Disusun oleh:
S-28b
Mekanika Tanah Dasar - 02
Anisya Orchianne Hasan 2006486430
Airizya Nurmariam Rizadh 2006578841
Michael Harry Hotmaendri M. 2006578860
Muhammad Usamah Al Karim 2006578886
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat hidayah, rahmat serta
limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Analisis
Geologi Teknik dalam Perencanaan Pembangunan Resort di Nusa Tenggara Barat”
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Tanah Dasar dengan tepat waktu
dan sebaik mungkin. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Wiwik Rahayu DEA. selaku dosen pengajar mata kuliah Mekanika Tanah
Dasar tahun ajaran 2021/2022 yang telah memberikan ilmu terkait isi laporan dan
membimbing serta memberi arahan kepada kami selama proses penyusunan laporan
ini.
2. Bapak Erly Bahsan S.T., M.Kom. selaku dosen pengajar mata kuliah Mekanika Tanah
Dasar tahun ajaran 2021/2022 yang telah membekali ilmu dasar tentang mekanika
tanah.
3. Asisten mata kuliah Mekanika Tanah Dasar tahun ajaran 2021/2022 yang membantu
proses diskusi tugas problem based learning.
Dalam penulisan laporan ini tentunya tidak akan luput dari kesalahan dan
kekurangan. Maka dari itu penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan
saran agar laporan ini menjadi lebih baik dan bermanfaat untuk penulis maupun pembaca.
Penulis juga berharap, semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan yang baru serta
memberikan gambaran konkret kepada pembaca mengenai topik tersebut. Selain itu, kami
selaku penulis juga berharap agar laporan ini dapat menjadi referensi penulisan yang baik
dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan.
Penulis
ii Universitas Indonesia
iii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 8
1.1. Latar Belakang.................................................................................................... 8
iv Universitas Indonesia
2.4. Jenis Pengujian Tanah di Lapangan ................................................................. 24
2.4.5 Uji Geser Baling Lapangan (Field Vane shear Test, FVT) ................... 33
2.5.2. Uji Kimia dan Kandungan Organik Tanah dan Air Tanah ................... 36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 50
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 51
v Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
vi Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Tanah Unified................................................................................... 36
8 Universitas Indonesia
1.1.2 Usulan Lokasi Pembangunan dan Alasan
Dalam memilih lokasi, diperlukan pertimbangan untuk membangun
suatu objek wisata yang memiliki daya tarik serta potensi yang memungkinkan
meningkatnya perekonomian wilayah setempat. Kabupaten Lombok Timur
merupakan salah satu wilayah yang dikategorikan mengalami gempa kecil
akibat tektonik dan terhindar sangat jauh dari bencana tsunami. Letaknya yang
berada di lereng gunung membuat Sembalun menjadi salah satu destinasi wisata
yang cukup aman apabila sewaktu-waktu terjadi bencana terutama tsunami. Hal
ini dipengaruhi karena Batunampar merupakan wilayah bukan patahan dan
lipatan yang berpotensi terjadinya deformasi. Deformasi sendiri merupakan
pergerakan linier lempeng tektonik yang dapat diperoleh dari vektor kecepatan
pergerakan stasiun-stasiun GPS di permukaan bumi.
9 Universitas Indonesia
Gambar 1. Usulan Lokasi
(Sumber : Tim Penulis)
10 Universitas Indonesia
Gambar 3. Akses Terdekat Menuju Lokasi
(Sumber : Tim Penulis)
11 Universitas Indonesia
Pada lokasi dimana resort akan dibangun, resort akan terdiri dari
bangunan hunian, kolam rekreasi, dan taman sebagai ruang terbuka hijau. Pada
lokasi tersebut akan direncanakan sebuah ruang terbuka hijau (hijau tua) berupa
taman yang memiliki luasan lebih dari 15% dari luas lahan yaitu sebesar 5000
m2. Kemudian akan dibangun lahan parkiran (merah) sebesar 2500 m2 dan
kolam rekreasi (biru) sebesar 500 m2. Bangunan hunian (hijau muda) yang akan
dibangun pada lokasi tersebut merupakan bangunan hunian 1 lantai yang akan
dibangun menjadi 3 bangunan berbeda. Adapun infrastruktur jalan (hitam) yang
dibangun yang menghubungkan area masuk resort ke lahan parkiran dengan
spesifikasi jalan 2 lajur 2 arah dengan lebar perlajur dalah 3 m.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui faktor yang harus ditinjau dalam pemilihan lokasi
pembangunan resort di NTB
2. Mengetahui kondisi geografis dan geologi dari lokasi pembangunan resort
di NTB
3. Mengetahui kondisi tanah lokasi pembangunan resort di NTB
4. Mengetahui analisis potensi kebencanaan (kegempaan) lokasi
pembangunan resort di NTB
12 Universitas Indonesia
5. Mengetahui teori geologi serta jenis metode pengujian tanah di lapangan
dan laboratorium
6. Menentukan pengujian tanah yang tepat berdasarkan struktur geologi di
lokasi pembangunan resort
1.3.2 Tujuan Khusus
Penulisan laporan ini memiliki tujuan khusus untuk memenuhi tugas
akhir mata kuliah Mekanika Tanah Dasar terkait Analisis Geologi Teknik dalam
Perencanaan Pembangunan Resort di NTB.
14 Universitas Indonesia
BAB II
STUDI LITERATUR
16 Universitas Indonesia
Batuan beku ekstrusif adalah batuan yang membeku di permukaan
bumi. Dicirikan dengan komposisi kristal yang sangan halus (amorf).
Contoh: obsidian, lava, dan basal
2.2.2 Batuan Sedimen
Angin dan hujan akan mengikis batuan menjadi partikel remukan,
kerikil, pasir dan lumpur. Hasil perombakan ini kemudian akan terangkut oleh
aliran air atau angin kemudian diendapkan secara berlapis-lapis di tempat lain
seperti dataran rendah, muara sungai, dasar danau dan dasar samudra. Di
samudra, lama-kelamaan bobot lapisan atas akan memadatkan lapisan
dibawahnya membentuk batuan sedimen yang terkonsolidasi. Hal ini biasa
disebut dengan proses litifikasi. Menurut proses terbentuknya, batuan sedimen
dikelompokkan menjadi aluvium (batuan yang diendapkan oleh sungai-sungai),
batuan muda yang lunak dan tidak dipengaruhi oleh gerakan orogen atau gempa,
dan batuan tua yang keras, telah melengkung atau terlipat, bahkan retak oleh
gaya endogen. Berdasarkan bahan asal pembentukannya, secara garis besar
batuan sedimen dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu klastik dan non
klastik:
1. Sedimen klastik
Batuan sedimen klastik terbentuk oleh disintegrasi batuan asal
melalui proses pelapukan, yang kemudian diangkut dan diendapkan. Proses
transportasi oleh air dan angin dapat mengubah atau memperkecil
pecahannya dalam berbagai ukuran dan bentuk. Jenis-jenis batuan ini dapat
dilihat dari aspek butirannya. Batuan yang berbutir kasar contohnya adalah
konglomerat dan breksi. Batuan yang berbutir sedang contohnya batu pasir
dan batu lanau. Terakhir batuan yang berbutir halus contohnya serpih dan
batu lumpur. Batuan sedimen klastik yang disebutkan sebelumnya
memiliki satu golongan khusus, yaitu batuan sedimen pyroklastik. Sedimen
pyroklastik berasal dari erupsi gunung berapi yang keluar berbentuk debu
halus, kemudian terbentuk endapan berlapis-lapis, misal batuan sedimen
tuff.
2. Sedimen non-klastik
a. Batuan sedimen karbonat
Batuan sedimen karbonat adalah batuan sedimen yang berasal dari
kegiatan binatang dan tumbuhan yang mengalami karbonatisasi. Dalam
17 Universitas Indonesia
kondisi segar batuan ini dapat bersifat sangat kuat sampai sangat lemah.
Yang tergolong dalam batuan yang kuat~sangat kuat adalah dolomit
karena mengandung calsium magnesium carbonat / CaMg(CO3)2 dan
marble karena mengandung crystalline calcite / CaCO3 serta yang
tergolong batuan yang lemah~sangat lemah adalah berbagai macam
calcarenites yang loose dan tersementasi dengan lemah.
b. Batuan sedimen kimiawi
Batuan sedimen kimiawi terbentuk dari elemen-elemen hasil pelapukan
batuan secara kimiawi seperti kalsium, sodium, pottasium dan
magnesium yang kemudian dilarutkan dan terbawa oleh aliran air. Bila
aliran yang mengandung elemen-elemen tersebut masuk ke daerah
dataran rendah dan kemudian terjadi evaporasi yang tinggi, maka akan
terbentuk batuan sedimen evaporit seperti anhydrite (CaSO4), gypsum,
halite (NaCl) yang biasa disebut dengan batuan sedimen kimiawi
2.2.3 Batuan Metamorf
Ketika gerakan lempeng mendorong batuan beku atau batuan sedimen
jauh kedalam bumi, tekanan dan suhu tinggi akan memampatkan dan
meremukkannya menjadi batuan metamorf. Hal ini dapat terjadi karena suhu
yang tinggi, tekanan yang berat atau gabungan keduanya yang berlangsung
berabad-abad. Contoh dari pembuatan batuan metamorf adalah saat granit
berubah menjadi geneiss yang disebabkan oleh tekanan yang tinggi dan suhu
yang tinggi, batu lempung berubah menjadi batu hijau karena tekanan yang
tinggi, batu lumpur menjadi hornfels yang dikarenakan sentuhan suhu tinggi),
batu kapur menjadi batu marmer, batu serpih menjadi batu sabak, batu bara lunak
menjadi grafit, dan batu pasir menjadi kuarsa. Secara garis besar, dapat
disimpulkan bahwa batuan malihan dibedakan menjadi dua macam yaitu: foliasi
(strukturnya berlapis) dan masif. Contoh batuan foliasi adalah gneiss, schist,
phyllite, dan slate/batu sabak. Sedangkan untuk kelompok masif adalah marmer,
kuarsa, dan amphibolite.
19 Universitas Indonesia
o. Lipatan similar merupakan lipatan yang jarak lapisannya sejajar dengan
sumbu utama. Lipatan ini memiliki ukuran intiklin dan siklin yang tidak
banyak perubahan.
p. Lipatan disharmonik adalah lipatan yang tidak teratur karena lapisannya
tersusun dari bahan-bahan yang berbeda.
q. Lipatan ptigmatik adalah lipatan yang terbalik terhadap sumbunya.
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur
garis atau bidang di dalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di
dalam lipatan adalah struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau foliasi.
Lipatan merupakan gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari
deformasi; terutama, gambaran geometrinya berhubungan dengan aspek
perubahan bentuk (deformasi) dan perputaran (rotasi). Lipatan terbentuk bila
mana bidang yang telah ada sebelumnya terubah menjadi bentuk bidang
lengkung atau garis lengkung.
Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang
mekanismenya disebabkan oleh dua proses, yaitu bending (melengkung) dan
buckling (melipat). Pada gejala buckling, gaya yang bekerja sejajar dengan
bidang perlapisan, sedangkan pada bending, gaya yang bekerja tegak lurus
terhadap bidang permukaan lapisan. Selain itu, struktur geologi juga merupakan
bentuk-bentuk geometri yang ada pada kulit bumi yang terbentuk akibat
pengaruh gaya-gaya endogen berupa tarikan dan tekanan. Adapun klasifikasi
lipatan berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut:
1. Concentric Fold
Concentric Fold (lipatan konsentris / lipatan paralel) adalah sebutan
untuk perlapisan dimana jarak-jarak (tebal) tiap lapisan yang terlipat tetap
sama.
2. Similar Fold
Similar Fold adalah sebutan untuk perlipatan dimana lapisan-lapisan
yang terlipat/dilipat dengan bentuk-bentuk yang sama sampai ke dalam.
Antiklin maupun sinklin, ukurannya tidak banyak berubah ke dalam
maupun ke atas.
3. Chevron Fold.
20 Universitas Indonesia
Chevron Fold adalah lipatan menyudut atau sendinya tajam dan
menyudut. Dalam hal ini, sayap lipatannya merupakan bidang planar.
4. Isoclinal Fold.
Isoclinal Fold adalah lipatan dimana kedudukan bidang sumbunya
sejajar atau relatif sejajar dan kedua sayapnya sejajar atau hampir sejajar.
5. Box Fold
Box Fold adalah lipatan dimana bagian puncaknya relatif rata atau
datar
6. Kink Fold
Kink Fold adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh
permukaan planar
21 Universitas Indonesia
terjadinya pergerakan lempeng, seperti zona subduksi pada pertemuan dua
lempeng tektonik.
Daerah dengan sesar yang masih aktif bergerak merupakan daerah yang
rawan akan gempa bumi. Dikarenakan sesar / patahan berupa area, maka
biasanya sesar / patahan disebut dengan zona sesar / bidang sesar. Sesar
diklasifikasikan menjadi 3 jenis berdasarkan arah pergerakan batuan terhadap
bidang sesar dan Gaya yang menjadi penyebab sesar. Adapun jenis - jenis
patahan adalah sebagai berikut :
a. Normal Fault
Normal fault merupakan patahan yang terjadi akibat gaya tekan
vertikal yang besar sehingga salah satu bagian batuan bergerak ke bawah.
Bagian yang bergerak ke arah bawah biasanya disebut dengan graben
sedangkan bagian yang di atas disebut horst
b. Reverse Fault
Reverse fault terjadi karena tekanan yang menyebabkan salah satu
bagian batuan bergerak ke atas. Reverse fault biasanya terjadi pada
pertemuan dua lempeng tektonik.
c. Strike-Slip Fault
Strike-slip fault terjadi akibat gaya yang bekerja menekan batuan
dari arah horizontal sehingga batuan bergerak dalam arah horizontal.
Patahan ini tidak menyebabkan perubahan elevasi.
2 Jenis Strike-Slip fault :
● Patahan Sinistral : merupakan patahan yang bergerak ke arah kiri.
Untuk mengetahui sebuah patahan sinistral maka dapat dilakukan
dengan berdiri di depan patahan yang besar, apabila patahan
bergerak ke kiri maka termasuk patahan sinistral.
● Patahan Dekstral : Merupakan patahan yang bergerak ke arah
kanan. Untuk mengetahui sebuah patahan dekstral maka dapat
dilakukan dengan berdiri di depan patahan yang besar, apabila
patahan bergerak ke kanan maka termasuk patahan dekstrat
d. Oblique
Oblique merupakan patahan pada batuan akibat gaya horizontal dan
vertikal sehingga menyebabkan patahan yang berbentuk miring dan
memanjang.
22 Universitas Indonesia
Gambar 6. Normal Fault, Reverse Fault, dan Strike-Slip Fault
(Sumber : geosci.usyd.edu.au)
23 Universitas Indonesia
Gambar 7. Kekar (Joints)
(Sumber : www.tambangunp.blogspot)
2.3.4 Kegempaan
Gempa bumi adalah getaran yang disebabkan oleh pelepasan energi dari
dalam bumi. Gempa bumi memiliki jalur dan polanya dapat dilihat. Namun,
untuk wilayah Indonesia pola gempa-nya sulit terlihat karena terlalu sering
terjadi gempa. Seringnya gempa di Indonesia disebabkan karena Indonesia
dilalui oleh 3 lempeng besar yaitu lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia,
dan Lempeng Pasifik.
25 Universitas Indonesia
Gambar 8. Alat pengambilan contoh tabung belah
(sumber: SNI 4153-2008)
Bahan yang digunakan berdasarkan SNI 4153-2008 dalam pengujian
SPT adalah:
a. bahan bakar (bensin, solar);
b. bahan pelumas;
c. balok dan papan;
d. tali atau selang;
e. kawat;
f. kantong plastik;
g. formulir untuk pengujian;
h. perlengkapan lain.
Untuk persiapan pengujian SPT tersebut berdasarkan SNI 4153-2008
adalah sebagai berikut (Gambar 8).
a. Memasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor;
b. Memberi tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di
tas penahan;
c. Membersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian
dari bekas-bekas pengeboran;
d. Memasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya
disambungkan dengan pipa bor yang telah dipasangi blok penahan;
e. Memasukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai
kedalaman pengujian yang diinginkan;
26 Universitas Indonesia
f. Memberi tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian
15 cm, 30 cm dan 45 cm.
27 Universitas Indonesia
i. Mencatat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah
batuan.
28 Universitas Indonesia
Gambar 11. Keadaan tertekan dan keadaan terbentang rincian konus ganda
(Sumber: SNI 2827:2008)
29 Universitas Indonesia
Gambar 13. Rincian penekan hidraulik
(Sumber: SNI 2827:2008)
30 Universitas Indonesia
terikat kuat pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu
pengujian, tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit;
h. Menyambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta
kepala pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol
keluar sekitar 8 cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang
panjang, bisa ditambah dengan potongan besi berdiamaeter sama dengan
batang dalam.
Prosedur pengujian penetrasi konus pada uji Sondir (CPT) adalah
sebagai berikut.
a. Menegakkan batang dalam dan pipa dorong dibawah penekan hidraulik
pada kedudukan yang tepat;
b. Mendorong/menarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga
penekan hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;
c. Memutar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan
hidrolik bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman
20 cm sesuai interval pengujian;
d. Pada tiap interval 20 cm dilakukan penekanan batang dalam dengan
menarik kunci pengatur, sehingga penekan hidrolik hanya menekan batang
dalam saja
e. Memutar engkol searah jarum jam dan menjaga agar kecepatan penetrasi
konus berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5. Selama penekanan
batang pipa dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan
pembacaan data.
Setelah pengujian dilakukan pembacaan hasil pengujian, pengulangan
langkah-langkah pengujian hingga nilai perlawanan konus mencapai batas
maksimumnya (sesuai kapasitas alat) atau hingga kedalaman maksimum 20 m
s.d 40 m tercapai atau sesuai dengan kebutuhan. Setelah itu dilakukan
perhitungan dari data yang didapat, dengan demikian dapat ditentukan
parameter-parameter pada uji CPT berdasarkan SNI 2827:2008 tersebut yaitu:
a. Perlawanan konus (qc) yaitu nilai perlawanan terhadap gerakan penetrasi
konus yang besarnya sama dengan gaya vertikal yang bekerja pada konus
dibagi dengan luas ujung konus;
31 Universitas Indonesia
b. Perlawanan geser (fs) yaitu nilai perlawanan terhadap gerakan penetrasi
akibat geseran yang besarnya sama dengan gaya vertikal, yang bekerja
pada bidang geser dibagi dengan luas permukaan selimut geser;
c. Angka banding geser (Rf) yaitu perbandingan antara fs dan qc dalam
persen;
d. dan Geseran total (Tf) yaitu jumlah nilai perlawanan geser (fs) yang
dikalikan dengan interval pembacaan.
2.4.5 Uji Geser Baling Lapangan (Field Vane shear Test, FVT)
Berdasarkan SNI 84460:2017 uji geser baling lapangan dapat
dilakukan untuk mengukur tahanan terhadap rotasi lapangan dari baling-baling
yang dipasang di tanah lunak berbutir halus untuk menentukan kuat geser tidak
terdrainase dan sensitivitas. Pengujian ini harus dilakukan dengan mengikuti
persyaratan-persyaratan yang terdapat dalam SNI 03-2487-1991 (ASTM
D2574/D2573M-15). Uji geser baling dilakukan dengan memasukkan baling
pada kedalaman titik uji yang ditentukan dan baling diputar dengan kecepatan
putaran rata rata dalam rentang 6-12° per menit (Craig, 2004). Dilakukan hingga
terjadi pergeseran tanah dengan torsi (T) dan dicatat, kemudian diperoleh nilai
kuat geser tanah tak terdrainase Cu melalui perhitungan.
34 Universitas Indonesia
Pada percobaan Atterberg Limit dapat dibagi menjadi tiga uji batas
yaitu Liquid Limit (Batas Cair), Plastic Limit (Batas Plastis), dan Shrinkage
Limit (Batas Susut). Pada uji Batas Cair memiliki standar acuan yaitu ASTM
D 4318, AASHTO T 89, dan SNI 1967:2008, yang bertujuan untuk
memperoleh kadar air pada batas cair dari sampel tanah. Hasil tersebut dapat
diterapkan untuk menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya pada
tanah kohesif, dimana konsistensi tanah tergantung dari nilai batas cairnya.
Selain itu, nilai batas cair tersebut dapat digunakan untuk menentukan nilai
indeks plastisitas tanah yaitu nilai batas cair dikurangi dengan nilai batas
plastis (Laboratorium Mekanika Tanah, 2017).
Selanjutnya merupakan uji Batas Plastis yang bertujuan untuk
mengetahui kadar air pada batas plastis dari sebuah sampel tanah atau untuk
menentukan batas terendah kadar air ketika tanah dalam keadaan plastis, dan
angka Indeks Plastisitas suatu tanah (Laboratorium Mekanika Tanah, 2017).
Standar acuan pada uji tersebut merupakan ASTM D 318, AASHTO T 90,
dan SNI 1966:2008.
Terakhir merpakan uji batas susut yang memiliki standar acuan
ASTM D 427, AASHTO T 92, dan SNI 322:2008. Pada uji batas susut
tersebut memilki tujuan memperoleh kadar air pada batas susut dari suatu
tanah dimana tidak akan terjadi perubahan volume pada massa tanah apabila
kadar airnya dikurangi. Pada tahapan ini tanah mengering tanpa diikuti
perubahan volume. Batas susut ditunjukkan dengan kadar air tanah pada
tahap mengering dan tidak terdapat perubahan atau pengurangan volume.
b. Specific Gravity
Uji specific gravity dapat dilakukan dengan standar acuan ASTM D
854, AASHTO T 100, dan SNI 1964:2008. Pada uji tersebut dapat diperoleh
nilai specific gravity yang didefinisikan sebagai berat jenis tanah
dibandingkan dengan berat jenis air suling pada suhu tertentu. specific
gravity pada tanah dapat digunakan untuk menghitung hubungan pada fase
tanah, seperti angka pori (void ratio), derajat kejenuhan (degree of
saturation), serta densitas dari tanah. Selain itu dari nilai specific gravity
dapat ditentukan tipe tanah sesuai dengan interval nilai tersebut.
c. Sieve Analysis
35 Universitas Indonesia
Percobaan uji sieve analysis dapat dilakukan dengan standar acuan
ASTM D 421, ASTM D 422, AASHTO T 88, dan SNI 3423:2008. Pada
percobaan ini dapat diketahui distribusi ukuran butiran tanah yang
berdiameter 4.76 mm hingga 0.074 mm (lolos saringan No. 4 ASTM dan
tertahan saringan No. 200) dengan cara mekanis. Dari percobaan tersebut
didapat nilai keseragaman (Cu) dan koefisien kelengkungan (Cc) yang dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan jenis tanah yang diuji. Berdasarkan SNI
6371-2015. Semakin besar nilai koefisien keseragaman, semakin besar
interval ukuran butiran pada tanah, dan tanah bergradasi baik memiliki
koefisien kelengkungan antara 1 dan 3 (Craig, 2004). Berikut adalah tabel
pngklasifikasian berdasarkan SNI 6371-2015.
2.5.2. Uji Kimia dan Kandungan Organik Tanah dan Air Tanah
Berdasarkan SNI 8460 pengujian kimia di laboratorium tanah umumnya
terbatas pada kadar organik, kadar karbonat, kadar sulfat, nilai pH (keasaman
atau alkalinitas) dan kadar klorida. Pengujian tersebut bertujuan untuk
klasifikasi tanah dan untuk menilai efek merugikan tanah dan air tanah terhadap
36 Universitas Indonesia
beton, baja dan tanah itu sendiri. Pengujian tersebut tidak dimaksudkan untuk
tujuan yang terkait lingkungan. Pada penentuan kadar organik dapat mengacu
pada SNI 03-6793-2002. Untuk penentuan kadar karbonat untuk
mengklasifikasikan kandungan karbonat alami dari tanah dan batuan atau
sebagai penunjuk untuk menunjukkan tingkat sementasi dapat mengacu pada
ASTM D4373-14. Kemudian untuk penentuan kadar sulfat yang bertujuan
untuk menentukan kadar sulfat sebagai penunjuk adanya efek merugikan tanah
yang mungkin terjadi terhadap baja dan beton dapat mengacu pada ASTM
D516-11. Pada penentuan niali pH dapat mengacu pada SNI 03-6787-2002,
serta penentuan kadar klorida dapat mengacu pada ASTM D512-12.
39 Universitas Indonesia
isi keringnya (ɣdry). Kadar air optimum ditentukan dengan melakukan
percobaan pemadatan di laboratorium. Hasil percobaan ini digunakan untuk
menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada waktu pemadatan di
lapangan yang dinyatakan dalam bentuk kurva kompaksi berupa grafik
hubungan antara berat isi kering dengan kadar air.
40 Universitas Indonesia
diambil pada penetrasi 2.5 dan 5.0 mm (0.1 dan 0.2 inch) dengan ketentuan
angka tertinggi yang digunakan. Tujuan pengujian ini adalah untuk menilai
kekuatan tanah dasar yang dikompaksi di laboratorium yang akan digunakan
dalam perancangan perkerasan. Hasil percobaan dinyatakan sebagai nilai CBR
(dalam %) yang nantinya digunakan untuk menentukan tebal perkerasan.
41 Universitas Indonesia
BAB III
ANALISIS
3.1 Denah Situasi dan Peta Kontur Lokasi
42 Universitas Indonesia
Gambar 15. Peta Kontur Potongan 2
Sumber : Pengolahan Data Kelompok S-28b (2022)
43 Universitas Indonesia
Gambar 16. Grafik Potongan Memanjang
Sumber : Pengolahan Data Kelompok S-28b (2022)
44 Universitas Indonesia
Gambar 19. Grafik Potongan Melintang 3
Sumber : Pengolahan Data Kelompok S-28b (2022)
Gambar 20. Peta Kondisi Geologi dan Jenis Batuan Pulau Lombok
Sumber: Geological map of Lombok, West Nusa Tenggara modified from Mangga et al.
(1994).
Pulau Lombok mempunyai kondisi geologi yang beragam di seluruh
wilayahnya. Pulau Lombok umumnya tersusun atas batuan berumur tersier, seperti
batuan sedimen dan batuan rombakan gunung api, serta endapan kuarter berupa
endapan alluvial pantai, alluvial sungaim dan rombakan gunung api muda. Selain itu,
sebagian batuan yang berumur tersier dan batuan rombakan gunung api muda telah
mengalami pelapukan batuan. Hasil dari pelapukan batuan berumur tersier kemudian
45 Universitas Indonesia
mengendap memiliki sifat urai, lepas, lunak dan unconsolidated. Hal tersebut
memperkuat efek guncangan apabila terjadi gempa.
Pulau Lombok juga dikenal akan keberadaan pertemuan dua lempeng tektonik
besar, yakni Lempeng Eurasia dan Lempeng Australia. Hal yang mengkhawatirkan
adalah Lempeng Australia tidak dapat didorong ke bawah Lempeng Sunda yang
mengakibatkan terbentuknya sesar naik belakang busur. Zona busur belakang ini
memiliki kaitan erat dengan gempa-gempa tektonik yang terjadi beberapa tahun
terakhir. Selain bahaya gempa, dampak dari gempa tersebut juga berpotensi
menghasilkan tsunami yang mengancam wilayah Lombok.
46 Universitas Indonesia
oleh struktur dan material yang meminimalisir efek guncangan gempa. Ketiga, untuk
tanah yang memiliki perbedaan elevasi cukup signifikan, perlu adanya penyesuaian
seperti pemasangan retaining wall untuk mencegah longsor.
47 Universitas Indonesia
Uji Permeabilitas Tanah diusulkan untuk konstruksi resort tersebut guna
memperoleh informasi permeabilitas tanah akibat lokasi pembangunan yang
berada dekat dengan pantai. Maka dari itu, penting untuk mengetahui
kemampuan meloloskan air dan kuat geser dari jenis tanah tersebut sehingga daya
tahan tanah terhadap struktur yang akan diberikan dapat diperkirakan serta
disesuaikan agar konstruksi yang dibangun aman dan tahan lama.
c. Uji Pemadatan Tanah (Compaction)
Uji pemadatan tanah diusulkan untuk mengetahui syarat-syarat yang
harus dipenuhi pada waktu pemadatan tanah di lapangan yang dinyatakan dalam
bentuk kurva kompaksi berupa grafik hubungan berat isi kering dengan kadar
air. pengujian ini menentukan eksperimental kadar air yang optimal dimana
suatu jenis tanah tertentu akan menjadi paling padat dan mencapai kepadatan
kering maksimum.
Gambar 23. Grafik Hubungan Berat Volume kering dan Kadar Air
Sumber:
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/13008/05.3%20bab%203.pdf?sequence=7
&isAllowed=y#:~:text=Uji%20pemadatan%20tanah%20atau%20Proctor,dan%20mencapai%2
0kepadatan%20kering%20maksimum
48 Universitas Indonesia
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
49 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
50 Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Pembagian Tugas :
1. Anisya Orchianne Hasan : Editor bahan presentasi perkembangan, membuat layout
resort serta tata guna lahan menggunakan Google Earth Pro, menulis Bab 1 laporan akhir
2. Airizya Nurmariam Rizadh : Studi literatur (Bab 2), Editor bahan presentasi
perkembangan
3. Michael Harry Hotmaendri M. : Editor Laporan, Arc Gis Kontur dan Potongan, Studi
literatur (Pengujian tanah di lapangan), Usulan Pengujian Tanah, Kesimpulan
4. Muhammad Usamah Al Karim : Analisis pengaruh kondisi geologi pada konstruksi resort
(Bab 3, Pembahasan), Studi Literatur (Bab 2)
51 Universitas Indonesia