst.
Bentuk lahan asal organik, merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh aktivitas organisme contohnya adalah terumbu karang dan
pantai bakau.
Bentuk lahan asal antropogenik merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia contohnya kota, pelabuhan.
B. Saran
Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan penjelasan
tentang batuan sedimen. Untuk itu bagi pembaca agar mencari literatur
yang lebih lengkap.Untuk mahasiswa agar kiranya pembuatan makalah
seperti kami sebaiknya menyiapkan prossedur data yang lengkap sesuai
permintaan dosen, supaya hasilnya memuaskan.
Untuk Dosen agar lebih spesifik dalam menjelaskan agar mahasiswa
dapat mengerti dalam pembuatan makalah tentang batuan sedimen.
Meski kami telah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini
sempurna, namun, masih banyah kekurangan yang meski kami harus
benahi. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga orang yang
membantu dibalas oleh Allah SWT. Amien.
Diposkan oleh al azis3c di 04.17
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Poskan Komentar
Arsip Blog
2013 (3)
2012 (10)
o Desember (7)
o Oktober (3)
Mengenai Saya
al azis3c
Lihat profil lengkapku