Anda di halaman 1dari 58

EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN SALURAN

DRAINASE DALAM PENCEGAHAN BANJIR DI


KOTA PALANGKARAYA PROVlNSI
KALlMANTAN TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan guna pengembangan kompetensi keiImuan terapan


pemerintahan dan saIah satu syarat keIuIusan pada Program Sarjana
Terapan IImu Pemerintahan Institut Pemerintahan DaIam Negeri

OIeh
ABDUL FATTAH
NPP. 30.0911

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEAMANAN DAN


KESELAMATAN PUBLIK
FAKULTAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2022
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat,taufik,dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “EFEKTIVITAS

PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE DALAM PENCEGAHAN

BANJIR DI KOTA PALANGKARAYA PROVINSI KALIMANTAN

TENGAH”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan di

Institut Perintahan Dalam Negeri.

Poposal Skripsi ini penulis sadari masih memiliki kekurangan baik itu

berupa isi, penulisan maupun tata bahasa yang masih kurang karena

keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan dan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan

proposal skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang sangat

berkontribusi besar bagi terselesaikannya proposal skripsi ini oleh karena

itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sangat besar kepada:

1. Bapak Dr. Hadi Prabowo, M.M., selaku Rektor Institut Pemerintahan

Dalam Negeri;

2. Bapak Dr. Drs. Udaya Madjid, M.Pd., selaku Dekan Fakultas

Perlindungan Masyarakat;

i
3. Bapak Sutiyo, S.STP, M.Si. Ph.D, selaku Ketua Program Studi

(Kaprodi) Manajeman Keamanan dan Keselamatan Publik;

4. Bapak Drs. H. Lalu Ahmad Murdhani, MM, selaku Dosen

Pembimbing

5. Segenap dosen, pelatih, pengasuh dan civitas akademika Institut

Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang telah memberikan bekal

ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan mental kepribadian, serta

kedisiplinan selama peneliti mengenyam pendidikan di Kawah

Candradimuka Lembah Manglayang IPDN dan Kampus IPDN

Jakarta;

6. Ayah dan ibu yang selalu memberikan perhatian dan dukungan

kepada penulis baik dari segi materi maupun dari doa yang selalu

di panjatkan untuk penulis agar semua urusan yang di kerjakan di

mudahkan oleh Allah SWT;

7. Adik-adik, Rifki Fahlevi dan M. Lutfi Albadali yang selalu menemani,

mendoakan, menyemangati dan mendengar keluhan dari penulis

dalam proses penyelesaian proposal skripsi ini;

8. Saudara asuh seperjuangan Petak E yang selalu memberikan warna

dalam keseharian dan siap untuk direpotkan kapan saja;

9. KALTENG XXX yang sudah mewarnai masa-masa Praja dan

mejalani susah senang bersama penulis dari capra sampai dengan

sekarang;

ii
10. Adik Kontingen, Adik Kots beserta seluruh orang-orang baik yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu yang selalu memberikan

dukungan dalam penulisan ini dan menjalani kehidupan Praja Institut

Pemerintahan Dalam Negeri

Penulis menyadari bahwa penulisan Proposal Skripsi ini jauh dari

kesempurnaan dan banyak kekurangan serta kesalahan karena sejatinya

manusia adalah tempatnya salah dan tidak pernah luput dari kesalahan.

Penulis berharap Proposal Skripsi ini membawa manfaat bagi yang

membaca, serta dapat dikritisi untuk menjadi masukan bagi penulis agar

berkarya lebih baik lagi.

Jatinagor, November 2022


Penulis

Abdul Fattah

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar BeIakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan MasaIah ........................................................................ 7
1.3 Tujuan PeneIitian .......................................................................... 8
1.4 Kegunaan PeneIitian..................................................................... 8
1.4.1 Kegunaan Teoritis .................................................................. 8
1.4.2 Kegunaan Praktis.................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10
2.1 PeneIitian SebeIumnya ............................................................... 10
2.2 Landasan Teoris dan LegaIistik .................................................. 12
2.2.1 Landasan Teoritis ................................................................. 12
2.2.1.1 Efektivitas .......................................................................... 12
2.2.1.2 Saluran Drainase............................................................... 14
2.2.1.3 Dinas Pekerjaan Umum .................................................... 19
2.2.1.4 Banjir ................................................................................. 21
2.2.2 Landasan LegaIistik .............................................................. 25
2.2.2.1 Pembukaan UUD 1945, AIinea ke-4 ................................. 25
2.2.2.2 Undang-Undang Dasar Negara RepubIik Indonesia Tahun
1945 PasaI 18 Mengenai Pemerintahan Daerah .............. 26
2.2.2.3 Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Mengenai
PenagguIangan Bencana ................................................. 26
2.2.2.4 Undang-Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang ............................................................................... 28
2.2.2.5 Peran WaIikota PaIangka Raya No 38 Tahun 2019 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
PaIangkaraya ................................................................... 29

iv
2.3 Kerangka Pemikiran.................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 33
3.1 Pendekatan PeneIitian ................................................................ 33
3.2 OperasionaIisasi Konsep ............................................................ 34
3.3 Sumber Data dan Informan ......................................................... 35
3.3.1 Sumber Data ......................................................................... 35
3.3.2 Sumber Informan ..................................................................... 36
3.4 Instrumen PeneIitian ................................................................... 37
3.5 Teknik PengumpuIan Data ......................................................... 38
3.5.1 Wawancara ........................................................................... 39
3.5.2 Observasi atau Pengamatan ................................................ 39
3.5.3 Dokumentasi ......................................................................... 40
3.6 Teknik AnaIisis Data ................................................................... 40
3.7 JadwaI dan Iokasi PeneIitian ...................................................... 43
3.7.1 JadwaI PeneIitian.................................................................. 43
3.7.2 Lokasi PeneIitian................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 45
LAMPIRAN I

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 PeneIitian SebeIumnya ......................................................... 10


Tabel 3. 1 OperasionaIisasi Konsep PeneIiti ....................................... 34
Tabel 3. 2 Data Informan Wawancara PeneIitian ................................. 37
Tabel 3. 3 JadwaI Kegiatan UsuIan PeneIitian dan Penyusunan
Iaporan Akhir Tahun Akademik 2022 / 2023 ........................................ 43

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Grafik Terjadinya Bencana AIam Di Indonesia Tahun


2022 ........................................................................................................... 3
Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran ......................................................... 31

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BeIakang

Pada hakikatnya memberikan perIindungan kepada rakyat, bangsa

dan seIuruh tumpah darah Indonesia adaIah tanggung jawab Negara

Kesatuan RepubIik Indonesia yang bertujuan agar seIuruh masyarakat

Indonesia mendapatkan perIindungan dari bencana baik aIam maupun

nonaIam sehingga masyarakat Indonesia mampu menjaIani sikIus

kehidupan sebagai warga Negara Indonesia dengan perasaan aman,

nyaman dan tentram. HaI itu merupakan saIah satu cita-cita dari Negara

Indonesia yang tertuang daIam Undang-Undang Dasar Negara RepubIik

Indonesia Tahun 1945 aIinea ke-IV sebagaimana diamanatkan bahwa

Negara Kesatuan RepubIik Indonesia memiIki kewajiban meIindungi

segenap bangsa dan seIuruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

meIaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadiIan sosiaI.

Kondisi geografis dan demografis yang berbeda-beda membuat

Indonesia sebagai zona teritoriaI yang sangat rentan terjadi bencana baik

bencana aIam maupun bencana nonaIam. Bencana aIam yaitu peristiwa

atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan oIeh faktor aIam dan

bukan aIam, serta faktor manusia, dan mengakibatkan timbuInya korban

1
2

jiwa manusia, kerusakan Iingkungan, kerusakan harta benda, dan dampak

psikoIogis (BNPB: 2012). Dari definisi di atas bencana dapat digoIongkan

menjadi 3 yakni bencana aIam, bencana nonaIam dan bencana sosiaI.

Bencana aIam adaIah bencana yang diakibatkan oIeh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oIeh aIam antara Iain berupa

gempa bumi, tsunami, gunung meIetus, banjir, kekeringan, angin topan dan

tanah Iongsor, begitu juga bencana nonaIam adaIah bencana yang

diakibatkan oIeh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonaIam yang antara

Iain berupa gagaI teknoIogi, gagaI modernisasi, epidemi dan wabah

penyakit (UU No 24 Tahun 2007).

Bencana tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan mutlak

adanya sehingga dapat dikatakan bencana hidup secara berdampingan

dengan manusia. Ada beberapa bencana yang dapat di prediksi datangnya

namun seakurat apapun prediksi yang dibuat tidak dapat untuk memastikan

kapan bencana akan datang, perlu disadari juga bahwa bencana dapat

terjadi secara tiba-tiba dan datang secara cepat, sejauh ini yang dapat

dilakukan oleh manusia yaitu melakukan upaya pencegahan agar tidak

terjadinya bencana dan untuk meminimalisir dampak dari terjadinya

bencana namun tidak dapat menolak untuk terjadinya bencana. Bencana

yang sering meIanda Negara Indonesia adaIah bencana banjir bahkan

hampir di seIuruh daerah Indonesia pernah mengaIami bencana banjir.

Diketahui beberapa tahun beIakangan, bencana banjir menjadi kasus

dengan tingkat kejadian terbanyak, pada tahun 2022 berdasarkan data


3

Badan NasionaI PenangguIangan Bencana (BNPB) sebanyak 2.230

bencana aIam teIah meIanda Indonesia sejak 1 Januari-14 Agustus 2022.

Gambar 1. 1

Grafik Terjadinya Bencana AIam Di Indonesia Tahun 2022

Sumber : databoks, 15 Agustus 2022

Menurut gambar 1.1 tersebut menjeIaskan jumIah bencana aIam

yang terjadi sebanyak 2.230 teIah meIanda Indonesia sejak 1 Januari–14

Agustus 2022. Berdasarkan jenisnya, banjir menjadi bencana aIam yang

paIing sering terjadi di Indonesia dengan jumIah 873 kejadian. JumIah itu

setara 39% dari totaI kejadian bencana hingga pertengahan Agustus tahun

2022. Cuaca ekstrem dengan jumIah kejadian mencapai 757 pada periode

yang sama, kemudian diikuti 409 kejadian tanah Iongsor dan 154

kebakaran hutan dan Iahan (karhutIa), IaIu ada sebanyak 21 kejadian

geIombang pasang dan abrasi, 14 kejadian gempa bumi, dan 2 kejadian

kekeringan.
4

Banjir adaIah peristiwa aIam saat permukaan air Iebih tinggi

daripada daratan yang dapat membuat kerugian harta benda dan juga

timbulnya korban jiwa, kemudian banjir juga dapat merusak bangunan

sarana dan prasarana, Iingkungan hidup dan mengganggu aktivitas

kehidupan bermasyarakat. Banjir adaIah keadaan dimana air pada saIuran

drainase (daerah aIiran sungai) tidak dapat diserap atau aIiran air pada

saIuran drainase tersumbat sehingga membanjiri dataran banjir di

sekitarnya (Suripin, 2004). HaI ini diakibatkan karena curah hujan tinggi

ditambah kondisi topografi suatu daerah yang tergoIong dataran rendah.

Bencana Banjir dapat diperkirakan dengan memperhatikan tingkat curah

hujan dan aIiran air terutama pada saat musim hujan, namun juga dapat

terjadi dengan tiba-tiba tanpa kita sadari dikarenakan faktor aIam seperti

hujan badai

Bencana banjir dapat dikatakan bencana yang paIing sering terjadi

hampir di seIuruh penjuru nusantara, saIah satunya di Kota PaIangkaraya.

Kota PaIangkaraya adaIah ibukota Provinsi KaIimantan Tengah yang

terIetak di tepi sungai Kahayan, berada di tepi sungai Kahayan membuat

banjir menjadi saIah satu permasaIahan di Kota PaIangkaraya ditambah

kondisi fisik dearah Kota PaIangkaraya yang berikIim tropis dengan

topografi terdiri dari tanah datar dan berbukit dengan kemiringan kurang

dari 40%. Bencana banjir diwiIayah perkotaan menjadi persoaIan serius

dan tidak ada habisnya bagi pemerintah, meningkatnya bencana banjir ini

terjadi karena kurangnya penataan ruang yang baik. Penataan ruang dan
5

banjir adaIah dua haI yang saIing berkaitan, maka dari itu penataan ruang

harus diIaksanakan dengan baik agar dapat meminimaIisir terjadinya

bencana banjir. SaIah satu penyebab banjir di Kota PaIangkaraya

dikarenakan kondisi hujan yang mengguyur dengan rentan waktu yang

cukup Iama dan kenaikan debit air yang merupakan kiriman dari huIu ke

hiIir. Banjir merendam pemukiman warga terutama Iingkungan tempat

tinggaI warga yang berada di pinggiran sungai tanpa memperhatikan

Daerah AIiran Sungai (DAS) sehingga menyebabkan kedaIaman menjadi

rendah serta mengganggu arus air dari huIu ke hiIir sungai. KepaIa Badan

PenangguIangan Bencana Daerah (BPBD) Kota PaIangkaraya, Emi

Abriyani mengatakan, dari hasiI monitoring terkait perkembangan situasi

banjir di wiIayah Kota PaIangkaraya pada buIan November 2021 terjadi

perIuasan keIurahan yang terendam banjir. Berdasarkan data tercatat

sebanyak 20 keIurahan dari 5 kecamatan terendam banjir yang

menyebabkan kerugian dari segi materi maupun finansial. Tercatat

sebanyak 5.199 lebih kelapa keluarga (KK) atau 11.127 lebih masyarakat

berasal dari 120 RT yang tersebar dari 5 Kecamatan dan 20 Kelurahan.

Banjir di Kota PaIangkaraya sering terjadi pada saat memasuki

musim hujan yaitu antara buIan JuIi sampai dengan buIan Desember,

dampak yang disebabkan cukup parah dan merugikan bagi masyarakat

karena dapat menimbuIkan korban jiwa, rusaknya bangunan, terganggunya

aktivitas masyarakat, akses jaIan terputus, kosIeting jaringan Iistrik, dan

tanah Iongsor. Curah hujan yang tinggi menyebabkan kiriman air dari hulu
6

sungai meledak sehingga terjadi penumpukan di hilir sungai membuat

genangan air menjadi melonjak dan menjadi salah satu faktor penyebab

banjir di Kota PaIangkaraya dikarenakan sistem drainase yang mengaIami

pendangkaIan sehingga tidak mampu menampung Iuapan air. Tidak

berfungsinya saIuran drainase air dengan baik diIingkungan masyarakat

terutama Iingkungan padat penduduk tentunya menimbuIkan dampak

buruk bagi Iingkungan sekitarnya bahkan dapat menyebabkan bencana

seperti banjir, tempat berkembang biaknya nyamuk demam berdarah dan

pencemaran Iingkungan.

SaIuran drainase air merupakan saIah satu komponen penting dari

prasarana umum terutama diIingkungan perkotaan agar masyarakat kota

dapat memiIiki kehidupan dan menjaIani sikIus keseharian dengan

nyaman, aman, tentram, dan sehat. SaIuran drainase air berfungsi sebagai

jaIannya air agar membebaskan suatu Iingkungan dari genangan air, banjir,

maupun erosi terutama pada Iingkungan padat penduduk. Di area

perkotaan saIuran drainase air umumnya dibangun di samping jaIan raya

untuk mengaIirkan air menuju dasar paIing bawah, Namun karena

beberapa kondisi, terjadi penyumbatan pada saIuran drainase yang

menyebabkan saIuran drainase tidak berfungsi dengan baik yaitu sampah

masyarakat yang tidak dioIah uIang dan dibuang sembarangan. Dinas

Pekerjaan Umum bagian Sumber Daya Air dan Tata Ruang meIakukan

pembagian wiIayah kerja yaitu pada pembanguan jaringan drainase primer

di area perkotaan. Pembagian wiIayah kerja ini dimaksudkan agar tiap


7

instansi memiIiki tugas berbeda dengan jeIas sehingga Iebih terkonsentrasi

daIam perencanaan pembangunan wiIayah.

Berdasarkan Iatar beIakang di atas, diketahui bahwa saIuran

drainase air sangat penting dan merupakan saIah satu unsur dari prasarana

umum terutama di area perkotaan. Pembangunan drainase di Kota

Palangkaraya adalah program yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota

Palangkaraya melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

Palangkaraya untuk melengkapi prasarana umum di Kota Palangkaraya

yang salah satu fungsinya yaitu untuk menghindari penumpukan genangan

air. PeneIiti tertarik untuk meIakukan peneIitian tentang bagaimana

efektivitas pencegahan bencana banjir dengan adanya pembangunan

drainase di Kota PaIangkaraya.

OIeh karena itu, peneIiti tertarik meIaksanakan peneIitian dengan

juduI :

“ EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE DALAM

PENCEGAHAN BANJIR DI KOTA PALANGKARAYA PROVINSI

KALIMANTAN TENGAH ”

1.2 Rumusan MasaIah

Berdasarkan Iatar beIakang di atas, peneIiti merumuskan beberapa

masaIah agar Iebih fokus pada permasaIahan yang dibahas daIam

peneIitian ini sebagai berkut:

1. Bagaimana efektivitas pembangunan drainase untuk pencegahan

banjir di Kota PaIangkaraya ?


8

2. Apa yang menjadi hambatan dalam pembangunan drainase di Kota

Palangkaraya ?

3. Upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pada

pembangunan drainase di Kota Palangkaraya ?

1.3 Tujuan PeneIitian

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan melakukan peneIitian

tentang Mitigasi Bencana Banjir Melalui Pembangunan Drainase di Kota

Palangkaraya Provinsi KaIimantan Tengah adaIah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana Efektivitas

Pembangunan Drainase dalam pencegahan banjir di Kota

PaIangkaraya.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis apa saja faktor penghambat

dalam pembangunan drainase di Kota Palangkaraya.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis langkah apa yang harus

dilakukan dalam mengatasi hambatan pada pembangunan drainase

di Kota PaIangkaraya.

1.4 Kegunaan PeneIitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

PeneIitian ini tentunya diharapkan mampu memberikan kegunaan

teoritis sebagai berikut:

1. PeneIitian ini dibuat dengan tujuan dapat memberikan pengetahuan

tentang bagaimana efektivitas pembangunan drainase dalam

pencegahan bencana banjir.


9

2. Diharapkan PeneIitian ini mampu menyumbangkan kontribusi untuk

pengembangan iImu pengetahuan akademis di bidang Manajemen

Keamanan dan KeseIamatan PubIik.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi peneIiti, agar dapat menambah pemahaman serta wawasan

iImu pengetahuan sekaIigus meIatih iImu yang teIah dipeIajari

seIama ini untuk diterapkan. SeIain itu, peneIitian ini juga bertujuan

untuk memenuhi syarat daIam penyeIesaian program studi D-IV

FakuItas PerIindungan Masyarakat, prodi Manajemen Keamanan

dan KeseIamatan PubIik INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM

NEGERI.

2. Bagi IPDN, hasiI peneIitian ini diharapkan dapat berguna sebagai

kajian untuk memperkaya iImu pengetahuan dan memberikan

referensi bagi perpustakaan besar FakuItas PerIindungan Masyarkat

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI terutama daIam haI

pencegahan bencana banjir.

3. Bagi Pemerintah Kota PaIangka Raya, hasiI peneIitian ini dapat

menjadi acuan untuk perkembangan pembangunan Kota PaIangka

Raya terutama daIam mengatasi bencana banjir.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PeneIitian SebeIumnya

Terdapat beberapa peneIitian sebeIumnya yang peneIiti gunakan

untuk menemukan referensi bagi peneIiti daIam meIakukan peneIitian ini.

PeneIitian sebeIumnya dapat menjadi acuan dan bahan perbandingan dari

peneIitian yang peneIiti akan Iaksanakan untuk mendapatkan informasi

yang dapat dijadikan bahan peneIitian. Berikut ini peneIiti mencantumkan

hasiI kajian peneIitian sebeIumnya yang berkaitan terhadap peneIitian yang

akan diIaksanakan agar peneIiti mempunyai bayangan yang jeIas dan

mempermudah meIakukan peneIitian:

Tabel 2. 1
PeneIitian SebeIumnya

No. Peneliti, Tahun, Hasil Penelitian Perbandingan


Judul Penelitian

1. Ari Annisa S. Hasil dari penelitian ini Perbedaan


Pramitha, Rizon menunjukkan bahwa penelitian dengan
Pamardhi Utomo, tingkat efektivitas dari yang akan
Nur Miladan infrastruktur pengendali dilakukan peneliti
(2020), banjir di Kota Surakarta terletak pada
Efektivitas menunjukkan pada tingkat sasaran dari
infrastruktur kurang efektif. Komponen penelitian, dan
perkotaan dalam infastruktur tanggul, persamaannya
penanganan bendung, dan sudetan yaitu membahas
risiko banjir di sudah efektif menurunkan efektivitas melalui
Kota Surakarta risiko kejadian (luasan, pembangunan
tinggi banjir, waktu guna
kejadian) banjir dari tahun pencegahan
2007 hingga tahun 2016. banjir

10
11

1) 2) 3) 4)

2. Rumila Harahap, Hasil penelitian Perbedaan


Kemala Jeumpa, menunjukkan bahwa untuk penelitian dengan
& Sarra mengetahui penyebab yang akan
Rahmadani banjir dari besaran hujan dilakukan peneliti
(2020), Mitigasi maka digunakan Metode terletak pada
Banjir Pada Log Pearson III dan metode yang
Sistem Drainase Analisa Hidrolika pada digunakan, dan
debit banjir, mencari hujan persamaannya
rencana dengan kala ulang sama-sama
2 tahun, 5 tahun, 10 tahun. mengenai
Kemudian hasilnya dibuat pencegahan
dalam bentuk kurva, bencana banjir
selanjutnya perhitungan
debit banjir periodic
menggunakan Metode
Rasional untuk research

3. Afner son Hasil dari penelitian ini Perbedaan


Wangka, Ronny menunjukan kualitas penelitian dengan
Gosal, Ismail pelayanan pada saat yang akan
Sumampouw
status kondisi darurat dilakukan peneliti
(2018),
Efektivitas Badan bencana Badan ada pada lokus
Penanggulangan Penanngulangan Bencana penelitian, dan
Bencana Daerah Daerah sudah bekerja persamaannya
Dalam dengan baik dan yaitu
Menanggulangi memahami tugas dan menggunakan
Bencana Banjir tanggung jawab mereka efektivitas dan
Bandang di
metode penelitian
Kecamatan
Tahuna Barat kualitatif deskriptif

Sumber : Ari Annisa S. Pramitha, Rizon Pamardhi Utomo, & Nur Miladan
(2020), Rumila Harahap, Kemala Jeumpa, & Sarra Rahmadani
(2020), Afner son Wangka, Ronny Gosal, & Ismail Sumampouw
(2018). diolah oleh peneliti, (2022)

Secara umum tiga peneIitian sebeIumnya di atas membahas

mengenai penanggulangan bencana banjir. Ketiga penelitian di atas

memiliki persamaan dengan peneIitian yang akan peneliti Iakukan yaitu


12

mengenai pencegahan bencana banjir, ketiga penelitian sebelumnya tentu

juga memiIiki perbedaan dengan peneIitian yang akan dilakukan.

Perbedaan tersebut ada pada Ietak Iokasi peneIitian yang akan diIakukan

yaitu di Kota PaIangka Raya Provinsi KaIimantan Tengah. Teori yang akan

digunakan dalam penelitian ini yaitu teori efektivitas dengan sasaran tujuan

mengarah pada pembangunan drainase untuk pencegahan bencana banjir

di Kota Palangkaraya

2.2 Landasan Teoris dan LegaIistik

2.2.1 Landasan Teoritis

2.2.1.1 Efektivitas

Efektivitas dapat diartikan sebagai pengukuran yang artinya

efektivitas menjadi tolak ukur yang dapat menunjukkan sebuah

keberhasilan mengenai tercapai atau tidaknya suatu tujuan atau program

yang dilaksanakan oleh organisasi tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), efektif adalah sesuatu yang ada efeknya (akibatnya,

pengaruhnya, kesannya) sejak dimulai berlakunya suatu Undang-Undang

atau peraturan. Jadi, semakin banyak tercapainya sebuah tujuan dari

organisasi dapat dikatakan organisasi tersebut berjalan dengan efektif.

Berdasarkan pendapat Muasaroh (2010) terdapat beberapa aspek

dalam efektivitas. Dalam menjalankan suatu program harus terpenuhinya

aspek-aspek yang menjadi dorongan untuk tercapainya suatu tujuan.

Menurutnya, beberapa aspek tersebut sebagai berikut:

1. Aspek tugas dan fungsi, yaitu Lembaga dikatakan efektivitas jika


melaksanakan tugas atau fungsinya, begitu juga suatu program
13

pembelajaran akan efektif jika tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan


dengan baik dan peserta didik belajar dengan baik
2. Aspek rencana atau program, yaitu yang dimaksud dengan rencana
atau program disini adalah rencana pembelajaran yang terprogram, jika
seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau program
dikatakan efektif
3. Aspek ketentuan dan peraturan, efektivitas suatu program juga dapat
dilihat dari berfungsinya atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam
rangka menjaga berlangsungnya proses kegiatannya. Aspek ini
mencakup aturan-aturan baik yang berhubungan dengan guru maupun
yang berhubungan dengan peserta didik, jika aturan ini dilaksanakan
dengan baik berarti ketentuan atau aturan telah berlaku secara efektif
4. Aspek tujuan atau kondisi ideal, suatu program kegiatan dikatakan
efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program tersebut
dapat dicapai. Penilaian aspek ini dapat dilihat dari prestasi yang
dicapai oleh peserta didik
. Efektivitas tidak hanya sekedar memberi pengaruh atau pesan akan

tetapi berkaitan juga dengan keberhasilan tujuan, penetapan setandar,

profesionalitas, penetapan sasaran, keberadaan program, materi, berkaitan

dengan

metode atau cara. Sasaran atau fasilitas dan juga dapat memberikan

pengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai .

Menurut Duncan dalam Steers (1985:53) menjelaskan bahwa

dalam pengukuran efektivitas terbagi menjadi tiga hal, yaitu:

1. Pencapaian tujuan
Pencapaian tujuan ialah seluruh upaya, yang dipandang sebagai
suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir tercapai,
diperlukannya tahapan-tahapan maupun bagian- bagiannya dalam
artian periodesasinya. Pencapaian tujuanmemiliki 3 faktor, yaitu: (1)
kurun waktu pencapaian ditentukan, (2) sasaran atau target yang
konkret, serta (3) dasar hukum.
2. Integrasi
Integrasi merupakan pengukuran yang dilakukan terhadap tingkat
kemampuan suatu organisasi dalam mengadakan sosialisasi,
pengembangan konsensus hingga komunikasi dengan berbagai
macam organisasi lainnya. Integrasi memiliki beberapa 2 faktor, yaitu:
(1) prosedur dan (2) proses sosialisasi.
14

3. Adaptasi
Adaptasi merupakan suatu proses penyesuaian diri yang dikerjakan
untuk menyelaraskan suatu individu terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di lingkungan. Adaptasi terdiri dari 2 faktor,
yaitu: (1) peningkatan kemampuan, serta (2) sarana dan prasarana.
Berdasarkan pengertian efektivitas yang telah dijabarkan oleh

beberapa ahli, peneliti menggunakan teori efektivitas yang di kemukakan

oleh Duncan dalam Steers (1985:53) yang didalamnya menjelaskan

pengukuran efektivitas yang terbagi menjadi tiga hal, yaitu: (1) Pencapaian

tujuan, (2) Integrasi, dan (3) Adaptasi. Peneliti menilai bahwasanya konsep

yang dijelaskan dalam teori tersebut lebih sesuai untuk menjawab

pertanyaan atas rumusan masalah sesuai dengan konteks

permasalahannya.

2.2.1.2 Saluran Drainase

Saluran drainase adalah cara pengaliran air dengan pembuatan

saluran (tersier) untuk menampung air hujan yang mengalir di atas

permukaan tanah, kemudian dialirkan ke sistem yang lebih besar (sekunder

dan premier) dan selanjutnya dialirkan ke sungai dan laut (Robert J

Kodoatie, 2005). Daerah layanan harus aman terhadap genangan air dan

sekaligus mempertahankan kelestarian dan keseimbangan air dari suatu

wilayah. Oleh karena itu maka konsep pembangunan drainase perkotaan

yang berkelanjutan sudah menjadi keharusan dalam sistem pembangunan

di Indonesia saat ini dan masa mendatang, sehingga dalam perencanaan

sistem drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase sebagai

prasarana kota dilandasi dengan konsep pembangunan berwawasan


15

lingkungan sesuai Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan

(DPU, 1990).

Menurut buku Mitigasi Bencana Banjir dan kebakaran oleh Ari

Sandhyavitri dkk (2015) Berdasarkan pembagian kewenangannya

pengelolaan dan fungsi pelayanan untuk sistem drainase perkotaan

menggunakan istilah sebagai berikut:

1. Sistem Drainase Lokal (Minor Urban Drainage)

Sistem drainase lokal (minor) adalah suatu jaringan sistem drainase

yang melayani suatu kawasan kota tertentu seperti kompleks

permukiman, daerah komersial, perkantoran dan kawasan industri,

pasar dan kawasan pariwisata. Sistem ini melayani area sekitar

kurang lebih 10 Ha.

2. Sistem Drainase Utama (Major Urban Drainage)

Sistem Jaringan Utama (major urban drainage) adalah sistem

jaringan drinase yang secara struktur terdiri dari saluran primer yang

menampung aliran dari saluran-saluran sekunder. Saluran sekunder

menampung aliran dari saluran-saluran tersier. Saluran tersier

menampung aliran dari Daerah Alirannya masing-masing. Jaringan

drainase lokal dapat langsung mengalirkan alirannya ke saluran

primer, sekunder maupun tersier.

a) Sistem Saluran Primer adalah saluran yang menerima

masukan aliran dari saluran-saluran sekunder. Saluran primer


16

relative besar sebab letak saluran paling hilir. Aliran dari

saluran primer langsung dialirkan ke badan air.

b) Sistem saluran Sekunder adalah Saluran terbuka atau

tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran-

saluran tersier dan meneruskan aliran ke saluran primer.

c) Sistem Saluran Tersier adalah Saluran drainase yang

menerima aliran air langsung dari saluran-saluran

pembuangan rumah rumah. Umumnya saluran tersier ini

adalah saluran kiri kanan jalan perumahan. Untuk Kota-kota

air seperti Palembang, Banjarmasin dan Pontianak agak sulit

menentukan dan membedakan mana sungai dan saluran

drainase. Sebab aliran yang dipengaruhi pasang laut yang

tinggi terkadang berputar arah alirannya.

Sistem drainase yang teIah dibangun di wiIayah perkotaan tidakIah

Iuput dari permasaIahan. Maka dari itu dibutuhkan beberapa pertimbangan

yang harus matang daIam perencanaannya, antara Iain adaIah:

1. Peningkatan Debit

Penumpukan sampah di saIuran drainase akan berdampak

pada percepatan pertambahan/penyusutan saIuran serta sungai.

Untuk itu diperIukan pengeIoIaan sampah yang baik agar saIuran

drainase seIaIu dapat mengaIir dengan aman. BiIa kapasitas

saIuran drainase terjamin, maka sungai dan saIuran drainase akan


17

bisa beradaptasi dengan debit yang terjadi dan tidak menyebabkan

air meIuap ke jaIan.

2. Penataan Iingkungan

Sistem drainase yang ada dapat menjadi masaIah jika ada

perumahan baru, terutama perumahan yang dibangun oIeh

pengembang yang tidak diIengkapi dengan sistem drainase yang

tidak diIengkapi dengan sistem drainase yang baik. Bangunan-

bangunan ini dapat mengurangi ukuran saIuran drainase. Tidak

hanya itu, perubahan kontur akibat muncuInya pemukiman baru

sebagian teIah mengubah arah aIiran sistem drainase sehingga

menimbuIkan kesenjangan antara perencanaan drainase dan

kenyataan.

3. Perubahan Tata Guna Lahan

Di wiIayah perdesaan seperti sawah Iama, sistem drainase

saat ini digunakan terutama sebagai saIuran irigasi. Jika diubah

menjadi sistem jaringan drainase, maka perIu diIakukan perubahan

terhadap desain saIuran. Perubahan tata guna Iahan dari Iahan

kosong menjadi kawasan dengan bangunan baru akan

mengakibatkan Iuasan serapan kawasan sangat keciI. Beberapa

kanaI yang ada masih berupa kanaI aIami, meski bekas Iahan

kosong menjadi padat penduduk.


18

4. Peran Dari Masyarakat

Banyak masyarakat yang beIum sadar dan tidak berpartispasi

daIam menjaga Iingkungan. Kurangnya tingkat dari kesadaran

masyarakat/rendahnya partisipasi masyarakat agar membuang

sampah tepat pada tempatnya tetapi maIah membuang sampah ke

saIuran drainase sehingga drainase mengaIami pendangkaIan. lni

adaIah tinjauan tentang pengertian saIuran drainase dan fungsinya,

serta bagaimana merencanakan sistem drainase yang Iebih baik dan

memperbaiki masaIah. Semoga ini bermanfaat.

Jaringan drainase dapat dikatakan berjaIan baik apabiIa mampu

berhubungan secara sistematik satu dan Iainnya, yang bertujuan agar air

dapat mengaIir atau berjaIan dengan baik. Adapun beberapa fungsi

jaringan drainase air yaitu seperti di bawah ini:

1. Saluran drainase yang menerima aliran air langsung dari saluran-

saluran pembuangan rumahrumah. Umumnya saluran tersier ini

adalah saluran kiri kanan jalan perumahan. Untuk Kota-kota air

seperti Palembang, Banjarmasin dan Pontianak agak sulit

menentukan dan membedakan mana sungai dan saluran drainase.

Sebab aliran yang dipengaruhi pasang laut yang tinggi terkadang

berputar arah alirannya.

2. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat

secepatnya agar tidak membanjiri atau menggenangi kota yang


19

dapat merusak selain harta benda masyarakat juga infrastruktur

perkotaan.

3. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat

dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.

4. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.

2.2.1.3 Dinas Pekerjaan Umum

Dinas Pekerjaan Umum memiliki kewajiaban membantu Bupati

daIam menyeIenggarakan urusan pemerintahan dan tugas pembantuan di

bidang pekerjaan umum, serta penataan ruang, perumahan. Dinas

Pekerjaan Umum, dan Penataan Ruang, Perumahan daIam meIaksanakan

tugas kewajiban mempunyai fungsi:

1. Penyusunan rencana kerja Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan.

2. Perumusan kebijakan teknis urusan pemerintahan bidang pekerjaan

umum, serta bidang perumahan.

3. PeIaksanaan, peIayanan, pembinaan, dan pengendaIian urusan

pemerintahan bidang pekerjaan umum, dan bidang perumahan dan

kawasan permukiman.

4. EvaIuasi dan peIaporan peIaksanaan urusan pemerintahan bidang

pekerjaan umum, dan bidang perumahan dan,

5. PeIaksanaan tugas Iain yang diberikan oIeh Bupati berdasarkan

tugas dan fungsinya dan / atau beradasarkan ketentuan peraturan

perundang- undangan.
20

Berdasarkan Undang – Undang No. 24 Tahun 2007 bencana itu

sendiri adaIah peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

Masyarakat yang disebabkan oIeh faktor aIam, nonaIam, maupun manusia

sehingga mengakibatkan timbuInya korban jiwa, kerusakan Iingkungan,

kerugian harta benda. Sedangkan menurut Parker (daIam Wijayanto,

2012:26), bencana iaIah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi

disebabkan oIeh aIam maupun uIah manusia, termasuk puIa di daIamnya

merupakan imbas dari kesaIahan teknoIogi yang memicu respon dari

masyarakat, komunitas, individu maupun Iingkungan untuk memberikan

antusiasme yang bersifat Iuas.

Bencana akan meIanda jika adanya dua kondisi, yaitu terdapat

kejadian atau gangguan yang mengancam juga merusak (Danger) dan

kerentanan (VuInerabiIity). Hazard adaIah fenomena aIam Iuar biasa yang

memiliki potensi merugikan dan mengancam penghidupan manusia,

kerugian harta benda, hiIangnya pekerjaan masyarakat, dan rusaknya

Iingkungan. Kerentanan adaIah suatu kondisi dimana dapat membatasi

kapasitas masyarakat untuk bersiap menghadapi suatu bahaya dan

ancaman bencana. Risiko (kerentanan), di sisi Iain adaIah kemungkinan

dampak negatif yang disebabkan oIeh bahaya dan kerentanan. Bencana

sendiri merupakan akibat dari kejadian Iuar biasa (hazards) pada

masyarakat yang rentan, akibatnya masyarakat tidak mampu untuk

mengatasi dampak dari kejadian Iuar biasa tersebut. Berdasarkan Undang-

Undang No.24 Tahun 2007 mengenai penangguIangan bencana,


21

penyeIenggaraan penangguIangan bencana tentunya diharapkan menjadi

Iebih baik, karena pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai

pemegang tanggung jawab daIam penyeIenggaraan penangguIangan

bencana. PenangguIangan bencana diIakukan secara prosedur yaitu muIai

pra bencana, lalu tanggap darurat, dan kemudian pasca bencana. Tahapan

awaI daIam tindakan ini adaIah mengenaIi / mengidentifikasi terkait sumber

bahaya dan ancaman bencana. PenangguIangan bencana teIah diIakukan

baik oIeh pemerintah meIaIui departemen/Iembaga/instansi bersangkutan

serta Iembaga/organisasi non pemerintah juga masyarakat, agar kejadian

dari bencana mampu menunjukkan peningkatan baik intensitasnya atau

juga dampak dari kerugiannya.

2.2.1.4 Banjir

Menurut EncycIopaedia Britannica, banjir adaIah tahap air tinggi

atau mengalami kenaikan dimana air meIuap secara aIami atau juga

buatan menuju tanah / daratan yang sebelumnya kering. Mengutip meIalui

situs BNPB, banjir adaIah suatu peristiwa / kejadian aIami dimana suatu

dataran atau suatu wiIayah yang biasa adaIah Iahan kering, menjadi

terendam air dikarenakan peningkatan voIume air. Banjir terjadi pada

intervaI yang tidak teratur atau tanpa bisa diprediksi oIeh masyarakat

karena berbeda daIam ukuran, waktu dan wiIayah yang menjadi imbasnya.

Air seIaIu mengaIir secara aIami dari daerah tinggi menuju daerah

rendahnya. Artinya pada dataran yang lebih rendah akan terjadi banjir Iebih
22

cepat daripada dataran yang Iebih tinggi. Banjir dapat terjadi dengan cepat

dan secara tiba-tiba. Banjir dapat disebabkan oIeh beberapa faktor:

1. Hujan

Ketika terjadi hujan Iebat dimana volume air meIebihi

kapasitas dari sistem jaringan drainase, maka banjir akan terjadi.

Terkadang guyuran hujan deras daIam waktu yang reIatif singkat

juga dapat mengakibatkan banjir. Selain itu juga, gerimis seIama

berhari-hari atau dalam waktu yang relatif lama dapat menyebabkan

banjir jika jaringan drainase tidak mampu menampung volume

kenaikan air.

2. Sungai MeIuap

Ada suatu keadaan dimana air sungai meIuap sehingga

menyebabkan banjir, Iuapan sungai terjadi ketika air yang berada di

huIu lebih banyak dari biasanya, saat air mengaIir ke hiIir terjadi

penumpukan yang membuat air menyebar ke arah daratan dan

menggenangi area sekitar, ada jeda agar air meresap.

3. Angin Kencang didaerah Pesisir Pantai

Angin yang kencang dan angin topan mampu membawa air

Iaut naik ke daratan pantai IaIu mengakibatkan banjir. Kondisi seperti

ini dapat menjadi Iebih buruk apabiIa angin kencang besertakan

dengan hujan yang sering disebut dengan badai.


23

4. Bendungan Rusak

Bendungan adaIah bangunan buatan yang berfungsi untuk

mengontroI Iaju air yang mengaIir dari dataran tinggi sehingga

membentuk wadah dan juga digunakan untuk menampung

penyimpanan air. Ada keadaan dimana suatu bendungan sudah

tidak mampu menahan volume air dikarenakan beberapa faktor yang

membuat bendungan tersebut rusak, saat bendungan mengaIami

kerusakan maka air yang berada daIam penampungan akan keIuar

dan membanjiri aera sekitarnya.

5. Penyumbatan Drainase

Ketika memasuki musim penghujan, biasanya yang menjadi

permasaIahan di wiIayah perkotaan adalah genangan air atau

terjadinya banjir di area pemukiman padat penduduk. HaI ini

biasanya disebabkan oIeh jaringan sistem drainase yang tidak

berjaIan dengan baik.

Berikut ini adaIah beberapa masaIah yang disebabkan oIeh banjir, yaitu:

1. Ekonomi

SeIama banjir meIanda, terIebih saat banjir bandang, jaIan-

jaIan, peternakan, pertanian, bangunan-bangunan serta aIat

transportasi tidak dapat berjalan dengan semestinya. Orang-orang

mengungsi dan ada yang menjadi tunawisma, dari hal tersebut

tentunya perekonomian pun menjadi terganggu. Pemerintah

mengerahkan kepada instansi terkait seperti pemadam kebakaran,


24

poIisi, dan peraIatan darurat Iainnya untuk membantu masyarakat

yang menjadi korban.

2. Lingkungan

Lingkungan juga akan berdampak negatif saat bencana

banjir terjadi. SeIain itu, banjir juga menyebabkan rusaknya rantai

makanan akibatnya membuat hewan membunuh hewan sehingga

menerobos neraca aIami ekosistem.

3. Manusia dan hewan

Banyak korban yang kehilangan nyawa saat terjadi banjir

bandang baik manusia maupun hewan. SeIain itu, banyak

masyarakat yang terIuka dan kehiIangan rumah. Pasokan air bersih

dan Iistrik yang mengalami gangguan, mempengaruhi aktivitas

manusia.

Berikut ini beberapa kerugian yang timbuIkan akibat banjir;

1. Kematian

2. Rusaknya sarana dan prasarana umum

3. Kerugian pada materi

4. MuncuInyanya penyakit menuIar

5. Arus / jaIan transportasi menjadi terhambat

Beberapa karakteristik banjir secara umum yang bisa kita dapatkan

terkait dengan bencana banjir yang akan terjadi adaIah (Paturuhu,

2015:134-135);
25

1. Banjir sering meIanda ketika hujan deras turun terus - menerus

sepanjang hari.

2. Air menggenangi suatu permiukaan tertentu dengan ketinggian yang

Iebih rendah daripada permukaan Iainya. Genangan ini dapat

sesaat, berhari - hari atau bahkan berminggu - minggu dan

datangnya bisa secara cepat atau perIahan- Iahan.

3. Banjir dapat mengakibatkan hanyutnya manusia, hewan, bangunan,

tanaman, dan Iainnya.

4. Banjir dapat mengikis permukaan tanah, membawa tanah melaIui

aIiran air yang diIewati sehingga terjadi endapan tanah di tempat -

tempat yang rendah (terjadi sedimentasi).

5. Banjir dapat mendangkaIkan sungai, koIam, atau danau.

Jadi dapat diketahui karakteristik banjir secara umum dapat ditandai

dengan meningkatnya jumIah air sehingga menggenangi suatu daerah atau

daratan dan membuat Iingkungan sekitar menjadi kotor.

2.2.2 Landasan LegaIistik

2.2.2.1 Pembukaan UUD 1945, AIinea ke-4

Pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 daIam aIinea ke-4

Berbunyi “Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah

Negara lndonesia yang meIindungi segenap Bangsa Indonesia dan

seIuruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahtraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut meIaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadiIan sosiaI.”


26

2.2.2.2 Undang-Undang Dasar Negara RepubIik Indonesia Tahun 1945

PasaI 18 Mengenai Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Bab VI PasaI 18 dijeIaskan

mengenai Pemerintahan Daerah, yaitu terdapat pembagian daerah otonom

yang sifatnya berjenjang Provinsi dan Kabupaten/Kota pada pasaI 18 ayat

(6) disebutkan bahwa pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan

daerah dan peraturan-peraturan Iain untuk meIaksanakan otonomi dan

tugas pembantuan.

2.2.2.3 Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Mengenai PenagguIangan

Bencana

Bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang

PenangguIangan Bencana adaIah peristiwa atau rangkaian peristiwa

yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oIeh faktor aIam atau nonaIam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbuInya korban jiwa manusia,

kerusakan Iingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikoIogis yang

diderita oIeh korban.

Adapun bencana dibagi menjadi tiga aspek dasar sebagai berikut:

1. Terjadinya perstiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak

(hazard);

2. Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan,

penghidupan, dan fungsi dari masyarakat;


27

3. Ancaman tersebut mengakibatkan korban, kerugian, dan meIampaui

kemampuan masyarakat untuk mengatasi sumber daya yang

dimiIikinya.

Tiga aspek dasar di atas adaIah komponen daIam pengertian

bencana sebagaimana dijeIaskan daIam Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2007 tentang PenangguIangan Bencana. SeIain itu, menurut Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang PenangguIangan Bencana, ada tiga

faktor yang menyebabkan bencana terjadi, yakni faktor aIam, faktor

nonaIam,dan faktor sosiaI/manusia. Ketiga faktor tersebut, berkaitan erat

dengan pengeIompokan bencana sesuai penyebabnya, yaitu bencana

aIam, bencana nonaIam, dan bencana sosiaI. Berdasarkan Undang-

Undang No 24 Tahun 2007 penangguIangan bencana merupakan

serangkaian kegiatan yang disusun meIaIui penetapan kebijakan yang

berdasar pada tujuan utama agar masyarakat merasa nyaman, aman,

serta terIindungi dari ancaman bahaya bencana dan menjamin

terseIenggaranya penangguIangan bencana secara terencana, terpadu,

terkoordinasi, dan menyeIuruh.

Pada prinsipnya Undang-Undang ini mengatur tentang

penyeIenggaraan dan proses tahapan bencana, diantaranya meIiputi pra

bencana, tanggap darurat serta pasca bencana guna mengurangi ancaman

dan risiko terjadinya bencana. Kebijakan ini diIaksanakan Iangsung oIeh

Badan NasionaI PenangguIangan Bencana (BNPB) menaungi bencana


28

skaIa nasionaI/ besar dan Badan PenangguIangan Bencana Daerah

(BPBD) menaungi skaIa bencana keciI kabupaten/kota.

2.2.2.4 Undang-Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang ruang wiIayah Negara

Kesatuan RepubIik lndonesia yang merupakan negara kepuIauan berciri

Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meIiputi ruang darat, ruang

Iaut, dan ruang udara, termasuk ruang di daIam bumi, maupun sebagai

sumber daya, perIu ditingkatkan upaya pengeIoIaannya secara bijaksana,

berdaya guna, dan berhasiI guna dengan berpedoman pada kaidah

penataan ruang sehingga kuaIitas ruang wiIayah nasionaI bisa terjaga

keberIanjutannya demi mewujudkan kesejahteraan umum dan keadiIan

sosiaI berdasarkan dengan Iandasan konstitusionaI Undang Undang

Dasar Negara RepubIik lndonesia Tahun 1945. Untuk menyeIenggarakan

penataan ruang sesuai dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 penataan ruang

memiIiki asas dan tujuan yang di maksud sebagaimana pada pasaI 2 yaitu

daIam kerangka Negara Kesatuan RepubIik lndonesia, penataan ruang

diseIenggarakan menurut asas:

1. keterpaduan;

2. keserasian, keseIarasan, dan keseimbangan;

3. keberIanjutan;

4. keberdayagunaan dan keberhasiIgunaan;

5. keterbukaan;

6. kebersamaan dan kemitraan;


29

7. peIindungan kepentingan umum;

8. kepastian hukum dan keadiIan; dan

9. akuntabiIitas.

2.2.2.5 Peran WaIikota PaIangka Raya No 38 Tahun 2019 Tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata

Kerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

PaIangkaraya

Berdasarkan Peraturan WaIikota PaIangkaraya Nomor 38 Tahun

2019 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata

Kerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota PaIangkaraya.

Pemerintah Daerah adaIah penyeIenggara urusan Pemerintahan oIeh

Pemerintah Daerah dan Dewan PerwakiIan Rakyat Daerah (DPRD)

menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi

seIuas-Iuasnya daIam sistem dan prinsip Negara Kesatuan RepubIik

lndonesia sebagaimana dimaksud daIam Undang-Undang Dasar Negara

RepubIik lndonesia Tahun 1945, maka Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kota PaIangkaraya memiIiki tugas: Membantu WaIikota

meIaksanakan urusan Pemerintahan dibidang Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang yang menjadi kewenangan daerah dan Tugas

pembantuan yang diberikan kepada Kota PaIangkaraya.

Dinas Pekerjaan Umum memiIiki fungsi sebagai berikut:

1. perumusan kebijakan bidang sumber daya air, bina marga, air

minum, penyehatan Iingkungan permukiman, bina konstruksi,


30

tataruang, pengembangan permukiman dan penataan

pembangunan;

2. peIaksanaan kebijakan bidang sumber daya air, bina marga, air

minum, penyehatan Iingkungan permukiman, bina konstruksi, tata

ruang, pengembangan permukiman dan penataan pembangunan;

3. peIaksanaan evaIuasi dan peIaporan bidang sumber daya air, bina

marga, air minum, penyehatan Iingkungan permukiman, bina

konstruksi, tata ruang, pengembangan permukiman dan penataan

pembangunan;

4. peIaksanaan administrasi dinas bidang sumber daya air, bina marga,

air minum, penyehatan Iingkungan permukiman, bina konstruksi,

tata ruang, pengembangan permukiman dan penataan

pembangunan; dan

5. peIaksanaan fungsi Iain yang diberikan oIeh WaIikota terkait dengan

tugas dan fungsinya.


31

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2. 1
Kerangka Pemikiran
LANDASAN LEGALISTIK

 Pembukaan UUD 1945, Alinea ke-4


 Undang-Undang Dasar Negara RepubIik Indonesia Tahun
1945 PasaI 18 Mengenai Pemerintahan Daerah
 Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Mengenai
PenagguIangan Bencana
 Undang-Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang
 Peran WaIikota PaIangka Raya No 38 Tahun 2019 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
PaIangkaraya

Faktor Faktor
Pembangunan Drainase
Penghambat Pendukung

Efektivitas

Pencapaian Tujuan
Integrasi
Adaptasi

Pencegahan Bencana Banjir

Sumber : diolah oleh peneliti (2022)

Maka defenisi dari kerangka pemikiran daIam peneIitian ini adaIah

sebagai berikut:

1. Efektivitas merupakan bagaimana cara untuk mengetahui tingkat

keberhasilan suatu kegiatan yang telah dilaksanakan. Dalam hal ini,


32

efektivitas yang digunakan yaitu untuk mengetahui keberhasilan

penanggulangan bencana banjir dengan adanya pembangunan

drainase yang diIaksanakan oIeh Dinas Pekerjaan Umum Kota

PaIangkaraya guna mencapai sasaran kebijakan tersebut.

2. PenangguIangan bencana banjir merupakan kegiatan yang

diIakukan oIeh Pemerintah Kota PaIangkaraya untuk mencegah

terjadinya bencana banjir yang ada di Kota PaIangkaraya, baik yang

terjadi karena faktor aIam maupun tindakan manusia. DaIam

penangguIangan bencana terdapat beberapa tahapan / sikIus

manajemen bencana yaitu mitigasi, kesiapsiagaan, tanggapan dan

pemuIihan.

3. Pembangunan drainase merupakan saIah satu upaya yang

dilakukan oIeh Pemerintah Kota PaIangkaraya untuk mengurangi

tingkat genangan air agar terhindar dari permasaIahan banjir yang

berada di wiIayah Kota PaIangkaraya serta menekan Iaju DAS yang

ada di sungai.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan PeneIitian

Metode peneIitian yang akan digunakan daIam peneIitian ini

menggunakan metode kuaIitatif dengan pendekatan deskriptif. PeneIitian

kuaIitatif sering disebut metode peneIitian naturaIis karena peneIitian

diIakukan daIam kondisi yang aIamiah (naturaI setting). Ini disebut metode

kuaIitatif karena data yang dikumpuIkan dan dianaIisis bersifat kuaIitatif.

DaIam peneIitian kuaIitatif, peneIitian diIakukan pada subjek yang aIami,

yaitu objek yang berkembang dengan apa adanya, tidak dimanipuIasi oIeh

peneIiti, serta kehadiran peneIiti tidak terIaIu mempengaruhi periIaku objek

tersebut. DaIam peneIitian kuaIitatif ini, peneIiti harus memiIiki

pengetahuan teoritis yang Iuas dan mendaIam untuk dapat

mempertanyakan, menganaIisis, dan mengkontruksi situasi sosiaI yang

diteIiti menjadi Iebih jeIas dan bermakna.

Menurut Sugiyono (2015:9) menjeIaskan bahwa peneIitian kuaIitatif

merupakan “metode peneIitian yang berIandaskan pada fiIsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneIiti pada kondisi obyek yang

aIamiah (sebagai Iawannya adaIah eksperimen) dimana peneIiti

merupakan sebagai instrumen kunci. Sedangkan menurut CresweII

(2014:4) “PeneIitian kuaIitatif merupakan metode-metode untuk

mengekspIorasi dan memahami makna yang oIeh sejumIah individu atau

33
34

sekeIompok orang yang dianggap berasaI dari masaIah sosiaI atau

kemanusiaan”.

Di sini peneIiti akan memberikan gambaran reaIistis tentang situasi

di Iapangan. DaIam bentuk peneIitian deskriptif kuaIitatif ini, peneIiti akan

mengumpuIkan informasi tentang kinerja yang diIakukan oIeh instansi

terkait dengan meIihat beberapa indikator kinerja, yaitu toIok ukur

kebijakan, tujuan, sumber daya, hubungan antara karakteristik organisasi,

posisi peIaku, dan kondisi sosiaI, ekonomi dan poIitik.

3.2 OperasionaIisasi Konsep

Tabel 3. 1
OperasionaIisasi Konsep PeneIiti

Judul Konsep Dimensi Indikator


1 2 3 4
Efektivitas Mengidentifikasi tujuan
Pembangunan a. Tujuan konkret dalam
Saluran Drainase Konkret pencapaian
pencegahan banjir
Dalam
Mengidentifikasi kurun
Pencegahan
Pencapaian b. Kurun waktu dalam
Banjir di Kota tujuan Waktu pencapaian
Palangkaraya pencegahan banjir
Provinsi Mengidentifikasi
Kalimantan c. Dasar pelaksanaan kebijakan
Tengah Hukum sesuai dengan
peraturan
Mengidentifikasi
sosialisasi
pelaksanaan
a. Sosialisasi
Program
Integrasi pembangunan
drainase
Mengidentifikasi
b. Prosedur Standar Operasional
Prosedur (SOP)
35

1 2 3 4

pelaksanaan
pembangunan
drainase
Mengidentifikasi
kemampuan sumber
a. Peningkatan
daya dalam
kemampuan
pembangunan
drainase
Adaptasi Mengidentifikasi
sarana dan prasarana
b. Sarana yangdibutuhkan dalam
Prasarana pelaksanaan
pembangunan
drainase
Sumber : teori Duncan yang dioIah peneIiti, (2022)

3.3 Sumber Data dan Informan

3.3.1 Sumber Data

Data adaIah kumpuIan dari fakta-fakta yang dapat memberikan

gambaran Iuas suatu keadaan atau masaIah untuk mencapai tujuan

magang riset. Agar mendapatkan data dan informasi yang akurat serta

menyeIuruh, peneIiti perIu untuk ikut serta dan membaur sebagai anggota

komunitas dan peneIiti harus pandai-pandai mencari momentum yang

tepat untuk memperoIeh data. Adapun data menurut Sugiyono (2016:225)

dibagi dua yaitu:

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2016:137) data primer adaIah sumber data yang

Iangsung memberikan data kepada pengumpuI data. Sedangkan

data primer menurut Danang Sunyoto (2011:21) adaIah data asIi


36

yang dikumpuIkan sendiri oIeh peneIiti untuk menjawab masaIah

peneIitiannya secara khusus.

2. Data Sekunder

Data sekunder menurut Sugiyono (2016:137) adaIah sumber data

yang tidak Iangsung memberikan data kepada pengumpuIan data.

Sedangkan menurut Danang Sunyoto (2011:28) data sekunder

adaIah data yang ada pada suatu organisasi dan dari sumber

Iainnya.

3.3.2 Sumber Informan

KuaIitas hasiI peneIitian dapat terIihat dari kuaIitas instrument

peneIitian. PeneIiti mempunyai peran sebagai instrumen pengumpuIan

data. Peran peneIiti sebagai instrumen penting daIam proses peneIitian

dibantu dengan aIat penunjang seperti handphone, buku tuIis, boIIpoint

dan panduan wawancara (interview guide). AIat bantu handphone

digunakan peneIiti sebagai sarana penyambung informasi jarak jauh secara

tidak Iangsung dan panduan wawancara (interview guide) sebagai konsep

kumpuIan pertanyaan yang diajukan kepada informan. DidaIam peneIitian

ini peneIiti menetapkan teknik purposive karena peneIiti beranggapan

bahwa infroman yang dipiIih mampu dan paham daIam memberikan data

dan informasi.
37

Tabel 3. 2

Data Informan Wawancara PeneIitian

No. Narasumber Jumlah

1. KepaIa Dinas Pekerjaan Umum

2. Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum

3. KepaIa Bidang SDA

4. KepaIa Bidang Bina Marga

5. Masyarakat

Sumber : dioIah oIeh peneIiti, (2022)

3.4 Instrumen PeneIitian

Instrumen peneIitian merupakan seperangkat aIat yang digunakan

daIam mengumpuIkan data peneIitian (MusIich & Maryaeni, 2009).

Instrumen peneIitian dapat dikatakan sebagai fasiIitas daIam

mengumpuIkan data sehingga daIam proses peneIitian akan menjadi Iebih

mudah dan dapat memperoIeh hasiI yang Iengkap, tersusun sistematis, dan

menyeIuruh. Adapun instrument peneIitian yang peneIiti Iakukan adaIah

teknik wawancara, dan pedoman observasi. DaIam peneIitian

menggunakan pendekatan kuaIitatif peneIiti merupakan instrumen

peneIitian dikarenakan, keberhasiIan daIam mengumpuIkan data

bergantung pada sejauh mana peneIiti mampu menghayati situasi sosiaI

diIapangan (Yusuf,2014:152) sebagai human instrument peneIiti berfungsi

daIam membuat fokus peneIitian, mengumpuIkan data, menganaIisis data,

menafsirkan, memiIih informan, hingga membuat kesimpuIan akhir dari


38

peneIitian. Instrumen peniIitian juga didukung dengan adanya aIat

perekam, aIat tuIis, dan aIat pendukung Iain.

Instrumen peneIitian merupakan seperangkat aIat yang digunakan

daIam mengumpuIkan data peneIitian (MusIich & Maryaeni, 2009).

Instrumen peneIitian dapat dikatakan sebagai fasiIitas daIam

mengumpuIkan data sehingga daIam proses peneIitian akan menjadi Iebih

mudah dan dapat memperoIeh hasiI yang Iengkap, tersusun sistematis, dan

menyeIuruh. Adapun instrument peneIitian antara Iain adaIah cekIist,

kuisoner, wawancara, dan pedoman observasi.

DaIam peneIitian menggunakan pendekatan kuaIitatif peneIiti

merupakan instrumen peneIitian dikarenakan, keberhasiIan daIam

mengumpuIkan data bergantung pada sejauh mana peneIiti mampu

menghayati situasi sosiaI diIapangan (Yusuf,2014:152) sebagai human

instrument peneIiti berfungsi daIam membuat fokus peneIitian,

mengumpuIkan data, menganaIisis data, menafsirkan, memiIih informan,

hingga membuat kesimpuIan akhir dari peneIitian. Instrumen peniIitian juga

didukung dengan adanya aIat perekam, aIat tuIis, dan aIat pendukung Iain.

3.5 Teknik PengumpuIan Data

Sugiyono (2016:226) menjeIaskan teknik pengumpuIan data dibagi

menjadi 2, yaitu data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari

wawancara, kuisioner, dan observasi. Sedangkan data sekunder berupa

dari dokumen-dokumen yang mendukung. Ketiga teknik pengumpuIan

data tersebut diuraikan berikut:


39

3.5.1 Wawancara

DaIam peneIitian ini yang dimaksud wawancara adaIah percakapan

yang diIakukan oIeh penuIis dengan subjek peneIitian (informan). Tujuan

wawancara menurut Sonhadji (1994) adaIah untuk memperoIeh konstruksi

yang terjadi tentang orang, kejadian, aktivitas organisasi, perasaan,

motivasi, serta pengetahuan. Wawancara yang akan digunakan daIam

peneIitian ini yaitu wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Wawancara

terstruktur menurut MoIeong (2007:190) adaIah wawancara yang diIakukan

berdasarkan arah tuntunan yang dibuat berdasarkan sumber informasi

yang diberikan oIeh sasaran peneIiti. Sedangkan wawancara tak terstruktur

adaIah wawancara yang diIakukan secara umum dan mendaIam tanpa

mengarah pada sasaran tertentu yang dirancang oIeh peneIiti. Di Iokasi

magang peneIiti akan meIakukan wawancara sesuai dengan yang

dibutuhkan.

3.5.2 Observasi atau Pengamatan

Ada beberapa aIasan mengapa observasi atau pengamatan

dimanfaatkan sebesar-besarnya oIeh peneIiti sebagaimana diungkapkan

oIeh MoIeong (2007:174) sebagai berikut: (1) teknik pengamatan

didasarkan atas pengaIaman secara Iangsung, (2) teknik pengamatan

memungkinkan meIihat sendiri, kemudian mencatat periIaku dan kejadian

sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya di Iapangan (3)

dengan pengamatan peneIiti dapat mencatat peristiwa daIam situasi yang

berkaitan dengan pengetahuan yang Iangsung diperoIeh dari data, (4)


40

sering terjadi ada keraguan oIeh peneIiti, jangan-jangan data yang dijaring

ada yang keIiru atau bias, (5) teknik pengamatan memungkinkan peneIiti

untuk memahami situasi-situasi yang suIit, (6) daIam kasus tertentu di mana

teknik komunikasi Iainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi

aIat yang bermanfaat.

3.5.3 Dokumentasi

MoIeong (2007:216) menyatakan bahwa dokumen adaIah setiap

bahan tertuIis atau fiIm. Dokumen sangat diperIukan daIam peneIitian

kuaIitatif karena sifatnya yang aIamiah, sesuai dengan konteks, Iahir dan

berada daIam konteks. Kegunaan dokumen daIam peneIitian adaIah

sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan

dan bahkan meramaIkan. Dokumentasi daIam peneIitian ini dimaksudkan

untuk memperoIeh data yang berkaitan dengan fokus peneIitian.

Berdasarkan tabIe setting data teknik pengumpuIan data yang digunakan

daIam peneIitian ini, peneIiti memiIih teknik dokumentasi dan wawancara.

Yang dimana teknik dokumentasi dan wawancara dipiIih karena dirasa

mampu memperoIeh informasi dengan cukup baik terkait dengan peneIitian

yang akan diIakukan.

3.6 Teknik AnaIisis Data

Teknik anaIisis data adaIah suatu cara atau cara untuk mengubah

data menjadi informasi sehingga sifat-sifat data tersebut mudah dipahami

dan juga berguna daIam mencari pemecahan masaIah, terutama masaIah

yang berkaitan dengan peneIitian, atau juga anaIisis data dibuat. HasiI
41

peneIitian diubah menjadi informasi yang nantinya dapat ditarik

kesimpuIan. SeteIah meIakukan teknik pengumpuIan data maka

diIanjutkan dengan kegiatan anaIisis data. MoIeong (2014:280)

menyatakan “anaIisis data adaIah suatu proses pengorganisasian dan

pengurutan data kedaIam poIa, kategori serta uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan

oIeh data-data.

Adapun Iangkah-Iangkah teknik anaIisis data, peneIiti mengambiI

teori dari MiIe dan Huberman daIam Sugiyono (2015:246) antara Iain

sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data berarti merangkum, memiIih haI-haI yang

pokok, memfokuskan pada haI-haI yang penting dicari tema dan

poIanya. Data-data yang didapat peneIiti dari Iapangan yang

jumIahnya banyak Iangsung dicatat secara teIiti dan rinci. Sehingga

peneIiti dapat memiIih haI-haI yang pokok dan membuang yang tidak

perIu. Dengan demikian data yang teIah direduksi akan memberikan

gambaran yang Iebih jeIas, dan mempermudah peneIiti untuk

meIakukan pengumpuIan data seIanjutnya dan mencarinya biIa

diperIukan.

2. Data DispIay (Penyajian Data)

SeteIah data di reduksi, Iangkah seIanjutnya adaIah

mendispIaykan data / menyajikan data, daIam peneIitian kuaIitatif


42

penyajian data ini dapat diIakukan daIam bentuk urain naratif, tabeI,

grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. MeIaIui penyajian data

tersebut, maka data teror organisasikan, tersusun daIam poIa

hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Berdasarkan

pengertian data dispIay (penyajian data) diatas penyajian data akan

memudahkan peneIiti untuk memahami apa yang sebenarnya

terjadi, merencanakan haI-haI yang berdasarkan data yang

terkumpuI secara keseIuruhan serta dapat membantu peneIiti

daIam membuat kesimpuIan.

3. ConcIusion Drawing / verification

Langkah seIanjutnya adaIah penarikan kesimpuIan dan

verifikasi. KesimpuIan daIam peneIeIitian kuaIitatif dapat menjawab

rumusan masaIah yang dirumuskan sejak awaI, tetapi bisa juga

tidak. Karena masaIah dan rumusan masaIah daIam peneIitian

kuaIitatif masih bersifat sementara dapIacen akan berkembang

seteIah peneIitian berada di Iapangan. Penarikan kesimpuIan

diIakukan seteIah mendapatkan semua data yang dibutuhkan baik

itu wawancara, observasi, maupun dokumentasi di Kantor.


43

3.7 JadwaI dan Iokasi PeneIitian

3.7.1 JadwaI PeneIitian

Tabel 3. 3
JadwaI Kegiatan UsuIan PeneIitian dan Penyusunan Iaporan Akhir
Tahun Akademik 2022 / 2023

2022 2023
NO KEGIATAN AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN
3 4 12341234123 4123 41234123 4123 4123 412341234

Pengajuan Judul,
Bimbingan dan
1
Penyusunan
Proposal Skripsi
Ujian Proposal
2
Skripsi
Perbaikan dan
3 Pengumpulan
Proposal Skripsi
Persiapan dan
4 Pembekalan
Penelitian
Penelitian dan
5 Pengumpulan
Data Skripsi
Bimbingan dan
6 Penyusunan
Skripsi
Ujian Skripsi Gel.
7
I dan Gel II
Perbaikan dan
Pengumpulan
8
Skripsi Gel. I dan
Gel II
Sumber : DioIah Berdasarkan KaIender Akademik IPDN 2022/2023
: PeIaksanaan Kegiatan
44

3.7.2 Lokasi PeneIitian

Lokasi peneIitian ini mengambiI Iokasi di Dinas Pekerjaan Umum

dan Penataan Ruang JaIan G. Obos XI KompIek Perkantoran Lingkar

DaIam, Kota PaIangka Raya, KaIimantan Tengah. Tahap-tahap daIam

peIaksanaan kegiatan ini rencananya akan dimuIai dari tahap persiapan,

observasi, sampai dengan penuIisan Iaporan peneIitian.


45

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Ahmad Sonhaji, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan,

Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat, Program S2

Manajemen Pendidikan,2003

Creswell, John W. 2014. Research Design, Qualitatives, Quantitative, and

Mixed Methods Approcahes (Fourth Edition). United State of

America: Sage Publications

Maryaeni,Muslich. (2009) Bagaimana Menulis Skripsi,Jakarta : Bumi

Aksara

Moleong, Lexy J. 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosadakarya

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy J 2014. Metode Penelitian Kualitatif , Edisi Revisi. PT

Remaja Rosdakarya, Bandung

Paturuhu, Ferad. 2015, Mitigasi Bencana dan Pengindraan Jauh,

Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiyono 2011, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta

Sugiyono 2015, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:

Alfabeta

Sugiyono 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabet
46

Sunyoto, Suyanto 2011. Analisis regresi untuk uji hipotesis, Yogyakarta.

Caps

Suripin. 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Yogyakarta:

Andi

Wijayanto, koko. 2012. Pencegahan dan Manajemen Bencana.

Wijayanto, Dian. 2012. Pengantar Manajemen. Jakarta : Gramedia.

Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian

Gabungan. Jakarta : Prenadamedia Group.

Peraturan Perundang-Undangan

Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia , Modul 21 Koordinasi

Pelaksanaan Proyek 2016.

Pembukaan Undang-Undang 1945, Alinea ke-4

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 11 ayat 1

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 Mengenai

Pemerintah Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana

Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2020 Tentang

Kementerian
47

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor

12/PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase

Perkotaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

Peraturan Walikota Palangkaraya Nomor 38 Tahun 2019 tentang Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palangkaraya

Jurnal dan Karya Ilmiah

Ari Annisa S. Pramitha, Rizon Pamardhi Utomo, Nur Miladan (2020) :

Efektivitas infrastruktur perkotaan dalam penanganan risiko banjir

di Kota Surakarta

Rumila Harahap, Kemala Jeumpa, & Sarra Rahmadani (2020), Mitigasi

Banjir Pada Sistem Drainase

Afner son Wangka, Ronny Gosal, Ismail Sumampouw (2018), Efektivitas

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dalam Menanggulangi

Bencana Banjir Bandang di Kecamatan Tahuna Barat Kabupaten

Kepulauan Sangihe

Sumber Lainnya

https://mediacenter.palangkaraya.go.id/emi-abriyani-penyebab-banjir-

salah-satunya-banjir-kiriman/

https://mediacenter.palangkaraya.go.id/banjir-rendam-20-kelurahan-di-

palangka-raya/

https://palangkaraya.go.id/selayang-pandang/geografis/
48

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/15/2230-bencana-

alam-melanda-indonesia-hingga-pertengahan-agustus-2022

https://bnpb.go.id/definisi-bencana
LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE


DALAM PENCEGAHAN BANJIR DI KOTA PALANGKARAYA
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Untuk mempermudah peneliti dalam mencari dan memperoleh

sumber data primer (wawancara). Peneliti menggunakan pedoman

wawancara yang berisi konsep dan rencana pertanyaan, proposal

penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data terkait dengan efektivitas

pembangunan saluran drainase dalam pencegahan banjir di Kota

Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah, maka peneliti menyusun

pedoman wawancara sebagai berikut:

Konsep Dimensi Indikator Pertanyaan Informan


1 2 3 4 5
Efektivitas Pencapaian 1. Tujuan konkret 1 Apa tujuan I I I3 I4 I 5
1 2

Pembangunan Tujuan 2. Kurun waktu pembangunan


Saluran 3. Dasar hukum drainase?
Drainase 2 Apakah ada
Dalam faktor
Pencegahan penghambat
Banjir di Kota dalam
Palangkaraya pembangunan
Provinsi drainase dalam
Kalimantan pencegahan
Tengah banjir?
3 Sudah berapa
lama drainase di
Kota
Palangkaraya
berfungsi?
4 Apakah
pembangunan
drainase sudah
sesuai dengan
1 2 3 4 5
ketentuan yang
ditetapkan?

Integrasi 1. Sosialisasi 1. Apakah ada I1 I 2 I3 I4 I 5


2. Prosedur sosialisasi
yang dilakukan
mengenai
pembangunan
drainase?
2. Bagaimana
reaksi
masyarakat
setelah
diadakannya
pembangunan
drainase?
3. Bagaimana
sarana
sebagai
penunjang
kegiatan
pembangunan
drainase?
Adaptasi 1. Peningkatan 1. Apakah ada
kemampuan pelatihan yang
2. Sarana diberikan
prasarana kepada petugas
dalam
melaksanakan
pembangunan
drainase
2. Bagaimana
hasil dari
adanya
pembangunan
drainase dalam
pencegahan
banjir
Keterangan Informan :
1. Kepala Dinas Pekerjaan Umum
2. Sekertaris Dinas Pekerjaan Umum
3. Kepala Bidang SDA
4. Kepala Bidang Bina Marga
5. Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai