Anda di halaman 1dari 5

Geomorfologi Karst

A. PENGERTIAN GEOMORFOLOGI KARST

Geomorfologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari tiga kata, yaitu geos , morphos
dan logos sedangkan Karst merupakan istilah dari bahasa Jerman yang di turunkan dari
bahasa Slovenia (kras) yang ber arti lahan gersang berbatu, sebenarnya istilah ini tidak
berhubungan dengan proses pelarutan Ford dan Williams (1998) mendefinisikan daerah
karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas. Jadi pengertian dari
Geomorfologi Karst secara tidak langsung yaitu merupakan cabang dari ilmu geomorflogi
yang mempelajari semua bentukan bentuk lahan di permukaan bumi yang terbentuk di
alam yang disebabkan oleh proses pelarutan, baik bentukan yang di akibatkan oleh
pelarutan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat ataupun yang terjadi pada batuan
lain yang mudah larut seperti batuan gypsum dan batu garam (sandstone).

B. SYARAT-SYARAT TERBENTUKNYA KARST

Salah satu syarat terbentuknya bentuk-lahan karst yaitu terjadinya karstifikasi, yaitu
proses pembentukan bentuk-lahan karst sebagai akibat dari pelarutan batuan. Karstifikasi
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu “faktor pengontrol” dan “faktor pendorong”. Faktor
pengontrol merupakan faktor yang menentukan dapat tidaknya karstifikasi berlangsung,
sedangkan faktor pendorong merupakan faktor yang menentukan cepat-lambatnya
terjadinya proses karstifikasi.

B.1. Faktor Pengontrol

Faktor pengontrol, yaitu faktor yang menentukan dapat-tidaknya karstifikasi berlangsung


dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Batuan mudah larut, kompak, tebal, dan mempunyai banyak rekahan.

2. Curah hujan yang cukup yatu curah hujan lebih dari 250 mm/tahun.

3. Batuan terekspos di ketiggian yang memungkinkan perkembangan sirkulasi air/drainase


secara vertikal.

Batuan yang mengandung CaCO3 (Calcium Carbonate)merupakan contoh batuan


yang mudah larut karena jika batuan yang mengandung CaCO3 bereaksi dengan air
yang mengandung karbon dioksida maka akan terjadi pelarutan batuan dengan
mudah sehingga dapat mengembangkan bentuklahan karst. Kekompakan batuan
menentukan daya tahan bentukan atau kestabilan bentukan semakin kompak batuan
pembentuknya, semakin stabil atau semakin kuat dan tahan lama bentukan yang
dihasilkannya. Ketebalan batuan juga merupakan faktor pengontrol bentukan
bentuklahan karst, semakin tebal lapisan batuan pada suatu daerah semakin banyak
pula terbentuk sirkulasi air vertikal sehingga dapat terjadi karstifikasi. Rekahan dapat
membantu terjadinya karstifikasi karena semakin banyak rekahan, semakin banyak
pula aliran vertikal yang terbentuk.

Curah hujan, merupakan faktor yang penting dalam proses karstifikasi, karena
semakin besar curah hujan semakin besar pula tingkat pelarutan yang terjadi pada
batuan karbonat sehingga semakin banyak pula bentuk-lahan karst terbentuk.

Ketinggian batu gamping di atas permukaan laut menetukan drainase vertikal, karena
semakin tebal lapisan CaCO3 pada suatu daerah semakin banyak pula terbentuk
sirkulasi air vertikal sehingga dapat mempengaruhi tingkat karstifikasi.

B.2.Faktor Pendorong

Faktor pendorong, yaitu faktor yang menentukan cepat-lambatnya proses karstifikasi


dibagi menjadi dua faktor, yaitu:

1. Temperatur atau Suhu

2. Penutupan Hutan

Temperatur atau suhu udara merupakan faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya
proses karstifikasi karena temperatur menmpengaruhi tingkat ke idealan makhluk
hidup untuk hidup pada suatu daerah tertentu, sebab semakin hangat temperatur
suatu daerah semakin tinggi pula perkembangan makhluk hidup yang dapat
menghasilkan CO2 (Carbon Dioxide) sehingga apabila CO2 dalam air bereaksi
dengan kalsit (CaCO3), maka akan terjadi karstifikasi.

Penutupan hutan merupakan faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya proses


karstifikasi karena semakin rapat suatu area tertutup oleh hutan, semakin banyak CO2
yang terkandung dalam tanah sebagai akibat dari perombakan zat zat organik
sehingga semakin tinggi pula tingkat daya larut air terhadap batu gamping.

C. TEORI PEMBENTUKAN KARST

C.1. Menurut Cvijic (1914)


Menurut Cvijic, Karst dapat dibagi menjadi tiga kelopok berdasarkan
pembentukannya, yaitu holo karst, merokarst dan karst transisi.

Holokarst, merupakan tipe bentukan karst yang terbentuk karena perkembangan yang
utuh atau sempurna dari suatu bentanglahan karst hal ini terjadi akibat terdapat
kemungkinan yang tak terbatas suatu batuan karbonat berkembang kearah vertikal
dan horizontal.

Merokarst merupakan tipe bentukan karst yang terbentuk karena perkembangan tidak
sempurna atau perkembangan yang hanya sebagian saja dari proses pembentukan
bentang lahan karst, pada umumnya merokarst tertutup oleh tanah, tidak ditemukan
karen, dolin, goa, atau swallow hole yang berkembang di tempat setempat.

Karst transisi merupakan merupakan tipe bentukan karst yang terbentuk pada batuan
karbonat yang relative tebal yang sangat memungkinkan perkembangan karst ke
bawah tanah sehingga memungkinkan proses pembentukan bentukan karst
berlangsung ebih cepat.

C.2. Menurut Gvozdeckij (1965)

Menurut Gvozdeckij, Karst dapat dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan


pembentukannya, yaitu Bare karst, Covered karst, Soddy karst, Buried karst, Tropical
karst, dan Permafrost karst.

Bare karst, merupakan bentuklahan yang kurang lebih sama dengan Holokarst, Soddy
karst merupakan bentuklahan karst yang berkembang di batu gamping yang tertutup
oleh tanah yang berasal dari sisa pelarutan CaCO3.

Buried karst merupakan karst yang telah tertutup oleh batuan lain, sehingga bukit-
bukit karst hanya dapat dikenali dari data bor. Tropical karst merupakan karst yang
terbentuk pada daerah tropis, dan Permafrost karst merupakan karst yang terbentuk
pada daerah bersalju.

C.3. Menurut Sweeting (1972)

Menurut Sweeting, Karst dapat dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan


pembentukannya, yaitu True karst, Fluvio karst, Glasiokarst, dan Tropical karst.
True karst merupakan merupakan perkembangan sempurna (holokarst) yang
disebabkan karena pelarutan secara vertikal dan horizontal secara bebas. Fluvio karst
merupakan merupakan bentukan yang terbentuk akibat kombinasi dari proses fluvial
dan proses pelarutan yang biasanya terbentuk di daerah berbatuan gamping yang
dilalui oleh sungai yang berhilir di daerah non-karst.

Glasiokarst merupakan karst yang terbentukkarena proses pembentukan karst di


dominasi oleh proses glasiasi yang terjadi di daerah berbatuan gamping ciri-ciri
glasiokarst adalah adanya kenampakan hasil penggosongan, erosi, dan sedimentasi
glasier. Sedangkan Tropical karst merupakan karst yang terbentuk dari proses
presipitasi yang besar sehingga menghasilkan aliran permukaan sesaat yang besar
sedangkan evaporasi menghasilkan rekristalisasi larutan karbonat membentuk lapisan
keras dipermukaan, hal ini dicirikan dengan bentukan doline yang berbentuk bintang
tidak beraturan yang disebut cockpit.

D. BERBAGAI FENOMENA BENTANG LAHAN KARST

D.1. Endokarst

a. Sungai Bawah Tanah

Sungai bawah tanah adalah sungai yang hanya terdapat pada daerah karst
karena proses pengisian atau infiltrasi air tanah kemudian bergabung menjadi
satu dan membentuk reservoir-reservoir untuk pengaliran air dibawah tanah
sehingga terbentuklah sungai bawah tanah yang notabene hanya mungkin
terdapat di daerah karst.

b. Drip Stone (Stalagtit dan Stalagmit)

Stalagtit Stalagmit

Stalagmit dan stalagtit merupakan bentukan yang terbentuk karena proses karstifikasi bentukan
ini terbenuk dari senyawa CaCO3 atau kalsit. Stalagmit adalah bentukan yang tumbuh
menjulang dari dasar goa ke atas goa, sedangkan stalagtit merupakan bentukan yang tumbuh
dari bagian atas goa menuju dasar goa.
D.2. Eksokarst

a.Kerucut Karst

Kerucut karst adalah bukit karst yang berbentuk kerucut, berlereng terjal dan dikelilingi
oleh depresi.

b .Doline

Doline adalah cekungan di topografi karst yang merupakan hasil proses pelarutan dan
merupakan tempat berakumulasinya material hasil lapukan. Gabungan dari beberapa doline
dapat membentuk uvala. Sebagian uvala sering terisi air hujan yang kemudian menjadi
telaga. Dari situlah bisa banyak tersimpan air yang sangat bersih dan terbabas dati polusi.

Anda mungkin juga menyukai