Anda di halaman 1dari 62

Bentuk lahan Asal Proses Marine

Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik pada tebing
curam, pantai berpasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur. Aktivitas marine sering
dipengaruhi aktivitas fluvial sehingga sering disebut sebagai fluvio marine. Proses marine
mempunyai pengaruh yang sangat aktif pada daerah pesisir sepanjang pantai.
Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam
daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang
alam di daerah pantai. Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan
daerah pantai juga dipengaruhi oleh:
1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai
tersebut.
3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga
dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.
4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di
permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan,
patahan, dan sebagainya.
5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme
yang ada di laut.
PEMBAHASAN
A. BENTUK LAHAN ASAL PROSES MARINE
1. Pengertian Bentuk Lahan Asal Proses Marine
Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas/ gerakan air laut, baik pada
tebing, pantai berpasir, pantai berkarang, maupun pantai berlumpur. Gerakan tersebut
meliputi :
Pasang surut, naik turunnya permukaan laut setiap 6 jam 12,5 menit sehingga interval naik
turun memerlukan waktu 12 jam 25 menit. Pasang surut ini dapat mengerosi pantai apalagi
kalu bersama sama dengan gelombang / ombak.
Arus, aliran air laut yang disebabkan oleh angin, perbedaan suhu air laut dll.
Ombak sesuai dengan arah angin dapat mengerosi pantai. (abrasi).
Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga
dipengaruhi oleh:
Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai
tersebut.
Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga dari
luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.
Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di
permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan,
patahan, dan sebagainya.
Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang
ada di laut.
Di Indonesia, pantai yang ada pada umumnya dialih fungsikan sebagai tempat wisata
yang notabene dapat membantu tingkat pendapatan suatu wilayah. Apabila masyarakat
mengetahui bahwa garis pantai bisa mengalami perubahan, maka akan muncul pemikiran-
pemikiran agar pantai tersebut tetap bisa dinikmati keindahannya meskipun sudah mengalami
perubahan.

2. Pengertian Daerah Pantai


Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, karakteristik garis pantai dapat dibedakan
menjadi beberapa pengertian, yaitu:
Pantai (Shore)
Shore adalah daerah peralihan antara permukaan air tertinggi dan terendah. Shore line (garis
pantai), jalur pemisah yang relatif berbentuk baris dan merupakan batas antara daerah yang dicapai
air laut dan yang tidak bisa dicapai.
Garis Pantai (Shoreline)

Shoreline adalah garis yang membatasi permukaan daratan dan permukaan air. Garis batas ini
selalu berubah-ubah sesuai dengan permukaan air laut. Garis pantai tertinggi terjadi pada saat
terjadi pasang naik setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai terendah terjadi pada saat
terjadi pasang surut serendah-rendahnya.
Pantai Depan (Foreshore)
Foreshore adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara garis
pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah.
Pantai Belakang (Backshore)
Backshore adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan (foreshore)
dengan garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya akan tergenang air apabila terjadi
gelombang pasang yang besar. Dengan demikian daerah ini akan kering apabila tidak terjadi
gelombang pasang yang intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini biasanya terdapat pada
daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau Jawa.

5. Pesisir (Coast) dan Garis Pesisir (Coastline)

Coast adalah daerah pantai yang tidak menentu dan cenderung meluas ke daratan.
Sedangkan coastline adalah garis batas laut yang tetap dari pesisir. Daerah pesisir ini
mempunyai kemiringan lereng yang landai dengan luas yang tidak begitu besar pada daerah
tepi pantai yang sebagian besar merupakan daerah pantai terjal.

6. Endapan Pantai (Beaches)


Beaches merupakan endapan hasil kegiatan laut yang terdapat di pantai. Menurut
tempat terjadinya, beaches ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Endapan bawah pantai depan (lower forest beach), merupakan jenis endapan yang terdapat
di bagian bawah pantai depan. Endapan ini juga merupakan hasil dari kegiatan gelombang
dan arus litoral.
b. Endapan atas pantai depan (upper foresher beach), merupakan jenis endapan pantai yang
terdapat pada bagian atas pantai depan. Endapan pantai ini terbentuk karena hasil kegiatan
gelombang.
c. Endapan pantai belakang (backshore beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat
pada pantai belakang yang sempit. Endapan pantai ini merupakan gabungan dari hasil
kegiatan gelombang yang besar, aliran air dari gelombang pasang naik setinggi-tingginya,
angin, serta aliran sungai yang membawa material batuan ke pantai belakang tersebut.

1. Klasifikasi Pantai
Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan.
Perbedaan dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan
gelombang dan arus laut.

Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:


1. Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air
mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut
pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air yang sekarang.
Untuk mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari
keadaan pantainya. Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman
pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar. Selain itu,
penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan. Hal ini terjadi karena
permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang
juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut. Pengaruh ini sangat terlihat di daerah
pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang
tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang
berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut
antara lain:
a. Lembah sungai yang tenggelam
Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan
pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang
disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
b. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam
Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong.
Fjords atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari
bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-
tingkat, lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini
terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini
banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami
pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan
sebagainya.

d. Bentuk pengendapan sungai


Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
(1) Delta, yaitu endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut;
(2) Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah
sungai mengalami banjir;
(3) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga, biasanya terdapat di
daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan delta, serta sungainya
tidak bercabang-cabang.
e. Bentuk pengendapan glasial
Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.
f. Bentuk permukaan hasil diastrofisme
Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan),
fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks.
Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben akan
langsung menjadi pantai.
g. Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api
Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu: (1) Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang
menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke luar; (2) Merupakan hasil kegiatan
aliran lava (lava flow), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar.
2. Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)
Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan
permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang terdapat
di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:
a. Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat
Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai
terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
b. Terdapatnya teras-teras gelombang
Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di
mana teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air
c. Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena
adanya pengangkatan dasar laut.
d. Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.
e. Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan
bentang lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila
dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai yang
terbentuk akan kelihatan lurus.
3. Pantai yang Netral (Neutral shoreline)
Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya
pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk
pasir, dan jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).
4. Pantai Majemuk (Compound shorelines)
Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam
suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan
sebagainya.

Daerah pesisir pantai merupakan daerah pantai dan sekitarnya yang masih terkena aktivitas
marine. Johson (dalam Lobeck, 1939) mengenalkan 4 kelas yaitu :
Klasifikasi pantai menurut Johnson (1919 Vide Thornbury, 1964), berdasarkan genesa dibagi
menjadi 4 macam pantai yaitu:
a. Pantai tenggelam (submergence coast), pantai tenggelam (submergence coast) ini terjadi
karena tenggelamnya daratan atau naiknya muka air laut.
Cirri-ciri pantai tenggelam:
- Di muka pantai ada pulau
- Garis pantai tidak teratur
- Teluk dalam
- Lembah-lembah turun
Contoh : Pantai Ria (terjadi akibat erosi fluvial)
Pantai Fjord (terjadi akibat glasiasi)
b. Pantai naik (emergence coast), pantai ini terjadi akibat majunya garis pantai atau turunnya
muka air laut.
Ciri-ciri pantai naik:
- Di muka pantai terbentuk undak-undak pantai dan gosong pasir atau tanggul-tanggul.
- Garis pantai relatif lurus
- Relief relatif rendah
c. Pantai netral, adalah pantai yang tidak mengalami penenggelaman atau penurunan.
Ciri-ciri pantai netral:
- Garis pantai relatif lurus
- Pantai landai, ombak tidak besar
- Kadang-kadang terbentuk delta, bila suplai material melimpah
Contoh: Pantai delta
Pantai volkanik
Pantai terumbu koral
Pantai campuran (compound)
Ciri-ciri pantai campuran:
- Pantai menunjukan undak pantai
- Lembah tenggelam, akibat turun dan naiknya muka air laut.

4. Bentukan Lahan Asal Proses Marine


**Cliff
Pantai Cliff sering disebut dengan pantai yang menggantung. Terjadi karena proses erosi
oleh ombak air laut atau abrasi. Ombak yang terbentuk karena hembusan angin menyebabkan
air laut beriak dalam ukuran besar dan bergulung-gulung menuju tepi pantai yang berbatasan
langsung dengan pantai yang curam. Ombak ini menghantam pantai yang curam setiap saat
dan membuat pantai tersebut hancur sedikit demi sedikit hingga membentuk kenampakan
seperti gambar di atas.

Pantai Compound
Pantai ini terjadi akibat dari terjadinya proses yang berulang kali mengalami perubahan relatif
muka air laut (naik dan turun). Pantai ini juga disebut sebagai pantai majemuk.
Berdasarkan morfologinya daerah pesisir pantai dapat dikelompokkan menjadi sebagai
berikut :
Pantai bertebing terjal (cliff)

Pantai bertebing terjal merupakan bentuk lahan hasil bentukan erosi marin
yang paling banyak terdapat. Bentukan dan roman cliff berbeda satu d e n g a n y a n g
l a i n n y a , k a r e n a d i p e n g a r u h i oleh struktur batuan, dan jenis batuan serta sifat
batuan. Cliff pada batuan beku akan lain dengan cliff pada batuan sedimen. Pelapisan
batuan sedimen misalnya akan berbeda dengan pelapisan yang miring dan pelapisan
mendatar. Sebatas daerah di atas ombak, umumnya tertutup oleh vegatasi,
sedangkan bagian bawahnya umumnya berupa singkapan batuan. Aktivitas pasang surut
Dan gelombang mengikis bagian tebing, sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti:
a. Tebing (cliff )
b. Tebing bergantung (notch)
c. Rataan gelombang pasang surut
Pantai bergisik

Pantai bergisik ini pada dasarnya merupakan daerah pasang surut yang terdapat
endapan material h a s i l a b r a s i . M a t e r i a l i n i d a p a t b e r u p a material halus dan
juga bisa berupa material yang kasar. Namun pantai bergisik tidak saja terdapat pada
pantai cliff, tetapi juga bisa terdapat pada daerah pantai yang landai.Pada pantai yang landai
material gisik ini kebanyakan berupa pasir ,dan sebagaian kecil berupa meterial dengan
butiran kerikil sampai yang lebih besar. Pada umumnya material pasir suatu gisik
pantai berasal dari daerah pedalaman yang di bawah air sungai ke laut,kemudian
diendapkan oleh arus laut sepanjang pantai. Gisik seperti ini dapat dijumpai di sekitar Muara
sungai

Pantai berawa payau

Rawa payau juga mencirikan daerah pantai yang tumbuh atau akresi (accretion).
Proses sedimentasi merupakan penyebab bertambahnyamajunya pantai ke arah laut.
Material penyusun umumnya berbutir halusdan medan ini berkembang pada lokasi
yang gelombangnya kecil atau terhalang serta dengan kondisi air laut yang relatif
dangkal. Karena airnya p a y a u , maka daerah ini kemungkinan untuk
pengembangannya sangat terbatas. Rawa payau ini pada umumnya ditumbuhi oleh
tumbuhan rawa payau seperti bakau, nipah, dan tumbuh-tumbuhan rawa lainnya yang hidup
di air payau. Tumbuhan bakau ini dapat berfungsi sebagai pemecah g e l o m b a n g d a n
s e b a g a i penghalang pengikisan di pantai, sebaliknya sedimentasi bisa terjadi. Oleh
karena itu pantai mengalami akresi. Peranan b a k a u d i d a l a m m e r a n g s a n g
p e r t u m b u h a n p a n t a i t e r b u k t i j e l a s j i k a bakaunya hilang/mati, ditebang habis,
maka yang terjadi adalah sebaliknya yaitu pantai mengalami erosi
Pantai berterumbu karang.

Terumbu karang (coral reef) terbentuk oleh aktivitas binatang karangdan jasad renik
lainnya.
Proses ini terjadi pada areal-areal yang cukup luas.

