Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Wilayah pesisir pantai merupakan daerah peralihan laut dan daratan.
Kondisi tersebut menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari
berbagai aktivitas dan fenomena yang terjadi di darat maupun di laut. Fenomena-
fenomena yang terjadi di daratan seperti erosi banjir dan aktivitas yang dilakukan
seperti pembangunan pemukiman, pembabatan hutan untuk persawahan,
pembangunan tambak dan sebagainya pada akhirnya memberi dampak pada
ekosistem pantai. Demikian pula fenomena-fenomena di lautan seperti pasang
surut air laut, gelombang badai dan sebagainya. (Hastuti, 2012).
Selain dampak pada ekosistem ada pula perubahan konfigurasi pantai.
Supriyanto (2003) menyatakan bahwa perubahan konfigurasi pantai di wilayah
pesisir dapat disebabkan oleh kegiatan atau proses-proses alami dan non alami
(kegiatan manusia) baik yang berasal dari darat maupun dari laut. Proses proses
hidrooseanografi dari laut yang dapat memberikan pengaruh antara lain,
hempasan gelombang, perubahan pola arus, serta fenomena pasang surut yang
kadang kadang diperkuat oleh pengaruh perubahan iklim. Fenomena alami dari
darat yang ikut memberikan pengaruh terjadinya perubahan garis pantai, antara
lain erosi dan sedimentasi akibat arus pasang akibat banjir serta perubahan arus
aliran sungai.
Erosi pantai yang disebut juga abrasi akhir-akhir ini cenderung meningkat
di berbagai daerah. Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan
(pantai) akibat aktivitas gelombang, arus, dan pasang surut. Dalam kaitan ini
pemadatan daratan mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air laut
sehingga garis pantai berubah (Nur, 2004). Pantai dikatakan mengalami abrasi
bila angkutan sedimen yang terjadi ke suatu titik lebih besar bila dibandingkan
dengan jumlah sedimen yang terangkut ke luar dari titik tersebut (Suwedi, 2006).
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses atau detail penyebab terjadinya abrasi sehingga dapat
merusak pantai?
2. Bagaimana abrasi dapat menyebabkan kerugian bahkan dapat menurunkan
dinamika kependudukan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai?
3. Bagaimana upaya untuk menanggulangi abrasi?

1.3. Tujuan dan Manfaat


1. Mampu mengtahui apa pengertian dari abrasi.
2. Mampu menganalisis penyebab terjadinya abrasi.
3. Mampu mengetahui upaya penanggulangan untuk mengatasi abrasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penyebab terjadinya Abrasi


Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan (pantai) akibat
aktivitas gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini pemadatan daratan
mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air laut sehingga garis
pantai berubah (Hermanto, 1986). Pantai dikatakan mengalami abrasi bila
angkutan sedimen yang terjadi ke suatu titik lebih besar bila dibandingkan dengan
jumlah sedimen yang terangkut ke luar dari titik tersebut (Suwedi, 2006).
Abrasi disebabkan oleh 2 faktor, diantaranya sebagai berikut :
A. Faktor Alam
1. Angin yang bertiup di atas lautan yang menimbulkan gelombang dan
arus laut sehingga mempunyai kekuatan untuk mengikis daerah
pantai. Gelombang yang tiba di pantai dapat menggetarkan tanah
atau batuan yang lama kelamaan akan terlepas dari daratan.
2. Tsunami
Rusaknya bibir pantai di perairan Indonesia akibat abrasi itu tidak
terlepas dari geologi, kekuatan ombak laut serta pusaran angin.
3. Proses fragmentasi sedimen
Butiran pasir atau sedimen kasar lambat laun akan mengalami proses
fragmentasi menjadi butiran halus yang lebih mudah terbawa oleh arus dan
ombak 

B. Faktor Manusia
1. Naiknya Permukaan Air Laut
Naiknya permukaan air laut di seluruh dunia karena mencairnya
lapisan es di kutub bumi. Mencairnya lapisan es ini merupakan dampak
dari pemanasan global yang terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari
asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor. Menghalangi
keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi
sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi
dan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat.
Suhu di kutub juga akan meningkatdan membuat es di kutub
mencair, air lelehan es itu mengakibatkan permukaan air di seluruh dunia
akan
mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang permukaannyare
ndah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya
dengan pencemaran lingkungan. Masih banyak daerah yang mengalami
abrasi dengan tingkat yang tergolong parah. Apabila hal ini tidak
ditindaklanjutisecara serius, maka dikhawatirkan dalam waktu yang tidak
lama beberapa pulau yang permukaannya rendah akan tenggelam.

