RIDHO M RIZALDI
F1D217012
Puji Syukur penulis penjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Kegiatan
Kuliah Lapangan 1Daerah Bukittinggi Dan Sekitarnya”berisikan tentang kondisi
geologi pada daerah tersebut baik dari aspek litologi, geomorfologi, stratigrafi, dan
sejarah geologi yang membentuk tatanan Daerah bukit tinggi dan Sekitarnya.Dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberikan kekuatan dan keselamatan
untuk menjalankan semua kegiatan kuliah lpangan 1.
2. Kedua Orangtua dan Saudara/i saya yang telah memberi dukungan materil,
motivasi, doa dan semangat kepada saya dalam melakukan kegiatan kuliah
lapangan satu ini.
3. Bapak Ibu Dosen Teknik Geologi Univeritas Jambi yang telahmembingbing
kami baik sebelum dilapagan maupu saat dilapangan.
4. Seluruh pihak, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam kuliah lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan kritik pembaca sangat diharapkan yang bersifat membangun sangat
penulis agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga Laporan ini bermanfaat nantinya
bagi ilmu pengetahuan dan buat semua pihak.
Ridho M. Rizaldi
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.3. Lokasi Kuliah Lapangan
Daerah penelitian berada di daerah sumetara Barat khususnya bukittinggi dan sekitarnya
a. Pengamatan di Danau Singkarak, Solok.
b. Pengamatan di Lembah Anai, Padang Panjang.
c. Pengamatan di sekitar Desa X koto.
d. Pengamatan di sekitar Desa Pahambatan.
e. Pengamatan di sekitar Desa Matur.
f. Pengamatan di sekitar Danau Maninjau.
g. Pengamatan di Lawang Park.
h. Pengamatan di sekitar Desa Pondok Pisang.
i. Pengamatan di sekitar Ngarai Sianok
j. Pengamatan di Lembah Harau, Payakumbuh.
k. Pengamatan di sekitar Kelok Sembilan, Payakumbuh.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Fisiografi
JelaskanFisiografi di Pulau Sumatra dan spesifiknyafisiografi di area KL 1.
Van Bemmelen (1949).
Gambar II.1.FisiografipulauSumatra
II.2. Stratigrafi
Secara regional stratigrafi daerha bukit tinggi dan sekitarnya yang melingkupi dari area
kuliah lapangan yang merupakan bagian dari peta geologi regional lembar padang oleh
Kastowo dkk (1996) dan lembar Solok oleh Silitonga dan Kastowo (1995) dengan skala
1 : 250.000 berikut dijelaskan formasi-formasi yang masuk area kuliah lapangan.
1. Aluvium sungai (Qal)
Lempung, pasir, lanau, pasir dan kerikil umumnya terdapat di dataran pantai,
termasuk endapan rawa di sebelah utara tiku, sebelah baratdaya Lubukalung dan
sebelah timur padang, setempat kadang-kadang terdapat sisa-sisa batuapung tuf
(Qhpt atau Qpt), (Lembar padang)
2. Andesit Gunung marapi (Qaman)
Hasil-hasil gunung marapi dianggap yang termuda, karena gunung marapi
mempunyai kegiatan pada masa sejarah dan mempunyai fumarole-fumarole
yang giat, juga tuf lapilli Marapi menutupi tuf (Qpt) sebelah utara Baso, ini
menunjukan bahwa setidaknya beberapa hasil gunungapi Merapi adalah lebih
3
muda dari pada tuf batuapung. (Lembar padang) dan Breksi andesit sampai
basal, bongkah lava, lapilli, tuf, aglomerat dan endapan lahar. (Lembar Solok).
3. Andesit Gunung singgalang dan tandikat (Qast)
Hasil dari gunung singgalang dan tandikat dianggap pertengahan dalam umur
Qama dan Qamj karena tandikat terdapat erupsinya pada masa sejarah, tetapi
sekarang tidak menunjukkan kegiatan fumarole, bukti lapangan tidak terdapat
4. Andesit Kaldera Danau Maninjau (Qamj)
Bentuk kaldera yang menanjang menunjukkan masa erupsi yang lama pada
waktu terjadi pergeseran lateral kanan pada jalur sesar Sumatera, tuf dan
batuapung menutupi semua batuan gunungapi maninjau
5. Tuf Batuapung dan andesit Basal (Qpt)
Tuf batuapung umumnya terdiri dari serabut-serabut gelas dari 5 hingga 80%
fragmen-fragmen batuapung putih hampir tidak mengandung mineral-mineral
mafik, berukuran garis tengah 1-20 cm, yang agak kompak. Pada daerah
setempat terdapat lapisan-lapisan pasir yang kaya akan kuarsa, juga lapisan-
lapisan kerikil yang terdiri dari komponen kuarsa, batuan gunungapi, dan
batugamping. Setempat bongkah-bongkah obsidian berwarna kelabu kemerahan
sampai kecoklatan baik yang masih segar maupun yang sudah lapuk. Endapan
tuf ini mungkin berasal dari erupsi terakhir kaldera maninjau atau erupsi celah
yang yang berhubungan dengan jalur sesar besar sumatera (Westerveld, 1953).