5. Topografi Pantai
Erosi gelombang sangat mempengaruhi terjadinya garis pantai. Banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya erosi gelombang, misalnya ukuran dan kekuatan gelombang,
kemiringan lereng dan ketinggian garis pantainya, komposisi batuannya, kedalaman airnya,
serta lamanya proses tersebut berlangsung.
Apabila gelombang di laut dalam menghempas pantai yang curam, maka sebagian besar
air akan membalik kembali ke laut dan mengerosi lereng kliff tersebut dan naik dari
permukaan air yang dangkal.
1. Kekuatan Gelombang
Gelombang pasang yang menghempas pantai merupakan penyebab pengikisan
gelombang secara langsung. Bekas-bekas pengikisan gelombang tersebut menyebabkan
semakin besarnya kekuatan gelombang.
2. Kenampakan Hasil Kerja Gelombang
Seperti halnya tenaga pengikis yang lain, tenaga gelombang juga dapat menyebabkan
pengendapan selain menyebabkan pengikisan, sehingga di satu sisi menebabkan kerusakan
pantai dan di sisi yang lain akan menyebabkan berkembang atau terbentuknya garis pantai.
Ada beberapa kenampakan bentang lahan hasil kegiatan gelombang, yaitu:
a. Goresan gelombang pantai
Bekas dari gelomang di pantai akan terlihat jelas apabila struktur batuan yang menyusun
pantai tersebut tidak seragam. Batuan yang mudah tererosi akan lebih cepat terkikis bila
dibandingkan dengan batuan yang resisten. Kenampakan ini banyak dijumpai pada pantai
yang berusia tua.
b. Pantai curam (kliff) dan teras-teras pantai
Apabila dinding pantai kliff yang tersusun dari jenis batuan yang tidak tahan erosi
dihantam gelombang yang cukup tinggi, maka batuan tersebut tidak hancur sekaligus.
Sebagian material batuan akan menumpuk di bagian bawah dan dapat mempengaruhi kerja
dari gelombang. Apabila tumpukan material tersebut mengalami pengikisan, maka tanah
pantai kliff tersebut akan mengalami longsor (landslide) secara vertikal sehingga terbentuk
teras-teras gelombang. Lebar teras gelombang itu sendiri tergantung pada faktor-faktor
penyebab erosi gelombangnya. Semakin kuat gelombangnya, maka teras-teras gelombangnya
akan bertambah lebar.

3. Kenampakan Hasil Pengendapan Gelombang


Kenampakan bentang lahan hasil pengendapan gelombang ada beberapa macam, yaitu:
a. Gisik (beach)
Gisik merupakan suatu bentuk pengendapan yang terjadi di pantai. Gisik terletak tinggi di
atas pantai belakang atau pada posisi lainnya pada pantai depan. Kadang-kadang gisik ini
terlihat seperti jembatan yang bertingkat-tingkat turun ke arah laut. Material pada gisik ini
terdiri dari kerikil yang bulat-bulat, kerikil yang kasar (gravel), dan pasir.
b. Penampang gisik yang seimbang
Apabila dalam perkembangannya pantai yang tenggelam mencapai tingkatan gisik yang
lebar dan memencarpada pantai depan, maka akan terjadi keseimbangan antara tenaga erosi
dan pengangkutan yang berasal dari gelombang dari proses pengendapan arus bawah serta
arus pantai yang lain. Apabila proses penyeimbangan ini terjadi, maka lereng akan terlihat
bertingkat-tingkat sesuai dengan arah arus ke laut. Inilah penampang melintang pantai yang
mengalami keseimbangan. Jenis pantai ini biasanya berbentuk cembung ke atas dan
bertingkat-tingkat ke arah daratan.
c. Gisik puncak (cusped beaches)
Gisik puncak ini terbentuk akibat kegiatan gelombang. Pada sisi yang mengarah ke laut
dari beberapa gisik terdapat endapan pasir, kerikil, atau batu-batu besar yang seragam. Di
bagian bawah terdapat semacam bukit kecil yang merupakan puncak gisik yang berbentuk
agak cembung.
d. Gosong pasir (offshore bars) atau penghalang (barrier)
Apabila dataran hasil kegiatan gelombang terbentuk cukup luas dan di daerah ini terjadi
proses sedimentasi yang juga luas, maka gelombang badai yang cukup besar mampu
memecah daratan dan akan membentuk semacam jembatan yang arahnya sejajar dengan garis
pantainya. Endapan yang terlihat seperti jembatan ini disebut penghalang (barrier), ambang
(bar), atau gosong pasir (offshore bars).
6. Proses Terbentuknya Pantai
Tenaga yang mempengaruhi proses pembentukan pantai, baik secara langsung maupun
tidak langsung ada beberapa macam, yaitu gelombang laut, arus litoral, pasang naik dan
pasang surut, tenaga es, dan kegiatan organisme laut.
Gelombang Air Laut

Gelombang dapat terjadi dengan beberapa cara, misalnya longsoran tanah laut, batu yang
jatuh dari pantai curam, perahu atau kapal yang sedang lewat, gempa bumi di dasar laut, dan
lain sebagainya. Diantaranya adalah gelombang yang disebabkan oleh angin. Angin akan
berhembus dengan kencang apabila terjadi ketidakseimbangan tekanan udara. Karena tekanan
yang tidak sama di permukaan air itulah yang menyebabkan permukaan air berombak.
Adanya gelombang ini sangat penting dalam perkembangan garis pantai.
Arus Litoral

Selain gelombang air laut, arus litoral juga merupakan tenaga air yang sangat penting
pengaruhnya dalam pembentuka garis pantai. Pengaruh arus litoral terhadap perkembangan
garis pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tekanan atau kekuatan angin, kekuatan
gelombang laut, kedalaman air, dan bentuk pantainya. Apabila bentuk pantainya landai dan
proses pengendapannya cukup besar, maka arus litoral mempunyai pengaruh yang sangat
penting sebagai tenaga pengangkut. Pada daerah pantai yang tersusun dari batuan yang tidak
kompak, proses erosi akan bekerja sangat intensif. Jika hasil pengendapan terangkut dari
permukaan air yang dangkal menuju permukaan air yang lebih dalam, maka arus litoral
merupakan tenaga yang sangat efektif dalam proses pengendapan di pantai.
Pasang Naik dan Pasang Surut

Pengaruh pasang-surut yang terpenting terhadap pembentukan pantai adalah naik-


turunnya permukaan air laut dan kekuatan gelombangnya. Apabila gelombang besar terjadi
pada saat pasang naik akan merupakan tenaga perusak yang sangat hebat di pantai. Arus air
yang ditimbulkan oleh pasang naik dan pasang surut akan bergerak melalui permukaan
terbuka dan sempit serta merupakan tenaga pengangkut endapan daratan yang sangat intensif.

Tenaga Es

Pengaruh tenaga es yang terpenting yaitu adanya pengkerutan es dan pemecahan atau
pencairan es. Air yang berasal dari bawah akan naik dan mengisi celah-celah dan akhirnya
akan membeku. Apabila terjadi perubahan iklim, maka es akan mencair sehingga permukaan
airnya akan bertambah besar.
Organisme

Jenis binatang laut yang sangat penting dalam proses pembentukan garis pantai beserta
perubahannya salah satunya yaitu binatang karang. Binatang karang yang paling banyak
membentuk batuan karang ialah golongan polyps. Polyps merupakan jenis binatang karang
yang sangat kecil yang hidup dengan subur pada air laut yang memiliki kedalaman antara 35-
45 meter.
Jenis makhluk hidup lain yang berpengaruh pada perkembangan pantai ialah tumbuh-
tumbuhan ganggang (algae). Ganggang merupakan jenis mikro flora yang dapat membantu
pengendapan dari larutan yang mengandung kalsium karbonat menjadi endapan kapur.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/38301287/GEOMORFOLOGI
http://www.scribd.com/doc/77979553/Morfologi-Pantai
http://www.scribd.com/doc/77502101/Geomorfologi-Pantai
Modul mata kuliah Geomorfologi dasar Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri
Medan

Lahan aeolian merupakan lahan yang terjadi karena bentukan asal proses angin dan
gabungan pelapukan dengan aliran air (Herlambang, 2009). Di mana dalam proses terjadinya
melalui pengikisan, pengangkutan, dan juga pengendapan. Pengikisan oleh angin seperti
halnya air yang mengalir, adapun sebagai kekuatan untuk mengikis adalah pasir yang
halus. Istilah aeolian berasal dari nama dewa Yunani, olus, penjaga angin . Aeolian (atau
Eolian atau Aeolian) berkaitan dengan proses aktivitas angin dan lebih khusus lagi, kepada
angin kemampuan untuk membentuk permukaan bumi dan planet-planet. Angin dapat
mengikis, mengangkut, dan mengendapkan, bahan-bahan material di daerah yang jarang
terdapat vegetasi dan wilayah sedimen yang luas. Meskipun air jauh lebih kuat daripada
angin, proses aeolian merupakan proses yang penting pada daerah kering seperti gurun.
(Wikipedia).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk lahan aeolian adalah bentuk
lahan yang terbentuknya akibat proses angin. Yang mana memiliki kemampuan untuk
mengikis, mengangkut, dan mengendapkan material-material pasir ataupun debu.
Syarat-Syarat Berkembangnya Lahan Aeolian

1. Tersedia material berukuran pasir halus-kasar dalam jumlah banyak.

2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.

3. Adanya angin yang mampu mengangkat dan mengendapkan bahan pasir tersebut.

4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi/objek lain.

Endapan angin terbentuk karena pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan bahan-bahan


tidak kompak oleh angin.

Proses Terbentuknya Lahan Aeolian

A. Pengikisan oleh Angin


Angin mengikis permukaan bumi melalui deflasi, eddy turbulensi, dan abrasi.

1. Deflasi (deflation)
Proses deflasi merupakan gerakan tiupan angin yang membawa materi batuan, baik
berupa debu halus, pasir, maupun materi yang kasar dan berat. Proses ini sering terjadi di
daerah yang merupakan tempat terkumpulnya pasir, misalnya di basin kecil atau pada bukit
pasir. Deflasi cenderung menyebabkan terbentuknyaa formasi-formasi baru di daerah depresi.
Dibandingkan dengan erosi air atau sungai keadaannya berlawanan, erosi air di daerah yang
berelief tinggi sangat kuat, sebaliknya erosi angin/deflasi di daerah cekungan/basin sangat
kuat.
Deflasi hanya dapat terjadi setelah materi batuan mengalami pencucian dan kemudian
dibawa ke tempat yang kebih rendah. Materi yang diendapkan tersebut pada umumnya
berupa butiran halus sehinnga mudah menglami deflasi.
2. Korasi (corrasion)
Korasi angin dapat menimbulkan beberapa bentuk atau bentang alam yang sangat
luas. Gerakannya hanya dapat terjadi di dekat permukaan tanah. Ini terjadi karena angin tidak
dapat mengangkut pasir ke tempat yang lebih tinggi lagi.
Berdasarkan kerjanya korasi dapat dibedakan :
a. Polishing dan pitting
Gerakan angin yang membawa/disertai pasir disebut dengan polishing. Gerakan angin yang
membawa pasir mempunyai kemampuan untuk melubangi batuan, kemampuan untuk
melubangi batuan ini disebut dengan pitting.
b. Grooving dan shaping
Batuan yang telah berlubang sebagai akibat kekuatan pitting akan terus mengalami proses
pembentukan lubang sehingga makin lama makin besar dan dalam. Proses melubangi secara
terus-menerus sehingga menjadi lubang yang besar dan dalam disebut dengan grooving.
Batuan yang berlubang-lubang besar tersebut kemudian berubah menjadi pecah-pecah dan
berkeping-keping. Proses terjadinya pecahan dan keping-keping ini disebut shaping.
c. Faceting
Batuan yang telah berkeping-keping berubah menjadi lebih kecil lagi. Proses perubahan
batuan menjadi bagian lebih kecil disebut dengan faceting.
Kecepatan korasi terhadap massa batuan di daerah kering sangat tergantung dari tingkat
kekerasan batuan dan kekuatan angin itu sendiri.

B. Pengangkutan oleh Angin


Materi batuan yang mudah terangkut oleh angin adalah materi-materi halus, misalnya
debu. Materi yang halus ini akan diterbangkan angin sampai ke tempat yang cukup jauh.
Adapun jenis-jenis gerakan pengangkutan materi oleh angin adalah:

1. Suspensi (suspension)
Merupakan gerakan vertikal tiupan angin yang mampu mengangkut materi-materi
halus ke tempat yang lebih jauh. Gerakan ini tidak besar peranannya dalam mengangkut pasir
karena kemampuan mengangkut ke atas sangnt terbatas.
Pada saat angin mengangkut debu kadang-kadang disertai dengan gerakan turbuler.
Kecepatan angin tidak selalu tetap tetapi selalu mengalami variasi periode yang pendek
sehingga menyebabkan adanya tekanan angin. Tekanan angin ini menyebabkan udara
berputar ke segala arah, putaran udara ke segala arah inilah yang dapat menyebabkan
terjadinya gerakan suspensi.

2. Saltasi (saltation)
Yaitu gerakan meloncat materi butiran yang disebabkan oleh tabrakan dan pantulan
angin yang bermuatan pasir. Gerakan saltasi secara langsung disebabkan tekanan angin
terhadap butiran pasir, pasir yang ditiup angin pada umumnya mempunyai gerakan saltasi.

3. Rayapan permukaan (surface crep)


Gerakan rayapan permukaan disebabkan oleh karena tubrukan materi butiran oleh
gerakan saltasi. Terjadinya tubrukan materi butiran ini secara teratur, tetapi kadang-kadang
juga tersebar menjadi pecahan-pecahan di atas tempat jatuhnya pasir. Oleh karena benturan
ini gerakan materi butiran menjadi lambat yang selanjutnya menjadi rayapan
permukaan.Kadang-kadang angin yang mengangkut debu atau pasir bergerak berputar seperti
spiral, gerakan seperti ini disebut dengan badai debu.

C. Pengendapan oleh Angin


Proses pengendapan ini terjadi apabila butiran yang telah terbawa angin tadi jatuh
setelah gerakan menjadi lambat. Selain karena kecepatan yang menjadi lambat, pengendapan
juga dapat terjadi karena butiran yang terbawa oleh angin mengalami benturan terhadap
permukaan kejadian ini sebagai hasil dari proses saltasi dan rayapan tanah. Apabila butiran
tersebut tidak membentur permukaan dan terus terbawa angin, maka butiran tersebut akan
mengalami gerakan sepanjang permukaan hingga menemukan tempat mengendap, pada
umumnya tempat pemberhentian tersebut berupa cekungan. Bentuk endapan dari proses ini
tidak datar atau halus tetapi bergelombang. Setelah mengendap butiran-butirabn tersebut
mengumpul menjadi suatu bentuk lahan yang baru.

Bentuk Lahan Hasil Aeolian

A. Bentuk Lahan Hasil Erosi Angin


1. Desert pavement (pebble armor)

yaitu permukaan yang terdiri atas batuan kerikil dan kerakal di


daerah gurun, sebagai akibat bahan-bahan halus mengalami deflasi.
2. Blow out,

cekungan di daerah gurun sebagai akibat deflasi pada materi


hasil pelapukan di permukaan yang berukuran halus.

3. Ventifact

permukaan batuan yang menjadi rata karena korasi, terutama yang berukuran halus (debu dan
liat) yang terbawa oleh angin.

4. Dreikanter,

seperti ventifact tetapi bentuknya piramida karena arah angin berubah-ubah (dari tiga sisi).
5. Groove
merupakan alur-alur memanjang pada permukaan batuan karena erosi angin.
6. Yardang

merupakan pegunungan memanjang dan paralel (tinggi< 10m,


panjang -100m ) berkembang di daerah bebatuan lunak.

Bentuk-Bentuk Hasil Pengendapan Angin

Aktivitas angin dalam mengendapkan material dipengaruhi oleh kecepatan angin,


rintangan (batu, vegetasi), dan material yang dibawa oleh angin.

1. Loess
yaitu endapan oleh angin berupa debu, pada umumnya berwarna kekuningan, tersusun dari
berbagai mineral tidak berlapis-lapis tetapi cukup kuat terikat.
2. Endapan pasir,ada beberapa tipe yang ditentukan oleh jumlah pasir dan vegetasi:
a. Sand sheet adalah hamparan pasir tipis yang menutup daerah relatif datar, permukaannya
tidak bergelombang.
b. Ripple (riak) adalah endapan pasir yang permukaannya bergelombang, tinggi bervariasi
1-500mm, panjang 50-300m. endapan pasir tebal yang permukaannya bergelombang ripple
tetapi lebih besar disebut undulasi; yang tingginya sampai 400m dan panjang 4km disebut
draa (Mcgadune).
c. Sand shadow, adalah timbunan pasir di belakang suatu rintangan, seperti semak-
semak/batu.
d. Sand fall adalah timbunan pasir di bawah cliff atau gawir.
e. Sand drift yaitu timbunan pasir pada suatu gap/celah antara dua rintangan.

3. Gumuk pasir (dunes) adalah gundukan bukit/igir dari pasir yang teerhembus angin.
Gumuk pasir mempunyai penampang tidak simetri, kemiringan lereng pada arah datangnya
angin 5 sampai dengan 10 dan arah membelakangi arah angin 30 sampai dengan 34.
Apabila tidak ada stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah datangnya
angin.
Pada umumnya gumuk pasir terdapat di daerah:
1. Mempunyai pasir sebagai material utama.
2. Kecepatan angin tinggi, untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir.
3. Permukaan tanah yang tersedia untuk pengendapan pasir.
Selain itu gumuk pasir juga terdapat di:
1. Gisik pasir dengan angin pantai
2. Dekat sungai yang dasarnya pasir
3. Daerah yang mempunyai musim kering
4. Daerah gurun yang mengalami penghancuran batuan
5. Endapan glasial dan dasar danau glasial pasiran.

Gumuk pasir dapat dibedakan menjadi:


a. Gumuk pasir sabit (barchan), sisi yang menghadap arah angin landai dan yang di
belakang (slip face) terjal. Penampang gumuk tidak simetri pada puncaknya, tetapi berangsur-
angsur menjadi hampir simetri pada tanduknya. Ketinggian 5-15m maksimum 30m.
Berkembang di daerah yang vegetasinya terbatas.
b. Gumuk pasir melintang (transversal dunes), posisi melintang arah angin/ tegak lurus
arah angin. Terbentuk pada daerah yang banyak cadangan pasirnya dan sedikit tumbuhan.
Sering meliputi daerah luas dan berkembang berbentuk seperti ombak dengan punggung
melengkung dan melintang tegak lurus arah angin. Penampang tidak simetri, lebar tujuh kali
ketinggian. Ketinggian 5-15m maksimum 100m. dapat berubah menjadi sabit apabila sumber
pasirnya berkurang.

c. Gumuk pasir parabolik (parabolic dunes), berbentuk sabit dengan tanduk yang panjang
ke arah datangnya angin. Terbentuk di mana vegetasi menahan bagian tanduk.
Memungkinkan bagian tengah gumuk berpindah dan menghasilkan gumuk berbentuk jepit
rambut. Penampang tidaksimetri pada puncak dan hampir simetri pada tanduk, sisi belakang
gumuk lebih curam daripada sisi depannya. Gumuk tidak mudah berpindah, dengan
ketinggian 1:15m. Gumuk pasir parabolik dapat terbentuk karena blow out.

d. Gumuk pasir memanjang (longitudinal dunes/seif), berupa gundukan pasir yang hampir
klurus sejajar arah angin. Terjadi karena pengaruh angin yang kuat terkumpul dan berhembus
dengan arah tetap. Penampang gumuk simetris, ukuran lebar beberapa kali ketinggian.
Ketinggian <15m,panjang beberapa kilometer, pada gurun yang luas ketinggian mencapai
200m dan panjang 300km. Gumuk pasir memanjang di gurun seperti di atas disebut seif.
Ukuran partikel material pada gumuk pasir ini mempunyai kisaran 0,05-0,5mm karena sortasi
angin sangat baik.

e. Whaleback dunes, adalh gumuk pasir longitudinal yang sangat besar, puncaknya datar
dan di atasnyadapat terbentuk barchan, dan seif, kecil-kecil.

sumber:

Herlambang, Sudarno. 1991. Proses Geomorfologi. Malang: Universitas Negeri Malang.


Herlambang, Sudarno.2009. Dasar-Dasar Geomorfologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
http://adityamulawardhani.blogspot.com/2009/02/bentang-alam-eolian.html
http://www.physicalgeography.net/fundamentals/10ah.html

BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL

1. DEFINISI BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL


Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti
proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan
sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa
batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi
(Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan
permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi. . Denudasi
meliputi dua proses utama yaitu Pelapukan dan perpindahan material dari bagian lereng atas
ke lereng bawah oleh proses erosi dan gerak massa batuan (masswashting).

Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan dan atau
dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material. Pelapukan dapat dibagi manjadi
pelpukan fisik, dan pelapukan biotic. Pelapukan fisik merupakan proses pecahnya batuan
menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa diikuti oleh perubahan komposisi kimia batuan.
Perubahan kimia merupakan proses berubahnya komposisi kimia batuan sehingga
menghasilkan mineral sekunder. Factor pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas
organism, topografi, dan iklim. Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan
bentuklahan dedasuonal M. W. Davis mengemukakan adanya3 faktor yang mempengaruhi
perkembangan bentuklahan struktur geologi, proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya
factor tersebut maka dalam evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium
muda, stadium dewasa, stadium tua.

Proses denudasi merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan bumi yang
disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa pelapukan
yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan gerakan massa.
Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak
berstruktur. Proses degradasi menyebabkan agradasi pada lerengkaki perbukitan
menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses denudasional
terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut
satuan struktural denudasional.

Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan lereng,
curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak kontinyu.
Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai kasar
tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur, banyak
lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau kebun
campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit dan
terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.

Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan atau gunung
dengan batuan yang lunak (akibat proses pelapikan) dan beriklim basah, sehingga bentuk
strukturnya tidak nampak lagikarena adanya gerakan massa batuan. Pembagian bentuk lahan
denudasional dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan mempertimbangkan : batuan, proses
gerak massa yang terjadi dan morfometri.

- Ciri-Ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional

v Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.


v Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.

v Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.

v Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan
bentuk lahan.

v Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi
terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.

2. Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional.

Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan/sedimentasi.

Pelapukan

Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca,
sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis
dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan
diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut
Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan
terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.

Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat pada
bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat,
karena telah berjalandalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah
terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya sangat tipis,
bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan hasil
pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita kenal ini adalah
merupakan hasil pelapukan batuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:

a. Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan retakan). Batuan
yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan
batuan yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :

- Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah

- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.

b. Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi pelapukan.Contoh :

- Iklim kering, jenis pelapukannya fisis

- Iklim basah, jenis pelapukannya kimia

- Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik.


c. Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar terhadap proses
pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena:

- Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan
membesar menyebabkan batuan pecah.

- Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat
mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat pula
membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan
mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada
batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat besar
pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan proses pelapukan
terdapat hubungan yang timbal balik.

d. Topografi

Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah
hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.

- Jenis-jenis pelapukan

Pelapukan fisik (mekanis), yaitu pelapukan yang disebabkan oleh perubahan volume
batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan (berkurangnya tekanan,
insolasi, hidrasi, akar tanaman, binatang, hujan dan petir), atau karena interupsi kedalam pori-
pori atau patahan batuan.

Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan yang ditimbulkan oleh reaksi kimia terhadap massa
batuan. Air, oksigen dan gas asam arang mudah bereaksi dengan mineral, sehingga
membentuk mineral baru yang menyebabkan batuan cepat pecah. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi intensitas pelapukan kimiawi yaitu:

o Komposisi batuan

Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dana gas asam arang, ada juga yang
sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang akan cepat
lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan asam arang.

o Iklim

Daerah yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya ilim hujan tropis akan
mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.

o Ukuran batuan

Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti makin
cepat pelapukannya.

o Ukuran batuan
Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti makin
cepat pelapukannya.

Pelapukan organik yaitu pelapukan yang disebabkan oleh mahkluk hidup, seperti lumut.
Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi.
Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang
dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang
dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak
batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam
pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambanga.

Gerakan massa batuan (mass wasting)

yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh pengaruh
gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang menganggap masswasting itu
sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang memisahkannya. Hal ini mudah difahami
karena memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat
batuan itu turut bekerja.

Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada batuan
yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah sedikit dan
fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu memperlancar
gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa
batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi.
Faktor-faktor pengontrol mass wasting antara lain:

a. Kemiringan lereng,

Makin besar sudut kemiringan lereng dari suatu bentuk lahan semakin besar peluang
terjadinya Mass Wasting, karena gaya berat semakin berat pula.

3. Relief lokal,

Terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar, misal kubah, perbukitan
mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya Mass Wasting.

4. Ketebalan hancuran batuan(debris) diatas batuan dasar,

Ketebalan hancuran batuan atau Debris diatas batuan dasar makin tebal hancuran batuan yang
berada diatas batuan dasar, makin besar pula peluang untuk terjadinya Mass Wasting, karena
permukaan yang labil makin besar pula.

5. Orientasi bidang lemah dalam batuan

Pada umumnya Mass wasting akan mengikuti alur bidang lemah dalam batuan, karena
orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk lebih dahulu kemudian materi yang lapuk akan
bergerak.
6. Iklim

Kondisi iklim disuatu daerah akan mempengaruhi cepat atau lambatnya Mass wasting.

3. Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasioal

1. Pegunungan Denudasional

Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam
(55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500
m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng dominan
adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).

2. Perbukitan Denudasional

Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%,
perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil tergantung
pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna lahan. Salah satu
contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau tersebut merupakan perbukitan
dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan
denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga
terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.

3. Dataran Nyaris (Peneplain)

Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka
permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan
yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh
batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun
tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan
planasi.
4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)

Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan
lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan
lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup
lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop(. Kenampakan ini dapat terjadi pada
pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan
mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relative memanjang dengan dinding curam
tersebut monadnock.

5. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)

Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara individu
fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan
batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex)
sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut
talus.

6. Lereng Kaki (Foot slope)

Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu pegunungan/perbukitan


dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan
dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan
induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di
atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.

7. Lahan Rusak (Bad land)


Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan
terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding
curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat
aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).

8. Rombakan Kaki Lereng

Rombakan kaki lereng meurpakan debris batuan yang terkumpul di kaki jurang/tebing lereng.

DAFTAR PUSTAKA

http://lutfiardiansyahsaputra.wordpress.com/2013/04/03/bentuk-lahan-asal-denudasional/

https://www.google.com/search?q=lereng+kaki&ie=utf-8&oe=utf

https://www.google.com/search?q=pegunungan+denudasional&ie

https://www.google.com/ =1&q=dataran+nyaris&btnG=

https://www.google.com/search?q=kerusakan+lahan&

https://www.google.com/search?q=perbukitan+sisa+terpisah

https://www.google.com/search?q=kerucut+talus

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Geomorfologi ( geomorphology ) adalah ilmu tentang roman
muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya.
Geomorfologi bisa juga merupakan salah satu b a g i a n dari
g e o g r a fi . D i m a n a g e o m o r f o l o g i y a n g m e r u p a k a n c a b a n g
dari ilmu geografi , mempelajari tentang bentuk muka bumi,
yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan
sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil
sebagai bentuk lahan (landform).
Hubungan geomorfologi dengan ke h i d u p a n manusia
adalah dengan a d a n y a pegunungan-pegunungan, lembah, bukit,
baik yang ada didarat maupun di dasar laut.Dan juga dengan adanya
bencana alam seperti gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor
dan sebagainya yang berhubungan dengan lahan yang ada di bumi yang
juga mendorong manusia untuk melakukan pengamatan dan
mempelajari bentuk-bentuk g e o m o r f o l o g i y a n g a d a d i b u m i .
Baik yang dapat berpotensi berbahaya maupun aman.
Sehingga dilakukan pengamatan dan identifikasi bentuk lahan.
Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris) atau
landscap (Belanda) atau landschaft (Jerman), yang secara umum berarti
pemandangan. Arti pemandangan mengandung dua aspek, yaitu aspek
visual dan aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu
( Z o n n e v e l d , 1 9 7 9 d a l a m T i m F a k u l t a s G e o g r a fi UGM,
1996). U n t u k mengadakan analisis bentanglahan diperlukan
suatu unit analisis yang lebih rinci. Dengan mengacu pada definisi
bentang lahan tersebut, maka dapat dimengerti, bahwaunit analisis yang
sesuai adalah unit bentuklahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis d a n
m e n g k l a s i fi k a s i bentanglahan selalu mendasarkan
pada k e r a n g k a k e r j a bentuklahan. Berdasarkan
pengertian bentanglahan seperti di atas, maka dapat
diketahui, bahwa ada delapan anasir bentanglahan. Kedelapan anasir
bentanglahan itu adalah udara, tanah, air, batuan, bentuklahan, flora,
fauna, dan manusia.
Bentuk lahan adalah bagian dari permukaan bumi
y a n g m e m i l i k i b e n t u k topografi s khas, akibat pengaruh kuat
dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam
ruang dan waktu kronologis tertentu. Bentuk lahan terdiri dari sistem
Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran sampai
Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada di
bawah lapisan permukaan bumi. Pada makalah ini akan dijelaskan
kembali apa yang dimaksud dengan bentang lahan yang terbentuk
berasal dari proses pelarutan.

B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas maka dapat di rumuskan masalah, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan bentuk lahan ?
2. Apa saja jenis-jenis bentuk lahan dan bagaimana proses terbentuknya ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bentuk lahan dan bagaimana


prosesnya.
2. Mengetahui jenis-jenis bentuk lahan dan bagaimana proses terbentuknya.
A. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa dan kami sendiri dapat meningkatkan pengetahuan
secara khusus, pemahaman dan berusaha untuk mempelajari lebih,
kemudian mengimplikasikan.
2. Bagi Dosen dan tenaga pengajar, sebagai bahan informasi tambahan
terhadap matakuliah yang bersangkutan dan materi yang diajarkan.

B. Metode Pembuatan Makalah


Metode yang digunakan pembuatan makalah ini adalah metode sekunder,
yaitu metode berdasarkan data dari buku, internet atau artikel-artikel.

BAB II

DASAR TEORI

Asal kata Geomorfologi


Geos : Bumi
Morfo : Asal-usul
Logos : Ilmu (Yunani)
Artinya: Ilmu yang mempelajari asal-usul bumi.
Geomorfologi arti fisiologisnya adalah uraian tentang bentuk bumi
(Kardono Darmoyuwono, 1972).
Definisi Geomorfologi

Ilmu pengetahuan yang mempelajari atau mendeskripsi


bentuklahan /landforms (Lobeck, 1983: 2).
Ilmu tentang bentuklahan (Thronbury, 1954: 3).
Studi tentang bentuklahan, terutama mengenai sifat alaminya, asal mula,
proses perkembangan dan komposisi material penyusunnya (Cook et
al.,1978: 4).
Studi yang mendeskripsi bentuklahan dan proses yang
mempengaruhinya, dan menyelidiki interrelasi antara bentuk dan proses
tersebut dalam tatanan keruangannya (Van Zuidam et al., 1979: 5).
Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bentuklahan penyusun muka
bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut dan menekankan
pada asal mula terbentuknya (genesa) dan perkembangan pada masa
yang akan datang, serta konteksnya/ hubungannya dengan lingkungannya
(Verstappen, 1983).
Dornhany dan Cooke
Geomorfologi mempelajari bentuk lahan dan unsure-unsur di dalamnya
serta cara terbentuknya, perkembangannya dan komposisi material yang
ada di dalamnya.
Bentuklahan/Landforms
Merupakan bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil
perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis
yang beroperasi di permukaan bumi.
Proses Geomorfologis
Semua perubahan fisik maupun kimia pada permukaan bumi oleh
tenaga-tenaga geomorfologis.
Tenaga Geomorfologis
Semua tenaga yang ditimbulkan oleh medium alam yang berada
di permukaan bumi termasuk di atmosfer.

ASPEK - ASPEK YANG DIPELAJARI DALAM GEOMORFOLOGI


Bentuk lahan
Bentuk lahan dikaji secara kuantitatif maupun kualitatif
(morfometri) dimana tujuannya mendiskripsikan relief bumi. Bentuk lahan
konstruksional misalnya gunung api, patahan, lipatan, dataran, plato,
dome dan pegunungan kompleks. Sedangkan bentuk lahan distruksional
meliputi bentuk lahan erosional, residual dan deposisional. Cabang yang
mengkaji tentang bentuk lahan disebut Geomorfologi Statis.
Cara Terbentuknya (Genesis)
Cara terbentuknya bentuk lahan dan perkembangan selanjutnya
dalam waktu yang lama dikaji dalam Geomorfologi Genetik. Bentuk muka
bumi disebabkan oleh adanya tenaga Geologi.
Proses
Proses merupakan perubahan bentuk lahan dalam waktu yang
relatif pendek akibat adanya gaya eksogen serta waktu
perkembangannya relatif pendek. Poses ini dikaji dalam Geomorfologi
Dinamik.
Lingkungan (enviroment)
Proses Geomorfologi terjadi karena adanya kontak dengan
lingkungan misalnya tanah, air tanah, air permukaan serta vegetasi
termasuk kotak dengan manusia akan mempengaruhi terhadap bentuk
lahan maupun proses yang terjadi.

