SKRIPSI
Oleh
Skripsi
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana
Program Studi Sarjana Teknik Geologi
Diajukan oleh
Aziz Farras Asgani
14/366717/TK/42156
kepada
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEOLOGI
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PERNYATAAN TUGAS AKHIR
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penilaian Risiko dan
Papua”. Atas selesainya penyusunan skripsi ini, dengan segala kerendahan hati,
1. Bapak Dr. Ir. Heru Hendrayana, selaku Ketua Departemen Teknik Geologi
2. Bapak Dr. Arifudin Idrus, S.T., M.T., selaku Ketua Prodi S-1 Departemen
3. Bapak Dr. Ir. Jarot Setyowiyoto, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang
5. Bapak alm. Rovicky Dwi Putrohari, selaku Vice President Exploration PT.
Departemen New Venture pada PT. Saka Energi Indonesia, yang telah
vi
banyak memberikan arahan, masukan, dan diskusi kepada penulis selama
Yudhi Artha, dan seluruh Departemen New Venture PT. Saka Energi
Meirisa Hilda Sukasa, dan Irfan Surya Asgani, selaku keluarga yang selalu
10. Pihak – pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
baik akademisi maupun non-akademisi. Kekurangan dalam isi tulisan ini sebaiknya
dilengkapi dengan kritik dan saran dari pembaca yang penulis harapkan demi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………… ii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN TUGAS AKHIR .......................................... iv
KATA PENGANTAR ....…………………………………………. .......... vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………… viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xx
SARI ............................................................................................................ xxi
ABSTRACT .................................................................................................. xxii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………... 1
I.1. Latar Belakang Peneltian …………………………….............. 1
I.2. Rumusan Masalah……………………………………………. 4
I.3. Maksud dan Tujuan ………………………………………...... 5
I.4. Lokasi Penelitian…………………………………………….. 5
I.5. Batasan Penelitian………………………..…………………... 6
I.6. Peneliti Terdahulu .................................................................... 7
I.7. Keaslian Penelitian .....................................……………..…… 10
I.8. Manfaat Penelitian…………………………………………… 10
viii
III.1.2. Batuan reservoar (reservoir rock) .............................. 34
III.1.3. Batuan Penudung (Seal Rock) dan Mekanisme
Jebakan (Trapping Mechanism) ................................. 38
III.1.4 Ketepatan Waktu Migrasi (Propper Timing of
Migration) ................................................................. 41
III.2. Analisis Risiko dalam Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi ......... 43
III.2.1. Konsep manajemen risiko .......................................... 43
III.2.2. Analisis risiko dalam eksplorasi minyak dan gas
bumi ........................................................................... 44
III.3 Faktor Geologi dalam Analisis Risiko Eksplorasi Minyak dan
Gas Bumi .................................................................................. 47
III.4. Metode Play-Based Exploration dalam Penilaian Resiko
Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi ............................................. 51
III.4.1. Basin focus .......…………………...……………….. 52
III.4.2. Play focus .................................................................. 53
III.4.3. Prospect focus ............................................................ 57
III.5. Perhitungan Volumetrik ........................................................... 58
III.6. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan ...………………...….. 64
ix
VI.1.1. Sumberdaya hidrokarbon prospek Kapur .................. 138
VI.1.2 Sumberdaya hidrokarbon prospek Jura ...................... 142
VI.1.3 Field Size Distribution ............................................... 145
VI.2. Analisis Risiko ......................................................................... 147
VI.2.1. Analisis risiko petroleum play ................................... 148
VI.2.2 Analisis risiko prospek ............................................... 162
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. : Piramida konsep dari PBE, menjelaskan tentang urutan dan
porsi dalam pemahaman eksplorasi minyak dan gas bumi
(Longley dan Brown, 2016) ................................................. 2
Gambar 1.2 : Perbandingan status cekungan di daerah Indonesia Timur
dengan Indonesia Barat. Indonesia Timur lebih banyak
cekungan dengan status non-produksi ataupun discovery.
(SKK Migas, 2017) .............................................................. 3
Gambar 1.3 : Lokasi penelitian berada di lepas pantai Laut Arafura.
Secara administratif berada di Kabupaten Mimika, Provinsi
Papua ................................................................................... 6
Gambar 2.1 : Peta tektonostratigrafi Pulau Papua. Peta ini menjelaskan
pembagian lempeng asal pembentuk Pulau Papua serta
tatanan tektoniknya. (Harahap, 2012) .................................. 14
Gambar 2.2 : Gambar diagram fase tektonostratigrafi regional pada
bagian selatan dari Papua dan Laut Arafura. (Pieters dkk.,
1983; Dow dkk., 1986 dalam Harahap, 2012) ...................... 20
Gambar 2.3 : Gambar struktur regional pada Pulau Papua. Secara utama
terdapat struktur lipatan busur Tengah Papua, Lipatan
Lengguru dan thrust belt, serta Aru Trough. (Darman &
Sidi, 2000; Kaufman dkk., 1997 dalam Suratno, 2018) ........ 22
Gambar 3.1 : Skema pembentukan dan pematangan minyak dan gas
bumi. Skema tersebut menjelaskan proses-proses
diagenesis, katagenesis hingga metagenesis. (Hunt 1996) ... 29
Gambar 3.2 : Diagram van Krevelen menjelaskan maturitas batuan induk
dengan perbandingan antara H/C dengan O/C. Dari
perbandingan atom H, O dan C tersebut kemudian dapat
dianalisis tipe kerogennya (Peters dan Cassa, 1994) ............ 32
Gambar 3.3 : Diagram hasil analisis REP (rock eval pyrolisis). Analisis
REP tersebut dapat mengetahui nilai S1, S2, dan S3 batuan
induk (Peters, 1986 dalam Hunt, 1996) ................................ 33
Gambar 3.4 : Ilustrasi bentuk dari tipe porositas batuan. Secara sifat,
porositas dibagi menjadi porositas efektif dan porositas
inefektif. (Selley, 1998) ....................................................... 35
xi
stratigrafis yang diakibatkan oleh unconformity. (Gluyas
dan Swarbrick, 2004) ...........................................................
Gambar 3.6 : Ilustrasi kontak antara hidrokarbon dan air pada suatu pori
batuan. Gambar ilustrasi tersebut terletak pada pore throat
batuan (Allen dan Allen, 2005) ............................................ 42
Gambar 3.7 : Diagram alir proses evaluasi dalam analisis risiko
eksplorasi minyak dan gas bumi. Parameter-parameter
geologi menjadi parameter awal dan utama dalam analisis
risiko (Otis dan Schneidermaan, 1997) ................................ 46
Gambar 3.8 : Kategori risiko keberhasilan geologi dan kelas suatu
prospeksi. Dikelompokkan berdasarkan data-data geologi
yang ada di suatu prospek (Otis dan Schneidermaan, 1997). 51
Gambar 3.9 : Gambar diagram alir pada tahapan basin focus pada metode
PBE. Diagram alir ini mempunyai hasil akhir berupa
identifikasi play yang aktif pada cekungan tersebut (Shell
Play-Based Exploration Guide) ........................................... 53
Gambar 3.10 : Gambar contoh mengenai peta-peta yang sudah bisa dibuat
hingga langkah play focus. Peta-peta tersebut digunakan
untuk pembuatan peta CRS. (Shell PBE Guidelines) ........... 55
Gambar 3.11 : Ilustrasi langkah-langkah pembuatan peta CRS. Dari
masing-masing peta kemudian dilakukan overlay hingga
mendapatkan peta total CRS (Shell PBE Guidelines) .......... 56
Gambar 3.12 : Gambar contoh distribusi probabilitas kumulatif dari nilai
sumberdaya hidrokarbon. Garid merah merupakan kurva
rerata dari contoh nilai sumberdaya hidrokarbon suatu lead
pada bulatan hijau (Shell PBE Guidelines) .......................... 58
Gambar 3.13 : Contoh distribusi probabilitas dari variabel yang ada dalam
perhitungan Monte Carlo. Dilihatkan bahwa masing-
masing variabel dapat saja memiliki distribusi yang
berbeda (Cook dkk, 2008) .................................................... 62
Gambar 3.14 : Alur skema dari simulasi Monte Carlo. Pada skema
tersebut dijelaskan dari masing-masing parameter dengan
angka yang acak, kemudian masing-masing parameter
tersebut disortasi dan dikombinasi agar tercipta suatu
distribusi tertentu (Cook dkk, 2008) .................................... 63
Gambar 3.15 : Status prospeksi suatu proyek minyak dan gas bumi
berdasarkan tingkat resiko dan jumlah hidrokarbon
(Petroleum Initially in Place). Status prospeksi ini
tergantung dari kualitas dan kuantitas data pada area
tersebut (SPE, WPC & AAPG, 2001) .................................. 67
xii
Gambar 4.1 : Peta penampang seismik 2D pada daerah penelitian ............ 70
Gambar 4.2 : Lokasi penampang seismik 3D ............................................ 70
Gambar 4.3 : Contoh data seismik 3D pada daerah penelitian (Inline-
2702) .................................................................................... 71
Gambar 4.4 : Contoh data seismik 3D menggunakan pandangan secara
ortogonal .............................................................................. 71
Gambar 4.5 : Contoh data seismik 2D pada daerah penelitian (AZ-01) ..... 72
Gambar 4.6 : Peta persebaran sumur eksplorasi yang digunakan dalam
penelitian ............................................................................. 82
Gambar 4.7 : Deskripsi dari penentuan wagon wheel pada PBE. Masing-
masing petroleum play diberikan penilaian dengan
ketentuan seperti pada gambar (Shell PBE Guidelines) ....... 82
Gambar 4.8 : (a) Data dasar sumur pemboran ASG- Aa seperti litologi,
(a-c) kerogen, dan dihubungkan dalam kronostratigrafi. (b) Data
interpolasi dari data temperatur. (c) Data interpolasi dari
data vitrinit (Ro) .................................................................. 84
Gambar 4.9 : Gambar sejarah pemendaman (burial history) pada sumur
ASG-Aa ............................................................................... 85
Gambar 4.10 : (a) Data dasar sumur pemboran ASG-Ab seperti litologi,
(a-c) kerogen, dan dihubungkan dalam kronostratigrafi. (b) Data
interpolasi dari data temperatur. (c) Data interpolasi dari
data vitrinit (Ro) .................................................................. 86
Gambar 4.11 : Gambar sejarah pemendaman (burial history) pada sumur
ASG-Ab ............................................................................... 87
Gambar 4.12 : Diagram alir penelitian ........................................................ 94
Gambar 5.1 : Persebaran data kumulatif dari ke-6 sumur. Dihasilkan
berupa persebaran data TOC pada tiap sumur yang dibagi
berdasarkan kronostratigrafi ................................................ 98
Gambar 5.2 : Persebaran data kumulatif dari ke-6 sumur. Dihasilkan
berupa persebaran data Ro dan garis tren rerata pada tiap
sumur yang dibagi berdasarkan kronostratigrafi. Batuan
induk pada interval Kapur dan Perm-Trias yang dominan
sudah matang ....................................................................... 102
Gambar 5.3 : Gambar sejarah pemendaman yang diproyeksikan dari
sumur ASG-Aa. Dari kurva sejarah pemendaman tersebut
didapatkan bahwa batuan induk berumur Jura dan Kapur
mulai generasi pada umur Miosen – Plistosen ..................... 104
Gambar 5.4 – : Data persebaran frekuensi kumulatif nilai gross thickness,
5.6 net thickness, dan NTG dari interval Kapur. Dari garis tren
xiii
persebaran data tersebut kemudian dapat ditarik nilai
probabilitasnya ....................................................................
109
Gambar 5.7 – : Persebaran data gross thickness (kiri) dan net thickness
5.8 (kanan) pada interval Jura. Garis tren menggunakan kurva
logaritmik, dihasilkan persebaran data berdasarkan
probabilitasnya .................................................................... 111
Gambar 5.9 : Persebaran data kumulatif dari NTG pada interval Jura
(kiri) dan tabulasi hasil probabilitas pada tiap data (kanan).
Dilihat dari rasio probabilitasnya, diindikasikan persebaran
data probabilitas baik ........................................................... 112
Gambar 5.10 : Kurva persebaran data pada interval Trias ........................... 113
Gambar 5.11 : Kurva probabilitas dari data porositas pada interval Kapur.
Data ini diambil dari uji batuan inti dari 8 sumur pemboran. 117
Gambar 5.12 : Kurva distribusi kumulatif data Sw pada interval Kapur
pada daerah penelitian ......................................................... 118
Gambar 5.13 : Kurva probabilitas dari data porositas pada interval Jura.
Data ini diambil dari uji batuan inti dari 10 sumur
pemboran ............................................................................. 120
Gambar 5.14 : Kurva distribusi kumulatif data Sw pada interval Jura pada
daerah penelitian .................................................................. 121
Gambar 5.15 : Persebaran data porositas dan kedalaman. Kurva antara
porositas dan kedalaman dapat menghasilkan prediksi
porositas berdasarkan fungsi kedalaman ............................. 122
Gambar 5.16 : Gambar stratigrafi regional yang menggambarkan
kehadiran shale sebagai batuan penudung pada daerah
penelitian. Validasi stratigrafi regional menggunakan
sumur ASG-Ko dan ASG-Kw (Harahap, 2012, dengan
modifikasi) .......................................................................... 124
Gambar 5.17 : Analisis wireline log pada sumur ASG-Kw dan ASG-Ko.
Analisis ini menggunakan log GR untuk penentuan jenis
litologi ................................................................................. 125
Gambar 5.18 : Ilustrasi migrasi secara regional pada Blok Asgani.
Diindikasikan terdapat akumulasi hidrokarbon pada
interval Mesozoik ................................................................ 126
Gambar 5.19 : Critcal time chart pada Blok Asgani. Menunjukkan momen
kritis preservasi hidrokarbon terjadi pada umur Neogen ...... 127
Gambar 5.20 : Identifikasi closure dari seismik pada Blok Asgani, depth
structure map tersebut berada pada interval Kapur Akhir,
xiv
Kapur Awal, Jura, dan Trias. Diidentifikasi terdapat 2
closure yang memiliki volume yang ekonomis ....................
129
Gambar 5.21 : Line seismik pada Blok Asgani yang berarah baratlaut –
tenggara. Pada line seismik tersebut tampak adanya dua
closure. Pada closure A dibatasi oleh struktur sesar besar
dan closure B merupakan 4-way dip .................................... 130
Gambar 5.22 : Analisis seismik 2D anti-aliasing, untuk mengetahui
anomali beda tinggi pada setiap closure yang ada ................ 131
Gambar 6.1 : Salah satu pengisian data pembuatan model pada GRV
pada peranti lunak REP5 ...................................................... 137
Gambar 6.2 : Peta bawah permukaan pada interval Kapur Akhir, dengan
identifikasi closure prospek pada interval tersebut .............. 138
Gambar 6.3 : Peta bawah permukaan pada interval Kapur Awal, dengan
identifikasi closure prospek pada interval tersebut .............. 139
Gambar 6.4 : Peta closure probabilitas dari prospek di Kapur Akhir dan
Kapur Awal ......................................................................... 140
Gambar 6.5 : Peta bawah permukaan pada interval Jura, dengan
identifikasi closure prospek pada interval tersebut .............. 143
Gambar 6.6 : Peta closure probabilitas dari prospek di interval Jura ......... 144
Gambar 6.7 : Gambar kurva probabilitas dari field size distribution pada
prospek Jura. Dihasilkanperhitungan pada Blok “Asgani”
berada pada nilai probabilitas 35.71% ................................. 147
Gambar 6.8 : Peta lingkungan pengendapan pada Jura Akhir – Kapur
Awal. Lingkungan pengendapan pada daerah penelitian
didominasi daerah paralic sandy shelf. (Barber dan
Winterhalder, 2013 dengan modifikasi) .............................. 151
Gambar 6.9 : Peta lingkungan pengendapan pada Jura Awal – Jura
Tengah. Lingkungan pengendapan pada daerah penelitian
didominasi daerah fluvio deltaic. (Barber dan Winterhalder,
2013 dengan modifikasi) ..................................................... 152
Gambar 6.10 : Peta lingkungan pengendapan pada Jura - Trias Tengah.
Lingkungan pengendapan pada daerah penelitian
didominasi daerah fluvio deltaic (Barber dan Winterhalder,
2013 dengan modifikasi) ..................................................... 153
Gambar 6.11 : Petunjuk identifikasi post-drill. Dalam wagoon wheels
tersebut mewakili petroleum system pada masing-masing
sumur ................................................................................... 154
xv
Gambar 6.12 : Peta CRS pada masing-masing parameter petroleum system
(a-d) pada Kapur Akhir. (a). Kehadiran reservoar (b). Efektivitas
reservoar. (c). Batuan penudung. (d). Mekanisme jebakan .. 157
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
Tabel 5.10 : Data sumur dan perhitungan nilai probabilitas data Sw dan
So pada interval Jura ........................................................... 121
Tabel 6.1 : Tabel hasil perhitungan volumetrik pada prospek Kapur
Akhir ................................................................................... 139
Tabel 6.2 : Perhitungan volumetrik dengan skema probabilistik dari
masing-masing closure pada prospek di Kapur Akhir dan
Kapur Awal ......................................................................... 140
Tabel 6.3 : Hasil perhitungan pada sumberdaya hidrokarbon
menggunakan peranti lunak REP5 pada prospek Kapur
Awal dan Kapur Akhir ........................................................ 142
Tabel 6.4 : Perhitungan volumetrik dengan skema probabilistik dari
masing-masing closure pada prospek di Jura ...................... 144
Tabel 6.5 : Hasil perhitungan pada sumberdaya hidrokarbon
menggunakan peranti lunak REP5 pada prospek Jura ......... 145
Tabel 6.6 : Perhitungan sumberdaya hidrokarbon dari sumur produksi
terdekat dari. Digunakan lapangan gas bumi yang telah
berproduksi pada Cekungan Seram dan Bintuni .................. 146
Tabel 6.7 : Tabel penilaian risiko pada daerah penelitian. Penilaian
risiko menggunakan peranti lunak REP5 ............................ 155
Tabel 6.8 : Analisis risiko oleh Otis dan Schneidermaan (1997, dengan
modifikasi). Pada analisis ini disertakan deskripsi masing-
masing parameter dan perhitungannya ................................ 166
Tabel 6.9 : Analisis risiko oleh CCOP (2000). Pada analisis risiko
(a-c) dengan metode ini, deskripsi mengenai parameter risiko
lebih lengkap dan detail. Dari kiri ke kanan: reservoir
presence, effective pore volume, dan trap closure ............... 167
Tabel 6.9 : (lanjutan). Dari kiri ke kanan: effective of seal mechanism,
(d-f) source rock richness, dan timing and migration .................. 168
Tabel 6.9 : (lanjutan). Parameter pada HC retention & accumulation .. 169
(g)
Tabel 6.10 : Tabel nilai parameter risiko pada peranti lunak REP5.
Dihasilkan nilai risiko total yang sangat tinggi, memiliki
nilai GPOS 9.5% ................................................................. 175
Tabel 6.11 : Perhitungan analisis risiko pada prospek Kapur Akhir
dengan metode Otis dan Schneidermaan. Blok warna hijau
merupakan pilihan parameter pada Kapur Akhir ................. 178
Tabel 6.12 : Tabel nilai parameter risiko pada peranti lunak REP5.
Dihasilkan nilai risiko total yang sangat tinggi, memiliki
nilai GPOS 7.2% ................................................................. 180
Tabel 6.13 : Perhitungan analisis risiko pada prospek Kapur Awal
dengan metode Otis dan Schneidermaan. Blok warna hijau
merupakan pilihan parameter pada Kapur Awal. Nilai total
xviii
Pg pada Kapur Awal bernilai 0.0112 dan masuk ke
klasifikasi risiko tinggi hingga sangat tinggi ....................... 183
Tabel 6.14 : Tabel nilai parameter risiko pada peranti lunak REP5.
Dihasilkan nilai risiko total yang tinggi, memiliki nilai
GPOS 16.4% ....................................................................... 189
Tabel 6.15 : Perhitungan analisis risiko pada prospek Jura dengan
metode Otis dan Schneidermaan. Blok warna hijau
merupakan pilihan parameter pada Kapur Awal. Nilai total
Pg pada Jura bernilai 0.0281 dan masuk ke klasifikasi
risiko tinggi hingga sangat tinggi ........................................ 192
Tabel 6.16 : Tabel rangkuman risiko skala play, prospek dan besaran
sumberdaya hidrokarbon pada masing-masing interval.
Risiko prospek menggunakan metode CCOP-REP5 ........... 193
xix
DAFTAR LAMPIRAN
xx
SARI
xxi
ABSTRACT
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
Eksplorasi minyak dan gas bumi merupakan salah satu eksplorasi yang
eksplorasi minyak dan gas bumi. Dalam hal ini, pendekatan dari sisi geologi dalam
Analisis risiko dalam eksplorasi minyak dan gas bumi mulai marak pada
yang semakin menurun dalam eksplorasi migas secara global (Rose, 2017), serta
success; Pg), dan Rose dkk (2001) lebih memutakhirkan dengan analisis statistik
Play Based Exploration (PBE) merupakan salah satu metode baru dalam
analisis risiko eksplorasi minyak dan gas bumi. Longley dan Brown (2016)
pendekatan spasial, dengan hasil akhir berupa peta persebaran risiko keberhasilan
suatu eksplorasi.
1
2
(Gambar 1.1). Suatu piramida dengan bagian bawah yang besar dan semakin
mengerucut pada bagian atas mengibaratkan urutan konsep fokus PBE sendiri, dari
konsep cekungan (basin focus), konsep play (play focus), dan prospek (prospect
focus). Sesuai kaidah dari piramida, metode ini mempunyai tujuan untuk
memberikan urutan dan porsi dalam memahami konsep eksplorasi minyak dan gas
bumi.
Gambar 1.1. Piramida konsep dari PBE, menjelaskan tentang urutan dan porsi dalam pemahaman
eksplorasi minyak dan gas bumi (Longley dan Brown, 2016)
terutama pada daerah frontier atau daerah yang minim eksplorasi menjadi sangat
eksplorasi dengan data yang terbatas menjadi kunci dalam penentuan tindak lanjut
Gambar 1.2. Perbandingan status cekungan di daerah Indonesia Timur dengan Indonesia Barat.
Indonesia Timur lebih banyak cekungan dengan status non-produksi ataupun
discovery (SKK Migas, 2017).
berpotensi di Indonesia Timur. Hal tersebut didukung dengan temuan minor oil
show pada salah satu sumur di sekitar Blok “Asgani” pada interval Batugamping
Miosen dan Batupasir Woniwogi pada umur Jura (Aldha dan Ho, 2008). Penemuan
lapangan gas raksasa pada Lapangan Tangguh di Teluk Bintuni dan Lapangan
Abadi di Laut Timor dengan Batupasir pada umur Jura juga semakin menguatkan
pada petroleum play Akhir Paleozoik – Mesozoik, mulai dari Cekungan Carnarvon
di Australia, Cekungan Browse pada Laut Timor, serta bagian Selatan Papua.
4
Reservoar pada Mesozoik dibentuk oleh lingkungan fluvio-delta pada Perm Akhir
hingga Jura yang melampar luas pada tepian Paparan Australia. Diperkirakan
memiliki nilai total >270 tcf (trillion cubic feet) gas pada super gas province
Blok “Asgani” merupakan daerah operasi dari PT. Saka Energi Indonesia,
merupakan daerah frontier, minimnya sumur pemboran (hanya satu sumur dalam
blok) menjadi tantangan utama eksplorasi. Analisis dan perhitungan risiko secara
geologi yang baik diperlukan agar dapat mengevaluasi status prospeksi, serta
sebagai rekomendasi untuk area yang menarik untuk dilakukan pemboran sumur
eksplorasi. Hasil dari analisis dan penilaian risiko ini berupa peta persebaran risiko
(CRS Map) pada interval Mesozoik, dan perhitungan sumberdaya hidrokarbon pada
I. 2. Rumusan Masalah
penelitian yang akan menjadi pedoman untuk melakukan penelitian ini. Rumusan
daerah penelitian?
5
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai persebaran risiko
secara geologi dan nilai dari perhitungan sumberdaya hidrokarbon pada Blok
di daerah penelitian.
I. 4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Blok “Asgani”, utara Pulau Aru, lepas pantai
Laut Arafura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua (Gambar 1.3). Jarak dengan kota
terdekat yaitu sekitar 100 km barat daya Timika dan sekitar 200 km selatan Nabire.
Blok
“Asgani”
Gambar 1.3. Lokasi penelitian berada di lepas pantai Laut Arafura. Secara administratif berada di
Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.
I. 5. Batasan Penelitian
berikut:
a. Penelitian ini hanya difokuskan pada risiko secara geologi, yaitu risiko
interval mesozoik.
(wireline log), seismik 3D seluas 625 km2, 2 garis seismik 2D, dan 45
well report yang tersebar dari Cekungan Bintuni, Papua Barat hingga
7
menggunakan data statistika dari data-data well report. Hasil dari data
sumberdaya hidrokarbon.
peta risiko.
I. 6. Peneliti Terdahulu
risiko menurut geologi pada suatu daerah eksplorasi minyak dan gas bumi, serta
penilaian risiko secara geologi pada suatu prospek minyak dan gas bumi.
dibagi menjadi empat faktor yang didasarkan oleh petroleum play, yaitu
perhitungan dan analisis risiko terhadap eksplorais minyak dan gas bumi.
Awal, fase tepian pasif Tersier pada Eosen-Miosen Akhir, fase konvergen
Miosen Akhir-sekarang.
5. Longley & Brown (2016) dalam publikasinya yang berjudul “The Five
I. 7. Keaslian Penelitian
analisis dan penilian risiko, serta perhitungan sumberdaya hidrokarbon pada Blok
“Asgani” belum pernah dilakukan. Studi tentang blok tersebut sangatlah minim,
karena keterbatasan data yang ada dan minimnya aktivitas eksplorasi hidrokarbon
pada daera tersebut. Blok tersebut diklasifikasikan menjadi blok frontier. Studi
yang ada hanyalah studi regional yang lebih membahas pada tatanan tektonik.
I. 8. Manfaat Penelitian
minyak dan gas bumi, terutama dengan konsep play based exploration.
