Anda di halaman 1dari 44

38

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penulisan Laporan ini merupakan suatu bentuk penyampaian atau
penyajian informasi dan hasil dari pelaksanaan praktek Lapangan Mata
Kuliah Mitigasi Bencana Yang telah dilaksanakan oleh Mahasiswa Jurusan
Geografi Program Studi Pendidikan Geografi Semester 6 sebagai salah satu
bentuk penilaian Dosen Penanggung Jawab Mata Kulia Mitigasi Bencana.
Lokasi Penelitian Secara Geografis Merupakan Kawasan Pesisir ( Coastal
Zone) yang secara umun kawasan semacam ini sangat rentan dengan
peubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasi , erosi ataupun
sedimentasi,
Untuk itulah dilakukan praktek lapangan ini sebagai suatu tinjauan
berdasarkan metode deskriptip berdasarkan interpretasi penginderaan jauh
sertasi Observasi Langsung Baik dengan Wawancara dengan masyarakat
maupun observasi dengan pengukuruan langsung di beberapa titik Pantai.

B. TUJUAN
Tujuan daripada praktek lapang ini adalah
1. Untuk menganalisis kerawanan abrasi sebagai upaya mitigasi bencana
berbasis masyarakat di pantai kabupaten Maros.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara yang dilakukan untuk melakukan
penelitian tingkat abrasi yang terjadi di pantai Maros Baru
3. Untuk upaya mitigasi bencana daerah rawan bencana abrasi dan
sedimentasi di pantai kuri caddi kecamatan marusu kabupaten maros

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
38

A. KONDISI UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANGAN


Kawasan Hutan Bakau Dusun Barongkalukua Merupakan daerah yang
berada di kabupaten maros dimana secara administrasi kabupaten maros
berbatasan langsung dengan :

Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Pangkep


Selatan : Berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa
Barat : Berbatasan dengan Selat Makassar
Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Gowa Dan Kabupaten Bone
Abrasi merupakan istilah untuk menggambarkan pengikisan daerah pantai
yang terjadi karena gelombang dan arus laut destruktif. Pengikisan yang
demikian menyebabkan berkurangnya daerah pantai mulai dari yang paling
dekat dengan air laut karena menjadi sasaran pertama pengikisan. Jika
dibiarkan, abrasi akan terus menggerogoti bagian pantai sehingga air laut
akan menggenangi daerah-daerah yang dulunya dijadikan tempat bermain
pasir ataupun pemukiman penduduk dan wilayah pertokoan di pinggir pantai.

Pengamatan seksama tentang gelombang laut ternyata menunjukkan


bahwa air gelombang tidak bergerak maju, melainkan bergerak melingkar,
sehingga air hanya bergerak naik-turun begitu gelombang melintas. Tepi
pantai menahan dasar gelombang, sehingga puncak gelombang bergerak lebih
cepat untuk memecah di tepi pantai. Gelombang bergerak melintasi jarak
yang jauh, tetapi medium (cair, padat, atau gas) hanya dapat bergerak
terbatas. Dengan demikian, walaupun gelombang bukan merupakan materi,
pola gelombang dapat merambat pada materi.
Arus terjadi karena adanya proses pergerakan massa air menuju
kesetimbangan yang menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa
air. Gerakan tersebut merupakan resultan dari Beberapa gaya yang bekerja
dan beberapa factor yang mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah
gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal
(gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping).
38

B. ABRASI DAN SEDIMENTASI


1. PANTAI DAN GEOMORFOLOGI PANTAI
Pantai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah pesisir,
Sogiarto, (1976) dalam Dahuri, (1996) menyatakan bahwa defenisi wilayah
pesisir yang digunakan di Indonesia adalah pertemuan antara darat dan laut
dalam artian ; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik
kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti
pasang surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut
wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-
proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar
maupun yang disebaban oleh kegiatan manusia di darat seperti pembangunan,
penggundulam hutan dan pencemaran lingkungan pantai.
Bentuk/morfologi wilayah pesisir, seperti pantai terjal atau landai,
ditentukan oleh kekerasan (resestivity) batuan, pola morfologi dan tahapan
proses tektoniknya. Relief/topografi dasar laut perairan nusantara terdiri dari
berbagai tipe mulai dari paparan (shelf) yang dangkal, palung llaut, gunung
bawah laut, terumbu karang dan sebagainya. Kondisi oseanografi fisik di
kawasan pesisir dan lautan ditentukan oleh fenomena pasang surut, arus,
gelombang, kondisi suhu, salinitas serta angin. Fenomena-fenomena tersebut
memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan lautan. Proses-
proses utama yang sering terjadi di wilayah pesisir meliputi: sirkulasi massa
air, percampuran (terutama antara dua massa air yang berbeda), sedimentasi
dan abrasi serta upwelling. Bentukan-bentukan yang umum terdapat
diwilayah pesisir adalah sebagai berikut:
1. Pesisir Pantai (Beach) adalah yaitu pesisir diantara garis pasang naik
dan pasang surut.
2. Laguna adalah air laut dangkal yang memiliki luas beberapa mil,
sering merupakan teluk atau danau yang terletak diantara pulau
penghalang dengan pantai.
3. Pulau Penghalang (Barrier Island) adalah gosong pasir yang tersembul
dipantai yang dipisahkan dari pantai oleh laguna. Pulau penghalang ini
bias tebentuk sebagai spit atau gumuk pasir yang dibentuk oleh angin
atau air.
38

4. Delta adalah deposit lumpur, pasir, atau kerikil (endapan alluvium)


yang mengendap di muara suatu sungai. Delta dibagi menjadi tiga
berdasarkan bentuknya, yaitu Delta Arcuate (Berbentuk kipas), Delta
Cuspate (Berbentuk gigi tajam), Delta Estuarine (Berbentuk estuarine).
5. Goa Laut (Sea Cave) merupakan goa yang terbentuk pada terbing terjal
(cliff) atau tanjung (headland) sebagai akibat erosi dari hantaman
gelombang dan arus.
6. Sea Arch merupakn sea cave yang telah tereosi sangat berat akibat dari
hantaman ombak.
7. Sea Stack merupakan tiang-tiang batu yang terpisah dari daratan yang
tersusun dari batuan yang resisten sehingga masih bertahan dari
hantaman gelombang.
8. Rawa Air Asin (Salt Marsh) merupakan rawa yang terbentuk akibat
genangan air laut di dinggir pantai
9. Head Land yaitu batuan daratan resisten yang menjorok kelaut sebagai
akibat erosi gelombang.
10. Bar yaitu gosong pasir dan kerikil yang terletak pada dasar laut
dipinggir pantai yang terjadi oleh pengerjaan arus laut dan gelombang.
Kadanngkadang terbenam seluruhnya oleh air laut.
2. ABRASI DAN SEDIMENTASI
a. ABRASI
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut
dan arus laut yang bersifat merusak (Setiyono, 1996). Kekuatan abrasi
ditentukan oleh besar-kecilnya gelombang yang menghempas ke
pantai. Sebagaimana juga halnya erosi sungai, kekuatan daya kikis
oleh gelombang dipertajam pula oleh butiran-butiran material batuan
yang terkandung bersama gelombang yang terhempas membentur-
bentur batuan. Pada pantai yang berlereng terjal dan berbatuan cadas,
gelombang mengawali kikisannya dengan membentuk notch, lereng
vertikal yang cekung (concave) ke arah daratan (lereng menggantung,
overhanging). Bentukan lereng yang cekung ini memberi peluang
kerja bagi gaya berat dari batuan di atas (overhanging), dan
menjatuhkannya ke bawah. (hallaf, 2006).
38

