GEOMORFOLOGI DASAR
“BENTUK LAHAN DENUDASIONAL”
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah geomorfologi dasar
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
bentuk lahan denudasional.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang bentuk lahan denudasional ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Tim Penyusun
Kelompok 3 ( Denudasional ) | i
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................,,....1
B. Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................2
D. Manfaat.....................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Faktor Penyebab
Denudasional............................................................................................................3
B. Proses Terbentuknya Bentuk-bentuk Lahan Denudasional.....................................4
1) Pelapukan.......................................................................................................4
2) Erosi...............................................................................................................8
3) Masswasting..................................................................................................13
4) Sedimentasi...................................................................................................17
C. Bentukan Lahan Denudasional...............................................................................18
1) Pegunungan Denudasional...........................................................................18
2) Perbukitan Denudasional.............................................................................18
3) Nyaris Dataran (peneplain)..........................................................................18
4) Perbukitan Sisa Terpisah..............................................................................19
5) Kerucut Talus atau Kipas Koluvial..............................................................19
6) Lereng Kaki (footslope)...............................................................................20
7) Lahan Rusak (badland).................................................................................20
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................21
Daftar Pustaka.................................................................................................................22
Kelompok 3 ( Denudasional ) | ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1.1. Pelapukan mekanis...................................................................................5
Gambar. 1.2. Karren........................................................................................................6
Gambar. 1.3. Ponor..........................................................................................................6
Gambar. 1.4. Goa Kapur.................................................................................................7
Gambar. 1.5. Pelaapukan biologis..................................................................................7
Gambar. 1.6. Abrasi.........................................................................................................12
Gambar. 1.7. Ekshasari....................................................................................................12
Gambar. 1.8. Deflasi/korosi..............................................................................................12
Gambar. 1.9. Slow Flowage/soil creep............................................................................14
Gambar. 2.0. Mudflow......................................................................................................15
Gambar. 2.1. Debris Avalanche.......................................................................................15
Gambar. 2.2. Earthflow....................................................................................................15
Gambar. 2.3. Landslide (tanah longsor).........................................................................15
Gambar. 2.4. Ridgeway Mine, South Carolina (Subsidence)............................................16
A. Latar Belakang
Geomorfologi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo berarti bumi, morphe berarti bentuk,
dan logos berarti ilmu. Jadi pada intinya geommorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-
bentuk lahan permukaan bumi (Erni Suharini dan Abraham Palangan, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian denudasional dan faktor penyebabnya?
2. Bagaimana proses bentukan lahan asal denudasional?
3. Bagaimana hasil bentuk-bentuk lahan denudasional?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian-pengertian denudasional
2. Memahami bagaimana proses bentuk-bentul lahan denudasional
3. Mengetahui dan menjelaskan hasil bentuk-bentuk lahan denudasional
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 1
D. Manfaat
1. Menambah wawasan bagi mahasiswa baru semester 1 Pendidikan Geografi Rombel 2
mengenai bentuk-bentuk lahan denudasional
2. Menjadi bahan bagi dosen untuk penilaian kinerja mahasiswa.
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 2
BAB 2 PEMBAHASAN DENUDASIONAL
A. Pengertian Denudasional
Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti
proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan
sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa
batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi
(Herlambang, Sudarno. 2004).
Denudasi adalah proses perombakan muka bumi, berarti mengurangi tingginya bukt-
bukit serta permukaan bumi lainnya oleh tenaga-tenaga eksogen, yakni proses pelapukan,
erosi dan masswasting, bekerja sama dengan transportasi dan kemudian proses
pengendapan (deposisi) ke tempat yang lebih rendah ( Mustofa, Bisri. dan Sektiyawan,
Inung. 2008).