Hubungan dilapangan menunjukkan bahwa Qhpt terletak diata Qpt. (Lembar
padang) dan batuapung di dalam matriks kaca kelaran. (Lembar Solok).
6. Bahan Vulkanik yang tak dipisah (Qtau)
Lahar, Konglomerat, dan Endapan Kolovium lainnya
7. Batuan Granitik Miosen (Tmgr)
Stok, berkomposisi antara granit dan diorit kuarsa.
8. Formasi brani (Tob)
Terdiri dari konglomerat berwarna coklat keunguan, berukuran kerikil sampai
kerakal, dengan aneka fragmen berupa andesit, batugamping, batusabak da
argilit, granit, kuarsit, kadang-kadang arkosic gritsand yang berbuir kasar,
terpilah buruk, menyudut-membundar tanggung, padat, keras umumnya tidak
berlapis. Tebalnya mencapai lebih dari 646 meter.
4
Umur formasi diperkirakan sama dengan Formasi Sangkarewang dengan
hubungan antar formasi antara hubungan menjemari, dengan umur yaitu
paleosen hingga eosen.
9. Batu malihan perem (Ps)
Filit, batusabak, Hormfels, dan Greywack, mika, filit bewarna kelabu kebiruan
sampai biru tua. Barusabk bewarna kelabu sampai sampai biru muda dan coklat.
Greywack mika dan tuff terdapat sebagai sisipan dalam batu sabak. Satuan ini
diterobos oleh intrusi granit kapur dan tersier.
10. Batugamping Perem (Pi)
Batugamping pejal, berongga, bewarna putih, kelabu dan kemerahan
mengandung sisispan tipis batusabak, filit, erpih terkesikan dan kuarsit. Pada
umumnya membentuk topografi kasar berpunggung tajam. Batugamping danau
singkarak mengandung Neoschagerina aff. N. Sraticulifera (SCHAWAGER).
Verbeekina sp., Chusenellasp. Dan Foraminifera kecil Lunucammina sp. And
Climacammina sp., yang telah di teliti oleh Donald A. Meyers dari USGS 13
Desember 1971 menunjjukaan umur Perem Tengah bagian atas dapat
dikolerasikan batugamping formasi kuantan di lembar solok
11. Anggota Batugamping Formasi Kuantan (Pckl)
Batugamping batusabak, filit, serpih terkesikkan dan kuarsit
12. Anggota Bawah Formasi Kuatan (Pckq)
Kuarsit dari batu pasir kwarsa sisipan filit, batusabak, serpih, batuan gunungapi,
tuf klorit, konglomerat dan rijang.
Gambar. II.2. Peta geologi regional lembarpadang oleh Kastowodkk (1996) dan
lembarSolok oleh Silitonga dan Kastowo (1995).
5
II.3. Struktur Geologi
Menurut Barber dkk (2005), Sistem Sesar sumetara (SSS) berasosiasi dengan
pembentukan gunung api dan batas sesar yang umumnya membentuk graben. Sesar
sianok dan Sesar Sumani merupakan bagian dari segmen Sistem Sesar sumetara (SSS).
Kedua sesar ini dibatasi oleh pembentukan arah sesar pada sekitaran danau singkarak.
Pada sekitaran danau singkarak terdapat tinggian-tinggian tebing sesar yang
mengindikasikan kehadiran sesar turun hingga oblique. Fenomena ini dianggap sebagai
perkembangan rezim tektonik ,Nukaman dkk (2017).
Secara regional struktur geologi di daerah bukittinggi dan sekitarnya, lokasi
kuliah lapangan dikontrol oleh sistm sesar sumatera yang umumnya bearah baratlaut-
tenggara, berikut ini uraian singkat dari beberapa struktur geologi yang berkembang,
Kastowodkk (1996) dan Silitonga dan Kastowo (1995).
Sesar Batang anai merupakan sesar normal yang bearah utara-selatan, sesar ini
mempunyai panjang 11,5 km, merupakan pembatas antara batuan dasar dan produk dari
Gunung tandikat dan batuan yang tersesarkan adalah batuan dasar. Sesar ini dicirikan
oleh kelurusan sungai dan gawir-gawir yang memanjang dan curam.
Sesar lembah anai merupakan sesar normal bearah timur laut-baratdaya, blok
bagian tenggara relatif naik dibanding blok bagian baratlaut. Sesar ini panjangnya 4 km
dan merupakan penyebab terbentuknya Lembah anai, pembentukannya diperkirakan
akibat ketidakstabilan setelah akhir pembentukan sesar Batang Anai.
Struktur sesar sekitar danau Maninjau umumnya dikontrol oleh sesar dengan
orientasi tegak lurus terhadap arah umum dari sistem sesar sumatera. Data ini terekam
dengan baik di bagian timurlaut, barat, dan tenggara Danau Maninjau, namun ada juga
pola ataupun orietasi sesar yang memiliki karakter sama dengan sistem sesar sumatera,
dapat dijumpai di bagian utara baratlaut Danau Maninjau, mengacu pada pembahasan
regional menurut Kastowo (1995).
Struktur sesar di antara Baso dengan dengan Gunung Kepanasan merupakan
struktur sesar dengan orientasi yang saling memotong, indikasi keberadaan ini
dibuktikan dengan adanya formasi dari batugamping, batuan metamorf, dan produk dari
Maninjau Muda, mengacu pada pembahasan menurut Kastowo dkk (1996).
Struktur sesar di sekitar Harau dengan orientasi berarah timurlaut-baratdaya
yang tegak lurus terhadap Sistem Sesar Sumatera (SSS). Sesar ini membatasi antara
6
produk batuan Tersier dan Pra-Tersier, Mengacu pada pembahasan regional menurut
Silitonga dan Kastowo (1995).
Gambar II.3. Sistem Sesar Sumetara berasosiasi terhadap pembentukan gunung api dan
batas dari segmen umumnya membentuk graben, modifikasi dari Barber dkk (2005).
Kontak.
7
BAB III
DASAR TEORI
III.1. Geomorfologi
Bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami
yang memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat
tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan tersebut terdapat. Berdasarkan klasifikasi
yang dikemukaan oleh Van Zuidam (1969) dan Verstappen maka bentuk muka bumi
dapat diklasifikasikan menjadi 8 satuan bentuklahan utama (geomorfologi), yang dapat
masing-masing dirinci lagi berdasarkan skala peta yang digunakan. Adapun satuan
bentuk lahan tersebut adalah sebagai berikut (Zmit, 2013).
1. Bentuklahanasal proses vulkanik (v)
Merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas
gunungapi. Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan
magma yang bergerak naik kepermukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi
berbagai bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan gunung api atau
vulkanik.
2. Bentuklahanasal proses struktural (s)
Merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh kuat
struktur geologis. Bentuk lahan structural terbentuk karena adanya proses endogen
atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya
(tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hamper semua
bentuk lahan mukabumi ini dibentuk oleh control struktural.
3. Bentuklahanasal fluvial (f)
Merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas sungai.
Bentuk lahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa
pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-
bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial (fda) dan bentukan lain
dengan struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
4. Bentuklahan asal proses denudasional (d)
Merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat proses degradasi
seperti longsor dan erosi. Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan
8
dari proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses
pengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi
sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi.
4. Bentuklahanasal proses marine (m)
Merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat proses laut oleh
tenaga gelombang, arus, dan pasang - surut. Aktifitas marine yang utama adalah
abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentu klahan yang
dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar
garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer kearah darat, tetapi
terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi,
sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisirini, tergantung dari
kondisipesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya,
misalnya: tektonik masa lalu, berupa gunungapi, perubahan muka air laut
(transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
5. Bentuklahanasalglasial (g)
Merupakan kelompok besar satuan bentu klahan yang terjadi akibat proses gerakan
es (gletser). Contoh satuan bentuk lahan ini antara lain lembah menggantung dan
morine. Bentukan ini tidak berkembang di indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali
sedikit di puncak gunung jayawijaya, papua. Bentuk lahan asal glacial dihasilkan
oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentan galam.
6. Bentuklahanasalorganik (o)
Merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh kuat
aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan bentuk lahan ini adalah
mangrove dan terumbu karang.
Empat aspek utama dalam analisis dan pemetaan geomorfologi (Van Zuidam, R.
A.,1983)
1. Morfologi (relief), merupakanbentuk/roman mukabumisecraumum yang
terbagiatassatuanlahan dan bentuklahan. Secaraumum,
morfologiterbagiduameliputi :
a. Morfografi, yaituaspekgeomorfologi yang deskriptif pada suatu area
yang menggambarkanbentukberupadataran, perbukitan, pegunungan dan
struktural.
9
b. Morfometri : aspekkuantitatif pada suatu area berdasarkan parameter
kecuramanlereng, ketinggian, pembukaan dan ketidakrataandataran
2. Morfogenesis, merupakanasalmulabentuklahan dan perkembangannyaserta
proses-proses pembentukan yang meliputi :
a. Morfostrukturpasif
litologi (jenisbatuan dan strukturbatuan) yang dihubungkandengan
proses denudasi, seperti cuesta, hogback dan dome.
Cuesta, yaitupunggungan yang profilnyatidaksimetri dan
kemiringanlerengnyakurangdari 10° dan searahkemiringanbatuan.
Hogback,kemiringannyalebihdari 30°.
b. Morfostrukturaktif, dinamika proses endogen yang didalamnya termasuk
proses vulkanisme, lipatan dan sesartektonik, sepertigunungapi,
punggunganantiklin dan gawirsesar.
c. Morfodinamik, dinamika proses eksogen yang
dihubungkandenganpengaruhangin, air dan es dan material sisa,
sepertigumuk, terassungai, punggunganpantai.
3. Morfokronologi, merupakanilmu yang
mengkajimasalahevolusipertumbuhanbentuklahanatauurutanbentuklahan dan
umurpembentukannyasebagai proses darigeomorfologi
4. Morfokonservasi, merupakanhubunganbentuklahan dan lingkunganberdasarkan
parameter bentuklahansepertihubunganbentuklahandengantanah, vegetasi, dan
lain-lain.
10
a. Klasifikasibatuanbekuberdasarkankandungansilika
b. Klasifikasibatuanbekuberdasarkantempatterjadi
1. BatuanBekuIntrusif
Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan beku
dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai karakteristik
diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan tahun),
memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya,
menjadi tubuh batuan beku intrusif.
2. Batuan BekuEkstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki
berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat
pembekuan lava tersebut.
11
Gambar III.1. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineral Felsic (Klasifikasi
IUSGS)
12
1. EndapanPiroklastikJatuhan (Phyroclastic Fall)
Endapan Piroklastik Jatuhan (Phyroclastic Fall) yaitu onggokan piroklastik yang
diendapkan melalui udara. Endapan ini umunya akan berlapis baik, dan pada
lapisannya akan memperlihatkan struktur butiran bersusun. Endapan ini meliputi
aglomerat, breksi, piroklastik, tuff, lapili.
2. EndapanPiroklastikAliran (Pyroclastic Flow)
Endapan Piroklastik Aliran (Pyroclastic Flow) yaitu material hasil langsung dari
pusat erupsi, kemudian teronggokan disuatu tempat. Hal inimeliputi hot avalance,
glowing avalance, lava collapse avalance, hot ash avalance. Aliran ini umunya
berlangsung pada suhu tinggi antara 500oC – 650oC, clan temperaturnya cenderung
menurun selama pengalirannya. Penyebaran pada bentuk endapan sangat dipengaruhi
oleh morfologi sebab sifat – sifat endapan tersebut adalah menutup dan mengisi
cekungan. Bagian bawah menampakkan morfologi asal dan bagian atasnya datar.
3. EndapanPiroklastik Surge (Pyroclastic Surge)
Endapan Piroklastik Surge (Pyroclastic Surge) yaitu suatuaan campuran dari
bahan padat dan gas (uap air) yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak
dengan kecepatan tinggi secara turbulen di atas permukaan. Umumnya mempunyai
struktur pengendapan primer seperti laminasi dan perlapisan bergelombang hingga
planar. Yang khas pada endapan ini adalah struktur silangsiur, melensa dan
bersudutkecil. Endapan surge umumnya kaya akan keratan batuan dan kristal.
Gambar III.2. Ilustrasi terbentuknya partikel butiran vulkanik hingga proses sedimentasi
dan litifikasi
13
Gambar III.3. Klasifikasi batuan piroklastik menurut Pettijohn (1975) dan Fisher (1966)
14
III.2.4. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan – perubahan fundamental batuan
yang sebelumnya telah ada. Proses metamorf terjadi dalam keadaan padat dengan
perubahan kimiawi dalam batas – batas tertentu saja dan meliputi proses – proses
rekristalisasi, orientasi dan pembentukan mineral mineral baru dengan penyusunan
kembali elemen – elemen kimia yang sebenarnya ada.
Gambar III.5. Klasifikasi batuan metamorf menurut Winkler (1975) dalam Winter
(2001)
15
Susunan lapisan yang kedudukannya tidak horisontal berarti telah mengalami
proses geologi lain setelah pengendapannya, misalnya dipengaruhi oleh gaya
tektonik.
3. Original Continuity (Nicolas Steno,1669):
“The original continuity of water-laid sedimentary strata is terminated only by
pincing out againts the basin of deposition, at the time of their deposition” (Steno,
1669)Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan bersinambungan
(continuity), sampai batas cekungan sedimentasinya. Lapisan sedimen tidak
mungkin terpotong secara tiba-tiba, dan berubah menjadi batuan lain dalam
keadaan normal. Pada dasarnya hasil suatu pengendapan yakni bidang perlapisan,
akan menerus walaupun tidak kasat mata.
4. Law of uniformitarianism (Jameshutton, 1785):
Hukum ini meyatakan bahwa keadaan sekarang adalah kunci bagi keadaan masa
lalu(the present is the key to the past) Proses geologi terjadi pada saat ini juga terjadi
pada masa lampau. Sebagai contoh dapat disebutkan bahwa pada saat ini batu
gamping koral sedang tumbuh dilaut, jadi kalau pada saat ini terdapat dipucak
gunung dapat disimpulkan bahwa pada jaman yang lalu daerah pegunungan tersebut
merupakan dasar laut. Proses (tektonik lempeng,pembentukan gunung, erosi) yang
terjadi sekarang diyakini telah terjadi sejak bumi terbentuk Proses geologi yang
sedang terjadi saat ini juga terjadi pada masa lampau.
5. Cross-Cutting Relationship (A.W.R Potter & H. Robinson):
Apabila terdapat penyebaran lapisan Batuan (satuan lapisan batuan), dimana
salah satu dari lapisan tersebut memotong lapisan yang lain, maka satuan batuan
yang memotong umurnya relatif lebih muda dari pada satuan batuan yang di
potongnya.
6. Faunal Succession (Abble Giraud-Soulavie, 1778):
Pada setiaplapisan yang berbedaumurgeologinyaakanditemukanfosil yang
berbeda pula. Secarasederhanabisa juga dikatakanFosil yang berada pada
lapisanbawahakanberbedadenganfosil di lapisanatasnya. Fosil yang hidup pada masa
sebelumnyaakandigantikan (terlindih) denganfosil yang adasesudahnya,
dengankenampakanfisik yang berbeda (karenaevolusi).
16
Perbedaanfosilinibisadijadikansebagaipembatassatuanformasidalamlithostratigrafiata
udalamkoreksistratigrafi. dan bisauntukmengetahuilingkunansebelumterfossilkan.
7. Ketidakselarasan (unconformity).
Ketidakselarasan ini dikenal terutama dalam cabang stratigrafi.Idealnya,
perlapisan batuan terbentuk terus menerus. Setelah terbentuk lapisan A, lalu B di
atasnya, lalu C diatasnya terus begitu. Walaupun ada jeda, jeda itu sebentar saja.
Tetapi, kadang-kadang terdapat kasus dimana sedimentasi berhenti sama sekali untuk
jeda waktu yang lama, sehingga dari kacamata waktu geologi bisa dibilang ada
lapisan yang hilang. Itulah ketidakselarasan.
ada bermacam-macam ketidakselarasan di alam.
Disconformity
Disconformity terjadi ketika sedimentasi terhenti untuk waktu yang saangat
lama, sampai-sampai lapisan batuan yang terakhir terbentuk tergerus oleh erosi.
Dengan kata lain, ciri khas ketidakselarasan jenis disconformity adalah adanya
bidang erosi.
Nonconformity
Nonconformity : adanya lapisan batuan sedimen yang menumpang di atas
batuan beku atau metamorf, Proses terbentuknya sebagai berikut: ada sebuah
perlapisan batuan sedimen yang mengandung batuan metamorf/intrusi batuan beku.
Pada suatu hari, proses sedimentasi berhenti untuk waktu yang lama. Perlapisan
batuan sedimen ini pun tererosi sampai-sampai batuan beku/metamorf muncul ke
permukaan. Beberapa saat kemudian, proses sedimentasi berjalan lagi. hasil akhirnya
adalah batuan beku/metamorf dengan bagian atas tampak tererosi dan ditumpangi
suatu lapisan batuan sedimen
Angular unconformity
Angular unconformity dicirikan oleh adanya beda dip yang sangat tajam antara
perlapisan di atas dan perlapisan di bawah. misalnya, dalam suatu tubuh perlapisan
batuan sedimen.
17
a. Lipatan
Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang mekanismenya
disebabkan oleh dua proses, yaitu bending (melengkung) dan buckling(melipat). Pada
gejala buckling, gaya yang bekerja sejajar dengan bidang perlapisan, sedangkan pada
bending, gaya yang bekerja tegak lurus terhadap bidang permukaan lapisan (Hill, 1953).
b. Kekar (joint)
Kekar adalah struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau relatif sedikit
sekali terjadi pergeseran. Kekar merupakan salah satu struktur yang paling umum pada
batuan. Joint setadalah kumpulan kekar pada satu tempat yang memiliki ciri khas yang
dapat dibeakan dengan joint set lainnya (Djauhari Noor, 2009).
c. Sesar
Sesar adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran yang
berarti.Suatu sesar jarang yang terdapat soliter (satu bidang),tetapi pada umumnya
berupa satu zona sesar yang didalamnya terdiri dari banyak sesar-sesar minor.