2. Penurunan Permukaan Tanah (Land Subsidence)


Pemompaan Air tanah yang berlebihan untuk keperluan industri dan
air minum di wilayah pesisir akan menyebabkan penurunan tanah terutama
jika komposisi tanah pantai sebagian besar terdiri dari lempung atau
lumpur karena sifat-sifat fisik lumpur atau lepung yang mudah berubah
akibat perubahan kadar air. Akibat penurunan air tanah adalah
berkurangnya tekanan air pori. Hal ini mengakibatkan penggenangan dan
pada gilirannya meningkatkan erosi dan abrasi pantai.
Berdasarkan peta hidrogeologi yang dikeluarkan Direktorat Geologi
Tata Lingkungan (tahun 1992) tampak pemanfaatan air tanah (bebas
maupun bertekanan) dengan sumur bor di daerah Semarang, Demak dan
Kudus jumlahnya cukup signifikan serta mampu menyebabkan penurunan
elevasi air tanah yang disertai dengan intrusi air laut hingga jauh ke daerah
perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa potensi penurunan tanah cukup
besar dan memberikan kontribusi terhadap genangan (rob) pada saat air
laut pasang.
3. Kerusakan Hutan Mangrove
Hutan Mangrove merupakan sumberdaya yang dapat pulih
(sustaianable resources) dan pembentuk ekosistem utama pendukung
kehidupan yang penting di wilayah pesisir. Mangrove memiliki peran
penting sebagai pelindung alami pantai karena memiliki perakaran yang
kokoh sehingga dapat meredam gelombang dan menahan sedimen. Ini
artinya dapat bertindak sebagai pembentuk lahan (land cruiser).

4. Kerusakan akibat gaya-gaya hidrodinamika gelombang


Orientasi pantai mengarah sedemikian rupa sehigga relatif tegak
lurus atau sejajar dengan puncak gelombang dominan. Hal ini memberikan
informasi bahwa pantai dalam kondisi seimbang dinamik. Kondisi
gelombang yang semula lurus akan membelok akibat proses
refrksi/difraksi dan shoaling. Pantai akan menanggai dengan
mengorientasikan dirinya sedemikian rupa sehingga tegak lurus arah
gelombang atau dengan kata lain terjadi erosi dan deposisi sedimen sampai
terjadi keseimbangan dan proses selanjutnya yang terjadi hanya angkutan
tegak lurus pantai (cros shore transport).

5. Kerusakan akibat sebab alam lain


Perubahan iklim global dan kejadian ekstrim misal terjadi siklon
tropis. Faktor lain adalah kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan
global (efek rumah kaca) yang mengakibatkan kenaikan tinggi gelombang.

6. Kerusakan akibat kegiatan manusia yang lain


 Penambangan pasir di perairan pantai
 Pembuatan bangunan yang menjorok ke arah laut
 Pembukaan tambak yang tidak memperhitungkan keadaan kondisi
dan lokasi
2.2. Abrasi dapat menurunkan Dinamika Kependudukan
Dinamika kependudukan di daerah pesisir pantai cenderung mengalami
penurunan jumlah. Ini karena penduduk desa derelokasi atau pindah dengan
karena rumah dan lahan tempat tinggal mereka terkena dampak abrasi sehingga
menjadi laut.
Selain itu, alasan menurunnya angka kependudukan di daerah pesisir
pantai tersebut karena abrasi membuat penduduk kehilangan lahan tempat tinggal
dan lahan pertanian dan pertambakan yang berdampak pada hilangnya mata
pencaharian dan berkurangnya penghasilan mereka. Sekarang ini mayoritas
penduduk berusia produktif memiliki mata pencaharian sebagai buruh pabrik dan
buruh bangunan.

2.3. Kasus-Kasus Merugikan oleh Abrasi


Berikut beberapa daerah yang mengalami kerusakan dan penyempitan
lingkungan karena abrasi, diantaranya sebagai berikut :
1. Abrasi Pantai Batukaras mencapai lebar 10 meter
Menurut Kepala Desa Batukaras, Abdul Karim (2013) menyatakan:
“Pantai Batukaras yang berada di Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang,
Kabupaten Pangandaran mengalami abrasi. Pengikisan pantai mencapai sepanjang
4 kilometer. Peristiwa tersebutmerupakan yang terparah diakui masyarakat
setempat karena lebar pengikisan pantai mencapai 10 meter. Kejadian tersebut
hampir terjadi setiap 5 tahun sekali namun, sepengetahuan dirinya ini merupakan
yang terparah. Penyebab dari terjadinya abrasi adalah curah hujan yang tinggi dan
hembusan angin kencang. Tidak hanya bibir pantai yang tergerus, pohon kelapa
pun juga banyak yang tumbang karena abrasi.”

2. Abrasi rusak 40% Pantai di Indonesia


Menurut Alam Endah (2009) berpendapat: “abrasi pantai di Indonesia
telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Sedikitnya 40% dari 81.000 km
pantai di Indonesia rusak akibat abrasi. Dalam beberapa tahun terakhir garis
pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan yang cukup
memprihatinkan. Abrasi yang terjadi mampu menenggelamkan daratan antara 2
hingga 10 meter pertahun. Apabila tidak diatasi, lama kelamaan daerah-daerah
yang permukaannya rendah akan tenggelam. Pantai yang indah dan menjadi
tujuan wisata menjadi rusak. Pemukiman warga dan tambak tergerus
hinggamenjadi laut. Tidak sedikit warga di pesisir pantai yangtelah direlokasi
gara-gara abrasi pantai ini. Abrasi pantai juga berpotensi menenggelamkan
beberapa pulau kecil di perairan Indonesia.”

3. Selama dua tahun 24 pulau kecil di Indonesia tenggelam


Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) (2007)
mengungkapkan : “Hanya dalam waktu 2 tahun dari 2005 hingga 2007 sedikitnya
24 pulau kecil di wilayah Indonesia telah tenggelam.”
Selain itu menurut Direktur Pemberdayaan Pulau-Pulau kecil, Ditjen
Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) DKP, Alex S.W. Retraubun
(2007) menyatakan : “24 pulau yang dinyatakan hilang itu merupakan kawasan
yang sudah teridentifikasi dan telah memiliki nama. Mayoritas pulau kecil yang
tenggelam tersebut akibat abrasi air laut diperburuk oleh kegiatan penambangan
untuk kepentingan komersial. Selain itu,  tsunami Aceh  2004 juga berdampak
menenggelamkan tiga pulau kecil setempat. Sebanyak 24 pulau yang tenggelam
itu antara lain 3 pulau di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), 3
pulau di Sumatera Utara, 3 di Papua, 5 di Kepulauan Riau, 2 di Sumatera Barat, 1
di Sulawesi Selatan, dan 7 di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta. Sebanyak 13
pulau atau 54,1% diantaranya tenggelam akibat abrasi. Sementara, 8 lainnya
karena kegiatan penambangan dan sisanya akibat dampak tsunami Aceh yang
terjadi 3 tahun lalu. 24 pulau yang tenggelam tersebut yakni Sanjai, Karang Linon
Besar dan Karang Linon Kecil di NAD; Pulau Pusung, Lawandra, Niankin di
Sumatera Utara; Pulau Kikis dan Sijaujau di Sumatera Barat; Terumbu Daun,
Lereh, Tikus, Inggit, dan Begonjai Di Kepulauan Riau akibat
penambangan pasir dan abrasi; Pulau Ubi Besar, Ubi Kecil dan Nirwana di
Jakarta karena tambang untuk bandara; Pulau Dapur, Payung Kecil, Air Kecil dan
Nyamuk Kecil karena abrasi; Pulau Laut, di Sulawesi Selatan; Pulau Mioswekel,
Urbinasi dan Klakepo, di Papua. Pulau-pulau itu merupakan dataran landai yang
hanya berketinggian sekitar satu meter di atas permukaanlaut sehingga rentan
terkena abrasi yang menyebabkan daratannya terkikis air laut. Kekhawatiran akan
tingkat kehilangan fisik kawasan pulau-pulau kecil bakal semakin masif dan besar
menyusul fenomena pemanasan global yang menaikkan permukaan air laut
hampir 1 meter sampai akhir abad ini. Selain menenggelamkan pulau kecil,
fenomena pemanasan global juga memperluas kerusakan terumbu karang.”

2.4. Upaya untuk Menanggulangi Abrasi


1. Pemulihan hutan mangrove di sekitar pantai
Pelaksanaan jambore mangrove untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Mangrove memiliki banyak manfaat seperti :
 Menjaga stabilitas garis pantai.
 Mengurangi akibat bencana alama tsunami.
 Membantu pengendapan lumpur, dengan demikian kualitas air lautan
jauh lebih terjaga.
 Membantu menahan juga menyerap tiupan angin laut yang cukup
kencang.
 Sumber plasma nutfah.
 Membantu menjaga keseimbangan alam.
 Membantu mengurangi polusi baik di udara juga di air.
 Sebagai salah satu sumber oksigen bagi makhluk hidup.
 Habitat alami beragai spesies seperti kepiting, burung, beberapa jenis
ikan, dll.

2. Pelestarian terumbu karang


Terumbu karang juga dapat berfungsi mengurangikekuatan gelombang
yang sampai ke pantai. Oleh karena itu, perlu pelestarian terumbu karang
dengan membuat peraturan untuk melindungi habitatnya.
3. Pelarangan penggalian pasir pantai
Perlu peraturan baik ditingkat pemerintah daerah maupun pusat yang
mengatur pelarangan penggalian pasir pantai secara besar-besaran yang
tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.

4. Usaha membangun pengaman pantai


pantai bertujuan untuk mencegah erosi pantai dan penggenangandaerah
pantai akibat hempasan gelombang (overtopping).Berdasarkan strukturnya
pengaman pantai dibedakan menjadidua, yaitu pengamanan lunak (soft
protection) dan pengamanan keras (hard protection).
a. Pengamanan Lunak (Soft Protection)
 Pengisian Pasir
Pengisian pasir bertujuan untukmengganti pasir yang hilang
akibat erosi dan memberikan perlindungan pantai terhadap erosi
dalam bentuk sistem tanggul pasir. Hal yang harus diperhatikan
adalah lokasi pantai harus memiliki kedalaman yang cukup sehingga
pertambahan kedalaman akibat penggalian pasir tidak
mempengaruhi pola gelombang dan arus yang pada gilirannya akan
mengakibatkan erosi ke pantai-pantai sekitarnya.
 Terumbu karang
Terumbu karang merupakan bentukan yang terdiri dari
tumpukan zat kapur. Bentukan terumbu karang dibangun oleh hewan
karang dan hewan-hewan serta tumbuhan lainnya yang mengandung
zat kapur melalui proses biologis dan geologis dalam kurun waktu
yang relatif lama. Fungsi terumbu karang selain sebagai bagian
ekologis dari ekosistem pantai yang sangat kaya dengan produksi
perikanan juga melindungi pantai dan ekosistem perairan dangkal
lain dari hempasan ombak dan arus yangmengancam terjadinya
erosi.
 Hutan bakau (mangrove forest)
Hutan bakau (mangrove forest) merupakan komunitas vegetasi
pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon yang
mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai
berlumpur. Fungsi dari hutan bakau selain sebagai tempat wisata dan
penghasil kayu adalahsebagai peredam gelombang dan angin badai,
pelindung erosi, penahan lumpur dan penangkap sedimen. Mangrove
yang ditanam di pinggiran pantai, akar-akarnya mampu menahan
ombak sehingga menghambat terjadinya pengikisan pantai.

b. Pengamanan Keras (Hard Protection)