Analisis dan penilaian risiko selama ini tidak banyak dibahas karena
metode yang lebih baik, diharapkan akan menjadi salah satu alat yang
pendekatan yang baru dalam analisis dan penilaian risiko pada daerah
GEOLOGI REGIONAL
Indonesia Timur merupakan salah satu daerah dengan tektonik yang paling
aktif di dunia, dengan tiga lempeng utama yang membentuknya, yaitu Lempeng
Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Australia (Harahap, 2012). Pada Indonesia
Timur terdapat beberapa pola tektonik yang kompleks, terdiri dari zona subduksi,
Barber, 1996, dalam Harahap, 2012). Lokasi penelitian sendiri berada di wilayah
Paparan Arafura, Cekungan Akimeugah bagian barat, tepatnya pada bagian utara
paling utara dari Lempeng Australia yang kemudian mengalami kolisi dengan
Pasific Island Arc. Pada mulanya, Pulau Papua merupakan batas pasif pada
kolisi, dengan batas berada pada punggungan tengah Papua. Pulau Papua
batas pasif yang menghadap ke arah utara sepanjang batas bagian utara dari Benua
Australia, kemudian terjadi transgresi pada pertengahan Jura, hal tersebut menjadi
indikasi akhir dari fase pemisahan. Pada Oligosen Akhir – Miosen, terjadi awal
12
13
mula pembentukan patahan anjak dan lipatan, akibat terjadinya kolisi antara
Secara tektonik, daerah penelitian berada pada tepi kerak benua dari
paparan benua yang terletak di bagian barat laut dari Kraton Australia, dibatasi oleh
zona kolisi antara Lempeng Australia dan Kepulauan Papua pada bagian utara, dan
lebih dalam, hingga lebih dari 600 m. Paparan Arafura sendiri menurut Robertson
(2000 dalam Harahap, 2012) merupakan sebuah blok yang relatif rigid dengan
struktur sesar-sesar normal dan tilted fault dengan kelurusan timur laut – barat daya
meliputi dua bagian regional geologi, yakni: Paparan Arafura di bagian selatan, dan
sabuk foreland di bagian utara (Varianto, 2018). Dalam kaitan tektonik, Cekungan
Akimeugah merupakan hasil pemekaran pada ujung barat laut Paparan Arafura.
14
Gambar 2.1. Peta tektonostratigrafi Pulau Papua. Peta ini menjelaskan pembagian lempeng asal
pembentuk Pulau Papua serta tatanan tektoniknya (Harahap, 2012).
II. 2. Tektonostratigrafi
fase Pre-Rift, fase Syn-Rift, fase Post-Rift atau passive margine, fase Syn-
tersebut.
15
a. Pre-rift
Kambrium hingga Karbon ketika bagian utara benua Australia masih tergabung
dalam superbenua Gondwana, yang terdiri dari Benua Australia, Antartika, dan
dangkal dan batuan karbonat, yaitu Formasi Karim dan Formasi Tuaba/
Otomona (Visher dan Hermes, 1962; Rusmana dkk, 1995; dan Amirudin, 1998
transgresif dan laut dangkal, dan terdeposisi pada fase intra-rift basin pada
graben dari Aru Selatan (Peck dan Soulhol, 1986 dalam Harahap, 2012).
metamorf) dan Modio (dolomit) (Harahap, 2012). Peck dan Soulhul (1986)
pada bagian laut dalamnya. Kemudian pada Karbon hingga Perem Awal,
Hercynian yang menyebabkan erosi besar dan menjadi batas utama dengan
b. Syn-Rift
transgresif selama Karbon Akhir hingga Perem Awal. Fase transgresif ini
terbentuknya rift basin yang menebal dari utara ke timur laut. Litologi
Formasi Aiduna.
Formasi Aiduna dan pada blok-blok sesar batuan dasar (Exon dkk., 1991 dalam
Harahap, 2012). Kemudian pada Jura Tengah, terjadi penurunan muka air laut
serta pengangkatan pada Australia bagian barat dan barat laut (Boote dan Kirk,
batubara, dan karbonat yang tebal (Harahap, 2012). Megasekuen Syn-Rift ini
relatif lebih tenang secara tektonik, dengan bagian paparan benua ditutupi oleh
laut dangkal hingga laut lepas. Megasekuen ini dibagi menjadi dua stratigrafi,
adanya suplai berlimpah dari Tinggian Aru dan Tinggian Kemum yang
Benua Australia dan semakin bergerak ke arah utara pada Kapur Akhir.
Menurut Exon dan Wilcox (1978) dalam Harahap (2012), paparan karbonat
Kenozoikum pada paparan barat laut Australia terdiri dari progradasi karbonat
berkembang pada blok-blok yang terangkat dimana telah terjadi erosi pada
d. Syn-Convergence
mengalami kolisi dengan Lempeng Pasifik (Hall, 2012 dalam Harahap, 2012).
ketika Eosen Akhir yang awalnya ke arah utara menjadi ke arah barat,
Lempeng Australia ke arah utara. Perubahan yang sama juga terjadi pada
Benua Australia yang awalnya menuju ke timur menjadi ke arah utara ketika
sehingga terjadi fase non-deposisi (Visser dan Hermes, 1962 dalam Harahap,
2012) dan terjadi proses tektonik ketika sedimen pada bagian tepi utara dari
itu juga pada bagian Lempeng Pasifik, tepatnya pada Grup Vulkanik Auwewa
juga mengalami deformasi yang intensif (Harahap dan Sukanta, 1996 dalam
Harahap, 2012).
Adi/Sirga, Klasefet (di barat), Yawee Atas (di timur), dan Faumai. Formasi
19
e. Syn-Compression
Orogenesa Melanesia pada Miosen merupakan saat dimana adanya erupsi dari
Utawa (Atmawinata dkk., 1989; Harahap dkk., 1990 dalam Harahap, 2012),
serta Lempeng Australia berkolisi dengan Lempeng Pasifik dan Filipina. Kolisi
Pada Miosen Akhir hingga Plistosen terdapat gaya kompresi besar yang
utara dan Lempeng Benua Australia di selatan (Dow dan Sukamto, 1984 dalam
erosi dan deposisi, membentuk Formasi Stenkool dan Formasi Buru di bagian
selatan dari foreland basin yang sedang berkembang. Daratan utama pun
tersingkap di atas muka air laut dan secara keseluruhan pergerakan daratan ke
Gambar 2.2. Gambar diagram fase tektonostratigrafi regional pada bagian selatan dari Papua dan
Laut Arafura (Pieters dkk., 1983; Dow dkk., 1986 dalam Harahap, 2012).
21
Akimeugah dipengaruhi oleh tiga struktur utama yang ada pada daerah Indonesia
Timur (lihat Gambar 2.3). Pola yang pertama adalah patahan anjak dan lipatan
busur Tengah Papua (Central Fold dan Thrust Belt), pola yang kedua adalah
Lipatan Lengguru dan thrust belt, dan pola yang ketiga adalah Aru Trough
(Harahap, 2012 dalam Varianto, 2018). Selain ketiga pola tersebut, Suratno (2018)
Pola pertama, pola patahan anjak dan lipatan busur Tengah Papua,
merupakan patahan-patahan anjak yang berarah barat – timur, dan zona ini
merupakan hasil dari kolisi lempeng Australia dengan Pacific Island Arc (Varianto,
2018). Pembentukan dari pola ini terbentuk sejak Miosen Akhir. Pola ini
Pola kedua, Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt) dan thrust belt
dijelaskan Peck dan Soulhol (1986) merupakan patahan anjak dan lipatan berarah
barat laut – tenggara. Pola ini merupakan batas antara area kepala burung dan leher
burung pada Pulau Papua. Perbedaan arah orientasi pada pola ini yang menjadi
Pola ketiga, yaitu Palung Aru (Aru Trough) merupakan patahan turun
berarah utara – selatan (Varianto, 2018). Hobson dkk (1997) menjelaskan jenis
22
patahan Palung Aru merupakan graben transtensional, atau releasing bend, yang
terbentuk akibat sesar dekstral besar yang merupakan konjungsi dari Sesar Tarera-
Aiduna. Sesar dekstral yang membentuk Palung Aru tersebut masih berlanjut ke
arah timur laut. Sesar Tarera-Aiduna menurut Hinscberger (2005 dalam Suratno,
2018) juga merupakan salah satu struktur mayor yang mempengaruhi struktur
regional daerah penelitian. Sesar ini mempunyai arah barat-timur dan mempunyai
gerakan yang sinistral. Sesar Tarera Aiduna mulai bergerak sejak Miosen Akhir
(Hinschberger dkk, 2005). Pergerakan sesar tersebut diakibatkan oleh kolisi yang
relatif miring. Seperti dijelaskan pada sebelumnya, sesar ini kemudian memanjang
hingga Palung Aru. Palung Aru menjadi batas bagian barat pada daerah penelitian.
Gambar 2.3. Gambar struktur regional pada Pulau Papua. Secara utama terdapat struktur lipatan
busur Tengah Papua, Lipatan Lengguru dan thrust belt, serta Aru Trough (Darman &
Sidi, 2000; Kaufman dkk., 1997 dalam Suratno, 2018).
23
daerah penelitian memiliki beberapa potensi batuan induk, mulai dari kisaran
pre-Tersier hingga Tersier. Batuan induk dari Zaman Tersier terdapat pada
Formasi Buru pada umur Akhir Miosen-Pliosen (Aldha dan Ho, 2008). Batuan
induk pada formasi ini dikualifikasikan sebagai batuan induk dengan kualitas
baik, dengan nilai kisaran TOC antara 1-3% dan nilai Hydrocarbon Index (HI)
berkisar antara 200 dan 300 (Aldha dan Ho, 2008). Komposisi batuan induk pada
bagian bawah Formasi Buru didominasi oleh kerogen tipe III (gas-prone)
batuan induk, yaitu pada serpih yang kaya akan material organik dari Formasi
Piniya, serpih kaya material organik pada Formasi Kopai, dan batubara dan
serpih karbonatan dari Formasi Aiduna (Kendrick dan Hill, 2001). Batuan induk
pada umur Kapur umumnya berupa kerogen tipe III (gas prone), sedangkan
batuan induk pada umur Jura lebih dominan dengan kerogen tipe II/III, sehingga
dapat menjadi sumber dari minyak atau gas (Powell dan Boreham, 1991; Scott,
berasal dari Aru Trough. Hal tersebut diambil dari penemuan oil show yang
signifikan pada sumur eksplorasi di bagian utara Aru Trough. Selain itu juga
24
disebabkan pada Aru Trough juga memiliki gradien geothermal yang tinggi
sehingga mampu mematangkan batuan induk yang berada pada daerah tersebut.
Miosen, dan batuan induk pada umur Kapur memiliki kemungkinan mulai
umur Miosen (bagian dari New Guinea Limestone atau Upper Yawee
Ekmai pada umur Kapur Awal, Formasi Woniwogi pada umur Kapur Awal, dan
batupasir Formasi Kopai pada umur Jura, dan batuan karbonat pada umur Silur-
Devon.
Menurut Foresman dkk (1975); Panggabean (1983); dan Dow dkk (1985)
dalam Panggabean dan Hakim (1986), terdapat beberapa batuan yang berpotensi
dan Hakim (1986), pada Formasi Aiduna memiliki tipe batupasir sublitharenite,
memiliki nilai porositas visual berkisar antara 5-10% (buruk) dan permeabilitas
kurang dari 10 mD. Pada Formasi Tipuma memiliki jenis batupasir feldspathic
litharenite dan sublitharenite, dan memiliki nilai porositas visual antara 10-15%
Secara rata-rata, nilai porositas batupasir pada Grup Kembelangan yaitu berkisar
batuan reservoar pada daerah ini yaitu pada Formasi Aiduna, Formasi Tipuma,
Batuan tudung pada daerah ini dapat dibagi menjadi dua interval, yaitu
batuan tudung untuk sistem Tersier dan sistem Pre-Tersier. Untuk sistem minyak
bumi Tersier, batuan yang mempunyai potensi untuk menjadi batuan tudung
adalah batulempung yang sangat tebal (3000 m) pada Formasi Buru. Batuan
tudung pada formasi tersebut berada di atas Formasi Upper Yawee dan
membungkus rapat Formasi Yawee (Aldha dan Ho, 2008). Batuan tudung
batuan serpih pada Formasi Piniya dan Kopai (Kendrick dan Hill, 2001).
26
Batuserpih pada formasi tersebut memiliki ketebalan yang cukup untuk menjadi
batuan tudung tipe regional. Selain itu menurut Kendrick dan Hill (2001) batuan
dolomit pada batugamping Grup Nugini juga memiliki potensi yang cukup baik
untuk menjadi batuan tudung, walaupun tidak sebaik pada Formasi Piniya dan
Kopai. Batuan tudung intraformasional juga dapat menjadi potensi pada Grup
Kembelangan dan batuan karbonat yang ada di Formasi Modio (Varianto, 2018).
II.4.4. Pemerangkapan
struktur (antiklin, seretan patahan/drag fault, antiklin tersesarkan dan blok yang
antar keduanya (Anonim, 2006 dalam Varianto, 2018). Menurut Peck dan
Soulhol (1986), proses pembentukan blok yang termiringkan (tilted fault block)
terjadi sebelum proses pemekaran, dan tipe struktur tersebut berada di sepanjang
batas cekungan dan struktur antiklin di atas horst. Sedangkan pada saat terjadi
buildups.
pada Pliosen. Generasi awal hidrokarbon diperkirakan terjadi pada Kapur Akhir,
yang kemudian diikuti dengan generasi pada Pliosen hingga saat ini (Kendrick
dan Hill, 2011). Pada Pliosen tersebut merupakan puncak dari generasi
perangkap akibat dari proses penimbunan yang sangat intensi dari Formasi Buru
geothermal 25oC/km, potensi batuan induk pada Formasi Kopai yang berumur
Jura-Kapur memasuki oil window pada kedalaman 4-5 km (Kendrick dan Hill,
2001).
BAB III
DASAR TEORI
memiliki komposisi utama berupa hidrokarbon, berbentuk dalam fasa gas maupun
liquid di dalam suatu reservoar. Dalam bahasa latin, petroleum berasal dari kata
petro yang berarti batu dan oleum yang berarti minyak. Minyak dan gas bumi
merupakan campuran dari molekul hidrokarbon yang berisi unsur hidrogen (H) dan
unsur karbon (C), dan beberapa molekul organik seperti sulfur, oksigen, nitrogen
dan sedikit logam (Gluyas dan Swarbrick, 2004). Hidrokarbon sendiri dapat
terbentuk melalui beberapa kondisi dan waktu tertentu dalam skala geologi.
sirkulasi air yang buruk (Gluyas dan Swarbrick, 2004). Material organik tersebut
temperatur yang rendah (60 – 80o C). Proses tersebut dinamakan proses diagenesis
(Hunt, 1996). Produk dari proses diagenesis tersebut adalah berubahnya material
Proses ini dinamakan proses katagenesis, dimana adanya pengaruh tekanan dan
28
29
temperatur yang tinggi yang mampu mengubah bitumen. Pada proses katagenesis
ini pula proses pematangan hidrokarbon pada batuan induk, hingga mampu menjadi
minyak ataupun gas bumi. Hidrokarbon tersebut dapat berupa gas ataupun minyak,
tergantung pada zona oil window ataupun gas window (Hunt, 1996). Skema
pembentukan dan pematangan minyak dan gas bumi dijelaskan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Skema pembentukan dan pematangan minyak dan gas bumi. Skema tersebut
menjelaskan proses-proses diagenesis, katagenesis hingga metagenesis (Hunt 1996).
Ingredients” dengan 5 syarat khususnya, yaitu batuan induk (source rock), batuan
penyekat (seal rock), dan migrasi (proper timing of migration) (Gluyas dan
Swarbrick, 2004). Kelima syarat pokok tersebut menjadi syarat wajib untuk
tersebut, terdapat juga beberapa proses yang dibutuhkan dalam petroleum system.
hidrokarbon dalam reservoar oleh suatu penyekat). Elemen dan proses tersebut
Tabel 3.1. Tabel komponen dan proses dalam petroleum system. Terdapat 5 elemen dan 4 proses
kunci dalam bahasan petroleum system.
Menurut Tissot & Welle (1984, dalam Peter & Cassa, 1994) batuan induk
berukuran butir halus dan berupa batuan sedimen. Batuan induk sendiri memiliki
kandungan material organik yang besar, sehingga dapat menggenerasi dari material
organik menjadi kerogen dan bitumen, dan akhirnya berkembang hingga menjadi
31
hidrokarbon. Tipe batuan yang dominan menjadi batuan induk adalah shale (65%),
(Peters dan Cassa, 1994). Kekayaan organik mengacu kepada jumlah dan jenis dari
termal mengacu pada tingkat kematangan batuan induk oleh panas akibat
diagenesis material organik yang terkandung dalam batuan sedimen secara gradual
berubah menjadi material organik yang tidak larut, atau disebut kerogen. Peters dan
potensi batuan induk immature, parameter tersebut digambarkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Parameter geokimia untuk mendeskripsikan potensi kualitas batuan induk dari batuan
induk immature. Dibutuhkan nilai TOC 1-2% agar mempunyai potensi batuan induk
yang baik (Peters dan Cassa, 1994).
Organic Matter
Petroleum TOC Rock-Eval Pyrolisis Bitumen Hydrocarbons
Potential (wt. %) S1 S2 (wt. %) (ppm) (ppm)
Poor 0 - 0.5 0 - 0.5 0 -2.5 0 - 0.05 0 - 500 0 - 300
Fair 0.5 - 1 0.5 - 1 2.5 - 5 0.05 - 0.10 500 - 1000 300 - 600
Good 1- 2 1- 2 5 - 10 0.10 - 0.20 1000 - 2000 600 - 1200
Very Good 2- 4 2- 4 10 - 20 0.20 - 0.40 2000 - 4000 1200 - 2400
Excellent >4 >4 >20 >0.40 >4000 >2400
material organik pada sedimen (batuan induk) menjadi minyak, wet gas dan
induk sendiri seperti yang sudah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, terdiri dari
antara Hidrokarbon, Oksigen, dan Karbon yang kemudian diplot pada diagram Van
Krevelen. Analisis tersebut menggunakan Rock Eval Pyrolisis (REP). Diagram van
Gambar 3.2. Diagram van Krevelen menjelaskan maturitas batuan induk dengan perbandingan
antara H/C dengan O/C. Dari perbandingan atom H, O dan C tersebut kemudian dapat
dianalisis tipe kerogennya (Peters dan Cassa, 1994).
melakukan analisis cepat material organik di dalam batuan, terutama batuan induk.
Prinsip dari REP adalah analisis komponen hidrokarbon dalam batuan yang
33
dioksidasi dengan melakukan pirolisis pada kondisi atmosfer inert (gas mulia,
Menurut Espitalie et al. (1977) hasil dari REP tersebut akan menghasilkan
data berupa S1, S2, S3 dan S4. S1 (P1) sendiri merupakan hidrokarbon (minyak dan
gas) bebas dalam batuan yang tervolatilisasi pada temperatur <300oC. S2 (P2)
temperatur sampai dengan 550oC. S3 (P3) merupakan CO2 yang terbentuk dari
pirolisis material organik yang terbentuk pada temperatur 300-390oC. Dan S4 (P4)
sendiri merupakan Total Organic Carbon (TOC). Analisis S4 tidak selalu ada
dalam analisis REP. TOC juga bisa didapatkan dengan formula; TOC = Pyrolisis
Carbon (PC) + Residual Carbon (RC). Nilai PC = 0,82 (S1+S2)/10, dan nilai RC =
S4/10. Satuan dari S4 sendiri adalah mg C/g batuan. Nilai S1 + S2 merupakan nilai
Diagram nilai REP digambarkan sebagai berikut di Gambar 3.3 di bawah ini.
Gambar 3.3. Diagram hasil analisis REP (rock eval pyrolisis). Analisis REP tersebut dapat
mengetahui nilai S1, S2, dan S3 batuan induk (Peters, 1986 dalam Hunt, 1996).
34
(maseral dari batuan induk) pada polished section. Semakin besar nilai reflektansi
cahaya semakin besar pula nilai kematangan batuan induk. Hal tersebut diakibatkan
mengandung suatu ruang (void spaces), pori atau rekahan, terkoneksi dan dapat
minyak dan gas bumi secara ekonomis (Gluyas dan Swarbrick, 2004).
permeabilitas. Porositas sendiri merupakan suatu pori atau ruang didalam batuan
yang dapat terisi oleh fluida, baik air formasi maupun fluida yang lain seperti
minyak atau gas bumi (Selley, 1998). Nilai porositas secara umum dapat dicari dari
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒐𝒇 𝑽𝒐𝒊𝒅𝒔
Porosity () % = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒐𝒇 𝑹𝒐𝒄𝒌𝒔 𝒙 𝟏𝟎𝟎 (3.1)
Menurut Selley (1998) tipe porositas sendiri dibagi menjadi dua, yaitu
porositas efektif (pori yang saling terkoneksi satu sama lain), dan porositas inefektif
35
(pori yang tertutup atau tidak terkoneksi satu sama lain). Porositas efektif dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu catenary pore, dan cul-de-sac pore. Bentuk dari
Gambar 3.4. Ilustrasi bentuk dari tipe porositas batuan. Secara sifat, porositas dibagi menjadi
porositas efektif dan porositas inefektif (Selley, 1998).
Selain dari tipe atau bentuk pori, porositas juga dapat dibagi berdasarkan
dan porositas sekunder. Porositas primer adalah porositas yang terbentuk ketika
yang terbentuk setelah atau saat deposisi sedang berlangsung (Selley, 1998).
Menurut Selley (1998) porositas primer sendiri dapat dibagi menjadi dua,
Porositas sekunder menurut Choquette & Pray (1970) dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu tipe vuggy, moldic dan fracture. Porositas sekunder ini umumnya
terbentuk ketika proses solusi pada batuan karbonat. Tipe vuggy ini terbentuk oleh
proses disolusi secara intensif oleh air meteorik dalam jangka waktu yang lama,
dicirikan oleh ukuran pori yang melebihi butiran disekitarnya yang membentuk vug
atau lubang. Tipe moldic merupakan porositas sekunder yang terbentuk akibat
proses pencucian (leached) dan sementasi umumnya pada ooids, proses reduksi
total porositas dapat menunjukkan waktu relatif antara kompaksi dan sementasi.
Dan tipe Fracture merupakan porositas yang terbentuk akibat rekahan yang
Pengukuran porositas sendiri dapat melalui dua cara, yaitu secara langsung
menggunakan data core, dan tidak langsung menggunakan data well logs atau data
seismik. Salah satu metode yang paling umum dan sederhana untuk pengukuran
mengekstraksi udara atau gas ke dalam tabung vakum. Perhitungan dari gas yang
tersebut dibagi menjadi diabaikan (negligible), buruk (poor), cukup (fair), baik
37
(good), baik sekali (very good) dan istimewa (excellent). Tabel klasifikasi tersebut
Tabel 3.3. Klasifikasi tipe porositas berdasarkan nilai porositas (Koesoemadinata, 1980).
pori (Selley, 1998). Permeabilitas pertama kali dikemukakan oleh Darcy (1856),
dimana satuan dari permeabilitas tersebut adalah Darcy. Unit permeabilitas tersebut
mengalirkan suatu fluida sebesar 1 centipoise (cP) pada kecepatan 1 cm/s saat
tekanan atmosfer sebesar 1 atm/cm. Reservoar minyak dan gas bumi umumnya
memiliki permeabilitas yang lebih rendah dari Darcy, dan yang umum digunakan
adalah satuan millidarcy (md). Rata-rata suatu reservoar berkisar pada 5-500 md.
𝑲(𝑷𝟏−𝑷𝟐)𝑨
Q= (3.3)
𝝁𝑳
Dimana:
pengeboran berlangsung pada batang pengeboran atau production test. Pada tes ini
Cara kedua yaitu pengukuran menggunakan data well log yaitu log SP
yang mampu menahan hidrokarbon dalam batuan reservoar agar dapat terakumulasi
secara ekonomis. Syarat untuk menjadi batuan penudung yaitu batuan tersebut
pressure). Suatu batuan penutup akan efektif jika tekanan kapiler lebih besar dari
bawahnya. Tekanan kapiler dari batuan penutup secara dominan merupakan fungsi
39
dari ukuran pori batuan yang secara lateral mungkin bervariasi. Tekanan buoyancy
Jenis litologi untuk batuan penutup yang baik adalah batuan klastik yang
berbutir halus dan evaporit. Tetapi, sejatinya segala batuan yang impermeabel dapat
berguna sebagai batuan penudung (Downey, 1994 dalam Selley, 1998). Suatu
batuan akan dapat menjadi suatu penudung ketika tekanan kapilernya (Pc) dibawah
100 psi. Tekanan kapiler tersebut dikontrol oleh tegangan permukaan (interfacial
kondisi fitur geologi dimana minyak dan gas bumi dapat tertahan dari migrasi
menjadi beberapa kelompok. Terdapat dua kelompok utama suatu jebakan, yaitu
hidrokarbon, yaitu:
- Jebakan struktural
Jebakan yang diakibatkan oleh proses tektonik setelah pengendapan
dan sesar.
40
- Jebakan diapir
Jebakan yang diakibatkan oleh perbedaan densitas yang kontras pada suatu
- Jebakan stratigrafis
Jebakan yang diakibatkan oleh morfologi deposisi atau diagenesis suatu
unconformity.
- Jebakan hidrodinamis
Jebakan yang diakibatkan oleh adanya aliran hidrodinamis
- Jebakan kombinasi
Jebakan yang diakibatkan oleh kombinasi dari jebakan-jebakan diatas.
a. b.
c. d.
Gambar 3.5. Ilustrasi beberapa jebakan hidrokarbon, (a) jebakan struktural yang diakibatkan oleh
sesar, (b) jebakan stratigrafis yang diakibatkan oleh kubah garam, (c) jebakan
struktural yang diakbiatkan oleh blok sesar, (d) jebakan stratigrafis yang diakibatkan
oleh unconformity (Gluyas dan Swarbrick, 2004).