Berdasarkan arah pergeserannya sesar dapat dibagi menjadi tiga,yaitu:
1. Strike slip fault, sesar yang pergerakannya searah dengan strike bidang sesar (pitch
00-100). Sesar ini disebut juga sebagai sesar mendatar. Sesar mendatar terbagi lagi
atas:
a. Sesar mendatar dextral, yaitu sesar mendatar yang blok batuan kanannya lebih
mendekati pengamat.
b. Sesarmendatarsinistral, yaitusesarmendatar yang
blokbatuankirinyalebihmendekatipengamat.
2. Dip slip fault, sesar yang pergerakannya tegak lurus dengan strike bidang sesar dan
berada pada dip bidang sesar.Sesar jenis ini dicirikan oleh nilai pitch sekitar 800 -
900. Dip slip faultterbagilagiatas :
a. Sesar normal, yaitu sesar yang pergerakan hangingwall relatif kebawah terhadap
footwall.
b. Sesar naik, yaitu sesar yang pergerakan hanging wallrelatif keatas terhadap
footwall
3. Strike dip slip faultatau(oblique fault), yaitusesar yang pergerakannyarelatif diagonal
terhadapstrike dan dipbidangsesar. (Pitch 100 - 800). Strike dip slip
faultterbagilagiataskombinasi-kombinasistrike slip fault dan dip slip fault, yaitu:
18
a. Sesar normal sinistral, yaitu sesar yang pergerakan hanging wallrelatif kebawah
terhadap foot wall dan blok di sebelah kiri bidang sesar relatif mendekati
pengamat.
b. Sesar normal dextral, yaitu sesar yang pergerakan hanging
wallrelatifkebawahterhadapfootwalldan blok di
sebelahkananbidangsesarrelatifmendekatipengamat.
c. Sesar naik sinistral, yaitu sesar yang pergerakan hanging wallrelatif keatas
terhadap foot walldan blok di sebelah kiri bidang sesar relatif mendekati
pengamat.
d. Sesar naik dextral, yaitu sesar yang pergerakan hanging wall relatif keatas
terhadap dan foot wall dan blok di sebelah kanan bidang sesar relatif mendekati
pengamat (Djauhari Noor, 2009).
Dalam konsep struktur geologi, perlu adanya pemahaman lebih lanjut mengenai
konsep dasar yang digunakan. Pada struktur geologi yang konsep dasar yang harus
diterapkan adalah konsep pure shear dan simple shear. Pure Shear merupakan deformasi
yang terjadi hanya pada satu sumbu saja yang arah gayanya berlawanan. Selama terjadi
pure shear elipsoid tidak mengalami rotasi sama sekali sehingga kenampakan yang
terjadi hanyalah memipih. Simple shear merupakan deformasi yang terjadi pada sumbu
yang parallel dan memiliki arah gaya yang berlawanan. Pada simple shear terjadi rotasi.
Walaupun pada kedua teori tersebut belum dapat memenuhi semua kejadian struktur
geologi yang ada. Tetapi apabila dengan menggunakan pendekatan yang tepat dengan
demikian maka kita dapat menjelaskan kejadian struktur geologi.
Gambar III.6. Konsep struktur geologi Pure Shear dan Simple Shear
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Geomorfologi
IV.1.1 Singkarak – Padang Panjang
20
struktur yang mana pada daerah lokasi pengamatan terdapat sesar minor dari
sesar sianok yang diketahui bahwa sesar sianok merupakan sesar aktif. Bukan
haya sesar sianok terpat juga sesar sumani dan sesar singkarak sebagai pengotrol
daerah tersebut dan itu yag menguatkan penulis mengelompokannya ke dalam
bentuka asal struktural.
IV.1.2 Maninjau – Padang Luar
21
diindikasikn dengan adanya suatu kenampakan bukit yang memotong barisan –
barisan bukit.
`IV.1.3 Lembah Harau – Kelok 9 Payaukumbuh
22
Pada blok ini terdapat beberapa formasi batuan baik batuan muda maupun batua tua
yangt paling tua berumur permian karbon dega bebabagi jenis produk batua seprti
produk vulkanik, intrusi , dan metamorfosa.
23
pada lokasi masih dipiggir danau dengan kordinat (X: 1000 30’ 4”, Y: 000 31’ 41”)
singkarak terdapat singkapan batuan piroklastik ignimbrit berwarna putih keabuan yang
termasuk kedalam yag berumur kuater yang termasuk kedalam formasi Qal singkapan
yang ditemukan berlapis – lapis lapisannya da yang tebal dan tipis dengan tinggi
singkapa sekitar 15 meter.
24
Lalu di daerah lembah anai tepatnya pada dekat air terjun lembah anai terdapat
singkapan lava andesit berwarna hitam keabuan berstruktur lokasi ini berada diabagian
barat laut danau singkarak singkapan batuan ini merupakan produk dari gunung tandikat
yang termasuk kedalam formasi Qast.
25
Kemudian lokasi berada di barat laut dari danau singkarak tepatnya pada kordinat (X:
1000 22’ 5”, Y: 000 28’ 32”) terdapat singkapan marmer yang termasuk kedalam formasi
Pl da sekis yag termasuk ke dalam formasi Ps. Posisi sekis berada di bawah marmer dari
hasil analisa ini merupakan beda fasies yang mana formasi Pl lingkungan pengendapan
laut dan Ps merupakan lingkungan pengendapat darat.
26
Pada lokasi pengamatan marmer yang terkea sereta sesar dibawahnya terdapat
intrusi granit yang diketahui berdasarkan hasil deskripsi lapangan dan juga
terdapat intrusi dangkal dasit yang menerbos formasi kuantan.
3. Qamj ( Andesit kaldera maninjau )
Terdapatnya lava yang diinkasiakn merupa batuan andesit yamg terletak di barat
daya danau maninjau yang merupakan produk dari post kaldera maninjau.
4. Lava gunung singalang
Terdapat lava dari gunung singalang yang mana lokasi ditemuka batuanini berada
di tenggara gunung singgalang letanya pada morfologi kaki gunung singgalang
5. piroklastik
pada lokasi pengamatan pertama terdapat dua produk piroklastik yakni produk
gunung marapi yaitu pumice yang berwarna abu keputihan yang termasuk dalam
formasi Qpt da lapisa bawahnya terdapat lapisan piroklastik produk dari pra
kaldera maninjau yang mana diindikasikan dengan adanya litik – litik.
27
Gambar 4.12 marmer yang terkena sereta sesar
IV.2.3 Lembah Harau – Kelok 9 Payau Kumbuh
Pada blok ketiga yaitu lembah harau – kelok 9 payaukumbuh terdapat batuan yang
berumur permian karbon kemudian formasi yang berumur tersier dan kuater. Pada blok
ini terdapat tiga formasi yaitu PCkq, Tob dan Qal.
1. PCks ( meta batugamping kuatan)
Dalam perjalanan menuju arah lembah harau tepatnya diperbatsann kabupaten
terdapat singkapan batugamping yag termasuk dalam formasi ini terdapat dua
jenis batugampng yakni kristalin dan klastik dan meiliki warna yang berbeda.
2. PCkq (kauantan bawah)
Formasi ini batupasir kuarsa sisipa filit dan kuarsit. Formasi ini tersingkap di
daerah setelah lembah harau dan kelok sembilan yanga mana singkapan ini
memiliki kontak dengan formasi brani (Tob)
3. Tob (brani)
Pada lembah harau terdapat singakapa batua yang termasuk kedalam foprmasi ini
seperti lapisan batulempung, breksi, konglomerat dan batupasir yang mana formasi
ini merupakan lingkungan pengendepan sistem sungai purba.
4. Qal ( endapan aluvium )
28
Yang mana endapan ini merupakan edapan sungai besar yaitu sungai harau.
29
Gambar 4.15 Singakapan Formasi Tob (breksi, konglomerat, batupasir dan
lempung)
IV.3. Struktur Geologi
IV.3.1 Singkarak – Padang panjang
Pada blok ini blok yang 80% dikontrol oleh struktur yang mana pada blok ini terdapat
tiga sesar mayor yaitu sesar sianok, sumani dan sesar siangkarak. Yang mana sesar
singkarak sendiri terbentuk akibat dari pergerakan sesar sianok da sesar sumani yang
saling berpapasan dan juga berakibat pada pembentukan dari danau singakarak. Selain
itu juga terbentuk sesar – sesar minor akibar dari proses pergerakan sesar mayor tadi
yang mana salah satunya dapat dilihat pada gambar 4.16 dibawah ini.
30
IV.3.2 Maninjau – Padang luar
Pada blok ini terdapat sesar sianok yang menjadi pengotrol utama pada blok ini dan
uga sesar sianoklah yag menjadi pembatas antara produk gunung singgalang da gunung
marapi. Dan terdapt sesar-sesar sekunder yag terbentuk akibat adanya pergeraka sesar
ini. Sesari sinaok sangat berperan dalam pembentukan dari ngarai sianok yang akibat
dari gaya ekstensi dari sesar sianok yang menyebabkan adanya pergerakan saling
menjauh.
31
Gambar 4.18 analisa Stereografis Sesar sekunder harau
IV.4. Sejarah Geologi
Pulau sumatra terbagi ke dalam tiga blok yaitu blok woyla, blok sibumasu dan blok
sumatra barat. Pada masa paleozoikum blok woyla belum tergabung ke dalam pulau
sumatra kemduan pada transisional sitem perpindaha masa ke masa mesoizkum
terjadilah obduksi dan bergabunglah blok woyla ke blok sumatra barat. Kemduain pada
kapur terjadi subduksi yang meneyabbakn magmatisme aktif dan terajdilah banyak
instrusi dan menyebabkan perubahan orientasi pulau sumatra menjadi tenggara barat
laut sampai sekarang. Kemudian pada pliosen sampai puncaknya neogen akhir terjadi
pensesran yang mana terbentuklah nukit barisan akibay pensesara ini dan batuan –
batuan tua basemant pualu sumtra teringkap ke permukaan.
IV.5. Potensi Geologi
IV.5.1. Potensi posistif
Potensi Positif berupa adanya lokasi geowisata akibat dari fenomena – fenomena
gelogi yang terjadi mulai dari panorama yang indah, lembah air terjun. Dan bukan
hanya geowisata potensi panas bumi juga sangat bagus di kembangkan pada daerah
danau manainjau karena aktifitas vukaniknya tiadak aktif.
IV.5.2. Potensi negatif
Gerakan tanah akibat pergerkan sesar, curah hujan yang tinggi mengakibatkan
bmaterial pirolastik mudaj mengalami longsor vulkanisme akibat teradapat adanya gung
api ayang masih aktif dan sesear yang mash banyak aktif. Contohnya didarerah
32
singakarak yang sesarnya masih aktif yang menurut litetaratur pelebaran danau
singkarak pertahunyya adalah 5mm yang adapt membahayakan warga sekitar.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan pada lporan kuliah lapanga satu ini adalah :
1. interpretasi peta topografi adalah modal awal mahasiswa untuk terjun
kelapangan kareana dengan menginterptassikan petea tersebut mahasiswa
memiliki sedikit pengetahuan tentang bentang alam apa yang aka
dijumpainya apakah terjal, curam landai dan sebagainya. Selain itu juga
dengan mengintrepretasikan peta tersebut kiata dapat mengetahui
geomorfologi apa yang aka kita temui dilapangan dan juga dapat
menginterpretasikan jenis batuan yang akan kita temui dilapangan.
2. Pengamatan dapat diketahui melalui interpretasi peta topografi daan
pengamatan langsung dilapangan dan meentukan jenis pola pengaliran
daerah telitian. Pengamata lapangan dengtan mengetahui pengontrol dari
lokasi teltiann tersebut contonhya misalnya suatu daerrah dikontrol oleh
sessar dapat dimasukan ke dalam bentuk asal struktural.
3. Pengukuran sesar dapat dilakuka dengan mengekur bidang sesar berupa data
striker dan dip bidang sesar dan juga mngukur data gores garis yaitu plunge,
bring da rake yang maa strike, dip, plunge, da biring diukur
mengunakakompas da rake di ukur mengunaka busur. Lalu kemudian
menuangkan ke dalam bentuk streografis untuk menganalisa jenis sesar
tersebut.
4. Metode perlakukan terhadap singkapan dialapangan yaitu diamati dari
kejauhan jika memiliki kedudukan tentuka strike da dip dari kejauhan jika
tidak lalu dekati singkapa da amati secara keeluruhan lalu ambil sampel
fresh foto dekat singkapa dengan skala pembading seperti mengunakan palu
kemudian ambil foto siangkapan jauh dengan skala pembanding berupa
seseorang da trakhir sketsa singkapan.
5. Pengurutan sejarah geologi dapat diketahui dari statiugarafi lokasi
peneliatian misalnya sejarah geologi apada blok satu pada permian karbon
terendapkan batuan gamping pada lingkunga pengendpan laut lalu pada
masa transisi paeozoikum ke mesozoikum terjadi obduksi yang mana batuan
34
ligkungan pengendapan laut naik ke benua alau kemudia pada kapur terjadi
intrdui granodiorat yang menerobos formasi tua pada daerah tersebut yang
menyebabkan batugamping tadi termetakan akiabt intrsui granodiorit tadi
kemduai pada plistose higga neogen teradi akibat pengerakan sesar sumatra
yang mengangkat batuan hingga tersingkap ke permukaan.
V.2. Saran
Diperluka pemahaman terhadap materi kuliah lapangan 1 sebelum terjun di
lapangan agar tidak kaku saat dilapangan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Barber. A.J, & Crow.M.j. Chapter 13 :Structure and structural history. In : Barber. A.J.,
Crow. M.J & Milsom.J.S. Sumatera: Geology, Resources, and Tectonic
Evolution, Geological Society, London memoir, 31. (2005), 175-233.
Djauhari Noor.2009, Pengantar Geologi Edisi Pertama . Bogor: Fakultas Teknik –
Universitas Pakuan
Huang,W.T., 1962, Petrology, Mc.Graw Hill Book Company, New york, SanFransisco,
Toronto, London.
Pettijohn F. J. 1975. Sedimentary Rocks: Harper & Row Publishers, New York-
Evanston-San Fransisco-London.
Van Bemmelen R.W. (1949), The Geology of Indonesia, The Haque Martinus Njnhoff,
Vol. IA. 635-732
36
Lampiran
Foto Kelompok 1
37