Bentuk lahan berdasarkan genesisnya terbagi menjadi sepuluh


klas utama yaitu:
Bentuk lahan asal struktural, merupakan bentuk lahan yang terjadi
akibat pengaruh struktur geologis, contohnya adalah pegunungan lipatan,
pegunungan patahan, perbukitan kubah dan sebagainya.
Bentuk lahan asal vulkanik, merupakan bentuk lahan yang terjadi
akibat aktivitas gunung api, contohnya antara lain kerucut gunung api,
kawah, kaldera, medan lava.
Bentuk lahan asal denudasi, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan
oleh proses degradasi seperti erosi dan longsor, contohnya bkit sisa,
peneplain, lahan rusak.
Bentuk lahan asal fluvial, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat
aktivitas sungai, contohnya antara lain dataran banjir, tanggul alam, teras
sungai. Karena sebagian besar sungai bermuara di laut maka sering
terjadi bentuk lahan akibat kombinasi proses fluvial dan marine.
Bentuk lahan asal marine, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan
oleh proses laut seperti tenaga gelombang, pasang dan arus. Contohnya
gisik pantai (beach ridge), bura (spit), tombolo, laguna.
Bentuk lahan asal glasial, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan
oleh aktivitas gletser (gerakan massa es), contohnya adalah lembah
menggantung (hanging valley), morena, drumlin.
Bentuk lahan asal aeolin, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan
oleh proses angin, contohnya gumiuk pasir yang memiliki berbagai bentuk
seperti barchan, parabolik, longitudinal, transversal,bintang.
Bentuk lahan asal solusional (pelarutan), merupakan bentuk lahan
yang dihasilkan oleh pelarutan batuan. Banyak terdapat pada daerah
kapur (karst), contohnya adalah kubah karst, dolina, uvala, polje, gua
karst.
Bentuk lahan asal organik, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan
oleh aktivitas organisme contohnya adalah terumbu karang dan pantai
bakau.
Bentuk lahan asal antropogenik merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia contohnya kota, pelabuhan.
Proses
Proses yang membentuk permukaan bumi adalah:
Epigene (proses eksogen), terbagi atas:

Degradasi (penurunan permukaan bumi) prosesnya meliputi:


1. Erosi oleh air yang mengalir, air tanah, angin, gelombang dan arus laut
serta gletser.
2. Pelapukan (wethering)
3. Pemindahan massa tanah (mass wasting)
Agradasi disebabkan oleh tenaga air yang mengalir, air tanah,
gelombang, angin dan gletser.
Organisme
Hipogene (proses endogen), meliputi atas diatropisme serta

vulkanisme.
Ekstraterestial yang disebabkan oleh adanya benda-benda luar

angkasa yang jatuh ke bumi, sehingga menimbulkan proses geomorfologi,


contohnya meteor, asteroid.

KONSEP-KONSEP GEOMORFOLOGI
Ada sepuluh konsep dasar geomorfologi meliputi:
Konsep 1
Hukum dan proses fisika yang bekerja saat ini, bekerja pada waktu yang
lampau meskipun tidak dengan intensitas yang sama.
Penjelasan:
Hal ini mengandung pengertian bahwa hokum dan proses fisik yang
bekerja saat ini telah bekerja sejak waktu geologi meskipun dengan daya
kehebatan yang berbeda.
Dalam prinsif uniformitarianisme dari James Hutton dikomunikasikan
bahwa hokum dan proses fisik yang berlangsung pada waktu lampau
sama dengan yang bekerja saat ini. Pada kenyataannya hokum dan proses
fisik itu masing-masing mempunyai intensitas yang berbeda.
Konsep 2
Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam
perkembangan bentuk permukaan bumi.
Penjelasan:
Pada setiap daerah akan memperlihatkan struktur geologi masing-masing,
dimana struktur geologi ini akan berubah-ubah menurut tingkat
kedewasaannya. Dengan sendirinya perkembangan bentuk permukaan
bumi ini akan dapat dilihat melalui struktur geologi yang berkembang
pula.
Konsep 3
Pada bentuk lahan yang besar, permukaan bumi mempunyai relief
(tinggi/rendah permukaan) karena proses geomorfologi telah berlangsung
dengan hal yang berbeda.
Konsep 4
Proses geomorfik akan meninggalkan bekasnya di atas permukaan bumi
dan masing-masing proses geomorfik membentuk suatu kelompok bentuk
permukaan bumi sesuai dengan karakternya.
Konsep 5
Karena ada perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi,
maka dihasilkan urutan bentuk permukaan bumi yang mempunyai
karakteristik tertentu sesuai dengan tingakat perkembangannya.
Dalam hal ini akan didapatkan suatu bentuk lahan tertentu sesuai dengan
tingkatan yang bekerja (menurut orde). Misalnya :
Orde 1 (first order relief)
Merupakan bentuk-bentuk lahan terbesar yang terbentuk pada awal-awal
perkembangan bumi. Terdiri atas benua (pangea) dan cekungan dasar
laut.
Orde 2 (second order relief)
Merupakan bentuk-bentuk lahan terbesar yang terbentuk pada awal-awal
perkembangan bumi. Terdiri atas benua (pangea) dan cekungan dasar
laut.
Orde 3 (Third Order Relief)
Ditemukan relief berupa sisa pegunungan. Tenaga yang membentuknya
adalah tenaga eksogen.
Konsep 6
Evolusi geomorfik yang komplek lebih umum didapat dari pada bentuk
yang sederhana. Karena banyaknya proses geomorfologi yang terjadi,
maka bentuk-bentuk lahan dihasilkan tidak hanya disebabkan oleh satu
proses saja.
Misalnya: Adanya pegunungan kompleks, di mana di daerah itu terdapat
lipatan, patahan intrusi dan lain-lain.
Konsep 7
Sebagian kecil dari topografi bumi dibentuk lebih tua dari zaman Tersier
dan sebagian besar tidak lebih tua dari zaman Pleistosen. Hal ini
dikarenakan pada zaman Tersier banyak terjadi perubahan-perubahan
bumi.
Misalnya: Pada zaman Tersier terjadi aktivitas vulkanis.
Pada zaman Pleistosen sebagian air dipermukaan bumi membeku
(menjadi es).
Konsep 8
Interpretasi bentangan bumi pada saat ini tidak mungkin dilakukan tanpa
menilai pengaruh geologi dan perubahan iklim selama zaman pleistosen.
Konsep 9
Apresiasi penilaian iklim yang terjadi di dunia adalah sangat penting
untuk mengetahui perbedaan proses-proses geomorfik.
Konsep 10
Di dalam geomorfologi, walaupun terutama berkaitan dengan bentangan
bumi yang ada sekarang, tetapi untuk mengkaji hal-hal tersebut harus
meninjau masa lampau. Karena bentangan bumi yang ada sekarang
asalnya juga dari pembentukan masa lampau maka untuk meninjau
kembali kita tidak lepas dari sejarah pembentukannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses geomorfologi
Faktor fisik, yaitu iklim dan batuan.
Faktor iklim: suhu, kelembaban, curah hujan, angin, dan lama penyinaran
matahari.
Faktor batuan:
Struktur batuan, meliputi: mineral penyusun batuan, kekompakan batuan,
bidang perlapisan, sikap perlapisan batuan, kekar dan sesar.
Tekstur batuan, meliputi: tingkat kelolosan air dan mineral penyusun
batuan.
Faktor non fisik, yaitu: vegetasi penutup, manusia dan hewan.

PELAPUKAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelapukan:
Iklim,
Topografi,
Batuan,
Biota,
Waktu
Proses pelapukan ada 3 macam:
Pelapukan fisis (mekanis), disebabkan oleh:
Tekanan,
Suhu,
Pembentukan kristal garam, dan
Akibat aktivitas/kegiatan manusia.
Pelapukan yang menghasilkan fragmen batuan yang lebih kecil, namun
dengan komposisi kimia tetap.
Pelapukan Khemis, disebabkan oleh karena proses:
Hidrolisa,
Hidratasi,
Karbonasi,
Oksidasi dan masuknya koloid ke dalam batuan.
Pelapukan karena adanya perubahan susunan kimia pada batuan.
Pelapukan Organis
Pelapukan yang terjadi oleh aktivitas organisme, misal: cacing, rayap, dan
berbagai jenis serangga yang hidup di dalam tanah serta aktivitas
binatang dan manusia.

EROSI
Erosi adalah proses pengelupasan dan pengangkutan material
tanah atau batuan.
Faktor-faktor yang menentukan erosi:
Iklim (curah hujan),
Lereng,
Vegetasi penutup,
Batuan/tanah, dan
Pengelolaan
Tipe erosi permukaan:
Erosi percik (splash erosion) adalah proses terkelupasnya partikel-

partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau
sebagai air lolos.
Erosi lembar (sheet erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan

tipis permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air


hujan dan air larian (runof).
Erosi alur (rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan

pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang


terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air.
Erosi parit (gully erosion) adalah erosi yang membentuk jajaran parit

yang lebih dalam dan lebar dan merupakan tingkat lanjutan dari erosi
alur.

GERAK MASSA BATUAN


Gerak massa batuan atau mass-wasting atau mass movement adalah
proses bergeraknya puing-puing batuan menuruni lereng secara merayap,
karena pengaruh langsung gravitasi.

Gerak massa batuan dibedakan menjadi 4 kelompok:


Aliran lambat (slow flowage)
Creepyaitu gerakan tanah atau puing-puing batuan menuruni lereng
karena pengaruh gravitasi, gerakan sangat lambat sehingga biasanya
tidak tampak mata.
Contoh: soil creep, talus creep, rock creep, rock-glacier creep dan
solifluction.
Aliran cepat (rapid flowage)
Bergerak sebagai aliran cepat, biasanya melewati saluran, material
berupa: tanah, lempung, puing batuan yang jenuh air.
Contoh: earthflow, mudflow, debris avalanche.
Longsoran atau landslide
Gerakannya nampak mata, material relatif kering.
Contoh: slump, debris slide, debris fall, rock slide, rock fall.
Terban atau subsidence
Adalah gerakan permukaan batuan ke bawah tanpa permukaan bebas dan
gerakan mendatar.
Relief Orde I
Merupakan proses pembentukan permukaan bumi, seperti benua dan
ledok lautan dan proses pembentukkannya sudah berlangsung jutaan
tahun yang lalu, sehingga telah mengalami proses geomorfik.
Relief Orde II
Merupakan kelanjutan dari relief orde I, dan bersifat membangun atau
konstruksional, karena dibentuk oleh proses endogen seperti proses
diatrofisme dan proses volkanisme. Hasil bentukkannya membentuk
pegunungan dan daratan dan dibedakan menjadi 6, yaitu:
Plain dan Plateau,
Pegunungan Dome,
Pegunungan Blok,
Pegunungan Lipatan,
Pegunungan Kompleks, dan
Gunungapi dan bentukan yang berkaitan.
Relief Orde III
Merupakan kelanjutan dari orde II dan bersifat destruktif, yaitu terjadi
pengrusakan relief bumi yang dibentuk pada orde II oleh tenaga eksogen,
seperti air, angin, gelombang dan es.
Hasil bentukan reliefnya terdiri dari 3 bentuk tahapan, yaitu:
Bentuk Erosional
Bentukan hasil proses pengelupasan relief oleh tenaga eksogen pada
seluruh bagian permukaan atau sebagian dari bentuk relief orde II.
Bentuk Residual
Bentukan yang tersisa dari hasil proses pengelupasan relief oleh tenaga
eksogen.
Bentuk Deposisional
Bentukan hasil pengendapan material hasil pengelupasan relief yang
terangkut oleh tenaga eksogen.

LEMBAH DAN SUNGAI


Perkembangan lembah dibedakan menjadi 3 tahapan, yaitu:
1. Pelebaran lembah (valley widening)
Adanya erosi lateral/horisontal oleh sungai pada material dinding lembah
dengan cara hidrolik dan korasif.
Adanya erosi dan penggerusan dinding lembah oleh aliran air hujan.
Pelapukan dan gerak massa batuan yang terjadi pada dinding lembah.
Masuknya cabang sungai atau bergabungnya sungai ke dalam lembah
sungai utama.

2. Pendalaman lembah (valley deepening)


Adanya proses hidrolisis, yaitu proses air yang mengalir di dasar lembah
langsung menggaruk dan membawa material-material yang ada di dasar
lembah.
Adanya proses korosi dan abrasi pada dasar lembah, yaitu proses
pengikisan dasar lembah oleh air dan adanya material yang ternagkut
mempunyai tenaga untuk mengangkut, mengikis, merusak dan
menghancurkan. Proses korosi bersifat kimiawi, yaitu proses pengikisan
yang dipercepat oleh adanya reaksi kimia.
Pothole driling atau pembentukan lubang pada dasar lembah yang dapat
membentuk sebuah kedung.
Adanya pelapukan pada dasar lembah.