41
Menurut Hunt (1996) migrasi atau perpindahan minyak dan gas bumi dibagi
menjadi tiga jenis, migrasi primer, migrasi sekunder, dan migrasi tersier. Migrasi
primer dijelaskan sebagai pergerakan minyak dan gas bumi dalam bagian batuan
induk matang yang berbutir halus. Migrasi sekunder adalah pergerakan minyak dan
gas bumi di luar bagian batuan induk yang matang tersebut, dan migrasi tersier
berupa pergerakan minyak dan gas bumi yang sudah terakumulasi. Proses migrasi
Menurut Hunt (1996), mekanisme migrasi primer pada matriks dari batuan
difusi, larutan, dan fase minyak-gas. Pada umumnya mekanisme migrasi primer
adalah dengan mekanisme fase minyak-gas. Mekanisme difusi dan larutan hanya
terbentuk pada sebagian porsi kecil dari migrasi dan hidrokarbon yang mudah larut.
Faktor yang dapat menahan migrasi secara sekunder adalah tekanan kapiler dari
dalam menahan laju migrasi adalah hidrodinamika dari aliran fluida serta tekanan
abnormal pada lingkungan bawah permukaan. Pada kondisi atau lingkungan bawah
permukaan yang umum, gas memiliki potensi migrasi dua kali lebih besar dari
(interfacial tension, dyne/cm) pada sistem gas-air, relatif terhadap tegangan sistem
minyak-air.
kapiler pada batuan. Tekanan kapiler sendiri merupakan tekanan yang diperlukan
untuk suatu hidrokarbon (minyak atau gas) untuk memindahkan air pada batuan
𝟐𝜸𝒄𝒐𝒔𝜽
Pd = 𝑹
(3.4)
antara batuan dan hidrokarbon (lihat Gambar 3.6), dan R merupakan jari-jari
Gambar 3.6. Ilustrasi kontak antara hidrokarbon dan air pada suatu pori batuan. Gambar ilustrasi
tersebut terletak pada pore throat batuan (Allen dan Allen, 2005).
43
peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak terhadap tujuan dari suatu
ditimbulkan dan kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Dengan kata lain, risiko
sendiri berarti situasi dimana suatu kejadian tidak diketahui oleh suatu kepastian
(certainty), hal tersebut berarti kemungkinan terjadinya risiko adalah suatu hal yang
bagaimana untuk menganalisis suatu risiko itu sendiri. Analisis risiko (risk
mengurangi faktor-faktor yang seharusnya bisa dihindari untuk terjadi hal-hal yang
risiko sendiri menurut Bowden dkk. (2001) adalah suatu proses yang digunakan
untuk menentukan prioritas yang diberikan oleh manajemen risiko dengan cara
manfaat dari analisis risiko tersebut diperlukan beberapa tahapan untuk analisis
risiko, yaitu:
tujuan akhir dari analisis risiko tersebut, yaitu untuk mendapat suatu perkiraan atau
perhitungan dari risiko yang mungkin akan terjadi. Penilaian ini bertujuan untuk
mengkuantifikasi suatu risiko, tidak hanya dengan pendekatan secara kualitatif atau
subyektif, tetapi dengan suatu perhitungan yang baku dan terukur, akan
Eksplorasi minyak dan gas bumi merupakan suatu usaha yang dilakukan
untuk menemukan suatu sumberdaya minyak dan gas bumi. Usaha dan biaya yang
dibutuhkan dalam suatu eksplorasi minyak dan gas bumi amatlah besar, dan
memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi. Probabilitas dari keberhasilan suatu
gas bumi suatu bisnis yang sangat berisiko. Hal tersebut berlandaskan oleh
suatu eksplorasi tersebut berhasil, hasilnya akan besar. Tetapi hasil yang besar
dan gas bumi merupakan salah satu faktor utama dalam analisis risiko. Pendekatan
faktor elemen dan proses yang mendukung untuk terjadinya petroleum play dan
sistem hidrokarbon dianalisis lebih lanjut dan dinilai secara kuantitatif kualitasnya.
Pendekatan ini dinilai sangat baik untuk menentukan tingkat risiko atau
didasarkan oleh nilai dari volume hidrokarbon, risiko geologi, dan produktivitas
Schneidermaan, 1997).
Analisis risiko selain dari konsep petroleum play suatu daerah, juga terdapat
risiko-risiko yang lain yang juga berhubungan dalam suatu analisis risiko eksplorasi
minyak dan gas bumi, namun risiko geologi merupakan risiko awal yang digunakan
yang lain, menurut Otis dan Schneidermaan (1997) adalah risiko volumetrik, risiko
minyak dan gas bumi, dimana nilai tersebut juga tergantung dari analisis geologi
yang rendah (10%), pertengahan (50%), dan optimis (90%). Risiko berikutnya
disatukan dan dievaluasi menjadi risiko komersil. Bagan alir pada Gambar 3.7
dibawah ini menjelaskan proses analisis risiko pada eksplorasi minyak dan gas
bumi.
Gambar 3.7. Diagram alir proses evaluasi dalam analisis risiko eksplorasi minyak dan gas bumi.
Parameter-parameter geologi menjadi parameter awal dan utama dalam analisis risiko
(Otis dan Schneidermaan, 1997).
Pada diagram alir tersebut (lihat Gambar 3.7), dimulai dengan konsep
petroleum play suatu daerah. Konsep play tersebut memiliki empat elemen esensial
yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu batuan induk, batuan reservoar,
47
waktu yang tepat (Otis dan Schneidermaan, 1997). Probabilitas untuk mendapatkan
suatu hidrokarbon mempunyai kisaran sebesar 0.01 hingga 0.99. Besaran atau
atau memiliki suatu nilaian berupa Stock Tank Oil Initially in Place (STOIIP). Nilai
STOIIP tersebut tidaklah dapat dihitung secara pasti, tetapi diperkirakan dengan
metode probabilitas.
Pada alur berikutnya, yaitu pada sisi alur keteknikan, menghitung laju
minyak mentah (crude oil) menjadi berbagai olahan seperti bahan bakar minyak
(gasoline) dan berbagai hasil olahan lainnya. Pembahasan keteknikan juga sangat
negara dan risiko untuk menumbuhkan tingkat keekonomian suatu negara, dengan
III. 3. Faktor Geologi dalam Analisis Risiko Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi
Faktor geologi (geological chance factor; GCF) merupakan salah satu poin
dalam penilaian risiko suatu eskplorasi minyak dan gas bumi, dimana faktor geologi
tersebut merupakan salah satu faktor utama dan yang pertama dinilai dalam evaluasi
prospek lapangan minyak dan gas bumi. Faktor geologi pada analisis evaluasi
eksplorasi minyak dan gas bumi menurut Otis dan Schneidermaan (1997) dibagi
Pg), dilihat dari petroleum play suatu daerah. Ke empat faktor tersebut adalah
kehadiran dari batuan induk yang matang (Psource), batuan reservoar (Preservoir),
jebakan hidrokarbon (Ptrap), dan ketepatan waktu migrasi (Ptrap). Ke empat faktor
tersebut harus ada dalam suatu prospek lapangan minyak dan gas bumi, jika salah
satunya tidak ada atau bernilai nol, maka nilai probabilitasnya akan menjadi nol.
Formula sederhana untuk menilai faktor geologi suatu daerah dijelaskan dibawah
ini.
sendiri penilaian apa saja yang diperhatikan, Otis dan Schneidermaan (1997)
• Reservoar (P reservoir)
- Kehadiran, kualitas (kapasitas kestabilan aliran)
• Jebakan (P trap)
- Definisi jebakan (keakuratan pengambilan data), karakteristik
lembar penilaian risiko yang dibuat oleh Otis dan Schneidermaan (1997). Nilai dari
data memiliki berbagai kelas data, berdasarkan tipe datanya. Data tersebut dapat
49
memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,5. Data negatif kemudian didefinisikan
sebagai questionable dan unfavorable dengan nilai probabilitas kurang dari 0,5.
langsung yang dapat mendukung atau bahkan tidak mendukung dari suatu model
data. Hal tersebut menyebabkan model data didasarkan oleh analogi-analogi yang
bersifat kualitatif. Data-data tidak langsung yang mampu mendukung suatu model
memiliki probabilitas data sekitar 0,5 – 0,7. Data-data tidak langsung yang tidak
mendukung suatu model memiliki nilai probabilitas sebesar 0,3 – 0,5. Data
membuktikan sesuai atau tidak dengan suatu model. Data langsung ini memiliki
nilai probabilitas 0,7 – 0,99 untuk data favorable, dan 0,01 – 0,3 untuk data
unfavorable.
probabilitas keberhasilan secara geologi. Contoh tabulasi penilaian risiko oleh Otis
Tabel 3.4. Tabulasi dari penilaian risiko secara geologi pada prospek lapangan minyak dan gas bumi
(Otis dan Schneidermaan, 1997).
suatu eksplorasi minyak dan gas bumi. Nilai Pg tersebut kemudian dapat dibagi
menjadi beberapa kategori, berdasarkan hasil akhir nilai Pg. Kategori resiko dari
Gambar 3.8. Kategori risiko keberhasilan geologi dan kelas suatu prospeksi. Dikelompokkan
berdasarkan data-data geologi yang ada di suatu prospek (Otis dan Schneidermaan,
1997).
dalam eskplorasi minyak dan gas bumi. Metode ini menitik beratkan pada konsep
geologi pada pemahaman eksplorasi, yaitu petroleum play. Metode ini memiliki
cekungan dan sistem minyak bumi suatu daerah eksplorasi. Dari konsep geologi
yang kuat dan menjadi dasar utama dari metode ini, diharapkan pemahaman
mengenai konsep eksplorasi pada suatu wilayah juga akan menjadi meningkat.
suatu petroleum play, dan membuang yang kurang penting, sehingga diharapkan
52
Konsep dari PBE sendiri digambarkan dalam suatu proporsi fokus dan alur
metode, yang digambarkan dalam sebuah piramida (lihat Gambar 1.1). Suatu
piramida dengan bagian bawah yang besar dan semakin mengerucut pada bagian
atas mengibaratkan urutan konsep fokus dan proporosi fokus dalam setiap tahapan
dari eksplorasi itu sendiri. Secara garis besar, piramida tersebut dibagi menjadi tiga
fokus utama, yaitu konsep cekungan (basin focus), konsep play (play focus), dan
dalam memahami keseluruhan konsep PBE (Longley dan Brown, 2016). Kunci
utama dalam basin focus menurut Shell Play-Based Exploration Guidelines for
AAPG IBA adalah mengetahui mengenai tipe cekungan, pengisi cekungan, dan
evolusi struktur yang terjadi pada cekungan tersebut, mengetahui dengan jelas
cekungan tersebut.
tahapan basin focus tersebut. Langkah 1-3 adalah tahapan awal, yang meliputi
sekuen. Langkah ini utamanya untuk melihat pengaruh kontrol setting tektonik.
Langkah 4-5 adalah penentuan dan identifikasi evolusi cekungan, batuan induk,
Hasil dari langkah ini adalah tabel critical time pada cekungan daerah tersebut.
bekerja pada cekungan, dan identifikasi play system yang aktif dan memiliki
Gambar 3.9. Gambar diagram alir pada tahapan basin focus pada metode PBE. Diagram alir ini
mempunyai hasil akhir berupa identifikasi play yang aktif pada cekungan tersebut
(Shell Play-Based Exploration Guide).
identifikasi play yang aktif. Pada langkah ini, petroleum play yang aktif dan
54
bekerja pada suatu cekungan tersebut kemudian dilihat lebih jauh dan lebih detail
lagi.
Langkah pertama adalah pendefinisian dari play yang aktif serta susunan
lanjut dari basin focus, yaitu penentuan persebaran wilayah atau batasan area
setiap play yang bekerja dan penentuan batas stratigrafi dari play tersebut.
dilakukan pada cekungan tersebut. Jika ada, dari bebeberapa sumur tersebut
hydrocarbon show yang baik, ataupun dry hole. Dari sumur-sumur tersebut
dapat dipelajari pula play mana yang memang terbukti aktif. Dari langkah-
langkah sebelumnya, bisa digambarkan contoh input data yang bisa digunakan
Gambar 3.10. Gambar contoh mengenai peta-peta yang sudah bisa dibuat hingga langkah play
focus. Peta-peta tersebut digunakan untuk pembuatan peta CRS (Shell PBE
Guidelines).
Common Risk Segment (CRS) Map. Peta CRS merupakan sebuah area pada peta
Success; PoS) dan nilai dari suatu keyakinan dari pemberian faktor keberhasilan
dari setiap faktor risiko, menentukan Play PoS, menentukan Lead PoS, dan yang
Gambar 3.11. Ilustrasi langkah-langkah pembuatan peta CRS. Dari masing-masing peta kemudian
dilakukan overlay hingga mendapatkan peta total CRS (Shell PBE Guidelines).
Penilaian tersebut bisa dilakukan pertama dengan memvalidasi hasil akhir dari
nilai PoS yang dihasilkan di peta CRS. Dari nilai tersebut, apakah sesuai dengan
kesesuaian status suatu daerah tersebut. Nilai total PoS tersebut juga dapat
merupakan tahapan yang lebih fokus lagi setelah mengurangi area-area yang
kurang menarik dan fokus pada suatu prospek yang lebih sempit. Dalam
melakukan evaluasi prospek, harus dilakukan dalam konteks play. Hal tersebut
berguna agar dapat menyaring informasi pada konsep play agar dapat melakukan
volume hidrokarbon yang ada pada prospek tersebut (yet-to-find; YTF) dan
prospek lain pada play yang sama. Pada tahapan ini diperlukan integrasi dari
peta CRS, Field Size Distribution (FSD), estimasi YTF dan yang lainnya.
cadangan pada play yang sama ataupun pada cekungan yang sama. Distribusi
tersebut kemudian dibuat suatu garis trend sehingga dapat dilihat hasil
tersebut, dan hasil perhitungannya termasuk pada kelas probabilitas berapa (lihat
Gambar 3.12).
58
Gambar 3.12. Gambar contoh distribusi probabilitas kumulatif dari nilai sumberdaya hidrokarbon.
Garid merah merupakan kurva rerata dari contoh nilai sumberdaya hidrokarbon
suatu lead pada bulatan hijau (Shell PBE Guidelines).
dan gas yang terakumulasi. Estimasi tersebut berubah sesuai dengan umur suatu
lapangan minyak dan gas bumi, karena suatu estimasi volumetrik dilakukan pada
suatu waktu tertentu dan berlaku pada waktu tersebut. Estimasi perhitungan
volumetrik memiliki tingkat ketidak pastian yang cukup tinggi, karena masing-
pastian, maka dari itu perhitungan volumetrik disajikan secara distribusi (Canes,
berbagai data dari suatu reservoar yang diambil dari data pemboran seperti log,
sampel batuan inti dan data seismik. Formulasi metode deterministik juga
membedakan perhitungan volumetrik antara lapangan minyak atau gas bumi, antara
probabilistik menggunakan pendekatan secara statis dan data analog seperti model
geologi untuk memrediksi sifat suatu reservoar. Pada sub-bab sebelumnya dibahas
tepat digunakan pada tahap penaksiran nilai suatu sumberdaya pada tahap
• Metode Deterministik
dibawah ini:
𝟕𝟕𝟓𝟖×𝑽𝒃×𝝋×(𝟏−𝑺𝒘)
STOIIP (STB) = (3.5)
𝑩𝒐𝒊
𝟒𝟑𝟔𝟓𝟎×𝑽𝒃×𝝋×(𝟏−𝑺𝒘)
STGIIP (SCF) = (3.6)
𝑩𝒈𝒊
Dimana:
Φ : Porositas batuan
Sw : Saturasi air
interval (dalam hal ini merupakan reservoar) yang terdapat suatu akumulasi
interval ketebalan reservoar. Dari perhitungan area tersebut dibagi lagi berdasarkan
karakter dari suatu reservoar. Metode tersebut dibagi menjadi dua berdasarkan
kondisi OWC (Oil-Water Contact) pada reservoar. Metode yang pertama adalah
area-depth method (horizontal slice), metode ini dipilih apabila OWC menerus
pada kedalaman yang sama dan tidak dibatasi oleh lapisan impermeabel. Metode
yang kedua adalah area-thickness method (vertical slice), metode ini dipilih apabila
OWC yang terpotong lapisan impermeabel atau batasnya tidak horizontal, atau
tersebut harus dikalikan dengan suatu faktor yang dinamakan Recovery Factor
Karakteristik dari fluida seperti FVF, viskositas, densitas, jenis hidrokarbon, dan
61
• Metode Probabilitas
dan gas bumi dengan data yang sangat terbatas. Metode probabilitas banyak
dilakukan pada tahapan eksplorasi awal, untuk menaksir besaran sumberdaya atau
cadangan minyak dan gas bumi. Metode yang digunakan pada probabilitas adalah
saturitas air, bulk vol ume, Boi/Bgi (FVF), areal closure, net pay, dan recovery
yang digunakan pada metode deterministik, namun pengolahan data yang berbeda
yang menjadi pembeda kedua metode tersebut. Perhitungan ini secara umum
memakai sebuah simulasi statistik dengan bilangan acak pada setiap parameter.
dkk., 1997). Simulasi Monte Carlo merupakan simulasi statistic yang khusus
dikembangkan dari bentuk distribusi statistik yang ada, maka hasil atau keluaran
dari model ini juga akan membentuk suatu distribusi. Distribusi tersebut dapat
kedalam suatu fitur yang disebut dengan simulasi Monte Carlo. Proses
62
memasukkan data angka yang dibuat random ke dalam suatu fitur grafik merupakan
deterministik yang dimasukkan dalam satu dengan stochastic. Salah satu software
yang mampu melakukan simulasi Monte Carlo adalah @RISK dan Crystal Ball,
angka probabilitas yang acak (antara 0 hingga 1) dan dikalikan dengan variabel
yang lain, yang tentu sudah dikombinasikan juga dengan masing-masing variabel.
Contohnya pada Gambar 3.13, terlihat distribusi frekuensi dari parameter seperti
ketebalan reservoar (gross reservoir thickness) dan NTG. Hal tersebut kemudian
diulang dengan angka probabilitas yang acak dan berbeda sebanyak 1000-10.000
kali (Cook dkk., 2008). Monte Carlo ini memiliki kekurangan hasil distribusi yang
dihasilkan tidak konsisten. Dengan nilai masing-masing parameter yang sama bisa
dihasilkan distribusi akhir yang berbeda, maka dari itu simulasi ini tidak bisa
Gambar 3.13. Contoh distribusi probabilitas dari variabel yang ada dalam perhitungan Monte Carlo.
Dilihatkan bahwa masing-masing variabel dapat saja memiliki distribusi yang
berbeda (Cook dkk., 2008).
63
variabel data yang dimasukkan. Secara sederhana alur metodenya sebagai berikut:
Gambar 3.14. Alur skema dari simulasi Monte Carlo. Pada skema tersebut dijelaskan dari masing-
masing parameter dengan angka yang acak, kemudian masing-masing parameter
tersebut disortasi dan dikombinasi agar tercipta suatu distribusi tertentu (Cook dkk.,
2008).
prospeksi STOOIP (Stock Tank Oil Originally in Place). Setiap perhitungan yang
besar variabel yang digunakan maka estimasi kemungkinan yang terbukti akan
semakin menurun. Dengan kata lain, penggunaan metode akan tetap mempengaruhi
semakin kecil estimasi kemungkinan terbukti. Hasil dari distribusi tersebut akan
menghasilkan tiga kelas atau kategori dari prospek sumberdaya, dengan pengertian:
64
reserves.
reserves.
nilai persentase dari recovery factor (RF) agar ditemukan nilai ultimate recovery
(UR) seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Status dari nilai tersebut
umum membagi tingkat status prospeksi suatu lapangan minyak dan gas bumi
berdasarkan data dari akumulasi yang belum ditemukan, yang dipercaya sebagai
sumberdaya potensial yang bisa terambil, dengan kata lain merupakan perkiraan
berdasarkan data yang telah ada, namun belum dianggap sebagai sumberdaya yang
komersial.
terambil secara komersial berdasarkan data yang ada secara baik. Cadangan
tingkat resikonya, dari tinggi ke rendah yaitu play, lead dan prospect. Play
berjalan di suatu lokasi. Jika data menunjukkan hasil yang positif, tingkat prospeksi
dapat ditingkatkan menjadi lead. Lead sendiri merupakan area potensial dimana
satu atau lebih terdapat kemungkinan akumulasi hidrokarbon dengan data yang
kurang lengkap. Lead biasanya sudah dilengkapi dengan data seismik 2 dimensi
yang lebih lengkap dan meyakinkan dibanding lead. Data pada suatu prospect
seismik yang berpotongan, dan volume batuan yang sudah terpetakan. Prospect
sendiri sudah memenuhi kriteria untuk dilakukan suatu pengeboran uji atau
tingkat resiko dan tingkat kepercayaan suatu kelas dijelaskan oleh gambar dibawah
Gambar 3.15. Status prospeksi suatu proyek minyak dan gas bumi berdasarkan tingkat resiko dan
jumlah hidrokarbon (Petroleum Initially in Place). Status prospeksi ini tergantung
dari kualitas dan kuantitas data pada area tersebut (SPE, WPC & AAPG, 2001).
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
risiko yang rendah, sedangkan pada bagian barat memiliki kelas risiko yang
lebih tinggi.
Data penelitian diperoleh dari PT. Saka Energi Indonesia, yang kemudian
perusahaan. Secara umum, data penelitian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu data
yang disediakan atau sudah dikerjakan oleh perusahaan, dan data yang diolah oleh
peneliti. Data yang sudah dianalisis oleh perusahaan berupa data seismik 3D dan
data geokimia, selebihnya merupakan data yang diolah oleh peneliti. Penjelasan
68
69
dilakukan oleh Murphy Oil pada tahun 2013 dan dilakukan reprocessing (PSDM)
pada tahun 2018. Seismik 2D diambil pada tahun 2000 oleh kontraktor bernama
VERITAS. Koordinat lokasi ditulis dalam format UTM dan diproyeksikan pada
• Data seismik 3D
Data seismik 3D pada penelitian ini mempunyai luasan sebesar 625 km 2
(25km x 25km). Koordinat lokasi pada seismik 3D ini berada pada antara
70
Kedalaman pada data seismik ini ditulis pada satuan waktu, dan
memiliki kerapatan atau separasi sebesar 100 m. Secara umum, kualitas data
kualitas data seismik meningkat, namun pada kedalaman sekitar 2 detik (di
atas sebuah ketidak selarasan besar), kualitas seismik tidak sebaik pada
Tg BL
BL Tg
• Data seismik 2D
garis AZ-01 dan AZ-02. Koordinat lokasi pada garis seismik AZ-01 berada
9478152, dan garis seismik AZ-02 berada pada titik 1 UTM X: 430066 Y:
memiliki panjang 169 km dan garis seismik AZ-02 180,8 km (lihat Gambar
4.1).
Kedalaman pada data seismik ditulis dala satuan waktu. Pada garis AZ-
Kualitas yang masih baik dapat dilihat dari kedalaman 0 detik hingga sekitar
2,5 detik (di atas sebuah ketidakselarasan besar). Di bawah itu, kualitasnya
seisik sudah buruk dan sudah tidak jelas (Gambar 4.5). Secara lateral, data
Data sumur yang digunakan dalam penelitian ini secara umum dibagi
menjadi 2, yaitu data sumur pemboran (wireline log) yang digunakan untuk validasi
kronostratigrafi berjumlah 2 buah, dan data laporan sumur pemboran (well report)
informasi dari kedua data wireline log dapat dilihat pada Tabel 4.1, dan
• ASG-AM
Sumur ASG-AM terletak pada koordinat 05° 14' 5.381" S, 135° 32'
Kelly Bushin (RKB) 43 ft diatas muka air laut. Sumur ini dibor pada
indikasi hidrokarbon dan pada saat ini statusnya P&A (plugged and
abandoned).
74
Data yang tersedia pada log maupun laporan sumur cukup lengkap.
pengendapan, log Gamma Ray (GR), log Caliper (Cal), log Spontaneous
Potential (SP), log Resistivity (LLD, LLS, MSFL), log Sonic (DT), log
• ASG-Ko
Sumur ASG-Ko terletak pada koordinat 04° 44' 13,683" S, 135° 42'
RotaryKelly Bushin (RKB) 38 ft di atas muka air laut. Sumur ini dibor
pada tahun 1990 oleh Maxus Aru Inc. Target utama pengeboran adalah
RKB). Ditemukan adanya indikasi hidrokarbon berupa gas dan dead oil
dengan jumlah yang tidak signifikan. Status sumur saat ini adalah P&A
Data yang tersedia pada log maupun laporan sumur sangat lengkap.
pengendapan, log Gamma Ray (GR), log Caliper (Cal), log Spontaneous
Potential (SP), log Resistivity (LLD, LLS, MSFL), log Sonic (DT), log
ini untuk identifikasi petroleum play yang ada pada daerah tersebut. Laporan
sumur pemboran yang digunakan tersebar dari Kepala Burung Papua hingga
utara Benua Australia (lihat Gambar 4.6) dengan total berjumlah 33 sumur
ataupun hidrokarbon, dan informasi tambahan lain seperti hasil dari pengujian
lihat pada Tabel 4.3 – Tabel 4.5. Nilai dari masing-masing sumur tersebut
4.7).
Tabel 4.3. Rangkuman laporan sumur pemboran pada zaman Kapur.
Porosity
No Well Name Basin Name Lithology Permeability Thickness Hydrocarbon shows NTG
Visual Log derived
Volcanic breccia, clay, arfillaceous
1 ASG-TF Berau Basin poor 11.70% n/a 1225 ft no 78.50%
sandstones, shale and limestones
limestone, and claystone with minor shale,
poor to locally
2 ASG-Ag Berau Basin sandstone, siltstone, occasional basalt, and n/a n/a 1420 ft no n/a
moderate
rarely chert and coal
Very calcareous soft shale with range 4-14%, average
3 ASG-TJ Berau Basin n/a n/a n/a no n/a
intermittent soft microcrystaline limestone 8%
(Fafanlap fm) argillaceous limestone minor fluoroscence
4 ASG-DS Berau Basin no to poor n/a n/a 1050 ft n/a
grading to shale detected
5 ASG-Vo Bintuni Basin Argillaceous Sandstone Fair to good 14.3-14.8% 7-11 mD 449 ft No 100-65%
poor-fair (7545 ss-
6 ASG-Wr Bintuni Basin Shale/siltstone, and limestone 0.95 phi, Sw 0.552 n/a 428 ft good gas show 141.50 ft
7588 ss ft)
(Kembelangan fm) cryptocrystalline
7 ASG-BR Bintuni Basin low n/a n/a n/a no shows n/a
limestone
(Late creta) poor -
(NET AVE por)Ekmai:
sandstone interbedded with claystone locally moderately 2693 ft (Late Creta);
8 ASG-Bk Arafura Basin 21%, Wangarlu: n/a (Late creta) no shows n/a
overlain thin limestone good (early creta) 119 ft (Early Creta)
19%,Up. Flam: 12%
moderate-good
(ekmai) siltstone, very fine to fine
9 ASG-SO Akimeugah Basin no-poor n/a n/a 198 ft minor gas shows n/a
sandstone
(ekmai-late creta) good-excellent reservoir ekmai 194 ft; 2546
10 ASG-KO Akimeugah Basin n/a n/a n/a no shows n/a
properties ft total cretaceous
(late creta) siltstones, shales/clays, (late) low -
(late) 3280 ft (early)
11 ASG-Kw Akimeugah Basin sandstones (early creta) sandstones, moderate (early) n/a n/a no shows n/a
2975 ft
siltstones, shales, limestone poor (<1-11%)
Claystone interbedded with sandstone,
12 ASG-WS Bintuni Basin no n/a n/a 1000 ft no shows n/a
limestone and minor siltstone
13 ASG-TE Berau Basin Slightly calcareous shale and claystone n/a n/a n/a 639 ft no shows n/a
Upper part shale-rich and a basal carbonate
14 ASG-Ub Bintuni Basin tight 17.7% (5351-5640 ft) n/a 289 ft Poor gas shows n/a
in the lower part
77
Tabel 4.3. Rangkuman laporan sumur pemboran pada zaman Kapur (lanjutan).
Porosity
No Well Name Basin Name Lithology Permeability Thickness Hydrocarbon shows NTG
Visual Log derived
(late creta) calcareous claystones with little
or no terrestrial influence (early creta)
15 ASG_Ad Semai Area no n/a no 2083 ft trace gas show n/a
dolomitic mudstones and wakestones
interbedded with argillaceous sediments
Dominant Claystone with Marl and Sandstone 3448 ft intrvl; 413 ft
16 ASG-Ir Bonaparte Basin no to fair 0 - <10% Very low Poor gas shows 12%
interbedded claystone sand in early creta
Calcareous Claystone, marl, dolomite,
17 ASG-Ba Bonaparte Basin no to poor 0-5% low 3576 ft (no sand) poo to very poor n/a
siltstone
Calcilutite, shale, marl, calcareous shale and
18 ASG-SS Bonaparte Basin no to poor 0-5% low 435 ft (no sand) n/a n/a
shaly calcilutite
Argillaceous calcilutite, claystone and
19 ASG-Ha Bonaparte Basin n/a n/a n/a 1037 ft (no sand) n/a n/a
calcareous claystone
20 ASG-Bu Bonaparte Basin Argillaceos calcilutites, calcareous claystone poor to fair 11.50% 311 mD 1058 ft (no sand) n/a 70.50%
21 ASG-Ca Bonaparte Basin Calcareous claystone dominant no n/a n/a 1929 ft (no sand) minor gas shows n/a
22 ASG-Jb Bonaparte Basin Calcareous mudstone, marl with shale n/a n/a n/a 2211 ft (no sand) n/a n/a
Argillaceous calcilutite, claystone and
23 ASG-Lm Bonaparte Basin n/a n/a n/a 700.5 ft (no sand) trace gas show n/a
calcareous claystone
Dominantly siltstone, marine claystone,
24 ASG-Jc Bonaparte Basin some dolomite, and interbedded sandstone no to fair n/a n/a 9065 ft (919 ft sand) n/a 10.00%
(30m)
Calcareous claystone, calcilutite, and
25 ASG-Jh Bonaparte Basin n/a n/a n/a 1642 ft (no sand) n/a n/a
claystone
26 ASG-Jr Bonaparte Basin Argillaceous calcilutite, calcareous claystone n/a n/a n/a 2539 ft (no sand) n/a n/a
78
Tabel 4.4. Rangkuman laporan sumur pemboran pada zaman Jura.
Jurassic
Porosity
No Well Name Basin Name Lithology Permeability Thickness Hydrocarbon shows NTG
Visual Log derived
17% (average) (7211- 8.3 mD (average)
1 ASG-TE Berau Basin Shale, tight sandstone, and sandstone fair to poor 660 ft no n/a
7235 ft) (7211-7235 ft)
Sandstone, coarse grained quartz, loose,
2 ASG-Gu Berau Basin poor n/a n/a n/a a few of minor oil shows n/a
moderately well sorted
Interbedded sandstone, shale, limestone
3 ASG-Ag Berau Basin no - poor n/a n/a 520 ft no n/a
and minor siltstone and coal
Very calcareous shales with intermittent
4 ASG-TJ Berau Basin n/a n/a n/a n/a no n/a
layered hard, microcrystaline limestone.
(Fageo Group) shales, shale interbedded
5 ASG-DS Berau Basin no n/a n/a 390 ft no n/a
with limestone.
6 ASG-Se Semai Area sandstone n/a 9.60% n/a 58 ft n/a n/a
tight sandstone with some alteration into
7 ASG-BP Semai Area n/a n/a n/a n/a n/a n/a
metasandstone
Sandstones clear to translucent, fine to 358.2 ft (sandstone
1.000-10.000 md
8 ASG-Vo Bintuni Basin medium grain, sub round, moderately well fair to very good 6-15% (average 13%) roabiba: 119 ft; 105 Faint to good gas odor 70%
(good-excellent)
sorted (Delta front deposit) ft productive)
(Roabiba sandstone-Mid Jura) 6456-6717 ft,
very fine to fine grained, subangular to 9.9% (average) (6520- 261 ft (net pay: 96.5 minor oil shows and good
poor to moderate low (0.4 mD/cP) 80%
subrounded, moderately sorted, poor to nil 6717 ft) ft) gas shows
intergranular porosity
9 ASG-Ub Bintuni Basin
(Aalenian Sandstone) thick shale with fair to occasionally minor oil or condensate
16% (7299.7 ft); 11.7% 4750 mD (7299.7 1027 ft total; 530.5
interbedded sandstone and thick, massive good intergranular shows, fair-good gas 80-100%
(average) ft) ft net pay
sandstone. porosity shows
interbedded carbonates with silicified,
no - poor (at 0.115-0.125 (phi); Sw minor gas show and trace
10 ASG-Wr Bintuni Basin dolomitized shales, overlying the mid-Jura n/a 148 ft n/a
limestone 7800ft) 0.555-0.401 condensate show
basal sandstone
11 ASG-Ad Semai Area quartzarenite / sublitharenite sandstones <18% 4-10% 0.1 mD 1260 ft minor oil shows 7-8 %
79
Tabel 4.4. Rangkuman laporan sumur pemboran pada zaman Jura (lanjutan).
Porosity
No Well Name Basin Name Lithology Permeability Thickness Hydrocarbon shows NTG
Visual Log derived
Low, abundance of
15 ASG-Kw Akimeugah Basin Sandstones, shales, siltstones n/a n/a n/a n/a n/a
matrix
1325 ft gross; 357.28
16 ASG-Ab Bonaparte basin Sandstones moderate 11% n/a Gas discovery 28%
net sand
(late jura-lower flamingo fm) Massive
(late jura) poor (mid
17 ASG-Bk Arafura Basin limestone (Mid jura-Montara fm) claystone Montara: 11% n/a 426 ft no shows n/a
jura) no-poor
interbedded with minor limestone
Massive quartzose sandstone with common
interbedded and interlaminated claystone, very poor to 823.5 ft gross; 652.9
18 ASG-Ba Bonaparte Basin 13.70% 307 mD poor to very poor 79%
carbonaceous claystone and dolomitic occasionally fair ft sand
limestone
Silty claystone, and sandstone grading to poor to occasionally 591 ft gross; 290 ft
19 ASG-Ha Bonaparte Basin 14.80% n/a n/a 49.00%
argillaceous sandstone good sand (TD)
silty claystone, stacked sandstone interbedded
797 ft gross; 410 ft
20 ASG-Bu Bonaparte Basin with minor claystone, and blocky sandstone fair to moderate 13.00% 311 mD n/a 51.40%
sand (TD)
interbedded with siltstone
contain dead oil, may have oil
Claystone, stacked sandstones interbedded 971 ft gross (462 ft
21 ASG-Ca Bonaparte Basin fair to good 13.00% 478 mD column up to 10m below 80m 69.00%
with minor claystone, blocky sandstone sand) (TD)
gas cap in the past
5351 ft (Undiff
Interbedded sandstones shale and claystone
22 ASG-Jb Bonaparte Basin good to excellent 20-24% 10-100 mD lower jura to mid n/a n/a
with minor coals and carbonates
trias)
1145 ft (sandstone
23 ASG-Lm Bonaparte Basin Claystone, siltstones and sandstones poor to moderate 5-15% n/a Good oil show 18.00%
201 ft) TD
Interbedded siltstone and sandstone, thick
24 ASG-Jc Bonaparte Basin n/a 5-10% n/a 666 ft minor gas show n/a
siltstone and massive sandstone
466 ft (sand fulll) Oil show (avg flow rate 1350
25 ASG-Jh Bonaparte Basin Sandstone with interbedded claystone fair 10.70% n/a n/a
TD BOPD)
Glauconitic calcilutite, glauconitic claystone,
26 ASG-Jr Bonaparte Basin argillaceous siltstone, silty sandstone, n/a 16.3% (plover) n/a 390 ft (213 ft sand) n/a 77.10%
sandstone interbedded with minor claystone
82% (at sand
Calcareous claystone, siltstone, and very fine to 829.7 ft (sand: 273 minor oil show (patchy
27 ASG-La Bonaparte Basin fair to moderate 9-10% (avg: 9.3%) n/a interval)
coarse grained sandstone ft) residual oil)
32% total
Glauconitic sandstone interbedded with silty
28 ASG-Sa Bonaparte Basin Low 11.00% 0.5-28.1 mD 158 ft (TD) (sand) no shows 13.00%
claystone and massive sandstone
80
Tabel 4.5. Rangkuman laporan sumur pemboran pada zaman Trias.
Triassic
Porosity
No Well Name Basin Name Lithology Permeability Thickness Hydrocarbon shows NTG
Visual Log derived
Shale interbedded argillaceous and
1 ASG-TF Berau Basin very poor n/a n/a 711 no n/a
calcareous siltstone
Bogal: 640 ft,
(Bogal fm) sand at the top section, and
Keskain from 7100 good gas shows at Bogal
2 ASG-DS Berau Basin limestone below it. (Keskain) shale at the no-poor n/a n/a n/a
ft to TD (TD: 10661 fm
top section, and limestone below it
ft)
very fine-coarse quartzarenites / good oil shows but not
5 ASG-Ad Semai Area 0.4 - 8.4% 7-13% <1mD n/a 6.7 - 7.8 %
sublitharenites significant
claystone, conglomeratic sandstones, x-
0-11% (low-rarely
8 ASG-Kw Akimeugah Basin bed sandstone, argillaceous x-bed n/a Poor n/a n/a n/a
moderate)
sandstone, mudstone
sandstone, shale, dolomite, siltstone, and 6445 ft gross, 2730
10 ASG-SS Bonaparte Basin no to poor 0-10% low (2-3 mD) No 42%
calcilutite ft sand
Medium grained sandstones with thin
11 ASG-Ke Bonaparte Basin moderate-good 18-23% (avg 20%) n/a >282 ft (TD) minor gas show 84%
interbeds claystone
81
82
Blok “Asgani”
Gambar 4.6. Peta persebaran sumur eksplorasi yang digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 4.7. Deskripsi dari penentuan wagon wheel pada PBE. Masing-masing petroleum play
diberikan penilaian dengan ketentuan seperti pada gambar (Shell PBE Guidelines).
83
ASG-Aa dan ASG-As yang diinterpolasi agar mencapai interval Mesozoik. Data
geokimia ini dianalisis oleh perusahaan pemberi data. Data geokimia pada 2 sumur
• ASG-Aa
Sumur ASG-Aa terletak pada koordinat 04° 50' 15.839" S, 134° 36'
Kelly Bushin (RKB) 34 ft diatas muka air laut. Sumur ini dibor pada tahun
atas, batupasir Jura dari Formasi Grup Kembelangan bagian bawah dan
indikasi hidrokarbon dan pada saat ini statusnya P&A (plugged and
abandoned).
84
sistem steady state 63 mW/m3, hal tersebut karena paling cocok untuk
dikalibrasikan dengan data geokimia yang ada pada sumur tersebut, yaitu
data Ro dan data temperatur pada bagian atasnya. Selain menggunakan data
Pada gambar 4.8 merupakan hasil analisis 1D basin modelling dan gambar
a. b. c.
Gambar 4.8 (a-c). (a) Data dasar sumur pemboran ASG- Aa seperti litologi, kerogen, dan
dihubungkan dalam kronostratigrafi. (b) Data interpolasi dari data temperatur.
(c) Data interpolasi dari data vitrinit (Ro).
85
Gambar 4.9. Gambar sejarah pemendaman (burial history) pada sumur ASG-Aa.
• ASG-Ab
Sumur ASG-Ab terletak pada koordinat 04° 39' 05.320" S, 134° 53'
Kelly Bushin (RKB) 34 ft diatas muka air laut. Sumur ini dibor pada tahun
ditemukan indikasi hidrokarbon dan pada saat ini statusnya P&A (plugged
and abandoned).
sistem steady state 63 mW/m3, hal tersebut karena paling cocok untuk
dikalibrasikan dengan data geokimia yang ada pada sumur tersebut, yaitu
data Ro dan data temperatur pada bagian atasnya. Selain menggunakan data
86
Pada gambar 4.10 merupakan hasil analisis 1D basin modelling dan gambar
Gambar 4.10 (a-c). (a) Data dasar sumur pemboran ASG-Ab seperti litologi, kerogen, dan
dihubungkan dalam kronostratigrafi. (b) Data interpolasi dari data
temperatur. (c) Data interpolasi dari data vitrinit (Ro).
87
Gambar 4.11. Gambar sejarah pemendaman (burial history) pada sumur ASG-Ab.
a. Tahapan Persiapan
Tahap ini meliputi pemilihan tema dan judul penelitian, diskusi dengan
yang mengakomodir data penelitian, dalam hal ini diwakilkan oleh salah
berdiskusi mengenai ketersediaan data dan tema yang diajukan oleh peneliti
analisis risiko secara umum dan pada eksplorasi minyak dan gas bumi,
metode play based exploration pada ekstensi perangkat lunak ArcGIS, yaitu
yang diperoleh dari perusahaan, dengan tujuan memperoleh data yang ideal
perhitungan volumetrik.
dikumpulkan dari data well report dan analisis statistika pada data-data
tersebut.
kemudian dilakukan well seismic tie agar dapat diikat antara sumur
tambahan seperti nilai hasil DST (drill stem test), ataupun nilai
kemudian hasil dari persebaran risiko pada daerah penelitian. Dari integrasi
data tersebut kemudian didapatkan interval prospek dan zonasi risiko yang
Tahapan ini dilakukan dengan mengompilasi data yang sudah dianalisis dan
diinterpretasi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah parameter dan metode
Maret 2019 (Tabel 4.5), yang terbagi menjadi 5 tahapan seperti yang sudah
dijelaskan pada sub-bab sebelumnya. Dimulai dari tahap persiapan yang meliputi
kajian pustaka serta diskusi dengan calon dosen pembimbing dan pihak perusahaan
data dari perusahaan. Tahapan berikutnya merupakan tahap pengolahan dan analisis
data yang meliputi analisis bawah permukaan hingga perhitungan dan penilaian
Waktu Penelitian
Tahapan Penelitian 2018 2019
Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Tahap Persiapan
Kajian Pustaka
Rumusan Masalah dan Hipotesis
Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan Data Well Report dan
Seismik
Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Seismik dan Wireline Log
Analisis Well Report
Identifikasi Petroleum Play dan Prospect
Perhitungan Sumberdaya Hidrokarbon
Analisis dan Perhitungan Risiko
Tahapan Interpretasi Data
Integrasi Data-data
Interpretasi Prospek dan Zonasi Risiko
Tahapan Penyusunan Laporan
Pembuatan Laporan Akhir
Seminar Proposal
Seminar Hasil
Sidang Pendadaran
93
94
Penentuan dan identifikasi dari petroleum play dan petroleum prospect pada
daerah penelitian menggunakan gabungan dari berbagai data sekunder maupun data
primer. Data yang digunakan merupakan gabungan dari data sumur pemboran, data
well report, data seismik, data geokimia, maupun dari berbagai literatur yang
regional dan skala blok. Pada skala regional, identifikasi dimulai dari data-data
geokimia yang ada pada laporan tersebut pada tiap sumurnya, kemudian dilakukan
persebaran data menggunakan metode statistik. Hasil dari identifikasi pada skala
regional tersebut adalah mengetahui secara regional, batuan induk yang aktif dan
Data yang digunakan pada identifikasi batuan induk pada skala regional
Af, ASG-Bk. Data geokimia yang digunakan adalah data TOC dan Ro yang
persebaran data batuan induk tersebut dan pada interval batuan mana yang memiliki
95
96
penelitian.
Data yang digunakan pada skala blok adalah data wireline log. Dari data
menggunakan log gamma ray. Dari kedua skala data tersebut kemudian dapat
diidentifikasi potensi batuan induk, mulai dari identifikasi kehadiran batuan induk
(source rock presence), dan maturitas batuan induk (source rock maturity).
Penjelasan dari kedua identifikasi tersebut dijelaskan pada sub bab dibawah ini.
pemilahan data-data geokimia yang ada pada data laporan sumur pemboran. Dari
data batuan inti tersebut yang diambil adalah data TOC, yang kemudian dari
wilayah blok, serta kesamaan petroleum play serta lingkungan pengendapan. Dari
hal tersebut, diharapkan rerata dan persebaran data geokimia tersebut bisa
Ko, ASG-AM, ASG-Aa, ASG-Ae, dan ASG-Af. Dari ke-6 data sumur pemboran
tersebut yang digunakan adalah data TOC. Persebaran data yang dibuat adalah
menggunakan nilai kumulatif dari data TOC dengan data kedalaman. Data
kedalaman yang digunakan menggunakan satuan feet (ft). Dari data tersebut
97
didapatkan interval kedalaman dengan nilai persebaran TOC yang baik. Hasil
tersebut dapat menjadi dasar analogi interval kedalaman batuan induk dengan nilai
TOC yang baik, sehingga dapat dijadikan identifikasi awal secara regional
Tabel 5.1 di bawah ini merupakan contoh data yang didapatkan dari
Corelab, dengan contoh sumur ASG-AM, dan sumur yang lain tercantum pada
pyrolisis pada sampel batuan inti. Gambar 5.1 merupakan data kumulatif dari ke-6
sumur tersebut yang menggunakan data kedalaman dan TOC sebagai persebaran
Tabel 5.1. Tabel data geokimia dengan analisis REP dari Corelab pada sumur ASG-AM
Coal
2000
4000
6000
Depth (ft)
8000
10000
Coal
12000
Cenozoic
14000
Cretaceous
Permian-Triassic
16000
Gambar 5.1. Persebaran data kumulatif dari ke-6 sumur. Dihasilkan berupa persebaran data TOC
pada tiap sumur yang dibagi berdasarkan kronostratigrafi.
Gambar 5.1 diatas dihasilkan dari kumulatif ke-6 data TOC dari sumur
Keseluruhan data pada laporan sumur pemboran menunjukkan bahwa batuan induk
banyak terdapat pada interval Kenozoikum, Kapur, dan Perm-Trias. Pada interval
Jura tidak ditemukan karena pada sumur-sumur tersebut pada interval Jura
mengalami erosi.
batas minimal 0.1 hingga 100. Penggunaan skala logaritmik dan penentuan batas
99
tersebut didasarkan pada objek data tersebut yang berupa batuan induk, dimana
kekayaan batuan induk dinilai dari TOC yang memiliki besaran nilai persentase,
sehingga nilainya selalu lebih dari 0 dan tidak lebih dari 100 (dalam persen).
Penentuan kelas TOC didasarkan pada klasifikasi Peters & Cassa (1994), dimana
batuan induk dengan kelas buruk (poor) memiliki nilai TOC kurang dari 0.5, cukup
(fair) memiliki nilai 0.5 – 1, baik (good) memiliki nilai 1-2, dan sangat baik (very
Hasil dari data tersebut menyimpulkan bahwa batuan induk pada interval
Mesozoik melimpah pada interval Kapur dan Perm-Trias, dan pada kedalaman
10.000 ft – 15.000 ft dengan kelas potensi batuan induk cukup hingga sangat baik.
Terdapat beberapa data yang memiliki nilai lebih dari 30, hal tersebut diindikasikan
Batubara tersebut muncul sedikit pada interval Kenozoik dan Perm-Trias, dan
cukup melimpah pada interval Kapur. Nilai Hydrogen Index (HI) pada tabel 5.1
memiliki rerata nilai 50-200, dimana sesuai klasifikasi Peters dan Cassa (1994)
potensi batuan induk pada umur Kapur memiliki kelimpahan yang cukup banyak,
Pada skala yang lebih detail, pada skala blok, identifikasi kehadiran batuan
induk dimulai pada identifikasi litologi pada data wireline log. Identifikasi tersebut
tersebut.
100
Setelah mengetahui potensi batuan induk yang ada pada daerah penelitian,
hal yang dilakukan kemudian adalah mengetahui maturitas atau kematangan dari
batuan induk tersebut. Secara regional, identifikasi maturitas batuan induk juga
Data Ro atau vitrinite reflectance diambil dari data batuan induk, kemudian
mengukur intensitas cahaya yang direfleksikan kembali oleh vitrinit (maseral dari
batuan induk) pada polished section. Semakin besar nilai reflektansi cahaya
semakin besar pula nilai kematangan batuan induk. Dalam mengetahui nilai
kematangan batuan induk pada dasarnya juga bisa dilakukan dengan analisis REP
(rock eval pyrolisis) yang sudah dicantumkan pada tabel 5.1, tetapi pada penelitian
ini menggunakan data Ro karena data Ro merupakan data yang diambil langsung
yang dibuat adalah menggunakan nilai kumulatif dari data Ro dengan data
kedalaman. Data kedalaman yang digunakan menggunakan satuan feet (ft). Data
persebaran tersebut kemudian dibuat garis reratanya untuk dapat mengetahui garis
tren dari persebaran data, sehingga garis tren tersebu`t dapat dijadikan acuan untuk
eksagrasi pada kedalaman yang lebih dalam atau lebih dangkal. Dari data tersebut
101
dapat digunakan sebagai acuan garis tren maturitas batuan induk, sehingga dapat
Tabel 5.2 di bawah ini merupakan contoh data yang didapatkan dari
Corelab, dengan contoh sumur ASG-AM, dan sumur yang lain tercantum pada
vitrinite reflectance pada sampel batuan inti. Gambar 5.2 merupakan data kumulatif
dan garis tren rerata dari ke-6 sumur tersebut yang menggunakan data kedalaman
Tabel 5.2. Tabel data geokimia dengan analisis vitrinite reflectance dari Corelab pada sumur ASG-
AM
Gambar 5.2. Persebaran data kumulatif dari ke-6 sumur. Dihasilkan berupa persebaran data Ro dan
garis tren rerata pada tiap sumur yang dibagi berdasarkan kronostratigrafi. Batuan
induk pada interval Kapur dan Perm-Trias yang dominan sudah matang.
Gambar 5.1 diatas dihasilkan dari kumulatif ke-6 data Ro dari sumur
pemboran, kemudian dari persebaran data tersebut dicari garis tren. Garis tren
menggunakan format garis linier, hal tersebut dikarenakan persebaran data yang
data terdapat pada interval Kenozoikum, Kapur, dan Perm-Trias. Pada interval Jura
tidak ditemukan karena pada sumur-sumur tersebut pada interval Jura mengalami
erosi.
103
relatif sempit. Penentuan kelas Ro didasarkan pada klasifikasi oleh Dow (1977) dan
Senftle dan Landis (1991), dimana kematangan batuan induk tersebut dapat
tingkat kematangan batuan induk dengan kerogen tipe III (gas-prone) dengan kelas
immature memiliki nilai Ro kurang dari 0.8, generasi awal (early generation gas)
memiliki nilai 0.8 – 1.2, puncak generasi (peak generation gas) pada 1.2 – 2, dan
tingkat generasi akhir (late generation gas) dengan nilai lebih dari 2.
induk pada interval Mesozoik melimpah pada interval Kapur dan Perm-Trias, dan
dengan tingkat kematangan batuan induk yang matang (mature). Bisa diindikasikan
bahwa batuan induk yang matang pada umur Kapur dan Perm-Trias memiliki
kelimpahan yang cukup, walaupun lebih banyak kelimpahan batuan induk umur
Dari data sejarah pemendaman (burial history) yang diproyeksikan dari data
geokimia sumur ASG-Aa (lihat Gambar 5.3) menunjukkan bahwa batuan induk
pada interval Kapur mengalami puncak generasi pada kedalaman sekitar 13.000 ft,
dan pada 1-2 jtl (Plistosen). Batuan induk pada interval Jura mengalami puncak
generasi pada kedalaman sekitar 12.000 ft pada 10 jtl (Miosen Akhir), dan batuan
induk pada interval Perm-Trias mengalami puncak generasi pada kedalaman sekitar
ASG-Aa
(8923)
P-T - 55
Jr - 10
Cr – 1-2
Gambar 5.3. Gambar sejarah pemendaman yang diproyeksikan dari sumur ASG-Aa. Dari kurva
sejarah pemendaman tersebut didapatkan bahwa batuan induk berumur Jura dan
Kapur mulai generasi pada umur Miosen – Plistosen.
regional dan skala blok. Pada skala regional, identifikasi dimulai dari data-data
batuan inti yang ada pada laporan tersebut pada tiap sumurnya, kemudian dilakukan
persebaran data menggunakan metode statistik. Hasil dari identifikasi pada skala
berpotensi menjadi batuan inti, baik secara pelamparan dan kualitas batuan pada
Data yang digunakan pada identifikasi batuan reservoar pada skala regional
adalah data batuan inti yang dikumpulkan dari seluruh laporan sumur pemboran
(well report). Data yang digunakan pada laporan sumur pemboran adalah informasi
litologi, nilai porositas baik visual maupun secara perhitungan log atau batuan inti,
batuan reservoar tersebut dan pada interval batuan mana yang memiliki potensi,
Data yang digunakan pada skala blok adalah data wireline log. Dari data
menggunakan log resistivitas (LLD, LLS, dan MSFL), log porositas (log neutron,
densitas, dan sonic), log gamma ray dan log caliper. Dari kedua skala data tersebut
kehadiran batuan reservoar (reservoir presence), dan kualitas dari batuan reservoar
(reservoir quality).
dengan skala regional, yaitu dari rangkuman laporan sumur pemboran mengenai
sesuai batasan penelitian, yaitu pada interval Mesozoik. Dari persebaran data
ketebalan tersebut, dan dibuat kurva rerata yang diambil dari besaran probabilitas
suatu data tersebut muncul, dapat menjadi perkiraan ketebalan suatu batuan
106
Data yang diambil dari laporan sumur pemboran yaitu data gross thickness,
net thickness, dan NTG (net-to-gross ratio). Pengambilan data tersebut berdasarkan
laporan dari data pemboran maupun dari uji batuan inti. Hasil data tersebut menjadi
probabilitasnya. Nilai probabilitas yang digunakan adalah P10, P50, dan P90
(dalam persen). Nilai probabilitas tersebut diartikan sebagai kasus optimis atau
memiliki probabilitas 10% (P10), kasus tengah atau memiliki probabilitas 50%
(P50), dan kasus pesimis atau memiliki probabilitas 90% (P90). Semakin tinggi
selisih atau separasi antara P10 dan P90, berarti persebaran data tersebut tidak
merata.
kemudian dilakukan pengurutan data dari yang bernilai besar hingga kecil. Pada
jumlah data. Hasil dari data tersebut adalah untuk mengetahui persebaran data serta
• Kapur
Pada interval Kapur, kehadiran batuan reservoar tidak cukup banyak dalam
rangkuman dari semua laporan pemboran. Hal tersebut dikarenakan pada interval
perhitungan net thickness menjadi sulit dilakukan, sehingga pada interval Kapur
juga tidak banyak digunakan sebagai target pemboran. Beberapa formasi seperti
Formasi Ekmai dan Piniya yang diindikasikan sebagai batuan reservoar tidak
banyak dijumpai sebagai batuan reservoar yang ekonomis. Tabel 5.3 berikut ini
sumur pemboran ASG-Vo dan ASG-Wr. Pada laporan sumur ASG-Vo ditemukan
batupasir argilik berumur Kapur dengan nilai porositas dari log sebesar 14,3 -
14,8%, dan nilai permeabilitas sebesar 7 – 11 mD. Ketebalan batupasir tersebut 449
Kapur, serta ditemukan adanya gas show yang cukup baik pada interval tersebut.
Kedua sumur ini menunjukkan pada interval Kapur juga masih mempuyai potensi
Tabel 5.3. Rangkuman data dari laporan sumur pemboran. Informasi yang dikumpulkan berupa data
gross thickness, net thickness dan NTG pada interval Kapur.
Cretaceous
Well Gross Thickness (ft) Net Thickness (ft) NTG
ASG-TF 1225 961.6 78.5%
ASG-Ag 1420 - -
ASG-DS 1050 - -
ASG-Vo 449 350.2 78%
ASG-Wr 428 141.5 33.1%
ASG-SO 198 - -
ASG-Ko 2546 - -
ASG-Kw 6255 - -
ASG-WS 1000 - -
ASG-TE 639 - -
ASG-Ub 289 - -
119 90.4 76%
ASG-Bk
2693 2154.4 80%
ASG-Ad 2083 - -
ASG-Ir 3448 413 12%
ASG-Ba 3576 - -
ASG-SS 435 - -
ASG-Ha 1037 - -
ASG-Bu 1058 - 70.50%
ASG-Ca 1929 - -
ASG-Jb 2211 - -
ASG-Lm 700.5 - -
ASG-Jc 9065 919 10.00%
ASG-Jh 1642 - -
ASG-Jr 2539 - -
ASG-Ke 3146 1857 59.00%
ASG-La 1428 - -
ASG-Mc 1148 691 60.10%
ASG-Sa 3878 - -
ASG-Be 813 - -
Dari tabel tersebut diindikasikan bahwa pada interval Kapur, tidak banyak
dijumpai indikasi batuan reservoar, dimana minimnya informasi net thickness dan
NTG yang diakibatkan karena pada interval tersebut didominasi oleh shale atau
perselingan sand-shale dengan rasio shale yang lebih dominan. Nilai gross
thickness yang tebal pada interval Kapur diindikasikan secara regional bahwa
Cretaceous
Gross Thickness
P10 4330 P90 425
P50 1430 P10/P90 10.2
Net Thickness
P10 2200 P90 240
P50 700 P10/P90 9.2
NTG
P10 88% P90 61%
P50 73% P10/P90 1.4
Gambar 5.4-5.6. Data persebaran frekuensi kumulatif nilai gross thickness, net thickness, dan NTG
dari interval Kapur. Dari garis tren persebaran data tersebut kemudian dapat ditarik
nilai probabilitasnya.
diindikasikan bahwa pada interval Kapur secara regional tidak banyak dijumpai
110
reservoar yang ekonomis, namun ketebalan pada interval Kapur cukup tebal,
sehingga dapat digunakan sebagai batuan penudung. Persebaran data yang relatif
seragam juga dapat digunakan acuan bahwa prediksi probabilistik dari data tersebut
baik.
• Jura
Kehadiran batuan reservoar pada interval Jura cukup melimpah dari semua
laporan pemboran. Kehadiran interval Jura secara regional tidak semasif pada
interval Kapur. Hal tersebut dikarenakan intensifnya erosi pada interval ini.
Formasi pada interval Jura banyak digunakan sebagai target pemboran, seperti Grup
Kembelangan. Pada sebaran data juga terlihat pada interval Jura, kualitas dari
reservoar baik, persebaran nilai NTG yang cukup baik juga tampak.
Tabel 5.4. Rangkuman data gross thickness, net thickness dan NTG pada interval Jura.
Jurassic
Well Gross Thickness (ft) Net Thickness (ft) NTG
ASG-TE 660 - -
ASG-Ag 520 - -
ASG-DS 390 - -
ASG-Vo 358 - -
261 182.7 70%
ASG-Ub
1027 821.6 80%
ASG-Wr 148 133.2 90%
480 38.4 8%
ASG-Ad
710 56.8 8%
ASG-WS 200 - -
ASG-Bk 426 - -
ASG-Ir 653 207 79%
ASG-Ba 823.5 652.9 49%
ASG-Ha 591 290 51.4%
ASG-Ba 797 410 69%
ASG-Ca 971 462 -
ASG-Jb 5351 - 18%
ASG-Lm 1145 201 -
ASG-Jc 666 - -
ASG-Jh 466 466 77.1%
ASG-Jr 390 213 82%
ASG-La 829.7 273 13%
ASG-Sa 158 158
ASG-Be 1135 - -
111
memiliki kelimpahan yang cukup banyak, diikuti dengan nilai NTG yang cukup
baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara regional, interval Jura memiliki
potensi reservoar yang cukup baik. Walau, pada beberapa sumur pemboran,
dilaporkan ada banyaknya shale break pada interval ini, sehingga menurunkan nilai
NTG.
Gambar 5.7-5.8. Persebaran data gross thickness (kiri) dan net thickness (kanan) pada interval Jura.
Garis tren menggunakan kurva logaritmik, dihasilkan persebaran data berdasarkan
probabilitasnya.
Gambar 5.7 dan 5.8 di atas merupakan persebaran data gross thickness dan
net thickness pada interval Jura. Garis tren yang digunakan menggunakan kurva
pada gambar di atas. Pada nilai NTG (Gambar 5.9) terdapat eliminasi beberapa data
sumur pemboran yang memiliki nilai dibawah 50%, hal tersebut dikarenakan cut-
off dari reservoar agar terhitung ekonomis. Rasio antara data P10 dan P90 secara
112
baik. Dari data yang dikumpulkan mengindikasikan reservoar pada interval Jura
secara regional memiliki potensi akan kehadiran reservoar yang sangat baik.
Jurassic
Gross Thickness
P10 1300 P90 240
P50 540 P10/P90 5.4
Net Thickness
P10 670 P90 130
P50 290 P10/P90 5.2
NTG
P10 99% P90 55%
P50 72.5% P10/P90 1.8
Gambar 5.9. Persebaran data kumulatif dari NTG pada interval Jura (kiri) dan tabulasi hasil
probabilitas pada tiap data (kanan). Dilihat dari rasio probabilitasnya, diindikasikan
persebaran data probabilitas baik.
• Trias
dari seluruh data pemboran, kehadiran reservoar pada interval Trias hanya
mencakup 5 data, dimana yang cukup ekonomis hanya 1 sumur. Selain itu, interval
Trias jarang menjadi target pemboran, sehingga tidak banyak sumur yang mencapai
interval Trias. Tabel 5.5 di bawah ini menunjukkan bahwa persebaran data
Tabel 5.5. Rangkuman data gross thickness, net thickness, dan NTG pada interval Trias.
Triassic
Well Gross Thickness (ft) Net Thickness (ft) NTG
ASG-TF 711 - -
ASG-DS >3640 - -
ASG-Ad >1312 102.3 7.8%
ASG-SS 6445 2730 42%
ASG-Ke 282 236.9 84%
hingga interval Trias. Dari keseluruhan data tersebut pun hanya satu sumur yang
ketebalan yang relatif tipis. Dari data tersebut, kemudian dilakukan persebaran data
nilai probabilitasnya (lihat Gambar 5.10). Data net thickness dan NTG tidak
digunakan karena hanya terdapat satu data yang bisa digunakan, sehingga
Triassic
Gross Thickness
P10 10070 P90 430
P50 2230 P10/P90 23.4
Pada Gambar 5.10 tersebut menunjukkan bahwa rasio antara P10 dan P90
yang besar, menunjukkan validitas data kurang baik. Hal tersebut dikarenakan
minimnya jumlah dan persebaran data pada interval Trias. Minimnya data dan
buruknya persebaran data menjadikan rasio yang besar. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa pada interval Trias, potensi kehadiran batuan reservoar tidak cukup baik.
dengan skala regional, yaitu diambil dari rangkuman laporan sumur pemboran.
Data yang digunakan untuk identifikasi adalah data mengenai porositas dan
yaitu pada interval Mesozoik. Data-data tersebut dikumpulkan dari Corelab, atas
seizin dari pihak perusahaan pemberi data. Data yang digunakan tersebut
dibuat kurva rerata yang diambil dari nilai kumulatif masing-masing data tersebut.
Hasil dari data tersebut merupakan probabilitas dari masing-masing data, sehingga
kemudian dilakukan pengurutan data dari yang bernilai besar hingga kecil. Pada
115
kolom selanjutnya digunakan nilai frekuensi kumulatif sesuai dengan jumlah data.
Hasil dari data tersebut adalah untuk mengetahui persebaran data serta garis trennya
umur pada interval Mesozoik, yaitu Kapur dan Jura. Interval Trias tidak digunakan,
karena pada sub-bab sebelumnya, kehadiran reservoar pada interval Trias sangatlah
minim, sehingga tidak dapat dilakukan identifikasi kualitas reservoar secara detail.
Terdapat 8 data sumur pemboran pada interval Kapur dan 10 data sumur pemboran
• Kapur
Kualitas batuan reservoar pada interval Kapur cukup baik dalam beberapa
laporan sumur pemboran. Data yang cukup melimpah pada interval ini
pemboran ditemukan rendahnya nilai porositas dan permeabilitas pada interval ini.
Hal tersebut dikarenakan pada interval Kapur ditemukan kelimpahan shale yang
cukup melimpah, dan membuat kualitas batupasir yang ada menjadi cukup buruk
Pada Tabel 5.6 berikut ini merupakan contoh salah satu data porositas dan
permeabilitas dari sumur ASG-Te. Data porositas dan sumur pemboran yang lain
laporan sumur pemboran yang dibuat oleh kontraktor pemboran pada setiap sumur.
116
Tabel 5.6. Data porositas dan permeabilitas pada sumur ASG-Te. Data ini diambil dari uji batuan
inti oleh Corelab.
sampel batuan inti dilakukan pada setiap 2-4 ft (0.6 – 1.2 m). Nilai porositas pada
sumur tersebut menunjukkan nilai yang cukup buruk untuk kualitas suatu reservoar
yang ekonomis pada interval Kapur. Pada tabel 5.7 berikut ini merupakan
rangkuman dan rerata dari laporan sumur pemboran pada interval Kapur.
Tabel 5.7. Rangkuman dan rerata data porositas dan permeabilitas pada interval Kapur.
Summary
Age Well Avg Porosity (%) Avg Permeability (mD)
ASG-Vo 14.45 8.05
ASG-Wr 9.60 -
ASG-Bk 13.50 -
ASG-Ub 17.70 -
Cretaceous
ASG-TE 6.50 0.00
ASG-Kw 7.75 0.26
ASG-TF 11.70 -
ASG-Ir 14.66 -
Total Average 11.98 4.15
Tabel 5.5 tersebut menunjukkan rangkuman dan rerata data porositas dan
interval Kapur. Dihasilkan nilai rerata untuk nilai porositas adalah 11,98 dan rerata
nilai permeabilitas adalah 4,15. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
kualitas batuan reservoar pada interval Kapur masuk pada kelas cukup atau fair
117
persebaran data dengan nilai kumulatif dari jumlah data agar mengetahui
persebaran data dengan nilai probabilitasnya (lihat Gambar 5.11). Hasil dari kurva
probabilitas tengah (P50) yang cukup (fair), yaitu dengan nilai 13,4%. Dari nilai ini
dapat disimpulkan pada Kapur, kualitas batuan reservoar bernilai cukup (fair).
Gambar 5.11. Kurva probabilitas dari data porositas pada interval Kapur. Data ini diambil dari uji
batuan inti dari 8 sumur pemboran.
terhadap air ataupun minyak atau water saturation dan oil saturation (Sw dan So).
karena pada daerah penelitian dominan sumur eksplorasi yang sudah berumur tua,
beberapa data Sw pada interval Kapur. Ke-tiga sumur tersebut adalah sumur ASG-
TF, ASG-Ub, dan ASG-Wr. Dari ketiga sumur tersebut juga dilakukan persebaran
data dengan metode frekuensi kumulatif, dihasilkan kurva probabiltas seperti pada
Gambar 5.12. Hasil dari nilai probabilitas terdapat pada Tabel 5.8 di bawah ini.
Tabel 5.8. Data sumur dan perhitungan nilai probabilitas data Sw dan So pada interval Kapur.
Cretaceous
Sw
P10 89 P90 45.5
P50 62.6
So
P10 11 P90 54.5
P50 37.4
Gambar 5.12. Kurva distribusi kumulatif data Sw pada interval Kapur pada daerah penelitian.
• Jura
Kualitas batuan reservoar pada interval Jura mempunyai kualitas baik dalam
hampir keseluruhan laporan sumur pemboran. Data yang sangat melimpah pada
Dibandingkan dengan interval Kapur, interval Jura lebih memiliki nilai persebaran
yang relatif seragam, sehingga perbandingan atau rasio antara P90 dan P10 lebih
rendah dibanding interval Kapur. Total terdapat 10 sumur pemboran yang mencapai
interval Jura dan dapat digunakan untuk analisis kualitas batuan reservoar pada
daerah penelitian.
Tabel 5.9. Rangkuman dan rerata nilai porositas dan permeabilitas pada 10 sumur pemboran yang
mencapai interval Jura.
Summary
Age Well Avg Porosity (%) Avg Permeability (mD)
ASG-Vo 10.81 171.58
ASG-Wr 12.00 -
ASG-Bk 7.00 -
ASG-Ub 12.53 -
ASG-TE 16.99 8.13
Jurassic
ASG-Bu 11.03 -
ASG-Ba 13.69 307.44
ASG-Jb 23.17 -
ASG-Lm 11.93 -
ASG-Jh 9.93 -
Total Average 12.91 171.58
Tabel 5.9 tersebut menunjukkan rangkuman dan rerata data porositas dan
interval Jura. Dihasilkan nilai rerata untuk nilai porositas adalah 12,91 dan rerata
nilai permeabilitas adalah 171,58. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
kualitas batuan reservoar pada interval Kapur masuk pada kelas cukup atau fair
(Koesoemadinata, 1998) berdasarkan nilai porositasnya, dan masuk pada kelas baik
nilai kumulatif dari jumlah data agar mengetahui persebaran data dengan nilai
menghasilkan pada interval Kapur mempunyai nilai probabilitas tengah (P50) yang
cukup (fair), yaitu dengan nilai 13,7%, dan rasio antara P90 dan P10 yang cukup
kecil, yaitu 2,87 yang menunjukkan persebaran nilai relatif seragam. Dari nilai ini
Gambar 5.13. Kurva probabilitas dari data porositas pada interval Jura. Data ini diambil dari uji
batuan inti dari 10 sumur pemboran.
pada daerah penelitian. Ke-tiga sumur tersebut adalah sumur ASG-Ub, ASG-Vo,
dan ASG-Wr. Dari ketiga sumur tersebut juga dilakukan persebaran data dengan
5.14. Hasil dari nilai probabilitasnya terdapat pada Tabel 5.10 di bawah ini.
121
Tabel 5.10. Data sumur dan perhitungan nilai probabilitas data Sw dan So pada interval Jura.
Jurassic
Sw
P10 76 P90 24.7
P50 43.3
So
P10 24 P90 75.3
P50 56.7
Gambar 5.14. Kurva distribusi kumulatif data Sw pada interval Jura pada daerah penelitian.
kemudian data-data porositas dari keseluruhan laporan sumur pemboran yang ada,
dan juga menggunakan interval Kenozoik, dilakukan kompilasi data dengan data
dibuat sebelumnya, selain itu juga berguna untuk melakukan prediksi nilai porositas
Gambar 5.15. Persebaran data porositas dan kedalaman. Kurva antara porositas dan kedalaman
dapat menghasilkan prediksi porositas berdasarkan fungsi kedalaman.
kedalamannya. Dari persebaran data tersebut didapatkan kurva rerata total yang
dijadikan sebagai acuan penentuan kurva P50. Setelah itu, dilakukan rerata
kedalaman pada tiap interval. Pada interval Kapur, nilai rerata kedalamannya
berada di 9435 ft, dan untuk interval Jura, nilai rerata kedalamannya 10.020 ft. Dari
Pada kedalaman 9435 ft pada interval Kapur didapatkan nilai porositas P90
dengan nilai 6.6%, P50 pada 3.3%, dan P10 pada 20.8%. Pada kedalaman 10.020
ft pada interval Jura didapatkan nilai porositas P90 dengan nilai 5.2%, P50 pada
12%, dan P10 pada 19%. Kurva tersebut dapat dijadikan acuan prediksi porositas
tersebut juga tidak jauh berbeda dengan nilai prediksi yang dilakukan dengan cara
yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan memisah pada setiap interval
validitas persebaran data yang baik, dikarenakan dengan dua metode menghasilkan
V.3. Penudung
dimana pada interval Miosen dengan batugampingnya yang sangat tebal, serta pada
interval Kapur juga terdapat shale yang sangat tebal. Informasi tersebut didapatkan
dari beberapa sumur eksplorasi yang berada dekat dengan daerah penelitian, dan
secara regional juga memiliki kesamaan. Pada penelitian ini menggunakan pustaka
Pada sumur ASG-Kw dan ASG-Ko terlihat pada interval Kapur memiliki
shale yang cukup tebal, sesuai dengan kondisi stratigrafi regional (Harahap, 2012).
Shale yang tebal tersebut diindikasikan sesuai untuk dijadikan batuan penudung
untuk petroleum system pada daerah penelitian. Ketebalan shale pada kedua sumur
tersebut lebih dari 1.000 ft. Pada Gambar 5.16 di bawah ini merupakan modifikasi
dari stratigrafi regional oleh Harahap (2012) dengan sumur ASG-Kw dan ASG-Ko.
124
TD
(9829 ft)
TD
(14570 ft)
Gambar 5.16. Gambar stratigrafi regional yang menggambarkan kehadiran shale sebagai batuan
penudung pada daerah penelitian. Validasi stratigrafi regional menggunakan sumur
ASG-Ko dan ASG-Kw (Harahap, 2012, dengan modifikasi).
Secara lebih detail, pada skala sumur, analisis wireline log pada sumur
bahwa tipe penudung pada daerah penelitian merupakan tipe regional, karena
pelamparannya yang luas, dan ketebalan penudung yang sangat cukup untuk
125
menahan daya apung dari akumulasi hidrokarbon di bawahnya. Pada Gambar 5.17
di bawah ini ditunjukkan detail litologi pada sumur ASG-Kw dan ASG-Ko,
Gambar 5.17. Analisis wireline log pada sumur ASG-Kw dan ASG-Ko. Analisis ini menggunakan
log GR untuk penentuan jenis litologi.
V.4. Migrasi
terletak pada batuan berumur Perm-Trias dan Kapur. Diperkirakan kedua batuan
induk tersebut mengalami migrasi secara vertikal maupun lateral. Berdasarkan dari
126
data burial history, batuan induk umur Perm-Trias sudah matang sejak 55 jtl, pada
umur Eosen Awal, serta batuan induk berumur Kapur sudah matang sejak 1-2 jtl
atau pada umur Plistosen, dan batuan induk berumur Jura matang sejak 10 jtl atau
dapat terjadi pada sesar-sesar disekitar area Blok Asgani, yang mempercepat
banyak terjadi pada interval yang sama antara batuan induk dan batuan reservoar.
Contohnya pada interval Mesozoik, yang terdapat potensi batuan induk dan batuan
Blok
Miocene-
Asgani Oligocene-Miocene
Pliocene
Cretaceous
Jurassic Permo-
Triassic Devonian
Pre-Devon
Gambar 5.18. Ilustrasi migrasi secara regional pada Blok Asgani. Diindikasikan terdapat akumulasi
hidrokarbon pada interval Mesozoik.
terjadi pada Blok Asgani, dengan skala yang regional. Pada Blok Asgani tersebut
hidrokarbon. Dan juga terdapat sesar-sesar yang dapat menjadi sekat (seal) pada
batuan reservoar.
127
waktu geologi, atau sering disebut petroleum system time chart atau critical time
chart. Grafik tersebut merupakan rangkuman dari semua petroleum system yang
critical moment pada umur Neogen. Hal tersebut menunjukkan bahwa akumulasi
hidrokarbon terjadi pada kurun waktu yang belum lama dari masa sekarang.
Gambar 5.19. Critcal time chart pada Blok Asgani. Menunjukkan momen kritis preservasi
hidrokarbon terjadi pada umur Neogen.
Dari hasil critical time chart tersebut (Gambar 5.19) menunjukkan bahwa
petroleum system pada prospek di Blok Asgani berjalan dengan baik dan dapat
mengetahui bahwa petroleum system berjalan dengan baik pada daerah penelitian,
128
prospek.
berada di sebuah closure pada suatu reservoar. Berdasarkan data seismik pada Blok
karakteristik yang tidak jauh berbeda dari segi kualitas seismiknya. Gambar 5.20
dihasilkan peta grid pada masing-masing closure. Peta grid tersebut dibuat
berdasarkan identifikasi closure dari adanya beda tinggi yang diharapkan dapat
Jurassic Triassic
Gambar 5.20. Identifikasi closure dari seismik pada Blok Asgani, depth structure map tersebut berada pada interval Kapur Akhir, Kapur Awal, Jura, dan Trias.
Diidentifikasi terdapat 2 closure yang memiliki volume yang ekonomis.
129
130
dengan ketentuan closure ditutup minimal 3-way dip. Penentuan tersebut dilihat
dari peta depth structure (Gambar 5.21), dengan analisis struktur dengan peta
konsisten pada interval Mesozoik. Dari identifikasi tersebut dihasilkan dua closure
yang memungkinkan.
B A
Gambar 5.21. Line seismik pada Blok Asgani yang berarah baratlaut – tenggara. Pada line seismik
tersebut tampak adanya dua closure. Pada closure A dibatasi oleh struktur sesar besar
dan closure B merupakan 4-way dip.
tersebut haruslah menerus baik dari sisi utara-selatan maupun barat-timur, dan
131
berada pada suatu sistem jebakan yang baik. Selain itu, secara keekonomisan juga
perlu dipertimbangkan, yaitu besaran dari closure tersebut harus mampu menjadi
jebakan hidrokarbon dengan jumlah yang ekonomis. Secara seismik, dengan depth
map harus terlihat suatu anomali beda tinggi yang cukup yang menandakan adanya
Early Cretaceous
A
Late Cretaceous A
B B
Jurassic Triassic
Gambar 5.22. Analisis seismik 2D anti-aliasing, untuk mengetahui anomali beda tinggi pada setiap
closure yang ada.
Dari data anomali yang dihasilkan dari metode anti-aliasing data seismik,
dihasilkan terlihat adanya perbedaan tinggi yang digambarkan dengan warna merah
pada Gambar 5.22. Perbedaan tinggi yang mencolok tersebut dapat sebagai
identifikasi awal untuk penentuan closure suatu prospek. Dihasilkan juga bahwa
pada interval Trias, closure A dan B memiliki kesinambungan. Hal tersebut juga
diverifikasi pada seismik 2D maupun 3D yang ada. Pada interval Trias, kedua
menunjukkan pada interval Trias memiliki data yang sangat minim. Hal tersebut
dikarenakan minimnya sumur pemboran yang mencapai pada interval tersebut. Hal
132
inilah yang menyebabkan identifikasi prospek pada interval Trias tidak diteliti lebih
lanjut. Pada interval Kapur, terdapat dua bagian yang teridentifikasi memiliki
potensi prospek, yaitu pada Kapur Akhir dan Kapur Awal. Pada dua interval
tersebut memiliki petroleum system yang menarik dan memiliki closure yang cukup
bagus.
