SKRIPSI
Oleh :
AWI HENDRIK
NRP. 559168867
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam hal ini penulis
mengambil bidang keahlian Teknika, berusaha menyusun skripsi ini dengan
judul:
Penulis menyadari bahwa penyusun skripsi ini jauh dari sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan, baik ditinjau dari cara penyajian penulisan,
penyajian materi, serta penggunaan bahasa, mengingat akan keterbatasan
kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini, yang
akhirnya dapat berguna untuk umum maupun penulis sendiri.
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berkat adanya bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun
skripsi ini, terutama kepada:
1. Yth, Bapak Amiruddin, MM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran
Jakarta.
2. Yth, Bapak Ali Muktar Sitompul, MT, selaku Ketua Jurusan Teknika.
3. Yth, Ibu Diah Zakiah, ST., MT, selaku Seketaris Jurusan Teknika.
4. Yth, Bapak Bambang Irawan, ST., M.MTr., M.Mar.Eng sebagai Dosen
Pembimbing I, yang telah rela meluangkan sedikit waktunya untuk
membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi.
5. Yth, Bapak M. Nurdin, MM, sebagai Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan tentang penulisan skripsi ini.
6. Yth, Ayah dan Ibunda, H. Munawi dan Tini Sumarni, yang telah
memberikan doa dan dukungan baik moral maupun spiritual.
iv
7. Kepada saudara dan saudari penulis, Yiyi Nurhalizah, Zaki Awi Hidayat,
Alwi Ikhsan Elsarawy dan Awi Zaenal Arifin yang memberikan semangat
dan inspirasi penulis.
8. Seluruh Crew kapal MV. TRANS FUTURE 1, terutama untuk perwira
mesin yang telah membimbing dan mengarahkan saya selama menjadi
cadet.
9. Kepada rekan-rekan taruna khususnya Angkatan LIX atas kebersamaannya.
10. Senior-senior dan junior yang telah banyak membantu, memberi dukungan
dan doa.
11. Teman kamar di dormitori G-202 Reyhan Syahfi Ikhsan, Yoga Yogiana,
Ricky Oktavian, Andhika Elsaputra dan teman kelas Teknika VIII D yang
telah memberikan banyak dukungan dan bantuan.
12. Kepada Chika Aditya yang selalu sabar menyemangati, mendukung, dan
menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Kepada Seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung serta teman – teman lainnya yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan
sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat Nya kepada mereka atas segala
bantuan dan jasa baiknya yang telah diberikan.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna
dan masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan
tanggapan dan saran dari semua pihak guna menambah wawasan ilmu yang
berguna nantinya bagi penulis dan para pembaca di masa yang akan datang.
AWI HENDRIK
NRP. 559168867
v
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ....................................................................................................... i
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................................... ii
TANDA PENGESAHAN ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 3
C. Batasan masalah ..................................................................................... 4
D. Rumusan masalah .................................................................................. 4
E. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Skripsi............................................... 4
F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 5
vi
E. Pemecahan Masalah ............................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Piston dan bagian-bagianya ........................................................... 10
Gambar 2.2 Piston ring ..................................................................................... 11
Gambar 2.3 Pegas terpotong miring.................................................................. 12
Gambar 2.4 Pegas terpotong tegak.................................................................... 13
Gambar 2.5 pegas duplex .................................................................................. 13
Gambar 2.6 cincin kompresi persegi panjang dan sisi sejajar .......................... 14
Gambar 2.7 cincin kompresi tirus satu sisi ....................................................... 14
Gambar 2.8 cincin kompresi tirus dua sisi ........................................................ 15
Gambar 2.9 cincin kompresi tirus tak simetris.................................................. 15
Gambar 2.10 cincin kompresi bidang bola ......................................................... 15
Gambar 2.11 cincin kompresi bidang kerucut .................................................... 16
Gambar 2.12 cincin torak bidang datar ............................................................... 16
Gambar 2.13 segitiga api..................................................................................... 17
Gambar 2.14 Sistem udara pejalan...................................................................... 20
Gambar 2.15 Main starting valve ........................................................................ 23
Gambar 2.16 Air starting valve ........................................................................... 24
Gambar 4.3 Sliding Camshaft ........................................................................... 35
Gambar 4.4 Combustion Process Fuel Injection Too Low ............................... 35
Gambar 4.5 Combustion Process Fuel Injection Too Early ............................. 36
Gambar 4.6 Injection Timing ............................................................................ 37
Gambar 4.7 Contoh Pengijeksian ...................................................................... 38
Gambar 4.8 Contoh Penyetelan Camshaft ........................................................ 39
Gambar 4.9 Pressure Geuge Yang Diinjeksikan ke Engine ............................. 40
Gambar 4.10 Grafik Crankspeed vs Silinder Pressure ....................................... 40
Gambar 4.11 Web Pada Crankshaft .................................................................... 41
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.1 ............................................................................................................. 27
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kapal merupakan salah satu sarana transportasi laut yang berperan penting
dalam kegiatannya sebagai penghubung antar wilayah atau pun pulau–pulau
dalam jumlah banyak, tetapi perlu kita ketahui bahwa sebuah kapal dalam
pengoperasiannya itu digerakan dengan Mesin Induk dan performa dari mesin
tersebut harus dijaga agar tetap dalam kondisi siap untuk berlayar. Semua
perusahaan pelayaran tidak menginginkan kapal yang tergabung dalam
armadanya tidak beroperasi dengan baik.