Adapun bentuklahan yang terbentuk karena peristiwa abrasi antara


lain Notch, Cliff , Wave-cut Platform, Sea Cave, Blow Hole, Inlet, Arch
dan Stack.
1. Notch, Cliff dan Wave-cut Platform
Cliff adalah bentuk lereng terjal yang menyerupai dinding; yaitu
bagian yang ditinggalkan setelah suatu massa batuan longsor
(landslides) oleh gaya beratnya sendiri. Sering, suatu cliff mirip
dengan bentuk escarp, tetapi escarp dibentuk sebagai dinding patahan
akibat depressi tektonik, sedangkan cliff dibentuk oleh denudasi
tektonik.
Sebelum cliff terbentuk, dimulai dengan pembentukan notch yang
merupakan hasil pekerjaan gelombang (abrasi). Notch yaitu bentuk
cekungan kaki lereng (profil) yang menghadap ke arah laut, pada zona
pasang-surut dan garis tengahnya secara horizontal memanjang sejajar
dan selevel dengan garis pantai/muka laut di saat pasang.
Ada dua tipe cliff. Tipe yang pertama bentuknya tegak atau miring
ke belakang. Cliff tipe ini biasanya karena terdiri dari batuan yang
relatif lembut, atau struktur geologisnya yang miring ke arah darat.
Tipe yang kedua adalah overhanging cliff, suatu bentuk clif yang
dinding lerengnya sangat miring atau menonjol ke arah laut. Clif tipe
overhanging terbentuk pada formasi batuan yang keras (cadas) dengan
struktur (deep) yang miring ke arah laut. Wave-cut platform, adalah
bagian dari pesisir (laut) yang rata pada permukaan batuan dasar (beds
rock) yang dibentuk oleh pekerjaan gelombang (Hallaf, 2006).
2. Sea Cave, Blow Hole dan Inlet
Perbedaan kekerasan batuan; ada batuan yang lembut dan yang
lainnya keras, memberi perbedaan dalam kecepatan pengikisan.
Bagian-bagian batuan cadas di mana terdapat celah dan rekahan-
rekahan seperti jointed, akan lebih cepat terkikis daripada bagian yang
tanpa celah atau rekahan.
Sekali gelombang sempat membuat suatu lubang, maka kekuatan
atau daya tekanan dari benturan gelombang akan semakin intensif dan
efisien terhadap lobang tersebut. Suatu lobang yang berbentuk corong
38

yang mengarah ke arah datangnya gelombang, akan memberi peluang


terfokusnya tekanan gelombang untuk memperhebat daya
benturannya. Kondisi yang demikian akan lebih dipertajam daya
kikisnya bila di dalam gelombang itu termuat butiran-butiran material
keras. Makin luas mulut suatu gua di dinding pantai, makin banyak
pula massa air gelombang yang membentur ke dalamnya. Tekanan
benturan dan pukulan gelombang semacam ini di saat badai mampu
menggetarkan (microseismic) dan meremukkan kompleks batuan
cadas di sekitarnya. Lambat laun muncratan air menembus hingga ke
permukaan tanah di atasnya (headland) dan membentuk blow hole.
Dua macam lubang besar ini (cave dan blow hole) diberi nama
sesuai dengan posisinya. Cave atau gua laut karena posisinya yang
horizontal mengarah ke laut; sedangkan blow hole adalah lubang yang
tegak lurus, seperti dolina di daerah karst. Bentukan blow hole
dipercepat oleh, selain benturan langsung gelombang, juga oleh
semprotan (muncratan), getaran, pelapukan dari atas dan gravitasi
yang menjatuhkan batuan di atasnya. Demikian seterusnya hingga
kedua lubang tersebut bukan saja bersambungan dalam bentuk
terowongan, tetapi atapnya pun runtuh seluruhnya, disebut inlet atau
terusan (Hallaf, 2006).

3. Sea Cave, Arch dan Stack


Demikianlah proses suatu gua laut terbentuk hingga menembus ke
dinding pantai sebelahnya pada suatu tanjung. Terowongan gua
dengan sambungan semacam jembatan alam di atasnya pada ujung
tanjung disebut arch.
Bila kelak jembatan alam (arch) ini runtuh atau putus, maka bagian
ujung tanjung yang ditinggalkan, dengan bentuk pilar raksasa (tugu)
disebut stack (Hallaf, 2006).

b. SEDIMENTASI
Progradasi (sedimentasi) adalah proses perkembangan gisik,
gosong atau bura ke arah laut melalui pengendapan sedimen yang
dibawa oleh hanyutan litoral (Setiyono, 1996). Bentuk-bentuk
38

endapan yang utama dari gelombang dan arus sepanjang pantai


adalah: beach, bars, spits, tombolo, tidal delta, dan beach ridges.
Ketika gelombang menghempas (swash) merupakan kekuatan
pukulan untuk memecahkan batuan yang ada di pantai. Butiran-
butiran halus dari pecahan batuan (material klastis), seperti kerikil
atau pasir, kemudian diangkut sepanjang pesisir (shore, zona pasang-
surut), yaitu bagian yang terkadang kering dan terkadang berair oleh
gerak pasang-surut atau oleh arus terbimbing sepanjang pesisir (long
shore currents). Proses erosi dan pemindahan bahan-bahan penyusun
pantai (beach) yang terangkut disebut beachdrift, yaitu penggeseran-
penggeseran pasir atau kerikil oleh gelombang (swash dan backwash)
sampai diendapkan dan membentuk daratan baru, misalnya, endapan
punggungan pasir memanjang yang disebut off shore bars atau spit.
Adanya endapan seperti misalnya spit yang berbentuk memanjang
di depan teluk ataupun tombolo yang menghubungkan pulau dengan
daratan utama, menunjukkan adanya bagian laut yang tenang.
Tenangnya gelombang karena perlindungan tanjung dan merupakan
medan pertemuan dua arah massa arus laut yang saling melemahkan;
yaitu arus dari kawasan laut luar yang memutar di dalam teluk. Di
bagian air yang tenang di situlah terjadi pengendapan (Hallaf, 2006).
Adapun bentuklahan yang terbentuk karena peristiwa sedimentasi antara
lain:
1. Beach
Banyak bahan-bahan yang dikikis dari tanjung-tanjung tidak terbawa
keluar dan masuk ke dalam air yag lebih dalam, tetapi dihanyutkan
oleh arus pasang yang datang ke bagian head (tanjung) dan sides (sisi)
teluk sehingga terbentuk Bay Head Beach dan Bay Side Beach.
The long shore current mengalir, terutama menghindari
ketidakberaturan pantai, sehingga mengalir memotong di mulut teluk.
Head Land Beach; terbentuk kalau materi-materi itu diendapkan di
muka tanjung-tanjung (Hallaf, 2006).
2. Bars
38

Bar adalah gosong-gosong pasir penghalang gelombang yang


terbentuk oleh endapan dari gelombang dan arus. Bar merupakan
bagian dari beach, yang tampak pada saat air surut. Di Tomia disebut
knt, orang Maluku menyebutnya mti. Bar diberi nama sesuai
dengan tempat terjadinya. Bay Mouth Bar ialah bar yang terbentuk
dan berpangkal dari tanjung yang satu ke tanjung yang lain di mulut
teluk. Arus yang berhasil masuk ke dalam teluk membentuk Bay Head
Bar dan Mid Bay Bar.
Cuspate Bar dan Looped Bar; adalah bar yang berbukit yang juga
dibangun oleh arus. Sebuah Cuspate Foreland menyerupai Cuspate
Bar, hanya di situ tidak mempunyai lagoon, karena semua materi-
materi mengendap membentuk beach.
Off Shore Bars yang berbeda-beda di dalam jumlahnya, biasanya
hanya merupakan suatu lajur (gosong) pasir yang muncul di atas
permukaan laut pada saat laut surut. Di suatu daerah yang luas off
shore bars terdiri dari dua atau tiga mil, dipisahkan oleh bukit-bukit
pantai (beach ridges) dan bukit-bukit pasir (sand dunes).
A.K.Lobeck berpendapat bahwa material pembentuk spit atau bar
berasal dari hasil kerukan gelombang di dasar laut di depan bar itu,
dan ditambahkan juga dengan material yang terbawa dari tempat lain
oleh arus laut sepanjang pantai di mana erosi cliff aktif bekerja; dan
gelombang belum berhasil mencapai daratan di tempat di mana bar itu
terbentuk.
Adalah lumrah bila diketemukan dua atau lebih dari dua bars
berkembang sejajar dengan pantai. Bars yang lebih dalam terbentuk
pertama kali oleh gelombang yang lemah yang dapat maju lebih jauh
ke arah (bagian) laut yang lebih dangkal (Hallaf, 2006).
3. Spit
Biasanya arus yang masuk ke dalam sebuah teluk lebih kuat daripada
arus yang keluar menuju ke laut. Akibatnya ujung spit yang pada laut
terbuka (pada mulut teluk) menjadi melengkung masuk arah ke teluk.
Spit yang demikian disebut Recurved Spit. Spit yang melengkung,
38

yang terbentuk pertama, biasanya mempunyai lengkungan yang lebih


hebat daripada spit melengkung yang terbentuk berikutnya.
Complex Spit dihasilkan dari perkembangan spit kecil atau spit
sekunder yang menumpang pada ujung dari spit yang utama. Cape
Cod dan Sandy Hook, kedua-duanya adalah Complex Spit yang
sebaik dengan Compound-spit (Hallaf, 2006).
4. Tombolo
Tombolo ialah bar yang menghubungkan sebuah pulau dengan daratan
utama. Tombolo itu ada yang single, double, triple; dan ada pula yang
berbentuk huruf V, yaitu apabila pulau dihubungkan dengan daratan
oleh dua bar. Kompleks tombolo terbentuk bila beberapa pulau
dipersatukan dengan yang lain dan dengan daratan oleh sederetan bars
(Hallaf, 2006).

5. Tidal Inlet dan Tidal Delta


Tidal Inlets. Kebanyakan off shore bars (spit) tidak mempunyai sifat
yang bersambungan, tetapi diantarai atau diselingi oleh terusan-
terusan yang dikenal sebagai tidal inlets. Tidal inlets ini merupakan
pintu-pintu tempat keluar dan masuknya air laut antara laut bebas
dengan lagoon sesuai dengan gerak pasang-surut. Jumlah dan tempat
inlets atau teluk-teluk dapat memberi hubungan langsung dengan long
shore currents karena arus ini adalah tetap membawa muatan material
untuk membangun bars.
Dalam perkembangan lanjut (mature stage), jumlah dari inlets atau
teluk-teluk lambat laun bertambah jauh dari lokasi sumber di mana
arus memperoleh muatan material. Tidak hanya gelombang-
gelombang yang kurang keras untuk memberi arus itu dengan muatan
material yang berasal dari runtuhan, tetapi bar itu sendiri yang lebih
kecil dan lebih mudah dilalui oleh gelombang dan air pasang.
Tidal Deltas. Arus pasang-surut yang keluar-masuk pada tidal inlets
membawa pasir masuk ke dalam lagoon dan juga pasir ke luar laut.
Arus yang masuk itu kemudian mengendapkan material muatannya ke
dalam lagoon di mulut inlets dan membentuk delta; dan disebut Tidal
38

Delta. Hampir semua bars menahan sebuah deretan delta yang


terbentuk pada sisi dari lagoon.
6. Beach Ridges
Beach ridge (punggung / bukit-bukit tepi pantai) menggambarkan
kedudukan yang dicapai dari majunya garis pantai. Tekanan-tekanan
atau depression yang terjadi antara bukit-bukit atau ridges dikenal
sebagai Swales, Slashes or furrows. Ridges dan swales dapat terjadi
pada sembarang pantai.
Tetapi Johnson mempertahankan bahwa Beach Ridge tidaklah
selalu dapat dikorelasikan dengan individu angin badai. Beach Ridge
lebih banyak berfluktuasi dalam jumlah pasir yang dibawa oleh long
shore current; yang harus diperiksa adalah ada tidaknya erosi
gelombang pada tempat-tempat yang lain. Di mana terdapat
persediaan materi yang berlimpah, beach ridge dapat bertambah
dengan cepat, terutama pada ujung Recurved spit. Dalam 23 tahun,
ada 5 (lima) ridges terbentuk pada ujung dari Rockway Beach, dekat
New York City. Ujung spit bertambah kurang lebih 200 kaki dalam
setahun (Hallaf, 2006).

3. MITIGASI BENCANA
1. MITIGASI
Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, mengatakan bahwa
pengertian mitigasi dapat didefinisikan. Pengertian mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Berdasarkan siklus waktunya,
penanganan bencana terdiri atas 4 tahapan sebagai berikut...
Tahap-Tahap Penanganan Bencana
- Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam untuk
mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah
kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain
membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan
gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta
38

memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat


yang tinggal di wilayah rawan gempa
- Kesiapsiagaan merupakan perencanaan terhadap cara merespons
kejadian bencana. Perencanaan dibuat berdasarkan bencana yang
pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan terjadi.
Tujuannya adalah untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan
sarana-sarana pelayanan umum yang meliputi upaya mengurangi
tingkat risiko, pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta
pelatihan warga di wilayah rawan bencana.
- Respons merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan
bencana. Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi bencana.
Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada
upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang
terjadi akibat bencana.
- Pemulihan merupakan upaya mengembalikan kondisi masyarakat
seperti semula. Pada tahap ini, fokus diarahkan pada penyediaan
tempat tinggal sementara bagi korban serta membangun kembali
saran dan prasarana yang rusak. Selain itu, dilakukan evaluasi
terhadap langkah penanggulangan bencana yang dilakukan.

Secara Umum pengertian mitigasi adalah usaha untuk mengurangi dan /


atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik
38

berat perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu terutama
kegiatan penjinakan / peredaman atau dikenal dengan istilah Mitigasi.
Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik
yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana
sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster).

2. BENCANA
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003), bencana
adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan
kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai
material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan
melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya
yang ada. Lebih lanjut, menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah
kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah
manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari kesalahan
teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, individu
maupun lingkungan untuk memberikan antusiasme yang bersifat luas.
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi
bencana menurut UU No. 24 tahun 2007)
38

Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana


adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan
kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta memburuknya
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan
bantuan luar biasa dari pihak luar.
Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002) adalah
setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis,
hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena.

3. MITIGASI BENCANA ABRASI DAN SEDIMEN


Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
penanggulangan bencana, karena kegiatan ini merupakan kegiatan
sebelum terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk mengantisipasi
agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Disini juga terdapat
beberapa pengertian Mitigasi bencana menurut beberapa ahli yaitu :
a. Mitigasi (penjinakan) adalah segala upaya dan kegiatan yang
dilakukan untuk mengurangai dan memperkecil akibat-akibat
yang ditimbulkan oleh bencana, yang meliputi kesiapsiagaan
serta penyiapan kesiapan fisik, kewaspadaan dan kemampuan
mobilisasi (Depdagri, 2003).
38

b. Mitigasi adalah tindakan-tindakan untuk mengurangi atau


meminimalkan dampak dari suatu bencana terhadap
masyarakat (DKP, 2004).
c. Mitigasi (penjinakan): upaya atau kegiatan yang ditujukan
untuk mengurangi dampak dari bencana alam atau buatan
manusia bagi bangsa atau masyarakat (Carter, 1992).

Secara garis besar, upaya penanggulangan bencana meliputi :

1. Kesiapsiagaan => keadaan siap setiap saat bagi setiap


orang, petugas serta institusi pelayanan (termasuk
pelayanan kesehatan) untuk melakukan tindakan dan cara-
cara menghadapi bencana baik sebelum, sedang, maupun
sesudah bencana.
2. Penanggulangan => upaya untuk menanggulangi bencana,
baik yang ditimbulkan oleh alam maupun ulah manusia,
termasuk dampak kerusuhan yang meliputi kegiatan
pencegahan, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

Tujuan dari upaya di atas ialah mengurangi jumlah


kesakitan, risiko kecacatan dan kematian pada saat terjadi
bencana; mencegah atau mengurangi risiko munculnya
penyakit menular dan penyebarannya; dan mencegah atau
38

mengurangi risiko dan mengatasi dampak kesehatan


lingkungan akibat bencana.

Abrasi merupakan permasalahan yang sering muncul di


daerah pesisir yang diakibatkan oleh aktivitas gelombang.
Abrasi atau pengikisan pada pantai antara lain disebabkan
karena berkurangnya atau hilangnya struktur penahan
gelombang alami, seperti bukit pasir (sand dunes), terumbu
karang dan vegetasi pantai. Gelombang laut yang memiliki
energi besar, yang seharusnya pecah atau direfleksikan kembali
ke laut oleh penahan gelombang alami, menggempur bibir
pantai, lalu membawa material pantai ke laut lepas. Akibatnya
adalah garis pantai dari tahun ke tahun akan berkurang dan
pada akhirnya akan mengancam prasarana di pesisir. Apabila
abrasi seperti ini tidak ditangani secara efektif, kedepan akan
merusak prasarana yang ada seperti jalan dan pemukiman yang
dapat membahyakan masyarakat di sepanjang pantai.

Menurut Hang Tuah (2003) Abrasi pantai adalah kerusakan


garis pantai akibat dari terlepasnya material pantai, seperti
pasir atau lempung yang terus menerus di hantam oleh
gelombang laut atau dikarenakan oleh terjadinya perubahan
keseimbangan angkutan sedimen di perairan pantai. Hal in
terjadi karena Daerah pantai merupakan daerah yang spesifik,
karena berada di antara dua pengaruh yaitu pengaruh daratan
dan pengaruh lautan. Sesuai dengan posisinya daerah pantai
merupakan daerah yang sangat strategis (Yuwono N, 1993).

Secara detail penyebab abrasi berdasarkan Detail


Engineering Penanganan Abrasi dan Rob kab. Demak
(Kimpraswil, 2006) dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penurunan Permukaan Tanah. (Land Subsidence)


38

Pemompaan Air tanah yang berlebihan untuk


keperluan industri dan air minum di wilayah pesisir akan
menyebabkan penurunan tanah terutama jika komposisi
tanah pantai sebagian besar terdiri dari lempung/lumpur
karena sifat-sifat fisik lumpur /lepung yang mudah berubah
akibat perubahan kadar air. Akibat penurunan air tanah
adalah berkurangnya tekanan air pori. Hal ini
mengakibatkan penggenangan dan pada gilirannya
meningkatkan erosi dan abrasi pantai. Hal ini menunjukkan
bahwa potensi penurunan tanah cukup besar dan
memberikan kontribusi terhadap genangan (rob) pada saat
air laut pasang.
2. Kerusakan Hutan Mangrove
Hutan Mangrove merupakan sumberdaya yang
dapat pulih (sustaianable resources) dan pembentuk
ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di
wilayah pesisir. Mangrove memiliki peran penting sebagai
pelindung alami pantai karena memiliki perakaran yang
kokoh sehingga dapat meredam gelombang dan menahan
sedimen. Ini artinya dapat bertindak sebagai pembentuk
lahan (land cruiser). Sayangnya keberadaan hutan
mangrove ini sekarang sudah semakin punah karena
keberadaan manusia yang memanfaatkan kayunya sebagai
bahan bakar dan bahan bangunan.
3. Kerusakan akibat gaya-gaya hidrodinamika gelombang
Orientasi pantai yang relatif tegak lurus atau sejajar
dengan puncak gelombang dominan. Hal ini memberikan
informasi bahwa pantai dalam kondisi seimbang dinamik.
Kondisi gelombang yang semula lurus akan membelok
akibat proses refrksi/difraksi dan shoaling. Pantai akan
menanggai dengan mengorientasikan dirinya sedemikian
rupa sehingga tegak lurus arah gelombang atau dengan kata
38

lain terjadi erosi dan deposisi sedimen sampai terjadi


keseimbangan dan proses selanjutnya yang terjadi hanya
angkutan tegak lurus pantai (cros shore transport)
4. Kerusakan akibat sebab alam lain
Perubahan iklim global dan kejadian ekstrim misal
terjadi siklon tropis. Faktor lain adalah kenaikan permukaan
air laut akibat pemanasan global (efek rumah kaca) yang
mengakibatkan kenaikan tinggi gelombang
5. Kerusakan akibat kegiatan manusia yang lain
- Penambangan Pasir di perairan pantai
- Pembuatan Bangunan yang menjorok ke arah laut
- Pembukaan tambak yang tidak memperhitungkan keadaan
kondisi dan lokasi

Survey membuktikan setidaknya ada 5 penyebab abrasi


yang disebabkan oleh manusia, yaitu (Diposaptono, 2011):

1. Terperangkapnya angkutan sedimen sejajar pantai akibat


bangunan buatan seperti groin, jetty, breakwater
pelabuhan dan reklamasi yang sejajar garis pantai.
2. Timbulnya perubahan arus akibat adanya bangunan di
pantai / maritime.
3. Berkurangnya suplai sedimen dari sungai akibat
penambangan pasir, dibangunnya dam disebelah hulu
sungai dan sudetan (pemindahan arus sungai).
4. Penambangan terumbu karang dan pasir pantai.
5. Penebangan dan Penggundulan hutan mangrove.
Sedia payung sebelum hujan. Setidaknya pepatah
ini dapat kita gunakan utuk meminimalisir terjadinya
abrasi. Sebelum abrasi terjadi lebih parah, terdapat
tindakan pencegahan yang mungkin dapat kita lakukan
baik secara perseorangan atau berkelompok. Untuk
menanggulangi atau mencegah terjadinya abrasi pantai
yaitu (Ramadhan, 2013):
1. Pelestarian terumbu karang
38

Terumbu karang juga dapat berfungsi mengurangi kekuatan gelombang


yang sampai ke pantai. oleh karena itu perlu pelestarian terumbu karang
dengan membuat peraturan untuk melindungi habitatnya. ekosistem
terumbu karang, padang lamun, mangrove dan vegetasi pantai lainnya
merupakan pertahanan alami yang efektif mereduksi kecepatan dan energi
gelombang laut sehingga dapat mencegah terjadinya abrasi pantai. jika
abrasi pantai terjadi pada pulau-pulau kecil yang berada di laut terbuka,
maka proses penenggelaman pulau akan berlangsung lebih cepat.
2. Melestarikan tanaman bakau/mangrove
Fungsi dari tanaman bakau yaitu untuk memecah gelombang yang
menerjang pantai dan memperkokoh daratan pantai, selain untuk
mempertahnakan pantai, mangrove juga berfungsi sebagai tempat
berkembangbiakan ikan dan kepiting.
3. Melarang penggalian pasir pantai : Pasir pantai yang terus menerus
diambil akan mengurangi kekuatan pantai.
4. Sedangkan pada pantai yang telah atau akan mengalami abrasi, akan
dibuatkan pemecah ombak atau talud untuk mengurangi dampak dari
terjangan ombak, tindakan ini sering juga disebut tindakan pencegahan
secara teknis.

D . PARAMETER PENGUKURAN (LAUT)


1. GELOMBANG
Gelombang adalah gerakan naik turun sebuah tubuh perairan yang
dinyatakan dengan naik turunya permukaan ai secara bergantian.
Sedangkan ombak adalah suatu ganguan yang bergerak melalui air tetapi
tidak menyababkan partikel-partikel air bergerak karenanya
(triatmodjo),1999).
Setiap gelombang mempunyai tiga unsur yang penting yakni
panjang, tinggi dan periode. Panjang gelombang adalah jarak mendatar
antara dua puncak yang berurutan, tinggi gelombang adalah jarak vertikal
38

antara puncak dan lembah, sedangkan periode adalah waktu yang


diperlukan oleh 2 puncak yang berurutan untuk melalui suatu titik (nontji,
1987).
Sebuah gelombang terdiri dari beberapa bagian antara lain:
- Puncak gelombang (crest) adalah titik tertinggi dari sebuah
gelombang.
- Lembah gelombang ( trought) adalah titik terendah
gelombang, di antara 2 puncak gelombang.
- Panjang gelombang (wave leght) adalah jarak mendatar
antara dua puncak gelombang atau antara dua lembah
gelombang.
- Tinggi gelombang (wave height) adalah jarak tegak antara
puncak dan lembah gelombang.
- Periode gelombang (wave period) adalah waktu yang
diperlukan oleh dua puncak gelombang yang berurutan
untuk melalui 1 titik.

Jenis-Jenis Gelombang
Secara umum hanya terdapat dua jenis gelombang yaitu, gelombang
mekanik dan gelombang elektromagnetik.
Jenis gelombang berdasarkan pada medium perambatan gelombang adalah
1) Gelombang mekanik,
adalah sebuah gelombang yang dalam perambatannya memerlukan
medium, yang menyalurkan energi untuk keperluan proses penjalaran
sebuah gelombang. Suara merupakan salah satu contoh gelombang
mekanik yang merambat melalui perubahan tekanan udara dalam ruang
(rapat-renggangnya molekul-molekul udara).
2) Gelombang elektromagnetik,
yaitu gelombang yang dapat merambat walau tidak ada medium.
Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa
karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang gelomban, frekuensi,
amplitude, dan kecepatan.

2. ARUS
38

Arus adalah proses pergerakan massa air laut yang menyebabkan


perpindahan horisontal dan vertikal massa air laut tersebut yang terjadi
secara terus (gross, 1990). Pergerakan massa ini ditimbulkan oleh
beberapa gaya sehingga herunadi (1996) dalam kurniawan (2014)
mengemukakan bahwa sinyal arus merupakan resultan dari bebagai
sinyal yang mempunyai frekuensi tertentu yang dibangkitkan oleh
beberapa gaya yang berbeda-beda.
Faktor-faktor pembangkit arus permukaan adalah sebagai berikut:
- Bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada disekitarnya.
- Gaya coriolis dan arus ekman
- Perbedaan tekanan
- Perbedaan densitas

Jenis jenis Arus yaitu :


- Arus Ekman (Spiral Ekman)
Tidak selamanya arus bergerak searah dengan arah hembusan
angin, jika gaya Coriolis tidak searah dengan hembusan angin, maka
arus laut di permukaan tidak akan searah tetapi membentuk sudut
dengan arah hembusan angin, yakni ke arah kanan pada belahan bumi
utara dan ke arah kiri pada belahan bumi selatan.Pada lapisan yang
lebih dalam, kecepatan arus akan lebih kecil karena gaya gesekan
dengan partikel air sesamanya besar dan arahnya akan membentuk
sudut yang lebih besar dengan arah angin. Sudut yang terbentuk dapat
mencapai 180 bahkan lebih.
- Arus Musiman
a. Pergerakan arus laut juga dapat dipengaruhi oleh factor musim.
Indonesia yang di apit oleh dua benua (Asia dan Austaralia) dan
dua samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia),
pergerakan arusnya sangat dipengaruhi oleh musim.
b. Arus-arus musiman di Asia Tenggara (Indonesia) terjadi di Musim
Barat (bulan Februari) dan di Musim Timur (bulan Desember)
c. Arus Elementar
Arus Elementer adalah arus yang disebabkan oleh beberapa factor
luar, seperti topan, perbedaan tekanan dari massa air, dan gaya
Coriolis. Contoh dari arus Elementer ini, ialah Arus Euler, Arus
Gradien, Arus Geotropik dan Arus Antitropik.
38

3. KEDALAMAN PERAIRAN
Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam
memecahkan masalah teknik berbagai pesisir seperti erosi. Pertambahan
stabilitas garis pantai, pelabuhan dan kontraksi, pelabuhan, evaluasi,
penyimpanan pasang surut, pergerakan, pemeliharaan, rute navigasi
(Roonawale et al, 2010)
Menurut Ariana (2002) faktor-fator yang mempengaruhi
kadalaman adalah batimetri. Bathimetri adalah ukuran tinggi
rendahnya dasar laut. Perubahan kondisi hidrografi di wilayah
perairan laut dan pantai di samping disebabkan oleh fenomena
perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan proses-proses
yang terjadi di wilayah hulu sungai. Berdasarkan kedalamanya,
wilaya perairan laut terdiri dari 4 zona, yaitu:
a. Zona litoral, yaitu wilaya antara garis pasang dan garis surut.
Wilaya ini kadang-kadang kering pada saat air laut surut dan
tergenang pada saat air laut mengalami psang.
b. Zona neritik, yaitu zona laut yang memiliki kedalaman dangkal
kurang dari 200 meter.
c. Zona batial, yaitu wilaa laut yang memiliki kedalaman antar 150
hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak ditembus oleh sinar
matahari.
d. Zona abisal, yaitu suatu sona di dasar laut yang amat dalam
dimulai dari kedalaman 1000 meter sampai 6000 meter.
4. ANGIN
Angin adalah udara yang bergerak, baik itu pergerakan horisontal
maupun vertikal. Ada tiga hal penting yang menyangkut sifat sifat
angin yaitu kekuatan angin, arah angin dan kecepatan angin.
a. Kekuatan angin
Menurut hokum stevenson, kekuatan angin berbanding
lurus dengan gradient barometriknya. Gradien barometrik
ialah angka yang menunjukan perbedaan tekanan udara dari
2 isobar pada tiap jarak 15 meridian(111 km).
b. Arah angina
38

Satuan yang digunakan untuk besaran arah angin biasanya


adalah derajat. Angin menunjukan dari mana datangnya
angin dan bukan kemana angin itu bergerak.
c. Kecepatan angin
Atmosfer ikut berotasi dengan bumi. Jenis Angin laut dan
angin darat

- Angin Laut
Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut
ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari
pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00. Angin ini bisa
dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari
menangkap ikan di laut
- Angin Darat
Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah
darat ke arah laut, yang pada umumnya terjadi saat
malam hari, dari jam 20.00 sampai dengan 06.00.
5. SEDIMEN
Setiono (1995) mendefinisikan sedimen sebagai material
fragmental yang terjadi pada penghancuran batuan dan bahan-
bahan organik yang terendap oleh tenaga air, angin atau es.
Pengertian sedimentasi menurut Sampurno (2001), adalah
peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh
tenaga air atau angin. Selley (1988), menyatakan sedimen adalah
partikel-partikel yang terpancar ataupun yang terkumpul di
perairan. Open University Coarse Team (1989), mengemukakan
bahwa sedimen merupakan partikel-partikel yang telah mengendap
dan mengumpul pada bagian dasar perairan.
Sedimentasi dapat dibedakan berdasarkan bahan
pembentuk sedimen atau asal sedimen.Gross (1990),
mengemukakan bahwa bahan pembentukan / asal sedimen laut
dapat dikelompokan atas empat yaitu :
38

a. Lithogenous yaitu sedimen yang berasal dari proses kimia yang


mengikis batuan-batuan atau lempengan bumi.
b. Biogenous yaitu sedimen yang berasal dari sisa atau hancurnya
organisme laut, sedimen ini meliputi dua tipe yaitu ; Silliceour
dan Biogeneus
c. Authigeous yaitu sedimen yang berasal dari proses
pengendapan oleh reaksi kimia yang pada dasarnya melarut
dalam air.
d. Cosmogenous yaitu sedimen yang berasal dari angkasa luar
yang masuk kedalam air.
Sunarto (1991), mengklasifikasikan sedimen laut
berdasarkan asal pembentukannya atas dua jenis yaitu :
- Sedimen klastik yaitu sedimen berupa batuan lepas dari bahan
rombakan.
- Sedimen biogenik yaitu sedimen berupa meterial kalsium kabonat dari
cangkang organisme.
Sunarto (1991), menyatakan bahwa ada 3 sumber pemasok
sedimen pantai yaitu hasil erosi tebing, erosi sungai dan
erosi dasar laut. sedangkan Pathick (1992), menambahkan
bahwa sedimen pantai berasal dari erosi bibir pantai, erosi
tebing pantai, aluvial pasir atau material dari daratan yang
terangkut oleh sungai ke laut atau disebut juga dengan
istilah sedimen daratan. Partikel sedimen daratan seperti
material lempung, pasir dan batuan merupakan material
yang 90 % tererosi dari daratan dan terangkut oleh aliran
sungai ke laut.
6. TOPOGRAFI PANTAI
Topografi merupakan perbedaan ketinggian antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain, topografi suatu daerah dapat
diketahui dengan menggunakan suatu alat yang isebut GPS (global
position system). Perbedaan topografi berpengaruh terhadap
organisme yang ada pada daerah tersebut, seperti halnya daerah
perairan perbedaan topografi juga mempengaruhi kehidupan
38

organisme, bentuk lahan, dan berbagai parameter yang


berhubungan dengan oceanografi.
Tofografi dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya besarnya
daya abrasi pantai yang disebabkan oleh gelombang dan angin ,
vegetasi pantai dan kegiatan air laut.

a. Garis pantai
Garis adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air
pasang tertinggi dan air surut terendah (daerah pasng surut).
Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air
laut, dimana posisinya tidak tepan dan dapat berpindah sesuai
dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.
b. Kemiringan pantai
Kemiringan pantai adalah sudut antara bidang datar pemukaan
bumi terhadap suatu garis atau bidang lurus yang ditarik dari
titik terendah hingga tertinggi pada suatu bidang tertentu untuk
mengukur kemiringan lereng di suatu dasar perairan lokasi
dititik pengamatan digunakan metode jaring-jaring ( bzmbzng
triatmojo).
38

BAB III
METODE PRAKTEK

A. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTEK LAPANG


Praktek lapang mata kuliah Mitigasi Bencana di laksanakan di
Kelurahan Bori Masunggu, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros. Pada
hari sabtu sampai minggu tanggal 8 April 2017 sampai tanggal 9 April 2017.
Analisis Laboratorium dilksanakan pada hari Rabu, 19 April 2017. Pukul
11.00 WITA di Laboratorium Geografi UNM.
B. METODE DESKRIPTIF
Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif berdasarkan
interpretasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sakarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat dekripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Metode deskriptif dengan interpretasi Penginderaan Jauh dan SIG adalah
dengan mendeskripsikan daerah Rawan Bencana dengan menggunakan
Penginderaan Jauh dan SIG.
C. ALAT DAN BAHAN
Tabel 3: alat dan bahan untuk praktek lapangan
Nama
No. Jumlah Kegunaan
Alat/Bahan
1 Peta Rupa 2 Lembar Sebagai data
Bumi acuan (peta
Indonesia dasar)
skala 1:50.000
dan peta citra
38

Maros skala
1:35.000
Global 1 buah Alat penentuan
2 Positioning posisi
System (GPS)
Tiang skala 1 buah Mengukur
tinggi pasang
surut,
3
gelombang, dan
gelombang
pecah
Layang 1 paket Mengukur
4 Layang Arus kecepatan dana
arah arus
Kompas 1 buah Menentukan
5
arah mata angin
Stopwatch 1 buah Mengukur
6
waktu
7 Alat tulis 1 paket Mencatat hasil
menulis pengamatan
8 Kantong Secukupnya Tempat
sampel penyimpanan
sedimen sampel sedimen
9 Perahu 1 buah Alat
transportasi
survey

Tabel 4 alat dan bahan analisis sampel sedimen di laboratorium


Nama
No. Jumlah Kegunaan
Alat/Bahan
Alat tulis 1 paket Untuk mencatat
1. menulis setiap hasil
analisis
2. Timbangan 1 buah Menimbang
digital berat sampel
38

sedimen
Sieve Net 1 paket Mengayak
(ayakan sedimen untuk
3. sedimen) mengetahui
ukuran butir
sedimen
Cawan petri 6 buah Sebagai wadah
4. sedimen saat
ditimbang
Kertas secukupnya Sebagai wadah
5. pembungkus sedimen setelah
nasi diayak
Sikat bulu 7 buah Membersihkan
sedimen yang
tersisa diayakan
6.
setelah
pengayakan
selesai
Sendok 2 buah Mengambil
sedimen pada
7.
analisis
laboratorium

D. CARA KERJA DAN TEKNIK ANALISIS DATA


a. Cara Kerja

1. Di lapangan
a. Mengukur tinggi gelombang dengan menggunakan tiang skala,
dengan cara menghitung tinggi puncak dan lembah sebanyak 30
data, dan menghitung waktu yang digunakan.
b. Menghitung kecepatan arus dengan menggunakan laying-layang arus
dengan cara membiarkan arus membawa layang-layang tersebut
sejauh 5 m , berapa waktu yang digunakan.
c. Mengukur kecepatan angin dengan menggunakan ADC, tetapi
sebelum itu kita harus mengetahui arah datangnya angin dengan
38

menggunakan kompas bidik, setelah mengetahui arah angin, kipas


yang ada pada ADC, kita hadapkan pada arah datangnya angin,
kemudian melihat angka yang sering muncul itulah kecepatan angin.
d. Menghitung arah datangnya gelombang, arah arus, dan arah garis
pantai menggunakan kompas bidik, dengan cara, kompas diarahkan
ke datangnya gelombang, kompas diarahkan ke arah datangnya arus
dan kompas diarahkan, dimana garis pantai tersebut berada
e. Menghitung kemiringan pantai menggunakan Abnilevel dan kompas
geologi, dengan cara mencari seseorang yang sama tinggi dengan
kita, lalu kita arahkan abnilevel pada orang tersebut, kemudian atur
nivo tabung yang ada didalam abnilevel, apabila gelembung pada
nivo berada ditengah, maka itulah hasil dari kemiringan. Sedangkan
kompas geologi, kita letakkan di atas pasir, bias juga kita arahkan ke
orang yang sama tinggi dengan kita, atur nivo tabung, apabila
gelembung nivo tabung berada di tengah,maka itu adalah kemiringan
pantai.
f. Menentukan posisi, dengan kordinat menggunakan GPS
2. Di laboratorium
a. Sampel yang telah di ambil di lapangan di keringkan, dapat
dikeringkan langsung menggunakan sinar matahari dan juga dapat
dikeringkan menggunakan oven pengering dengan suhu 120o C
selama 12 jam.
b. Setelah sampel kering, ambil sampel sebanyak 100 gr yang di ukur
menggunakan timbangan.
c. Kemudian sampel yang telah di timbang di masukkan ke dalam sieve
net yang telah tersusun baik. Berurutan dengan ukuran 2 mm, 1 mm,
0,5 mm, 0,25 mm, 0,0125 mm, , dan < 0,0125 mm. Kemudian
lakukan ayakan selama 15 menit.
d. Dilakukan juga penimbangan pada cawan yang telah disiapkan untuk
setiap ukuran butir sedimen, sebagai berat awal.
e. Setelah ayakan selesai, sampel yang berada pada beberapa ukuran
butiran di simpan pada kertas nasi yang telah disiapka sebelumnya,
untuk mencegah sampel yang tertinggal pada sieve net maka di sikat
sehingga semua sampel dapat keluar.
38

f. Ketika setiap ukuran sedimen telah terkumpul, maka sampel di


masukkan pada cawan dengan ukuran tertentu yang telah di siapkan
kemudian di timbang.
g. Berat sampel setiap ukuran dapat diperoleh dengan mengurangi berat
keseluruhan di kurang berat cawan.

b. Teknik Analisis Data

1. Kecepatan arus (V)


V = S/T
Keterangan:
V : kecepatan (m/s)
S : jarak tempuh layang-layang arus (m)
T : waktu yang digunakan (s)
2. Gelombang
Tinggi Gelombang (H) = Puncak Lembah
Tinggi Gelombang Rata-Rata : H = H1+H2+H3+...HN
N
Priode Gelombang : T = t/N
Panjang Gelombang : L = 1,56 x T2
Tinggi Gelombang Signifikan :

H 1/3=n /3
Tinggi Gelombang Pecah : Hu
i=1
N / 30,56
Hb = H 1/3 0,2

H1/
3. Kemiringan pantai 3
L
Tg = y/x
Keterangan :
Tg = Kemiringan Pantai
Y = Kedalaman Perairan (m)
X = jarak kedalaman dari garis pantai (m)
Persentase kemiringan pantai, diperoleh dengan formula :
Kemiringan (%) = Arc Tg / 45x 100%
4. Sedimen
Menghitung % berat sedimen pada metode ayakan :

% Berat = x 100%
Berat Hasil ayakan (gr)
Menentukan nilai sortasi (So)
Berat awal
(gr)
38

So = Q1/Q 3
Di mana, So = Nilai Sotasi
Q1 = Kwartir Pertama
Q3 = Kwartir Ketiga
Untuk mengetahui nilai Q1, Q2, dan Q3 digunakan kertas semilog
Tabel 5 Klasifikasi Tingkatan nilai sortasi :
N Keterangan Skala
o
1. Sangat baik 1,0 < So < 1,117
2. Baik 1,17 < So < 1,20
3. Cukup baik 1,20 < So < 1,35
4. Sedang 1,35 < So < 1, 875
5. Jelek 1,875 < So < 2,75
6. Sangat jelek So > 2,75

Dalam menentukan sebuah wilayah pantai mengalami abrasi ataupun


akresi, ada beberapa pendekatan yang dapat di lakukan, salah satunya
yaitu dengan menggunakan pendekatan formula. Ada beberaapa jenis
formula yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain permula
penentuan tipe hempasan gelombang serta formula untuk penentuan
sedimentasi dan abrasi.

5. Tipe hempasan gelombang


Untuk mengetahui koefisien hempasan gelombang, maka tinggi hempasan
gelombang (gelombang pecah) harus diketahui terlebih dahulu dengan
formula
Hb= 0,39. G1/5(T.H2)2/5................................ (Pethick,1983)
Dimana : Hb = Tinggi hempasan gelombang (m)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
T = Periode Gelombang (sekon)
H = Tinggi Gelombang (m)
Kemudian nilai Hb dapat dimasukkan dalam persamaan berikut:
I= Hb/(g tan T2)................................(Pethick, 1983)
Dimana: I= Indeks hempasan gelombang
= Sudeut kemiringan lereng tepi pantai
38

g= percepatan gravitasi (9,8 m/s2)


T= periode gelombang (sekon)
Dengan ketentuan nilai indeks hempasan gelombang (I):
1. Spiling = > 0,07
2. Plunging dan Collapsing = 0,003-0,07
3. Surging = <0,003
6. Factor penentu abrasi(GO) dan sedimentasi
Dalam menentukan nilai faktor penentu akresi dan abrasi, digunakan
rumus sebagai berikut:
L= 1,56T2.......................................(Pethick, 1983)
GO = (Ho/L) (tg)-0,27............................(Pethick, 1983)
Dimana: T = Periode Gelombang (sekon)
Ho= Tinggi Gelombang aksimum (m)
L = Panjang Gelombang (m)
= Sudut kemiringan lereng tepi pantai (...0)
d50= Diameter Sedimen Kuartil 2
Go=Faktor Penentu abrasi/akresi

Dengan ketentuan nilai Go:


1. Sedimentasi = < 0,0556
2. Seimbang = 0,0556-0,1111
3. Erosi/abrasi = > 0,111
38

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

TITIK 3

Koordinat 45713,5 LS
1193015,1 BT
Arah Angin 55
Arus 1 Menit 42 Detik = 60+42=102 Detik

Arah Arus 45
Kemiringan 220 = 14,10 Menit
Arah Garis Pantai 35
Gelombang Pecah 58
Arah Datang Gelombang 50
Waktu 1 Menit 36 Detik = 60 + 36 = 96
Kedalaman 85 CM

1. Gelombang
No. Puncak Lembah Tinggi (H)
1 74 70 4
2 76 71 5
3 74 69 5
4 75 70 5
5 73 68 5
6 74 70 4
7 76 72 4
8 76 71 5
9 77 72 5
10 78 73 5
11 74 70 4
12 75 69 6
13 76 70 6
14 74 69 5
15 77 71 6
16 79 74 5
38

17 76 72 4
18 76 71 5
19 75 72 3
20 77 72 5
21 77 73 4
22 76 71 5
23 76 72 4
24 75 70 5
25 74 69 5
26 74 69 5
27 76 70 6
28 75 72 3
29 85 76 9
30 78 68 10
Jumlah : 152
Tabel 6. Karakteristik Gelombang di Pantai Maros Baru Sumber: Hasil Analisis
Data Gelombang, Pantai Kabupaten Maros.
Lokasi 3 ( titik 3)
1. Rata-rata gelombang

H 1+ H 2+ H n
H=
N

152 =5,067 cm
H=
30
2. Periode (T)
Dik. T = 136= 60 + 36 = 96
t
T=
N
96
T=
30
T =3,2 s
3. Panjang gelombang
2
L=1,56 x T
L=1,56 x (3,2)2
L=15,974 cm
4. Tinggi Gelombang Maximum = 10 cm
5. Arah Datang Gelombang = 50
38

6. Tinggi Gelombang Signifikan :


n /3

Hu
i=1

H 1/3=
N/3
63
H 1/3= 10 = 6,3 cm

2. Arus
'
Dik. Arus = 1 42 = 60+ 42 = 102

Lokasi 3
t=1' 42

t=102

s
V=
t

5 m
V= =0,049
102 s

3. Angin
Arah Angin = 55
4. Kemiringan

DIK. S = 220 = 14,10 menit y = X x Tan 2,3


Tan x = 220 = 14,10 x 0,040
20 = 0,564
= 60 = 0.3 y 0,564
x = 14,10 =
2 + 0,3 = 2,3
Tan 2,3 = 0,040
0,04
LAND
AI
5. Swash dan Back Swash
Dik : Arah Garis Pantai = 35 U
Arah Datang Gelombang = 50

35
50

6. Sedimen
Cawan Awal = 53,5 gr
Cawan Akhir = 100 gr +53,5 gr = 153,5 gr

Uk A A Se % Berat %
ura w k lis Sedime Kum
n a hi ih n ulatif
Sie l r
ven
et
2 4 9 50 5 99,4
0 0, ,6 0
, 6 ,
0 6
1 4 5 17 1 48,8
1 9, ,8 7
, 5 ,
7 8
0,5 3 4 9, 9 31
9 8, 8 ,
, 9 8
1
0,2 3 5 14 1 21,2
5 7 1, ,2 4
, 7 ,
5 2
0,1 6 6 4, 4 7
25 0 4, 1 ,
, 8 1

35
7
< 5 5 2, 2 22,9
0,1 3 6, 9 ,
25 , 5 9
6
Ju 99 9 99,4
mla ,4 9
h ,
4

% Berat Tititk 3

1. Ukuran 2 mm
Berat Hasil Ayakan(gr )
berat= x 100
Berat Awal
40,0
berat= x 100
100
berat=40

2. Ukuran 1 mm
Berat Hasil Ayakan(gr )
berat= x 100
Berat Awal
41,7
berat= x 100
100
berat=41,7
3. Ukuran 0,5 mm
Berat Hasil Ayakan(gr )
berat= x 100
Berat Awal
39,1
berat= x 100
100
berat=39,1
4. Ukuran 0,25 mm
Berat Hasil Ayakan(gr )
berat= x 100
Be r at Awal
37,5
berat= x 100
100
berat=37,5

36
5. Ukuran 0,125 mm
Berat Hasil Ayakan(gr )
berat= x 100
Berat Awal
60,7
b e rat= x 100
100
berat=60,7
6. Ukuran < 0,125 mm
Berat Hasil Ayakan( gr )
ber a t= x 100
Berat Awal
53,6
berat= x 100
100
berat=53,6

Kumulatif = Berat 1+ Berat 2+ . Berat 6

Kumulatif =99.4

Menentukan nilai sortasi (So)

So = Q1/Q 3
Di mana, So = Nilai Sotasi
Q1 = Kwartir Pertama
Q3 = Kwartir Ketiga
Dik. So = Nilai Sortasi
Q1 = 0,325
Q2 = 1
Q3 = 1,5
Penyelesaian :

So = Q1/Q 3

= 0,325/ 1,5
= 0,216

So = 0,464

7. Abrasi dan Sedimentasi


Titik 3

37
Go = (Ho/Lo) (tg)0,27 (d50/Lo)0,67
0,67
0,10 1
Go= (
0,159 )
.( tan 2)0,27
0,159 ( )
0,27 0,67
(0,628) ( 0,034 ) ( 6,289)

(0,628)(0,401)(3,428)

0.863( Erosi / Abrasi)

Dimana Go = Sifat gelombang,


Ho = Tinggi gelombang maximun (m)
Lo = Panjang gelombang (m)
d50 = Rata-rata ukuran butir pasir pantai (mm),
= Kemiringan lereng pantai (..o)
Hb = 0,39. G1/5 (T.H2)2/5

Hb = 0,39. G1/5 (T.H2)2/5


1 2
2 5
Hb=0,39. 9,8 ( 3,2.0,05 )
5

0,0025
3,2.