Dari dua closure tersebut dipilih salah satu closure yang memiliki potensi
lebih baik, yaitu closure A. Hal tersebut dikarenakan secara prospek, closure A
memiliki konfigurasi petroleum play yang lebih baik. Mulai dari kondisi
bab selanjutnya, closure A yang akan menjadi fokus utama dalam identifikasi
ini menggabungkan perhitungan dan penilaian yang sudah dilakukan pada bab
pada interval Mesozoik, khususnya pada Kapur dan Jura. Minimnya data dan
data seismik yang diolah menggunakan peranti lunak Petrel 2015. Pengukuran
volumetrik tersebut dibatasi oleh batas closure yang ditentukan nilai kedalamannya
peranti lunak REP 5. Peranti lunak tersebut dapat melakukan simulasi Monte Carlo
133
dan menghasilkan berbagai nilai probabilistik pada tiap parameternya. Nilai total
setiap prospek.
statistik. Analisis risiko ini dinamakan Play-Based Exploration, yaitu analisis risiko
yang difokuskan kepada pendekatan mengenai petroleum play dan fokus kepada
tersebut, agar dapat mengidentifikasi daerah yang favorable agar dapat dilakukan
statistik, yaitu dengan simulasi Monte Carlo, dengan dibantu oleh peranti lunak
REP5. Dengan peranti tersebut, yang dilakukan adalah melakukan input parameter
sudah ditentukan oleh peranti lunak tersebut. Hasil dari perhitungan dihasilkan
persebaran nilai probabilitas, mulai dari P10, P50, P90, nilai rata-rata, nilai modus,
Analisis risiko tersebut mengacu pada metode analisis risiko versi dari Otis
dan Schneidermaan (1997) dan CCOP (2000) dengan modifikasi. Kedua metode
masing-masing metode tersebut dinilai dan dihitung nilai dari parameter risiko
secara geologi secara independen. Dengan harapan nilai dari masing-masing risiko
134
tersebut merupakan nilai yang dinilai valid secara data dan didasarkan dengan
tahap analisis risiko selanjutnya, yaitu dengan pendekatan spasial. Pada tahap ini
dibantu dengan peranti lunak oleh ArcMap 10.3 dengan ekstensi Player GIS-Pax
yang disediakan oleh perusahaan pemberi data. Dengan peranti lunak tersebut
kemudian input peta lingkungan pengendapan yang sesuai dan sudah didefinisikan
kemudian dilakukan overlay untuk menghasilkan peta risiko total atau CRS
(common risk segment) map. Dari peta CRS tersebut merupakan hasil akhir dari
setiap interval umur di Mesozoik, dimana pada penelitian ini difokuskan pada umur
Kapur dan Jura. Pada setiap interval umur tersebut akan dijelaskan mengenai
135
melakukan perhitungan luasan atau volumetrik dari prospek. Langkah selanjutnya
perhitungannya.
Langkah pertama dalam peranti lunak tersebut adalah mengisi data dasar
mengenai suatu prospek, seperti lokasi, nama cekungan, status prospeksi, dan
ketinggian muka air laut. Langkah kedua adalah pengisian data yang lebih detail
lagi mengenai kondisi geologi dan petroleum system prospek tersebut, seperti jenis
dan geometri trap, jenis dan kualitas reservoar, jenis dari seal, serta jenis batuan
Langkah ketiga adalah input data mengenai reservoar atau gross rock
volume (GRV). Pada langkah ini akan akan diberi pilihan mengenai model GRV
yang akan dipilih, dalam penelitian ini menggunakan input model mengenai area,
ketebalan reservoar, serta shape factor. Dalam langkah ini dimasukkan input data
mengenai bentuk dari persebaran data. Pada data yang memiliki satuan metrik,
bentuk persebarannya data berupa lognormal, dan pada data dengan satuan
persentase, berupa beta. Serta, pada langkah ini juga dapat menentukan input data
yang dilakukan, akankah input pada P90/P10, P99/P1, serta jika bentuk persebaran
berupa beta apakah inputnya berupa data min/max (lihat Gambar 6.1).
136
Gambar 6.1. Salah satu pengisian data pembuatan model pada GRV pada peranti lunak REP5.
pada daerah penelitian, apakah berisi minyak, gas, atau keduanya. Langkah kelima
adalah mengisi informasi mengenai data petrofisik, seperti NTG, porositas, dan Sw.
Nilai tersebut diambil dari identifikasi yang dilakukan pada bab selanjutnya.
sudah bisa dilakukan. Terdapat input data analisis risiko yang dapat dimasukkan
pada peranti lunak tersebut, hingga kemudian dapat menghasilkan nilai sumberdaya
Pada sub-bab selanjutnya kemudian akan dibahas detail mengenai hasil perhitungan
137
VI.1.1. Sumberdaya hidrokarbon prospek Kapur
interval umur yang menarik, yaitu pada Kapur Akhir dan Kapur Awal. Identifikasi
kedua prospek tersebut didapatkan dari adanya potensi closure pada data seismik.
Perhitungan pertama yang dilakukan adalah menghitung luasan dan volume dari
prospek tersebut. Perhitungan luasan tersebut menggunakan salah satu fungsi pada
peranti lunak Petrel 2015. Pada fungsi tersebut menggunakan masing-masing grid
potensi pada interval Kapur, yaitu Kapur Akhir dan Kapur Awal.
Gambar 6.2. Peta bawah permukaan pada interval Kapur Akhir, dengan identifikasi closure prospek
pada interval tersebut.
138
Dari peta bawah permukaan tersebut dihasilkan perhitungan area atau
luasan dari daerah prospek, serta perhitungan volume dari daerah prospek tersebut.
mendekati kondisi asli di lapangan. Perhitungan tersebut terdapat pada Tabel 6.1
dan 6.2. Pada tabel tersebut terdapat beberapa satuan, yaitu feet (ft), metrik (m dan
km), serta acre. Hal tersebut digunakan untuk menyesuaikan beberapa perhitungan
Tabel 6.1. Tabel hasil perhitungan volumetrik pada prospek Kapur Akhir.
Area Volume Thickness
Horizon Base (ft)
Ft² Km² Acre Ft³ Km³ Acre-feet Ft m
Late Cretaceous 8,950 288,104,000 26.77 6614 26,468,700,000 0.75 607,638 274 83.5
Early Cretaceous 13,900 448,406,000 41.66 10294 64,132,600,000 1.82 1,472,282 274 83.5
Gambar 6.3. Peta bawah permukaan pada interval Kapur Awal, dengan identifikasi closure prospek
pada interval tersebut.
139
Setelah mengetahui semua parameter petroleum system yang diperlukan
ketebalan, porositas, saturasi air, net-to-gross, dan beberapa parameter lain. Setiap
didasarkan pada mekanisme closure tersebu. Nilai P90 didapatkan pada closure
terkecil yang bisa didapatkan, atau kemungkinan 4-way dip, nilai P10 didapatkan
pada jangkauan closure terluas atau spill point, sedangkan nilai P50 didapatkan
pada closure diantara P10 dan P90 tersebut (lihat Gambar 6.4 dan Tabel 6.2).
Gambar 6.4. Peta closure probabilitas dari prospek di Kapur Akhir dan Kapur Awal.
Tabel 6.2. Perhitungan volumetrik dengan skema probabilistik dari masing-masing closure pada
prospek di Kapur Akhir dan Kapur Awal.
Volume
Horizon Probability Area (acre) Area (Ft2)
Ft3 Acre-Feet
P90 2708.1 117,963,000 6,634,380,000 152,304
Late Cretaceous P50 4312.2 187,840,000 14,368,500,000 329,855
P10 6614.0 288,104,000 26,468,700,000 607,638
P90 4,827 210,266,000 23,947,600,000 549,761
Early Cretaceous P50 5,566 242,469,000 33,038,300,000 758,455
P10 10,294 448,406,000 64,132,600,000 1,472,282
140
Setelah mengetahui nilai probabilistik dari volume dari masing-masing
Dengan peranti lunak ini kemudian didapatkan nilai persebaran probabilistik dari
menggunakan satuan acre dan diisi pada nilai P90, P50, dan P10. Pada parameter
ketebalan (thickness) yang digunakan berupa gross thickness dan inputnya pada
nilai P90, P50, dan P10. Pada perhitungan yang digunakan berupa data min, maks,
dan modus dari data yang ada. Input data tersebut juga sama dengan parameter
dengan satuan persen, seperti pada porositas dan Sw. Hal tersebut dilakukan karena
dalam nilai persen, nilai persebaran kumulatif tidak menunjukkan nilai yang cukup
baik.
berdasarkan pada beberapa studi literatur dan beberapa data yang sudah dijelaskan
Akhir dan Kapur Awal tidak menunjukkan banyak perbedaan, hal tersebut
dikarenakan beberapa parameter menunjukkan nilai yang sama, yaitu pada nilai
141
Sumberdaya hidrokarbon pada Kapur Akhir memiliki hasil sebesar 127 bcf
(billion cubic feet) pada P90, 540 bcf pada P50 dan 2.234 bcf pada P10. Perhitungan
ini menggunakan pengacakan angka pada metode Monte Carlo 5.000 kali. Pada
prospek Kapur Awal memiliki nilai sumberdaya hidrokarbon yang lebih besar,
yaitu 210 bcf pada P10, 921 bcf pada P50 dan 3.852 bcf pada P10. Hal tersebut
karena pada Kapur Awal nilai area yang lebih besar, dan ketebalan yang juga lebih
besar.
Tabel 6.3. Hasil perhitungan pada sumberdaya hidrokarbon menggunakan peranti lunak REP5 pada
prospek Kapur Awal dan Kapur Akhir.
prospek yang diidentifikasi. Pada interval Jura sendiri memiliki area prospek yang
lebih luas dibanding pada interval Kapur, baik Kapur Akhir maupun Kapur Awal.
Identifikasi closure pada prospek Jura dilakukan menggunakan peranti lunak Petrel
2015. Perhitungan luasan atau volumetrik dari prospek Jura juga dilakukan
142
Gambar 6.5. Peta bawah permukaan pada interval Jura, dengan identifikasi closure prospek pada
interval tersebut.
seperti pada interval Kapur. Penentuan nilai P90 didapatkan pada closure terkecil
yang bisa didapatkan, atau kemungkinan 4-way dip, nilai P10 didapatkan pada
jangkauan closure terluas atau spill point, sedangkan nilai P50 didapatkan pada
closure diantara P10 dan P90 tersebut (lihat Gambar 6.6). Setelah mengetahui
143
Gambar 6.6. Peta closure probabilitas dari prospek di interval Jura.
Tabel 6.4. Perhitungan volumetrik dengan skema probabilistik dari masing-masing closure pada
prospek di Jura.
Volume
Horizon Probability Area (acre) Area (Ft2)
Ft3 Acre-Feet
P90 6,531.31 284,504,000 47,265,800,000 1,085,073
P50 7,964.23 346,922,000 63,330,500,000 1,453,868
Jurassic
P10 11,917.75 519,137,000 91,153,800,000 2,092,603
Mean 8,804.43 383,521,000 67,250,033,333 1,543,848
asumsi bahwa sumberdaya yang ditemukan berisi gas. Justifikasi tersebut dilakukan
berdasarkan pada beberapa studi literatur dan beberapa data yang sudah dijelaskan
Sumberdaya hidrokarbon pada Jura memiliki hasil sebesar 554 bcf (billion
cubic feet) pada P90, 1.576 bcf pada P50 dan 4.491 bcf pada P10. Perhitungan ini
menggunakan pengacakan angka pada metode Monte Carlo 5.000 kali. Nilai
144
sumberdaya hidrokarbon pada interval Jura memiliki nilai yang lebih besar
petroleum system yang berjalan pada interval ini memiliki kualitas yang lebih baik,
serta didukung dengan luasan area yang juga lebih luas (lihat Tabel 6.5).
Tabel 6.5. Hasil perhitungan pada sumberdaya hidrokarbon menggunakan peranti lunak REP5 pada
prospek Jura
Jurassic
Area Thickness
Min 4,364 Max 17,837 Min 77.32 Max 4,035
P99 5,110 P1 15,232 P99 120.5 P1 2,589
P90 6,531 P10 11,918 P90 240 P10 1,300
P50 8,823 Mean 9,069 P50 558.6 Mean 694.1
Mode 8,350 SD 2,158 Mode 361.7 SD 512
NTG Porosity
Min 49 Max 90 Min 5.4 Max 34.2
P99 58.04 P1 88.15 P99 6.40 P1 26.79
P90 66.25 P10 85.51 P90 8.27 P10 21.61
P50 77.22 Mean 76.5 P50 13.86 Mean 14.47
Mode 80 SD 7.28 Mode 11.8 SD 5.06
Sw TOTAL RESOURCE (bcf)
Min 20 Max 65 P90 554
P99 30.7 P1 63.3 P50 1,576
P90 40.06 P10 60.74 P10 4,491
P50 52.06 Mean 51.17 Mean 2,188
Mode 55.5 SD 7.85
hidrokarbon yang lebih besar dibanding interval Kapur. Hal tersebut menunjukkan
pada interval ini memiliki potensi yang lebih baik dan memiliki nilai ekonomis
yang tinggi pada tahap sumberdaya dan baik untuk dilakukan tahap eksplorasi
lanjut.
145
perbandingan dengan perhitungan sumberdaya sumur yang sudah berproduksi.
Sumur produksi yang digunakan adalah sumur pada lapangan terdekat, sumur yang
digunakan adalah sumur-sumur yang berada pada Cekungan Bintuni dan Cekungan
Seram. Terdapat total lima sumur produksi pada Cekungan Seram, dan 11 sumur
produksi pada Cekungan Bintuni. Pada Tabel 6.6 di bawah ini merupakan nilai
Tabel 6.6. Perhitungan sumberdaya hidrokarbon dari sumur produksi terdekat dari. Digunakan
lapangan gas bumi yang telah berproduksi pada Cekungan Seram dan Bintuni.
Seram Basin
Gas In Place
Field Age Type
(Bscf)
Lofin 1ST1 Jurassic Gas 3,070
Nief Timur 1 Jurassic Gas 8
Oseil Jurassic Gas 16
Bintuni Basin
Gas In Place
Field Age Type
(Bscf)
Asap 1XST1 Jurassic Gas 2,200
Bedidi Deep 1 Jurassic Gas 75
Kido 1X Jurassic Gas 600
Merah 1XST2 Jurassic Gas 1,500
Ofaweri 1 Jurassic Gas 680
Roabiba 1 Jurassic Gas 686
Ubadari 1 Jurassic Gas 932
Vorwata Jurassic Gas 16,750
Wiriagar Deep Jurassic Gas 5,400
Wos Jurassic Gas 58
Asgani Area
Gas In Place
Field Age Type
(Bscf)
Asgani Late Cretaceous Gas 540
Asgani Early Cretaceous Gas 921
Asgani Jurassic Gas 1,576
sumberdaya pada Blok “Asgani” dengan sumur produksi lain dengan target
reservoar yang sama. Prospek reservoar yang digunakan adalah prospek pada umur
Jura. Hal tersebut dikarenakan reservoar utama pada sekitar daerah penelitian
146
Hasil dari pesebaran nilai sumberdaya hidrokarbon adalah perhitungan pada
Blok “Asgani” terdapat pada skema probabilitas 35.71%. Nilai tersebut dapat
diartikan bahwa perhitungan relatif optimistis, karena berada di atas 50%, tetapi
dikatakan cukup baik mengingat data yang digunakan mayoritas adalah data analog
dari data-data laporan sumur pemboran. Gambar 6.7 di bawah ini adalah kurva
Gambar 6.7. Gambar kurva probabilitas dari field size distribution pada prospek Jura.
Dihasilkanperhitungan pada Blok “Asgani” berada pada nilai probabilitas 35.71%.
yang pertama adalah analisis risiko pada petroleum play, yang kedua merupakan
analisis risiko pada prospect. Dari kedua skala tersebut tidak terdapat banyak
perbedaan. Analisis risiko pada skala petroleum play menggunakan peranti lunak
147
ArcMap 10.3 dengan ekstensi Player GIS-Pax, REP5, sedangkan pada prospek
menggunakan dua metode, yaitu Otis dan Schneidermaan (1997) dan CCOP (2000).
metode atau alat. Hal tersebut dilakukan untuk validasi analisis risiko yang
kualitas data analisis risiko. Berikut ini merupakan penjelasan mulai dari skala
petroleum play kemudian skala prospek. Data data skala yang lebih luas, yaitu skala
petroleum play, kemudian menuju skala yang lebih detail pada prospek.
Analisis risiko pada skala petroleum play meliputi analisis dengan skala
regional, atau multi basinal. Pada analisis pada skala ini menggunakan bantuan
peranti lunak ArcMap 10.3 dengan ekstensi GIS-Pax Player yang disediakan oleh
pihak perusahaan pemberi data. Selain menggunakan peranti lunak tersebut, juga
digunakan peranti lunak REP5 untuk input parameter petroleum play secara umum
Data utama yang digunakan pada GIS-Pax Player adalah peta lingkungan
pengendapan, post-drill analysis, serta peta dasar atau juga bisa digunakan
seismik 3D, terutama pada daerah penelitian atau pada Blok “Asgani”. Peta
148
lingkungan pengendapan tersebut menjadi peta dasar yang dijadikan acuan utama
dalam analisis risiko play-based. Selain peta lingkungan pengendapan, data laporan
sumur permboran juga dijadikan acuan utama sebagai post-drill analysis. Analisis
masing sumur pemboran. Dan yang terakhir adalah nilai risiko estimasi masing-
Parameter utama dalam analisis risiko pada GIS-Pax Player terdiri dari 4
dan mekanisme jebakan. Pada parameter batuan reservoar, hal utama yang
sudah terakumulasi pada batuan reservoar, hasil dari migrasi hidrokarbon dari satu
atau lebih batuan induk. Pada parameter batuan penudung berupa kehadiran batuan
dari lingkungan pengendapan yang sangat luas dengan skala regional yang meliputi
Indonesia Timur dan Utara Benua Australia. Lingkungan pengendapan pada daerah
deltaic, paralic sandy shelf, dan muddy shelf. Ketiga lingkungan pengendapan
tersebut merupakan bagian dari deposisi delta pada paparan benua Australia.
149
Gambar 6.8 – Gambar 6.10 merupakan peta lingkungan pengendapan dari
pada bagian utara paparan Australia, dengan tipe material organiknya berupa
tanaman tinggi sehingga hampir seluruh sumur pemboran yang berada pada utara
paparan Australia sangat melimpah akan gas dan sangat sedikit akan kandungan
pengendapan tersebut kemudian dilakukan validasi dengan data seismik yang ada.
Batas peta CRS yang dihasilkan dari skala regional menggunakan batas
cekungan. Cekungan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua cekungan,
tersebut yang digunakan karena pada peta lingkungan pengendapan oleh Barber dan
Winterhalder (2013), daerah Blok “Asgani” berada pada batas dan diantara ke
cekungan tersebut. Kedua cekungan tersebut digunakan sebagai batas dari analisis
oleh peranti lunak tersebut. Hasil tampalan dari kedua cekungan tersebut kemudian
150
Gambar 6.8. Peta lingkungan pengendapan pada Jura Akhir – Kapur Awal. Lingkungan pengendapan pada daerah penelitian didominasi daerah paralic sandy shelf.
(Barber dan Winterhalder, 2013 dengan modifikasi)
151
Gambar 6.9. Peta lingkungan pengendapan pada Jura Awal – Jura Tengah. Lingkungan pengendapan pada daerah penelitian didominasi daerah fluvio deltaic. (Barber
dan Winterhalder, 2013 dengan modifikasi)
152
Gambar 6.10. Peta lingkungan pengendapan pada Jura - Trias Tengah. Lingkungan pengendapan pada daerah penelitian didominasi daerah fluvio deltaic (Barber dan
Winterhalder, 2013 dengan modifikasi)
153
154
sumur-sumur pemboran yang berada pada sepanjang utara paparan Australia. Total
ditentukan pada peranti lunak GIS-Pax Player. Sumur tersebut adalah sumur ASG-
Jb, ASG-Lm, ASG-Ke, ASG-La, ASG-Mc, dan ASG-Bu. Semua sumur tersebut
dilakukan identifikasi petroleum system dari hasil laporan sumur pemboran pada
pada post-drill analysis. Ke-empat bagian dari wagon wheels mewakili masing-
masing petroleum system. Dan pada tiap bagian tersebut juga dapat dibagi lagi
Gambar 6.11. Petunjuk identifikasi post-drill. Dalam wagoon wheels tersebut mewakili petroleum
system pada masing-masing sumur.
155
menggunakan peranti lunak REP5. Penilaian parameter risiko pada peranti lunak
tersebut menggunakan pertimbangan data yang ada secara umum pada skala
prospek. Selain itu, juga terdapat petunjuk mengenai pengisian penilaian risiko
tersebut. Parameter yang digunakan pada skala petroleum play hanya menggunakan
tiga parameter, yaitu batuan reservoar, batuan penudung, dan batuan induk. Ketiga
parameter tersebut dirangkum dalam Tabel 6.7 di bawah ini. Dan berikutnya,
Tabel 6.7. Tabel penilaian risiko pada daerah penelitian. Penilaian risiko menggunakan peranti
lunak REP5.
Reservoir Seal Source
Play Play Chance
Presence Effective Total Presence Effective Total Presence Maturation Migration Total
Late Cretaceous 80% 65% 52% 85% 85% 72% 90% 90% 77% 62.4% 23.4%
Early Cretaceous 65% 45% 29% 100% 90% 90% 90% 90% 85% 68.9% 18.1%
Jurassic 90% 80% 72% 100% 90% 90% 100% 90% 88% 79.2% 51.3%
pada daerah penelitian. Pada parameter kehadiran batuan reservoar, nilai risiko
pada skala petroleum play bernilai cukup tinggi, pada nilai antara 60 – 80. Penilaian
didominasi oleh nilai risiko yang cukup rendah, yaitu pada nilai 55 – 70. Risiko
sama untuk kedua cekungan, yaitu dengan nilai 80. Nilai tersebut didapat dari
156
laju migrasi hidrokarbon pada suatu reservoar. Dari lingkungan pengendapan juga
terlihat pelamparan lingkungan muddy shelf yang sangat luas. Pada parameter
charging memiliki nilai antara 78 – 85 pada sekitar Blok “Asgani”, namun pada
bagian Barat Daya dari cekungan Aru-Tanimbar memiliki nilai 55. Hal tersebut
Nilai risiko total pada umur Kapur Akhir memiliki nilai antara 55 – 70. Pada
Blok “Asgani” sendiri memiliki nilai risiko total 65. Gambar 6.12 (a-f) merupakan
peta CRS masing-masing parameter dan peta CRS total dari petroleum play pada
Kapur Akhir.
dan paralic sandy shelf. Blok “Asgani” berada diantara kedua lingkungan
pengendapan tersebut atau berada pada daerah transisi. Pada parameter kehadiran
batuan reservoar, nilai risiko pada skala petroleum play bernilai cukup rendah, pada
nilai antara 45 – 65. Penilaian tersebut didapat dari berbagai sumur pemboran yang
intensifnya ketidakselarasan yang berlangsung pada Kapur Awal. Hal tersebut juga
tidak jauh berbeda pada parameter efektivitas reservoar, didominasi oleh nilai risiko
yang rendah, yaitu pada nilai 40 – 45. Risiko keberhasilan yang rendah tersebut
diagenesis pada batupasir serta berkurangnya kualitas batuan reservoar akibat dari
(c) (d)
Gambar 6.12 (a-d). Peta CRS pada masing-masing parameter petroleum system pada Kapur Akhir. (a). Kehadiran reservoar (b). Efektivitas reservoar. (c). Batuan
penudung. (d). Mekanisme jebakan.
157
(e)
(f)
Gambar 6.12 (e-f). (lanjutan) Peta CRS pada masing-masing parameter petroleum system pada Kapur Akhir. (e). Pengisian hidrokarbon. (f). Peta CRS total pada Kapur
Akhir.
158
159
hampir sama untuk kedua cekungan, yaitu dengan nilai antara 80 - 85. Nilai tersebut
didapat dari melimpahnya batuan yang mampu menjadi penudung atau mampu
pengendapan juga terlihat pelamparan lingkungan muddy shelf yang sangat luas.
Pada parameter charging memiliki nilai antara 80 – 82 pada sekitar Blok “Asgani”.
Nilai risiko total pada umur Kapur Awal memiliki nilai yang rendah, yaitu
antara 40 – 45. Pada Blok “Asgani” sendiri memiliki nilai risiko total 45. Gambar
6.13 (a-f) merupakan peta CRS masing-masing parameter dan peta CRS total dari
pada Blok “Asgani”. Pada parameter kehadiran batuan reservoar, nilai risiko pada
skala petroleum play bernilai cukup tinggi, nilai antara 74 – 90. Penilaian tersebut
reservoar banyak ditemukan dan menjadi reservoar dari beberapa giant field seperti
pada Lapangan Tangguh dan Lapangan Abadi, kedua lapangan tersebut memiliki
reservoar utama pada batupasir umur Jura., namun pada sisi Barat Daya Cekungan
Aru – Tanimbar nilai menjadi cukup rendah, dikarenakan masuk pada lingkungan
nilai risiko yang cukup, yaitu pada nilai 68 – 76. Risiko keberhasilan yang cukup
diagenesis pada batupasir serta berkurangnya kualitas batuan reservoar akibat dari
(c) (d)
Gambar 6.13 (a-d). Peta CRS pada masing-masing parameter petroleum system pada Kapur Awal. (a). Kehadiran reservoar (b). Efektivitas reservoar. (c). Batuan
penudung. (d). Mekanisme jebakan.
160
(e)
(f)
Gambar 6.13 (e-f). (lanjutan) Peta CRS pada masing-masing parameter petroleum system pada Kapur Awal. (e). Pengisian hidrokarbon. (f). Peta CRS total pada Kapur
Awal.
161
162
hampir sama untuk kedua cekungan, yaitu dengan nilai antara 78 untuk mekanisme
jebakan dan nilai 90 untuk batuan penudung. Nilai tersebut didapat dari
laju migrasi hidrokarbon pada suatu reservoar. Batuan penudung tersebut banyak
terdapat pada lapisan batuan yang berumur lebih muda, yaitu pada Kapur. Pada
Nilai risiko total pada umur Jura memiliki nilai yang cukup baik, yaitu
antara 68 – 78. Pada Blok “Asgani” sendiri memiliki nilai risiko total 78. Dari
keseluruhan petroleum play pada interval Mesozoik, petroleum play Jura yang
memiliki risiko keberhasilan secara geologi yang paling baik dibanding pada
interval umur lain. Gambar 6.14 (a-f) merupakan peta CRS masing-masing
parameter dan peta CRS total dari petroleum play pada Jura.