Di dalam pengoperasian kapal tentunya akan ada permasalahan-permasalahan
yang timbul dan tentu saja tidak diinginkan, salah satu penunjang untuk
memulai beroperasinya mesin diesel ialah udara. Udara merupakan salah satu
penunjang kelancaran operasi untuk mesin diesel, dimana udara merupakan
langkah awal untuk memulai mesin beroperasi. Sistem udara penjalan di atas
kapal dihasilkan oleh mesin bantu yang disebut kompresor yang memakai
tenaga listrik dari generator. Udara pejalan di atas kapal yang dihasilkan oleh
kompresor diteruskan ke botol angin. Di dalam botol, udara tersebut
bertekanan 25-30 bar (dua puluh lima sampai tiga puluh bar). Bahwa untuk
mesin digerakkan langsung tanpa reduction gear atau gear box harus dapat
distart 10 (sepuluh) kali tanpa mengisi lagi, sedangkan untuk mesin-mesin
dengan gear box dapat distart 6 (enam) kali.
Udara dari bejana udara minimal 17 (tujuh belas) bar karena bila tekanan udara
di bawahnya, maka udara tersebut tidak mampu menekan piston kebawah.
Katup tekan di bejana udara dibuka penuh, maka udara akan keluar ke main
starting valve. Setelah udara tersebut direduksi tekanannya hingga 9-10
(sembilan sampai sepuluh) bar. Bila handle start ditekan ke bawah, maka udara
keluar dari sistem sebagian masuk dulu ke distributor valve dan sebagian lagi ke
cylinder head air starting valve. Udara start ini diatur oleh distributor valve
dengan tekanan sepuluh bar mana yang bekerja pada proses ekspansi hanya ada
satu silinder yang bekerja.
Pada saat peneliti mekakukan praktik di perusahaan Kagoshima Senpaku Kaisha
yaitu merupakan perusahaan benefit asal jepang. Salah satu tempat peneliti
melakukan praktik tepatnya dikapal MV. TRANS FUTURE 1 pada tahun
20182019, kapal MV. TRANS FUTURE 1 merupakan jenis kapal Ro-ro Ship.
Dengan kurun waktu 1 tahun peneliti berlayar di kapal MV. TRANS FUTURE 1
memuat mobil di 2 kota jepang yaitu Fukuoka dan Nagoya dan kemudian
bongkar di Negara Korea Selatan, China, Taiwan, Hongkong, dan Macau.
Dan kendala yang peneliti jumpai adalah mesin induk tidak dapat di start astern
ketika udara penjalan telah di supply saat disaat melakukan maneuver dari
posisi berlabuh menuju Jetty 02 Xinjiang, China pada tanggal 19 Juli 2019, hal
ini sangat menggangu dan membahayakan proses maneuver kapal maupun
keselamatan crew kapal. Sehingga Chief Engineer memutuskan untuk menunda
proses maneuver dan melaksanakan perbaikan dengan segera dan menemukan
penyebabnya yaitu adanya leaking pada komponen main engine tersebut seperti
ausnya ring piston, adanya kebocoran air disistem air starting yang
menyebabkan korosi pada air starting valve sehingga piston air starting valve
macet, dan Kurangnya tekanan bahan bakar pada start astern.
Udara penjalan di MV. TRANS FUTURE 1 secara umum yaitu saat udara
bertekanan dialirkan dari tabung udara, selanjutnya menuju distributor valve
menggerakan plunyer untuk bekerja maka udara ini langsung menekan piston
melalui air starting valve di cylinder head. Jadi udara tersebut melaksanakan
kerja parallel, di samping mengatur ke distributor valve sekaligus untuk udara
start mendorong piston ke bawah pada tekanan minimal 17 (tujuh belas) bar
sesuai tekanan dalam bejana udara.
Tetapi pada kenyataannya saat pengoperasian mesin induk, udara yang berada
dalam air recevoir di bawah 17 (tujuh belas bar) sehingga udara yang disupply
meskipun sudah di coba beberapa kali namun udara dari bejana udara tidak
mampu menekan piston ke bawah. Kurangnya angin di dalam bejana udara
disebabkan karena adanya kerusakan pada salah satu komponen dari
kompresor sehingga hanya satu kompresor yang bekerja optimal dan membuat
pengisian udara pada bejana udara berjalan lambat.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengambil judul:
“ANALISIS KEGAGALAN START ASTERN PADA MESIN INDUK
GUNA MELANCARKAN PENGOPRASIAN KAPAL
B. IDENTIFIKASI MASALAH
3
C. BATASAN MASALAH
Mengingat luasnya masalah yang ada dikapal pada saat penulis melakukan
praktek laut diatas kapal MV. TRANS FUTURE 1 yang berkaitan dengan
Kegagalan Start Astern Pada Mesin Induk, maka penulis menyadari akan
keterbatasan ilmu serta pengetahuan yang dimiliki, maka dalam pembahasan
penelitian ini penulis tidak membahas secara keseluruhan tetapi membatasinya
dengan hanya membahas mengenai :
1. Kurangnya tekanan bahan bakar pada saat start astern.
D. RUMUSAN MASALAH
Dengan adanya kajian permasalahan dalam batasan masalah maka perlu adanya
analisis lebih mendalam sehingga permasalahan tersebut dapat terjawab dengan
baik dan bisa dinyatakan secara jelas, tegas, dan konkrit. Oleh karena itu saya
akan merumuskan masalah – masalah sebagai berikut :
1. Faktor apa saja yang menyebabkan kurangnya tekanan bahan bakar pada saat
start astern pada mesin induk MV. TRANS FUTURE 1 ?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan keausan ring piston pada mesin induk
MV. TRANS FUTURE 1 ?
1. Tujuan penelitian
a. Aspek teoritis
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami penulisan ini maka skripsi ini
di buat terdiri dari lima bab dimana tiap-tiap bab selalu berkesinambungan
dalam pembahasan yang merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisah, maka
sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada BAB ini berisikan latar belakang dari judul skripsi, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan
sistematika penelitian.
A. Latar Belakang
5
C. Batasan Masalah
Merumuskan masalah pokok yang akan diteliti pada Mesin Induk, yaitu apa
yang menyebabkan kapal mengalami kegagalan start pada saat manouver,
yang pernah terjadi diatas kapal MV. TRANS FUTURE 1.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
6
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan menguraikan tentang jenis data yang diambil dari lapangan berupa
fakta-fakta hasil survey yang terkait penyebab terjadinya kegagalan start Mesin
Induk dikarenakan menurunnya performa, menganalisis data sampai ada
ditemukan penyebab timbulnya masalah, pemecahan masalah yang akan
ditemukan, serta evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah yang
ditemukan.
A. Deskripsi Data
Menguraikan dari data yang diambil dari lapangan berupa fakta-fakta hasil
survey yang terkait dengan masalah kegagalan start pada Mesin Induk
termasuk pengolahan datanya.
7
B. Analisa Data
Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap timbulnya masalah
kegagalan start astern Mesin Induk yang mempengaruhi kinerja pengoprasian
pada kapal dan beberapa saran untuk menjaga performa Mesin Induk.
A. Kesimpulan
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan landasan teori yang berkaitan dengan judul “Analisis
Kegagalan Start Mesin Induk Guna Melancarkan Pengoprasian Kapal MV.
TRANS FUTURE 1”, oleh karena itu peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu
tentang pengertian dan definisi-definisi agar ada korelasi pemahaman yang lebih
jelas.
1. Analisis
Menurut Jusak Johan Handoyo, Mesin diesel adalah satu pesawat yang
mengubah energi potensial panas langsung menjadi energi mekanik, atau
juga disebut Combustion Engine System.
3. Pengertian tentang piston
Pengertian tentang Piston adalah suatu bagian komponen penting pada mesin
induk pada pengompresi yang menghasilkan gaya gas yang selanjutnya
mengakibatkan kerja dari motor, dimana pada saat Piston bekerja dari TMA
menuju TMB katup isap terbuka akhirnya udara masuk ke dalam silinder,
kemudian piston dalam posisi bergerak dari TMB ke TMA, katup isap dan
katup buang tertutup dan udara dalam silinder dimampatkan sehingga
tekanan udara dan suhunya meningkat. Sebelum piston mencapai TMA
9
bahan bakar disemprotkan ke dalam silinder bercampur dengan udara
bertekanan dan bersuhu tinggi sehingga terjadi pembakaran/ledakan yang
selanjutnya memutar poros engkol. Dari poros tersebut terjadi perubahan
energi dari thermal menjadi energi mekanik.
11
Menurut P. Van Maanen dalam buku Motor Diesel Kapal Jilid I (
1995: 5.33-5.35 ) bahwa cara pelaksanaan dari kunci pegas ada 3
yaitu :
a) Pegas Terpotong Miring Ujung-ujung pegas terpotong
miring dengan jarak horizontal sama, mengakibatkan
lubang kebocoran akan lebih kecil dibandingkan dengan
yang terpotong tegak, akan tetapi dikatakan semula bahwa
pegas terbawah seringkali dilengkapi dengan kunci pegas
rapat gas yang pelaksanaannya bervariasi banyak dengan
keuntungan dan kerugian masing-masing.
12
Gambar 2.4 Pegas terpotong tegak
c) Pegas Duplex
13
Gambar 2.6 Cincin Kompresi Persegi
Panjang dan Sisi Sejajar
2) Cincin Kompresi Tirus satu sisi
14
Gambar 2.8 Cincin Kompresi Tirus Dua Sisi
4) Cincin Kompresi Tirus Tak Simetris Waktu
defleksi konstruksi cincin ini dapat mencegah
adanya puntiran.
15
b. Cincin Kompresi Bidang Kerucut
Dalam konstruksi ini, bagian bawah sisi cincin menempel rapat pada
dinding silinder, sehingga pada waktu penyesuaian antara cincin yang
baru dengan silinder dapat berlangsung dengan cepat.
Dalam konstruksi ini, bagian atas dari sisi dalam cincin di teruskan
sehingga terjadi penampang yang tidak simetris. Konstruksi ini dibuat
supaya pada waktu cincin terpuntir masih dapat diperoleh keadaan pada
cincin kompresi bidang keracut dan penyesuaian yang singkat antara
permukaan sisi bawah cincin dan alurnya.
4. Tekanan Pembakaran
16
Gambar 2.13 Segitiga api
a. Pada dasarnya pembakaran merupakan reaksi cepat suatu senyawa
dengan oksigen. Pada proses pembakaran akan disertai dengan
pembebasan kalor (panas) dan cahaya. Reaksi yang mungkin terjadi
adalah reaksi pirolisis yaitu pemecahan termal malekul besar menjadi
molekul kecil tanpa kehadiran oksigen jika bereaksi dengan oksigen
maka reaksi ini akan menghasilkan nyala.
1) Proses Pembakaran
Proses pembakaran yang ada selama ini, terbagi atas dua jenis
pembakaran, yaitu :
a) Pembakaran sempurna, yaitu pembakaran yang terjadi
dengan adanya proses pengubahan suatu senyawa bahan
bakar dan oksigen menjadi CO2 dan H2O
b) Pembakaran tidak sempurna, yaitu pembakaran yang terjadi
yang disebabkan persediaan O2 tidak cukup untuk
pembakaran sempurna menghasilkan karbon monoksida atau
kadang-kadang dalam bentuk arang atau jelaga.
( Suparwo, Sp. 2016: 28-29 )
17
a. Start mekanik adalah starting yang digerakkan dengan tenaga manusia,
contohnya, kick stater (stater kaki), slenger (stater untuk mesin diesel,
dan beberapa type mobil lama).
b. Start elektrik adalah starting yang sumber tenaganya berasal dari arus
listrik. starting jenis ini banyak digunakan pada mesin dan saat ini
banyak diaplikasikan.
c. Start Pneumatik adalah starting yang sumber tenagannya dari udara yang
bertekanan. Banyak dipakai pada mesin-mesin kapal laut. Karena mesin
kapal cukup besar, maka digunakan stater jenis ini.
Untuk kesempatan ini penulis mencoba untuk menjelaskan secara lebih
lanjut tentang metode starting dengan menggunakan udara bertekanan
atau pneumatik starting, karena sesuai masalah yang dialami oleh
penulis diatas kapal. 1) Sistem Udara Pejalan
Sistem pejalan yang digunakan pada main engine di kapal pada
umumnya menggunakan sistem udara, dengan media udara
bertekanan yang disupply kedalam silinder karena mesin yang
digunakan berukuran besar. Peng-injeksian udara bertekanan ini
dilakukan dengan urutan yang sesuai untuk arah putaran yang
disyaratkan. Supply udara bertekanan disimpan dalam tabung udara
(air receiver) yang siap digunakan setiap saat. Sistem pejalan kapal
untuk mesin penggerak kapal dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu secara manual, elektrik dan dengan menggunakan udara tekan.
Sistem pejalan di atas kapal umumnya menggunakan udara
bertekanan. Pada prinsipnya adalah udara yang bertekanan pada
tabung udara dialirkan ke ruang bakar sehingga mendorong piston ke
bawah secara bergantian sesuai dengan firing order. Ketika poros
engkol pada mesin diesel mulai berputar dan menghasilkan
pembakaran maka poros engkol telah digerakkan sendiri oleh tenaga
mesin diesel dan pneumatic starting berhenti. Penggunaan udara
bertekanan selain untuk start mesin utama juga digunakan untuk start
generator, untuk membersihkan sea chest, untuk membunyikan horn
kapal, dan menambah udara tekan untuk sistem hydrophore. Pada
sistem udara pejalan mesin utama kapal udara dikompresikan dari
kompressor udara utama dan ditampung pada botol angin utama
18
(main air reservoir) pada tekanan udara 30 bar menurut ketentuan
klasifikasi.
2) Pengertian sistem udara pejalan pada mesin induk diesel Udara
pejalan adalah udara yang diperlukan untuk mesin utama dan mesin
bantu yang diperoleh dengan mengompresi udara pada atmosfer
yang di kompresikan antara tekanan 25 - 30 bar pada bejana udara.
Udara ini di kompresikan oleh kompresor, yang setidaknya akan ada
dua tahap kompresi dengan pendinginan menengah, tujuannya adalah
untuk mencapai kompresi yang mendekati isotermal. (Christen Knak,
1979).
Mesin induk di atas kapal, baik mesin diesel 4 tak maupun 2 tak
digunakan udara untuk start engine, udara ini diproduksi dari air
compressor dan ditampung di bejana udara (air reservoir). Tekanan
kerja untuk udara start ini dimulai dari tekanan 25-30 bar. Instalasi
dengan sebuah motor penggerak harus dapat di start sebanyak 12 kali
berturut-turut bergantian untuk putaran maju dan putaran mundur
tanpa menambah pemompaan lagi.
Bagian-bagian utama dari penataan udara start dan fungsinya
masing-masing:
(1) Kompressor udara (main air compressor) berfungsi untuk
menghasilkan udara bertekanan yang dimampatkan di botol
angin (air reservoir).
(2) Bejana udara (air reservoir) berfungsi sebagai tabung
pengumpulan udara, digunakan untuk menampung udara
bertekanan yang telah dimampatkan oleh kompressor .
(3) Crankshaft berfungsi mengubah gerak lurus menjadi gerak
putar. Pada crank shaft ini ada 3 item yang menyebabkan
terjadinya kegagalan pada proses starting engine yaitu Alira
udara, Crankspeed, Dan Gesekan mekanis terlalu besar.
(4) Camshaft bagian camshaft yang mendorong katup adalah
camshaft lobe, lobe ini akan menekan unit injector dan akan
mengatur kapan bahan bakar disemprotkan ke combustion
chamber
19
(5) Main starting valve berfungsi sebagai katup penyalur untuk
pembagi ke masing-masing kepala cylinder head dan
penyalur udara untuk start.
(6) Distributor valve berfungsi sebagai pembagi pada katup
udara start (starting air valve) yang bekerja menggunakan
plunger.
(7) Air starting valve berfungsi sebagai katup supply ke bagian
cylinder head untuk menggerakkan piston ke Titik Mati Atas
(TMA) ke Titik Mati Bawah (TMB) pada langkah ekspansi
(pada motor diesel 2 tak).
21
4) Komponen pendukung utama sistem udara start pada mesin induk
diesel
(1) Kompressor
23
(e) Air starting valve
25
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Faktor apa saja yang menyebabkan Faktor apa saja yang menyebabkan
terjadi kurangnya tekanan bahan terjadinya keausan pada ring
bakar pada saat putaran mundur? piston?
26
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Waktu Penelitian
Dalam rangka menyusun skripsi ini, penelitian dilakukan pada masa Praktek
Laut (Prala) selama satu tahun terhitung sejak tanggal 28 Agustus 2018
sampai dengan 29 Agustus 2019 di atas kapal MV. TRANS FUTURE 1
Selama masa praktik laut tersebut digunakan untuk mengamati dan meneliti
permasalahan yang terjadi di atas kapal, meliputi Mesin Induk khususnya
pada sistem starting. Waktu yang digunakan untuk penelitian di atas kapal
dilakukan pada saat jam kerja maupun pada saat jam jaga.
2. Tempat Penelitian
Tabel III.1
Nama Perusahaan KAGOSHIMA SENPAKU KAISHA
Nama Kapal MV. TRANS FUTURE 1
Nama Panggilan 3FGB8
Owner/Operator FENG LI MARITIME CORPORATION
Bendera PANAMA
Tipe Kapal MULTI PURPOSE CAR CARRIER
Klasifikasi NK
Tahun Pembuatan 1997
IMO Number 9176216
Dead Weight Ton 9.287
Gross Tonnage 25.667 T
Length Over All 172.00 M
Main Engine HITACHI ZOSEN MAN B&W 9L50MC SET
Output MCO 16.290 PS × 148 Rpm (11.981 KW)
Service speed 20.7 KNOTS
1. Metode Pendekatan
Agar pemecahan masalah di dalam skripsi ini dapat dilakukan dengan baik
dan sistematis maka penulis menggunakan metode pendekatan masalah yang
dianggap sesuai dengan masalah di dalam skripsi ini. Berikut ini adalah
metode pendekatan yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian
yang meliputi:
a. Problem Solving
Metode pendekatan dengan cara problem solving adalah lanjutan dari
pendekatan studi kasus yang telah dilakukan terlebih dahulu oleh peneliti
yang mana telah dijelaskan di atas, sehingga problem solving adalah
suatu proses menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data
dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang
tepat.
2. Teknik Pengumpulan Data
28
tempat penulis melaksanakan praktek laut. Teknik pengumpulan data yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
29
masalah yang terjadi pada performa main engine akibat terjadinya
kegagalan start astern pada main engine.
Adapun sasaran utama teknik dari wawancara ini adalah:
1) Untuk memperoleh atau memastikan data-data sesuai yang terjadi
dilapangan yang dijadikan sebagai data-data fakta.
2) Untuk memperkuat kepercayaan pembaca mengenai hal-hal yang
menyangkut kepercayaan atau tentang pendapat si penjawab
mengenai suatu fakta.
3) Untuk dijadikan bahan pertimbangan penulis pada saat mewancari
beberapa audience.
Dalam hal ini, penulis telah melakukan wawancara dengan beberapa
responden yang dapat dipercaya. Beberapa responden yang telah di
wawancarai tersebut antara lain:
1) Masinis 1 sebagai kepala kerja kamar mesin dan yang bertanggung
jawab atas Main Engine.
Penulis melakukan wawancara tidak secara formal, melainkan
menanyakan secara spontan atau langsung apa yang ingin diketahui
tanpa menggunakan daftar pertanyaan sewaktu berdinas jaga dengan
masinis yang sedang berdinas jaga pada saat itu. Setelah melakukan
wawancara penulis juga mengumpulkan data-data yang dapat dijadikan
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
C. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian dilakukan dengan studi kasus, berdasarkan masalah yang telah
dipilih, maka yang menjadi subyek penelitian adalah Mesin Induk dalam studi
kasusnya ialah kegagaan sistem starting pada mesin induk MV. TRANS
FUTURE 1.
Dalam membahas skripsi ini penulis mencoba menjelaskan akar masalah yang
ditemukan berdasarkan hasil penelitian di atas kapal selama waktu praktek kerja
laut dengan menggunakan metode Why-Why atau 5 Why yaitu suatu teknik
analisis mengidentifikasi akar masalah atau penyebab dari sebuah
30
ketidaksesuaian pada suatu proses. Dalam skripsi ini penulis berusaha untuk
memaparkan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi di atas kapal yang
berhubungan dengan terjadinya kerusakan pada System starting Main Engine,
yang dipengaruhi oleh kurangnya tekanan bahan bakar berdasarkan atas
pengalaman dan data-data yang ada.
31
BAB IV
A. DESKRIPSI DATA
B. ANALISIS DATA
1. Kurangnya tekanan bahan bakar pada saat start astern
Pada saat pagi dini hari ketika posisi kapal sedang maneuver dan ingin
bersandar, waktu itu pukul 02.30 saat 1st Engineer sedang memegang kendali
olah gerak dan pilot meminta untuk astern, yang awalnya main engine
keadaan normal saat berjalan ahead saat handle engine diposisikan astern
tiba-tiba mesin tidak mau berputar dan gagal start astern, kemudian Chief
Engineer melihat kurangnya tekanan bahan bakar pada cylinder main engine
nomor 1 dan 5, lalu 1st Engineer dan Oiler menuju ke main engine untuk
mengecek sistem bahan bakar. 1st Engineer meminta Chief Engineer untuk
mencoba start astern lagi dan 1st Engineer membantu mendorong bahan
bakar yang akan diinjeksikan ke engine pada waktu akan starting. Hal ini
dilakukan secara manual yaitu dengan membantu kinerja dari bosh pump
pada saat sebelum dilakukan proses starting.
Hal ini dilakukan karena analisa dari 1st Engineer kapal tekanan bahan bakar
yang masuk ke engine kemungkinan berkurang atau konsumsi bahan bakar
yang masuk ke silinder injektor berkurang. 1st Engineer langsung mencari
penyebab mengapa tekanan bahan bakar bisa berbeda di setiap silinder.
33
2. Terjadinya keausan hingga patahnya ring piston
Pada saat dihari yang sama disaat kapal sudah bersandar dipelabuhan
Xinjiang, China waktu pukul 08.00 LT dan proses bongkar muat sedang
berlangsung, 1st Engineer masih memikirkan penyebab terjadinya kegagalan
start astern tersebut disaat itu 1st Engineer berdiskusi dengan Chief Engineer
dan Chief Engineer memutuskan untuk meeting point dengan engine crew
untuk berdiskusi dan menganalisis penyebab dari terjadinya kegagalan start
astern tersebut. 1st Engineer dan Chief Engineer merumuskan kemungkinan
faktor yang menjadi penyebab terjadinya kegagalan start astern seperti
kurang optimalnya kerja compressor, Mengecek semua komponen yang
berakitan dean mendukung sistem starting pada mesin induk. 2 nd Engineer
dengan 3rd Engineer dibantu dengan Oiler mengecek kinerja kompresor,
namun kompresor sudah berkerja dengan semestinya dan optimal. Dan 1 st
Engineer, Mandor dan Cadet Engine melakukan Scaving Inspection untuk
mengecek kelayakan ring piston per-cylinder dan yang ditemukan ada
kepatahan dan keausan pada ring piston di cylinder mesin induk nomor 9
dan 5 setelah mendapatkan ini 1st Engineer melaporkan kepada Chief
Engineer, dan Chief Engineer mebuat laporan ke kantor atas fakta yang
ditemukan dan meminta waktu untuk renewed ring piston tersebut.
34
Gambar 4.3 Sliding Camshaft
Keterangan :
1. ahead cams
2. astern cams
3. one cam follower for each set of cams
Jika awalnya engine pada putaran maju maka posisi camshaft pada
putaran maju yaitu pada posisi 1. Ketika engine akan diputar balik,
maka camshaft tersebut barus digeser ke posisi nomor 2. Proses
penggeseran camshaft biasanya dengan menggunakan udara
bertekanan dan camshaft ini disangga dengan batalan yang kuat
karena camshaft harus bisa mempertahankan posisinya walaupun
mendapat gaya-gaya yang kuat sekalipun. Dengan banyaknya gaya
yang bekerja, bisa saja pada camshaft ini terjadi kerusakan/ defleksi
sehingga settingan untuk fuel injection menjadi berubah. Perubahan
fuel injection inipun akan berakibat pada combustion proses engine.
Kemungkinan untuk combustion proses yang terjadi adalah sebagai
berikut:
35
Pada gambar di atas combustion proses yang terukur pada engine
berada di bawah garis combustion proses yang benar. Hal ini terjadi
karena fuel pressure terlalu rendah akibat dari kesalahan setting pada
camshaft.
36
dalam menyukseskan proses starting engine. Jika mengamati gambar
combustion proses maka proses injeksi bahan bakar yang terjadi
terlalu cepat dari yang ditentukan, pada gambar tersebut letaknya
dibawah garis 1. Jika penginjeksian bahan bakar pada titik ini maka
pembakaran tidak akan terjadi karena tekanan untuk pembakaran
belum terpenuhi. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa pada diesel
engine pembakaran akan terjadi pada tekanan (P) tertentu.
37
Gambar 4.7 contoh penginjeksian
Pada gambar di atas adalah salah satu proses kerja dari penginjeksian
bahan bakar. Untuk ahead dan astern posisi camnya ada perbedaan
antara keduanya. Jika posisi setelan cam meleset sedikit saja dari
requirement engine maka pembakaran tidak akan terjadi. Untuk
lebih jelasnya, dalam masalah injektion timing bisa diamati pada
gambar putaran engine. Pada gambar tersebut terdapat titik-titik
yaitu TDC, BDC dan Fire (injeksi). Hal yang bisa kita atur dalam
engine adalah fire atau waktu injeksi bahan bakar. Engine maker
pasti sudah menentukan (memberi tanda) dimana letak dari fire ini.
Titik inilah yang menunjukan posisi yang tepat untuk terjadinya
pembakaran karena P (tekanan) sudah memenuhi untuk terjadinya
pembakaran. Jika kita menset titik fire berada di bawah titik yang
diminta oleh engine maker maka sudah dipastikan tidak akan terjadi
pembakaran karena tekanan tidak terpenuhi.
Biasanya dengan alasan tertentu, setting dari titik fire ini diubah
sesuai dengan kebutuhan dari engine tersebut. Biasanya jika engine
sudah mempunyai umut lama, jika kita mensetting titik fire pada titik
semula, maka start akan sulit,akan tetapi engine masih bisa hidup.
Biasanya setting titik fire agar bisa start dengan cepat (mudah)
diletakkan di atas titik fire semula. Hal ini bisa terjadi karena pada
titik tersebut tekanan kompresi yang terjadi besar bahkan bisa
melebihi tekanan pembakaran yang diminta oleh engine. Hal yang
lebih extrime adalah mensetting titik fire tersebut pada TDC. Hal ini
bisa saja dilakukan dan proses starting bisa berjalan sangat cepat
sekali karena kompresi udara yang terjadi pada titik ini adalah yang
38
paling maksimal. Akan tetapi ada hal lain yang mengkompensasi hal
ini yaitu power yang dihasilkan jadi hilang.
39
Gambar 4.9 Pressure geuge yang diinjeksikan ke engine
41
web yaitu web untuk putaran maju dan putaran mundur.
Kemungkinan yang terjadi pada saat balancing yang dilakukan
hanyalah pada saat putaran maju saja. Sedangkan untuk putaran
mundur tidak dilakukan balancing. Hal ini akan menyebabkan
keausan pada bearing sehingga timbul gesekan mekanis yang besar
pada engine. Hal inipun bisa menjadi salah satu penyebab kegagalan
start pada engine. Gaya aksial ini akan mempengaruhi crankspeed
dari engine itu sendiri. Gaya aksial yang tidak tepat akan
mengakibatkan crankspeed (putarannya) menjadi pelan. Bahwa
hubungan antara crankspeed sebanding dengan tekanan pada ruang
bakar engine. Jika crankspeed tidak sesuai dengan requirement
pembakaran maka tekanan yang dihasilkan pun tidak sesuai dengan
requirement engine. Dengan hal ini maka proses pembakaran tidak
akan terjadi.
42
pendingin tetsebut. Apabila air pendingin tersebut tetap berada pada
metal air maka air akan cenderung mendidih dan menguap yang
akan mengakibatkan overheating pada mesin dan sangat
berpengaruh terhadapa ring piston.
3) Kelelaha bahan
Kelelahan bahan pad aring piston ini dikarenakan oleh umur dari
mesin induk itu sendiri, padatnya jadwal operasional kapal, dan tidak
berjalanya PMS ( Planning Maitenance System ) dengan baik.
Berdasarkan dari fakta dan kejadian yang telah dianalisa maka diketahui
kendala yang terjadi pada kurangnya tekanan bahan bakar yang terjadi di
kapal MV. TRANS FUTURE 1 di sebabkan dari beberapa kendala dan
permasalahan diatas, yaitu :
1. Kurangnya tekanan bahan bakar
43
2. Terjadinya keausan hingga patahnya ring piston pada mesin
induk
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat ditarik
alternatif pemecahan masalah dari kurangnya tekanan bahan bakar
pada mesin induk adalah :
a. Turun-nya tekanan pelumas pada mesin induk
2) Membersihkan seachest
44
2) Mengganti unit camshaft dengan yang baru.
Keuntungan :
(a) Membantu performa mesin menjadi lebih baik
(b) Waktu lebih effisien
Kerugian :
(a) Biaya lebih mahal
(b) Tidak bisa dikerjakan disaat emergency
b. Besarnya tekanan udara yang diinjeksikan ke engine terlalu besar
pada waktu starting karena tidak tepatnya putaran gaya aksial yang
menyebabkan putaran pada crankspeed menjadi pelan
1) Melakukan uji kelurusan crankshaft
Keuntungan :
(a) Menjaga performa mesin
(b) Mencegah kerusakan pada poros crankshaft
Kerugian :
(a) Tidak ada kerugian
2) Melakukan balancing web crankshaft Keuntungan :
(a) Performa mesin meningkat
Kerugian :
(a) Tidak dapat dilakukan oleh engineer kapal
(b) Membutuhkan waktu yang lama
Keuntungan :
Kerugian :
45
b. Temperatur pendingin air tawar mesin induk yang terlalu tinggi
1) Membersihkan fresh water cooler sesuai manual book
Keuntungan :
(a) Meningkatkan performa mesin induk
(b) Mencegah kerusakan
(c) Hemat biaya Kerugian :
(d) Tidak ada kerugian
2) Membersihkan seachest
Keuntungan :
(a) Meningkatkan sistem pendingin dikapal
(b) Mencegah tersumbatnya sistem pendingin dikapal
(c) Hemat Biaya Kerugian :
(d) Tidak ada kerugian
E. PEMECAHAN MASALAH
46
2. Terjadinya keausan hingga patahnya ring piston pada mesin induk
a. Turun-nya tekanan pelumas pada mesin induk
(1) Memastikan saringan pelumas sebelum masuk ke mesin
induk selalu bersih sesuai jam pakainya.
b. Temperatur pendingin air tawar mesin induk yang terlalu tinggi
(1) Membersihkan fresh water cooler sesuai manual book
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian bab per bab yang saling berkaitan satu sama lain dan secara
terperinci yaitu mengenai kegagalan start astern mesin induk MV. TRANS
FUTURE 1, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor utama yang menyebabkan kegagalan start astern mesin induk MV.
TRANS FUTURE 1 adalah melesetnya injection timing yang disebabkan
terdapatnya kesalahan pada setelan camshaft pada waktu mesin mundur.
Penyetelan camshaft ini berkaitan dengan injection timing dari bahan
bakarnya dan firing ordernya. Kurangnya tekanan bahan bakar juga bisa
disebabkan oleh lambatnya putaran cranskpeed karena tidak tepatnya
putaran gaya aksial pada crankshaft, upaya yang paling efektif dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut adalah Ketika proses maintenance
engine saat docking yang perlu dilakukan adalah balancing crankshaft
untuk putaran counter clock wise.
2. Faktor yang menyebabkan terjadinya keausan hingga patahnya ring piston
adalah turun-nya tekanan pelumas pada mesin induk yang mengakibatkan
mesin induk menjadi panas karena terlalu panas tersebut sifat pelumas
menjadi cair dan tidak optimal mengurangi gaya gesekan pada piston
dengan cylinder liner upaya untuk menangani kurangnya tekanan pelumas
adalah membersihkan tiap – tiap saringan pelumas sebelum masuk ke
mesin induk.
B. SARAN
Ada beberapa perhatian yang penulis sarankan agar tidak terjadi kegagalan start
astern mesin induk MV.TRANS FUTURE 1:
1. Dari hasil analisa didapatkan bahwa penyebab kegagalan astern starting
adalah tidak tepatnya injection timing yang disebabkan oleh melesetnya
setelan camshaft pada waktu mundur maka perlu memeriksa kelurusan pada
camshaft tersebut perbaiki posisi setelan camshaft tersebut dan ketika proses
maintenance engine saat docking yang perlu dilakukan adalah balancing
crankshaft untuk putaran counter clock wise.
2. Disarankan untuk selalu membersihkan saringan pelumas khususnya pada
sistem pelumasan mesin induk karena mesin induk adalah faktor penting dari
beroperasinya kapal dan jika ring piston sudah aus dan patah tidak ada
alternatif pemecah masalah lain selain mengganti ring piston tersebut.
49
DAFTAR PUSTAKA
Christen Knak, Pengertian Sistem Udara Pejalan Pada Mesin Induk Diesel, 1979.
Peter Salim & Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 2002.
Sunarto, Komponen Pendukung Utama Sistem Udara Start Pada Mesin Induk Diesel,
2013.
Suparwo, Sp., Proses Pembakaran Tidak Sempurna, 2016.
50
LAMPIRAN
51
WAWANCARA
52
ini maka pembakaran tidak akan terjadi karena tekanan
untuk pembakaran belum terpenuhi det.
Cadet : Siap bass, lalu kenapa Cuma start astern aja yg mengalami
kurangnya tekanan bahan bakar bass? Sedangkan start a head kita
normal bass
1st Engineer : Nah sini kamu liat gambar (penginjeksian) Pada gambar ini adalah
salah satu proses kerja dari penginjeksian bahan bakar. Untuk
ahead dan astern posisi camnya ada perbedaan antara keduanya.
Jika posisi setelan cam meleset sedikit saja dari requirement
engine maka pembakaran tidak akan terjadi. Kemungkin besar
penyebab terjadinya kegagalan start adalah kesalahan dari
injektion timing pada saat putaran mundur det.
Cadet : oh paham saya bass, tapi bass bukanya setelan camshaft sudah
sesuai dengan manual book atau engine maker? Kenapa dia bisa
berubah atau meleset bass?
1st Engineer : Tentu bisa det, Besar kemungkinan penyebab terjadinya
kegagalan astern starting adalah tentang kesalahan dalam setting
letak titik fire, Kemungkinan kesalahan setting ini bisa dilakukan
sengaja dengan maksud tertentu, atau memang murni hari
kesalahan setting para ABK. Atau bisa saja kesalahan setting ini
disebabkan oleh kerusakan cam itu sendiri. Karena cam shaftnya
untuk astern sedikit aus/ rusak maka posisi tersebut menjadi
berubah di bawah titik fire, sehingga terjadi kegagalan pada astern
starting. Bagaimana det, sudah paham?
Cadet : Siap paham baass, saya ingin tanyakan lagi bass penyebab
terjadinya kurangnya tekanan bahan bakar selain kesalahan
camshaft apa adalagi bass?
1st Engineer : Hmmm, menurut analisis saya ada satu hal lagi yg menjadi
penyebab ini det yaitu putaran crankspeed yang pelan det yang
dimana penyebabnya tidak tepatnya putaran gaya aksial det
Cadet : Gaya aksial itu apa bass?
1st Engineer : Gaya aksial pada engine adalah gaya yang menyebabkan
crankshaft berhenti karena gaya putarnya telah habis det.
53
Cadet : Oh siap bass, lalu yang menyebabkan crankshaft gaya putaranya
habis itu apa bas?
1st Engineer : Pada reversible diesel engine seharusnya dilakukan balancing
pada kedua web yaitu web untuk putaran maju dan putaran
mundur. Kemungkinan yang terjadi pada saat balancing yang
dilakukan hanyalah pada saat putaran maju saja. Sedangkan untuk
putaran mundur tidak dilakukan balancing, Hal ini akan
menyebabkan keausan pada bearing sehingga timbul gesekan
mekanis yang besar pada engine. Hal inipun bisa menjadi salah
satu penyebab kegagalan start pada engine det.
Cadet : Siap bas saya paham, lalu upaya kita untuk mengatasi kedua
masalah tersebut apa bass?
1st Engineer : Upaya dari kita pertama kita meeting point dulu det untuk engine
crew setelah itu untuk upaya setting ulang injection timing chief
engineer lapor kekantor dan meminta izin untuk dilakukanya
setting ulang camshaft tersebut det. Dan untuk upaya untuk
mengatasi gaya aksial yang tidak tepat yaitu Melakukan balancing
pada crankshaft untuk putaran counter clock wise ( putaran engine
saat kapal bergerak mundur).
Cadet : Siap bass saya paham sekarang bass, terimakasih untuk ilmu nya
bass.
1st Engineer : Ok det, semangat.
54
Gambar ship particular MV. TRANS FUTURE 1
55
56
Foto Main Engine HITACHI ZOSEN MAN B&W 9L50MC
MV. TRANS FUTURE 1
57
Gambar overhaule cylinder main engine no.5
58
Gambar saat melakukan deflection crankshaft
59
Gambar Setting Camshaft
60