BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penulisan Laporan ini merupakan suatu bentuk penyampaian atau
penyajian informasi dan hasil dari pelaksanaan praktek Lapangan Mata
Kuliah Mitigasi Bencana Yang telah dilaksanakan oleh Mahasiswa Jurusan
Geografi Program Studi Pendidikan Geografi Semester 6 sebagai salah satu
bentuk penilaian Dosen Penanggung Jawab Mata Kulia Mitigasi Bencana.
Lokasi Penelitian Secara Geografis Merupakan Kawasan Pesisir ( Coastal
Zone) yang secara umun kawasan semacam ini sangat rentan dengan
peubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasi , erosi ataupun
sedimentasi,
Untuk itulah dilakukan praktek lapangan ini sebagai suatu tinjauan
berdasarkan metode deskriptip berdasarkan interpretasi penginderaan jauh
sertasi Observasi Langsung Baik dengan Wawancara dengan masyarakat
maupun observasi dengan pengukuruan langsung di beberapa titik Pantai.
B. TUJUAN
Tujuan daripada praktek lapang ini adalah
1. Untuk menganalisis kerawanan abrasi sebagai upaya mitigasi bencana
berbasis masyarakat di pantai kabupaten Maros.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara yang dilakukan untuk melakukan
penelitian tingkat abrasi yang terjadi di pantai Maros Baru
3. Untuk upaya mitigasi bencana daerah rawan bencana abrasi dan
sedimentasi di pantai kuri caddi kecamatan marusu kabupaten maros
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
38
b. SEDIMENTASI
Progradasi (sedimentasi) adalah proses perkembangan gisik,
gosong atau bura ke arah laut melalui pengendapan sedimen yang
dibawa oleh hanyutan litoral (Setiyono, 1996). Bentuk-bentuk
38
3. MITIGASI BENCANA
1. MITIGASI
Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, mengatakan bahwa
pengertian mitigasi dapat didefinisikan. Pengertian mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Berdasarkan siklus waktunya,
penanganan bencana terdiri atas 4 tahapan sebagai berikut...
Tahap-Tahap Penanganan Bencana
- Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam untuk
mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah
kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain
membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan
gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta
38
berat perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu terutama
kegiatan penjinakan / peredaman atau dikenal dengan istilah Mitigasi.
Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik
yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana
sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster).
2. BENCANA
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003), bencana
adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan
kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai
material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan
melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya
yang ada. Lebih lanjut, menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah
kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah
manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari kesalahan
teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, individu
maupun lingkungan untuk memberikan antusiasme yang bersifat luas.
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi
bencana menurut UU No. 24 tahun 2007)
38
Jenis-Jenis Gelombang
Secara umum hanya terdapat dua jenis gelombang yaitu, gelombang
mekanik dan gelombang elektromagnetik.
Jenis gelombang berdasarkan pada medium perambatan gelombang adalah
1) Gelombang mekanik,
adalah sebuah gelombang yang dalam perambatannya memerlukan
medium, yang menyalurkan energi untuk keperluan proses penjalaran
sebuah gelombang. Suara merupakan salah satu contoh gelombang
mekanik yang merambat melalui perubahan tekanan udara dalam ruang
(rapat-renggangnya molekul-molekul udara).
2) Gelombang elektromagnetik,
yaitu gelombang yang dapat merambat walau tidak ada medium.
Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa
karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang gelomban, frekuensi,
amplitude, dan kecepatan.
2. ARUS
38
3. KEDALAMAN PERAIRAN
Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam
memecahkan masalah teknik berbagai pesisir seperti erosi. Pertambahan
stabilitas garis pantai, pelabuhan dan kontraksi, pelabuhan, evaluasi,
penyimpanan pasang surut, pergerakan, pemeliharaan, rute navigasi
(Roonawale et al, 2010)
Menurut Ariana (2002) faktor-fator yang mempengaruhi
kadalaman adalah batimetri. Bathimetri adalah ukuran tinggi
rendahnya dasar laut. Perubahan kondisi hidrografi di wilayah
perairan laut dan pantai di samping disebabkan oleh fenomena
perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan proses-proses
yang terjadi di wilayah hulu sungai. Berdasarkan kedalamanya,
wilaya perairan laut terdiri dari 4 zona, yaitu:
a. Zona litoral, yaitu wilaya antara garis pasang dan garis surut.
Wilaya ini kadang-kadang kering pada saat air laut surut dan
tergenang pada saat air laut mengalami psang.
b. Zona neritik, yaitu zona laut yang memiliki kedalaman dangkal
kurang dari 200 meter.
c. Zona batial, yaitu wilaa laut yang memiliki kedalaman antar 150
hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak ditembus oleh sinar
matahari.
d. Zona abisal, yaitu suatu sona di dasar laut yang amat dalam
dimulai dari kedalaman 1000 meter sampai 6000 meter.
4. ANGIN
Angin adalah udara yang bergerak, baik itu pergerakan horisontal
maupun vertikal. Ada tiga hal penting yang menyangkut sifat sifat
angin yaitu kekuatan angin, arah angin dan kecepatan angin.
a. Kekuatan angin
Menurut hokum stevenson, kekuatan angin berbanding
lurus dengan gradient barometriknya. Gradien barometrik
ialah angka yang menunjukan perbedaan tekanan udara dari
2 isobar pada tiap jarak 15 meridian(111 km).
b. Arah angina
38
- Angin Laut
Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut
ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari
pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00. Angin ini bisa
dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari
menangkap ikan di laut
- Angin Darat
Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah
darat ke arah laut, yang pada umumnya terjadi saat
malam hari, dari jam 20.00 sampai dengan 06.00.
5. SEDIMEN
Setiono (1995) mendefinisikan sedimen sebagai material
fragmental yang terjadi pada penghancuran batuan dan bahan-
bahan organik yang terendap oleh tenaga air, angin atau es.
Pengertian sedimentasi menurut Sampurno (2001), adalah
peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh
tenaga air atau angin. Selley (1988), menyatakan sedimen adalah
partikel-partikel yang terpancar ataupun yang terkumpul di
perairan. Open University Coarse Team (1989), mengemukakan
bahwa sedimen merupakan partikel-partikel yang telah mengendap
dan mengumpul pada bagian dasar perairan.
Sedimentasi dapat dibedakan berdasarkan bahan
pembentuk sedimen atau asal sedimen.Gross (1990),
mengemukakan bahwa bahan pembentukan / asal sedimen laut
dapat dikelompokan atas empat yaitu :
38
a. Garis pantai
Garis adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air
pasang tertinggi dan air surut terendah (daerah pasng surut).
Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air
laut, dimana posisinya tidak tepan dan dapat berpindah sesuai
dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.
b. Kemiringan pantai
Kemiringan pantai adalah sudut antara bidang datar pemukaan
bumi terhadap suatu garis atau bidang lurus yang ditarik dari
titik terendah hingga tertinggi pada suatu bidang tertentu untuk
mengukur kemiringan lereng di suatu dasar perairan lokasi
dititik pengamatan digunakan metode jaring-jaring ( bzmbzng
triatmojo).
38
BAB III
METODE PRAKTEK
Maros skala
1:35.000
Global 1 buah Alat penentuan
2 Positioning posisi
System (GPS)
Tiang skala 1 buah Mengukur
tinggi pasang
surut,
3
gelombang, dan
gelombang
pecah
Layang 1 paket Mengukur
4 Layang Arus kecepatan dana
arah arus
Kompas 1 buah Menentukan
5
arah mata angin
Stopwatch 1 buah Mengukur
6
waktu
7 Alat tulis 1 paket Mencatat hasil
menulis pengamatan
8 Kantong Secukupnya Tempat
sampel penyimpanan
sedimen sampel sedimen
9 Perahu 1 buah Alat
transportasi
survey
sedimen
Sieve Net 1 paket Mengayak
(ayakan sedimen untuk
3. sedimen) mengetahui
ukuran butir
sedimen
Cawan petri 6 buah Sebagai wadah
4. sedimen saat
ditimbang
Kertas secukupnya Sebagai wadah
5. pembungkus sedimen setelah
nasi diayak
Sikat bulu 7 buah Membersihkan
sedimen yang
tersisa diayakan
6.
setelah
pengayakan
selesai
Sendok 2 buah Mengambil
sedimen pada
7.
analisis
laboratorium
1. Di lapangan
a. Mengukur tinggi gelombang dengan menggunakan tiang skala,
dengan cara menghitung tinggi puncak dan lembah sebanyak 30
data, dan menghitung waktu yang digunakan.
b. Menghitung kecepatan arus dengan menggunakan laying-layang arus
dengan cara membiarkan arus membawa layang-layang tersebut
sejauh 5 m , berapa waktu yang digunakan.
c. Mengukur kecepatan angin dengan menggunakan ADC, tetapi
sebelum itu kita harus mengetahui arah datangnya angin dengan
38
H 1/3=n /3
Tinggi Gelombang Pecah : Hu
i=1
N / 30,56
Hb = H 1/3 0,2
H1/
3. Kemiringan pantai 3
L
Tg = y/x
Keterangan :
Tg = Kemiringan Pantai
Y = Kedalaman Perairan (m)
X = jarak kedalaman dari garis pantai (m)
Persentase kemiringan pantai, diperoleh dengan formula :
Kemiringan (%) = Arc Tg / 45x 100%
4. Sedimen
Menghitung % berat sedimen pada metode ayakan :
% Berat = x 100%
Berat Hasil ayakan (gr)
Menentukan nilai sortasi (So)
Berat awal
(gr)
38
So = Q1/Q 3
Di mana, So = Nilai Sotasi
Q1 = Kwartir Pertama
Q3 = Kwartir Ketiga
Untuk mengetahui nilai Q1, Q2, dan Q3 digunakan kertas semilog
Tabel 5 Klasifikasi Tingkatan nilai sortasi :
N Keterangan Skala
o
1. Sangat baik 1,0 < So < 1,117
2. Baik 1,17 < So < 1,20
3. Cukup baik 1,20 < So < 1,35
4. Sedang 1,35 < So < 1, 875
5. Jelek 1,875 < So < 2,75
6. Sangat jelek So > 2,75
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
TITIK 3
Koordinat 45713,5 LS
1193015,1 BT
Arah Angin 55
Arus 1 Menit 42 Detik = 60+42=102 Detik
Arah Arus 45
Kemiringan 220 = 14,10 Menit
Arah Garis Pantai 35
Gelombang Pecah 58
Arah Datang Gelombang 50
Waktu 1 Menit 36 Detik = 60 + 36 = 96
Kedalaman 85 CM
1. Gelombang
No. Puncak Lembah Tinggi (H)
1 74 70 4
2 76 71 5
3 74 69 5
4 75 70 5
5 73 68 5
6 74 70 4
7 76 72 4
8 76 71 5
9 77 72 5
10 78 73 5
11 74 70 4
12 75 69 6
13 76 70 6
14 74 69 5
15 77 71 6
16 79 74 5
38
17 76 72 4
18 76 71 5
19 75 72 3
20 77 72 5
21 77 73 4
22 76 71 5
23 76 72 4
24 75 70 5
25 74 69 5
26 74 69 5
27 76 70 6
28 75 72 3
29 85 76 9
30 78 68 10
Jumlah : 152
Tabel 6. Karakteristik Gelombang di Pantai Maros Baru Sumber: Hasil Analisis
Data Gelombang, Pantai Kabupaten Maros.
Lokasi 3 ( titik 3)
1. Rata-rata gelombang
H 1+ H 2+ H n
H=
N
152 =5,067 cm
H=
30
2. Periode (T)
Dik. T = 136= 60 + 36 = 96
t
T=
N
96
T=
30
T =3,2 s
3. Panjang gelombang
2
L=1,56 x T
L=1,56 x (3,2)2
L=15,974 cm
4. Tinggi Gelombang Maximum = 10 cm
5. Arah Datang Gelombang = 50
38
Hu
i=1
H 1/3=
N/3
63
H 1/3= 10 = 6,3 cm
2. Arus
'
Dik. Arus = 1 42 = 60+ 42 = 102
Lokasi 3
t=1' 42
t=102
s
V=
t
5 m
V= =0,049
102 s
3. Angin
Arah Angin = 55
4. Kemiringan
35
50
6. Sedimen
Cawan Awal = 53,5 gr
Cawan Akhir = 100 gr +53,5 gr = 153,5 gr
Uk A A Se % Berat %
ura w k lis Sedime Kum
n a hi ih n ulatif
Sie l r
ven
et
2 4 9 50 5 99,4
0 0, ,6 0
, 6 ,
0 6
1 4 5 17 1 48,8
1 9, ,8 7
, 5 ,
7 8
0,5 3 4 9, 9 31
9 8, 8 ,
, 9 8
1
0,2 3 5 14 1 21,2
5 7 1, ,2 4
, 7 ,
5 2
0,1 6 6 4, 4 7
25 0 4, 1 ,
, 8 1
35
7
< 5 5 2, 2 22,9
0,1 3 6, 9 ,
25 , 5 9
6
Ju 99 9 99,4
mla ,4 9
h ,
4
% Berat Tititk 3
1. Ukuran 2 mm
Berat Hasil Ayakan(gr )
berat= x 100
Berat Awal
40,0
berat= x 100
100
berat=40
2. Ukuran 1 mm
Berat Hasil Ayakan(gr )
berat= x 100
Berat Awal
41,7
berat= x 100
100
berat=41,7
3. Ukuran 0,5 mm
Berat Hasil Ayakan(gr )
berat= x 100
Berat Awal
39,1
berat= x 100
100
berat=39,1
4. Ukuran 0,25 mm
Berat Hasil Ayakan(gr )
berat= x 100
Be r at Awal
37,5
berat= x 100
100
berat=37,5
36
5. Ukuran 0,125 mm
Berat Hasil Ayakan(gr )
berat= x 100
Berat Awal
60,7
b e rat= x 100
100
berat=60,7
6. Ukuran < 0,125 mm
Berat Hasil Ayakan( gr )
ber a t= x 100
Berat Awal
53,6
berat= x 100
100
berat=53,6
Kumulatif =99.4
So = Q1/Q 3
Di mana, So = Nilai Sotasi
Q1 = Kwartir Pertama
Q3 = Kwartir Ketiga
Dik. So = Nilai Sortasi
Q1 = 0,325
Q2 = 1
Q3 = 1,5
Penyelesaian :
So = Q1/Q 3
= 0,325/ 1,5
= 0,216
So = 0,464
37
Go = (Ho/Lo) (tg)0,27 (d50/Lo)0,67
0,67
0,10 1
Go= (
0,159 )
.( tan 2)0,27
0,159 ( )
0,27 0,67
(0,628) ( 0,034 ) ( 6,289)
(0,628)(0,401)(3,428)
0,0025
3,2.
0,39.1,57
2
0.6123 ( 0,008 ) 5
0,6123.0,145
0,088
8. Tipe hempasan Gelombang
Bo = Hb / (g tan T2)
Dimana :
Bo = Koefisien empasan gelombang,
Hb = Tinggi rata-rata hempasan (m),
g = Gravitasi bumi (9,8
= Kemiringan lereng pantai (..o)
T = Periode gelombang (detik)
Penyelesaian :
0.088
Bo=
( 9,8 tan 2. 3,22 )
38
0.088
( 9,8 tan 2.10,24 )
0.088
( 9,8 x 0,034 x 10,24 )
0.088
3,411
B. PEMBAHASAN
1. Gelombang
Gelombang adalah gerakan naik turun sebuah tubuh perairan yang
dinyatakan dengan naik turunya permukaan ai secara bergantian. Pada
pengukuran titik Tiga pantai Maros Baru, hasil yang diperoleh yaitu
- Tinggi gelombang maksimum adalah 10 CM dan tinggi gelombang
minimum adalah 3 CM.
- Gelombang rata rata yakni 5,067 cm yang di peroleh dari perbandingan
jumlah tinggi gelombang dengan frekwensi pencatatan tinggi
gelombang.
- Periode gelombang 3,2 s, dengan panjang gelombang 15,974 cm
2. Angin
Angin adalah udara yang bergerak, baik itu pergerakan horisontal
maupun vertikal . Dari hasil pengamatan di titik 3 arah diperoleh
informasi arah datang angin pada titik ketiga adalah 55.
3. Arus
Arus adalah proses pergerakan massa air laut yang menyebabkan
perpindahan horisontal dan vertikal massa air laut tersebut yang terjadi
secara terus (gross, 1990).
39
Pada titik ketiga pengukuran di dapat dari hasil bagi antara jarak
tempuh ( s )dan waktu tempuh ( t ) layang layang arus menegang
sempurna Yakni 0,049 ms dengan arah arus 45o.
4. Arah dan Kemiringan Pantai serta Arah Datang Gelombang
Berdasarkan hasil Pengukuran titik 3 diperoleh informasi tingkat
kemiringan yaitu 0,04o dengan arah garis pantai 35o dan arah datang
gelombang yaitu 50o, dimana hasilnya termasuk pada kategori Landai.
5. Sedimen
Setiono (1995) mendefinisikan sedimen sebagai material
fragmental yang terjadi pada penghancuran batuan dan bahan-bahan
organik yang terendap oleh tenaga air, angin atau es. Sedimen pantai
adalah partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batuan-
batuan dari daratan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa-sisa
rangka-rangka organisme laut.
Pada titik ke tiga sendiri % Kumulatif=99.4 %
6. Abrasi dan Sedimentasi
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan kategori lokasi abrasi dan
sedimentasi yaitu titik 1, 2, 4, 5 dan 6 termasuk dalam kategori sedimentasi
sedangkan pada titik 3,7,8 dan 9 termasuk kategori yang seimbang.
Pada titik ini didominasi oleh kategori sedimentasi. Dimana
sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Pengerjaan
pecahan ombak disebut abrasi, yang sangat mempengaruhi bentuk-
bentuk pantai dan daratan-daratan dekat pantai tersebut terutama
bekerja mengikis dinding-dinding pantai yaitu batuan, kerikil dan pasir
yang digerakkan dan diangkut oleh pecahan-pecahan ombak tersebut.
Pengerjaan abrasi atau erosi marin ini dengan baik sekali dapat dilihat
pada dinding-dinding batuan yang curam di tepi pantai. Pada
permukaan biasanya dibentuk semacam lekukan dalam batuan.
Lekukan ini lambat laun diasah dan lubang-lubang pusaran ini kian
hari bertambah besar. Dengan jalan demikian dinding tadi akan
kehilangan tahanan dan pada suatu ketika akan roboh. Tergantung dari
sifat batuannya, maka akan terbentuk pula bentuk-bentuk lain oleh
abrasi, misalnya goa-goa, pintu air, rongga-rongga dan sebagainya.
Bangunan-bangunan ini sebagaimana juga lekukan akan roboh dan
40
lambat laun terbentuklah suatu dataran yang dengan landai dan miring
ke arah laut..
7. Tipe hempasan gelombang
Dari serangkaian perhitungan ini di peroleh bahwa tipe hempasan
gelombang yaitu spilling. Tipe gelombang adalah spilling dimana tipe
gelombang Spilling, terjadi dimana gelombang sudah pecah sebelum
tiba di depan pantai. Gelombang ini lebih sering terjadi, dimana
kemiringan dasarnya lebih kecil sekali, oleh karena itu reaksinya lebih
lambat, sangat lama dan biasanya digunakan untuk berselancar.
41
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Daerah pesisir merupakan daerah yang memiliki segudang potensi
dan juga masalah. Seringkali potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan
secara optimal karena adanya masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Masalah yang terjadi bisa berupa masalah politik, sosial, tata ruang,
lingkungan, sampai pada masalah teknis. Perencanaan daerah pesisir
merupakan salah satu hal yang harus dipikirkan oleh pemerintah karena
Indonesia sebagai negara maritim memiliki lautan yang cukup luas.
Resiko abrasi merupakan dampak merugikan yang terjadi akibat
adanya abrasi. Resiko yang paling nyata adalah semakin berkurangnya
luas daratan atau pulau yang terkena abrasi. Setiap tahun garis pantai
semakin mundur karena adanya abrasi. Resiko abrasi dipengaruhi oleh
hazard, vulnerability dan capacity. Hazard merupakan kondisi yang
mengancam dan dapat menimbulkan kerugian baik material maupun non
material, dalam hal ini hazard yang dihadapi oleh kawasan pesisir ini
adalah abrasi. Vulnerability merupakan kondisi dimana sebuah komunitas
rentan terkena bencana abrasi. Capacity merupakan kemampuan daerah
pesisir untuk beradaptasi dalam menghadapi bahaya abrasi.
Dampak yang ditimbulkan dari bencana ini adalah terjadinya
abrasi/erosi, banjir, sedimentasi maupun pendangkalan. Maka dalam hal
ini dilakukan upaya mitigasi berupa revitalisasi terhadap bangunan
pemecah gelombang, perluasan mangrove, rehabilitasi pemecah
gelombang yang rusak serta tanggulnya, pembangunan pemecah
gelombang dan tanggul baru, peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pelestarian lingkungan berupa pembuangan sampah pada tempatnya dan
penataan kawasan hulu (upland management) sebagai penadah air dan
penahan sedimentasi dari bukit yang gundul ke muara muara sungai serta
penghijauan disekitar lokasi tambak sebagai penahan erosi dan
sedimentasi.
42
B. SARAN
Bencana merupakan peristiwa yang tidak dapat kita hindari tapi
dapat kita atasi. Untuk mengatasi bencana dibutuhkan pengetahuan akan
tindakan yang tepat yang harus dilakukan. Jadi di harapkan kepada semua
pihak baik pemerintah maupun masyarakat untuk lebih meningkatkan
pengawasan, kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
dengan memiliki pengetahuan tentang mitigasi bencana
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Nasiah, M.Si dan Ichsan Invani , ST, M.Sc. Mitigasi Bencana (Disaster
Mitigation).Penerbit CV Agus Corp. Sulawesi Selatan.
43
Indonesia, Undang Undang Tentang Penanggulangan Bencana. UU No 24 Tahun
2007. , Undang Unadang Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana. UU No 4 Tahun 2008.
Rokhim Dahuri, Jakub Rais, Sapta Putra Ginting, M.J Sitepu.,2001, Pengelolaan
Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, P.T. Pradnya
Paramita, Jakarta.
Dahuri, R, Rais, J., Ginting, S.P., Sitepu, M.J., 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramitha. Jakarta
44