3. Pemanjangan lembah (valley lengthening)

Adanya erosi mundur (headward erosion) oleh air sungai


Berkembangnya sungai meander
Adanya termini, yaitu prose pengangkatan lahan atau penurunan muka
air laut.
Klasifikasi lembah didasarkan atas 4 faktor, yaitu:

1. Berdasarkan Umurnya, terbagi menjadi lembah muda, dewasa


dan tua.

2. Berdasarkan Genetiknya, terbagi menjadi:


Lembah konsekuen (k), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang
mengalir sesuai dengan arah dip batuan atau perlapisan batuan.
Lembah subsekuen (s), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang
arah alirannya sejajar dengan arah strike.
Lembah resekuen (r), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang
mengalir searah dip batuan atau sejajar dengan lembah sungai
konsekuen, biasanya aliran sungainya masuk ke sungai subsekuen.
Lembah Obsekuen (o), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang
mengalir menuruni lereng, sehingga berlawanan dengan dip batuan dan
masuk ke sungai subsekuen.
Lembah Insekuen (i), lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang arah
alirannya tidak dikontrol struktur batuan (dip atau strike), sehingga
mengalir dengan arah tidak menentu, biasanya terjadi pada daerah
pengangkatan baru.

3. Berdasarkan Struktur pengontrolnya, terbagi menjadi:

Lembah monoklinal,
Lembah antiklinal,
Lembah sinklinal,
Lembah sesar/patahan,
Lembah rekahan/joint.

4. Berdasarkan pemotongan pada struktur, terbagi menjadi:

Lembah superposed, yaitu lembah yang dibentuk oleh aliran sungai yang
tidak searah dengan kemiringan perlapisan batuan asal.
Lembah anteseden (antecedent), lembah yang dibentuk oleh aliran
sungai yang memotong struktur geologi, karena proses pengikisannya
lebih cepat daripada proses pengangkatan.
Pola Aliran Sungai
Pola Dendritik

Pola aliran yang perkembangannya menyebar ke segala arah dengan


percabangan yang teratur.
Cirinya: pada batuan berstruktur homogen atau struktur horisontal dan
berbutir halus; resistensi batuan homogen; permeabilitasnya seragam dan
kemiringannya landai; terdapat pada lereng-lereng pegunungan.
Misal: Batuan shale, lempung, pasir halus, napal, tuff bercampur
lempung.
Pola Paralel

Pola aliran yang cabang-cabang sungainya berkembang secara paralel


atau hampir paralel.
Cirinya: pada batuan shale atau clay dengan kemiringan yang nyata;
jarak antar cabang sungai beraturan karena pengaruh struktur.
Pola ini terdapat pada: pantai; aliran lava dan tilted valley.
Pola Radial

Pola Radial Sentripetal

Pola aliran dengan sungai-sungai yang mengalir menuju pusat suatu


basin/cekungan atau depresi, misal danau atau kaldera/kawah
gunung api.
Pola Radial Sentrifugal

Pola aliran dengan sungai-sungai yang mengalir menyebar dari puncak


gunung menuju ke bawah. Terdapat pada gunungapi dan pegunungan
dome mudaatau berstruktur volkan.
Pola Trellis

Pola aliran yang terjadi pada daerah yang telipat kuat atau batuan
berlapis yang berdip, dan menunjukan suatu pola aliran yang paralel dan
biasanya mengikuti arah strike batuan.
Pola Rektanguler

Pola aliran yang berkembang mengikuti patahan atau belahan (joint),


sungai-sungai lurus dan belokan terjadi secara tiba-tiba membentuk sudut
hampir 900.
Pola Anuler

Pola alirannya menyebar dan merupakan peralihan dari pola radial, karena
berkembang pada struktur melingkar/dome yang sudah terkikis kuat dan
adanya perbedaan resistensi pada perlapisan batuan. Sungai-sungai
subsekuen mengikuti pada zone yang kurang resisten.
Pola Barbed

Pola aliran dengan sungai cabang yang membelok kearah hulu,


merupakan pola aliran yang menunjukkan penggabungan sungai-sungai
kecil ke sungai induk dengan arah belokan ke hulu. Pola ini terjadi
pemenggalan sungai oleh patahan yang melintang terhadap sungai-
sungai besar, sehingga arah aliran membalik dari sebagian sistemnya.
Pola Deranged

Pola yang terbentuk pada daerah rawa atau dekat danau dengan bentuk
tidak teratur, terdapat kombinasi antara drainase permukaan dan bawah
permukaan.
Pola Contorted

Pola aliran ini mula-mula sungai utama mengalir ke satu arah kemudian
arahnya membalik ke arah hulu. Proses terjadinya kemungkinan karena
pengaruh retakan (fracture) pada batuan atau adanya blok-blok batuan
dengan berbagai kemiringan.
Pola Anguler

Merupakan hasil modifikasi dari tipe rektangular yang ditandai dengan


belokan-belokan tajam sehubungan dengan adanya joint atau patahan.
Sungai-sungai cabang lebih kurang paralel dengan sungai utama dengan
sudut tumpul. Pola ini terdapat pada batuan sedimen yang granuler
seperti sandstone dengan kedudukan hampir horisontal.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bentuklahan dan Bentang Alam


Istilah bentanglahan berasal dari kata landscape (Inggris)
atau Landscap (Belanda) atau landschaft (Jerman), yang secara umum
berarti pemandangan. Arti pemandangan mengandung dua aspek,yaitu
aspek visual dan aspek estetika padasuatu lingkungan tertentu
(Zonneveld, 1979 dalam Tim Fakultas Geografi UGM,1996).
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki
bentuk topografiskhas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan
struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu
kronologis tertentu. Dari pengertian ini, faktor- faktor penentu
bentuklahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
B = f (T, P, S, M, K)(1)
Notasi dalam rumus (1 ) tersebut adalah :
B = bentuklahan,
T = topografi
P = proses alam
S = struktur geologis
M = material batuan
K = ruang dan waktu kronologis.
Oleh karena itu untuk menganalisis bentanglahan
lebih sesuai d e n g a n berdasarkan unit bentuklahan, maka
klasifi kasi bentanglahan juga akan lebih sesuai jika didasarkan pada
unit-unit bentuklahan yang menyusunnya. Verstappen ( 1 9 8 3 ) t e l a h
m e n g k l a s i fi k a s i bentuklahan b e rd a s a r k a n genesisnya
m e n j a d i sepuluh klas utama. Kesepuluh klas bentuklahan utama itu
adalah sebagai berikut :
1. Bentuklahan asal structural
2. Bentuklahan asal vulkanik
3. Bentuklahan asal denudasional
4. Bentuklahan asal fluvial
5. Bentuklahan asal marine
6. Bentuklahan asal glacial
7. Bentuklahan asal Aeolian
8. Bentuklahan asal solusional (pelarutan)
9. Bentuklahan asal organik
10. Bentuklahan asal antropogenik.
B. Bentuk Bentuk Lahan Menurut Genesisnya

1. Bentuk lahan asal solusional (pelarutan),


Bentuklahan asal solusional atau pelarutan dikenal juga dengan
istilah karst.Bentuklahan karst termasuk bentuk bentuklahan yang
penting, dan banyak pulad i t e m u k a n d i I n d o n e s i a . B e n t u k i n i
sangat erat b e rh u b u n g a n dengan batuan e n d a p a n yang
mudah melarut. Oleh karena itu dengan mengetahui
bentuk bentang alamnya, pada umumnya orang dapat
m e n g e t a h u i j e n i s b a t u a n n y a , t e r u t a m a j u g a k a re n a b e n t u k
bentangalam ka r s t yang sangat karakteristik dan
mempunyai tanda-tanda yang mudah di ke na l baik di
l a p a n g a n , p a d a p e t a topografi maupun pada potret udara dan
citra satelit.
Bentang alam ini terutama memperlihatkan lubang-
lubang, membulat atau memanjang, gua-gua dan bukit- bukit
yang berbentuk kerucut. Di dunia, daerah yang ditutupi
bentangalam karsttersebar di Perancis Selatan, Spanyol Utara,
Belgia, Yunani, Jamaika, beberapa n e g a r a Amerika Selatan,
dan beberapa negara bagian di Amerika
S e r i k a t (Tenesse, Indiana, Kentucky). Sebenarnya kata karst
berasal dari nama suatu p e g u n u n g a n di Yu g o s l a v i a yang
berbentangalam s p e s i fi k ini. Di Indonesia bentangalam
karst dapat ditemukan di beberapa daerah di pulau Jawa,
y a i t u Jampang di Selatan Jawa Barat, pegunungan Sewu di Kulon Progo
Jawa Tengah, daerah perbukitan Rembang di Jawa Timur, dan
beberapa daerah di SulawesiTe n g a h . Di Irian Barat
bentangalam karst ditemukan di Ke p a l a Burung pada
formasi Klasafet, sedangkan di Sumatera ditemukan,
t e r u t a m a d i S u m a t e r a Selatan dan Aceh.
Bentuklahan karst terbentuk karena batuan muda dilarutkan
dalam air dan membentuk lubang-lubang. Bentangalam ini
terutama terjadi pada wilayah yangtersusun oleh batugamping
yang mudah larut, dan batuan dolomit atau gamping dolomitan.
Akibat pelarutan yang memegang peranan utama, maka air
sangat p e n t i n g artinya. Bentangalam karst biasanya
b e r k e m b a n g d i d a e r a h y a n g mempunyai curah hujan cukup. Di
samping itu, pelarutan maksimum dapat terjadi b i l a air tidak
mencapai jenuh akan karbonat. Air yang mengalir
dapat menciptakan keadaan ini. Air yang mengandung CO2
(gas) akan lebih mudah m e l a r u t k a n b a t u g a m p i n g . D i b a w a h
ini diperlihatkan reaksi kimia y a n g menghasilkan pelarutan
tersebut.
H2O + CO2 -><- H2CO3 2H2CO3 + CaCO3 -><-Ca(HCO3)2 + H2 (larut)
(gas) Bila Ca(HCO 3)2 t e r ke n a u d a r a ke m b a l i m a k a b e r a r t i a d a
p e n a m b a h a n H 2 dari u d a r a , o l e h k a re n a i t u ke s e i m b a n g a n
re a k s i a ka n b e rg e r a k ke k i r i d a n a ka n t e r b e n t u k k e m b a l i
CaCO3 yang mengendap. Re a k s i tersebut ke mu di an
menerangkan terbentuknya stalaktit dan stalakmit yang dikenal dalam
gua-gua didaerah kapur. Oleh karena itu, syarat penting untuk
terbentuknya kedua jenis endapan ini ialah adanya
persediaan H 2 secara terus-menerus yang d a p a t diperoleh
apabila udara dapat mengalir di dalam gua itu. Udara yang segar selalu
menggantikan udara yang berada di dalam gua. Ciri-ciri umum daerah
karst antara lain :
Daerahnya berupa cekungan-cekungan
Terdapat bukit-bukit kecil
Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam
tanah.
Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah
Adanya endapan sedimen lempung berwarma merah hasil dari
pelapukan batu gamping.
Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing.
Beberapa syarat untuk dapat berkembangnya topografi karst
sebagai akibat dari proses pelarutan adalah sebagai berikut :
1. Terdapat batuan yang mudah larut (batu gamping dan dolomit)
2. Batu gamping dengan kemurnian tinggi,
3. Mempunyai lapisan batuan yang tebal,
4. Terdapat banyak diaklas (retakan),
5. Pada daerah tropis basah,
6. Vegetasi penutup yang lebat.
Pada kondisi demikian batugamping akan mudah mengalami
pelarutan oleh air yang mengalir yang akhirnya membentuk topografi
karst. Kenampakan topografi karst ini sangat spesifik, baik yang ada di
permukaan maupun yang ada di bawah p e rm u k a a n t a n a h . M e n u r u t
J e n i n g s , 1 9 7 1 ( d a l a m D i b y o s a p u t r o 1 9 9 7 ) , k a r s t merupakan
suatu kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang
khas, terutama disebabkan oleh pelarutan batuan yang tinggi oleh
air. Batuan yang membentuk karst terdapat di dekat atau pada
permukaan bumi yang meliputi daerah yang luas dan tebal (ratusan
meter). Jenis batuan ini harus bersifat mudah larut di dalam air.
Tektonisme menjadi faktor penentu pula, sesar (fault) dan kekar
(joint) menjadi faktor yang amat penting. Menurut Faniran dan Jeje,
1983( d a l a m Dibyosaputro 1997), ke k a r- k e k a r yang
t e r d a p a t p a d a b a t u a n i t u m e m b e r i k a n re g a n g a n m e k a n i k ,
s e h i n g g a m e m u d a h ka n g e r a ka n a i r m e l a l u i batuan itu. Adanya
kekar maupun sesar ini memudahkan perkembangan pelarutan di dalam
batuan.

