Anda di halaman 1dari 81

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN


SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN

SKRIPSI

MENGINTENSIFKAN PERAWATAN KETEL UAP


BANTU GUNA MENUNJANG KELANCARAN
PENGOPERASIAN DI KAPAL MT. SUCCESS
PEGASUS XXXVI

Oleh :

ALYA MASKUR ARSAD


NRP 561189821

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV


JAKARTA
2022
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN

SKRIPSI

MENGINTENSIFKAN PERAWATAN KETEL UAP


BANTU GUNA MENUNJANG KELANCARAN
PENGOPERASIAN DI KAPAL MT. SUCCESS
PEGASUS XXXVI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan


Untuk Penyelesaian Program Pendidikan Diploma IV

Oleh :

ALYA MASKUR ARSAD


NRP 561189821

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV


JAKARTA
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat kepada Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya serta diiringi do’a orang tua, keluarga, dan teman-teman
seperjuangan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan program pendidikan Diploma IV (D-IV) jurusan Teknika di Sekolah
Tinggi Ilmu Pelayaran. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul :

“MENGINTENSIFKAN PERAWATAN KETEL UAP BANTU


GUNA MENUNJANG KELANCARAN PENGOPERASIAN DI
KAPAL MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI”
Dalam penyusunan skripsi ini didasarkan atas pengalaman yang diperoleh
penulis selama menjalankan praktek laut (Prala) di perusahaan PT. EQUATOR
MARITIME dikapal MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI dan dipandu oleh materi-
materi yang di peroleh selama melaksanakan pendidikan dari beberapa referensi yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.
Tentu saja, penyajian penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan waktu yang disediakan dan kurangnya pengalaman penelitian, sehingga
kritik dan saran serta sumbangan pemikiran yang membangun sangat diharapkan untuk
menyempurnakan penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. secara
khusus :
1. Bapak Capt. Sudiono, M.Mar. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran
Jakarta
2. Ibu Diah Zakiah, ST., MT. selaku Ketua program studi Teknika Sekolah Tinggi
Ilmu Pelayaran Jakarta.
3. Bapak Hartaya, M.M. selaku Dosen Pembimbing I
4. Bapak Drs. Sugiyanto, M.M. selaku Dosen Pembimbing II
5. Seluruh Staf Pengajar dan Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran
Jakarta atas bimbingan yang diberikan kepada penulis selama mengikuti proses
pendidikan di STIP Jakarta.

iv
6. Teruntuk Orang tua saya tercinta Ayahanda Bapak Arsad dan Ibunda Istianah
serta seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dorongan
semangat. Sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini
7. Seluruh rekan kamar K– 304 yang selalu memberi semangat dan dukungan
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
8. Teman-teman kelas Teknika VIII Bravo yang selalu memberikan
dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis.
9. Seluruh rekan-rekan Taruna (i) angkatan 61, yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh junior dan senior yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.

Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
diterima, bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada para
pembac, serta menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan dari segala sisi.
penulis memohon agar memberikan saran-saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 27 Juni 2022

ALYA MASKUR ARSAD


NRP. 561189821

v
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM .............................................................................................. i

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................... ii

TANDA PENGESAHAN ..................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI......................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 3

C. Batasan Masalah ..................................................................................... 3

D. Rumusan Masalah ................................................................................... 3

E. Tujuan dan Manfaat penelitian ................................................................ 4

F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian/Definisi Operasional ............................................................... 8

B. Teori ........................................................................................................ 10

C. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 23

vi
BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................... 26

B Metode Pendekatan .................................................................................. 27

C.Sumber Data ............................................................................................. 28

D.Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 29

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling .................................................... 31

F.Teknik Analisis Data ................................................................................. 33

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ......................................................................................... 35

B. Analisis Data……… ................................................................................ 37

C. Alternatif Pemecahan Masalah ................................................................ 45

D. Evaluasi Terhadap Alternatif Pemecahan Masalah ................................. 59

E. Pemecahan Masalah Yang Dipilih ........................................................... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan. ............................................................................................... 64

B.Saran .......................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gambar Fire Tube Boiler .............................................................. 12

Gambar 2.2 Gambar Water Tube Boiler ............................................................ 12

Gambar 2.3 Gambar Segitiga Api ...................................................................... 15

Gambar 2.4 Gambar Flame Eye ......................................................................... 21

Gambar 2.5 Gambar siklus perawatan berencana untuk mesin kapal .................. 22

Gambar 3.1 Gambar Ketel Uap Bantu AALBORD SUNROD ............................. 29

Gambar 4.1 Gambar Pilot Burner ...................................................................... 39

Gambar 4.2 Gambar Nozzle Tip Pilot Burner..................................................... 40

Gambar 4.3 Gambar fault three analysis kebocoran pipa ................................... 42

Gambar 4.4 Gambar Pengujian pH Color .......................................................... 43

Gambar 4.5 Gambar Pipa uang sudah lama dan korosi....................................... 44

Gambar 4.6 Gambar Electroda .......................................................................... 47

Gambar 4.7 Gambar Pengujian Kadar Chloride ................................................. 52

Gambar 4.8 Gambar Pengujian Kadar Hydrazine............................................... 55

viii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Ship Particular MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI ............................... 27

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ship Particular MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI

Lampiran 2 Pilot Burner

Lampiran 3 Pipa Ketel Uap Yang Bocor

Lampiran 4 Ketel Uap Bantu VERTICAL SINGLE ACTING 4 STROKE./M220-L

UX,610kw

Lampiran 5 Boiler Water Test Kit

Lampiran 6 Foto MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan semakin berkembangnya transportasi laut, sebuah kapal dapat


menyelesaikan pelayarannya lalu mencapai tujuannya secara efektif, tepat waktu,
aman dan terjamin yaitu dengan terpenuhinya penunjang utama dan komponen
pendukung dengan tepat. Komponen pendukung tersebut dapat berupa komponen
yang terhubung langsung dengan peralatan bongkar muat, atau berupa kebijakan
yang dapat mendukung kesejahteraan dan kesehatan kru kapal, untuk keadaan ini
faktor prinsip yang mempengaruhi operasional kapal antara lain mesin induk.
Mesin induk adalah instalasi mesin dalam kapal yang dipergunakan untuk
menggerakkan atau memutar poros baling - baling sehingga kapal dapat bergerak,
untuk menunjang pengoperasian Mesin Induk (Amri, 2019), peranan ketel uap
cukup berpengaruh untuk kelancaran pengoperasian kapal. Ketel uap (auxiliary
boiler) adalah permesinan di atas kapal untuk menunjang operasional kapal dan
mempunyai fungsi penghasil uap untuk pemanasan bahan bakar, pemanasan
minyak lumas, pemanas heater kamar mesin, kebutuhan seluruh crew kapal dan
operasianal bongkar muatan kapal.

MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI merupakan kapal tempat penulis melaksanakan


PRALA (praktek kerja laut), di kapal tersebut memiliki ketel uap bantu yang sangat
penting yaitu sebagai bongkar muatan kapal, ketel uap bantu berfungsi sebagai
permesinan bantu di atas kapal dengan menghasilkan uap bertekanan tinggi yang
berfungsi sebagai pemanas atau heater dari pada pemanasan bahan bakar,
pemanasan minyak lumas, kebutuhan seluruh crew kapal dan operasional bongkar
muatan kapal. Pada saat beroperasinya ketel uap bantu, muncul masalah yang
mengganggu pengoperasian kapal itu sendiri, yaitu kebocoran pipa-pipa air pada
ketel uap bantu.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, diantaranya kurang perawatan dari
Masinis (engineer) yang berada di atas kapal dan tidak terlaksananya plant
maintenance system di atas kapal, hal tersebut juga dipengaruhi dari kualitas air
ketel tidak sesuai dengan standar manual book ketel uap, sehingga mengakibatkan
timbulnya korosi dan kerak yang menempel pada pipa ketel uap bantu, kemudian
ketel uap bantu tidak dapat bekerja secara optimal sehingga produksi uap yg
dihasilkan tidak maksimal.

mempengaruhi hal tersebut, diantaranya kurang perawatan dari Masinis (engineer)


yang berada di atas kapal dan tidak terlaksananya plant maintenance system di atas
kapal, hal tersebut juga dipengaruhi dari kualitas air ketel tidak sesuai dengan
standar manual book ketel uap, sehingga mengakibatkan timbulnya korosi dan
kerak yang menempel pada pipa ketel uap bantu, kemudian ketel uap bantu tidak
dapat bekerja secara optimal sehingga produksi uap yg dihasilkan tidak maksimal.

Dalam kenyataannya, ada hal lain yang menyebabkan ketel uap bantu sering
mengalami gangguan dalam pengoperasiannya dikarenakan kurangnya perawatan,
pengetahuan dan skill tentang ketel uap bantu yang kemudian menimbulkan
masalah pada ketel uap bantu. Pada saat melakukan peraktik laut di kapal MT.
SUCCESS PEGASUS XXXVI ditemukan beberapa permasalahan lain yang dapat
mengganggu operasioanal kapal, antara lain terjadi sistem pengapian awal tidak
baik saat burner dinyalakan berdampak pada terganggunya pemanasan bahan
bakar, pamanasan jacket cooling main engine, pamanasan minyak lumas, dan
kebutuhan lainya crew kapal. Kemudian terdapat permasalahan lainnya yaitu
terjadinya kebocoran pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap bantu ketel
uap bantu yang akan berdampak kepada terganggunya pembakaran ketel uap bantu.
Permasalahan-permasalahan tersebut berhubungan langsung dengan kinerja ketel
uap bantu yang merupakan salah satu penunjang kelancaran operasional di kapal.
Dari hasil permasalahan di atas, maka saya selaku penulis sangat tertarik untuk
mengajukan judul :

“MENGINTENSIFKAN PERAWATAN KETEL UAP BANTU GUNA


MENUNJANG KELANCARAN PENGOPERASIAN DI KAPAL
MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI“

2
Penulis berharap setelah menyelesaikan skripsi ini, saya dapat memberikan
kontribusi materi agar kapal, khususnya Masinis yang bertugas, memiliki
pemahaman yang lebih baik tentang langkah-langkah yang harus diambil dalam
merawat dan memperbaiki ketel uap bantu.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan pengalaman penulis bekerja di kapal dan peristiwa yang penulis alami,
dengan mempertimbangkan latar belakang di atas dan apa yang disebutkan dalam
judul, maka sebagai penulis, saya menetapkan mengidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Sistem pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan.
2. Asap hitam pekat yang dihasilkan oleh pembakaraan ketel uap bantu.
3. Terjadinya kebocoran pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap bantu.
4. Menurunnya kualitas air ketel uap bantu.
5. Tidak diberlakukannya PMS ( Plan Maintenance System ) secara berkala.

C. BATASAN MASALAH
Mengingat luasnya masalah yang ada di atas kapal sehubungan dengan kelancaran
pengoperasian kapal maka dalam pembahasan skripsi ini penulis hanya membatasi
masalah tentang perawatan ketel uap bantu untuk menunjang kelancaran
pengoperasian di kapal MT. SUCCES PEGASUS XXVI :
1. Sistem pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan.
2. Terjadinya kebocoran pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap bantu.

D. RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang dan judul yang ada, saya sebagai penulis
mengajukan merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa penyebab sistem pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan ?
2. Apa penyebab terjadinya kebocoran pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel
uap bantu ?

3
E. TUJUAN DAN MAFAAT PENELITIAN

1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui penyebab sistem pengapian awal tidak baik saat burner
dinyalakan.
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kebocoran pada pipa – pipa air di
dalam instalasi ketel uap bantu.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat secara teoritis :
Penyusunan ini diharapkan dapat memberikan masukan, manfaat dan
referensi untuk penelitian lebih lanjut terkait dengan manajemen
perawatan ketel uap bantu kapal, sehingga masalah yang sama dapat
dicegah dan tidak terjadi lagi, dan menjadi bahan penelitian lebih lanjut.
b. Manfaat secara praktis :
1). Bagi Penulis :
Bisa dijadikan sebagai tambahan pengalaman dan wawasan, bisa
dijadikan modal untuk nantinya menjadi Masinis yang profesional,
atau bisa menjadi seseorang ahli dalam menangani ketel uap bantu.
2). Bagi Masinis :
Bisa dijadikan sebagai panduan PMS (plan maintenance system)
dalam melakukan perawatan ketel uap bantu agar tidak terjadi
kelalaian perawatan yang bertujuan untuk mencapai efektif dan efisien
dalam perawatan.
3). Bagi khalayak Umum :
Sebagai wawasan tentang cara kerja ketel uap bantu, terutama
memahami cara kerja ketel uap bantu dan bagaimana cara merawatnya
agar bekerja secara optimal.

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan skripsi ini dilakukan sesuai dengan sistem penulisan skripsi yang
ditentukan dalam pedoman penulisan skripsi yang direkomendasikan oleh Sekolah
Tinggi Ilmu Pelayaran. Skripsi ini dibagi menjadi 5 bab sesuai dengan urutan
penelitian. Sistematika penulisannya sebagai berikut :

4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjelaskan tentang uraian yang melatarbelakangi penulis memilih judul
menjaga kelancaran kinerja ketel uap bantu guna menunjang kelancaran
pengoperasian di kapal MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI.
B. Identifikasi Masalah
Menjelaskan tentang uraian yang mengenai kurangnya perawatan pada
ketel uap bantu, Tidak diberlakukannya PMS (Plan Maintenance System)
secara berkala terhadap ketel uap bantu, Sistem pengapian awal tidak
baik saat burner dinyalakan, dan kebocoran pada pipa – pipa air di
dalam instalasi ketel uap bantu.
C. Batasan Masalah
Berisikan tentang uraian pembatas dari identifikasi masalah mengenai
Sistem pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan dan terjadinya
kebocoran pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap bantu.
D. Rumusan Masalah
Berisikan masalah pokok yang terjadi pada ketel uap bantu dalam bentuk
kalimat tanya mengenai Apa penyebab pengapian awal tidak baik saat
burner dinyalakan? Apa penyebab Terjadinya kebocoran pada pipa–pipa
air di dalam instalasi ketel uap bantu ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Menguraikan tujuan dan kegunaan pentingnya menjaga kelancaran
kinerja ketel uap bantu guna menunjang kelancaran pengoperasian di
atas kapal.
F. Sistematika Penulisan
Berisikan tentang keseluruhan dari pendahuluan, landasan teori, metode
penelitian, hasil penelitian dan pembahasan tentang perawatan ketel uap
bantu guna menunjang kelancaran pengoperasian di atas kapal, serta
penutup dari kesimpulan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini terdiri dari beberapa sub bab yaitu definisi operasional, teori
dan kerangka pemikiran. Disini terdapat materi dan teori-teori yang
mendukung untuk pembahasan masalah disertai di bab ini.

5
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas mengenai waktu dan tempat penelitian yang
dilakukan oleh peneliti saat melaksanakan praktek kerja laut, sumber data
penelitian yaitu subjek dari mana data dapat diperoleh, baik secara
langsung maupun tidak langsung ke objek yang di teliti, teknik
pengumpulan data yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
penelitian, adapun teknik yang di gunakan dalam penelitian yaitu dengan
cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Teknik
analisis yang digunakan dalam penulisan ini untuk menganalisis data
adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu data – data
yang didapatkan selama melakukan penelitian dikumpulkan dan
kemudian dipaparkan serta menggambarkannya sesuai dengan kondisi
pada saat itu dan berdasarkan pengamatan dari data yang ada.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berisikan tentang fakta – fakta kejadian yang dialami penulis selama
melaksanakan praktek kerja laut yang mengenai tentang kurangnya
perawatan terhadap ketel uap bantu, beserta langkah – langkah
penyelesaiannya.
B. Analisis Data
Berisikan tentang penyebab utama timbulnya masalah yang mengenai
kurangnya perawatan pada ketel uap bantu, Sistem pengapian awal
tidak baik saat burner dinyalakan dan terjadinya kebocoran pada pipa
– pipa air di dalam instalasi ketel uap bantu.
C. Alternatif Pemecahan Masalah
Berisikan faktor penyebab terjadinya masalah dan cara mengatasi
masalah mengenai Sistem pengapian awal tidak baik saat burner
dinyalakan dan terjadinya kebocoran pada pipa – pipa air di dalam
instalasi ketel uap bantu.
D. Evaluasi Terhadap Alternatif Pemecahan Masalah
Berisikan tentang pengambilan keputusan dalam memilih pemecahan
masalah yang tepat agar dapat meningkatkan kinerja terhadap ketel

6
uap bantu guna untuk menunjang kelancaran pengoperasian di atas
kapal.
E. Pemecahan Masalah
Berisikan tentang pola perawatan atau analisa yang baik yaitu dengan
melakukan perawatan secara rutin dan berkala terhadap komponen
ketel uap bantu dan kualitas air.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berisi jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya.
B. Saran
Berisikan tentang usulan dan masukan untuk penyelesaian masalah
tentang ketel uap bantu.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN/DEFINISI OPERASIONAL
Guna menunjang pembahasan skripsi sesuai dengan judul yang dimaksud, maka
dibuatlah definisi operasional yang berisi defenisi-defenisi yang digunakan lebih
dari satu kali, yang memerlukan penjelasan agar tidak menimbulkan penafsiran
yang berbeda. Selain itu penulis juga mengacu pada pengalaman selama
melaksanakan praktek kerja laut diatas kapal, akan memberikan dan menjelaskan
sarana pendukung permasalahan yang timbul menurut teori-teori yang relevan
tentang pengertian-pengertian sekitar penyebab timbulnya permasalahan pada ketel
uap bantu mengenai prinsip kerja, dan komponen pendukung lainya.

Dalam hal perawatan, pengoperasian dan perbaikan, kita harus mengikuti pedoman
yang ditulis oleh pabrikan dalam instruksi manual atau buku petunjuk agar ketel
uap bantu dapat bekerja secara optimal dan mendukung kelancaran pelayaran. Bab
ini akan memperkenalkan beberapa definisi seperti pengertian ketel uap, prinsip
kerja ketel uap dan jenis ketel uap yang ada, sehingga pembaca dapat memahami
pembahasan masalah yang diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut .

Pendapat atau pandangan seorang ahli yang sudah teruji, terbukti kebenarannya dan
serangkaian bagian atau variabel dan dalil yang saling berhubungan yang
pandangan sistematis mengenai fenomena atau fakta dengan menentukan hubungan
variabel, maka penulis menyantumkan beberapa teori yaitu :
1. Pengertian Kapal
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2008
bahwasannya kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang
digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau
ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah
permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-
pindah.
2. Definisi Kelancaran
Kelancaran dalam arti luas adalah tidak tersendat-sendat, kelancaran terjadi
ketika seseorang atau kelompok akan mencapai tujuan. Kelancaran ini bersifat
positif, karena sebagai suatu pemacu untuk mencapai tujuan yang dicapai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 559) lancar adalah tidak
tersendat-sendat atau tidak tersangkutsangkut. Kelancaran memiliki arti yang
sangat penting dalam setiap pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas
atau pekerjaan akan terlaksana apabila ada kelancaran pekerjaan tersebut.
Kelancaran merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan
terlaksana dengan baik dan maksimal.
Dengan demikian kelancaran adalah suatu yang dapat mendorong
kegiatan aktivitas yang akan dikerjakan sehingga akan berpengaruh pada
pencapaian hasil yang diinginkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 235)
3. Pengertian Kinerja
Menurut Notoatmodjo bahwa kinerja tergantung pada kemampuan pembawaan
(ability), kemampuan yang dapat dikembangkan (capacity), bantuan untuk
terwujudnya performance (help), insentif materi maupun nonmateri (incentive),
lingkungan (environment), dan evaluasi (evaluation). Kinerja dipengaruhi oleh
kualitas fisik individu (ketrampilan dan kemampuan, pendidikan dan
keserasian), lingkungan (termasuk insentif dan noninsentif) dan teknologi.
Menurut Stolovitch dan Keeps (1992), definisi kinerja adalah seperangkat
hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan
sesuatu pekerjaan yang diminta.
Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas
serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja
dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan
baik (Donnelly, Gibson and Ivancevich: 1994).
Dari definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa kinerja merupakan suatu
bentuk kesuksesan untuk mencapai peran atau terget tertentu. Kinerja dikatakan
baik apabila hasil kerja tersebut dapat melampaui peran atau target yang
ditentukan sebelumnya.

9
B. TEORI
1. Pengertian Ketel Uap
Menurut T. van der Veen (1977:1.1) dalam bukunya Tehnik Ketel Uap
pengertian ketel uap itu “Merupakan alat penukar kalor yang harus
memenuhi syarat primer sebagai berikut : ia harus dapat menyediakan
sebanyak mungkin uap dengan tekanan dan suhu tertentu dan penggunaan
bahan bakar serendah mungkin”.
Menurut Jusak Johan Handoyo (2015:15) Ketel uap adalah sebuah
bejana tertutup pembentuk uap dengan tekanan lebih besar dari 1 (satu)
atmosfer atau 1 (satu) bar. Apabila air dipanaskan di dalam tabung tertutup
tersebut oleh gas-gas panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar di
dalam dapur ketel, maka uap panas bertekanan tinggi akan dihasilkan.
Kemudian Handoyo (2015:15) menjelaskan lagi bahwa ketel uap yang
kita kenal saat ini secara umum dibagi dua, yaitu:
a. Ketel uap yang menggunakan pipa api (fire tubes)
Ketel uap pipa api yaitu sebuah ketel uap yang menggunakan ratusan
pipa-pipa untuk dilalui api atau gas panas yang memanaskan
sejumlah air dibalik dinding pipa api tersebut. Contoh jenis ini
adalah :
1) Ketel Scotch
2) Ketel Cochran
b. Ketel uap yang menggunakan pipa air (water tubes)
Ketel uap pipa air adalah sebuah ketel uap yang menggunakan
ratusan/ribuan pipa-pipa berisi air tawar yang terletak di dalam dapur
dan dipanaskan oleh sejumlah api dan gas panas dari dapur api
tersebut.
Contoh jenis ini adalah :
1). Ketel Foster Wheeler
2). Ketel Babcock dan Wilcox
3). Ketel Yarrow
Kedua jenis ketel uap tersebut secara prinsip cara kerjanya adalah sama saja,
hanya perbedaannya terletak pada fungsi pipa - pipa tersebut, yaitu pipa berisi
api dan pipa-pipa berisi air.

10
2. Ketel uap / Boiler menurut fungsinya di kapal:
a. Ketel uap induk
Yaitu ketel uap yang menghasilkan uap dimana uapnya untuk
menggerakan turbin sebagai mesin penggerak utama (Main engine).
Pada masa kini ketel-ketel yang digunakan sebagai ketel induk pada
umumnya ketel-ketel pipa air, seperti Foster Wheller, babcock dan
willcox. Ketel uap induk ini menghasilkan uap panas bertekanan 45
bar, hasil uap digunakan untuk memutar turbin, kemudian memutar
flywheel dari flywheel diteruskan ke propeller shaft, dengan adanya
propeller shaft berputar maka kapal akan bergerak karena itu disebut
ketel induk.
b. Ketel uap bantu
Yaitu ketel uap yang menghasilkan uap dimana uapnya digunakan
untuk memanaskan muatan, memompa keluar muatan, memanaskan
bahan bakar, sebagai pengontrol suhu udara bila sedang berlayar ke
daerah dingin dan juga digunakan untuk permesinan bantu tertentu,
seperti pompa pompa jenis ketel uap yang biasa dipergunakan sebagai
ketel uap bantu misalnya ketel schots, ketel Cochran.

3. Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa

a. Ketel pipa api


Ketel uap jenis ini pada bagian tubenya dialiri oleh gas pembakaran
dan bagian lainnya yaitu dialiri air yang akan diuapkan. Tube-tubenya
langsung didinginkan oleh air yang melindunginya. Jumlah dari boiler
tergantung dari jumlah laluan horizontal dari gas pembakaran diantara
furnace dan pipa-pipa api. Laluan gas pembakaran pada furnace
dihitung sebagai pass pertama. Boiler jenis ini banyak dipakai untuk
industri pengolahan mulai skala kecil sampai skala menengah (Raharjo
dan Karnowo dalam Effendy, 2013).

11
Gambar 2.1 Fire Tube Boiler

1). Keuntungan boiler pipa adalah tidak membutuhkan air isian


ketel dengan kualitas yang tinggi, konstruksi sederhana
sehingga perawatan lebih mudah, dan endapan lumpur lebih
mudah dibersihkan.
2). Kerugian boiler pipa api adalah pemanasan awal
membutuhkan waktu lama, tekanan uap yang dihasilkan
rendah, dan kapasitas uap yang dihasilkan kecil
b. Ketel uap pipa air
Ketel uap jenis ini banyak dipakai untuk kebutuhan uap skala besar.
Prinsip kerja dari boiler pipa air berkebalikan dengan pipa api, gas 9
pembakaran dari furnace dilewatkan ke pipa-pipa yang berisi air yang
akan diuapkan (Raharjo dan Karnowo dalam Effendy, 2013).

Gambar 2.2 Water Tube

12
1). Keuntungan boiler pipa air adalah sanggup bekerja dengan tekanan
tinggi, berat ketel yang relatif ringan, kapasitas yang besar, dan
dapat dioperasikan dengan cepat dalam waktu yang singkat telah
dapat memproduksi uap.
2). Kerugian boiler pipa air adalah kontruksi ketel sudah tidak
sederhana lagi sehingga perawatan lebih sulit dilakukan, menuntut
air isian harus selalu bersih agar tidak tejadi pembentukan batu
ketel, perencanaan lebih sulit sehingga harganya mahal, Isolasi
harus ditebalkan untuk meminimalkan kerugian radiasi, dan boiler
harus kosong saat perbaikan dilakukan. Prinsip kerja kedua boiler
ini pada dasarnya sama, namun fungsi dari pipa-pipa tersebut
berbeda yaitu pipa untuk api dan pipa untuk air.

4. Sumber Air Ketel


Menurut Handoyo (2015:118), air yang digunakan sebagai air ketel
dapat berasal dari :
a. Air Tanah
Air tanah atau air sumur, yaitu air yang umumnya diambil langsung
dari sumur pompa. Air tanah harus dilihat dari kondisi dan letak
tanahnya, apakah dekat pantai atau jauh.
b. Air Sungai
Air sungai adalah air yang diambil langsung dari sungai, yang tidak
cocok untuk air boiler karena tercemar garam (payau), terutama di
dekat muara sungai.
c. Air Hujan
Air hujan memungkinkan adalah air paling murni di alam. Air ini
jatuh di bumi melewati pepohonan, air hujan terlarut dalam beberapa
carbon dioxide yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Air ini
bereaksi pada mineral dan bebatuan dengan demikian kandungan
oxygen akan meningkat. Sehingga dapat dijadikan sebagai air
pengisian auxiliary boiler.

13
d. Air Leding
Air leding yaitu air bersih yang dihasilkan oleh perusahaan air minum,
dan air ini juga tidak pasti kondisinya, banyak yang masih
mengandung garam atau alkalinitas, dipengaruhi oleh kota-kota di
dekat pantai luar.
e. Air Destilasi
Ketika air destilasi dihasilkan dari proses penguapan air laut atau air
tawar, hasilnya akan mempunyai derajat kemurnian yang tinggi,
disediakan tidak ada carry over dari evaporator. Ketidakmurnian
mineral dalam air laut air tawar terkonsentrasi dalam evaporator dan
uap yang dihasilkan bebas dari ketidakmurnian, terkondensasi
membuat kandungan tidak lebih dari 4 ppm dari padatan terlarut dan
biasanya adalah 1 ppm garam terlarut. Sejak gas carbon dioxide
terbawa dalam uap, ini akan terlarut kembali dalam distillate jika tidak
ini akan dikondensasikan pada temperatur yang mendekati titik didih.
Kehadiran carbon dioxide memberikan keasaman air dan digunakan
sejumlah kecil chemical treatment untuk meminimalisir korosi. Air ini
paling baik untuk air boiler, namun tetap membutuhkan penambahan
bahan kimia untuk menetralisir sifat-sifat air.
f. Air Kondensat
Air kondensat yaitu air yang terbentuk dari steam bekas didinginkan
di dalam kondensor dan menjadi air yang terkondensasi. Air
kondensat ini juga hampir identik dengan air suling, yang dianggap
sebagai air boiler terbaik karena merupakan bagian dari proses sistem
air boiler itu sendiri (sirkulasi).

5. Proses Pembakaran dengan minyak bakar (oil burner)


Reaksi kimia antara oksigen (O2) yang terkandung di udara dan bahan bakar
serta panas di sekitarnya disebut proses pembakaran. Proses pembakaran
menghasilkan CO2, H2O dengan energi panas yang menyertainya, dan
karbon monoksida (CO), abu, NO atau SO tergantung pada jenis bahan bakar
yang dibakar (Dalimunthe, 2006).

14
Pengukuran kandungan O2 atau CO2 dalam gas buang (sebagai persen
volume basis kering) oleh penganalisis oxygen analyzer digunakan untuk
mengetahui jumlah udara aktual, manakala stokiometrik digunakan untuk
menghitung udara teoritis (Dalimunthe, 2006).
Ilustrasi 3 (tiga) unsur api dapat dilihat pada gambar segitiga api di
bawah ini.

Gambar 2.3 Segitiga Api


(https://taroada.files.wordpress.com/2011/12/segitiga-api.jpg)

Pada sistem pembakaran yang menggunakan bahan bakar minyak, partikel


bahan bakar perlu diinjeksikan ke dalam tungku dalam keadaan yang sangat
halus agar tercampur secara merata dengan udara pembakaran. Minyak
dikeluarkan melalui alat penyemprot minyak, juga dikenal sebagai burner,
Dalam bentuk tetesan minyak yang sangat halus menyerupai kabut minyak,
sebelum bahan bakar pertama kali terbakar melalui proses penguapan dan
dekomposisi menjadi gas lengkap, pembakaran sarat jelaga dihindari. Untuk
memanaskan, menguapkan, dan terurai menjadi gas, perlu menghilangkan
sejumlah panas dari api yang terbentuk dari pembakaran sebelumnya. Agar
tidak terlalu banyak menyerap panas dari api, maka harus ada dinding di
sekitar burner yang memantulkan panas dari api, oleh karena itu, ini adalah
penyimpanan panas yang terbuat dari batu tahan api. Ada dua metode cara
pengabutan minyak bakar :

15
1). Pengabutan tekan, bahan bakar minyak dengan tekanan tertentu akan
mengabut dengan sendirinya.
2). Pengabutan putar (rotating burner), yang masih dibantu juga dengan
hembusan udara.
3). Pengabutan tekan
Dalam hal ini, bahan bakar diatomisasi dengan memaksanya masuk ke
lubang halus di alat penyemprot pada tekanan 20 kg/cm² dan maksimum
25 kg/cm². Pada prinsipnya, melalui lubang tangensial b, bahan bakar
dipusarkan sehingga keluaran dari port burner berupa pusaran kabut
bahan bakar. Umumnya, ketika pasokan bahan bakar berkurang, kerucut
sudut api meningkat. Ini mengurangi fleksibilitas dalam penempatan
burner sambil tetap sama dengan cadangan pelat pusar.
4). Pengabutan putar (Rotating burners)
Bahan bakar mengalir ke dalam ruangan. Di dalam chamber terdapat
ujung poros berongga, dan di ujung poros yang lain terdapat mangkuk
atomisasi yang berputar dengan kecepatan putaran tinggi, sekitar 3.450
rpm, kadang mencapai 6.000 rpm. Bahan bakar minyak disemprotkan
pada sekitar dinding mangkuk atomisasi yang berputar, dan disemprotkan
ke dalam tungku dengan meniupkan udara. Udara primer, sekitar 20%
dari volume udara yang diperlukan untuk pembakaran, dihembuskan oleh
kipas yang porosnya menyatu dengan poros drum, dengan tekanan kolom
air 150 mm. Disepanjang perjalanan panas yang terkandung gas buang
akan diserap oleh permukaan tubing auxiliary boiler dan diteruskan
secara konduksi ke air di dalam pipa. Secara bertahap, air akan berubah
fase menjadi uap basah (Saturatet Steam) dan dapat berlanjut uap kering
(Superheated Steam).

6. Definisi pada nozzle burner ketel uap


Menurut Veen, (1997:41), salah satu syarat dari pembakaran sempurna bahan
bakar ialah pencampuran yang baik antara bahan bakar dengan udara
pembakaran. Penyempurnaan ini diatur oleh register udara dalam
berkombinasi dengan alat-alat pembakaran minyak supaya mendapatkan
bidang sentuhan dengan udara pembakaran seluas mungkin minyak
dikabutkan secara halus, ini dilakukan oleh alat pembakaran.

16
Untuk itu minyak dipanasi sampai mencapai viskositas yang tepat. Viskositas
maksimum bagi pengabutan yang lain untuk alat pembakaran ketel adalah 60-
100 RI (12-24 cSt). Menurut ISO 9001 Certifiet, Total look AT Oil Burner
Nozzel, Hal.1, nozzle burner adalah alat pengabut bahan bakar yang dapat
menjaga pembakaran yang konstan sehingga menghasilkan panas dan uap
yang baik.
7. Prinsip kerja ketel uap bantu
Pada dasarnya prinsip kerja dari sebuah boiler adalah suatu perangkat mesin
yang berfungsi untuk mengubah air menjadi uap. Proses perubahan air
menjadi uap terjadi dengan memanaskan air yang berada didalam pipa-pipa
dengan memanfaatkan panas dari hasil pembakaran bahan bakar. Pembakaran
dilakukan secara kontinyu di dalam ruang bakar dengan mengalirkan bahan
bakar dan udara dari luar. Uap yang dihasilkan boiler adalah uap superheat
dengan tekanan dan temperatur yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung
pada luas permukaan pemindah panas, laju aliran, dan panas pembakaran
yang diberikan. Boiler yang konstruksinya terdiri dari pipa-pipa berisi air
disebut dengan water tube boiler. Jika air dipanaskan pada tekanan satu
atmosfir, suhunya akan berangsur-angsur naik sampai 100° C. Tetapi
pemanasan lebih lanjut tidak akan menaikkan suhu lebih tinggi. Proses
pendidihan air akan selalu diiringi proses perpindahan panas yang melibatkan
bahan bakar, udara, material wadah air, serta air itu sendiri. Proses
perpindahan panas mencakup tiga jenis perpindahan panas yang sudah sangat
kita kenal yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Jadi tekanan uap yang
dihasilkan adalah 1 atmosfir dan suhunya 100° C. Akan tetapi, jika air
dipanaskan pada tekanan lebih besar dari pada 1 atmosfir, suhunya akan naik
sampai lebih tinggi dari pada 100°C dan air akan mendidih pada suhu yang
sebanding dengan tekanannya. Sesudah mendidih, suhu tidak akan meningkat
oleh pemanasan lanjut dan semua panas hanya dipakai membentuk uap.
8. Komponen-komponen ketel uap bantu
a. Komponen komponen utama
1) Automizer
Automizer merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
pembakaran, alat ini digunakan untuk menyemprotkan bahan bakar ke

17
ke dalam tungku dalam keadaan spray.
2) Steam Drum
Steam drum merupakan salah satu komponen pada auxiliary steam
boiler yang berfungsi sebagai penampung campuran air dan uap air
serta berfungsi untuk memisahkan uap air dari air dalam proses
pembentukan superheated steam.
3) Electrode
Alat ini digunakan untuk membangkitkan percikan api untuk
penyalaan awal di tungku melalui kedua ujungnya, sehingga bahan
bakar dapat terbakar. Jarak antara jarak pengukuran elektroda dan
ujung nozzle mempengaruhi pembakaran ketel uap bantu.
4) Water drum
Water drum adalah salah satu bagian pada ketel uap bantu yang
berfungsi untuk menampung air dan endapan dari air pengisian ketel
uap bantu.
5) Wall tubes
Wall tubes berfungsi untuk menerima panas hasil pembakaran guna
membangkitkan pembentuakan uap bantu.
6) Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam dikarenakan uap yang berasal
dari steam drum masih dalam keadaan basah sehingga belum dapat
digunakan. Proses pemanasan lanjutan mengunakan superheater pipe
yang dipanaskan dengan suhu 260°C sampai 350°C. Dengan suhu
tersebut, uap akan menjadi kering dan dapat digunakan untuk
keperluan operasi di kapal.
7) Ekonomizer
Ekonomizer adalah alat yang membuat sistem bekerja lebih efisien dan
efektif, panas dari gas pembakaran yang seharusnya terbuang masih
dapat digunakan untuk memanaskan air boiler atau air pengisian ketel
uap bantu, sehingga ekonomizer dapat meningkatkan efek yang
terbaik.
8) Air heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan

18
udara yang digunakan untuk menghembus/meniup bahan bakar agar
dapat terbakar sempurna. Udara yang akan dihembuskan, sebelum
melewati air heater memiliki suhu yang sama dengan suhu udara
normal (suhu luar) yaitu 38°C. Namun, setelah melalui air heater,
suhunya udara tersebut akan meningkat menjadi 230°C sehingga sudah
dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan air yang terkandung
didalamnya karena uap air dapat menganggu proses pembakaran.
9) Nozzle Tip
Nozzle Tip merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
pembakaran, alat ini digunakan untuk menyemprotkan bahan bakar ke
dalam tungku dalam bentuk kabut, sehingga bahan bakar dan udara
tercampur secara merata dan terbakar sempurna di dalam tungku.
10) Funnel
Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced Draft
Fan) melalui dust collector selanjutnya akan dibuang melalui cerobong
asap. Damper pengatur gas asap diatur terlebih dahulu sesuai
kebutuhan sebelum IDF dinyalakan, karena semakin besar damper
dibuka maka akan semakin besar isapan yang akan terjadi dari dalam
tungku.

11) Furnace
Furnace atau ruang dapur pembakaran berfungsi melakukan
pembakaran dari percampuran udara dan bahan bakar di dalam boiler.

12) Nozzle Pipe


Nozzle Pipe adalah bagian dari nozzle burner yang mengalirkan bahan
bakar ke dalam tungku. Ada lubang di tabung nozzle untuk mengontrol
aliran bahan bakar dan mengalirkan bahan bakar kembali ke tangki.

13) Strainer bahan bakar


Strainer bahan bakar berfungsi untuk membersihkan bahan bakar
dari kotoran, sehingga menjaga bahan bakar yang masuk ke dalam
pompa dan Automizer tetap bersih dan mencegah kerusakan pada
pompa.

19
14) Solenoid Valve
Katup solenoid adalah suatu alat yang dipakai untuk membuka dan
menutup katup secara elektrik, untuk mengontrol pasokan minyak
bahan bakar ke main burner.
15) Pompa Bahan Bakar
Pompa bahan bakar yang digunakan dalam boiler merupakan jenis
pompa roda gigi, pompa terhubung ke motor dengan kopling dan
dioperasikan pada sekitar 3600 rpm untuk mengirim bahan bakar ke
main burner.
16) FD Fan
FD Fan adalah alat yang digunakan untuk membawa udara
bertekanan ke dalam ruang bakar dengan cara menarik udara dari
luar dan menariknya melalui blower yang diputar oleh motor.

b. Apendensi ketel uap bantu


Apendensi ketel uap bantu adalah peralatan boiler yang digunakan untuk
menjamin keselamatan boiler pada waktu beroperasi/bekerja :
1) Katub pengaman (safety valve)
Berfungsi untuk mengamankan ketel dari kelebihan tekanan
maksimum yang telah ditentukan, sekurang-kurangnya suatu ketel uap
dilengakapi dengan 2 katub pengaman. Katub pengaman ini dipasang
di bagian atas dari drum ketel (upper drum) dan pada super heater
juga dipasang 1 buah.
2) Gelas penduga
Gelas penduga berfungsi untuk mengetahui batas permukaan air
didalam ketel. sekurang- kurangnya dipasang 2 buah gelas penduga
pada suatu ketel uap bantu.
3) Manometer
Tujuan dari alat ini adalah untuk menampilkan secara jelas dan akurat
tekanan steam di dalam boiler. Pengukuran tekanan ada untuk membuat
operasi boiler lebih aman, dan jenis manometer yang umum dipakai
adalah jenis manometer Bourdon. Pembacaan skala bisa dinyatakan
dalam satuan kg/cm2 atau psi.

20
4) Kran penguras (Blow Down Valve)
Berfungsi untuk membuang air beserta endapan-endapan yang terjadi
pada dasar drum ketel, atau digunakan untuk mengosongkan air pada
saat ketel uap akan overhaul.
5) Flame eye
Alat yang memberikan indikasi pada sirkuit pembakaran dengan
mendeteksi nyala api selama pembakaran dan monitor api menggunkan
karakteristik peka cahaya.

Gambar 2.4 flame eye

6) Katub induk (Main Steam Valve)


Katub induk ini berfungsi untuk mengatur bukaan pada saat uap dari
ketel akan dialirkan ke steam distributor header.
7) Pluit berbahaya (Alarm)
Alat ini berfungsi untuk memberi tanda apabila ketel uap mengalami
trouble.
8) Lubang lalu orang (Manhole)
Lubang lalu orang (Manhole) ini berfungsi untuk keluar masuknya
orang pada saat ketel mengalami perbaikan, pembersihan dan
pemeriksaan.
9) Katub pengisi ketel
Katub ini berfungsi untuk mengatur level air di dalam ketel.

21
9. Perawatan ketel uap bantu
Perawatan menurut (patrick,2001) adalah suatu kegiatan untuk memelihara
dan menjaga fasilitas yang ada serta memperbaiki, melakukan penyesuaian
atau penggantian yang dilakukan untuk mendapatkan suatu kondisi operasi
produksi agar sesuai dengan perancangan yang ada. Ada dua jenis
perawaratan dalam hal strategi perawatan, yaitu perawatan terencana dan
perawatan insidental. Dalam hal ini perlu diterapkan perawatan terencana
atau PMS (planned maintenance system) dengan minimnya pengadaan suku
cadang (spare part). Sebuah PMS (plane maintenance system) terdiri dari
beberapa elemen yang saling berhubungan sehingga mesin dapat dipantau dan
kerusakan diminimalkan. Unsur–unsur yang dibahas adalah rencana kerja,
pengendalian, data informasi dan instruksi. Sistem pemeliharaan terencana
ditujukan untuk penyusunan rencana kerja kapal. Sistem ini akan membuat
pekerjaan perawatan dilakukan secara terus menerus, sehingga bila terjadi
pergantian Masinis yang bertanggung jawab pada sebuah permesinan.
Masinis pengganti dapat melanjutkan prosedur yang dilakukan oleh Masinis
sebelumnya. Bentuk sistem perawatan terencana ini dapat dilihat dalam
bentuk siklus sebagai berikut :

Perawatan

Evaluasi/revisi Pelaksanaan
pekerjaan

Pencatatan
laporan

Gambar 2.5 siklus perawatan berencana untuk mesin kapal.

22
Dari siklus diatas dapat disimpulkan bahwa pencatatan merupakan cara yang
baik untuk menganalisis dan mengevaluasi terhadap suatu perawatan yang
dilakukan. Pencatatan itu sendiri dirancang untuk meningkatkan perencanaan
perawatan dimasa yang akan datang dengan membandingkan apa yang sudah
dilakukan dimasa kini dikarenakan awak kapal yang selalu bergantian.
Mengevaluasi dan memeriksa hasil perawatan :
a. Selama pekerjaan berlangsung kualitas hasil pekerjaan selalu diperiksa
agar tidak terjadi pengulangan pekerjaan.
b. Bila terjadi penyimpangan atau masalah harus didiskusikan dengan
Masinis atau seorang ahli yang berwenang sesuai prosedur yang berlaku.
c. Semua kejadian perawatan dan perbaikan dicatat dengan teliti dalam
buku perawatan mesin bersangkutan dan diperkirakan jadwal perawatan
selanjutnya.
d. Hasil pekerjaan diperiksa dengan seksama diakhir pekerjaan untuk
meyakinkan sesuai dengan yang diharapkan.

C. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran ini merupakan suatu pola pemikiran untuk menganalisa
masalah yang sedang dibahas guna mempermudah dalam pembahasan skripsi ini,
yang disusun secara berurutan untuk memecahkan masalah secara terperinci. Jika
perawatan sistem pembakaran dan terjadinya kebocoran pada pipa air tidak
dilakukan dengan baik, maka akan menimbulkan masalah seperti tidak lancarnya
pengoperasian kapal. Apabila perawatan terhadap sistem pembakaran dan
kebocoran pada pipa – pipa air tidak dilaksanakan dengan baik maka akan
menimbulkan masalah seperti tidak lancarnya pengoperasian kapal. Ketel uap pada
dasarnya terdiri atas beberapa komponen dan apendensi Adapun komponen-
komponen utama yang dimiliki adalah Steam drum, Water drum, Wall tubes,
Superheater, Ekonomizer, Air heater, Funnel, Furnace. Serta apendensi dari ketel
uap tersebut adalah Katub pengaman, Gelas penduga, Manometer, Kran penguras,
Katub induk, Pluit berbahaya, Lubang lalu orang, Katub pengisi ketel. Oleh karena
itu, berdasarkan hal tersebut, sebagai Masinis yang bertanggung jawab atas
kelancaran pengoperasian ketel uap di atas kapal, kita harus perawatan dan
pemeliharaan ketel uap dengan baik. Untuk memelihara ketel uap agar

23
menghasilkan jumlah uap yang diharapkan atau dibutuhkan untuk kelancaran
pengoperasian kapal, kita harus memperhatikan beberapa hal. Pada dasarnya ada
dua faktor yang mempengaruhi produksi normal steam, yang pertama adalah media
pemanas air ketel uap bantu atau biasa disebut burner sebagai alat bantu pemanas
air ketel uap bantu untuk pembakaran, dan yang lainnya adalah ait ketel uap bantu
itu sendiri. Media pemanas mempengaruhi air di ketel uap menjadi uap, dimana
burner memainkan peran penting. Ketika penulis melakukan praktek kerja laut di
kapal, burner selalu dibersihkan secara berkala untuk menyelesaikan pembakaran di
ruang bakar. Ini juga karena dilengkapi dengan force draft fan. Udara membuat
pembakaran lebih baik, terbukti dengan sisa asap hasil pembakaran di cerobong
saat kapal merapat dan cenderung bersih dan tidak gelap.Untuk memudahkan
pembahasan skripsi tentang perawatan ketel uap untuk menunjang kelancaran
operasional kapal. Maka yang harus dilakukan adalah menentukan masalah atau
kondisi instalasi dan perawatan boiler. Kemudian menganalisa penyebabnnya.
Ketika gangguan itu terjadi, maka carilah solusi dari masalah yang terjadi. Untuk
mempermudah skripsi ini, penulis memberikan langkah-langkah dengan harapan
agar ketel uap dapat beroperasi secara normal tanpa menggangu jalannya
operasional kapal.

24
Mengintensifkan perawatan katel uap bantu guna
menunjang kelancaran pengoperasian

permasalahan

pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan dan terjadinya kebocoran
pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap bantu

Faktor-faktor penyebab

Jarak elektroda pembakaran dengan Kualitas air ketel yang kurang baik
ujung nozzel, kualitas bahan bakar dan Jarang melakukan quick
yang di pakai dan terdapat banyak blowdown air ketel uap bantu
kotoran yang menutupi Nozzle tip

Solusi
Melakukan pengecekan secara Melakukan pengetesan (analisis) air
berkala serta terjadwal dengan baik ketel secara rutin. Dalam melakukan
pada elektroda pembakar dan tindakan pencegahan yang tepat
perawatan terhadap komponen maka perlu diberikan dosis chemical
nozzle tip tersebut dengan treatment dalam jumlah yang tepat.
melakukan pembersihan

Tujuan

Pengoperasian ketel uap bantu kapal dapat secara normal dan


meminimalkan masalah-masalah yang diakibatkan oleh
perawatan tidak sesuai prosedur, sehingga mendukung
pengoperasian kapal, membuat operasional perusahaan
menjadi lebih baik, sehingga tidak mengganggu kelancaran
operasional kapal

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan saat penulis melaksanakan praktek kerja laut (prala) selama
11 bulan satu hari dengan perusahaan PT. EQUATOR MARITIME dengan salah
satu kapal tanker bernama MT. SUKSES PEGASUS XXXVI. Penelitian mulai
04 September 2020 hingga 05 Agustus 2021. Selama praktek tersebut digunakan
untuk mengamati dan meneliti permasalahan diatas kapal yang meliputi mesin
induk ataupun permesinan bantu lainnya. Khususnya untuk penelitian penulis
melakukannya pada ketel uap bantu. Tetapi saya tidak menghabiskan seluruh
waktu saya dalam praktik untuk penelitian, sehingga penelitian dilakukan ketika
ketel uap bantu mengalami masalah karena perawatan yang buruk. Penelitian
dilakukan dengan pengambilan data – data pokok tentang ketel uap bantu yang
akan dikaji dalam skripsi ini. Akan tetapi selama menjalani praktek berlayar di
atas kapal tidak hanya memfokuskan pada perawatan ketel uap bantu yang di
bahas di dalam penulisan skripsi ini, karena masih banyak Pesawat Bantu
lainnya serta mesin penggerak utama yang harus di pelajari.
2. Tempat dan Profil Penelitian.
Lokasi penelitian untuk penyusunan skripsi ini adalah di kapal MT. SUCCESS
PEGASUS XXXVI. Berikut ini adalah data spesifik tentang penelitian selama
Praktek Laut di kapal MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI :
Tabel III.1

Nama Kapal MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI


Nama Panggilan JZDI
Ship’s Owner PT. EQUATOR MARITIME
Bendera INDONESIA
Tipe Kapal TANKER
Klasifikasi RINA
Tahun Pembuatan 1998
IMO Number 9164536
Dead Weight Ton 43.760 T
Gross Tonnage 23.781 T
Length Over All 182 x 30 M
Main Engine DALIAN-B&W 6S50MC
Boiler type GADELIUS MARINE K. K. CPH-30
Boiler Capacity 30.000 KG/hr
Cargo Pump SHINKO IND LTD/ KV 300
Cargo Capacity 900 M³/H
Aux. Engine VERTICAL SINGLE ACTING 4
STROKE./M220-L-UX,610kw
Trading Zone INDONESIA

Sumber: Ship Particular MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI

B. METODE PENDEKATAN
Dalam pengumpulan skripsi, penulis akan melaksanakan bagaimana penulis
melakukan penelitian dan cara penulis mendapatkan data. Untuk menyelesaikan
masalah skripsi ini dengan benar dan sistematis, penulis mengangkat beberapa
metode yang dianggap cocok untuk masalah skripsi ini untuk memecahkan
masalah. Berikut adalah beberapa metode yang peneliti gunakan saat melakukan
penelitiannya, antara lain:
1. Studi kasus
Metode studi kasus adalah metode yang melalui masalah yang selanjutnya
dihadapi dan dipelajari. Artinya, peneliti terlebih dahulu mendapatkan
masalah dengan mengacu pada manual atau dokumen yang dapat membantu
memecahkan masalah yang peneliti temui, seperti dokumen riwayat
maintenance report, alarm record book, dan konsultasi kepada Chief
Engineer mengenai masalah yang akan diselesaikan. Selama peneliti
melakukan praktek kerja nyata di kapal MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI,

27
penulis melakukan pendekatan pemecahan masalah dengan membaca manual
book boiler. Dalam buku manual, penulis dapat mempelajari masalah apa
yang mungkin terjadi pada ketel uap dan bagaimana cara mengatasinya.

2. Problem Solving
Metode pendekatan dengan cara problem solving adalah lanjutan dari
pendekatan studi kasus yang telah dilakukan terlebih dahulu oleh peneliti
yang mana telah dijelaskan di atas, sehingga problem solving adalah suatu
proses menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi
yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat.

3. Deskriptif kualitatif
Metode deskripsi kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman
yang didasarkan pada suatu metodologi yang menyelidiki fenomena dalam
masalah yang muncul. Dalam metode ini, peneliti menciptakan gambaran
yang kompleks, meneliti kata-kata, melaporkan pandangan rinci dari
responden, dan melakukan penelitian dalam situasi yang alami. Prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif dalam bentuk tertulis dan lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Jika permasalahan tidak jelas,
gunakan penelitian kualitatif untuk menemukan maksud tersembunyi,
memahami masalah, mengembangkan teori, dan memastikan kebenaran data.

C. SUMBER DATA
Dalam hal ini penulis memilih subjek penelitian yaitu ketel uap bantu di MT.
SUCCESS PEGASUS XXXVI yaitu untuk menganalisa kinerja ketel uap bantu,
adapun spesifikasinya sebagai berikut :
AALBORD SUNROD

Type : GADELIUS MARINE K.K. CPH - 30


Number : 1 Boiler/1 Ship
Evaporation : 30.000 kg/hr
Steam pressure : Design : 1.8 Mpa (18 kg/cm2)

28
High press. Mode : 1.6 Mpa (16 kg/cm2)
Low press. Mode : 0.7 Mpa (7 kg/cm2)
Steam temperature : Saturated temperature
Feed water temperature : 60 C
Furnance pressure : 2.4 kPa (250 mmAq)
F. O. Consumption : 2.249 kg/hr

Gambar 3.1 Ketel Uap Bantu AALBORD SUNROD

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Dalam menyusun data untuk skripsi ini penulis akan menjelaskan bagaimana teknik
pengumpulan data sangatlah penting sebagai bahan analisa untuk menyelesaikan
permasalahan yang dirumuskan, maka dalam menyusun penelitian ini dibutuhkan
suatu pengamatan. Sehingga mampu mendapatkan data yang benar, agar tujuan
penulisan dapat tercapai dan sesuai dengan judul yang penulis ambil. Data-data ini
disusun secara sistematis dan sesuai dengan masalah peneliti, dalam hal ini masalah
yang berkaitan adalah ketel uap. Berikut ini adalah beberapa teknik pengumpulan
data yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian, yaitu :
1. Metode observasi ( Pengamatan )
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara langsung ke lapangan tempat dilakukannya penelitian.
Dalam teknik ini penulis langsung mengamati obyek yang menjadi bahan
penelitian yaitu ketel uap bantu atau auxiliary boiler. Selama peneliti

29
melakukan praktek kerja nyata di kapal MT. SUCCES PEGASUS XXXVI,
penulis melakukan penelitian secara langsung kepada obyek yang menjadi
bahan penelitian penulis yaitu ketel uap, pengamatan pada waktu praktek
diatas kapal dimana sebagai asisten Masinis lima yang memiliki tanggung
jawab terhadap ketel uap diatas kapal, disini diamati fungsi kinerja pada
ketel uap kurang optimal dan sering terjadi kerusakan-kerusakan yang dapat
mempengaruhi kinerja pada ketel uap sehingga ketel uap tidak bekerja dan
beroperasi dengan baik. Penulis melakukan pengamatan mulai dari cara
kerjanya, perawatan, sampai kepada pengamatan ketika terjadi masalah
terhadap ketel uap bantu.
2. Metode wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk
memperoleh informasi dengan melakukan komunikasi atau tanya jawab
(wawancara) langsung dengan narasumber (Masinis) di atas kapal. Metode
wawancara ini sangat efektif untuk mendapatkan penjelasan yang lebih rinci
mengenai pertanyaan-pertanyaan atau banyak hal yang tidak dipahami
dalam hal permasalahan yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas,
berdiskusi Kegiatan wawancara ini dilakukan terhadap para Masinis dan
oiler yang sedang berdinas jaga tepatnya ketika sedang dalam pengoperasian
ketel uap saat kapal sedang dalam pelayaran di laut. Adapun masalah yang
sedang diungkapkan dalam wawancara tersebut adalah mengenai sistem
pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan dan terjadinya kebocoran
pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap bantu. Di samping itu
proses tanya jawab mengenai sekitar persiapan-persiapan sebelum
mengoperasikan ketel uap. Koordinasi yang dilakukan sebelum, maupun
sesudah melakukan proses operasional ketel uap, perawatan dan perbaikan
dalam menjaga kondisi ketel uap agar dapat beroperasi dengan optimal.
3. Metode dokumentasi
Dokumenatsi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subjek penelitian tetapi dengan mengkaji dan mempelajari
dokumen-dokumen yang sudah tersedia. Dalam hal ini dokumen-dokumen,
catatan, buku, arsip serta agenda-agenda yang berada diatas kapal yang
dapat dilihat pada data perencanaan pengoperasian kapal lalu perencanaan

30
perawatan bulanan (Planned Maintenance Schedule Monthly) yang ada
diatas kapal khususnya semua buku referensi yang mendukung semua
operasional ketel uap yang sesuai dengan buku panduan pengoperasian
(Instruction Manual Book) dan buku dari penerbit lain yang berhubungan
dan berkaitan dengan masalah yang terjadi. Adapun dokumen yang terjadi
sumber pendukung dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Buku catatan harian kegiatan dikamar mesin (Engine Log Book).

b. Buku catatan bulanan yang harus dilaporkan kepada perusahaan


(Monthly report).

c. Buku panduan operasional ketel uap dari pembuat (Instruction manual


book).

d. Laporan Kerusakan dikamar mesin (Engine damage Report).

e. Foto komponen-komponen ketel uap bantu.


f. Buku system perencanaan perawatan (Planning Maintenance System).

4. Studi pustaka

Studi pustaka adalah teori yang digunakan sebagai dasar untuk memecahkan
masalah yang diambil mempelajari suatu buku atau dari hasil penelitian
terdahulu. Dengan demikian maksud dari studi pustaka ini adalah untuk
mengambil teori-teori yang akan dijadikan sebagai penyelesaian suatu
masalah yang diambil dari buku. Studi pustaka ini harus banyak membaca
buku atau mempelajari dari hasil penelitian tedahulu. Dalam melakukan
studi pustaka ini, penulis banyak membaca buku-buku mengenai ketel uap
yang didalamnya juga membahas perawatan ketep uap yang menyangkut
tentang mengenai sistem pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan
dan terjadinya kebocoran pada pipa–pipa air di dalam instalasi ketel uap
bantu kemudian untuk mengambil teori-teori yang akan dijadikan sebagai
penyelesaian suatu masalah yang diambil dari buku.

E. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING


Subjek penelitian merupakan suatu metode yang akan digunakan dalam meneliti
atau menganalisa suatu permasalahan. Dalam suatu penelitian, teknik analisa
merupakan hal yang sangat penting. Dalam analisis ini data dapat disederhanakan

31
kedalam bentuk yang lebih mudah di mengerti dan dibaca serta diinterpretasikan
sebagai penunjang dalam penyederhanaan data. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui penyebab–penyebab terjadinya menurunnya kinerja ketel uap bantu
diatas kapal MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI didalam melakukan penelitian
penulis mengunakan populasi dan sampel :

1. Populasi
Populasi yang dimaksud disini adalah ketel uap bantu, yang sangat berperan
dalam kelancaran pengoperasian mesin induk dan segala aktivitas di atas kapal.
Dari pesawat bantu yang ada di atas kapal dan bermacam-macam jenis, maka
penulis mengambil suatu contoh pesawat bantu yaitu ketel uap bantu yang
dianggap sebagai sampel yang berada di atas kapal MT. SUCCESS PEGASUS
XXXVI, dimana di atas kapal tersebut penulis melaksanakan penelitian pada
saat praktek laut ( PRALA ) selama kurang lebih 11 bulan 1 hari untuk belajar
dan juga sebagai tugas dari instansi / kampus sebagai syarat kelulusan program
belajar.

2. Sampel
Setelah populasi di tentukan dengan jelas, dari itu penulis menetapkan apakah
mungkin untuk melakukan penelitian secara keseluruhan pada elemen populasi
ataupun hanya mengambil sebagian dari populasi saja yaitu yang disebut
dengan sampel. Di dalam melakukan penelitian ini penulis tidak meneliti
semua anggota populasi, di karenakan dalam hal ini akan memakan banyak
waktu yang nantinya akan mengganggu aktifitas di atas kapal. Maka penulis
mencoba untuk mangambil sampel pada ketel uap bantu yang pada saat itu
berada diatas kapal MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI dimana di atas kapal
tersebut penulis melakukan penelitian. Setelah melakukan penelitian ini maka
di harapkan dari pada penulis sendiri yang telah penulis lakukan di atas kapal
MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI, dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai hasil penelitian ini. Dan sesuai dengan penjelasan tersebut maka
subjek yang di ambil adalah menjaga kelancaran kinerja ketel uap bantu.

32
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini untuk menganalisis data
adalah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu data – data yang
didapatkan selama melakukan penelitian secara langsung mengenai faktor-faktor
yang menyebabkan penurunan performa ketel uap bantu. Pengumpulan data yang
dimaksud adalah untuk mendapatkan data yang relevan, akurat dan untuk
mengidentifikasi data yang ada terkait dengan ketel uap bantu. Sedangkan data
analisa bertujuan untuk mengelola dan mengidentifikasi data yang ada. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis dan hasil analisis ini diharapkan dapat lebih
menggambarkan penyusunan skripsi ini, baik dari segi masalah maupun hasil akhir.
Dan diharapkan penelitian skripsi ini dapat menghasilkan sesuatu solusi maupun
pemecahan masalah yang tepat dan akurat, baik dalam mengamati dan menangani
tentang permasalahan yang diangkat. Adapun langkah-langkah untuk menganalisa
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mencari, mencatat dan mengumpulkan semua
secara objektif serta apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan
wawancara di lapangan yaitu pencatatan hal yang menyebabkan penurunan
performa ketel uap bantu dan dokumentasi komponen yang menyebabkan
penurunan performa ketel uap bantu.
2. Reduksi Data
Menurut Sugiyono (2010:338). Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya dan membuang hal yang tidak perlu. Reduksi data dalam
penelitian ini yaitu data yang diperoleh di lapangan mengenai penurunan
performa ketel uap bantu yang dilakukan dengan observasi, dokumentasi
dan wawancara kemudian akan dipilih dan difokuskan pada hal-hal yang
berkaitan dengan penurunan performa ketel uap bantu.
3. Pengambilan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
yang dikutip oleh Sugiyono (2010:345) adalah penarikan kesimpulan dan
validasi. Kesimpulan awal yang disajikan masih tentatif dan akan berubah
jika tidak ada bukti yang kuat untuk mendukung tahap pengumpulan data

33
selanjutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan pertanyaan yang diajukan di awal, tetapi mungkin tidak, karena
pertanyaan dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan.

34
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA
Ketel uap bantu adalah permesinan bantu yang digunakan di atas kapal untuk
menghasilkan uap bertekanan. Di kapal penulis melakukan praktek, ketel uap hanya
ada sebagai permesinan bantu yaitu jenis ketel uap pipa air. Namun, apapun jenis
steam yang digunakan diatas kapal, harus ada permesinan bantu yang mampu
menghasilkan steam untuk memenuhi semua kebutuhan steam di atas kapal. Ketel uap
dapat diartikan sebagai bejana tertutup dimana panas hasil pembakaran mengalir ke
dalam air hingga terbentuk air panas atau uap. Dilihat dari penggunaan steam yang
sangat dibutuhkan oleh kapal, maka steam yang dihasilkan oleh ketel uap bantu harus
memenuhi persyaratan untuk produksi steam yang optimal dan berkualitas tinggi, yaitu
produksi steam dengan temperatur dan volume yang tinggi. Untuk menghasilkan uap
dengan kualitas tinggi dan kuantitas optimal, pembakaran perlu dilakukan di ketel uap
bantu. Namun pada saat penulis melaksanakan praktek laut, penulis menemukan bahwa
masalah dalam proses pembakaran dan kebocoran pipa – pipa pada ketel uap bantu
yang mengakibatkan produksi uap menurun dan tidak optimal dalam menghasilkan
uap. Berikut ini adalah beberapa gambaran dari pengalaman atau data-data yang pernah
dialami oleh penulis pada waktu melaksanakan proyek laut di MT. SUCCESS
PEGASUS XXXVI. Penulis menemukan permasalahan yang terjadi pada ketel uap
bantu, dan pada skripsi ini penulis mencoba menggambarkan permasalahan yang
pernah dialami, antara lain pentingnya perawatan dan perbaikan pada ketel uap bantu
harus sangat diperhatikan dimana perawatan dan perbaikan tersebut sangat kurang
diperhatikan. Suatu kenyataan bahwa ketel uap bantu sangat berpengaruh dalam
menunjang operasional kapal, jadi sangat memerlukan perawatan atau pemeliharaan
yang intensif dan terencana dengan baik. Penulis menemukan permasalahan yang
terjadi pada ketel uap bantu dan pada skripsi ini penulis mencoba menggambarkan
permasalahan yang pernah dialami diantaranya :

1. Sistim pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan


Pada tanggal 16 Januari 2021 saat kapal sedang sandar di pelabuhan Tanjung
Gerem, saat itu kapal akan melakukan discharge muatan, saat itu kondisi ketel uap
bantu dalam keadaan mati total atau belum dioperasikan, kemudian Masinis V
berserta penulis mempersiapkan pengoperasian ketel uap bantu sesuai dengan
prosedurnya, namun pada saat memulai pembakaran awal alarm berbunyi
menandakan bahwa api tidak dapat menyala, dengan segera Masinis V melakukan
pengecekan secara menyeluruh yaitu dengan mengecek bahan bakar apakah terdapat
banyak air atau tidak, lalu mengecek kondisi pompa bahan bakar dan filter yang
menuju ke ketel uap bantu, kemudian Masinis V mengecek nozzle tip dan flame eye
ternyata terdapat banyak kotoran dari residu – residu bahan bakar ( MFO ) dari
hasil pembakaran sebelumnya, setelah itu ketel uap bantu kembali dioperasikan
tetapi hasilnya tetap sama yaitu tidak terjadi pembakaran, dan akhirnya Masinis V
melakukan pengecekan dan perbaikan sesuai dengan pedoman instruction manual
book pada electrode yang memperoleh hasil yaitu ketel uap bantu berkerja dengan
normal.
2. Terjadi kebocoran pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap bantu
Pada tanggal 21 April 2021 saat itu Ketel Uap Bantu mengalami gangguan pada
sistem pembakaran, yang mengakibatkan penurunan produksi uap untuk cargo
pump yang dimana uap tersebut digunakan untuk menggerakkan turbin cargo pump
tersebut, setelah melihat kecepatan cargo pump mulai menurun dari kecepatan yang
telah di atur atau ditetapkan, maka Masinis V yang pada saat itu bertanggung jawab
atas Ketel Uap Bantu melakukan pengecekan sekeliling area cargo pump dan ketel
uap bantu, ternyata setelah mengintip di dapur pembakaran melalui kaca intip
burner ditemukannya air pada dapur pembakaran, hal ini langsung dilakukan
pengecekan pada ketel uap bantu dan Masinis V yang bertanggung jawab atas
permesinan ini memberi informasi kepada Masinis II yang bertanggung jawab
sebagai kepala kerja bahwa kebocoran tersebut terjadi karena lapisan dalam pipa air

36
ketel dipenuhi oleh kerak yang sudah mengeras dan terdapat juga endapan pada
pipa – pipa air ketel yang sudah lama terjadi sehingga mengikis pipa dan terjadi
kebocoran yang mengakibatkan gangguan pada sistim pembakaran, setelah
penyebab dari ketel uap bantu di dapatkan Masinis II melaporkan hal ini kepada
KKM ( Kepala Kamar Mesin ) bahwasannya terjadi kerusakan pada ketel uap bantu,
sehingga dengan terpaksa proses discharge cargo diberhentikan. Lalu atas intruksi
KKM maka Engine Control Room (ECR) menginformasikan kepada Cargo Control
Room (CCR) untuk memberhentikan proses bongkar muatan secara darurat
dikarenakan terjadi permasalahan pada ketel uap bantu, setelah mendapatkan
konfirmasi dari pihak pertamina dan perusahaan, maka kapal MT. SUCCESS
PEGASUS XXXVI melakukan shifting pada anchorage area untuk pemeliharaan
dan perbaikan pipa ketel uap bantu yang bocor.

B. ANALISIS DATA
Dari data yang telah diperoleh dan dijelaskan sebelumnya, kemudian penulis akan
menganalisa data berdasarkan pengalaman penulis selama di atas kapal untuk
meminimalkan masalah yang akan timbul di kemudian hari. Dengan menganalisa serta
memahami permasalahan yang ada pada skripsi ini, penulis melakukan suatu
pendekatan untuk mencari penyebab utama dan timbulnya masalah yang menyebabkan
terjadinya masalah-masalah pada ketel uap bantu. Adapun masalah-masalah yang akan
dianalisa yaitu :
1. Sistem pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan
Dalam kejadian ini produksi steam sangat penting di kapal MT. SUCCESS
PEGASUS XXXVI, karena kebutuhan operasional kapal sangat membutuhkan
steam dalam jumlah yang besar diantaranya pemanasan bahan bakar, pemanasan
jacket cooling main engine, dan penggerak turbine cargo pump. Dari hal yang
disebutkan diatas sangat berpengaruh terhadap operasional kapal, jika salah
satunya terganggu dapat berakibat fatal terhadap operasional kapal. Maka perlu
dilakukan perawatan, kemudian penulis dengan Masinis V yang bertanggung
jawab atas permesinan bantu ini melakukan pengecekan dengan berdasarkan buku
panduan sebagai petunjuk untuk mencari penyebab masalah dari sistim pengapian

37
awal tidak baik saat burner dinyalakan, dan ditemukan beberapa faktor timbulnya
masalah tersebut. Berikut faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut :

a. Tidak sesuainya jarak kedua elektroda dan sisa karbon yang menempel
pada elektroda
Hal ini menyebabkan tidak berfungsinya elektroda yaitu terdapat karbon –
karbon yang berasal dari kotoran – kotoran sisa pembakaran bahan bakar berat
(M.F.O) yang mengering sehingga menempel pada ujung besi elektroda
sehingga tidak terciptanya percikan api kecil, kemudian penyebab lain tidak
terjadinya percikan api kecil adalah jarak elektroda pembakar dengan ujung
nozzle tidak sesuai yaitu (3-4 mm antar elektroda, 7 mm antar nozzle pilot
burner dan setel pompa nozzle pilot burner 20 kg/cm2), karena pertama kali
bahan bakar yang disemprotkan diberikan percikan api kecil dan diberikan
udara maka bahan bakar yang disemprotkan tadi akan menyala menjadi api, dan
percikan api pertama kali lah yang menetukan api tersebut dapat tercipta atau
tidak, sesuai dengan kasus yang penulis alami diatas kapal bahwa jarak
elektroda pembakar dengan ujung nozzle tidak sesuai dengan jarak yang telah
ditentukan atau melenceng dari jalur aliran keluarnya bahan bakar, dan api
tidak dapat tercipta, kurangnya perhatian terhadap komponen ini menyebabkan
hal ini dapat terjadi namun bukanlah penyebab utama, maka disimpulkan
perlunya dilakukan perawatan secara rutin, tidak berfungsinya elektroda akan
sangat berpengaruh kepada pembakaran ketel uap bantu, sehingga kebutuhan
uap di kapal dapat terkendala. Maka perlunya dilakukan perawatan dan
memastikan komponen spare part tersedia apabila diperlukan penggantian
terhadap komponen tersebut tidak terjadi kecemasan terhadap kru kapal.

38
Gambar 4.1 Pilot Burner

b. Tertutupnya lubang nozzle tip burner dari kotoran sisa pembakaran


Hal ini dikarnakan kualitas bahan bakar yang kurang baik sehingga
menciptakan banyak jelaga dan debu – debu yang dapat menempel pada nozzle
tip, yang berakibatkan tidak berfungsinya sistem kerja nozzle tip tersebut yang
berpengaruh kepada pembakaran ketel uap bantu dan memiliki dampak
terburuk yaitu kebutuhan steam di kapal terkendala yang berakibat fatal
terganggunya operasional kapal, dari pada itu perlunya dilakukan perawatan
terencana (PMS) untuk menanggulangi hal tersebut dilakukan juga pengecekan
secara berkala apakah nozzle tip tersebut kotor serta kondisi dari nozzle tip
masih dapat digunakan atau tidak, apabila hal tersebut terjadi lakukan
perawatan dengan membersihkan nozzle tip tersebut dari kotoran – kotoran
yang terbawa oleh udara yang digunakan, dan lakukan penggantian apabila
kondisi dari nozzle tip tersebut tidak dapat digunakan lagi.

39
Gambar 4.2 nozzle tip pilot Burner

c. Kualitas bahan bakar yang digunakan


Dari hasil observasi, penulis melakukan praktek kerja laut di kapal MT.
SUCCESS PEGASUS XXXVI, kemudian penulis dapat menyimpulkan
bahwasannya, kapal menggunakan bahan bakar M.F.O karena harga yang lebih
murah dibandingkan diesel oil sehingga menghemat biaya pelayaran kapal
tersebut, namun kurang bagusnya kualitas bahan bakar terdapat banyak kotoran
yang terkandung di dalam bahan bakar seperti lumpur, kotoran padat dan
kandungan air jenuh yang dapat menimbulkan banyak masalah, salah satu
masalah yang dibahas pada skripsi ini adalah yang terdapat pada ketel uap
bantu, disebabkan oleh banyak kandungan kotoran yang ada dalam bahan
bakar, dapat dilihat dari seringnya penyumbatan-penyumbatan pada saringan
bahan bakar karena kotoran seperti lumpur atau kotoran padat. Biasanya
pembersihan bahan bakar dikapal dilaksanakan secara bertahap, sehingga
hasilnya akan lebih sempurna. Jika tidak dilaksanakan secara bertahap,
pembersihan bahan bakar tidak dapat berjalan dengan baik. Bahan bakar
yang kotor dapat berpengaruh terhadap kinerja ketel uap bantu seperti
tersumbatnya lubang nozzle main burner dan tertutupnya kaca flame detector
yang disebabkan jelaga hasil pembakaran bahan bakar, oleh karena itu
perawatan sangat penting perannya, lakukan perawatan mengikuti sistem
perawatan terencana (PMS) perawatan dilakukan lebih sering dari jadwal yang

40
dianjurkan serta pembersihan pada saringan-saringan pompa sebelum menuju
ketel uap bantu yang berfungsi untuk mengurangi kotoran – kotoran guna
membantu memurnikan bahan bakar yang digunakan pada burner, terdapat
beberapa jenis bahan bakar minyak yang umumnya digunakan diatas kapal :
1) Marine Diesel Oil (M.D.O)
Bahan bakar jenis ini adalah salah satu bahan bakar distilasi yang
mengandung fraksi berat atau campuran bahan bakar fraksi berat dan
fraksi ringan yang berwarna hitam, bahan bakar ini merupakan jenis fuel
oil namun stabil pada suhu rendah. Minyak ini banyak digunakan pada
mesin diesel putaran menengah atau pada industri dengan mesin
pembakaran luar seperti furnace dan ketel uap. Karena jenis bahan
bakar ini tidak kental sudah siap digunakan langsung injeksi dan
pembakaran, karena viscosity dan suhunya sudah sesuai untuk
melaksanakan pembakaran. untuk digunakan suatu permesinan begitu
juga pada alat pembakar ketel uap, berasal dari gas minyak berat yang
disuling sehingga menghasilkan kualitas minyak jenis ini juga memiliki
viscositas atau tingkat kekentalan rendah hingga 12 Cst, sehingga tidak
perlu dipanaskan lagi untuk digunakan.
2) Marine Fuel Oil ( M.F.O)
Bahan bakar minyak yang memiliki tingkat residu yang sangat tinggi
sangat berbeda dengan Diesel oil, bahan bakar jenis ini tidak melalui
banyak proses yang nantinya dapat digunakan, juga memiliki tingkat
viscositas atau kekentalan yang tinggi sehingga membutuhkan pemanas
agar bahan bakar jenis ini dapat memuai dan dapat digunakan, lalu bahan
bakar ini bisa disebut juga dengan minyak bakar karena bahan bakar
mesin diesel putaran rendah <300 rpm yang memiliki kekentalan hingga
maks. 380 Cst dan kadar sulfur tinggi hingga maks. 4% kemudian
membutuhkan suhu 220-260°F (104-127°C) juga mengandung kotoran
yang tidak diinginkan termasuk 2 air dan 1 tanah, harus melewati atomasi
yang tepat agar dapat terbakar sempurna.

41
2. Terjadi kebocoran pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap bantu
Menurut analisa penulis ketel uap bantu tidak akan dapat berumur panjang apabila
tidak dilaksanakan pemeliharaan secara seksama (intensif), baik dalam masa
operasional maupun tidak dalam masa operasional. Pemeliharaan secara seksama
dalam masa operasional dimaksud adalah bagaimana cara mengoprasikan ketel
uap bantu tersebut sesuai dengan petunjuk yang berlaku atau yang sesuai dengan
buku panduan pembuat ketel uap bantu tersebut, karena sesuatu yang tidak sesuai
dengan buku panduan ketel uap bantu akan menimbulkan sesuatu masalah
terhadapat mesin tersebut, pada kasus ini penulis akan membahas tentang
terjadinya kebocoran pada pipa – pipa instalasi ketel uap bantu, untuk mengetahui
hal tersebut berikut ini adalah diagram fault three analysis dari masalah kebocoran
pada pipa – pipa instalasi ketel uap bantu :

KEBOCORAN PIPA PADA KETEL UAP


BANTU

Kandungan air Kontruksi dan Kelalaian


pengisi ketel bahan pipa Masinis
kurang baik ketel uap

1). Jarang 2). Jarang 1).kondisi 2). Pipa- 1). Kelelahan 2). Kurang
dilakukan melakukan pipa-pipa pipa yang akibat pengetahuan
pengetesan air blowdown ketel sudah sudah padatnya dan skill
pada air ketel tidak layak banyak jadwal tentang ketel
dikarenakan terdapat operasional uap bantu
masa korosi kapal
usianya

Diagram 4.3 fault three analysis kebocoran pipa.

42
a. Kandungan air pengisian ketel kurang baik
1) kualitas kandungan air pada ketel uap bantu sangat berpengaruh terhadap
kebocoran perpipan ketel uap bantu yang berdampak buruk pada semua
aktivitas kapal, jarang dilakukannya pengetesan air pada ketel uap bantu
merupakan kesalahan terbesar yang dilakukan oleh Masinis, karena di dalam
kandungan air ketel uap bantu terdapat berbagai macam zat (chloride, asam,
basa dan oksigen) pipa-pipa ketel uap bantu dapat rusak, sehingga perawatan
harian ketel uap bantu harus dioptimalkan agar kinerja ketel uap bantu tetap
stabil. Pada penanganan kualitas air ketel harus dilakukan pengetesan air
ketel secara rutin yang berfungsi untuk memenuhi persyaratan, yaitu: bebas
dari kotoran, tidak ada gas korosif, tidak ada kadar garam, tidak ada asam
dan harus bersifat basa(alkaline). Karena kualitas air yang kurang baik dapat
berdampak terjadinya korosi. Hal ini hanya dapat diatasi dengan
pencegahan yang optimal dengan menjaga pH air pengisian tetap stabil dan
kebersihan.

Gambar 4.4 Pengujian pH Color


2) Dari hasil observasi dan wawancara, jarang melakukan blowdown sesuai
jadwal dapat mengakibatkan terendapnya kotoran-kotoran atau lumpur
dibagian bawah yang dapat menimbulkan korosi pada pipa-pipa ketel uap
bantu yang mengakibatkan kebocoran dan berakibatkan terganggunya
operasional kapal.

43
b. Kontruksi dan bahan pipa ketel tersebut
1) Dari hasil observasi dilihat dari kondisi pada pipa ketel uap bantu yang
mempengaruhi kebocoran pipa pada ketel uap bantu, salah satunya adalah
lamanya usia pipa ketel uap bantu tersebut. Dengan penggunaan yang terus
menerus ketahanan pipa terus menurun dikarnakan lamanya usia pipa pada
pipa ketel uap bantu tersebut, efek yang akan terjadi adalah menurunkan
daya tahan konstruksi. Karena lamanya usia ketel uap bantu, ada beberapa
hal yang mendukung terjadinya kebocoran material pipa ketel uap bantu :
a). Perbedaan kualitas bahan dasar saat proses produksi pipa ketel.
b). Korosi pada pipa.

Gambar 4.5 pipa yang sudah lama dan korosi

2) Dari hasil analisa penulis, bahwasanya kondisi pipa ketel uap bantu yang
sering mengalami kebocoran yaitu pipa ketel uap bantu yang sudah terdapat
banyak korosi, yang dapat berpengaruh terhadap pengoperasian ketel uap
bantu, korosi tersebut disebabkan oleh banyak faktor yang menyebabkan
korosi yaitu kadar pH, kadar chloride, kadar alkaline, dan kadar hydrazine
yang tidak sesuai.

44
c. Kelalaian Masinis
1) Dalam pengalaman peneliti, faktor yang menyebabkan waktu perawatan
dan perbaikan permesinan dapat terpotong dengan padatnya jadwal
operasional kapal. Perawatan yang sudah terjadwal sesuai dengan Plan
maintenace system maka akan tertunda. Padatnya jadwal pengoperasian
kapal dapat mempengaruhi jadwal perawatan terhadap ketel uap.
Sehingga sangat berpengaruh terhadap kemampuan manusia yang
menyebabkan kelelahan fisik, Crew engine mengalami kelelahan fisik
dikarenakan kerusakan yang terjadi dan Crew engine melakukan over
time secara terus menerus sehingga dalam melakukan pekerjaan tidak
maksimal, selain itu juga Rest hours berkurang dari standart yang telah
ditetapkan oleh STCW yang mengatur jam istirahat seseorang pelaut
yang bekerja diatas kapal adalah minimal 10 jam dan makimal 14 jam
per hari. Crew kapal harus pintar mengatur jadwal untuk melakukan
perawan untuk ketel uap bantu.
2) Dari hasil analisa penulis kurangnya pengetahuan dan skill sangat
berdampak pada kinerja seseorang, kurangnya pengetahuan yang dimaksud
adalah kuranganya pengetahuan dan pengalaman praktek dalam melakukan
perawatan dan pengoperasian ketel uap bantu. Hal ini terjadi karena dalam
pergantian crew terdapat fresh graduate yang kurang memahami tentang
perawatan dan pengoperasian ketel uap bantu yang dapat menurunkan
performa mesin dan mengganggu operasional kapal.

C. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Berdasarkan dari fakta dan kejadian yang telah dialami dan dianalisa oleh penulis
maka diketahui kendala yang terjadi pada penurunan kinerja ketel uap yang terjadi di
kapal MT. SUCCES PEGASUS XXXVI di sebabkan dari beberapa kendala dan
permasalahan diatas, maka ada beberapa cara pemecahan masalah yaitu :

45
1. Sistim pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan
Dari analisa penulis dilihat dari fungsinya ketel uap bantu sangat memiliki peranan
penting dalam operasional kapal, pada saat kapal sedang operasional sangat
dibutuhkan kinerja yang optimal dari ketel uap bantu agar mendapatkan hasil
tekanan yang maksimal yang dapat digunakan untuk menunjang keberhasilan
operasioal kapal seperti sebagai penggerak pompa kargo, pemanasan jacket
cooling water main engine, pemanas bahan bakar, kebutuhan sistem di atas kapal
dan kebutuhan sehari – hari kru kapal, maka perlunya dilakukan perawatan untuk
mengurangi terjadinya permasalahan terhadap ketel uap seperti sistem pengapian
awal tidak baik saat burner dinyalakan. Dalam permasalahan ini ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu tidak sesuainya jarak kedua elektroda
dan sisa karbon yang menempel pada elektroda, terdapat karbon – karbon hasil
pembakaran bahan bakar yang menempel pada flame detector, tertutupnya lubang
nozzle main burner dari kotoran sisa pembakaran dan kualitas bahan bakar yang
digunakan. Adapun cara melakukan perawatan untuk mengurangi permasalahan
tersebut :
a. Perawatan tidak sesuainya jarak kedua elektroda dan sisa karbon yang
menempel pada elektroda
Ditemukan adanya jarak yang tidak sesuai antara kedua elektroda dan terdapat
karbon/jelaga yang menempel pada ujung elektroda yang mengakibatkan
elektroda tidak dapat menghasilkan aliran listrik dengan baik, adapun
perawatan yang dilakukan yaitu dengan cara melakukan pembersihan pada
elektroda menggunakan majun yang telah di campur sedikit solar yang
bertujuan untuk memudahkan hilangnya karbon/jelaga yang menempel pada
elektroda, setelah itu menggunakan majun baru untuk pembersihan total,
selanjutnya dilakukan pengamplasan pada ujung besi elektroda yang berfungsi
untuk menghilangkan karbon/jelaga yang sudah menempel kering di ujung
elektroda yang tidak bisa dilakukan pembersihan menggunakan majun yang di
campur sedikit solar. Kemudian dilakukan pengaturan jarak antar dua
elektroda sudah ditetapkan pada buku instruksi manual.

46
1). Tutup semua katup bahan bakar yang menuju ke burner.
2). Pastikan semua panel dalam keadaan tidak beroperasi atau mati.
3). Buka dan lepaskan pilot burner dari dudukan di atas main hole burner.
4). Lepas elektroda dan lakukan perawatan.
5). Lalu lakukan pengukuran ujung elektroda (3-4 mm antar elektroda, 7
mm antar nozzle pilot burner)
6). Lakukan pemasangan kembali.
sebelum pemasangan dilakukan pengetesan elektroda dengan menekan tombol
ignition lihat pastikan elektroda dapat menghasilkan aliran listrik atau tidak,
jika sudah berhasil dilakukan pengencangan baut secara maksimal pada
elektroda agar memastikan posisi atau jarak dari elektroda pembakaran yang
telah diatur tidak berubah. Pastikan semuanya terpasang dengan baik. Setelah
ini dilakukannya pengecekan dan perawatan secara berkala dan terjadwal pada
elektroda pembakaran, saat burner akan digunakan maupun setelah digunakan
sesuai PMS (Planning Maintenance System) harus berjalan dengan baik sesuai
dengan buku instruksi manual untuk menjaga kinerja elektroda tersebut
bekerja dengan baik.

Gambar 4.6 Elektroda

47
b. Tertutupnya lubang nozzle tip dari hasil kotoran sisa pembakaran
Pada saat melakukan pemeriksaan bersama dengan Masinis yang sedang
berjaga, bahwa ditemukannya nozzle tip pada ketel uap bantu terdapat banyak
kotoran yang mengakibatkan gagalnya pembakaran pada ketel uap bantu, jika
ujung nozzle kotor, solusinya adalah membersihkan nozzle atau menggantinya
dengan nozzle baru jika diperlukan. Beberapa perawatan yang perlu dilakukan
saat melepas pilot burner sebagai berikut :
1) Pastikan ketel uap bantu dalam keadaan tidak beroperasi.
2) Siapkan peralatan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan dan
pemeriksaan terhadap pilot burner.
3) Melepas nozzle lalu nozzle direndam dengan kerosene.
4) Lakukan pembersihan nozzle tip.
5) Kemudian semprot nozzle dengan angin untuk memastikan nozzle
tidak tersumbat oleh kotoran.
6) Bersihkan pipa nozzle dengan kerosene, lalu semprot dengan angin
untuk mencegah kotoran menyumbat di pipa nozzle.
7) Kemudian lakukan pengeringan menggunakan kain majun.
8) Kemudian pasang kembali nozzle tip serta pastikan semuanya
terpasang dengan baik sesuai dengan buku panduan.
9) Lalu pasang lagi pilot burner ke ketel uap bantu.
10) Kemudian lakukan pemeriksaan sebelum menghidupkan ketel uap
bantu untuk menghindari kesalahan atau keliru.
11) Setelah semuanya sudah terpasang dengan baik, hidupkan kembali
ketel uap bantu sesuai dengan prosedur buku panduan.

c. Kualitas bahan bakar yang digunakan


Dari hasil analisa penulis banyak ditemukan karbon/jelaga yang menempel
pada komponen ketel uap bantu yang berasal dari kotoran-kotoran hasil
pembakaran bahan bakar berat (M.F.O) yang kemudian mengganggu kinerja
komponen ketel uap bantu, hal tersebut dikarenakan di kapal tempat peneliti

48
komponen ketel uap bantu, hal tersebut dikarenakan di kapal tempat penulis
melakukan praktek kerja laut terdapat beberapa masalah dari sistem purifier
yang menyebabkan belum dapat memurnikan bahan bakar secara baik, jadi
perawatan yang digunakan untuk maksimalkan pemurnian bahan bakar yaitu
dengan melakukan pengecekan dan perawatan yang mengikuti sistem
perawatan terencana (PMS) pada filter yang ada pada sistem bahan bakar
untuk mengurangi kotoran yang terbawa oleh bahan bakar, perawatan
dilakukan lebih sering dari jadwal yang telah dianjurkan untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dan yang paling penting dilakukan perawatan serta
pembersihan sesuai dengan buku intruksi manual pada filter yang menuju
burner ketel uap bantu sebelum dan sesudah burner digunakan. Untuk
mengetahui apakah filter yang menuju pompa burner bekerja dengan baik atau
tidak yaitu dengan melihat tekanan bahan bakar yang mengalir yaitu jika
tekanan bahan bakar yang melalui filter itu tinggi berarti bahan bakar dalam
kondisi baik dan jika tekanannya rendah berarti banyak terdapat kotoran yang
ikut bersama bahan bakar kemudian tersaring di filter lalu di lakukan
perawatan dan pembersihan secara berkala untuk mengoptimalkan fungsinya
kembali yaitu guna membantu memaksimalkan pemurnian bahan bakar.

2. Terjadi kebocoran pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap bantu.
a. Kandungan air pengisian kurang baik
Pengujian air harus secara teratur diuji agar dapat diketahui apakah air tersebut
layak digunakan atau harus dilakukan perawatan yang lebih, Kurangnya
penanganan terhadap air pengisi ketel uap, kemungkinan penyebab terjadinya
kebocoran pipa api ketel uap adalah kurangnya penanganan terhadap air
pengisi ketel uap bantu yang menyebabkan berbagai masalah seperti korosi
pada pipa air ketel uap, kualitas air ketel harus sesuai dengan intruksi manual
book atau buku pedoman, untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:

49
1). Dilakukan pengujian air ketel di atas kapal.
2). Dilakukan penggantian cascade tank filter dan blowdown air ketel.
3). Dilakukan pemberian BWT (Boiler Water Treatment).
Adapun pengujian air yang dilakukan untuk mengetahui kualitas air pada ketel
uap antara lain: Pengujian kadar alkalinitas, pengujian kadar chloride,
pengujian kadar pH air, pengujian kadar hydrazine. Pada prinsipnya air pengisi
harus memenuhi beberapa syarat, yaitu: Sejauh mungkin gas O2 dan CO2
terbatas, yang terlarut dalam air ketel uap menyebabkan terjadinya reaksi
oksidasi.

(a). Kadar garam dapur (NaCl dan Na2SO4) serendah mungkin sebab
garam ini menyebabkan air ketel uap bantu mendidih.

(b). Jika air pengisi ketel uap bantu terjadi endapan, maka harus dalam
keadaan yang dapat di keluarkan dari ketel uap bantu.
(c). Air pengisi harus bersifat tidak agresif pada besi, cenderung pH ke
arah basa.
Syarat air pengisi ketel uap bantu sangatlah penting untuk dilakukan guna
menjaga kualitas air agar komponen-komponen khususnya pipa air dapat
terhindar dari berbagai macam gangguan seperti kerak, korosi yang disebabkan
oleh air.
1) Adapun pengujian air ketel yang dilakukan pada ketel uap bantu di

kapal adalah :

a) Penguji kadar pH
PH adalah kondisi keasaman atau kebasaan air. Kadar pH yang
terkandung dalam air ketel harus bersifat basa, pH yang dibutuhkan
sesuai standar buku panduan adalah 10.8 sampai 11.3. Adapun chemical
untuk menjaga pH air adalah chemical SLCC-A. Cara pengetesannya
adalah :

50
(1) Ambil 10 ml air sampel, kemudian ambil tabung reaksi lalu tuang air
sampel ke tabung reaksi sebanyak 5 ml.
(2) Tambahkan pH reagent sebanyak 9 tetes ke dalam air sampel.
(3) Kocok tabung reaksi selama 10-15 detik dan diamkan selama satu
menit.
(4) Setelah satu menit air sampel akan berubah, kemudian bandingkan
warna dan nilai yang tertera pada pH color comparator.
(5) Catat hasilnya data analisa pada log yang tersedia, lengkapi dengan
tanggal, bulan dan tahun.

b) Penguji terhadap kadar chloride


Chloride atau klorida merupakan zat terlarut dan tidak mudah menyerap
sebagai kalor bebas berfungsi desinfetans, tapi dalam bentuk ion yang
bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi ion yang
bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin dan
merusak pipa-pipa instalasi, chloride yang dibutuhkan sesuai standar
buku panduan adalah kurang dari 300 mgcl. Cara pengetesannya adalah :
(1) Ambil 100 ml air sampel, kemudian tuang air sampel di botol reaksi
yang telah disediakan.
(2) Tambahkan 1 tablet chloride ke dalam air sampel akan berubah warna
menjadi kuning apabila mengandung chloride.
(3) Masukkan tablet chloride terus menerus, satu per satu (beri waktu
agar tablet larut) sampai warna kuning berubah menjadi coklat.
(4) Hitung jumlah tablet yang digunakan, kemudian hitung seperti ini :
Chloride ppm = (jumlah tablet x 20) – 20
Misalnya 7 tablet = (7 x 20) - 20 = 120 ppm/mgcl.
(5) Catat hasilnya data analisa pada log yang tersedia, lengkapi dengan
tanggal, bulan dan tahun.

51
Gambar 4.7 Pengujian Kadar Chloride

c) Pemeriksaan alkaline air


Apabila air umpan kelebihan nilai kekerasannya, hal tersebut harus
dihilangkan karena disamping menyebabkan pembentukan pada
permukaan yang dipanaskan juga akan menghasilkan bahan kimia yang
lebih banyak untuk perawatan air dan jumlah zat padat yang terlarut
dalam air, alkaline yang dibutuhkan sesuai standar buku panduan adalah
M. Alkalin kurang dari 600 mgCaCO3 dan P. Alkalin kurang dari 500
mgCaCO3. Adapun chemical untuk menjaga alkaline air adalah
chemical GC. Cara pengetesannya adalah :
Untuk P. Alkalin :
(1) Ambil 200 ml sampel air dan isi ke dalam botol reaksi.
(2) Tambahkan 1 tablet P. Alkalin dan kocok sampai menyatu dengan
sampel.
(3) Jika terdapat P. Alkalin dalam sampel air, sampel air akan berubah
menjadi biru.
(4) Tambahkan terus menerus tablet P. Alkalin kedalam sampel (beri
waktu jeda untuk tablet menyatu dengan air sampel) sampai air
berubah permanen menjadi kuning.

52
(5) Hitung tablet yang telah dicampur kedalam air sampel dan hitunglah
seperti dibawah ini :
P. Alkalin, ppm CaCO3 = (jumlah tablet x 20) - 10
Contoh : 15 tablet = (15 x 20) – 10 = 290 ppm CaCO3
(6) Catat hasilnya data analisa pada kertas log yang disediakan, lengkap
dengan tanggal, bulan dan tahun dilakukannya tes.
(7) Simpan hasil tes untuk M. Alkalin.

Untuk M. Alkalin :
(1) Pada hasil sampel dari P. Alkalin, tambahkan tablet M. Alkalin dan
hancurkan sampai larut.
(2) Ulangi penambahan tablet terus menerus (beri waktu untuk tablet larut
dengan sampel) sampai berubah menjadi warna merah atau merah
muda.
(3) Hitung jumlah tablet yang digunakan, lalu lakukan perhitungan seperti
ini :
M. Alkalin, ppm CaCO3 = (jumlah tablet P & M x 20) – 10
Contoh : jika tadi untuk P 15 dan sekarang 7 untuk M yang digunakan
M. Alkalin ((15 + 7) x 20) – 10 = 430 ppm CaCO3. Catat hasilnya
pada kertas log yang disediakan, lengkap dengan tanggalnya.

d). Pemeriksaan kadar hydrazine


Hydrazine merupakan salah satu jenis inhibator korosi terhadap logam
dimana proses inhibisinya secara efektif melalui penurunan konsentrasi
oksigen terlarut serta membentuk senyawa komplek dengan ion logam
yang melapisi permukaan logam dan untuk mengikat O2 (oksigen)
sehingga dapat mencegah korosi/karat pada sistem air (pipa api dan pipa
air pada ketel uap). Hydrazine juga berguna untuk mengoksidasi
kembali oksida metal dan menaikkan nilai pH air, akibat dari adanya

53
hydrazine larutan akan berwarna kuning dan intensitas warna yang
terjadi akan tergantung dari banyaknya hydrazine yang mengikat O2.
Hydrazine ini bukan hanya mengurangi atau mengikat oksigen terlarut
dalam air tetapi juga oksidasi metal yang terbawa dalam ketel yang
dapat menjadi endapan (deposit), hydrazine yang dibutuhkan sesuai
standar buku panduan adalah 0.1 sampai 0.5. Adapun chemical untuk
menjaga kadar hydrazine air adalah chemical AMERZINE. Cara
pemeriksaan hydrazine :
(1) Ambil komparator dengan 2 buah tabung 10 ml yang tersedia.
(2) Tuangkan 5 ml air sampel ke masing – masing tabung
(3) Letakkan 1 buah tabung di komparator sebelah kiri tangan
(4) Untuk tabung yang satu lagi diberikan 5 tetes S2H4, lalu tabung
ditutup dan dikocok terlebih dahulu agar bereaksi dengan cepat
(5) Kemudian kita tambahkan lagi N2H4 sebanyak 5 tetes, lalu tabung
ditutup dan di kocok terlebih dahulu agar bereaksi dengan cepat
(6) Lalu diamkan selama 5 menit dan letakkan di komparator sebelah
kanan tangan dan siapkan pembandingan atau determine yang
berfungsi menunjukkan kadar hydrazine
(7) Kemudian dilakukan pembandingan 2 tabung di atas kertas
pembanding hydrazine
(8) Catat hasil analisa yang di dapatkan agar dapat menyimpulkan
apakah air ketel normal atau harus di lakukan drain.

54
Gambar 4.8 Pengujian Kadar Hydrazine

2) Dilakukan penggantian cascade tank filter dan blowdown air ketel


a) Penggantian cascade filter
Cascade tank memiliki filter yang bertujuan untuk menyaring kotoran
yang dibawa oleh air kondensat sebelum dipompa menuju ke ketel uap
bantu. Penggantian filter yang rutin dilakukan akan mengakibatkan
kotoran terjebak di dalam filter dan tidak terbawa menuju ketel uap
bantu. Apabila kegiatan ini dilakukan secara rutin , maka kekeruhan dan
kotoran pada air ketel uap bantu dapat dicegah dan ditanggulangi.
Berikut langkah langkah penggantian cascade filter:
(1) Pembukaan cover filter cascade.
(2) Penarikan cascade filter lama.
(3) Penggantian filter baru.
(4) Pemasangan filter dan tutup kembali cover dengan rata dan benar
untuk menghidari terjadinya masuk angin (pompa tidak menghisap).

b) Botton blowdown air ketel


Blowdown adalah kegiatan mengeluarkan sebagian atau seluruh air ketel
uap bantu untuk membantu menghilangkan kotoran yang

55
mengendap dibagian dasar ketel uap dan kotoran yang mengapung di
permukaan air. Berikut adalah langkah – langkah melaksanakan
blowdown air ketel yaitu:
(1) Lakukan blowdown air ketika ketel uap beroperasi pada kondisi
beban rendah.
(2) Naikkan level air kira-kira sampai pada “HWL” (High Water
Level) sebelum melaksanakan blowdown.
(3) Buka katup bottom blowdown dan overboard perlahan untuk
mencegah temperature shock yang akan menyebabkan kerusakan
pipa/kebocoran.
(4) Lakukan blowdown air hingga permukaan berkurang dilihat dari
water level gauge.
(5) Naikkan kembali level air kira-kira sampai “HWL”.
(6) Lakukan blowdown air lagi hingga permukaan berkurang dilihat dari
water level gauge.
(7) Pastikan level air tidak drop sampai di bawah “LWL” (Low Water
Level)
(8) Tutup kembali semua valve setelah selesai melakukan blowdown.

3) Dilakukan pemberian BWT (Boiler Water Treatment).


Upaya yang dilakukan untuk mencegah tingginya kandungan chloride pada
air ketel uap adalah dengan menambahkan chemical BWT (Boiler Water
Treatment) sesuai dengan rekomendasi dari pemakaian chemical itu sendiri
berdasarkan kebutuhan dalam melawan kandungan chloride pada tangki air
pengisian ketel uap atau tangki cascade. BWT memiliki beberapa kegunaan
yaitu :
a) Mampu mengendapkan kerak yang menempel pada dinding ketel uap
menjadi lumpur yang tidak berbahaya.
b) Mampu mempertahankan zat pengendap dalam jumlah kecil tapi cukup.

56
c) Mampu mencegah terbentuknya busa yang akan mempercepat
terbentuknya kerak pada ketel uap.

b. Kontruksi dan bahan ketel uap


Pipa pada ketel uap merupakan hal yang sangat penting dalam ketel uap,
biasanya terjadinya masalah pada pipa pada ketel uap kemungkinan penyebab
terjadinya kebocoran pipa ketel uap adalah :
1). Kondi pipa ketel sudah tidak layak karena masa usianya.
2). Pipa – pipa sudah banyak terdapat korosi.
Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap produksi steam pada ketel uap
dikarenakan masa usia pipa dan banyak terjadi korosi yang mengakibatakan
kebocoran pada pipa-pipa ketel uap. Adapun pemecah masalah pada pipa ketel
uap bantu di kapal adalah :
1). Kondisi pipa-pipa ketel sudah tidak layak (usia pipa)
a) Mengganti baru pipa-pipa yang sudak tidak layak.
Melakukan penggantian pipa-pipa pada ketel uap jika sudak tidak
layak upaya yang dilakukan adalah mengganti dengan pipa- pipa baru.
b) Melakukan perawatan semaksimal mungkin bila biaya minimum
Melakukan perawatan semaksimal mungkin adalah dengan melakukan
pengelasan terhadap pipa-pipa yang korosi/bocor untuk menghemat
biaya perawatan.
2). Pipa-pipa yang sudah banyak yang korosi
a) Melakukan penggantian pipa yang baru.
Banyaknya pipa-pipa yang korosi yang sudah tidak dapat lagi untuk
melakukan perawatan pengelasan adalah dengan cara mengganti yang
baru.
b) Melakukan perawatan sesuai prosedur.
Melakkukan perawatan secara rutin sesuai jadwal yang telah
ditentukan oleh petunjuk prosedur dengan pemberian corrion

57
inhibiator chemical untuk menghambat laju korosi, agar tidak terjadi
kerusakan yang lebih parah terhadap terjadinya korosi.

c. Kelalaian Masinis
Masinis memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatan yang
diambil di atas kapal, kelalaian Masinis ini merupakan kesalahan fatal Masinis
terhadap permesinan yang menjadi tanggung jawabnya karena dapat
menyebabkan terganganggu operasional kapal apabila terjadi kerusakan yang
fatal. Faktor – faktor yang mempengaruhi kelalaian Masinis adalah :
(1). Kelelahan akibat jadwal operasional kapal dan kurang pengetahuan
dan skill tentang ketel uap bantu.

Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap operasional kapal dikarenakan selama


masa operasional pasti akan muncul berbagai masalah pada ketel uap bantu
yang dapat merepotkan crew kapal. Adapun pemecah masalah pada kondisi ini
adalah :
1). Kelelahan akibat padatnya jadwal operasional kapal
a) Melakukan istirahat yang sesuai rest hour
agar dapat menjalankan perawatan dan pengoperasian ketel dengan
maksimal.
b) Mengurangi over time kerja
Lebih mengurangi overtime kerja karena kerja yang berlebihan
tidak sesuai dengan STCW dapat menyebabkan kelelahan kerja
sehingga jadwal perawatan tidak teratur.
2). Kurangnya pengetahuan dan skill
a) Melaksanakan traning sebelum onboard
Melaksanakan training sebelum onboard agar dapat mengetahui
cara pengoperasian dan perawatan dengan baik dan benar.

58
b) Melaksanakan familiarisasi dikapal.
Melakukan familiarisasi dikapal dilakukan agar mengetahui tugas
dan tanggung jawab yang diberikan kepada crew.

D. EVALUASI TERHADAP ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang telah diuraikan di atas, yang
diidentifikasi dengan evaluasi berkala dan penjadwalan ulang sesuai dengan buku
manual yang ada dan tindakan yang tepat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
Oleh karena itu, mencegah gangguan selama berlayar. Tentunya dengan adanya
kegiatan pemeliharaan yang terencana dengan baik, dapat mengurangi biaya
pengeluaran yang sangat besar. Maka penulis mengevaluasi terhadap alternatif
pemecahan masalah yang ada sehingga mendapatkan jawaban dan solusi terbaik
sebagai jalan keluar pengambilan keputusan dalam melakukan pekerjaan, maka
evaluasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun evaluasinya adalah sebagai
berikut :
1. Sistim pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan
a. Perawatan tidak sesuainya jarak kedua elektroda dan sisa karbon yang
menempel pada elektroda
perawatan yang dilakukan yaitu dengan cara melakukan pembersihan pada
elektroda menggunakan majun yang telah di campur sedikit solar yang
bertujuan untuk memudahkan hilangnya karbon/jelaga yang menempel pada
elektroda, setelah itu menggunakan majun baru untuk pembersihan total,
selanjutnya dilakukan pengamplasan pada ujung besi elektroda yang berfungsi
untuk menghilangkan karbon/jelaga yang sudah menempel kering di ujung
elektroda yang berfungsi untuk menghilangkan karbon/jelaga yang sudah
menempel kering di ujung elektroda yang tidak bisa dilakukan pembersihan
menggunakan majun yang di campur sedikit solar.
1) Kelebihan pada saat melakukan perawatan ini yaitu :
a) Biaya perawatan yang murah.
b) Mudah dipahami dan dipelajari.

59
c) Tidak membutuhkan banyak kru dalam proses perawatannya.
d) Bahan yang mudah didapatkan.
2) Kekurangan pada saat melakukan perawatan ini yaitu :
a) Membutuhkan waktu yang sedikit lama dalam proses perawatan.
b) Harus selalu tersedia solar, maju dan amplas dalam proses perawatan.

b. Tertutupnya lubang nozzle tip dari hasil kotoran sisa pembakaran


Solusi untuk nozzle tip yang kotor adalah dengan membersihkan
menggunakan kerosene dan angin, atau mengganti nozzle yang lama dengan
yang baru jika diperlukan.
1) Kelebihan pada saat melakukan perawatan ini yaitu :
a) Hasil perawatan maksimal.
b) Tidak memerlukan banyak waktu untuk mengatasi masalah kotoran
nozzle tip dikarenakan direndam menggunakan chemical.
c) Bila di ganti dengan nozzle yang baru masa umur lebih panjang.
2) Kekurangan pada saat melakukan perawatan ini yaitu :
a) Rentan terhadap iritasi kulit.
b) Membutuhkan supply angin untuk membersihkan kotoran.
c) Biaya tergolong mahal.

c. Kualitas bahan bakar yang digunakan


perawatan dilakukan lebih sering dari jadwal yang telah dianjurkan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan yang paling penting dilakukan
perawatan serta pembersihan sesuai dengan buku intruksi manual pada filter
yang menuju burner ketel uap bantu sebelum dan sesudah burner digunakan.
1) Kelebihan pada saat melakukan perawatan ini yaitu :
a) Hasil dari perawatan ini berdampak langsung pada saat
pembakaran.
b) Tidak memerlukan banyak biaya.

60
c) Mudah dipahami.
2) Kekurangan pada saat melakukan perawatan ini yaitu :
a) Membutuhkan perhatian lebih terhadap kebersihan filter.
b) bila pemasangan cover filter tidak benar akan menyebabkan
terjadinya pompa masuk angin.

2. Terjadi kebocoran pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap bantu.
a. Kandungan air pengisian kurang baik
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam perawatan ini adalah
1) Kelebihan pada saat melakukan perawatan ini yaitu :
a). Hasil yang di dapatkan pada kualitas pengujian air lebih akurat dan
langsung dapat dilakukan penanganan.
b). Dilakukan blowdown dan penggantian filter cascade bukan termasuk
perawatan spesial, termasuk biaya perawatan yang murah.
c). Perawatan tidak membutuhkan banyak orang.
d). Dilakukan perawatan di atas dapat membuat umur ketel uap bantu
tentunya akan dapat bertahan lama.
2) Kekurangan pada saat melakukan perawatan ini yaitu :
a). Membutuhkan waktu yang sedikit lama dalam proses perawatan.
b). Pemborosan air tawar yaitu ketika melakukan blowdown karena
membuang air tawar ke over board.
c). Membutuhkan ruang tersendiri untuk menyimpan chemical BWT
(Boiler Water Treatment).
d). Dapat menimbulkan iritasi kulit dalam jangka waktu panjang bila
sering terkena chemical BWT.

b. Kontruksi dan bahan ketel uap bantu


Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap produksi steam pada ketel uap
dikarenakan masa usia pipa dan banyak terjadi korosi yang mengakibatakan

61
kebocoran pada pipa-pipa ketel uap, untuk mengatasi masalah tersebut maka
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam perawatan ini adalah
1) Kelebihan pada saat melakukan perawatan ini yaitu :
a). Dengan penggantian pipa baru steam yang di hasilkan menjadi
maksimal.
b). Hasil perawatan langsung terlihat ketika proses perawatan telah
selesai.
c). Perawatan sesuai prosedur dapat memperpanjang usia pipa.
2) Kekurangan pada saat melakukan perawatan ini yaitu :
a). Biaya pengeluaran menjadi lebih banyak.
b). Membutuhkan waktu yang lama dalam proses perawatannya.
c). Membutuhkan banyak kru dalam proses perawatan.

c. Kelalaian Masinis
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam tindakan ini adalah
1) Kelebihan pada saat melakukan tindakan ini yaitu :
a). Tidak ada pengeluarkan biaya operasional.
b). Istirahat yang sesuai dan mengurangi over time dapat menjaga
kesehatan tubuh.
c). Lebih memahami dalam melakukan perawatan ketel uap sesuai dengan
prosedur ketika selesai training.
d). Lebih mengenal tugas dan tangggung jawab tentang ketel uap bantu
setelah familiarisasi.
2) Kekurangan pada saat melakukan tindakan ini yaitu :
a). Tidak mendapatkan bonus bila tidak melakukan over time.
b). Membutuhkan waktu yang cukup lama karena dalam proses
pelatihan terdapat penjelasan dan pemberian materi tentang ketel uap
bantu.

62
E. PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan evaluasi dan alternatif pemecahan masalah yang dikemukakan dan
diterangkan diatas, maka mendapatkan pemecahan masalah atau solusi yang tepat guna
memaksimalkan kinerja ketel uap bantu, penulis kemudian menindak lanjuti masalah
yang ada dengan pemecahan masalah atau solusi masalah yang dipilih. Adapun
evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah, peneliti memilih pendekatan yang
menurut peneliti lebih menguntungkan dari berbagai aspek yaitu biaya, tenaga dan
waktu diantaranya ialah :

1. Sistem pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan.


Permasalahan pertama yaitu, sistem pengapian awal tidak baik saat burner
dinyalakan, adapun perawatan yang dipilih adalah dilakukan pembersihan pada
ujung electroda yang tertutup kotoran tersebut menggunakan electric cleaner
atau solar. kemudian di lap menggunakan kain majun/bekas sampai kotoran yang
menempel tersebut hilang, selanjutnya setelah bersih dilakukan pemasangan
kembali electroda.

2. Terjadi kebocoran pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap bantu.
Permasalahaan kedua yaitu, terjadi kebocoran pada pipa – pipa air di dalam
instalasi ketel uap bantu, adapun perawatan yang dipilih adalah dengan
melakukan pengujian kandungan air untuk menentukan kadar alkalinitas, kadar
chloride, kadar pH air, kadar hydrazine harus secara teratur diuji agar dapat
diketahui apakah air tersebut layak digunakan atau harus dilakukan perawatan
yang lebih dikarnakan air merupakan faktor penting dalam pembuatan steam.

63
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data yang telah didapatkan melalui suatu penelitian di
MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI terhadap ketel uap bantu, maka peneliti dapat
memberikan kesimpulkan mengenai permasalahan yang dibahas pada skripsi ini.
Adapun kesimpulan yang diambil pada ketel uap bantu adalah sebagai berikut :

1. Sistem pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan disebabkan oleh :
a. Tidak sesuainya jarak kedua elektroda dan sisa karbon yang menempel pada
elektroda.
b. Tertutupnya lubang nozzle tip burner dari kotoran sisa pembakaran.
c. Kualitas bahan bakar yang digunakan.

2. Terjadinya kebocoran pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap
bantu disebabkan oleh :
a. Kandungan air pengisian ketel kurang baik.
b. Konstruksi dan bahan pipa ketel tersebut.
c. Kelalaian Masinis.
B. SARAN
Berdasarakan dari kesimpulan di atas maka penulis menyarankan sebagai
berikut:
1. Sistem pengapian awal tidak baik saat burner dinyalakan.
a. Untuk Masinis Jaga agar melakukan pengecekan jarak antar kedua
elektroda dan pembersihan ujung elektroda sebelum dan sesudah ketel
uap bantu digunakan.
b. Untuk Masinis Jaga agar melakukan perawatan dengan membersihkan nozzle
tip tersebut dari kotoran – kotoran yang terbawa oleh udara yang digunakan,
dan lakukan penggantian apabila kondisi dari nozzle tip tersebut tidak dapat
digunakan lagi.
c. Untuk Masinis Jaga agar melakukan pembersihan lebih rutin pada
saringan-saringan pompa sebelum menuju ketel uap bantu yang berfungsi
untuk mengurangi kotoran – kotoran guna membantu memurnikan bahan
bakar yang digunakan pada burner.

2. Terjadinya kebocoran pada pipa – pipa air di dalam instalasi ketel uap
bantu.
a. Untuk Masinis yang bertanggung jawab atas ketel uap bantu agar
melakukan pengetesan air pada ketel uap bantu untuk mengetahui kadar
zat yang terkandung didalamnya, melakukan blowdown untuk
membuang kotoran dan penggantian cascade tank filter.
b. Untuk Masinis agar memberikan chemical treatment dan melakukan
penggantian dengan pipa baru.
c. Untuk Masinis agar mengurangi over time kerja, istirahat sesuai dengan
rest hour dan melakukan training tentang ketel uap bantu sebelum
onboard.

65
DAFTAR PUSTAKA

Dalimunthe, D, 2006, Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG Melalui

Peningkatan Efisiensi Pembakaran pada Boiler, Jurnal Teknologi Proses 5

(2) Juli 2006 ISSN 1412-7814, USU Medan.

Gambar Segitiga Api, sumber : https://taroada.files.wordpress.com/2011/12/

segitiga-api.jpg (diakses tanggal 18 Desember 2022)

Handoyo, Jusak Johan, 2015, Ketel Uap, Turbin Uap, dan Turbin Gas Penggerak

Utama Kapal, Buku Maritim Djangkar, Jakarta

Instruction Manual Book, 2000, Instruction Manual Book for AQ-18 OIL FIRED

BOILER, China.

Muhammad, Prawiro. 2020. “Pengertian Kinerja: Indikator, dan Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja”, https://www.maxmanroe.com/vid/karir/pengertian-

kinerja.html, diakses pada 16 Desember 2021

Pengertian kapal, sumber: (https://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/uu/uu.no.17 tahun

2008.pdf, diakses tanggal 16 Desember 2021

Van Der Veen, T., 1977, Teknik Ketel Uap, Educative Groepm: Jakarta.

2019, Pedoman penyusunan skripsi, STIP Jakarta, Jakarta

https://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/uu/uu._no.17_tahun_2008.pdf

https://eprints.uny.ac.id/23960/5/5.%20BAB%20III.pdf
LAMPIRAN

Lampiran 1 Ship Particulars

;
Lampiran 2 : Pilot Burner

Lampiran 3 : Pipa Ketel Uap Yang Bocor


Lampiran 4 : Ketel Uap Bantu VERTICAL SINGLE ACTING 4
STROKE./M220-L-UX,610kw

Lampiran 5 : Boiler Water Test Kit


Lampiran 6 : MT. SUCCESS PEGASUS XXXVI

Anda mungkin juga menyukai