 Revetment (pelindung tebing pantai)
Pelindung pantai yang dibuat sejajar pantai dan biasanya
memiliki permukaan miring. Strukturnya biasa terdiri dari beton,
timbunan batu, karung pasir, dan beronjong (gabion). Karena
permukaannya terdiri dari timbunan batu atau blok beton dengan
rongga-rongga diantaranya, maka revetment lebih efektif untuk
meredam energi gelombang. Bangunannya dibuat untuk menjaga
stabilitas tebing atau lereng yang disebabkan oleh arus atau
gelombang. Ada beberapa tipe dari revetment, seperti: Rip-rap
(batuan yang dicetak dan berbentuk seragam), Unit Armour (beton),
dan batu alam (blok beton).
 Seawall (dinding)
Seawall (dinding) hampir serupa dengan revetment, yaitu
dibuat sejajar pantai tapi seawall memiliki dinding relatif tegak atau
lengkung. Seawall pada umumnya dibuat dari konstruksi padat
seperti beton, turap baja ataukayu, pasangan batu atau pipa beton
sehingga seawalltidak meredam energi gelombang, tetapi gelombang
yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan kembali dan
menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya.
 Groin (groyne)
Struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif
tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya
kayu, baja, beton (pipa beton), dan batu.
 Stabilisasi Pantai,
Dilakukan dengan membuat bangunan pengarah sedimen
sepertin tanjung buatan, pemecah gelombang sejajar pantai, dan
karang buatan yangdikombinasikan dengan pengisian pasir. Metode
ini dilakukan apabila suatu kawasan pantai terdapat defisit sedimen
yang sangat besar sehingga dipandang perluuntuk mengembalikan
kawasan pantai yang hilang akibat erosi.
Pada saat ini, konsep pengamanan di atas akan dan sedang
diterapkan, misalnya untuk Pantai Sanur, Nusa Dua, dan Kuta. Sedangkan
untuk Pura Tanah Lot diamankan dengan pemecah gelombang terendam.
Dalam hal ini kita sebagai warga negara yang baik hendaknya ikut beperan
dalam proses pengamanan pantai tersebut, yaitu dengan ikut melestarikan
ekosistem laut beserta isinya, melakukan pembangunan sesuai peraturan
yang berlaku agar tidak melewati garis pantai,serta tidak melakukan
penambangan pasir atau perusakan karang.

5. Mereklamasi bekas lubang tambang pasir atau barang tambangdi daerah


pesisir pantai.

6. Pembuatan Bangunan Pantai
a. Krib
Krib adalah bangunan pengaman pantai yang mempunyai fungsi
untuk mengendalikan pergerakan material-materialseperti pasir pantai
yang bergerak secara alami yangdisebabkan oleh arus yang sejajar pantai
(Litoral Drift).Bentuk krib biasanya dibangun lurus, namun ada pula
yang berbentuk zig-zag atau berbentuk Y, T, atau L.
b. Tembok pantai atau tanggul pantai,
Tembok pantai atau tanggul pantai dibangun untuk melindungi
daratan terhadap erosi, gelombang laut, dan bahaya banjir yang
disebabkan oleh hempasan gelombang.Tembok pantai ada yang bersifat
meredam energi gelombangdan ada yang tidak. Adapun bahan yang
digunakan, misalnya beton atau pasangan batu kosong (rublemounts).
c. Pemecah gelombang yang putus-putus (Detached BreakWater)
Dibuat sejajar pantai dengan jarak tertentu dari pantai. Bangunan ini
berfungsi untuk mengubah kapasitas transportsendimen yang sejajar
ataupun tegak lurus dengan pantai danakan mengakibatkan terjadinya
endapan (akresi) di belakang bangunan yang biasa disebut dengan
tombolo.
d. Konservasi Pantai
Kegiatan yang tidak hanya sekedar pengaman tepi pantai
dari ancaman arus atau gelombang laut namun, memiliki kepentingan yang
lebih jauh misalnya untuk rekreasi, tempat berlabuh kapal-kapal pesiar dan
sebagainya.
Salah satu yang dikerjakan ialah dengan membuat tanjung-tanjung
buatan (artificial headland), di mana di antaratanjung-tanjung buatan
tersebut dapat digunakan kapal pesiar untuk berenang, tempat tersebut diisi
dengan pasir yang berkualitas baik biasanya diambil dari laut agar tidak
merusak lingkungan. Di Indonesia konservasi pantai baru dikerjakan di
Pantai Kuta dan Sanur di Pulau Bali.

Anda mungkin juga menyukai