Gambar bentuk lahan Kars


Kondisi iklim mencakup ketersediaan curah hujan yang
sedang hingga lebat yang b e r s a m a a n d e n g a n t e m p e r a t u r y a n g
t i n g g i . Ko n d i s i s e m a c a m i n i m e n y e b a b k a n pelarutan dapat
berlangsung secara intensif. Adanya vegetasi yang rapat
membantu pelapukan solusional dan menyebabkan perkembangan karst.
Vegetasi menyediakan b a h a n organik yang berbentuk humus
dan bersama-sama dengan re s p i r a s i akar tanaman dapat
m e n i m b u l k a n t i n g k a t ko n s e n t r a s i k a r b o n d i o k s i d a d i d a l a m
tanahs e k i t a r 3 0 % . D i f u s i C O 2 i n i ke d a l a m a i r m e l a l u i
seluruh tanah membantumeningkatkan intensitas
p e l a r u t a n y a n g t i n g g i ( Fa n i r a n d a n J e j e 1 9 8 3 , d a l a m
Dibyosaputro 1997).
K a r s t i fi k a s i adalah p ro s e s ke r j a oleh air terutama
secara k i m i a w i , meskipun secara mekanik pula, yang
m e n g h a s i l k a n k e n a m p a k a n - k e n a m p a k a n t o p o g r a fi k a r s t
(Ritter 1979, dalam Dibyosaputro 1997).
Proses geomorfi k yang penting yang bekerja di daerah
berbatu gamping adalah pelarutan.Katalisator yang penting dalam
pelarutan itu adalah air hujan dan karbondioksida. Karbondioksida
(CO2) larut di dalam air membentuk asam karbonat (H 2CO3),
yang bereaksi dengan kalsium karbonat (CaCO 3 ) membentuk
kalsium bikarbonat yang merupakan larutan berair.
Pengelompokan bentuklahan yang terjadi pada daerah Karst
Bentuklahan yang terjadi pada daerah karst dapat
d i ke l o m p o k ka n m e n j a d i 2 bagian, yaitu bentuklahan negatif dan
bentuklahan positif.
1. B e n t u k l a h a n N e g a t i f
Bentuklahan negatif dimaksudkan bentuklahan yang berada di bawh rata-
rata permukaan setempat sebagai akibat proses pelarutan,
runtuhan maupun terban.Bentuklahan-bentuklahan tersebut
antara lain terdiri atas doline, uvala, polye, cockpit, blind valley.

D o l i n e
Doline merupakan suatu istilah yang mempunyai banyak sinonim antara
lain :s i n k , s i n k h o l e , c o c k p i t , b l u e h o l e , s w a l l o w h o l e , a t a u p u n
cenote. Doline i t u sendiri telah diartikan oleh Monroe, 1970
(dalam Dibyosaputro 1997) sebagais u a t u l e d o k a n a t a u l o b a n g
y a n g b e r b e n t u k c o ro n g p a d a b a t u g a m p i n g d e n g a n diameter
dari beberapa meter hingga 1 km dan kedalamannya dari beberapa
meter hingga ratusan meter. Berdasarkan genesisnya, doline dapat
dibedakan menjadi 4yaitu : doline reruntuhan, doline solusi, doline terban,
dan doline aluvial (Faniraandan Jeje 1983 dalam Dibyosaputro 1997).

Gambar Bentuk lahan doline

U v a l a
Uvala ialah ledokan tertutup yang luas, yang terbentuk oleh
gabungan dari beberapa doline. Uvala mempunyai dasar yang tidak
teratur yang mencerminkan ketinggian sebelumnya dan karakteristik dari
lereng doline yang telah mengalami d e g r a d a s i serta lantai
dasarnya tidak serata polje (Whittow 1984 dalam
Dibyosaputro 1997).

Gambar Bentuk lahan Uvalac


P o l j e
Polje adalah ledokan tertutup yang luas dan memanjang di daerah
topografi karst yang mempunyai dasar mendatar dan dinding
sekelilingnya terjal (Ritter,1979 dalam Dibyosaputro 1997). Polje ini
terjadi dari gabungan sistem gua yangruntuh dan lantai dasarnya
biasanya tertutup aluvium.

Gambar Bentuk lahan Polje


Blind Valley
Blind valley atau lembah buta adalah satu lembah
yang mendadak berakhir/buntu dan sungai yang terdapat pada
lembah tersebut menjadi lenyap di bawah tanah.

Gambar Blind valley

2. B e n t u k l a h a n P o s i t i f
Pa d a p r i n s i p n y a t e rd a p a t 2 m a c a m b e n t u k l a h a n k a r s t y a n g
p o s i t i f y a i t u kygelkarst dan turmkarst.
Kygelkarst
Kygelkarst merupakan suatu bentuklahan karst tropik yang
didirikan oleh sejumlah bukit berbentuk ke r u c u t , yang
kadang-kadang d i p i s a h k a n oleh cockpit. Cockpit-cockpit ini
saling berhubungan satu sama lain dan terjadi pada suatu garis
yang mengikuti pola kekar (diaklas). Keygelkarst sering kali
disebut sebagai kerucut karst atau butte. Lereng bukit-bukit
initerdiri dari cliff dan endapan-endapan sebagai scree.

Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan manara
karst,mogotewill, pepinohill, atau pinacle karst. Turmkarst terdiri atas
perbukitan berlereng curam atau vertikal yang menjulang
tersendiri diantara dataran alluvial
To p o g r a fi karst mempunyai p e rm u k a a n yang ka s a r
a k i b a t d a r i d o m i n a s i adanya doline, uvala maupun polje serta
kubah-kubah kapur berupa bukit yang banyak. Di samping itu di
dalam permukaan bumi sering dijumpai adanya sungai bawah tanah, gua
dalam tanah, serta batu tetes yang menggantung di dinding gua
(stalagtit) dan batu tetes yang ada di dasar gua (stalagmit).
Mengingat bahwa did a e r a h karst banyak dijumpai baik
bentuklahan yang positif maupun n e g a t i f , maka akan
berpengaruh terhadap pola dan kerapatan kontur yang ada.
Bentuk- bentuk membulat dari doline, dan bentuk memanjang dan
uvala akan dicerminkan o l e h b e n t u k k o n t u r y a n g m e m b u l a t
dan memanjang yang tertutup. Dengan demikian maka
pada peta kont u r, pola kontur di daerah karst
m e m p u n y a i kenampakan spesifik yakni adanya kontur-kontur yang
bulat maupun memanjang dari doline maupun gabungan beberapa
doline (uvala) dan polje. Pada umumnya p o l a a l i r a n y a n g a d a d i
d a e r a h k a r s t m e r u p a ka n p o l a a l i r a n y a n g m e n g i ku t i diaklas
maupun joint dan kekar yang ada.
Potensi ekonomi di wilayah karst diantaranya endapan fosfat, terra
rossa, dan bahan bangunan. Di gua-gua sering terdapat onggokan
fosfat hasil reaksi kimiaantara kotoran burung penghuni gua
dengan karbonat. Endapan ini dapat dipakai 13 untuk bahan pupuk.
Bila batugamping sudah terlarut biasanya akan meninggalkan bagian-
bagian yang tidak dapat larut dalam air, oleh karena itu akan
terbentuk persenyawaan karbonat. Pada umumnya sisa-sisa ini
berkomposisi besi, berwarna merah atau merah coklat. Sisa-sisa ini
dinamakan terra rossa .
Terra rosa yangmengandung kadar besi tinggi ditambang
kandungan bijih besinya. Dewasa ini m a s i h d i p e r s o a l k a n u n t u k
p e n g a m b i l a n a l u m i n i u m y a n g B e n t a n g a l a m k a r s t terbentuk di
daerah batu gamping, oleh karena itu bahan bangunan batu
gamping mudah diperoleh baik untuk industri kecil (pembakaran
batu gamping) atau pun b a h a n semen. Pa t u t diperhatikan
ke m u n g k i n a n a d a n y a g u a - g u a y a n g s a n g a t memegang peranan
dalam perhitungan jumlah cadangan. Gua ini kadang-kadang t i d a k
tampak di p e rm u k a a n dan menyebabkan ke s a l a h a n
p e rh i t u n g a n j u m l a h cadangan. Pe re n c a n a a n tata letak
bangunan, jalan, ataupun waduk harus memperhatikan
kemungkinan adanya retak-retak yang mempermudah
pelarutan batugamping ataupun adanya gua-gua yang dapat
menggangu fondasi.

2. Bentuklahan Asal Proses Eolin

Bentuklahan asal proses eolin dapat terbentuk dengan baik jika


memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga pasir kasar dengan jumlah
yang banyak,
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir
tersebut
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang
lain.
Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya
pengikisan,pengangkutan dan pengendapan bahan-bahan tidak kompak
oleh angin. Endapan karena angin yang paling utama adalah gumuk
pasir(sandunes),dan endapan debu(loose). Kegiatan angin mempunyai
dua aspek utama,yaitu bersifat erosif dan deposisi. Bentuklahan yang
berkembang terdahulu mungkin akan berkembang dengan baik apabila di
padang pasir terdapat batuan. Pada hakekatnya bentuklahan asal proses
eolin dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak
Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes)
Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans
Contoh bentuk lahan asal proses eolin :

1. Gumuk Pasir atau Sandunes


Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang
terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki
pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan
mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk
tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering).
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor
jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan
vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk
sabit (barchans),melintang (transverse), memanjang (longitudinal dune),
parabola (parabolik), bintang (star dune).
Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes
(terbentuk tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang
terbentuk karena adanya suatu penghalang). Beberapa tipe gumuk pasir:
1. Gumuk Pasir sabit (barchan)
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada
daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah
yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan
lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat
penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan
umumnya antara 5 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan
perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya
beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan
daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan
kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.

2. Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)


Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan
banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai
ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini
mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang terus
menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni.
Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan
pasirnya berkurang.

3. Gumuk Pasir Parabolik


Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi
yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya
berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini
berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya
berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga
membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.

4. Gumuk Pasir Memanjang (longitudinal dune)


Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan
sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan
gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah
angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal,
sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga
menjadi lebih lebar dan memanjang.

5. Gumuk Pasir Bintang (star dune)


Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil
kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya
merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga
proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga
angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk
bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah
terbentuknya bentukan baru disekitarnya.