Analisis risiko pada skala prospek ini menggunakan dua metode, yaitu Otis
dan Schneidermaan (1997) dan CCOP (2000) yang telah dimodifikasi. Modifikasi
tersebut disesuaikan dengan kondisi daerah penelitian yang masih minim kegiatan
eksplorasi. Gambar 6.15 di bawah ini merupakan hasil penjabaran dari tabel Otis
6.16 merupakan hasil penjabaran dari analisis risiko CCOP (2000) yang disertakan
penjelasannya.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 6.14 (a-d). Peta CRS pada masing-masing parameter petroleum system pada Jura. (a). Kehadiran reservoar (b). Efektivitas reservoar. (c). Batuan penudung.
(d). Mekanisme jebakan.
163
(e)
(f)
Gambar 6.14 (e-f). (lanjutan) Peta CRS pada masing-masing parameter petroleum system pada Jura. (e). Pengisian hidrokarbon. (f). Peta CRS total pada Jura.
164
165
menjadi 4 faktor, yaitu batuan induk, batuan reservoar, sistem pemerangkapan, dan
dinamis. Dari keempat parameter tersebut dijabarkan lagi menjadi beberapa sub-
jumlah datanya. Penjelasan dari perhitungan tersebut terdapat pada Tabel 6.8
banyak dan detail. Pada CCOP dibagi menjadi 7 parameter, yaitu reservoir
presence, effective pore volume, trap closure, effective of seal mechanism, source
rock richness, timing and migration, dan HC retention & accumulation. Dari
166
Tabel 6.9 (a-c). Analisis risiko oleh CCOP (2000). Pada analisis risiko dengan metode ini, deskripsi mengenai parameter risiko lebih lengkap dan detail. Dari kiri
ke kanan: reservoir presence, effective pore volume, dan trap closure.
167
Tabel 6.9 (d-f). (lanjutan). Dari kiri ke kanan: effective of seal mechanism, source rock richness, dan timing and migration
168
169
Proven source
0.9 - 1.0 0.8 - 1.0 0.8 - 1.0
volume
rock
Marginal
0.5 - 0.8 0.4 - 0.7 0.4 - 0.7
volume
Marginal
0.3 - 0.6 0.2 - 0.5 0.2 - 0.5
mature
Sufficent
reduced source
rock
Marginal
0.4 - 0.6 0.3 - 0.6 0.3 - 0.6
volume
Marginal
0.2 - 0.5 0.1 - 0.4 0.1 - 0.4
mature
Sufficent
0.5 - 0.8 0.4 - 0.7 0.4 - 0.7
Hypothetical
source rock
volume
Marginal
0.3 - 0.7 0.3 - 0.6 0.3 - 0.6
volume
Marginal
0.1 - 0.4 0.1 - 0.4 0.1 - 0.4
mature
Sufficent
0.4 - 0.7 0.3 - 0.7 0.3 - 0.7
Speculative
source rock
volume
Marginal
0.2 - 0.6 0.2 - 0.5 0.2 - 0.5
volume
Marginal
0.1 - 0.4 0.1 - 0.3 0.1 - 0.3
mature
Kedua metode analisis risiko tersebut digunakan untuk validasi dan re-
check terhadap risiko yang ada pada daerah penelitian. Hal tersebut dilakukan
pembobotan nilai analisis risiko. Dengan adanya dua parameter yang digunakan,
diharapkan nilai pada analisis risiko tersebut memiliki tingkat validasi yang tinggi.
kemudian yang dilakukan adalah melakukan input nilai antara tersebut pada peranti
lunak REP5. Pada peranti lunak REP5 kemudian akan dilakukan perhitungan secara
(Gambar 6.15).
170
Gambar 6.15. Contoh input data nilai risiko pada peranti lunak REP5. Parameter pada REP5
memiliki kesamaan dengan parameter pada metode CCOP.
Analisis risiko pada penelitian ini akan dibahas sesuai dengan parameter
utama petroleum system, yaitu batuan induk, reservoar, pemerangkapan, dan batuan
penudung. Secara umum, pada interval umur Kapur memiliki risiko yang tinggi.
Hal tersebut diidentifikasi baik dari data sekunder maupun data primer. Informasi
data sekunder diambil dari berbagai laporan sumur pemboran, sedangkan informasi
data primer diambil dari data langsung (direct data) yang ada, yaitu dari data
hidrokarbon oleh batuan induk berumur Jura dan Kapur. Batuan induk pada prospek
ini mengalami migrasi secara lateral atau bersifat lokal pada batuan induk Kapur,
dan migrasi vertikal dari batuan induk berumur Jura. Secara kualitas, batuan induk
berumur Kapur dan Jura juga memiliki potensi yang baik (Gambar 5.1 dan 5.2).
Sesuai data seismik, dimana prospek Kapur berada pada kedalaman 8.900 ft –
171
16.100 ft, dan sesuai dengan profil maturasi batuan induk pada Gambar 5.2, maka
diharapkan batuan induk pada prospek Kapur dominan memiliki batuan induk yang
mature.
Risiko pada batuan induk adalah waktu generasi, migrasi, akumulasi dan
preservasi hidrokarbon atau critical time yang masih sangat awal, yaitu pada umur
Plistosen (2 jtl). Dapat diindikasikan hidrokarbon yang ada pada reservoar pada
prospek Kapur memiliki kemungkinan tidak maksimal terisi penuh. Selain itu,
ditemukan pada laporan sumur pemboran ASG-Ko, khususnya pada bagian laporan
geokimia, ditemukan adanya hasil dari nilai Ro yang menunjukkan terjadi dua kali
memasuki oil window, yaitu pada umur Perm dan Neogen (Gambar 6.16).
Gambar 6.16. Laporan geokimia pada sumur pemboran ASG-Ko. Menunjukkan pada data Ro
bahwa oil window terjadi dua kali.
Pada laporan tersebut dijelaskan bahwa implikasi dari terjadinya dua kali
proses maturasi tersebut adalah hidrokarbon yang telah mengalami migrasi dari
batuan induk berumur Perm-Trias dari Formasi Aiduna telah hilang atau tereduksi
172
dengan adanya proses erosi yang ditandai adanya unconformity yang sangat jelas
pada umur Kapur. Selain itu pada laporan tersebut juga ditemukan adanya “heavy
degradasi kualitas batuan induk Perm-Trias, karena telah mengalami erosi sehingga
adanya pengaruh air meteorik yang mengurangi kualitas batuan induk tersebut.
reservoar yang tidak terlalu banyak, jika dibandingkan dengan umur Jura. Pada data
seismik terlihat bahwa pada prospek Kapur tidak banyak terdapat indikasi reservoar
yang baik. Pada berbagai data laporan sumur pemboran juga tidak banyak yang
mendapati reservoar pada umur Kapur. Secara kualitas pada laporan sumur
pemboran, nilai P50 porositas batuan reservoar pada umur Kapur juga memiliki
kualitas yang cukup, yaitu 13,4 %. Dari data langsung, yaitu data seismik, terlihat
memiliki amplitud seismik yang lemah secara dominan, namun juga terdapat
beberapa interval mempunyai amplitud yang tinggi seperti pada Kapur Akhir
(Gambar 6.17). Selain itu juga memiliki kontinyuitas yang cukup, dan memiliki
frekuensi dominan pada 11-15 Hz dengan nilai velocity 3763 – 4838 m/s.
Gambar 6.17. Potongan seismik pada interval Kapur. Secara umum memiliki amplitud seismik
yang lemah, namun terdapat beberapa interval yang memiliki amplitud tinggi.
mempengaruhi prospek tersebut. Prospek pada Kapur Akhir memiliki tipe 4-way
dip, dimana closure tertutup sepenuhnya, sedangkan pada Kapur Awal memiliki
tipe 3-way dip namun dengan sekat sesar yang kuat. Analsisi fault seal analysis
dilakukan oleh Setiawan (2017) mengenai evaluasi jebakan struktur yang juga
meneliti pada daerah yang sama dan prospek yang sama. Pada penelitian tersebut
Gambar 6.18. Penampang seismik Blok Asgani. Analisis kesekatan pada blok ini menunjukkan
potensi kedap. Kotak merah menunjukkan prospek Kapur, dan garis hijau
menunjukkan sesar yang memiliki potensi kedap pada prospek Kapur.
batuan penudung yang baik. Tipe batuan penudung pada prospek Kapur berupa tipe
regional, dan sudah banyak dibahas pada bab sebelumnya. Batuan penudung yang
bekerja pada prospek ini merupakan shale formasi Piniya serta batugamping grup
NGL. Setelah mendefinisikan seluruh risiko secara umum pada prospek interval
umur Kapur, kemudian yang dilakukan adalah memberikan bobot nilai risiko pada
174
masing-masing prospek Kapur Akhir dan Kapur Awal. Pemberian penilaian risiko
mengikuti parameter Otis dan Schneidermaan (1997) dan CCOP (2000). Berikut ini
• Kapur Akhir
pada interval umur Kapur Akhir dilakukan dengan mengikuti parameter yang
disediakan (Tabel 6.9). Yang didapatkan berupa nilai antara, nilai antara tersebut
REP5.
Pada parameter reservoir presence, pada Kapur Akhir bernilai antara 0.6 –
parameter effective pore volume, didapatkan nilai antara 0.6 – 0.7. Didapatkan
berdasarkan kedalaman reservoir prospek Kapur Akhir pada kedalaman 3-4 km dan
berupa mixed and unclean reservoirs, didapatkan dari parameter data direct data,
penudung, prospek pada parameter trap closure memiliki antara nilai 0.7 – 1.0,
diambil pada dari korelasi dan pemetaan data seismik, memiliki korelasi yang baik
dan berdasarkan sumur yang dekat. Serta, data seismik yang digunakan berupa
seismik 3D. Dari parameter effective of seal mechanism kemudian didapatkan nilai
antara 0.8 – 1.0. Nilai tersebut didapatkan dari mekanisme penudung dan kualitas
dari penudung. Mekanisme batuan penudung berupa simple seal, conform on top
175
surface, dan memiliki seal style berupa anticline dan faulted structures dengan
nilai 0.6 – 0.8. Nilai tersebut didapatkan dari informasi mengenai lingkungan
pengendapan berupa lingkungan delta dengan material organik yang banyak berasal
dari lingkungan terestrial. Data tersebut diambil dari data yang menyatakan batuan
induk yang pernah mengalami leaking, sehingga masuk pada parameter qualify
Pada parameter timing and migration, didapatkan nilai antara 0.3 – 0.6,
didapatkan dari identifikasi migrasi berupa vertical migration without barriers, dan
timing berupa time of trap formation and time of migration are overlapping. Pada
kedalam peranti lunak REP5, dan dihasilkan seperti Tabel 6.10. Nilai risiko total
pada Kapur Akhir adalah 9.5%. Nilai risiko tersebut termasuk pada nilai risiko
sangat tinggi.
Tabel 6.10. Tabel nilai parameter risiko pada peranti lunak REP5. Dihasilkan nilai risiko total yang
sangat tinggi, memiliki nilai GPOS 9.5%.
parameter utama dalam penilaian risiko, yaitu batuan induk, batuan reservoar,
176
memiliki niali 0.9 karena terbukti ada. Pada tipe kerogen memiliki nilai 0.9 karena
memiliki tipe kerogen III. Parameter TOC, memiliki nilai 0.5, karena memiliki nilai
rerata TOC batuan induk yang bekerja pada prospek ini bernilai 1 – 2. Dan dari
parameter kematangan batuan induk memiliki nilai 0.9, karena batuan induk sudah
matang. Secara keseluruhan nilai total risiko pada batuan induk bernilai 0.36
reservoar memiliki nilai 0.5, karena kehadiran batuan reservoar pada prospek ini
didasarkan dari data analog, bukan dari data langsung seperti data pemboran di
dalam area blok. Pada parameter kesinambungan reservoar memiliki nilai 0.6,
karena reservoar pada prospek ini terpotong (truncated) pada beberapa bagian.
Parameter porositas memiliki nilai 0.5 karena memiliki nilai antara porositas 10 -
15%, nilai permeabilitas memiliki nilai 0.7 karena memiliki nilai antara
permeabilitas 10 – 1000 mD, dan parameter diagenesis memiliki nilai 0.7 karena
telah mengalami rekristalisasi. Secara total, nilai risiko pada parameter batuan
batuan penudung memiliki nilai 0.9 karena batuan penudung terbukti ada melalui
data primer. Parameter litologi batuan penudung memiliki nilai 0.9 karena memiliki
litologi shale. Pada parameter tipe jebakan memiliki nilai 0.9 karena termasuk tipe
jebakan regional. Dan sistem jebakan memiliki nilai 0.8 karena termasuk tipe
177
struktural. Pada parameter tipe closure memiliki nilai 0.6 karena merupakan tipe 3-
way dip, dan parameter ketersediaan data seismik yang mendefinisikan sistem
jebakan memiliki nilai 0.9 karena didapatkan dari data seismik 3D. Secara total
nilai 0.5, karena data belum terbukti langsung hanya dari analogi. Pada parameter
posisi jebakan dengan batuan induk memiliki nilai 0.9, karena jaraknya 0-2 km.
memiliki nilai 0.7, karena keduanya memiliki waktunya yang bersamaan. Dan pada
parameter preservasi dan segregasi pasca akumulasi memiliki nilai 0.9 karena hal
tersebut terjadi atau tidak mengalami leaking ataupun pembentukan jebakan yang
lebih lama dari akumulasi hidrokarbon. Secara total pada parameter dinamika
metode Otis dan Schneidermaan memiliki klasifikasi tersendiri. Nilai total Pg pada
prospek Kapur Akhir bernilai 0.0095. Nilai total tersebut masuk pada klasifikasi
prospek yang memiliki risiko tinggi hingga sangat tinggi (high risk to very high
risk). Tabel 6.11 di bawah ini menjelaskan masing masing perhitungan parameter
Probability
Source Rocks Reservoir Rocks Trap Dynamic
Jumlah Sub Hubungan antar Jumlah Sub Hubungan antar Jumlah Sub Hubungan antar Jumlah Sub Hubungan antar
Parameter Nilai Parameter Nilai Parameter Nilai Parameter Nilai
Parameter parameter Parameter parameter Parameter parameter Parameter parameter
Terbukti 0.9 Terbukti 0.9 Terbukti 0.9 Migration Proven 0.9
Source Rock Reservoir Seal Rock
Analog 0.5 Independen Analog 0.5 Independen Analog 0.5 Independen Pathways/Connection Unproven 0.1 Independen
Presence (a) Presence (a) Presence (a)
Tidak Terbukti 0 Tidak terbukti 0 Tidak Terbukti 0 to Reservoir (a) N/A 0.5
Type of Kerogen I, II, III, I/II, II/III 0.9 Tank 0.5 Shale 0.9 0-2 Km 0.9
Independen
(b) IV 0 Truncated 0.6 Carbonate 0.7 2-5 Km 0.7
Reservoir Sealing Rocks (b) Dependen Trap Position due to
0,0 - 0,5 0.1 Limited Spread 0.7 Independen Siltstone 0.5 5-10 Km 0.6 Independen
Continuity (b) namun Kitchen (b)
Source Rock 0,5 - 1 0.2 Extend, Spread 0.9 Sandstone 0.3 10-20 Km 0.5
kejadiannya
Capacity (TOC %) 1,0 - 2 0.5 Independen N/A 0 Regional 0.9 >20 Km 0.4
saling lepas
(c) 2,0 - 4 0.7 <10% 0.3 Interbedded 0.7 Trap 0.9
(mutually
>4 0.9 10% - 15% 0.5 Sealing Type (c) Fault 0.6 Timing of Migration to Bersamaan 0.7
exclusive) Independen
Immature 0.1 Porosity (c) 15% - 20% 0.7 Diagenetic 0.5 Trap Development (c) Migration 0.3
Source Rock Early Mature 0.3 20% - 25% 0.8 Hydrodynamic 0.4 N/A 0.5
Independen
Maturity (d) Mature 0.9 >25% 0.9 Dependen Structural 0.8 Preservation / Occur 0.9
Over Mature 0.4 <10 md 0.5 namun Trap System (d) Stratigraphic 0.6 Independen Segregation Post Not Occur 0.1 Independen
10 - 100 md 0.7 kejadiannya Fluidic 0.5 Entrapment (d) N/A 0.5
Permeability (d)
100-1000 md 0.8 saling lepas 4 way 0.9
>1000 md 0.9 (mutually Closure Type (e) 3 way 0.6 Dependen
Compaction 0.2 exclusive) 2 way 0.3 namun
Cementation 0.4 3D seismic 0.9 kejadiannya
Diagenesis (e) Recrystalisation 0.7 Numbers of Line >8 line 0.8 saling lepas
Fracture/Brecciation 0.8 Seismic Through 4-8 line 0.7 (mutually
Dissolution 0.9 Trap (f) 2-3 line 0.5 exclusive)
0-1 line 0.3
Total P Source 0.36 Total P Reservoir 0.19 Total P Trap 0.49 Total P Dynamic 0.28
a*b*c*d a*b*((c+d+e)/3) a*d*((b+c)/2)*((e+f)/2) a*b*c*d
TOTAL Pg 0.0095 High risk to very high risk
178
179
• Kapur Awal
Pada parameter reservoir presence, pada Kapur Awal bernilai antara 0.6 –
deltai, tidal dan didapatkan berdasarkan limited data, discontinous deposits. Pada
parameter effective pore volume, didapatkan nilai antara 0.6 – 0.7. Didapatkan
berdasarkan kedalaman reservoir prospek Kapur Akhir pada kedalaman 3-4 km dan
berupa mixed and unclean reservoirs, didapatkan dari parameter direct data, but
penudung, prospek pada parameter trap closure memiliki antara nilai 0.7 – 1.0,
diambil pada dari korelasi dan pemetaan data seismik, memiliki korelasi yang baik
dan berdasarkan sumur yang dekat tetapi memiliki kompleksitas struktur yang
tinggi. Serta, data seismik yang digunakan berupa seismik 3D. Dari parameter
effective of seal mechanism kemudian didapatkan nilai antara 0.8 – 1.0. Nilai
Mekanisme batuan penudung berupa simple seal, conform on top surface, dan
memiliki seal style berupa anticline dan faulted structures dengan kualitas batuan
penudung baik.
nilai 0.6 – 0.8. Nilai tersebut didapatkan dari informasi mengenai lingkungan
pengendapan berupa lingkungan delta dengan material organik yang banyak berasal
dari lingkungan terestrial. Data tersebut diambil dari data yang menyatakan batuan
induk yang pernah mengalami leaking, sehingga masuk pada parameter qualify
Pada parameter timing and migration, didapatkan nilai antara 0.4 – 0.8,
didapatkan dari identifikasi migrasi berupa local migration, dan timing berupa time
retention & accumulation didapatkan nilai antara 0.5 – 0.7, didapatkan dari sub-
didapatkan dari positive unambigous data. Setelah mendapatkan semua nilai antara
pada metode CCOP, kemudian dimasukkan kedalam peranti lunak REP5, dan
dihasilkan seperti Tabel 6.12. Nilai risiko total pada Kapur Awal adalah 7.2%. Nilai
Tabel 6.12. Tabel nilai parameter risiko pada peranti lunak REP5. Dihasilkan nilai risiko total yang
sangat tinggi, memiliki nilai GPOS 7.2%.
parameter utama dalam penilaian risiko, yaitu batuan induk, batuan reservoar,
independen. Pada parameter kehadiran batuan induk, prospek Kapur Awal memiliki
niali 0.9 karena terbukti ada. Pada tipe kerogen memiliki nilai 0.9 karena memiliki
tipe kerogen III. Parameter TOC, memiliki nilai 0.7, karena memiliki nilai rerata
TOC batuan induk yang bekerja pada prospek ini bernilai 2 – 4. Dan dari parameter
kematangan batuan induk memiliki nilai 0.9, karena batuan induk sudah matang.
Secara keseluruhan nilai total risiko pada batuan induk bernilai 0.51
reservoar memiliki nilai 0.5, karena kehadiran batuan reservoar pada prospek ini
didasarkan dari data analog, bukan dari data langsung seperti data pemboran di
dalam area blok. Pada parameter kesinambungan reservoar memiliki nilai 0.6,
karena reservoar pada prospek ini terpotong (truncated) pada beberapa bagian.
Parameter porositas memiliki nilai 0.5 karena memiliki nilai antara porositas 10 -
15%, nilai permeabilitas memiliki nilai 0.7 karena memiliki nilai antara
permeabilitas 10 – 1000 mD, dan parameter diagenesis memiliki nilai 0.4 karena
telah mengalami proses diaganesis berupa sementasi. Secara total, nilai risiko pada
batuan penudung memiliki nilai 0.9 karena batuan penudung terbukti ada melalui
data primer. Parameter litologi batuan penudung memiliki nilai 0.9 karena memiliki
litologi shale. Pada parameter tipe jebakan memiliki nilai 0.9 karena termasuk tipe
jebakan regional. Dan sistem jebakan memiliki nilai 0.8 karena termasuk tipe
struktural. Pada parameter tipe closure memiliki nilai 0.6 karena merupakan tipe 3-
way dip, dan parameter ketersediaan data seismik yang mendefinisikan sistem
jebakan memiliki nilai 0.9 karena didapatkan dari data seismik 3D. Secara total
nilai 0.5, karena data belum terbukti langsung hanya dari analogi. Pada parameter
posisi jebakan dengan batuan induk memiliki nilai 0.9, karena jaraknya 0-2 km.
memiliki nilai 0.7, karena keduanya memiliki waktunya yang bersamaan. Dan pada
parameter preservasi dan segregasi pasca akumulasi memiliki nilai 0.9 karena hal
tersebut terjadi atau tidak mengalami leaking ataupun pembentukan jebakan yang
lebih lama dari akumulasi hidrokarbon. Secara total pada parameter dinamika
metode Otis dan Schneidermaan memiliki klasifikasi tersendiri. Nilai total Pg pada
prospek Kapur Awal bernilai 0.0112. Nilai total tersebut masuk pada klasifikasi
prospek yang memiliki risiko tinggi hingga sangat tinggi (high risk to very high
risk). Untuk klasifikasi suatu prospeksi yang masih bersifat new venture atau
pengeboran wild cat memang nilai risiko cenderung tinggi dans sangat tinggi. Hal
belum banyak diketahui. Tabel 6.13 di bawah ini menjelaskan masing masing
183
184
Analisis risiko pada penelitian ini akan dibahas sesuai dengan parameter
utama petroleum system, yaitu batuan induk, reservoar, pemerangkapan, dan batuan
penudung. Secara umum, pada interval umur Jura memiliki risiko yang tinggi. Hal
tersebut diidentifikasi baik dari data sekunder maupun data primer. Informasi data
sekunder diambil dari berbagai laporan sumur pemboran, sedangkan, informasi data
primer diambil dari data langsung (direct data) yang ada, yaitu dari data seismik
hidrokarbon oleh batuan induk berumur Kapur, Jura, dan Perm-Trias. Batuan induk
pada prospek ini mengalami migrasi secara lateral atau bersifat lokal pada batuan
induk Jura, dan migrasi vertikal dari batuan induk berumur Kapur dan Perm-Trias.
Secara kualitas, batuan induk berumur Kapur dan Jura juga memiliki potensi yang
baik (Gambar 5.1 dan 5.2), dan batuan induk berumur Perm-Trias pun juga
memiliki potensi yang baik. Pada batuan induk Perm-Trias, sudah mengalami
ekspulsi sejak Eosen Awal (55 jtl), sehingga diharapkan akan banyak hidrokarbon
yang terakumulasi pada reservoar Jura. Diindikasikan batuan induk pada Perm-
Risiko pada batuan induk adalah waktu generasi, migrasi, akumulasi dan
preservasi hidrokarbon atau critical time yang masih sangat awal, yaitu pada umur
Plistosen (2 jtl). Pada batuan induk Perm-Trias, sudah mengalami ekspulsi pada
Eosen Awal (55 jtl), sehingga mungkin terdapat beberapa hidrokarbon yang sudah
terakumulasi pada prospek Jura, sehingga jika dibandingkan pada prospek Kapur,
185
akumulasi hidrokarbon diperkirakan lebih banyak pada interval Jura. Dengan kata
lain, migration pathway pada prospek Jura lebih baik dan efektif dibanding pada
prospek Kapur. Selain itu, risiko mengenai keberadaan “heavy oil” yang sudah
dibahas pada sub-bab sebelumnya pada prospek Kapur juga menjadi risiko batuan
reservoar yang cukup baik. Pada data seismik terlihat bahwa prospek Jura memiliki
seismik amplitud yang tinggi dengan kontinyuitas yang baik (Gambar 6.19),
sehingga dapat diidentifikasi potensi reservoar yang baik. Pada berbagai data
laporan sumur pemboran, juga banyak ditemukan reservoar aktif pada umur Jura.
Secara kualitas pada laporan sumur pemboran, nilai P50 porositas batuan reservoar
Gambar 6.19. Penampang seismik pada Blok Asgani. Ditunjukkan pada kotak merah bahwa
prospek Jura memiliki indikasi reservoar yang baik serta kontinyu.
186
tersebut merupakan akibat dari penurunan muka air laut secara global, atau yang
masif. Efek dari event global tersebut mengakibatkan erosi yang masif pada Kapur
Awal hingga mengerosi lapisan pada Jura, namun tingkat intensifitas erosi tidaklah
seragam. Terdapat beberapa daerah dengan tingkat erosi yang masif dan ada
beberapa daerah yang tidak lebih masif. Event global tersebut mengakibatkan
ASG-Lm) ditemukan bahwa batupasir pada reservoar Jura (Formasi Roabiba dan
Kopai), terutama Jura Tengah, memiliki porositas yang rendah. Hal tersebut
yang menyatakan mineral kuarsa pada batupasir umur Jura menunjukkan adanya
quartz overgrowth. Dicirikan dengan adanya sutur atau batas antar mineral yang
sangat jelas (euhedral). Diindikasikan bahwa batupasir umur Jura tersebut telah
Gambar 6.20. Contoh sayatan petrografi pada sampel batuan inti pada sumur ASG-Ad. Terlihat
adanya diagenesis berupa rekristalisasi pada mineral kuarsa. Pada tabel hasil analisis
disebutkan adanya quartz overgrowth sebesar 13,2%.
terlalu kompleks. Prospek Jura memiliki tipe 3-way dip closure. Pada bagian barat
closure disekat oleh sesar yang kuat (Gambar 6.18) seperti pada prospek Kapur.
batuan penudung yang baik. Tipe batuan penudung pada prospek Jura berupa tipe
regional, dan sudah banyak dibahas pada bab sebelumnya. Batuan penudung yang
bekerja pada prospek ini merupakan shale Formasi Piniya serta batugamping Grup
NGL. Setelah mendefinisikan seluruh risiko secara umum pada prospek interval
188
umur Jura, kemudian yang dilakukan adalah memberikan bobot nilai risiko pada
parameter reservoir presence, pada Jura bernilai antara 0.7 – 0.8, masuk pada
didapatkan berdasarkan direct data, more distal deposits. Pada parameter effective
reservoir prospek Jura pada kedalaman >4 km dan berupa homogenous, clean
reservoirs, didapatkan dari parameter direct data, but less data, more distals
deposits.
penudung, prospek pada parameter trap closure memiliki antara nilai 0.9 – 1.0,
diambil pada dari korelasi dan pemetaan data seismik, memiliki korelasi yang baik
dan berdasarkan sumur yang dekat dan memiliki tingkat kompleksitas struktur yang
rendah, serta data seismik yang digunakan berupa seismik 3D. Dari parameter
effective of seal mechanism didapatkan nilai antara 0.8 – 1.0. Nilai tersebut
batuan penudung berupa simple seal, conform on top surface, dan memiliki seal
style berupa anticline dan faulted structures dengan kualitas batuan penudung baik,
Pada parameter kekayaan batuan induk, prospek di Jura memiliki nilai 0.8
berupa lingkungan delta dengan material organik yang banyak berasal dari
lingkungan terestrial. Data tersebut diambil dari data yang menyatakan batuan
induk yang terbukti ada (proven) pada berbagai laporan sumur pemboran.
Pada parameter timing and migration, didapatkan nilai antara 0.4 – 0.8,
didapatkan dari identifikasi migrasi berupa local migration, dan timing berupa time
retention & accumulation didapatkan nilai antara 0.5 – 0.7, didapatkan dari sub-
didapatkan dari positive unambigous data. Setelah mendapatkan semua nilai antara
pada metode CCOP, kemudian dimasukkan kedalam peranti lunak REP5, dan
dihasilkan seperti Tabel 6.14. Nilai risiko total pada Jura adalah 16.4%. Nilai risiko
Tabel 6.14. Tabel nilai parameter risiko pada peranti lunak REP5. Dihasilkan nilai risiko total yang
tinggi, memiliki nilai GPOS 16.4%.
parameter utama dalam penilaian risiko, yaitu batuan induk, batuan reservoar,
independen. Pada parameter kehadiran batuan induk, prospek Jura memiliki niali
0.9 karena terbukti ada. Pada tipe kerogen memiliki nilai 0.9 karena memiliki tipe
190
kerogen III. Parameter TOC, memiliki nilai 0.7, karena memiliki nilai rerata TOC
batuan induk yang bekerja pada prospek ini bernilai 2 – 4. Dari parameter
kematangan batuan induk memiliki nilai 0.9, karena batuan induk sudah matang.
Secara keseluruhan nilai total risiko pada batuan induk bernilai 0.51
reservoar memiliki nilai 0.5, karena kehadiran batuan reservoar pada prospek ini
didasarkan dari data analog, bukan dari data langsung seperti data pemboran di
dalam area blok. Pada parameter kesinambungan reservoar memiliki nilai 0.6,
karena reservoar pada prospek ini terpotong (truncated) pada beberapa bagian.
Parameter porositas memiliki nilai 0.5 karena memiliki nilai antara porositas 10 -
15%, nilai permeabilitas memiliki nilai 0.7 karena memiliki nilai antara
permeabilitas 10 – 1000 mD, dan parameter diagenesis memiliki nilai 0.4 karena
telah mengalami proses diaganesis berupa sementasi. Secara total, nilai risiko pada
batuan penudung memiliki nilai 0.9 karena batuan penudung terbukti ada melalui
data primer. Parameter litologi batuan penudung memiliki nilai 0.9 karena memiliki
litologi shale. Pada parameter tipe jebakan memiliki nilai 0.9 karena termasuk tipe
jebakan regional. Dan sistem jebakan memiliki nilai 0.8 karena termasuk tipe
struktural. Pada parameter tipe closure memiliki nilai 0.6 karena merupakan tipe 3-
way dip, dan parameter ketersediaan data seismik yang mendefinisikan sistem
191
jebakan memiliki nilai 0.9 karena didapatkan dari data seismik 3D. Secara total
nilai 0.9, karena migrasi ke reservoar Jura terbukti ada. Pada parameter posisi
jebakan dengan batuan induk memiliki nilai 0.9, karena jaraknya 0-2 km. Pada
memiliki nilai 0.7, karena keduanya memiliki waktunya yang bersamaan. Dan pada
parameter preservasi dan segregasi pasca akumulasi memiliki nilai 0.9 karena hal
tersebut terjadi atau tidak mengalami leaking ataupun pembentukan jebakan yang
lebih lama dari akumulasi hidrokarbon. Secara total pada parameter dinamika
metode Otis dan Schneidermaan memiliki klasifikasi tersendiri. Nilai total Pg pada
prospek Jura bernilai 0.0281. Nilai total tersebut masuk pada klasifikasi prospek
yang memiliki risiko tinggi hingga sangat tinggi (high risk to very high risk). Untuk
klasifikasi suatu prospeksi yang masih bersifat new venture atau pengeboran wild
cat memang nilai risiko cenderung tinggi dans sangat tinggi. Hal tersebut
banyak diketahui. Tabel 6.15 di bawah ini menjelaskan masing masing perhitungan
Probability
Source Rocks Reservoir Rocks Trap Dynamic
Jumlah Sub Hubungan antar Jumlah Sub Hubungan antar Jumlah Sub Hubungan antar Jumlah Sub Hubungan antar
Parameter Nilai Parameter Nilai Parameter Nilai Parameter Nilai
Parameter parameter Parameter parameter Parameter parameter Parameter parameter
Terbukti 0.9 Terbukti 0.9 Terbukti 0.9 Migration Proven 0.9
Source Rock Reservoir Seal Rock
Analog 0.5 Independen Analog 0.5 Independen Analog 0.5 Independen Pathways/Connection Unproven 0.1 Independen
Presence (a) Presence (a) Presence (a)
Tidak Terbukti 0 Tidak terbukti 0 Tidak Terbukti 0 to Reservoir (a) N/A 0.5
Type of Kerogen I, II, III, I/II, II/III 0.9 Tank 0.5 Shale 0.9 0-2 Km 0.9
Independen
(b) IV 0 Truncated 0.6 Carbonate 0.7 2-5 Km 0.7
Reservoir Sealing Rocks (b) Dependen Trap Position due to
0,0 - 0,5 0.1 Limited Spread 0.7 Independen Siltstone 0.5 5-10 Km 0.6 Independen
Continuity (b) namun Kitchen (b)
Source Rock 0,5 - 1 0.2 Extend, Spread 0.9 Sandstone 0.3 10-20 Km 0.5
kejadiannya
Capacity (TOC %) 1,0 - 2 0.5 Independen N/A 0 Regional 0.9 >20 Km 0.4
saling lepas
(c) 2,0 - 4 0.7 <10% 0.3 Interbedded 0.7 Trap 0.9
(mutually
>4 0.9 10% - 15% 0.5 Sealing Type (c) Fault 0.6 Timing of Migration to Bersamaan 0.7
exclusive) Independen
Immature 0.1 Porosity (c) 15% - 20% 0.7 Diagenetic 0.5 Trap Development (c) Migration 0.3
Source Rock Early Mature 0.3 20% - 25% 0.8 Hydrodynamic 0.4 N/A 0.5
Independen
Maturity (d) Mature 0.9 >25% 0.9 Dependen Structural 0.8 Preservation / Occur 0.9
Over Mature 0.4 <10 md 0.5 namun Trap System (d) Stratigraphic 0.6 Independen Segregation Post Not Occur 0.1 Independen
10 - 100 md 0.7 kejadiannya Fluidic 0.5 Entrapment (d) N/A 0.5
Permeability (d)
100-1000 md 0.8 saling lepas 4 way 0.9
>1000 md 0.9 (mutually Closure Type (e) 3 way 0.6 Dependen
Compaction 0.2 exclusive) 2 way 0.3 namun
Cementation 0.4 3D seismic 0.9 kejadiannya
Diagenesis (e) Recrystalisation 0.7 Numbers of Line >8 line 0.8 saling lepas
Fracture/Brecciation 0.8 Seismic Through 4-8 line 0.7 (mutually
Dissolution 0.9 Trap (f) 2-3 line 0.5 exclusive)
0-1 line 0.3
Total P Source 0.51 Total P Reservoir 0.22 Total P Trap 0.49 Total P Dynamic 0.51
a*b*c*d a*b*((c+d+e)/3) a*d*((b+c)/2)*((e+f)/2) a*b*c*d
TOTAL Pg 0.0281 High risk to very hifh risk
192
193
walaupun memiliki penilaian yang berbeda. Pada metode CCOP, prospek Kapur
Akhir nilai risiko total memiliki nilai 9.5%, sedangkan dengan metode Otis dan
persentase bernilai 4.6%. Pada prospek Kapur Awal, pada metode CCOP memiliki
nilai akhir risiko 7.2% dan pada Otis dan Schneidermaan memiliki nilai 0.0112 atau
setara dengan 5.5%. Dan pada prospek Jura, pada metode CCOP memiliki nilai
akhir risiko 16.4% dan pada Otis dan Schneidermaan memiliki nilai 0.0281 atau
Tabel 6.16. Tabel rangkuman risiko skala play, prospek dan besaran sumberdaya hidrokarbon pada
masing-masing interval. Risiko prospek menggunakan metode CCOP-REP5.
prospek Jura merupakan prospek yang paling pada interval Mesozoik memiliki
risiko secara geologi yang tinggi hingga sangat tinggi. Prospek yang memiliki risiko
keberhasilan tertinggi adalah pada interval Jura, dan yang memiliki risiko
emerging area.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1. Kesimpulan
sangat tinggi pada interval Meosozoik. Secara detail, kelas risiko dan zonasi
keberhasilan secara geologi dibagi berdasarkan prospek yang ada pada interval
sebesar 23,4%. Zonasi keberhasilan pada peta CRS dihasilkan nilai risiko
65, yang masuk pada kelas equivocal – likely pada keseluruhan area Blok
“Asgani”. Pada skala prospek pada closure A, memiliki nilai risiko pada
Otis dan Schneidermaan sebesar 0.0095, masuk pada kelas high risk to
sebesar 18,1%. Zonasi keberhasilan pada peta CRS dihasilkan nilai risiko
45, dan 40 pada sebagian kecil pada Barat Daya wilayah Blok “Asgani”,
yang masuk pada kelas unlikely. Pada skala prospek pada closure A,
memiliki nilai risiko pada perhitungan CCOP – REP5 sebesar 7,2% dan
194
195
51,3%. Zonasi keberhasilan pada peta CRS dihasilkan nilai risiko 78 pada
keseluruhan area Blok “Asgani”, dan masuk pada kelas likely – very likely.
Pada skala prospek pada closure A, memiliki nilai risiko pada perhitungan
Schneidermaan sebesar 0.0281, masuk pada kelas high risk to very high
risk.
pada skema P10, 540 bcf pada skema P50, dan 2.234 bcf pada skema P10.
pada skema P10, 921 bcf pada skema P50, dan 3.852 bcf pada skema P10.
skema P10, 1.576 bcf pada skema P50, dan 4.491 bcf pada skema P10.
VII.2. Saran
Keterbatasan akses data sumur pemboran yang relatif baru menjadi salah satu
4. Penelitian dapat dikembangkan pada analisis risiko yang lebih detail terhadap
parameter risiko pada petroleum system yang lebih detail diharapkan akan
DAFTAR PUSTAKA
Aldha, T. dan Ho, K.J., 2008. Tertiary Hydrocarbon Play in NW Arafura Shelf,
Offshore South Papua: Frontier Area in Eastern Indonesia dalam
Proceedings Indonesian Petroleum Association 32th Annual Convention
& Exhibition, May 2008: Indonesia Petroleum Association, Jakarta,
IPA08-G-144.
Allen, Phillip A., dan Allen, John R., 2005, Basin Analysis: Principles and
Applications 2nd Edition: Massachusetts, Blackwell Publishing Co, 552 h.
Barber, G.D., Carter, P., Fraser, T., Baillie, P. dan Myers, K., 2003. Paleozoic and
Mesozoic Petroleum Systems in the Timor and Arafura Seas, Eastern
Indonesia dalam Proceedings 39th Annual Convention & Exhibition:
Indonesian Petroleum Association, Jakarta. IPA03-G-169.
Barber, Peter M., Winterhalder, J., 2013, The Northern Australia – Eastern
Indonesia- PNG Super Gas Province: Why So Much Gas and So Little Oil?
dalam Search and Discovery Article #10475: Perth, American Association
of Petroleum Geologist, 32 h.
Bowden, Adrian R., Lane, Malcom R., Martin, Julia H., 2001, Tripple Bottom Line
Risk Management: New York, John Wiley & Sons, Inc, 301 h.
Chavas, Jean-Paul., 2004, Risk Analysis in Theory and Practice: California,
Elsevier Academic Press, 247 h.
Choquette, Philip W., Pray, Lloyd C., 1970, Geologic Nomenclature and
Classification of Porosity in Sedimentary Carbonates, American
Association of Petroleum Geologists, Bulletin Vol 54, No 2, h 207-250.
Cook, Mark., Jahn, Frank., Graham, Mark., 2008, Hydrocarbon Exploration and
Production 2nd Edition: Aberdeen, Elsevier, 457 h.
Espitalié, J., M. Madec., B. Tissot., J. J. Mennig., dan P. Leplat., 1977, Source Rock
Characterization Method for Petroleum Exploration: Proceedings of the
Ninth Offshore Technology Conference, Houston, h 439-442.
Gluyas, Jon., Swarbrick, Richard., 2004. Petroleum Geoscience: Oxford, Blackwell
Science Ltd, 318 h.
Harahap, B.H., 2012. Tectonostratigraphy of the Southern Part of Papua and
Arafura Sea, Eastern Indonesia: Indonesian Journal of Geology, Vol. 7
No. 3: Kementerian ESDM, h 167-187.
Hinschberger, F., Malod, J.A., Rehault, J.P., Villeneuve, M., Royer, J.Y. dan
Burhanuddin, S., 2005. Late Cenozoic: Geodynamic Evolution of Eastern
Indonesia dalam Tectonophysics 404: Elsevier B.V., h 91-118.
Hobson, D.M., Adnan, A. dan Samuel, L., 1997. The Relationship between Late
Tertiary Basins, Thrust, Belts, and Major Transcurrent Faults in Irian
198
Peck, J.M. dan Soulhol, B., 1986. Pre-Tertiary Tensional Periods and Their Effects
on the Petroleum Potential of Eastern Indonesia dalam Proceedings of 15th
Annual Convention of Indonesian Petroleum Association: Indonesian
Petroleum Association, Jakarta, h 341-369.
Peters, Keneth E., Cassa, Mary R., 1994, Applied Source Rock Geochemistry,
AAPG Memoir vol 60.
Rose, Peter R., 2001. Risk Analysis and Management of Petroleum Exploration
Ventures: American Association of Petroleum Geologist (AAPG)
Methods in Exploration No. 12, 314 h.
Selley, Richard C., Sonnenberg, Stephen A., 2015, Elements of Petroleum Geology:
Califronia, Elsevier Inc, 498 h.
Setiawan, Diky., Irfree, B., Dwiperkasa, D W., Artha, Y., 2018, East Java Regional
Study. Laporan Internal New Venture Exploration SAKA Energi
Indonesia, Jakarta (Tidak diterbitkan).
Shell Exploration & Production, Play Based Exploration Guidelines: A Guide for
AAPGS’S Imperial Barrel Award Participants.
SKK Migas, 2017. Petroleum Systems of The Eastern Indonesia Region, Memoir
#1: Jakarta, SKK Migas Memoir Team, 504 h.
Society of Petroleum Engineers, 2001. Guidelines for the Evaluation of Petroleum
Reserves and Resources: Texas, Society of Petroleum Engineers (SPE),
141 h.
Suratno, C.W., 2018, Evolusi Struktur dan Stratigrafi dari Perem hingga Kuarter
di Blok “Prapakanda”, Cekungan Akimeugah Bagian Barat, Laut Aru.
Skripsi (tidak dipublikasikan), Yogyakarta, Teknik Geologi UGM.
Tissot, B. P., Welte D. H., 1984, Petroleum Formation and Occurrence 2nd revised:
Berlin, Springer-Verlah, 720 h.
Varianto, Yohannes A.T., 2018, Erosi dan Pengaruhnya Terhadap Generasi
Hidrokarbon pada Blok ARD, Cekungan Akimeugah, Papua Barat, Tesis
(tidak dipublikasikan), Yogyakarta, Teknik Geologi UGM.
200
LAMPIRAN A.1
Data Geokimia – Data TOC
201
LAMPIRAN A.2
Data Geokimia – Data Ro
208
Amorphinite
Exinite(Type I/II)
(Type I-II/III)
Sample Depth OPK Vitrinite Semifusinite Inertinite Mean
(m) NF.A. F.A. A C S R SB L % Type III Type IV Type IV Ro S.C.I
% % % % % % % % % % % %
3880.0 - 3919.7 - 100* - - 4.0-4.5
4059.9 - 4087.3 - 90* 10 - 4.5
4212.3 - 4236.7 - 90* 10 0.42 4.5-5.0
4370.8 - 4395.1 - 90* (Cvd) 10 - -
4398.2 - 4440.9 - - - 0.71 -
211
LAMPIRAN B.1
Data Batuan Inti – Data Porositas
dan Permeabilitas
213
LAMPIRAN C.1
Data Sumur Pemboran – Data
Koordinat Lokasi
222
LAMPIRAN C.2
Data Sumur Pemboran – Data
Wireline Log
224
LAMPIRAN D.1
Data Post-Drill
Lampiran D.1.1. Data post-drill evaluation
Well Name Layers Reservoir Presence Reservoir Effetiveness Trap Presence Trap tested at well location Top Seal Presence Trap Failure Evaluation Oil Shows Gas Shows Penetration Gross Structure
Upper Cretaceous Present Effective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Ambiguous Topseal Failure (T) No Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Bk Lower Cretaceous Present Ambiguous Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Ambiguous Topseal Failure (T) No Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
Middle Jurassic Ambiguous Ambiguous Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present Trap Effective Oil Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
Upper Cretaceous Present Ambiguous Present Unevaluated Present Trap Effective Unevaluated Gas Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-SO Lower Cretaceous Present Ineffective Present Unevaluated Present Topseal Failure (T) Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated
Middle Jurassic Not Present Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Absent Unevaluated
Upper Cretaceous Ambiguous Ineffective Present Drape Anticline (C) Present Trap Effective No Shows No Shows Unevaluated Unevaluated
ASG-TF Lower Cretaceous Present Unevaluated Present Drape Anticline (C) Present Trap Effective No Shows No Shows Unevaluated Unevaluated
Middle Jurassic Present Ineffective Present Drape Anticline (C) Present Trap Effective No Shows No Shows Unevaluated Unevaluated
Upper Cretaceous Not Present Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Present Unevaluated Oil Shows Unevaluated Unevaluated Unevaluated
ASG-DS Lower Cretaceous Not Present Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated
Middle Jurassic Not Present Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present Unevaluated Unevaluated No Shows Unevaluated Unevaluated
Upper Cretaceous Present Effective Present Drape Anticline (C) Present Trap Effective No Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Vo Lower Cretaceous Not Present Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Absent Unevaluated
Middle Jurassic Present Effective Present Drape Anticline (C) Present Trap Effective Unevaluated Proven Gas Full Section Penetrated Unevaluated
Upper Cretaceous Present Ambiguous Present Drape Anticline (C) Present Trap Effective Oil Shows Gas Shows Unevaluated Unevaluated
ASG-Wr Lower Cretaceous Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Gas Shows Unevaluated Unevaluated
Middle Jurassic Present Ambiguous Present Drape Anticline (C) Ambiguous Trap Effective Unevaluated Gas Shows Unevaluated Unevaluated
Upper Cretaceous Present Ambiguous Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Present Trap Effective Oil Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Ko Lower Cretaceous Present Ambiguous Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present Trap Effective No Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
Middle Jurassic Not Present Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Absent Unevaluated
Upper Cretaceous Present Ineffective Ambiguous Unevaluated Present Unevaluated No Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Kw Lower Cretaceous Present Ineffective Ambiguous Unevaluated Present Unevaluated Oil Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
Middle Jurassic Present Ineffective Ambiguous Unevaluated Present Unevaluated Unevaluated Unevaluated Full Section Penetrated Unevaluated
Upper Cretaceous Ambiguous Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present Baseseal Failure (B) No Shows Unevaluated Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Ub Lower Cretaceous Not Present Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated
Middle Jurassic Present Unevaluated Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Present Trap Effective Oil Shows Proven Gas Full Section Penetrated Unevaluated
Upper Cretaceous Not Present Ineffective Not Present Drape Anticline (C) Present Topseal Failure (T) Unevaluated Unevaluated Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Ad Lower Cretaceous Not Present Ineffective Not Present Drape Anticline (C) Present Topseal Failure (T) Unevaluated Unevaluated Full Section Penetrated Unevaluated
Middle Jurassic Present Ineffective Not Present Drape Anticline (C) Ambiguous Topseal Failure (T) Oil Shows Unevaluated Full Section Penetrated Unevaluated
Upper Cretaceous Not Present Ineffective Ambiguous High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present Topseal Failure (T) Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated
ASG-Ir Lower Cretaceous Not Present Ineffective Ambiguous High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Present Topseal Failure (T) Oil Shows Unevaluated Unevaluated Unevaluated
Middle Jurassic Present Ineffective Ambiguous High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Ambiguous Topseal Failure (T) Oil Shows Unevaluated Unevaluated Unevaluated
Upper Cretaceous Not Present Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated
ASG-Gu Lower Cretaceous Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated
Middle Jurassic Present Ambiguous Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Oil Shows Unevaluated Unevaluated Unevaluated
Upper Cretaceous Not Present Ineffective Present Drape Anticline (C) Unevaluated Unevaluated No Shows No Shows Unevaluated Unevaluated
ASG-WS Lower Cretaceous Not Present Ambiguous Present Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Gas Shows Unevaluated Unevaluated
Middle Jurassic Present Ambiguous Ambiguous Unevaluated Unevaluated Unevaluated Oil Shows Gas Shows Unevaluated Unevaluated
Upper Cretaceous Present Ineffective Unevaluated High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated
ASG-AM Lower Cretaceous Unevaluated Unevaluated Unevaluated High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Ambiguous Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated
Middle Jurassic Not Present Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Absent Unevaluated
Upper Cretaceous Not Present Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Present Trap Effective Oil Shows Gas Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Ba Lower Cretaceous Not Present Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present Trap Effective Oil Shows Gas Shows Full Section Penetrated Unevaluated
Middle Jurassic Present Unevaluated Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Present Trap Effective Oil Shows Gas Shows Beneath TD Unevaluated
231
Lampiran D.1.1 (lanjutan)
Well Name Layers Reservoir Presence Reservoir Effetiveness Trap Presence Trap tested at well location Top Seal Presence Trap Failure Evaluation Oil Shows Gas Shows Penetration Gross Structure
Upper Cretaceous Not Present Ambiguous Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Ambiguous fault plane leakage (F) Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated
ASG-Ca Lower Cretaceous Not Present Ineffective Ambiguous High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present fault plane leakage (F) Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated
Middle Jurassic Present Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Present fault plane leakage (F) Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated
Upper Cretaceous Not Present Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Unevaluated Trap Effective Unevaluated Unevaluated Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Jb Lower Cretaceous Not Present Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Unevaluated Trap Effective Unevaluated Unevaluated Full Section Penetrated Unevaluated
Middle Jurassic Present Effective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Unevaluated Trap Effective Proven Oil Unevaluated Full Section Penetrated Unevaluated
Upper Cretaceous Not Present Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Present Trap Effective No Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Lm Lower Cretaceous Ambiguous Unevaluated Unevaluated High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Ambiguous Trap Effective Unevaluated Gas Shows Full Section Penetrated Unevaluated
Middle Jurassic Present Effective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Present Trap Effective Proven Oil Unevaluated Full Section Penetrated Unevaluated
Upper Cretaceous Present Effective Ambiguous High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Unevaluated Unevaluated No Shows Gas Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Jc Lower Cretaceous Present Ineffective Ambiguous High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Unevaluated Unevaluated No Shows Gas Shows Beneath TD Unevaluated
Middle Jurassic Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated
Upper Cretaceous Not Present Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Unevaluated Unevaluated No Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Jh Lower Cretaceous Not Present Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Unevaluated Unevaluated No Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
Middle Jurassic Present Effective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present Trap Effective Oil Shows Unevaluated Beneath TD Unevaluated
Upper Cretaceous Present Ambiguous Ambiguous High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Unevaluated Topseal Failure (T) Oil Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Ke Lower Cretaceous Present Ambiguous Ambiguous High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Unevaluated Unevaluated No Shows Proven Gas Full Section Penetrated Unevaluated
Middle Jurassic Not Present Ineffective Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Absent Unevaluated
Upper Cretaceous Not Present Ineffective Unevaluated High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Present Juxtaposition leakage (J) No Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-La Lower Cretaceous Not Present Ineffective Unevaluated High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present Unevaluated Unevaluated Unevaluated Full Section Penetrated Unevaluated
Middle Jurassic Present Effective Unevaluated High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present Juxtaposition leakage (J) Oil Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
Upper Cretaceous Present Ambiguous Ambiguous Onlap (C/U) Not Present Juxtaposition leakage (J) No Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Mc Lower Cretaceous Present Effective Ambiguous Onlap (C/U) Not Present BJ No Shows Proven Gas Full Section Penetrated Unevaluated
Middle Jurassic Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Unevaluated Absent Unevaluated
Upper Cretaceous Not Present Ineffective Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (UT) Present fault plane leakage (F) No Shows No Shows Full Section Penetrated Unevaluated
ASG-Bu Lower Cretaceous Unevaluated Unevaluated Present High-Side Fault, Conformable Top Seal (CT) Present fault plane leakage (F) No Shows Gas Shows Full Section Penetrated Unevaluated
Middle Jurassic Present Ambiguous Present Onlap (C/U) Present Juxtaposition leakage (J) Oil Shows No Shows Beneath TD Unevaluated
232