Topografi yang curam lebih mudah terkena denudasi dibandingkan dengan topografi
wilayah yang landai. Topografi permukaan bumi yang curam lebih mudah terkena denudasi
gara-gara dampak dari bentuknya. Topografi permukaan bumi yang awalnya curam setelah
terjadi denudasi maka kecuraman dan ketinggiannya dapat berkurang.
b. Geologi
Faktor geologi yang dimaksud yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga
endogen adalah tenaga yang berasal berasal dari didalam bumi, sedangkan tenaga eksogen
adalah tenaga yang berasal berasal dari luar bumi. Tenaga endogen dan eksogen selanjutnya
sanggup membberi dampak atau pengaruhnya terhadap bentuk permukaan bumi, baik itu
mempengaruhi bentukpermukaan bumi maupun membuat bentukan baru terhadap permukaan
bumi.
c. Iklim
Iklim merupakan keadaan cuaca kebanyakan yang meliputi suatu area yang luas dan
didalam kurun waktu yang panjang. Iklim yang ekstrim dapat lebih cepat membuat denudasi
daripada iklim yang stabil. Salah satu contohnya yaitu batu yang lebih cepat melapuk di
kawasan iklim ekstrim dibanding batu yang berada di kawasan biasa saja.
d. Aktivitas tektonik
Aktivitas tektonik merupakan gerakan-gerakan yang berlangsung didalam lempeng
bumi. Gerakan yang berlangsung didalam lempeng bumi selanjutnya dapat membuat beraneka
macam akibat, seperti munculnya wujud permukaan bumi yang tidak rata. Bentukan
selanjutnya muncul gara-gara ada pergerakan atau pergeseran lempeng. Aktivitas tektonisme
ini terhitung yang membuat terjadinya denudasi.
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 3
e. Biosfer
Aktivitas flora dan fauna ini jika keadaan tanah yang tidak ditumbuhi vegetasi akan
memudahkan tanah lebih cepat terkikis dan terjadilah denudasi dan lain sebagainya. Sementara
itu, untuk aktivitas hewan atau binatang lebih kearah aktivitas binatang yang terlalu berlebih
dapat membuat denudasi lebih cepat terjadi.
f. Aktivitas manusia
Dalam beraktivitas sesungguhnya manusia sering kali melibatkan alam, dan alam yang
dilibatkan didalam aktivitas manusia terhitung seringkali mengalami perubahan, meski tidak
disadari atau sering kadang diacuhkan. Salah satu aktivitas aktivitas manusia yang sanggup
mengakibatkan terjadinya denudasi yaitu pembangunan gedung bertingkat. Dalam
pembangunan gedung bertingkat atau segala suatu hal untuk bisnis kadang mereka tidak
mengindahkan keadaan alam.
Pembangunan gedung bertingkat dapat membuat percepatan terjadinya tanah amblas. Hal
ini disebabkan bobot gedung yang harus diterima oleh permukaan tanah tersebut. Selain
pembangunan gedung bertingkat, denudasi akibat aktivitas manusia terhitung berlangsung
akibat penggalian tambang. Contohnya penggalian emas yang ada di wilayah tambang emas.
Tanah-tanah di wilayah selanjutnya pasti dapat lebih cepat mengalami denudasi daripada
lainnya yang tidak berada di wilayah pertambangan.
1) PELAPUKAN
a. Pengertian Pelapukan
i) Pelapukan adalah segala perubahan sifat batuan baik secara fisis maupun kimiawi,
karena pengaruh keadaan cuaca. Hasil akhir dari pelapukan adalah terbentuknya
tanah. Oleh karena itu pembentukan tanah sama denganproses pelapkan (Suharini,
Erni dan Palangan, Abraham, 2014).
ii) Pelapukan batuan yaitu proses berubahnya batuan menjadi tanah (soil) baik oleh
proses fisik atau mekanik (disintegration) maupun oleh proses kimia
(decomposition). Proses decomposition dapat menyababkan terjadinya mineral-
mineral baru (Sawkins dkk., 1978:346, dalam buku Ir. Soetoto,“Geologi Dasar”,
2014).
b. Penggolongan Pelapukan
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 4
a) Pelapukan Mekanis atau Fisis
Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah proses pelapukan yang
menyebabkan batuan menjadi hancur, menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Maka sifat
hancuran batuan tersebut, masih tetap sama sifatnya dengan batuan induk.Faktor penyebab
perubahannya:
b) Pelapukan Kimiawi
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 5
a. Karren
Karren yaitu alur yang terjadi dari tetesan hujan pada balok-balok batu kapur murni di
areal “karst”(Ir. Ronny Andu, dkk. 1987). Gejala ini terdapat di daerah kapur yang tanahnya
dangkal. Pada perpotongan celah-celah ini biasanya terdapat lubang kecil yang disebut karren.
b. Ponor
Ponor yaitu lubang-lubang di permukaan tanah kapur yang dalamnya bisa dilalui air
hujan ( Mustofa, Bisri. dan Sektiyawan, Inung. 2008). Ponor dapat dapat dibedakan menjadi 2
macam yaitu dolin dan pipa karst. Dolin adalah lubang di daerah karst yang bentuknya seperti
corong. Dolin ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu dolin korosi dan dolin terban. Dolin korosi
terjadi karena proses pelarutan batuan yang disebabkan oleh air. Di dasar dolin diendapkan
tanah berwarna merah (terra rossa). Sedangkan dolin terban terjadi karena runtuhnya atap gua
kapur.
c. Gua kapur
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 6
Stalaktit adalah endapan kapur yang menggantung pada langit-langit gua (atas).