3. Bentuklahan Asal Struktural

Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen


atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan
pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan
pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh
kontrol struktural.
Bentukan ini dihasilkan dari struktur geologi. Terdapat dua tipe
utama struktur geologi yang memberikan kontrol terhadap geomorfologi
yaitu (1) struktur aktif yang menghasilkan bentukan baru, dan (2) struktur
tidak aktif yang merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh perbedaan
erosi masa lalu. Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 13 macam,
yaitu blok pegunungan patahan, blok perbukitan patahan, pegunungan
antiklinal, perbukitan antiklinal, pegunungan sinklinal, perbukitan
sinklinal, pegunungan monoklinal, perbukitan monoklinal, pegunungan
kubah, perbukitan kubah, dataran tinggi, lembah sinklinal, dan sembul.
4. Bentuklahan Asal Denudasional
Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari
proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri
prosespengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun
kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi.
Batuan yang lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh
aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke daerah yang lebih landai
menuju lereng yang kemudian terendapkan.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah
erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya,
vegetasi, dan relief.
Bentukan ini terbentuk oleh proses gradasi yang di dalamnya
terdapat dua proses yaitu (1) proses agradasi, dan (2) proses degradasi.
Proses agradasi adalah berbagai proses sedimentasi dan pembentukan
lahan baru sebagai material endapan dari proses degradasi. Sedangkan
proses degradasi adalah proses hilangnya lapisan-lapisan dari permukaan
bumi. Psoses degradasi adalah proses yang paling dominan yang terjadi.
Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 8 macam, yaitu pegunungan
terkikis, perbukitan terkikis, bukit sisa, bukit terisolasi, dataran nyaris,
lereng kaki, pegunungan/ perbukitan dengan gerakan masa batuan, dan
lahan rusak.
Faktor Faktor Pembentuknya
Pengendapan (sedimentation)
Proses-proses pelapukan (weathering
Erosi /pengikisan dan gerak masa batuan (erosion and mass movement)
1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik :
Topografi bergunung dengan lereng curam hingga sangat curam (55 -
>140%)
Selisih ketinggian dari tempat terendah hingga tempat tertinggi (relief)
>500m
Tingkat pengikisan tergantung dari kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup
serta proses erosi ulang bekerja pada tempat tersebut
Umumnya mempunyai lembah dalam, berdinding terjal dan berbentuk V
karena proses yang dominan adalah proses yang cenderung pendalaman
lembah (valley deepenting)

2. Perbukitan Denudasional
Karakteristik :
Topografi berbukit dan bergelombang
Lereng berkisar antara 15 55%
Perbedaan tinggi relief (relief local) antara 50 - <500m
Umumnya terkikis sedang hingga kecil, tergantung pada kondisi litologi,
iklim, vegetasi penutup baik alami maupun tataguna lahannya

3. Nyaris Dataran (Peneplain)


Karakteristik :
a. Proses denudasional yang bekerja terus-menerus pada
pegunungan/perbukitan berakibat pada bentuk permukaan lahan yang
hampir datar yang disebut nyaris dataran (peneplain)
b. Dikontrol oleh batuan penyusun bentuklahan yang strukturnya berlapis
(layers)
c. Bila batuan penyusun tersebut massif dan mempunyai permukaan yang
datar akibat proses erosi sering disebut permukaan planasi (planation
surface). Kenampakan ini menunjukkan bahwa bentuklahan tersebut
berumur tua

4. Perbukitan Sisa Terpisah/Inselberg


Karakteristik :
a. Bila bagian depan (dinding) suatu pegunungan/perbukitan mundur akibat
proses denudasi dan lereng kaki (footslope) bertambah lebar secara terus-
menerus akan meninggalkan lereng dinding bukit yang curam
b. Umumnya berbatu tanpa penutup lahan (bare rock) dan banyak
singkapan (outcrops)
c. Dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada
sekelompok pegunungan/perbukitan
d. Mempunyai bentuk membulat
e. Bila bentuknya relative memanjang dengan dinding bukit curam disebut
monadnock

5. Kerucut Talus Atau Kipas Aluvial (Talus Cone Or Alluvial Fan)


Karakteristik :
a. Topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (35%)
b. Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok,
tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang hancur
c. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex)
d. Fragmen yang kasar karena beratnya akan mudah meluncur ke bawah
dan terendapkan di bagian bawah talus

6. Lereng Kaki (Foot Slope)


Karakteristik :
a. Area memanjang dan relative sempit terletak di kaki
pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga berombak
b. Mempunyai lereng dari landai hingga lembut (nearly flat to gentle)
c. Tanpa hingga sedikit terkikis
d. Terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin)
e. Pada umumnya sering dilewati fragmen batuan hasil pelapukan daerah di
atasnya ayng diangkut oleh tenaga pengankut (air) ke daerah yang lebih
rendah (missal; cekungan)

5. Bentuklahan Asal Gunungapi (Vulkanik)

Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan


gerakan magma yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari
proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang secara umum disebut
bentuk lahan gunungapi atau vulkanik.
Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 10 macam, yaitu kerucut
vulkanik, lereng vulkanik, kaki vulkanik, dataran vulkanik, padang lava,
padang lahar, dataran antar vulkanik, bukit vulkanik terdenudasi, boka,
dan kerucut parasiter.
6. Bentuklahan Asal Fluvial

Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran


sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
(sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa
bentangan dataran aluvial (Fda) dan bentukan lain dengan struktur
horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
7. BENTUKLAHAN ASAL MARIN

Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-


surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh
aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis
pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer ke arah
darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana
efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada
pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering
mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu,
berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan
litologi penyusun.
8. Bentuklahan Asal Glasial

Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini,


kecuali sedikit di puncak Gunung Jaya Wijaya, Papua. Bentuk lahan asal
glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu
bentang alam.
9. Bentuk Lahan Asal Organik
Yakni suatu bentukan yang terjadi di dalam lingkungan laut oleh
aktivitas organisme endapan batugamping cangkang dengan struktur
tegar yang tahan terhadap pengaruh gelombang laut pada ekosistem
bahari
10. Bentuk Lahan Asal Organik

Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan


dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat
disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia.
Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan
direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan
yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja
telah merubah bentuk lahan yang telah ada. Bentuk lahan antropogenik
dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada. Misalnya bentuk
lahan marin yang dapat berubah menjadi pelabuhan dan pantai reklamasi
seperti yang terdapat pada pantai Marina Semarang, dan bentuk lahan
struktural dan fluvial dapat berubah menjadi waduk serta bentuk lahan
struktural dan denudasional dari bukit yang telah mengalami perubahan
bentuk akibat aktivitas manusia seperti yang terjadi di bukit Ngoro
Mojokerto.
Contoh dari bentuk lahan antropogenik berbeda dengan contoh dari
penggunaan lahan. Misalnya sawah dan permukiman, kedua contoh ini
bukan merupakan bentuk lahan antropogenik melainkan termasuk pada
bentuk penggunaan lahan atau landuse karena sawah dan permukiman
tidak merubah bentuk lahan yang telah ada, sawah dan permukiman
hanya termasuk upaya pemanfaatan dari permukaaan bentuk lahan. Bisa
saja sawah ada di dataran bentuk lahan aluvial, di lereng gunung, atau
bahkan di gumuk pasir. Begitu juga dengan permukiman juga bisa
terdapat di dataran rendah, dataran tinggi, lembah, maupun kaki lereng,
namun keberadaan sawah dan permukiman tersebut tidak bisa
digolongkan dalam bentuk lahan antropogenik.
Pemanfaatan dan pengusahaan lahan pantai oleh manusia banyak
menimbulkan perubahan fisik bentang lahan yang nyata. Misalnya
konstruksi bangunan pantai yang berbentuk pelabuhan. Pelabuhan adalah
sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima
kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya.
Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk
memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Pelabuhan
termasuk lahan antropogenik karena bentuknya telah merubah bentuk
lahan pesisir sebelumnya.
Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi:
Adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter)
Perlindungan dari angin, ombak, dan petir
Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk.
Pembangunan pelabuhan hendaknya memperhatikan aspek lokasi
agar pelabuhan dapat berfungsi secara efektif dan tidak mengancam
lahan sekitar. Misalnya pembangunan pelabuhan Indonesia cabang
Pontianak yang dibangun di tepi sungai yang dapat menyebabkan
pendangkalan yang disebabkan oleh erosi daerah hulu.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki
bentuk topografiskhas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan
struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu
kronologis tertentu.
Verstappen (1983) telah m e n g k l a s i fi k a s i bentuklahan
b e rd a s a r k a n g e n e s i s n y a m e n j a d i sepuluh klas utama. Kesepuluh
klas bentuklahan utama itu adalah sebagai berikut :
1. Bentuklahan asal structural
2. Bentuklahan asal vulkanik
3. Bentuklahan asal denudasional
4. Bentuklahan asal fluvial
5. Bentuklahan asal marine
6. Bentuklahan asal glacial
7. Bentuklahan asal Aeolian
8. Bentuklahan asal solusional (pelarutan)
9. Bentuklahan asal organik
10. Bentuklahan asal antropogenik.
Bentuk lahan asal vulkanik, merupakan bentuk lahan yang
terjadi akibat aktivitas gunung api, contohnya antara lain kerucut gunung
api, kawah, kaldera, medan lava.
Bentuk lahan asal denudasi, merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh proses degradasi seperti erosi dan longsor, contohnya bkit
sisa, peneplain, lahan rusak.
Bentuk lahan asal fluvial, merupakan bentuk lahan yang terjadi
akibat aktivitas sungai, contohnya antara lain dataran banjir, tanggul
alam, teras sungai. Karena sebagian besar sungai bermuara di laut maka
sering terjadi bentuk lahan akibat kombinasi proses fluvial dan marine.
Bentuk lahan asal marine, merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh proses laut seperti tenaga gelombang, pasang dan arus.
Contohnya gisik pantai (beach ridge), bura (spit), tombolo, laguna.
Bentuk lahan asal glasial, merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh aktivitas gletser (gerakan massa es), contohnya adalah
lembah menggantung (hanging valley), morena, drumlin.
Bentuk lahan asal aeolin, merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh proses angin, contohnya gumiuk pasir yang memiliki
berbagai bentuk seperti barchan, parabolik, longitudinal,
transversal,bintang.
Bentuk lahan asal solusional (pelarutan), merupakan bentuk
lahan yang dihasilkan oleh pelarutan batuan. Banyak terdapat pada
daerah kapur (karst), contohnya adalah kubah karst, dolina, uvala, polje,
gua karst.
Bentuk lahan asal organik, merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh aktivitas organisme contohnya adalah terumbu karang dan
pantai bakau.
Bentuk lahan asal antropogenik merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia contohnya kota, pelabuhan.

B. Saran
Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan penjelasan
tentang batuan sedimen. Untuk itu bagi pembaca agar mencari literatur
yang lebih lengkap.Untuk mahasiswa agar kiranya pembuatan makalah
seperti kami sebaiknya menyiapkan prossedur data yang lengkap sesuai
permintaan dosen, supaya hasilnya memuaskan.
Untuk Dosen agar lebih spesifik dalam menjelaskan agar mahasiswa
dapat mengerti dalam pembuatan makalah tentang batuan sedimen.
Meski kami telah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini
sempurna, namun, masih banyah kekurangan yang meski kami harus
benahi. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga orang yang
membantu dibalas oleh Allah SWT. Amien.
Diposkan oleh al azis3c di 04.17
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
2013 (3)

2012 (10)

o Desember (7)

tugas geomorfologi indonesia


<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false fa...

Masalah-Masalah dalam Proses Belajar Mengajar

MAKALAH BENTUK LAHAN

Komponen - Komponen Peta

TEORI LEMPENG TEKTONIK Dan Memahami Pergerakan Lem...

Siklus Air (Siklus Hidrologi) di Bumi

o Oktober (3)

Mengenai Saya

al azis3c
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai