SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang merupakan suatu tugas dan kewajiban bagi setiap taruna dan taruni
Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran untuk menyelesaikan Program Diploma IV KALK yang
telah ditentukan sesuai dengan kurikulum pendidikan.
Penyusunan skripsi ini didasari oleh pengalaman yang penulis dapatkan selama
menjalani praktek di PT. Maribu Bahtera Kaltim cabang Sangkulirang. Pengetahuan
yang diberikan oleh dosen pada saat pendidikan serta melalui literatur-literatur yang
berhubungan dengan judul skripsi yang penulis ajukan. Adapun judul skripsi yang
penulis pilih adalah :
Berkat bimbingan dan pengarahan serta dorongan dari berbagai pihak, maka penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
antara lain kepada :
iv
Pembimbing Materi yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga dan pikirannya
untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Yth. Ibu Tristanti, S.S.,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Penulisan yang telah
bersedia memberikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kepada Staff Pengajar dan Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran pada KALK yang
telah membimbing dan mendidik penulis selama dalam masa perkuliahan.
6. Seluruh Pimpinan dan Karyawan PT. Maribu Bahtera Kaltim, yang telah
memberikan kesempatan untuk melaksanakan Prada.
7. Kepada tercinta Bapak Slamet Bagio dan Almh. Ibu Heni Siswati serta adikku
tersayang Nurmaya Cindyta F.Ode, Brilian Salza Amalia, Nobel Pandu Bintang
Kelana yang telah memberi semangat dan memotivasi selama penulisan hingga
dapat menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas segala dukungannya.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
secara moral maupun moril dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan
masih terdapat kekurangan-kekurangan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan
tanggapan dan saran dari semua pihak guna menambah wawasan ilmu yang berguna
nantinya bagi para pembaca umumnya dan bagi para perwira kapal khususnya di dalam
mengemban tugas di masa yang akan datang.
Penulis,
M. GIONY ALFAROSYADI
NRP. 4 62 19 0202
v
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................ i
B. Teori ................................................................................................ 13
vi
E. Teknik Analisis Data ...................................................................... 38
A. Kesimpulan ..................................................................................... 54
B. Saran ............................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 33
Bagan 4.1 Struktur Organisasi ....................................................................... 43
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Tempat Penelitian ........................................................................ 34
Tabel 4.1 Laporan Kunjungan Kapal Bulan November 2021 ..................... 43
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Stowage Plan ............................................................................... 20
Gambar 2.2 Conveyor ..................................................................................... 26
Gambar 2.3 Palka ............................................................................................ 31
Gambar 4.1 Pre Stowage Plan ........................................................................ 40
Gambar 4.2 Final Stowage Plan ..................................................................... 41
Gambar 4.3 Kondisi Palka I MV. Amanah Morowali AMC .......................... 45
Gambar 4.4 Kondisi Palka II MV. Amanah Morowali AMC ......................... 46
Gambar 4.5 Kondisi Palka III MV. Amanah Morowali AMC ........................ 46
Gambar 4.6 Kondisi Palka IV MV. Amanah Morowali AMC ....................... 47
Gambar 4.7 Kondisi Palka V MV. Amanah Morowali AMC ......................... 57
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SIUPBM
Lampiran 2 NPWP
Lampiran 3 Struktur Organisasi Perusahaan
Lampiran 4 Ship Particular
Lampiran 5 Stowage Plan
Lampiran 6 Final Stowage Plan
Lampiran 7 Loading Squence
Lampiran 8 Statement Of Fact
Lampiran 9 Final Draft Survey
Lampiran 10 Laporan Kunjungan Kapal
Lampiran 11 Hasil Wawancara
Lampiran 12 Dokumentasi
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Pasal 25A, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari jajaran kepulauan dan
disatukan oleh wilayah perairan yang menjadikan Negara Indonesia negara maritim
dengan batas-batas, hak-hak, dan kedaulatan yang di tetapkan oleh undang-undang.
Untuk mewujudkan Wawasan Nusantara dan memantapkan ketahanan nasional
diperlukan sistem serta pengaturan tentang transportasi nasional untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi, serta memperkokoh kedaulatan negara.
Dalam melakukan perniagaan, pada saat ini ekspor impor sangat berpegang erat
pada sektor pelayaran niaga meskipun diketahui bahwa melalui pelayaran,
tingginya resiko mungkin dapat terjadi. Namun, dikarenakan keefektifan serta biaya
yang dapat ditekan, pelayaran banyak dipilih sebagai alternatifnya dibandingkan
untuk menggunakan angkutan darat maupun udara. Kegiatan tersebut berisikan
aktivitas bongkar muat serta mengangkut barang mulai dari pelabuhan muat hingga
ke pelabuhan bongkar. Aktivitas bongkar muat tersebut dikelola oleh sebuah
perusahaan yang memiliki tugas serta tanggung jawab pada bagian pengangkatan
barang mulai dari kapal hingga tibanya barang.
2
terjadi, seperti yang ditemukan para peneliti di Kaliorang Anchorage, Kalimantan
Timur dengan kasus yang ditemukan ialah broken space cargo curah Batubara di
MV. Amanah Morowali AMC. Pada awalnya, seluruh kegiatan bongkar muatan
berjalan dengan lancar, namun permasalahan mulai muncul ketika perhitungan oleh
surveyor mengenai actual cargo on board saat selesai muat tidak sesuai dengan
perjanjian sebelumnnya. Hal ini menyebabkan pengulangan dalam kegiatan
penataan muatan yang membuat permuatan berjalan lebih lama dan tidak optimal
ini juga membutuhkan penanganan yang lebih yang membutuhkan tenaga dan biaya
lebih bagi pihak yang berperan langsung dalam kegiatan permuatan ini, terjadinya
broken space juga membuat keberangkatan kapal terhambat dikarenakan proses
permuatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga kapal mengalami
keterlambatan menuju pelabuhan bongkar, hal tersebut dapat menyebabkan
kerugian bagi pihak -pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut, kerugian ini
berupa kerugian waktu dan biaya karena kapal terlambat menuju pelabuhan
bongkar serta ketidaksesuaian muatan sesuai perjanjian yang telah dibuat oleh
buyer dengan shipper sebelum dilakukan permuatan. Atas adanya latar belakang
tersebut, maka penulis tertarik mengangkat skripsi dengan judul :
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasi beberapa
permasalahan dalam penelitian ini. Diantaranya sebagai berikut :
1. Kurangnya jumlah muatan dalam kegiatan bongkar muat batubara
2. Terlambatnya keberangkatan kapal menuju ke pelabuhan bongkar
3. Kurangnya pengawasan saat kegiatan bongkar muat batubara
4. Kerugian biaya dan waktu yang timbul bagi semua pihak dalam kegiatan
bongkar muat batubara
5. Belum optimalnya penataan muatan pada kegiatan bongkar muat batubara
3
C. PEMBATASAN MASALAH
karena luasnya permasalahan dan agar penulis lebih fokus dan terarah, maka
sebagai batasan dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi hanya pada :
1. Kurangnya jumlah muatan dalam kegiatan bongkar muat batubara
2. Kurangnya pengawasan saat kegiatan bongkar muat batubara
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Mengapa jumlah muatan dalam kegiatan bongkar muat batubara kurang ?
2. Mengapa pengawasan saat kegiatan bongkar muat batubara kurang ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis mengapa jumlah muatan dalam kegiatan
bongkar muat batubara kurang
2. Untuk mengetahui dan menganalisis mengapa pengawasan saat kegiatan
bongkar muat batubara kurang
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan di Kaliorang Anchorage, Kalimantan Timur ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca maupun pihak terkait lainnya, maka manfaat
dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini sebagai berikut :
a. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat guna memberikan
sumbangan pemikiran ilmiah kepada Taruna Pelayaran dan khalayak umum.
Serta dapat menjadikan referensi bahan pengajaran bagi dosen maupun
instruktur guna meningkatkan aspek tentang manajemen armada.
b. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi para pembaca, termasuk
instansi terkait dan diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan
masukan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia dalam upaya
4
persiapan menghadapi praktek di dunia kerja dan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya yang lebih baik.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangsih penelitian bagi :
a. Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan dalam
mengidentifikasi faktor, penyebab dan akibat, sehingga dapat diambil
langkah-langkah yang tepat jika terjadi broken space cargo.
b. Dosen dan instruktur, menjadikan referensi bahan pengajaran bagi dosen
maupun instruktur guna meningkatkan aspek tentang manajemen armada.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Guna mempermudah suatu penyusunan serta penyampaian dalam bentuk tulisan
untuk mempermudah pembaca memahami apa yang akan dijelaskan oleh penulis
dalam skripsi ini, maka dapat penulis jabarkan dengan menggunakan sistematika
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I Pendahuluan berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.
5
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV berisikan tentang mengenai gambaran umum perusahaan,
objek yang di teliti dan analisis hasil penelitian. Analisis hasil penelitian,
berisi pembahasan masalah mengenai hasil-hasil penelitian yang
diperoleh.
BAB V PENUTUP
Pada Bab V berisikan tentang kesimpulan pada bab-bab sebelumnya dan
memberikan saran yang dapat dijadikan masukan dan diterima dalam
pengambilan keputusan.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
7
Proses bongkar muat dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
peralatan bantu seperti derek, forklift, dan conveyor. Peralatan-peralatan ini
memungkinkan proses bongkar muat menjadi lebih efisien dan lebih cepat.
Bongkar muat juga dapat dilakukan menggunakan teknologi otomatis dan
robotik yang semakin berkembang. Tujuan dari bongkar muat adalah untuk
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan aman dan
efisien. Proses ini juga dapat mempengaruhi kualitas barang yang diangkut,
karena jika proses bongkar muat dilakukan dengan buruk, maka barang tersebut
dapat rusak atau cacat. Oleh karena itu, proses bongkar muat perlu dilakukan
dengan hati-hati dan memperhatikan keselamatan, kualitas barang, dan efisiensi
proses agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
8
Menurut Amir M.S (Bharata Karya Aksara,2000) mendefinisikan pengertian
pemuatan yaitu menyiapkan dan mengangkutkan barang pada tackle di atas
dermaga yang kemudian barang di angkat keatas palka lalu melapaskan dan
memadatkan muatan di dalam palka. Lingkup kegiatan bongkar muat dibagi
dalam 3 (tiga) kegiatan yaitu :
a. Receiving merupakan kegiatan penerimaan dan penyerahan barang-
barang muatan yang berlangsung disisi lambung kapal/dermaga, di gudang
atau di lapangan penumpukkan.
b. Stevedoring merupakan kegiatan pemuatan barang dari dermaga ke kapal atau
kegiatan pembongkaran dari kapal ke dermaga.
c. Cargodoring merupakan kegiatan pemindahan muatan di dermaga dari sisi
lambung kapal ke lokasi penumpukan atau sebaliknya
d. Delivery merupakan kegiatan penerimaan dan penyerahan barang-barang
yang berlangsung disisi lambung kapal/dermaga
9
pecah adalah kargo yang tidak dapat mengisi seluruh kapasitas kendaraan atau
kapal pengangkut, sehingga menghasilkan ruang kosong yang tidak terpakai.
Dalam konteks industri pelayaran dan logistik, "Broken Space Cargo" atau
kargo ruang pecah dapat menjadi masalah karena dapat meningkatkan biaya
transportasi dan mengurangi efisiensi kapasitas kendaraan atau kapal. Oleh
karena itu, perusahaan logistik dan pelayaran berusaha untuk mengelola kargo
ruang pecah dengan mengoptimalkan pengisian kapasitas kendaraan atau kapal
dan mengurangi ruang kosong yang tidak terpakai. Terjadinya broken space
dapat terjadi apabila:
a. Bentuk ruang muatan/kargo, hal ini terutama terjadi di palka depan, di mana
bentuk palka dipengaruhi oleh bentuk haluan kapal, yang mengakibatkan
menjadi hal biasa.
b. Berbagai bentuk muatan kecil, besar, panjang, dan pendek pada sleb, bentuk
muatan pada sleb.
c. Pemuatan sering terhambat oleh kurangnya keahlian dalam pemuatan karena
kurangnya keterampilan dalam memadatkan pemuatan di antara para pekerja.
Sebagian besar waktu, menempatkan beban pada sleb sembarangan atau
gagal mematuhi rencana penyimpanan bisa sangat merugikan.
Ini semua adalah faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya broken space dan
ukuran ruang itu. Oleh karena itu, ketika melakukan operasi pemuatan, perwira
kapal dan buruh pelabuhan harus memperhatikan ruang ini untuk mengurangi
ukuran ruang yang rusak dan memaksimalkan pemanfaatan ruang yang tersedia.
3. Definisi Batubara
Batubara adalah batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari tumbuhan
purba yang mengalami proses pengubahan melalui tekanan dan panas dalam
waktu jutaan tahun dalam variasi tingkat pengawetan, diikat oleh proses
kompaksi dan terkubur dalam cekungan-cekungan pada kedalaman yang
10
bervariasi, dari dangkal sampai dalam. Batu bara merupakan bahan bakar fosil
yang paling banyak digunakan di seluruh dunia untuk menghasilkan energi
listrik dan juga bahan bakar untuk industri. Batu bara terdiri dari karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen, dan unsur-unsur lain dalam jumlah kecil.
Kandungan karbon dalam batu bara menentukan kualitasnya, semakin tinggi
kandungan karbon, maka semakin baik kualitas batu bara tersebut. Batu bara
memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah:
a. Batu bara antrasit: merupakan jenis batu bara dengan kandungan karbon
tertinggi (90-98%) dan memiliki sifat yang keras dan berkilau. Batu bara
antrasit sangat sulit terbakar sehingga umumnya digunakan sebagai bahan
bakar pada industri yang membutuhkan suhu yang sangat tinggi, seperti
industri metalurgi.
b. Batu bara bituminus: merupakan jenis batu bara dengan kandungan karbon
sekitar 45-85% dan biasa digunakan sebagai bahan bakar pada pembangkit
listrik tenaga uap, industri semen, dan industri kimia.
c. Batu bara sub-bituminus: memiliki kandungan karbon sekitar 35-45% dan
sering digunakan sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik tenaga uap dan
industri yang membutuhkan bahan bakar dengan harga lebih murah.
d. Batu bara lignit: memiliki kandungan karbon sekitar 25-35% dan biasa
digunakan sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik tenaga uap dan
pemanasan rumah tangga.
Menurut Ward, C.R. (2013) dalam buku yang berjudul "Coal Geology," batu
bara adalah sedimen organik yang terbentuk dari tumbuhan yang terkubur dalam
11
kondisi lingkungan yang tidak memiliki oksigen yang cukup untuk
memungkinkan penguraian yang sempurna.
Menurut Davis (2007) dalam bukunya yang berjudul "Introduction to
Environmental Engineering," batu bara adalah bahan bakar fosil yang terbentuk
dari endapan tumbuhan yang telah mati dan terkubur dalam kondisi yang sangat
padat, sehingga terjadi proses pemadatan dan pembentukan.
Menurut Mastalerz (2012) dalam bukunya yang berjudul "Coal Geology," batu
bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari akumulasi tumbuhan yang telah
mati dan terkubur dalam lingkungan yang kaya akan karbon dan rendah oksigen.
Menurut Dedy Sulistyono (2012), Batubara adalah termasuk salah satu bahan
bakar fosil. Sedangkan pengertian umumnya batubara adalah batuan sedimen
yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Unsur-unsur utama terdirinya batubara yakni dari karbon, hydrogen dan oksigen.
Kemudian perubahan yang terjadi dalam kandungan bahan tersebut disebabkan
oleh adanya tekanan, pemanasan yang kemudian membentuk lapisan tebal
sebagai akibat pengaruh panas bumi dalam jangka waktu yang lama, sehingga
lapisan tersebut akhirnya memadat dan mengeras. Batubara merupakan salah
satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber daya energi yang
sangat besar. Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan
menduduki peringkat ke-4 di dunia sebagai pengekspor batubara. Dengan
melimpahnya cadangan dari batubara menjadikan opsi alternatif yang baik jika
digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit energy menggantikan potensi
minyak dan gas bumi yang semakin menipis. Berdasarkan atas cara
penggunaanya sebagai penghasil energy diklasifikasian sebagai berikut:
12
lokomotif, pereduksi proses metalurgi, kokas konvensional, bahan bakar tidak
berasap (smokeless fuels).
B. TEORI
Pembahasan mengenai upaya menghindari terjadinya broken space pada
pelaksanaan bongkar muat batubara perlu dijelaskan beberapa teori serta pengertian
dari istilah-istilah yang peneliti ambil dari beberapa sumber pustaka sehingga dapat
menyempurnakan penulisan skripsi. Untuk memudahkan pemahaman pembaca
yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini, maka penulis mengambil beberapa
referensi para ahli tentang teori-teori yang berhubunan dengan skripsi ini, yaitu :
1. Muatan
Pengertian Muatan Kapal adalah segala macam barang dan barang dagangan
yang diserahkan kepada pengangkut untuk diangkut dengan kapal, guna
diserahkan kepada orang / barang dipelabuhan atau pelabuhan tujuan. Secara
umum, muatan dapat diartikan sebagai barang atau bahan yang diangkut oleh
kapal atau kendaraan laut lainnya untuk tujuan pengangkutan barang atau jasa
angkutan laut. Muatan dapat berupa kargo dalam berbagai bentuk, seperti peti
kemas, tangki, atau muatan lainnya. Muatan kapal dapat disebut, sebagai seluruh
jenis barang yang dapat dimuat ke kapal dan diangkut ke tempat lain baik berupa
bahan baku atau hasil produksi dari suatu proses pengolahan.
Menurut Sudjatmiko (2015) Muatan adalah semua barang dan niaga yang
diberikan kepada pengangkut untuk diangkut dengan kapal laut, untuk
diserahkan kepada orang atau barang di pelabuhan atau pelabuhan tujuan.
Menurut Capt. Fakhrurrozi (2017) Dalam bukunya Penanganan, Pengaturan dan
Pengamanan Muatan, muatan kapal laut dikelompokkan atau dibedakan menurut
beberapa pengelompokan sesuai dengan cara pemuatan, perhitungan biaya
angkut dan sifat muatan.
13
Menurut Gatot Soepriyanto dalam bukunya "Panduan Kapal Tongkang dan
Penyeberangan" (2013), muatan adalah barang atau bahan yang diangkut oleh
kapal atau kendaraan laut lainnya, baik dalam bentuk kargo, peti kemas, tangki,
atau muatan lainnya.
Menurut Faisal Amien dalam bukunya "Kewajiban Muatan Kapal Laut" (2018),
muatan adalah segala jenis barang atau benda yang diangkut oleh kapal laut
dalam rangka usaha pengangkutan barang, baik dalam kemasan tertentu atau
tidak.
Pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa muatan adalah barang jadi
maupun barang mentah yang di angkut dengan kapal dan dibawa dari pelabuhan
asal ke pelabuhan tujuan. Definisi muatan juga dapat meliputi kewajiban dan
tanggung jawab hukum yang terkait dengan pengangkutan dan keamanan
muatan selama pengangkutan tersebut berlangsung.
14
digabung dengan menggunakan pallet, bag, karton, karung atau
pembungkus lainnya sehingga dapat disusun dengan menggunakan
pengikat.
2) Muatan curah (bulk cargo)
Muatan curah (bulk cargo) adalah muatan yang diangkut melalui laut
dalam jumlah besar. Sedangkan pengertian muatan curah menurut
Sudjatmiko (2015) adalah Muatan curah (bulk cargo) adalah muatan yang
terdiri dari suatu muatan yang tidak dikemas yang dikapalkan sekaligus
dalam jumlah besar.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa muatan bulk cargo ini tidak
menggunakan pembungkus dan dimuat kedalam ruangan palka kapal tanpa
menggunakan kemasan dan pada umumnya dimuat dalam jumlah banyak dan
homogen. Muatan curah dibagi menjadi:
a) Muatan Curah Kering
Merupakan muatan curah padat dalam bentuk biji bijian, serbuk, bubuk,
butiran dan sebagainya yang dalam pembuatan / pembongkaran dilakukan
dengan mencurahkan muatan ke dalam palka dengan menggunakan alat-alat
khusus. Contoh muatan curah kering antara lain biji gandum, kedelai, jagung,
pasir, semen, klinker, soda dan sebagainya.
15
untuk mengangkut muatan curah cair. Muatan curah cair dapat berupa minyak
mentah, produk minyak, bahan kimia, dan sebagainya. Muatan curah cair
memiliki risiko yang lebih tinggi daripada muatan curah padat karena sifat
cairan yang mudah tumpah atau terbakar, sehingga memerlukan prosedur dan
protokol keamanan yang ketat dalam pengangkutannya. Muatan curah cair
biasanya diangkut dalam tangki-tangki khusus yang tahan terhadap korosi dan
tekanan tinggi, serta dilengkapi dengan sistem pemanas dan pendingin untuk
menjaga suhu muatan tetap stabil selama pengangkutan.
2. Kapal Curah
Arti kata kapal curah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kapal
yang dirancang khusus untuk mengangkut muatan curah. Kapal curah memiliki
spesifikasi khusus yang memungkinkan muatan curah untuk dimuat dan
dibongkar dengan cepat dan efisien. Pada skripsi ini penulis memfokusan pada
muatan curah batubara. Setiap kapal memiliki metode bongkar muat sendiri.
16
Menurut Sigit Purwono (2017) dalam bukunya "Ilmu Kapal", kapal curah
adalah kapal yang dirancang khusus untuk mengangkut muatan curah, seperti
batubara, bijih besi, minyak bumi, atau biji-bijian.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kapal curah adalah jenis kapal
yang dirancang khusus untuk mengangkut muatan curah dalam jumlah besar,
seperti batu bara, bijih besi, atau biji-bijian, yang biasanya dimuat dan
dibongkar melalui bagian atas kapal. Beberapa kapal melakukan proses bongkar
muat menggunakan crane kapal sendiri yang biasa dikenal dengan deck crane,
dan ada juga yang melakukan proses bongkar muat menggunakan conveyor,
akan tetapi kapal pengangkut muatan lepas jarang menggunakan deck crane
sebagai alat untuk melakukan bongkar muat. Deck crane mengacu pada
perangkat bongkar muat yang dilengkapi dengan boom (lengan batang) dan
dioperasikan oleh listrik.
Pada setiap kapal curah deck crane ini memiliki kapasitas yang berbeda-beda,
kapasitas ini dibedakan dari ukuran DWT bulk carrier, semakin besar DWT
kapal maka semakin besar juga kekuatan deck crane yang dimiliki kapal.
Dengan memiliki SWL yang lebih besar, kapasitas yang di punyai oleh deck
crane ini juga akan lebih besar dan lebih cepat digunakan karena mampu
mengangkat lebih banyak beban. Pada kapal lepas terdapat deck crane tipe boom
ganda atau sering disebut tipe double boom. Double boom ini memiliki tenaga
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan single platform crane dalam
proses pengangkatan barang atau kargo. Namun pada kenyataannya, kapal
pada saat melakukan proses bongkar muat menggunakan conveyor jauh lebih
cepat dibandingkan dengan kapal yang menggunakan deck crane. Menurut
Ibester (Bulk Carrier Practice: 2007), Kapal curah dibedakan menurut ukuranya,
yaitu:
17
a. Handysize
Kapal pengangkut curah dengan golongan bobot mati (DWT) mulai dari
10.000 hingga 50.000 ton. Tidak memungkinkan kapal dengan jenis ini dapat
masuk ke semua pelabuhan di seluruh dunia di karenakan dari draft kapal
yang terlalu tinggi. Kapal dalam kategori ini dengan bobot mati kurang dari
30.000 ton disebut juga handies, sedangkan kapal dengan bobot mati antara
40.000 dan 60.000 ton disebut handymax.
b. Lakesizes
Lakesizes adalah kapal berjenis curah berukuran praktis dengan mempunyai
bobot mati antara 20.000 dan 27.000 ton. Jenis kapal curah yang lebih besar
yang dapat menggunakan jalur laut St. Lawrence Seaway yang membutuhkan
draft maksimum kurang dari 7.925 m.
c. Panamax
Kapal panamax adalah kapal berjenis curah dengan ukuran lebarsekitar 32,2m
yang bisa melewati Terusan Panama
d. Over-Panamax
Kapal pengangkut curah dengan lebar melebihi pengangkut curah jenis
Panamax dengan bobot mati 80.000 sampai 120.000 ton. Kapal pengangkut
barang dengan ukuran besar yang dapat melewati kolam tertutup baru dan
Terusan Panama.
e. Capesize
Capsize termasuk jenis kapal curah yang mempunyai bobot mati lebih dari
100.000 ton dan mampu masuk di pelabuhan di Teluk Richards, Afrika
Selatan.
f. Dunkerquemax
Dunkerquemax termasuk jenis kapal curah terbesar yang mampu masuk di
pelabuhan Dunkerquei, Perancis dengan bobot matikurang lebih 170.000 ton.
18
3. Tongkang
Menurut (KBBI), arti kata tongkang adalah sejenis kapal berukuran besar yang
tidak mempunyai mesin dan berfungsi untuk mengangkut barang. Dari
penjelasan tersebut penulis dapat simpulkan bahwa tongkang adalah sejenis
perahu dengan kerangka kotak besar, yang digunakan untuk memindahkan
barang muatan dan ditarik oleh tugboat. Tongkang tidak memiliki mesin seperti
kapal secara keseluruhan. Kapal ini adalah kapal yang sangat kuat dan efektif
untuk memindahkan batubara dalam proses transhipment karena bentuknya yang
sangat mendukung untuk dilakukanya alih muat.
Menurut Gatot Soepriyanto (2013) dalam bukunya "Panduan Kapal Tongkang
dan Penyeberangan", tongkang adalah jenis kapal laut yang biasa digunakan
untuk mengangkut barang dalam jumlah besar, seperti batubara, minyak mentah,
atau bahan curah lainnya. Tongkang umumnya tidak memiliki mesin dan ditarik
oleh kapal penggerak.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tongkang adalah jenis kapal laut
yang digunakan untuk mengangkut barang dalam jumlah besar, seperti batu bara,
bijih besi, atau bahan curah lainnya. Tongkang biasanya berbentuk datar dan
tidak memiliki mesin, sehingga ditarik oleh kapal penggerak atau kapal tugboat.
4. Stowage Plan
Stowage Plan Adalah sebuah gambaran informasi mengenai rencana pengaturan
muatan diatas kapal yang mana gambar tersebut menunjukkan pandangan
samping denah serta pandangan atas profil dari letak-letak muatan, jumlah
19
muatan, dan berat muatan yang berada dalam palka sesuai tanda pengiriman
masing-masing pelabuhan tujuannya.
20
serta mengoptimalkan penggunaan ruang di dalam kapal. kegunaan dan fungsi
dari Stowage Plan Adalah
a. Menjamin Keselamatan Kapal dan Muatan
Stowage plan berfungsi untuk memastikan muatan diatur dengan tepat,
sehingga muatan yang terpasang di dalam kapal tidak menimbulkan risiko
kecelakaan atau kerusakan pada muatan dan kapal. Stowage plan juga dapat
membantu mencegah terjadinya pergeseran muatan yang dapat menyebabkan
kapal tidak stabil saat berlayar.
5. Muatan Curah
Secara umum, muatan curah adalah muatan yang ditransportasikan dalam bentuk
massa atau volume yang besar, seperti bijih, batu bara, gandum, dan lain-lain,
yang tidak dikemas atau dibungkus. Muatan curah seringkali diangkut
21
menggunakan kapal khusus yang disebut kapal muatan curah. Definisi muatan
curah dapat ditemukan dalam buku-buku ilmu kapal dan logistik yang
membahas tentang pengangkutan muatan di kapal.
Menurut Ian Sutton (2010) dalam bukunya "Process Risk and Reliability
Management: Operational Integrity Management", muatan curah adalah muatan
yang ditransportasikan dalam bentuk massa atau volume yang besar, seperti
bijih, batubara, pasir, dan lain-lain, yang tidak dikemas atau dibungkus.
Menurut M. Abdul Muis (2017) dalam bukunya "Logistik dan Supply Chain
Management", muatan curah adalah muatan yang ditransportasikan dalam
bentuk massa atau volume yang besar, seperti bijih, batubara, minyak, dan lain-
lain, yang tidak dikemas atau dibungkus.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa muatan Bulk cargo ini tidak
menggunakan pembungkus dan dimuat kedalam ruangan palka kapal tanpa
menggunakan kemasan dan pada umumnya dimuat dalam jumlah banyak dan
homogen. Muatan curah dibagi menjadi:
a. Muatan Curah Kering
Merupakan muatan curah padat dalam bentuk biji- bijian, serbuk, bubuk,
butiran dan sebagainya yang dalam pembuatan / pembongkaran dilakukan
dengan mencurahkan muatan ke dalam palka dengan menggunakan alat-alat
khusus. Contoh muatan curah kering antara lain biji gandum, kedelai, jagung,
pasir, semen, klinker, soda dan sebagainya.
22
b. Muatan Curah Cair
Yaitu muatan curah yang berbentuk cairan yang diangkut dengan
menggunakan kapal-kapal khusus yang disebut kapal tanker. Contoh muatan
curah cair ini adalah bahan bakar, crude palm oil, produk kimia cair dan
sebagainya
6. Tambang Batubara
Penambangan batu bara adalah proses pencarian batubara dari tanah. Batubara
bernilai untuk kandungan energinya, dan, sejak 1880an, telah banyak dipakai
untuk membangkitkan listrik. Industri-industri baja dan semen memakai batu
bara sebagai bahan bakar untuk penyarian besi dari bijih besi dan untuk
produksi.
Menurut William A. Hustrulid (2013) dalam bukunya "Open Pit Mine Planning
and Design", tambang batubara adalah lokasi penggalian atau penambangan batu
bara yang terbuka atau terbuka terkendali, di mana lapisan batu bara diekskavasi
dengan menggunakan metode galian terbuka.
7. Stockpile
Secara umum, stockpile adalah area atau tempat penyimpanan sementara untuk
bahan curah atau produk hasil pengolahan, seperti batubara, bijih besi, pasir,
pupuk, dan sejenisnya. Stockpile biasanya diletakkan di dekat tempat produksi
23
atau sumber bahan, dan digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara
sebelum bahan diangkut ke tempat tujuan.
Menurut I Made Sukresna (2013) dalam bukunya "Pengantar Teknik
Pertambangan", stockpile adalah area penyimpanan bahan tambang atau produk
hasil pengolahan, seperti batubara, bijih besi, dan lain-lain, sebelum diangkut ke
tempat tujuan.
8. Jetty
Jetty adalah struktur landai atau dermaga yang memanjang ke laut atau perairan
dalam, dan digunakan untuk penambatan kapal atau pengangkutan barang dari
kapal ke darat. Jetty biasanya dibangun di dekat pelabuhan atau lokasi produksi,
dan berfungsi sebagai tempat bongkar muat barang, tempat berlabuh kapal, atau
tempat pengiriman barang melalui jalur laut.
Menurut Bambang Triatmodjo (2010) Jetty adalah tanggul yang dibangun cukup
jauh ke laut, dengan maksud agar ujung tanggul cukup dalam untuk
menambatkan kapal.
24
Menurut John S. Gulliver (2013) dalam bukunya "Ports and Terminals: Design
and Operation", jetty adalah struktur yang memanjang ke laut atau ke perairan
dalam, dan digunakan untuk penambatan kapal atau pengangkutan barang dari
kapal ke darat.
Menurut I Made Sukresna (2013) dalam bukunya "Pengantar Teknik
Pertambangan", jetty adalah bangunan atau dermaga yang dibangun di tepi laut
atau sungai, dan digunakan sebagai tempat berlabuhnya kapal atau tempat
bongkar muat barang.
9. Conveyor
Conveyor adalah Menurut (KBBI), Conveyor adalah suatu alat yang membawa
atau mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lain dengan mengunakan
belt atau rantai berjalan. Conveyor adalah alat untuk bongkar muat barang,
dimana conveyor tidak memiliki motor penggerak atau mesin dan penggeraknya
dibantu dengan tugboat. Conveyor biasanya digunakan di pabrik, gudang, atau
pelabuhan untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
efisien dan cepat. Conveyor sendiri biasanya digunakan untuk mengangkut
barang sehingga penggunaan conveyor pada muatan dapat dilakukan secara
efektif dan dapat memindahkan batubara ke mother vessel.
Menurut Russel L. Meier (2009) dalam bukunya "Conveyors: Application,
Selection, and Integration", conveyor adalah mesin yang digunakan untuk
mengangkut barang dari satu lokasi ke lokasi lain, dan dapat berupa sabuk, rol,
rantai, atau sistem pneumatik.
25
Menurut Anthony Esposito (2016) dalam bukunya "Fluid Power with
Applications", conveyor adalah mesin yang digunakan untuk memindahkan
barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan rantai, sabuk, atau
tali.
Secara umum, conveyor adalah mesin atau sistem mekanis yang digunakan
untuk memindahkan barang atau produk dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan sabuk, rantai, atau sistem pneumatik.
Menurut Rodgers (1984) dalam bukunya yang berjudul "The Law of Tug and
Tow and Offshore Contracts," transhipment adalah proses pemindahan muatan
dari satu kapal ke kapal lain atau ke tempat penampungan sementara di
26
pelabuhan, dengan tujuan untuk mengoptimalkan pengiriman atau distribusi
barang.
Menurut Monios dan Wang (2017) dalam bukunya yang berjudul "The
Geography of Transport Systems," transhipment adalah proses transfer muatan
dari satu moda transportasi ke moda transportasi lainnya atau ke tempat
penampungan sementara di pelabuhan, yang dilakukan untuk mempercepat
distribusi barang dan mengurangi biaya pengiriman.
27
a. Agen
Menurut Martin White (2018) dalam buku "Marine Cargo Operations" agen
kapal adalah "orang atau perusahaan yang bertanggung jawab atas pengaturan
semua aspek yang berkaitan dengan kunjungan kapal ke pelabuhan, termasuk
koordinasi dengan otoritas pelabuhan, penyediaan jasa, dan administrasi."
Menurut Pierre A. David (2016) dalam buku "International Logistics: The
Management of International Trade Operations" agen kapal adalah
"perwakilan resmi dari kapal dan armada yang bertugas menyediakan jasa
pelayanan dan koordinasi dengan otoritas pelabuhan, menyediakan informasi
kepada pemilik barang dan kargo, dan menangani dokumentasi dan
administrasi yang terkait dengan bongkar muat kapal."
Dapat di simpulkan definisi agen kapal tersebut menunjukkan bahwa agen
kapal memiliki peran penting dalam pengaturan kunjungan kapal ke
pelabuhan dan menangani semua aspek terkait dengan kapal dan muatannya.
b. Foreman
Menurut Jerald L. Rounds dan Robert O. Segner Jr (2017) dalam buku
"Construction Supervision", foreman adalah "seorang pekerja yang
memimpin dan mengawasi pekerjaan konstruksi, termasuk mengatur jadwal,
memastikan kualitas dan keamanan pekerjaan, dan berkomunikasi dengan
manajemen proyek dan tim pekerja."
28
Definisi foreman tersebut menunjukkan bahwa foreman adalah seorang
pemimpin di lapangan yang bertanggung jawab atas pengawasan langsung
pekerjaan, memastikan kualitas dan keamanan pekerjaan, dan berkomunikasi
dengan manajemen proyek dan tim pekerja.
c. Surveyor
Surveyor adalah pihak yang menjadi perantara antara pemilik batubara
(shipper) dan pembeli dalam hal kualitas dan jumlah angkutan batubara.
Surveyor hampir terlibat dengan seluruh proses transhipment batubara dari
batubara digali sampai batubara sampai di kapal induk.
Menurut Dennis T. Hall (2016) dalam buku "Practical Marine Electrical
Knowledge", surveyor adalah "seorang profesional independen yang dilantik
untuk melakukan inspeksi pada kapal, memeriksa keamanan dan kelayakan
kapal, dan menyusun laporan yang menyertakan rekomendasi perbaikan atau
perawatan."
d. Shipper
Menurut Dong-Wook Song (2015) dalam buku "Maritime Logistics: A
Complete Guide to Effective Shipping and Port Management" , shipper
adalah "pemilik barang yang mengirimkan barang melalui transportasi laut
dan bertanggung jawab atas persiapan, pemenuhan persyaratan dokumen, dan
pembayaran biaya pengiriman."
29
Definisi shipper tersebut menunjukkan bahwa shipper adalah seseorang atau
perusahaan yang mengirimkan barang melalui transportasi laut, udara, atau
darat, dan bertanggung jawab atas ketersediaan, kualitas, dan jumlah barang
yang dikirimkan. Selain itu, shipper juga bertanggung jawab atas persiapan
dokumen, pemenuhan persyaratan, dan pembayaran biaya pengiriman.
Menurut Larsen (2014) dalam bukunya yang berjudul "Heavy Duty Truck
Systems," dump truck adalah kendaraan bermotor yang dirancang khusus untuk
mengangkut muatan berat dan memiliki sistem pembuangan di belakang truk
yang memungkinkan proses pengosongan muatan dengan mudah.
Menurut Eko Sugiyanto (2017) Dump Truck merupakan alat yang digunakan
untuk memindahkan material hasil galian dari lokasi quary ke lokasi proyek.
Alat tersebut biasanya digunakan untuk mengangkut material lepas loose
material baik berupa pasir, gravel/kerikil, tanah, dan material mineral/batubara
yang digunakan di dunia konstruksi dan pertambangan.
30
12. Palka
Palka adalah suatu ruang yang berada di atas kapal yang memiliki fungsi sebagai
tempat atau wadah untuk menampung muatan. Pada penulisan skripsi ini saat
penulis melakukan praktik darat palka digunakan sebagai tempat untuk
penampungan barang yang berupa batubara.
Menurut David J. House dan lain-lain (2010) dalam bukunya yang berjudul
"Ship Construction," palka muatan adalah struktur penyangga yang terdiri dari
beberapa tiang dan balok yang membentuk kerangka penyangga beban muatan
di atas geladak kapal.
Menurut Zabar Yunus (2012) palka adalah tempat penyimpanan ruangan kapal
yang berada dibawah geladak.
Menurut Bertram I. Pfrang (2013) dalam bukunya yang berjudul "Bulk Carrier
Practice," palka muatan adalah struktur penyangga yang terletak di atas geladak
kapal dan digunakan untuk menopang dan menahan beban muatan selama kapal
berlayar.
Menurut Jan Babicz dan lain-lain (2016) dalam bukunya yang berjudul "Safe
Loading and Unloading of Bulk Carriers," palka muatan adalah bagian struktur
utama kapal yang terdiri dari beberapa tiang dan balok, dan berfungsi sebagai
penyangga beban muatan yang diangkut di atas geladak kapal.
31
C. Kerangka Pemikiran
Untuk mempermudah memahami skripsi ini, maka penulis membuat kerangka pikir
yang merupakan serangkaian konsep dan kejelasan hubungan antar konsep tersebut
yang dirumuskan oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, dengan meninjau teori
yang disusun dan hasil - hasil penelitian yang terkait.
Dalam pembahasan skripsi ini membahas tentang analisis proses pemuatan muatan
batubara yang tidak sesuai dengan rencana muat awal sehingga mengakibatkan total
muatan berkurang ketika berlangsung proses pemuatan yang dilakukan di tengah
laut, tepatnya di Kaliorang Anchorage oleh pihak kapal dan tenaga kerja bongkar
muat.
Dalam kasus ini semua pihak terkait termasuk boarding agent juga ikut berperan
dalam proses penanganan kasus ini. Walaupun yang sangat berperan penting dalam
kasus ini Chief Officer sebagai penaggung jawab terhadap muatan, foreman /
stevedore sebagai pelaksana dalam proses bongkar muat, serta dari pihak shipper
sebagai pemilik barang / muatanbatubara tersebut.
Oleh karena itu akan dilakukan analisis terjadinya broken space cargo curah
batubara ketika proses pemuatan tersebut, diharapkan akan ada penjelasan untuk
mengetahui sebab dan akibat terjadinya broken space curah batubara sehingga
dalam kegiatan pemuatan batubara selanjutnya dapat ditingkatkan semaksimal
mungkin sehingga kemungkinan terjadinya masalah yang sama dapat ditekan
seminimal mungkin.
32
Berikut adalah bagan kerangka pikir penelitian yang digambarkan :
KERANGKA PEMIKIRAN
MASALAH POKOK
Terjadinya Broken Space Cargo Curah
Batubara di kapal
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Metode Deskriptif
Penelitian Deskriptif ini bertujuan untuk dapat memberikan dekripsi mengenai
perusahaan maupun permasalahan yang ada. Penggunaan metode ini
berdasarkan bukti yang nyata atau objektif dan menggunakan analisis dan perlu
dilakukan secara sistematis, teratur, tertib dan cermat dengan segala keadaan
yang terjadi, hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik serta
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi untuk
mengumpulkan data-data atau informasi untuk disusun, dijelaskan dan dianalisa.
C. SUMBER DATA
Dalam penyusunan skripsi penulis memerlukan sumber data, yang dimaksud data
artinya informasi yang didapat melalui pengukuran- pengukuran tertentu untuk
digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta.
Sedangkan fakta itu sendiri adalah kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara
empirik, antara lain melalui analisis data. Dalam pengumpulan data merupakan
bagian yang sangat penting dan harus ada dalam penelitian, karena teknik
pengumpulan data akan berpengaruh terhadap hasil penelitian. Untuk mendapatkan
data yang benar-benar sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian serta untuk
menyusun data agar teratur. Jenis data dapat di bedakan berdasarkan dengan cara
pengumpulannya, data dapat dibagi menjadi dua yaitu :
35
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data primer
diperoleh langsung dari sumber pertamanya melalui hasil wawancara,
pengamatan kejadian nyata yang tampak pada objek penelitian. Data primer
dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dengan narasumber 1 orang
shipper on board, Mualim I MV. Amanah Morowali AMC, 1 orang
karyawan PT. Maribu Bahtera Kaltim dan 1 orang Agent on board.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan bacaan. Data sekunder
merupakan data yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis,
selain dari sumbernya yang diteliti. Data sekunder merupakan data yang
mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang sudah ada.
Sumber data sekunder berbentuk catatan atau dokumen perusahaan, internet,
situs web dan sejenisnya. Dalam penelitian ini diproleh data sekunder dari
beberapa dokumentasi yang telah diperoleh selama melaksanakan penelitian
meliputi daftar loading plan, daftar target muatan, daftar pencapaian muatan,
dan hasil draft survei.
1. Wawancara (Interview)
Wawancara atau interview merupakan proses pengumpulan data melalui
pertemuan antara dua orang atau lebih yang saling bertukar informasi melalui
tanya jawab dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara
kepada narasumber untuk mendapatkan informasi yang tepat dan akurat dari
narasumber. Dalam metode pengumpulan data berupa wawancara, peneliti
melakukan wawancara kepada Pak Dimas sebagai Shipper PT. Indexim
Coalindo, Pak Aziz sebagai Agent on board, Mualim I MV. Amanah Morowali
36
AMC, Pak Jacob sebagai karyawan PT. Maribu Bahtera Kaltim. Ada beberapa
faktor yang mempunyai arus informasi dalam wawancara yaitu :
a. Pewawancara
Yaitu pengumpul informasi, dalam hal ini penulis bertindak sebagai
pewawancara.
b. Responden
Yang merupakan sumber informasi antara narasumber yang diharapkan
dapat memberikan jawaban dan informasi mengenai hal-hal yang
dinyatakan dan dibutuhkan oleh pewawancara.
c. Pedoman wawancara
Adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang
pewawancara inginkan.
d. Situasi wawancara
Adalah berkaitan dengan waktu, tempat, kehadiran orang ketiga, kesibukan
responden, dan sikap masyarakat sekeliling.
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
langsung pada objek kajian. “Observasi ialah pemilihan, pengubahan,
pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan
dengan organisasi, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris.” Hasan, M. Iqbal
(2002). Dalam penelitian ini peneliti terjun secara langsung untuk melakukan
pengamatan di PT. Maribu Bahtera Kaltim.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
menyediakan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti
sebagai bukti yang akurat dari sumber informasi. Dalam kata lain pengertian
dokumentasi secara umum adalah suatu kegiatan untuk melakukan pencarian,
pengumpulan, dan penyediaan dokuem terhadap suatu perihal tertentu.
“Dokumentasi adalah suatu informasi yang berasal dari catatan penting baik
dari lembaga ataupun organisasi maupun dari perorangan.” Martono, Nanang
(2011). Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data berupa hasil dari
wawancara di perusahaan PT. Maribu Bahtera Kaltim dan arsip dari obyek
penelitian yang menyangkut dengan permasalahan penelitian ini.
37
E. TEKNIK ANALSIS DATA
Teknis analisis data merupakan langkah yang digunakan untuk menganalisis data
penelitian dengan menggunakan suatu metode atau bisa diartikan sebagai langkah
untuk mengolah data agar menjadi informasi yang akurat sehingga data tersebut
mudah untuk dipahami dan menghasilkan kesimpulan dari penelitian.
Menurut Sugiyono (2016) analisis data merupakan teknik analisis dengan data yang
diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data
yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus-menerus. Analisis
data kualitatif adalah berupa kumpulan kata-kata dan bukan rangkaian angka serta
tidak dapat disusun dalam kategori/struktur klasifikasi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data analisa akar
permasalahan dengan metode why why analysis. Menurut Wikipedia, Why-why
Analysis, juga dikenal sebagai teknik 5 whys, adalah metode pemecahan masalah
yang digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah atau isu
tertentu. Ini merupakan teknik sederhana namun efektif yang membantu
menjelajahi hubungan sebab-akibat di balik suatu masalah dan menemukan alasan
mendasar di baliknya.
Prosesnya melibatkan bertanya "mengapa" berulang kali, biasanya lima kali (tetapi
kadang-kadang lebih atau kurang), sampai tim atau individu yang melakukan
analisis mencapai penyebab mendasar dari masalah tersebut. Setiap kali pertanyaan
"mengapa" diajukan, itu menggali lebih dalam ke dalam respons sebelumnya,
menyelidiki faktor-faktor yang menyebabkan masalah tersebut.
38
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
Untuk memudahkan penelitian, penulis akan menyampaikan deskripsi mengenai
data-data yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ditulis oleh penulis
merupakan gambaran nyata sesuai kejadian di lapangan. Berikut ini adalah
deskripsi data pada masalah di Perusahaan.
39
Sumber : MV. Amanah Morowali AMC
Gambar 4.1 pre stowage plan
Terlihat dari stowage plan diatas, rencana permuatan yang dibuat oleh pihak
kapal sebagai informasi dalam kegiatan bongkar muat, muatan yang
direncanakan adalah 91.000 MT menjadi target yang harus dicapai dalam
kegiatan ini. Sedangkan final stowage plan yang di keluarkan pihak kapal
setelah perhitungan muatan berbeda dengan stowage plan yang telah di buat.
Hal tersebut karna hanya 84.740 MT saja muatan yang termuat setelah
perhitungan actual cargo on board. maka dari itu cargo tidak termuat 6,260
MT hal ini menjadi pertanyaan bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
bongkar muat. Bongkar muat yang berjalan secara sistematis, aman, cepat dan
wajar sesuai prosedur namun target muatan tidak dapat di capai.
40
Sumber : MV. Amanah Morowali AMC
Gambar 4.2 final stowage plan
Dampak yang terjadi ketika muatan yang berada di sudut palka harus
dilakukan pemadatan terlebih dahulu secara maksimal sebelum meratakan
bagian tengah palka, tetapi karna pemadatkan bagian tengah palka di lakukan
terlebih dahulu, ini menyebabkan bagian sudut muatan longsor ke bagian
tengah palka, sehingga sudut sudut palka tidak terisi secara penuh yang
menyebabkan pemuatan di atas kapal menjadi tidak maksimal sesuaian
stowage plan yang telah direncanakan sebelumnya oleh pihak kapal dan pihak
shipper.
Sehingga pihak – pihak yang terlibat dalam proses pemuatan harus melakukan
beberapa tindakan yang bertujuan untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut.
Salah satunya dengan melakukan pemadatan muatan menggunakan dozer,
tindakan ini sering disebut trimming cargo. Setelah melakukan trimming cargo
maka akan ada sisa space cargo di dalam palka yang kemudian dapat diisi
muatan lagi atau sering disebut reload cargo.
Sehingga ketika ada space cargo di palka akan dilakukan pemuatan lagi atau
penambahan muatan pada space kosong yang tersisa di palka. yang bertujuan
untuk menekan muatan agar sudut ruang sisa dapat terisi dengan maksimal
walaupun masih tersisa ruang yang tidak dapat terisi sepenuhnya. Secara tidak
41
langsung setelah dilakukan pemadatan jumlah muatan bisa bertambah tetapi
prosentasenya hanya sedikit. Sehingga tetap tidak dapat mencapai jumlah yang
direncakan sebelumnya. Karna hal tersebut, pihak pemilik muatan juga harus
melakukan ganti rugi kepada pembeli karena jumlah muatan tidak sesuai
dengan perjanjian dengan pembeli atau pemilik muatan harus menyediakan
sarana angkut lagi untuk mengangkut sisa muatan yang tidak termuat. Pihak
penjual atau pemilik muatan harus menyediakan sarana angkut tambahan
untuk mengangkut sisa muatan jika tidak bersedia membayar ganti rugi kepada
pihak buyer.
42
TABEL 4.1
Laporan Kunjungan Kapal Bulan November 2021 PT. Maribu Bahtera Kaltim Cabang
Sangkulirang
43
rutin terhadap pihak – pihak yang terlibat yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan prosedur yang harus dilakukan selama kegiatan bongkar muat
kepada pihak – pihak tersebut, Secara tidak langsung pihak - pihak yang
bersangkutan dalam kegiatan tersebut merasa diperhatikan dan memiliki
tanggung jawab memaksimalkan pengawasan dalam kegiatan permuatan di
atas kapal.
B. ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses yang harus dilakukan dalam upaya mencari jalan
keluar dari suatu masalah, pada analisa masalah ini akan dibahas inti-inti masalah
untuk meningkatkan pelayanan permuatan kapal di PT. Maribu Bahtera Kaltim
cabang Sangkulirang. Berdasarkan observasi, pengamatan, serta wawancara yang
dilakukan selama di PT. Maribu Bahtera Kaltim cabang Sangkulirang dapat
dijabarkan mengenai faktor penyebab kurang optimalnya pelayanan permuatan
yang dilakukan ketika proses kegiatan bongkar muat di atas kapal dan bagaimana
cara mengatasi masalah tersebut.
44
terlibat dalam proses pemuatan harus melakukan beberapa tindakan yang
bertujuan untuk meminimalisir terjadinya broken space. Salah satunya dengan
melakukan pemadatan muatan menggunakan dozer, tindakan ini sering
disebut trimming cargo. Setelah melakukan trimming cargo maka akan ada
sisa space cargo di dalam palka yang kemudian dapat diisi muatan lagi atau
sering disebut reload cargo.
Sehingga ketika ada space cargo di palka akan dilakukan pemuatan lagi atau
penambahan muatan pada space kosong yang tersisa di palka. yang bertujuan
untuk menekan muatan agar sudut ruang sisa dapat terisi dengan maksimal
walaupun masih tersisa ruang yang tidak dapat terisi sepenuhnya. Secara tidak
langsung setelah dilakukan pemadatan jumlah muatan bisa bertambah tetapi
prosentasenya hanya sedikit. Sehingga tetap tidak dapat mencapai jumlah yang
direncakan sebelumnya. Karna hal tersebut, pihak pemilik muatan juga harus
melakukan ganti rugi kepada pembeli karena jumlah muatan tidak sesuai
dengan perjanjian dengan pembeli atau pemilik muatan harus menyediakan
sarana angkut lagi untuk mengangkut sisa muatan yang tidak termuat. Pihak
penjual atau pemilik muatan harus menyediakan sarana angkut tambahan
untuk mengangkut sisa muatan jika tidak bersedia membayar ganti rugi kepada
pihak buyer. Terlampir kondisi palka kapal setelah di lakukan pemadatan
muatan :
45
Sumber : MV. Amanah Morowali AMC
Gambar 4.3
Kondisi palka I MV. Amanah Morowali AMC
46
Sumber : MV. Amanah Morowali AMC
Gambar 4.5
Kondisi palka III MV. Amanah Morowali AMC
47
Sumber : MV. Amanah Morowali AMC
Gambar 4.7
Kondisi palka V MV. Amanah Morowali AMC
48
Dalam pembahasan masalah skripsi ini, juga menggunakan metode wawancara
dari narasumber, yaitu dari shipper on board, agent on board, mualim I MV.
Amanah Morowali AMC dan pegawai PT. Maribu Bahtera Kaltim cabang
Sangkulirang harus melakukan beberapa tindakan yang bertujuan untuk
meminimalisir adanya peristiwa seperti ini. Salah satunya dengan melakukan
pengarahan atau koordinasi serta sosialisasi secara rutin terhadap pihak –
pihak yang terlibat yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan prosedur
yang harus dilakukan selama kegiatan bongkar muat kepada pihak – pihak
tersebut, Secara tidak langsung pihak - pihak yang bersangkutan dalam
kegiatan tersebut merasa diperhatikan dan memiliki tanggung jawab
memaksimalkan pengawasan dalam kegiatan permuatan di atas kapal.
49
muat yang telah ditentukan. Tindakan trimming cargo ini ditetapkan di
palka dilakukan oleh operator dozer.
b. Melakukan permuatan kembali (Reload cargo)
Tindakan ini dapat dilakukan setelah proses pemadatan muatan (trimming
cargo) oleh operator dozer di dalam palka kapal, sehingga tersisa space
cargo di dalam palka yang dapat di isi muatan kembali. Sehingga palka
yang tadinya terisi penuh dan menggunung setelah di lakukan proses
pemadatan (trimming cargo) muatan tersebut terdorong ke dalam sudut -
sudut palka yang tidak terisi secara maksimal dan kemudian dilakukan
permuatan atau penambahan muatan pada space kosong tersebut hingga
jumlah muatan sesuai dengan rencana awal permuatan (stowage plan).
50
baik antar pihak pihak maka kegiatan permuatan tersebut akan berjalan
secara optimal.
51
dalam proses pemuatan dan memerlukan biaya tambahan untuk
tenaga kerja dan peralatan yang terlibat.
b. Kerugian
1) Meskipun ada sosialisasi dan pengawasan, ada kemungkinan bahwa
beberapa pihak yang terlibat dalam bongkar muat mungkin tidak
mematuhi prosedur yang ditetapkan atau mengabaikan petunjuk
yang diberikan. Ini dapat menghambat efektivitas kegiatan bongkar
muat sehingga permuatan tidak berjalan secara optimal.
52
E. PEMECAHAN MASALAH
Pemecahan masalah yang diberikan penulis adalah dengan melakukan evaluasi
pemecahan masalah berdasarkam situasi dan kondisi subjek penelitian maka
penulis memilih pemecahan masalah yang paling tepat adalah :
53
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan fakta dari penelitian yang dilaksanakan oleh penulis tentang
upaya mencegah terjadinya broken space terhadap pelaksanaan bongkar muat batu
bara di PT.Maribu Bahtera Kaltim, maka penulis menarik kesimpulan dari
pemecahan masalah yang diantaranya sebagai berikut :
54
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, untuk menunjang optimalnya kegiatan permuatan
batubara pada kapal MV. Amanah Morowali AMC, penulis menyarankan yaitu
sebagai berikut :
1. Ditujuhkan kepada pihak perusahaan agar memberi pelatihan dan arahan
lebih kepada pihak - pihak yang berkaitan dengan kegiatan bongkar muat
terutama pada pihak operator yang melakukan pemadatan muatan didalam
palka dengan hasil yang optimal agar tidak terjadi kesalahan yang sama pada
kapal selanjutnya.
2. Ditujuhkan kepada pihak operator agar meningkatkan adanya komunikasi
yang harus selalu dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam keseluruhan
kegiatan bongkar muat, terutama antara pemilik barang dan pihak kapal serta
pihak perusahaan bongkar muat pada kapal tersebut, hal tersebut penting
dikarenakan apabila terdapat kesalahan informasi, dan perubahan rencana
dalam kegiatan bongkar muat tidak timbul permasalahan seperti halnya terjadi
broken space cargo.
55
DAFTAR PUSTAKA
Amir M.S. (2000), Seluk Beluk Niaga dan Perdagangan Internasional, Jakarta :
Bharata Karya Aksara
Sulistyono Dedy (2012), Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga GAS Batubara
di Kabupaten Sintang. Jurnal ELKHA Vol.4, No 2,Oktober 2012
Ward, C.R. (2013) "Coal Geology", USA: John Wiley & Sons, Ltd.
Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan narasumber yang terdiri dari Shipper on board,
Agent, Mualim I selaku awak kapal MV. Amanah Morowali AMC serta karyawan PT. Maribu
Bahtera Kaltim cabang Sangkulirang
Pertanyaan
Penulis : Saya ingin meminta pendapat dari bapak, Jadi menurut bapak dampak
apa yang terjadi jika terjadi broken space cargo?
Narasumber : Baik saya jawab det, menurut sepengetahuan saya dampak yang terjadi
jika terjadi broken space cargo dalam kegiatan permuatan batu bara di
kapal yang pasti salah satunya menimbulkan ketidak sesuaian jumlah
muatan yang telah di rencanakan kemudian pasti berdampak pada
ketidakpuasan buyer atau pembeli batubara ,proses permuatan pasti juga
memakan waktu yang lebih lama karna nantinya pasti dilakukan
trimming dozer berkali kali dan re load cargo dari tongkang ke kapal
besar yang cukup menyita banyak waktu.
Penulis : baik bapak saya kira pendapat bapak cukup lengkap dan sangat mudah
saya pahami. Terimakasih bapak atas waktu yang bapak berikan.
Narasumber : Aman det, nanti kalau ada yang di tanyakan ke kantor aja ya det.
Narasumber : Mualim I
Pertanyaan
Penulis : Saya ingin meminta pendapat dari bapak, Menurut bapak faktor apa
yang menyebabkan broken space cargo dapat terjadi?
Narasumber : saya jawab dek, menurut saya broken space cargo bisa terjadi karna
kurang maksimalnya proses pemadatan muatan atau sering di sebut
trimming dozer
Narasumber : Seharusnya setiap muatan yang berada di sudut palka harus dilakukan
pemadatan terlebih dahulu secara maksimal sebelum meratakan bagian
tengah palka, tetapi karna kurangnya pengetahuan operator dozer terlebih
dahulu memadatkan bagian tengah palka, hal ini menyebabkan bagian
sudut muatan longsor ke bagian tengah palka, sehingga sudut sudut palka
tidak terisi secara penuh.
Penulis : Baik bapak terimakasih atas waktu dan informasi yang telah
bapakberikan.
Pertanyaan
Penulis : Saya ingin meminta pendapat dari bapak agent , Menurut bapak
Menurut bapak upaya apa yang dapat dilakukan jika terjadi
broken space cargo?
Narasumber : Sama sama pak foreman, kalau nanti ada yang di tanyakan lagi
aja.
Pertanyaan
Narasumber : Baik saya jawab det, menurut saya broken space cargo bisa
terjadi karna kurangnya koordinasi antar pihak pihak yang
bersangkutan dalam kegiatan permuatan batu bara di kapal