Anda di halaman 1dari 18

ACARA 8-1

BENTUKLAHAN ASAL PROSES MARINE

I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan bentuklahan asal proses
marine, proses pembentukannya, serta keterkaitan antara bentuklahan yang satu
dengan yang lain.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan masing-masing bentuklahan
asal proses marine melalui interpretasi peta topografi, foto udara dan citra satelit.

II. Dasar Teori

A. Definisi
Bentuklahan asal proses marine adalah semua bentuklahan yang dihasilkan oleh
aktivitas laut yaitu adanya gelombang dan arus laut.Gelombang dan arus tidak pernah
berhenti membentuk dan merubah pantai. Gerakan gelombang di laut makin dekat
pantai sebenarnya kekuatannya semakin berkurang, tetapi apabila sampai pada air
dangkal, maka bentuk dan gerakan gelombang tersebut berubah menjadi
gerakan/desakan ke arah depan yang kuat (arus yang kuat) mengikis pantai dan
mengangkut bahan-bahan hancuran untuk selanjutnya diendapkan pada suatu tempat
tertentu. Terdapat beberapa zonasi dalam wilayah kepesisiran, yaitu zona depan
pantai, zona belakang pantai, zona dekat pantai, dan zona lepas pantai. Pembagian
zonasi tersebut dapat dilihat pada ilustrasi di gambar 8-1.1.

Gambar 8-1. . Terminologi wilayah kepesisiran


Zona belakang pantai (backshore) adalah bagian dari pantai yang terletak di antara
pantai depan foreshore dengan garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya
akan tergenang air apabila terjadi gelombang pasang yang besar. dengan demikian
daerah ini akan kering apabila tidak terjadi gelombang pasang yang intensitasnya
besar. Zona depan pantai (foreshore) adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai
yang terletak di antara garis pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah.
Zona dekat pantai (nearshore) merupakan zona pecah gelombang baik pada saat
pasang naik tertinggi maupun pasang surut terendah. Zona lepas pantai (offshore)
adalah daerah yang meluas dari garis pasang surut terendah ke arah laut, dibedakan
menjadi (a) Inshore meluas dari garis pasang-surut sampai gosong pasir (bar) atau
daerah empasan (breakers), dan off shore, meluas di sebelah luar, daerah ke laut

Wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat
yang mencakup bagian darat yang masih terpengaruh aktivitas marine sampai ke arah
laut yang terpengaruh proses-proses dari daratan baik yang alami maupun buatan.
Wilayah kepesisiran mencakup zona pecah gelombang, pantai, sampai ke daerah yang
secara morfogenesis pembentukannya dipengaruhi oleh aktivitas marine, umumnya
adalah dataran aluvial kepesisiran (coastal aluvial plain).

B. Tipologi pesisir
Terdapat beberapa terminologi yang digunakan dalam zonasi bentuklahan asal
proses marine, diantaranya adalah pesisir (coast) dan pantai (shore). Istilah pantai
seringkali dikacaukan oleh pesisir, oleh karena itu perlu dipahami perbedaan
keduanya. Pesisir (coast) merupakan zona yang dimulai dari garis pesisir (pasang
tertinggi) sampai pada zona yang masih dipengaruhi oleh aktivitas marine, sementara
pantai (shore), merupakan zona antara pasang tertinggi dan surut terendah. Pesisir
terbagi menjadi beberapa macam (tabel 1)

Tabel 1. Macam-macam tipologi pesisir

Land Erosion Coast Ria coast


Berkembang di bawah pengaruh erosi lahan-
Downed glacial erosion coast
lahan bawah di daeratan yang diikuti oleh
proses inundasi oleh laut Karst coast
Rock coast
Sub Aerial Deposition Coast Delta coast
Pesisir yang terbentuk akibat akumulas bahan-
Alluvial fan coast
bahan sedimen sungai, glacial, angin, atau
akibat longsor lahan ke arah laut Volcanic coast
Structurally shaped coast
Marine deposition coast
Wave Erosion Coast
Terbentuk akibat aktivitas gelombang yang
mungkin berpola lurus atau tidak teratur
Coast built by organism Coral reef coast
Garis pesisir terbentuk akibat aktivitas hewan
Barrier reef coast
atau tumbuhan, termasuk terumbu karang atau
tumbuh-tumbuhan seperti mangrove atau Mangrove coast
rumput-rumput rawa Marsh coast

Pantai juga terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya adalah pantai bergisik
(beach), pantai berlumpur (mudflat), pantai lumpur bervegetasi (saltmarsh), pantai
berbatuan (platform), pantai berterumbu (reef flat shore), dan pantai bertebing (cliff).

a. Pantai bertebing (cliff)


Pantai bertebing terjal merupakan bentukan erosional yang terbentuk akibat oleh
proses abrasi pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus laut. Akibat adanya
proses abrasi yang intensif daerah tersebut sering terjadi proses gerak massa batuan
yang mengakibatkan mundurnya garis pantai. Materi penyusun daerah tersebut adalah
material yang kompak dicirikan oleh kemiringan lereng curam sampai terjal.
Gambaran pesisir bertebing terjal disajikan pada Gambar 8-1.2.

Gambar 8-1. . Pantai bertebing

b. Pantai bergisik (beach)


Pantai bergisik (Gambar 8-1.3) merupakan daerah yang datar sampai landai yang
tersusun atas material lepas-lepas (pasir) yang merupakan hasil deposisional akibat
aktivitas gelombang/arus laut. Keberadaan material pada daerah tersebut dipengaruhi
oleh keberadaan material dari daratan yang terangkut oleh aliran sungai. Karena
sangat dipengaruhi oleh aktivitas daratan maka pesisir bergisik sering dijumpai pada
daerah sekitar muara sungai.

Gambar 8-1. . Pantai bergisik

c. Pantai berlumpur (mudflat)


Pesisir berawa payau (Gambar 8-1.4) berasosiasi dengan daerah deposisional,
sehingga daerah tersebut merupakan daerah pesisir yang tumbuh (acretion). Pesisir
berawa payau tersusun atas material yang berbutir halus sehingga memiliki
permeabilitas rendah. Pesisir berawa payau berkembang pada daerah dengan relief
datar-landai, terhalang sehingga aktivitas gelombang kecil. Daerah tersebut
berkembang tumbuhan mangrove yang merupakan tumbuhan daerah pesisir.

Gambar 8-1. . Pantai berlumpur (mudflat)

d. Pantai berterumbu (Reef flat shore)


Terumbu karang (Gambar 8-1.5) terbentuk karena aktivitas organisme yang terjadi
pada daerah pesisir, sehingga dapat juga diklasifikasikan ke dalam bentuklahan asal
organisme.
Gambar 8-1. . Pantai berterumbu

Pantai dalam proses perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:


1. Gelombang, arus dan pasang yang berfungsi sebagai faktor pengikis,
pengangkat dan pengendap
2. Sifat bagian daratan yang mendapat pengaruh gaya dan proses marine
3. Perubahan relatif ketinggian muka laut
4. Sebab-sebab alami yang lain seperti pertumbuhan karang, delta, vulkanisme,
dll

C. Jenis-jenis Bentuklahan
Berdasarkan keberadaan gelombang dan arus akan menghasilkan bentuklahan
asal proses marine yaitu berupa bentukan erosional maupun bentukan deposisional.

1. Bentukan Erosional
Bentukan erosional terjadi apabila aktivitas gelombang atau arus mampu
mengikis dan mengangkut material. Contoh dari bentukan erosional berupa sea
cliff, sea stack, sea cave, sea arch, teluk (bay). Ilustrasi bentukan erosional
marine dapat diamanti dalam gambar 8-1.6

Gambar 8-1. . Ilustrasi bentukan erosional marine


a. Sea Cliff
Sea Cliff (gambar 8-1.7) merupakan tebing terjal bahkan hingga vertical
yang tersusun atas batuan yang mencuat di atas permukaan laut. Bentuk tebing
yang vertical merupakan hasil erosi gelombang pada bagian bawah yang
sejajar dengan paras muka laut (sea-level) dan runtuhnya tubuh batuan yang
ada di bagian atas.

Gambar 8-1. . Sea cliff

b. Sea Stack
Sea Stack (gambar 8-1.8) merupakan tiang-tiang batu yang terpisah dari
daratan yang tersusun dari batuan yang resisten sehingga masih bertahan
terhadap hantaman gelombang.

Gambar 8-1. . Sea stack

c. Sea Cave
Sea Cave (gambar 8-1.9) merupakan goa yang terbentuk pada tebing terjal
atau tanjung sebagai akibat erosi dari hantaman gelombang dan arus.
Gambar 8-1. . Sea cave

d. Sea Arch
Sea Arch (gambar 8-1.10) merupakan sea cave yang telah tererosi sangat
berat akibat dari hantaman ombak.

Gambar 8-1. . Sea Arch

e. Bay (Teluk)
Teluk (gambar 8-1.11) merupakan tubuh perairan yang menjorok ke
daratan dan dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya.

Gambar 8-1. . Bay


2. Bentukan Deposisional
Bentukan deposisional terjadi apabila aktivitas gelombang atau arus berkurang
maka material akan terendapkan. Contoh dari bentukan deposisional berupa
beting gisik, tombolo, spit, laguna, pantai Ilustrasi bentukan deposisional marine
dapat diamati dalam gambar 8-1.12.

Gambar 8-1. . Ilustrasi bentukan deposisional marine

a. Delta
Delta (gambar 8-1.13) merupakan deposit lumpur, pasir, atau kerikil
(endapan alluvium) yang mengendap di muara suatu sungai. Delta dibagi
menjadi tiga berdasarkan bentuknya, yaitu Delta Arcuate (Berbentuk kipas),
Delta Cuspate (berbentuk gigi tajam), dan Delta Estuarine (berbentuk
estuarine).
Gambar 8-1. . Delta

b. Beting Gisik
Beting gisik (gambar 8-1.14) merupakan bentuk pantai/gisik yang
bergelombang, tersusun atas beberapa beting/pematang dan parit yang relative
sejajar dengan garis pantai.

Gambar 8-1. . Beting gisik

c. Tombolo
Tombolo (gambar 8-1.15) merupakan spit yang menghubungkan pulau
dengan daratan induk atau dengan pulau lain.

Gambar 8-1. . Tombolo

d. Spit
Spit (gambar 8-1.16) merupakan tubuh air yang salah satu ujungnya
terikat dengan daratan, sedangkan ujungnya yang lainnya tidak. Berbentuk
lurus sejajar dengan pantai, tetapi oleh pengaruh arus yang membelok ke arah
darat atau oleh pengaruh pasang naik yang besar, spit juga dapat berbelok ke
arah darat yang disebut Hook atau Recurved Spit (Spit Bengkok).

Gambar 8-1. . Spit

e. Laguna
Laguna merupakan air laut dangkal yang sangat luas, teluk atau danau
yang terletak diantara pulau penghalang dengan pantai, dan merupakan
kumpulan air asin yang terjebak dan tidak dapat kembali ke laut.

Gambar 8-1. . Laguna

f. Pantai bergisik
Pantai bergisik (gambar 8-1.18) merupakan bentuklahan yang berada
disisi tubuh air laut, memiliki kelerengan yang landai, tersususn oleh sedimen
lepas-lepas, umumnya berukuran butir pasir hingga kerikil. Kelerengannya
berubah dinamis mengikuti perubahan energi gelombang secara harian atau
musiman.
Gambar 8-1. . Pantai

III. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat tulis (OHP Marker, pensil, pensil warna, pena, penggaris)
2. Bahan
Peta topografi, peta rupabumi, atau foto udara di daerah pesisir, serta kertas
transparansi

IV. Hasil Praktikum


1. Peta Delineasi Bentuklahan Asal Proses Marine (Transparansi dan HVS)
2. Tabel Identifikasi Karakteristik Bentuklahan Asal Proses Marine

No. Kenampakan (nama) Gambar Proses

ACARA 8-2
BENTUKLAHAN ASAL PROSES ANGIN

I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang berbagai macam mekanisme proses
pembentukan bentuklahan asal proses angin
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan masing-masing bentuklahan
asal proses angin melalui interpretasi dari peta topografi, foto udara dan citra
satelit serta pengamatan lapangan

II. Dasar Teori

A. Definisi
Bentuklahan asal proses angin (eolian origin) adalah bentuklahan yang
dihasilkan oleh gerakan udara (angin). Angin merupakan salah satu tenaga yang
menyebabkan proses erosi setelah air, gelombang dan es. Bentuklahan asal proses
eolin ini umumnya berkembang di daerah beriklim kering (arid), namun demikian
tidak menutup kemungkinabesar berkembang pada daerah humid basah seperti di
Indonesia. Proses erosi yang disebabkan oleh tenaga angin terjadi dengan dua
mekanisme, yaitu deflasi dan abrasi. Deflasi merupakan proses pelepasan materi
akibat gerakan angin sehingga material tersebut berpindah baik dengan
menggelinding (rolling), merayap (creep), melompat (jumping/traction) maupun
terbang (suspension). Selanjutnya yang dimaksud dengan abrasi adalah proses
pengikisan yang disebabkan oleh adanya material halus yang terangkut oleh angin
menabrak material atau menggesek benda lain sehingga material tersebut terkikis.
Angin pada umumnya hanya mengangkut material yang ringan dengan besar butir
paling kecil (pasir kasar hingga halus), dan debu, sehingga bentuklahan asal eolin
ini tersusun alas materi lepas-lepas dengan tekstur sedang hingga halus.
Bentuklahan asal proses angin (eolian origin) ini berkembang secara baik
pada kondisi lingkungan yang mendukung dan terpenuhinya persyaratan untuk
pembentukan bentuklahan asal proses angin (eolian origin) yaitu:
a. tersedianya material berukuran pasir kasar hingga halus dalam jumlah yang
banyak.
b. Adanya periode kering yang panjang dengan peralihan antara periode basah
dan kering yang tegas.
c. Kecepatan angin mampu mengangkut material
d. Terdapat daerah terbuka yang tidak ada penghalang yang berarti, baik itu
vegetasi maupun bangunan.
B. Jenis-jenis Bentuklahan
Menurut Hugget (2007) bentuklahan asal proses angin dibedakan menjadi dua
yaitu bentuklahan hasil dari erosi angin dan bentuklahan deposisional hasil dari
proses angin

1. Bentuklahan hasil dari erosi angin


a. Deflation Hollow dan Pans
Deflasi dapat mengikis material pasir membentuk depresi luas ataupun
kecil yang disebut deflation hollow atau blowouts (gambar 8-2.1). Blowouts
merupakan bentuklahan paling umum terbentuk karena erosi oleh angin.
Kenampakan ini terutama berkembang pada sedimen lemah dan tidak padu.
Pans merupakan depresi tertutup yang banyak dijumpai pada kebanyakan
wilayah kering.

Gambar 8-2. Gambar Blowouts atau Cekungan di Daerah Gurun

b. Yardang dan Zeugen


Yardang (gambar 8-2.2) adalah pengerukan sedimen oleh abrasi dan
deflasi, walaupun mungkin juga dengan melibatkan proses pembentukan parit,
gerakan massa, dan pelapukan garam. Zeugen sering disebut juga perched atau
mushroom rock (gambar 8-2.3), berhubungan dengan yardang. Keduanya
terbentuk karena kerja angin terhadap perlapisan, khususnya perlapisan lunak
yang menutup permukaan bumi
Gambar 8-2. . Yardang

Gambar 8-2. . Mushroom Rock

c. Ventifacts
Cobble dan pebble pada gurun yang berbatu, permukaannya seringkali
tegores-gores seperti bekas cakaran. Kenampakan demikian disebut venifacts
(gambar 8-2.4).

Gambar 8-2. . contoh venifacts

2. Bentuklahan deposisonal hasil proses angin


a. Gumuk Pasir
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang
terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki
pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan
mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat
pengendapan basir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering). Bentuk gumuk
pasir bermacam-macam tergantung pada faktor jumlah dan ukuran butir pasir,
kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Berikut merupakan macam-
macam gumuk pasir

 Gumuk pasir tipe Barchan


Gumuk pasir tipe barchan bentuknya menyerupai bulan sabit (Gambar 8-2.5)
dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier/penghalang. Besarnya
kemiringan lereng daerah yang menghadap angina lebih landai dibandingkan
dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga
apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir
barchan umumnya antara 5 – 15 meter.

Gambar 8-2. . Gumuk pasir tipe barchan

 Gumuk Pasir Melintang (transverdune)


Gumuk pasir melintang (Gambar 8-2.6) terbentuk di daerah yang tidak
berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang
menyerupai ombak, yang igir-igirnya sejajar satu sama lain dan masing-
masing tegak lurus terhadap arah angin. Tipe gumuk pasir ini akan
berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya
Gambar 8-2. . Gumuk pasir melintang

 Gumuk Pasir Parabolik


Gumuk pasir parabolik (Gambar 8-2.7) hampir sama dengan gumuk pasir
barchan, akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir
parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin.

Gambar 8-2. . Gumuk pasir tipe parabolik

 Gumuk Pasir Memanjang (linear dune)


Gumuk pasir memanjang (Gambar 8-2.8) adalah gumuk pasir yang berbentuk
lurus dan sejajar satu sama lain. Arah igir-igir dari gumuk pasir tersebut
searah dengan gerakan angin.

Gambar 8-2. . Gumuk pasir memanjang

 Gumuk Pasir Bintang (star dune)


Gumuk pasir bintang (Gambar 8-2.9) adalah gumuk pasir yang dibentuk
sebagi hasil kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan.

Gambar 8-2. . Gumuk pasir bintang (star dune)

b. Loess
Loess (gambar 8-2.10) adalah sedimen terestrial yang tersusun oleh
partikel debu yang tertutup angin secara luas, yang terbentuk dari kuarsa.
Loess mudah tererosi oleh aliran air. Proses pada saluran bawah tanah, bentuk-
bentuk pseudo-karst, dan parit-parit. Pada area dengan relief tinggi dijumpai
pula bahaya longsor

Gambar 8-2. . Loess

III. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat tulis (OHP Marker, pensil, pensil warna, pena, penggaris)
2. Bahan
Peta topografi, peta rupabumi, atau foto udara di daerah pesisir, serta kertas
transparansi
IV. Hasil Praktikum
1. Peta Delineasi Bentuklahan Asal Proses Angin (Transparansi dan HVS)
2. Tabel Identifikasi Karakteristik Bentuklahan Asal Proses Angin

No. Kenampakan (nama) Gambar Proses

Anda mungkin juga menyukai