Bentuknya biasanya panjang, runcing dan tengahnya mempunyai lubang rambut. Sedangkan
stalakmit adalah endapan kapur yang terdapat pada lantai gua (bawah). Bentuknya tidak
berlubang, berlapis-lapis, dan agak tumpul. Jika stalaktit dan stalakmit bisa bersambung, maka
akan menjadi tiang kapur (pillar).
c) Pelapukan Biologis
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 7
Ada dua hal yang mempengaruhi proses pelapukan yaitu daerah atau batuan yang akan
lapuk dan tenaga yang melapukkan. Kecepatan pelapukan ditentukan oleh beberapa hal,antara
lain:
Dampak Negatif
1. Sebagai tenaga destruktif, pelapukan merusak batu-batuan termasuk
bangunanbangunan,
sehingga sangat merugikan manusia
2. Pelapukan juga dapat merusak batu-batu candi sehingga sangat merugikan
Manusia
2) Erosi
Erosi diartikan sebagai pengikisan dan pemindahan hancuran massa batuan secara
alami dari suatu tempat ke tempat lainoleh suatu kekuatan pengangkut diatas permukaan
bumi (Suharini, Erni dan Palangan Abraham, 2014). Sering kali banyak yang menyebut
erosi sebagai pelapukan yang disebabkan cuaca. Akan tetapi antara pelapukan yang
disebabkan cuaca dan erosi tidaklah sama. Pelapukan merupakan terjadinya penghancuran
mineral batuan baik karena suatu proses fisik, kimiawi, atau kedua-duanya. Erosi
sebenarnya disebabkan oleh alam (air, angin, dan sebagainya), tapi ulah manusia membuat
erosi yang sudah terjadi kian parah.
a. Penyebab Erosi
1) Kondisi Tanah
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 8
Faktor penyebab erosi yang pertama adalah kondisi tanah. Beberapa hal yang termasuk
dalam kondisi tanah yakni tekstur dan struktur tanah, banyaknya bahan organik di dalam tanah
dan daya serap tanah terhadap air. Tanah dengan tekstur butiran halus adalah jenis tanah yang
paling rawan terkena erosi. Ini dikarenakan tanah pasir tidak menetap dan mudah hancur ketika
terkena aliran air. Tanah dengan kandungan bahan organik yang rendah dan kedap air juga
mudah mengalami erosi.
Sementara itu, tanah dengan tekstur yang berpasir tidak peka terhadap erosi karena ukuran
partikelnya yang lebih besar sehingga tidak mudah terbawa oleh air. Tanah yang berstruktur
gumpalan atau membulat lebih tahan terhadap ancaman erosi karena dapat menyerap lebih
banyak air dan mengurangi aliran permukaan. Tanah dengan kemampuan menyerap yang
tinggi dan mengandung bahan organik dalam jumlah banyak juga lebih tahan terhadap erosi.
2) Topografi
Salah satu faktor penyebab erosi selanjutnya adalah topografi. Topografi pada suatu daerah
berpengaruh pada jumlah tanah yang akan terkikis oleh air. Tanah yang berada di daerah lereng
yang curam sangat peka terhadap erosi. Lereng yang panjang membuat air mengalir dengan
deras dalam jumlah yang banyak. Aliran air di lereng panjang tersebut akan mengikis dan
mengangkut tanah ke daerah yang rendah. Sementara itu, daerah dengan topografi yang landai
lebih tahan terhadap erosi tanah, tetapi mengalami ancaman terjadinya genangan air.
3) Vegetasi
Vegetasi juga menjadi faktor penyebab terjadinya erosi. Yang disebut vegetasi adalah
tanaman atau pepohonan yang menutupi tanah. Pohon- pohon akan menghalangi air hujan
sehingga tidak langsung jatuh menimpa tanah. Selain itu pohon di hutan juga dapat membantu
tanah menyerap air hujan dan mengurangi aliran air di permukaan tanah. Jika pepohonan
terutama yang berada di daerah aliran sungai ditebang, maka daerah tersebut akan mudah
terkena erosi tanah.
4) Iklim
Iklim ini berhubungan dengan intensitas hujan. Hujan mempunyai pengaruh besar
pada proses terjadinya erosi tanah. Daerah dengan intensitas hujan yang tinggi sangat rawan
mengalamai erosi tanah. Sebaliknya, tanah yang berada di wilayah dengan intensitas hujan
yang rendah cukup aman dari bahaya erosi.
Perubahan iklim global atau yang sering disebut dengan pemanasan global. Meningkatnya
suhu bumi menyebabkan mencairnya es di kutub. Ketika es di kutub mencair secara signifikan
maka akan menyebabkan naiknya permukaan air laut sehingga akan menggerus daratan yang
rendah seperti pantai. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya erosi di daerah pantai.
5) Air
Air menjadi bagian penting dari faktor penyebab erosi. Air yang dimaksud dalam
pembahasan ini adalah air sungai. Air sungai merupakan aliran air yang bergerak dalam jumlah
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 9
yang banyak. Aliran air tersebut akan mengangkat partikel- partikel tanah sehingga terbawa
menuju tempat dimana sungai itu bermuara. Jika aliran air sungai sangat kuat terutama saat
sedang terjadi banjir, maka semakin banyak tanah yang akan mengalami erosi.
6) Angin
Faktor penyebab erosi yang berikutnya adalah angin. Angin ini termasuk dalam faktor
alam. Faktor ini hanya berlaku di daerah dengan tekstur tanah berpasir, misalnya di pantai atau
di gurun. Meski seringkali tak disadari, angin laut dapat mengangkat partikel- partikel tanah
secara perlahan- lahan menuju ke tempat yang lain. Erosi yang disebabkan karena faktor angin
disebut dengan deflasi. Deflasi dapat terjadi jika kekuatan angin cukup besar untuk
memindahkan partikel- partikel tanah.
7) Gelombang Laut
Gelombang laut juga merupakan salah satu faktor penyebab erosi pantai atau abrasi pantai.
Gelombang dengan tenaga yang sangat besar datagn dari arah laut kemudian menggempur
pasir. Ketika hal tersebut dibiarkan begitu saja, maka akan menyebabkan erosi pantai. Erosi
oleh gelombang laut dapat dicegah dengan menabam pohon bakau, melestarikan hutan
mangrove melestarikan terumbu karang dan mengurangi kegiatan penambangan pasir.
8) Gletser
Erosi yang disebabkan karena adanya faktor gletser disebut dengan erosi eksarasi. Seperti
yang telah kita ketahui, gletser adalah es pada yang mencair. Bongkahan es besar yang mencair
tersebut akan menghasilkan tekanan yang sangat besar. Tekanan itulah yang menyebabkan
terjadinya erosi, terutama pada setiap hal yang dilewati lelehan es tersebut. Karena disebabkan
oleh es yang mencair maka erosi ini hanya terjadi di daerah yang bersalju dan memiliki bukit-
bukit berupa es.
9) Faktor Manusia
Kegiatan manusia yang dapat menekan laju erosi diantaranya adalah kegiatan
pertambangan dan ekspliotasi hutan. Pertambangan yang melibatkan proses pengerukan tanah
akan mengubah kontur tanah sehingga tanah lebih cepat mengalami erosi.
b. Tahapan Erosi
1) Detachment. Yaitu proses lepasnya batuan dari massa induk.
2) Transportasi. Yaitu perpindahan batu yang sudah terkikis dari suatu
wilayah/kawasan ke wilayah lainnya.
3) Sedimentasi. Yaitu mengendapnya batu yang terkikis.
c. Dampak Terjadinya Erosi
1) Lapisan tanah atas semakin tipis. Erosi yang terus menerus mengikis tanah akan berefek
pada permukaan tanah atas yang makin tipis.
2) Erosi merupakan salah satu penyebab terjadinya bencana banjir. Dikarenakan lahan
yang erosi akan menurun kemampuannya dalam menyerap air ke tanah. Air yang
meluap dan sukar terserap dengan cepat berdampak pada bencana banjir yang melanda
suatu daerah.Tanah tidak bisa menyerap air dengan baik. Intinya sama dengan poin
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 10
sebelumnya. Tanah yang erosi, tentu tidak dapat menyerap air dengan baik. Ini
menyebabkan air di permukaan akan melimpah dan meluap.Sedimentasi sungai. Tanah
yang terangkut oleh air yang mengikisnya (pengikisan tanah akibat erosi oleh air), akan
masuk ke sungai dan mengendap di sana, sehingga terjadi pendangkalan sungai.
d. Jenis-jenis Erosi
1) Ablasi
Ablasi atau erosi air sungai merupakan suatu proses pengikisan tanah di sekitar aliran
air. Kecepatan air, banyaknya air, dan pasir yang diangkut dalam air dapat mempengaruhi cepat
lambatnya pengikisan. Aliran dari air sungai yang terus menerus mengikis permukaan atau sisi-
sisi sungai akan berdampak pada terbentuknya ngarai, jurang, maupun lembah.
Erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir dibagi dalam beberapa tingkatan, sesuai
dengan tingkatan kerusakannya, yaitu sebagai berikut,
(1) Erosi percik (Splash Erosion)
Erosi percik yaitu proses pengikisan yang terjadi oleh percikan air. Percikan tersebut
berupa partikel tanah dalam jumlah yang kecil dan diendapkan di tempat lain.
2. Abrasi
Abrasi yang biasa disebut dengan erosi gelombang laut atau erosi marin adalah proses
pengikisan pantai oleh gelombang laut. Penyebab abrasi adalah permukaan air laut yang naik,
dikarenakan mencairnya es di kutub. Sehingga berdampak pada pengikisan daerah permukaan
yang lebih rendah. Bentang alam hasil dari abrasi antara lain, cliff (tebing pantai). Merupakan
pantai yang mempunyai batuan keras juga terjal dan curamnya pegunungan. Tebing bagian
bawah yang lama kelamaan mengikis akan membentuk wave cut platform. Termasuk
cekungan yang terbentuk di dinding cliff atau disebut relung.
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 11
Gambar. 1.6. Contoh abrasi
3. Eksharasi
Eksharasi dinamakan juga dengan erosi es atau gletser. Pengikisan ini disebabkan oleh es
yang mencair atau gerakan lapisan es. Batuan yang terkikis akan masuk ke bawah dan akhirnya
mengendap. Materi yang mengendap disebabkan terjadinya erosi es atau gletser disebut dengan
morena. Bentang alam hasil dari eksharasi adalah fyord atau wilayah pantai yang menjorok ke
darat, sekelilingnya ada tebing curam dan terbentuk karena erosi es/gletser saat jaman es.
4. Deflasi/Korosi
Deflasi yaitu erosi yang disebabkan oleh tenaga angin. Pada awalnya angin hanya
menerbangkan pasir dan debu, tetapi kedua benda tersebut dijadikan senjata untuk
menghantam batuan yang lebih besar, sehingga akan mengikis batuan tersebut
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 12
3) Masswasting
A. Pengertian Masswasting
Masswasting ialah proses pergerakan massa batuan dalam menuruni lereng karena
adanya pengaruh gaya gravitasi bumi. Batuan yang berada di muka bumi dapat berpindah
secara bersamaan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Perpindahan
batuan tersebut disebabkan antara lain oleh pengaruh gravitasi, jenis batuan, air, dan topografi.
Masswasting juga dapat merubah bentang alam jika terjadi dalam skala yang besar.
B. Jenis Masswasting
Secara umum, masswasting dikelompokkan menjadi 5, antara lain yaitu,
1. Jatuhan (fall)
Jatuhan adalah gerakan jatuh material batuan pembentuk lereng yang dapat berupa
tanah atau batuan. Jatuhan terjadi karena ada adanya interaksi antara bagian-bagian material
yang longsor. Jatuhan batuan terjadi dalam gerakan ke bawah yang sangat cepat. Jatuhan akan
terjadi apabila material yang mudah tererosi terletak di atas tanah yang lebih tahan erosi.
2. Rubuhan
Rubuhan adalah gerakan material batuan yang roboh. Dimana jenis mass wasting ini
biasanya terjadi pada lereng batuan yang sangat terjal sampai tegak. Rubuhan terjadi karena
lereng yang mempunyai bidang-bidang ketidakmenerusan relatif vertikal. Faktor utama yang
menyebabkan rubuhan adalah adanya air yang mengisi retakan.
3. Gelinciran (slump)
Gelinciran merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesi dan terjadi pada
musim penghujan.Gerakan massa tanah tipe seperti ini disebut juga longsoran rotasional.
Gelinciran seperti ini dikenali dengan adanya retakan di permukaan. Pergerakan ini dikenali
dengan bentuk permukaan berupa lingkaran atau bentuk sendok (slump).
4. Aliran (flow)
Aliran (flows) adalah gerakan hancuran material ke bawah lereng dan mengalir seperti
cairan kental. Aliran seperti ini sering terjadi dalam bidang geser yang relatif sempit. Material
yang terbawa oleh aliran dapat terdiri dari berbagai macam partikel tanah (termasuk batu-batu
besar), kayu-kayu ranting dan lain-lain.
Berikut ini adalah beberapa istilah yang telah di buat untuk membedakan tipe-tipe
aliran, yaitu:
Aliran tanah (earth flow)
Aliran tanah (earth flow) sering terjadi pada tanah-tanah berlempung dan berlanau jika
sehabis hujan lebat. Tanah yang daya ikatnya lemah akan dengan mudah ikut terbawa oleh
aliran air hujan. Kecepatan gerakan aliran ini bervariasi dari lambat sampai sangat tinggi,
bergatung pada kemiringan lereng dan kadar air tanah. Aliran tanah berlangsung secara terus-
meterus sampai beberapa tahun sehingga kemiringan lereng menjadi lebih kecil.
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 13
Aliran lumpur/lanau (mudflow)
Mudflow dapat terjadi di daerah yang memiliki kemiringan antara 5o sampai 15o.
Aliran lanau sering terjadi pada lempung retak-retak atau lempung padat yang berada di lapisan
pasir halus. Aliran lanau dapat terjadi pada lapisan lempung yang mengandung pasir atau lanau.
Terjadinya aliran lanau sering di sebabkan oleh erosi dalam lapisan pasir.
Aliran rombakan (debris flow)
Aliran debris (debris flow) adalah aliran yang terjadi pada material-matrial yang
memiliki butir kasar. Aliran ini sering terjadi pada lereng yang kering, di mana tumbuh-
tumbuhan sangat jarang ditemukan disana, atau di daerah lereng yang permukaanya tidak ada
tumbuhannya karena telah ditebangi. Aliran rombakan sering terjadi dikala hujan lebat atau
banjir yang tiba-tiba, yaitu dalam bentuk aliran yang panjang dan sempit.
Aliran longsoran (slideflow)
Aliran longsoran (slideflow) adalah suatu gerakan material pembentuk lereng akibat
liquefaction pada lapisan pasir halus atau lanau yang tidak padat. Aliran ini umumnya terjadi
pada daerah lereng bagian bawah. Longsoran seperti ini dapat bergerak dengan kecepatan
antara 50-100 m/jam.
5. Sebaran lateral
Sebaran lateral merupaka gabungan dari bergeraknya massa tanah dan turunnya massa
batuan yang terpecah-pecah ke dalam material lunak yang terletak di bawahnya.
Berdasarkan kecepatan geraknya, masswassting dibedakan menjadi 4, yaitu
a) Slow flowage/Soil creep
Slow flowage atau soil creep ialah pergerakan massa tanah yang tergolong pelan yaitu
hanya berubah beberapa milimeter saja pertahun, oleh karena itu soil creep menjadi salah satu
pergerakan massa tanah yang sukar diketahui. Meskipun demikian, creep memberikan
pengaruh yang dapat dideteksi pada bentang alam. Soil creep dapat diamati melalui batang
pohon yang membengkok. Batang pohon tersebut menunjukkan pergerakan creep di lapisan
tanah atas.
e. Rapid Flowage
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 14
Rapid flowage merupakan gerakan massa batuan yang cepat dan dapat dilihat secara
langsung proses terjadinya. Rapid flowage berdasarkan material yang dibawa dikelompokan
menjadi 3, yaitu:
a. Earthflow, gerakan yang tanahnya jenuh dengan air pada lereng yang landai,
sehingga gerakannya tidak terlalu cepat namun bisa dilihat secara langsung.
b. Mudflow, gerakan yang berupa gerakan aliran lumpur dengan kandungan air lebih
banyak dan gerakanya lebih cepat daripada earthflow.
c. Debris avalanches, gerakan massa batuan yang cepat pada lereng yang sempit dan
curam, karena materialnya lebih encer dan kemiringan lereng lebih besar.
a. Rock fall, yaitu peristiwa longsornya massa batuan yang berupa blok-blok batuan.
b. Debris slide, yaitu longsornya massa batuan yang berupa puing puing atau
rombakan batuan.
c. Slumping, yaitu tanah longsor yang gerakanya terputus putus dengan jarak yang
pendek.
4. Subsidence
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 15
daerah gua kapur dan gua bekas pertambangan. Material batuan dari atas gua yang tiba-tiba
putus dan jatuh menumbuk di dasar gua itu dinamakan subsidence.
Semakin curamnya kondisi sebuah lereng maka akan semakin memperbesar terjadinya
masswasting karena gaya geseknya semakin rendah. Lereng yang miring sebaiknya tidak
ditinggali karena lereng yang miring termasuk zona merah yang rawan longsor.
2. Gravitasi
Air berfungsi sebagai penambah besarnya gerakan juga penambah beban sehingga
keberadaan air dapat mempermudah gerakan. Keberadaan air diantara butir-butir batuan atau
tanah dapat mengurangi daya kohesi (tarik menarik) antara material sehingga mudah terurai.
4. Gempa atau getaran
Gempa bumi atau getaran akibat benddapatg lainny dapat membuat retakan-retakan di
bukit dan lereng, sehingga akan memicu batuan dan tanah untuk bergerak menuruni lereng.
5. Curah hujan
Curah hujan yang tinggi akan membuat limpasan air di lereng semakin besar dan akan
menyebabkan erosi, dan erosi tersebut akan memudahkan batuan dan tanah untuk terjadi
longsor.
6. Perubahan kondisi vegetasi
Kondisi lereng yang gundul akan lebih mudah untuk mengalami masswasting dibandingkan
lereng yang ditumbuhi banyak vegetasi, hal tersebut dikarenakan tanah yang ditumbuhi
tanaman dengan akar yang kuat akan mencegah terjadinya longsor.
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 16
D. Cara mencegah masswasting
Masswasting dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal berikut:
4) Sedimentasi
a. Pengertian Sedimentasi
Sedimentasi merupakan sebuah peristiwa atau proses pengendapan yang terjadi pada
beberapa komponen abiotik yang ada di lingkungan seperti halnya tanah dan juga
pasir. Proses pengendapan atau sedimentasi ini bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti
aliran air ataupun hembusan angin yang dapat memindahkan partikel- partikel kecil dari
tanah atau pasir ke tempat lain hingga mengalami pengendapan dan membentuk sesuatu yang
baru. Proses sedimentasi atau pengendapan ini bisa terjadi di berbagai tempat seperti di darat,
di laut maupun di ekosistem sungai. Material- material yang dipendahkan ini merupakan
material- material sisa dari pelapukan atau pengikisan yang berlangsung dalam jangka waktu
cukup lama sehingga mudah diangkut.
c. Jenis-jenis Sedimentasi
Berdasarkan penyebabnya, sedimentasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
sedimentasi akuatis, sedimentasi aeolis, dan sedimentasi marine.
a. Sedimentasi Akuatis
Sedimentasi akuatis atau sedimentasi karena air sungai adalah proses pengendapan materi-
materi yang terbawa oleh aliran air di tempat-tempat yang dilaluinya. Hasil pembentukan dari
proses sedimentasi fluvial adalah delta dan bantaran sungai. Delta berupa daratan di dekat
pantai yang terbentuk karena pengendapan lumpur, tanah, pasir dan batuan yang terbawa oleh
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 17
air sungai. Adapun bantaran sungai merupakan daratan semacam delta yang terbentuk di tepi
sungai.
b. Sedimentasi Aeolis
Sedimentasi aeolis atau sedimentasi karena angin adalah proses pengendapan materi-
materi yang terbawa oleh hembusan angin di tempat-tempat yang dilalui oleh tiupan angin
tersebut. Hasil pembentukan dari proses sedimentasi aeolis antara lain adalah gumuk pasir
atau sand dunes.
c. Sedimentasi Marine
Sedimentasi marine atau sedimentasi karena air laut adalah proses pengendapan material
yang terbawa oleh gelombang air laut. Hasil pembentukan dari proses sedimentasi marine
antara lain tumpukan karang di pantai, bar (endapan pasir yang panjang seperti pematang) di
pantai, tombolo (bar yang terbentuk dekat pantai dan terhubung dengan daratan), serta karang
atol (karang yang bentuknya terputus-putus).
Berdasarkan tempat pengendapannya sedimentasi dapat dibedakan menjadi lima sebagai
berikut.
a. Sedimen teristis atau sedimen alluvial yaitu sedimentasi yang diendapkan di darat atau di
dataran banjir yang luas.
b. Sedimen fluvial yaitu sedimen yang diendapkan di dasar sungai sehingga menyebabkan
terjadinya pendangkalan sungai.
c. Sedimen limnis, yaitu sedimen yang diendapkan di daerah rawa-rawa.
d. Sedimen marin yaitu sedimen yang diendapkan di laut.
e. Sedimen lakustris yaitu sedimen yang diendapkan di dasar danau
A. Pegunungan Denudasional
Ciri umumnya mempunyai topografi bergunung dengan lereng curam hingga sangat curam
dengan perbedaan tinggi antara tempat terendah dengan tempat tertinggi (relief) >500m.
Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng dominan
adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).
B. Perbukitan Denudasional
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 18
Akibat dari proses denudasional yang bekerja pada pegunungan/perbukitan secara terus-
menerus. Maka permukaan pada daerah tersebut cenderung menurun ketinggiannya dan
membentuk suatu permukaan yang hampir datar dan nyaris disebut dataran (peneplain)
(Suharini, Erni dan Palangan, Abraham, 2014).
a.
b.
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 19
Gambar.2.7. Kerucut Talus atau Kipas Koluvial
Gambar.2.8. Footstape
(badland)
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 20
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Denudasi adalah proses perombakan muka bumi, berarti mengurangi tingginya bukt-
bukit serta permukaan bumi lainnya oleh tenaga-tenaga eksogen, yakni proses pelapukan,
erosi, masswasting dansedimentasi, bekerja sama dengan transportasi dan kemudian proses
pengendapan (deposisi) ke tempat yang lebih rendah. Faktor penyebab terjadinya denudasi
diantara lain, kondisi tanah, topografi, Vegetasi, geologi, iklim, aktivitas tektonik,biosfer dan
aktivitas manusia.
Proses bentuk lahan denudasi mencakup pelapukan, erosi, masswasting, dan sedimentasi.
Pelapukan adalah segala perubahan sifat batuan baik secara fisis maupun kimiawi, karena
pengaruh keadaan cuaca. Erosi diartikan sebagai pengikisan dan pemindahan hancuran massa
batuan secara alami dari suatu tempat ke tempat lainoleh suatu kekuatan pengangkut diatas
permukaan bumi. Masswasting ialah proses pergerakan massa batuan dalam menuruni lereng
karena adanya pengaruh gaya gravitasi bumi. Sedimentasi merupakan sebuah peristiwa atau
proses pengendapan yang terjadi pada beberapa komponen abiotik yang ada di lingkungan
seperti halnya tanah dan juga pasir.
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 21
DAFTAR PUSTAKA
Bahpari., Mulya. 2006. Mandiri Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Endarto, Danang., dkk. 2006. Geografi Untuk SMA/MA Kelas X. Surakarta : Grahadi.
Suharini, Erni., dan Palangan, Abraham., 2014. Geomorfologi: Gaya, Proses, dan Bentuk
Lahan. Yogyakarta : Ombak.
Soetoto, Ir., 2016. Geologi Dasar. Yogyakarta : Ombak
Mustofa, Bisri. dan Sektiyawan, Inung. 2008. Kamus Lengkap Geografi. Yogyakarta: Panji
Pustaka.
Andu, Ronny, dkk. 1987. Kamus Geologi. Semarang: Dahara Prize.
Mc Knight, Tom L & Hess, Darrel, 2008. Physical Geography: A Landscape Appreciation 9th .
Pearson Prentice Hall.
Ilmugeografi.com, 2015. Abrasi dan Erosi Abrasi dan Erosi: Pengertian, perbedaan jenis dan
macamnya.... 18 November 2015. https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/abrasi-dan-erosi
(diakses pukul 20.02 26 Agustus 2018)
Kelompok 3 ( Denudasional ) | 22