0,39.1,57
2
0.6123 ( 0,008 ) 5
0,6123.0,145
0,088
8. Tipe hempasan Gelombang
Bo = Hb / (g tan T2)
Dimana :
Bo = Koefisien empasan gelombang,
Hb = Tinggi rata-rata hempasan (m),
g = Gravitasi bumi (9,8
= Kemiringan lereng pantai (..o)
T = Periode gelombang (detik)

Penyelesaian :

0.088
Bo=
( 9,8 tan 2. 3,22 )

38
0.088

( 9,8 tan 2.10,24 )
0.088

( 9,8 x 0,034 x 10,24 )

0.088

3,411

0,025( Plunging danCollapsing)

B. PEMBAHASAN
1. Gelombang
Gelombang adalah gerakan naik turun sebuah tubuh perairan yang
dinyatakan dengan naik turunya permukaan ai secara bergantian. Pada
pengukuran titik Tiga pantai Maros Baru, hasil yang diperoleh yaitu
- Tinggi gelombang maksimum adalah 10 CM dan tinggi gelombang
minimum adalah 3 CM.
- Gelombang rata rata yakni 5,067 cm yang di peroleh dari perbandingan
jumlah tinggi gelombang dengan frekwensi pencatatan tinggi
gelombang.
- Periode gelombang 3,2 s, dengan panjang gelombang 15,974 cm

dengan arah datangnya gelombang 500


- Tipe gelombang pada titik ketiga adalah spilling dimana tipe
gelombang Spilling, terjadi dimana gelombang sudah pecah sebelum
tiba di depan pantai. Gelombang ini lebih sering terjadi, dimana
kemiringan dasarnya lebih kecil sekali, oleh karena itu reaksinya lebih
lambat, sangat lama dan biasanya digunakan untuk berselancar.

2. Angin
Angin adalah udara yang bergerak, baik itu pergerakan horisontal
maupun vertikal . Dari hasil pengamatan di titik 3 arah diperoleh
informasi arah datang angin pada titik ketiga adalah 55.
3. Arus
Arus adalah proses pergerakan massa air laut yang menyebabkan
perpindahan horisontal dan vertikal massa air laut tersebut yang terjadi
secara terus (gross, 1990).

39
Pada titik ketiga pengukuran di dapat dari hasil bagi antara jarak
tempuh ( s )dan waktu tempuh ( t ) layang layang arus menegang
sempurna Yakni 0,049 ms dengan arah arus 45o.
4. Arah dan Kemiringan Pantai serta Arah Datang Gelombang
Berdasarkan hasil Pengukuran titik 3 diperoleh informasi tingkat
kemiringan yaitu 0,04o dengan arah garis pantai 35o dan arah datang
gelombang yaitu 50o, dimana hasilnya termasuk pada kategori Landai.
5. Sedimen
Setiono (1995) mendefinisikan sedimen sebagai material
fragmental yang terjadi pada penghancuran batuan dan bahan-bahan
organik yang terendap oleh tenaga air, angin atau es. Sedimen pantai
adalah partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batuan-
batuan dari daratan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa-sisa
rangka-rangka organisme laut.
Pada titik ke tiga sendiri % Kumulatif=99.4 %
6. Abrasi dan Sedimentasi
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan kategori lokasi abrasi dan
sedimentasi yaitu titik 1, 2, 4, 5 dan 6 termasuk dalam kategori sedimentasi
sedangkan pada titik 3,7,8 dan 9 termasuk kategori yang seimbang.
Pada titik ini didominasi oleh kategori sedimentasi. Dimana
sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Pengerjaan
pecahan ombak disebut abrasi, yang sangat mempengaruhi bentuk-
bentuk pantai dan daratan-daratan dekat pantai tersebut terutama
bekerja mengikis dinding-dinding pantai yaitu batuan, kerikil dan pasir
yang digerakkan dan diangkut oleh pecahan-pecahan ombak tersebut.
Pengerjaan abrasi atau erosi marin ini dengan baik sekali dapat dilihat
pada dinding-dinding batuan yang curam di tepi pantai. Pada
permukaan biasanya dibentuk semacam lekukan dalam batuan.
Lekukan ini lambat laun diasah dan lubang-lubang pusaran ini kian
hari bertambah besar. Dengan jalan demikian dinding tadi akan
kehilangan tahanan dan pada suatu ketika akan roboh. Tergantung dari
sifat batuannya, maka akan terbentuk pula bentuk-bentuk lain oleh
abrasi, misalnya goa-goa, pintu air, rongga-rongga dan sebagainya.
Bangunan-bangunan ini sebagaimana juga lekukan akan roboh dan

40
lambat laun terbentuklah suatu dataran yang dengan landai dan miring
ke arah laut..
7. Tipe hempasan gelombang
Dari serangkaian perhitungan ini di peroleh bahwa tipe hempasan
gelombang yaitu spilling. Tipe gelombang adalah spilling dimana tipe
gelombang Spilling, terjadi dimana gelombang sudah pecah sebelum
tiba di depan pantai. Gelombang ini lebih sering terjadi, dimana
kemiringan dasarnya lebih kecil sekali, oleh karena itu reaksinya lebih
lambat, sangat lama dan biasanya digunakan untuk berselancar.

41
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Daerah pesisir merupakan daerah yang memiliki segudang potensi
dan juga masalah. Seringkali potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan
secara optimal karena adanya masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Masalah yang terjadi bisa berupa masalah politik, sosial, tata ruang,
lingkungan, sampai pada masalah teknis. Perencanaan daerah pesisir
merupakan salah satu hal yang harus dipikirkan oleh pemerintah karena
Indonesia sebagai negara maritim memiliki lautan yang cukup luas.
Resiko abrasi merupakan dampak merugikan yang terjadi akibat
adanya abrasi. Resiko yang paling nyata adalah semakin berkurangnya
luas daratan atau pulau yang terkena abrasi. Setiap tahun garis pantai
semakin mundur karena adanya abrasi. Resiko abrasi dipengaruhi oleh
hazard, vulnerability dan capacity. Hazard merupakan kondisi yang
mengancam dan dapat menimbulkan kerugian baik material maupun non
material, dalam hal ini hazard yang dihadapi oleh kawasan pesisir ini
adalah abrasi. Vulnerability merupakan kondisi dimana sebuah komunitas
rentan terkena bencana abrasi. Capacity merupakan kemampuan daerah
pesisir untuk beradaptasi dalam menghadapi bahaya abrasi.
Dampak yang ditimbulkan dari bencana ini adalah terjadinya
abrasi/erosi, banjir, sedimentasi maupun pendangkalan. Maka dalam hal
ini dilakukan upaya mitigasi berupa revitalisasi terhadap bangunan
pemecah gelombang, perluasan mangrove, rehabilitasi pemecah
gelombang yang rusak serta tanggulnya, pembangunan pemecah
gelombang dan tanggul baru, peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pelestarian lingkungan berupa pembuangan sampah pada tempatnya dan
penataan kawasan hulu (upland management) sebagai penadah air dan
penahan sedimentasi dari bukit yang gundul ke muara muara sungai serta
penghijauan disekitar lokasi tambak sebagai penahan erosi dan
sedimentasi.

42
B. SARAN
Bencana merupakan peristiwa yang tidak dapat kita hindari tapi
dapat kita atasi. Untuk mengatasi bencana dibutuhkan pengetahuan akan
tindakan yang tepat yang harus dilakukan. Jadi di harapkan kepada semua
pihak baik pemerintah maupun masyarakat untuk lebih meningkatkan
pengawasan, kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
dengan memiliki pengetahuan tentang mitigasi bencana

DAFTAR PUSTAKA

Dra. Nasiah, M.Si dan Ichsan Invani , ST, M.Sc. Mitigasi Bencana (Disaster
Mitigation).Penerbit CV Agus Corp. Sulawesi Selatan.

Bakornas PB, 2002. Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya Di


Indonesia. Badan Kordinasi Nasional Penanggulangan Bencana
(BAKORNAS PB). Jakarta.

43
Indonesia, Undang Undang Tentang Penanggulangan Bencana. UU No 24 Tahun
2007. , Undang Unadang Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana. UU No 4 Tahun 2008.

Rokhim Dahuri, Jakub Rais, Sapta Putra Ginting, M.J Sitepu.,2001, Pengelolaan
Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, P.T. Pradnya
Paramita, Jakarta.

Dahuri, R, Rais, J., Ginting, S.P., Sitepu, M.J., 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramitha. Jakarta

. Hutabarat, Sahala dan Evans. 2000. Pengantar Oseanografi. Penerbit Universitas


Indonesia. Jakarta.

Pengembangan Metode Analisis Dampak Kenaikan Muka Air Laut, Litbang-


LAPAN, 2011/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//

44

Anda mungkin juga menyukai