PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
FIRDHA
RACHMAN
NPP 31.0989
perlindunganMasyarakat;
i
4. Bapak Mujahidin, S.Sos, MM selaku Dosen Pembimbing yang
kemudian hari.
tenaga, usaha dan yang paling terpenting doa yang tidak pernah
sebutkansatu persatu;
ii
Penulis menyadari banyak kekurangan pada bagian tertentu
oleh pihak tertentu. Jika terdapat saran dan kritik akan dijadikan
banyak kekurangan.
Firdha Rachman
NPP. 30.0989
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................iv
DAFTAR TABEL........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................13
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................13
1.4 Kegunaan Penelitian...........................................................................................13
1.4.1 Kegunaaan Teoritis.......................................................................................13
1.4.2 Kegunaan Praktis..........................................................................................14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................15
2.1 Penelitian Sebelumnya.......................................................................................15
2.2 Landasan Teoritis dan Legalistik.......................................................................19
2.2.1 Landasan Teoritis..........................................................................................19
2.2.1.1 Pengelolaan..............................................................................................19
2.2.1.3 Mitigasi.....................................................................................................23
2.2.1.4 Bencana....................................................................................................25
2.2.1.5 Banjir Rob................................................................................................27
2.2.2 Landasan Legalistik........................................................................................29
2.2.2.1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana 29
2.2.2.2. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah 30
2.2.2.3 Peraturan Pemerintahan Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulanggan Bencana....................................................................................32
2.2.2.4 Nomor 6 Kota Ternate Provinsi Maluku Utara Nomor 10 Tahun 2014
Tentang Penanggulangan Bencana........................................................................33
2.3 Kerangka Pemikiran........................................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................36
3.1. Pendekatan Penelitian........................................................................................36
3.2 Operasional Konsep...........................................................................................38
iv
3.3 Sumber Data Dan Informan................................................................................39
3.3.1 Sumber Data..................................................................................................39
3.3.2. Informan.........................................................................................................40
3.4 Instrumen Penelitian...........................................................................................41
3.5 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................42
3.6 Teknik Analisis Data..........................................................................................45
3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian.............................................................................48
3.7.1 Jadwal Penelitian...........................................................................................48
3.7.2 Lokasi Penelitian...........................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................49
LAMPIRAN................................................................................................ 52
PEDOMAN WAWANCARA.................................................................................53
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
pertemuan antara 3 lempeng aktif dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-
Indonesia berada dalam kawasan yang disebut dengan cincin api. Keadaan
masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam (banjir, gempa bumi, tanah longsor,
kekeringan dan tsunami), faktor non alam (gagal teknologi, gagal modernisasi,
1
2
daya yang ada. Bencana alam juga merupakan suatu kejadian alam yang tidak
untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna untuk
bencana. Bencana bisa datang kapan saja tanpa bisa diprediksi ketepatan waktu
datangnya. Bencana yang sering terjadi di Indonesia selain gempa bumi dan
Tabel 1.1
Jumlah Bencana di Indonesia 2022
No Bencana Jumlah
1 Banjir 1.530
2 Cuaca ekstrem 1.067
3 Tanah longsor 634
4 Kebakaran hutan dan lahan 252
5 Gelombang pasang dan abrasi 26
6 Gempa bumi 28
7 Kekeringan 4
8 Erupsi gunung api 1
Total 3.542
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2022
Pada tabel 1.1 di atas, dapat diketahui bahwa total bencana alam yang
merupakan jumlah kejadian yang sangat banyak di bandingkan dengan tahun 2021
yang hanya 3.092 kejadian, ini merupakan jumlah kejadian yang sangat banyak
dibandingkan dengan tahun 2021 dimana bencana sebanyak ini merupakan risiko
korban jiwa dan harta benda yang tidak sedikit. Salah satu bencana yang memiliki
resiko dan ancaman sangat berbahaya bagi manusia, dan harta benda adalah
banjir. Pada tahun 2022, banjir terjadi sebanyak 1.530 kali dimana ini merupakan
angka kejadian bencana yang sangat tinggi. Banjir merupakan suatu bencana alam
yang terjadi Ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Perlu adanya
banjir.
a. Berdasarkan asal sumber air, yang menurut Ristya (2012), terdapat dua
jenis banjir berdasarkan sumber asal limbahan air yang menyebabkan banjir
yaitu :
a. Banjir Lokal, yang disebabkan oleh tingginya intensitas hujan dan belum
tersedianya sarana drainase yang memadai. Dan banjir ini lebih bersifat
penyalurannya.
5
b. Banjir Kiriman, yang disebabkan oleh peningkatan debit air sungai yang
air tanah.
1. Banjir air yaitu banjir yang sudah umum.Penyebab banjir ini adalah
meluapnnya air sungai,danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu
yang turun terus menerus sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi
menampung air.
disebabkan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat
banyak.Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama,maka
banjir cileunang adalah banjir dadakan dalam artian yang langsung terjadi
3. Banjir Bandang tidak hanya banjir dengan materi air,tetapi banjir yang
satu ini juga menyangkut material air berupa lumpur.Banjir seperti jelas
lebih berbahaya daripada banjir air karena seseorang tidak akan mampu
tinggi.
pasangnya air laut.Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air
ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir
lingkungan dengan gaya hidup sehat salah satu contohnya tidak membuang
sampah sembarangan, dan tugas pemerintah sebagai salah satu fungsi pemerintah
adalah untuk melindungi .masyarakat dari segala ancaman dan bahaya yang akan
dalam keadaan kesiapsiagaan bencana yang menjadi tugas dan fungsi dari
mulai dari tahapan pra bencana, tanggap darurat bencana, dan pasca bencana.
BPBD tidak hanya bertugas pada saat tanggap darurat dan pasca bencana saja,
namun pada saat tahap pra bencana juga. Dengan seringnya terjadinya bencana
Mitigasi bencana untuk penanganan bantuan terhadap bencana secara lebih baik
masyarakat yang belum mengetahui dan memahami tentang apa itu bencana,
rendah.Oleh Karena itu penting bagi bangsa ini untuk membudayakan sadar
ini akan membentuk karakter dan pengetahuan bencana. Tidak hanya itu,
Dampak yang dapat ditimbulkan dari bencana banjir rob ini sangat berbahaya
seperti kerusakan fasilitas publik, kerusakan rumah dan isi barang dalam rumah,
tidak mengetahui seperti apa bencana tersebut terjadi dan apa-apa saja dampak
dan akibat yang ditimbulkan. Kesiapsiagaan tersebut perlu dilakukan dengan baik
sejak dini
8
mulai dari anak-anak, orang dewasa, orang tua, sehingga kemudian hari anak-anak
orang dewasa, orang tua tersebut dapat siap untuk penyelamatan dirinya dan
terjadi bencana.
penanggulangan bencana dilakukan pada tahap pra bencana, saat tanggap darurat,
bencana selain didukung dana APBN dan APBD juga disediakan dana siap pakai
dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. (UU No. 24 Tahun 2007
(bpk.go.id)
106.977,32 km2 (76,27%) adalah laut khususnya daerah Kota Ternate memiliki
luas wilayah 5.795, 4 km², terdiri dari luas perairan 5.544,55 km² dan luas daratan
dengan sebagian besar daerah bergunung dan berbukit, dan kota ternate masuk
ring of fire (cincin api), dan memiliki kerawanan bencana tinggi. Tidak hanya
berkaitan dengan gunung api yang masih aktif hingga saat ini yaitu gunung
gamalama,tetapi juga bencana lain, seperti banjir, gempa bumi, dan tsunami.
bencana alam banjir rob. Pada umumnya aktifitas masyarakat Kota Ternate
berkebun yang dimana maluku utara dikenal sebagai kota penghasil rempah
tersebut berdampak buruk pada wilayah pesisir ketika terjadi kenaikan air laut
pada pulau pulau kecil di sekitaran Halmahera. “Dengan melihat kondisi pulau
Ternate termasuk juga dalam gugusan pulau kecil. Secara geologi ini sangat
mengancam.” Disambung lagi BMKG Kota Ternate merekam potensi curah hujan
Kejadian fenomena banjir rob di kota Ternate pada akhir tahun 2021 telah
yang rawan terhadap banjir rob terkena dampak dari fenomena tersebut. Data
kejadian banjir rob yang terjadi di Kota Ternate pada hari senin tanggal 6
desember 2021 yang dipicu oleh pasang air laut yang terjadi pada hari Sabtu,
tanggal 4 Desember 2021 pukul 17.00 WIT dengan titik lokasi kejadian berada di
Kecamatan Moti meliputi Keluarahan Moti Kota. Korban jiwa yang ditimbulkan
sebanyak 275 KK/ 1.453 jiwa yang mengungsi (29 jiwa balita dan 24 jiwa lansia).
Kerugian materil yang terjadi yaitu 1 dermaga laut mengalami rusak ringan dan 1
derma kayu speedboat mengalami rusak berat. Berikut data kerusakan kejadian
Tabel 1. 2
akhir tahun 2021 hampir semua wilayah di Maluku Utara disapu banjir rob.
Akibatnya rumah warga di pesisir pantai hancur dan rusak. Tidak itu saja, abrasi
warga yang mengungsi bahkan ratusan rumah dipesisir pantai ikut hancur dan
Masalah yang terjadi pasca bencana banjir rob tentunya membuat perubahan
fisik pada lingkungan, maupun sosial serta kerugian ekonomi. Di Kota Ternate
dalam kegiatan IaIu Iintas yang menjadi macet karena akses jalan di wiIayah
pesisir dipenuhi oleh material taIud yang rusak akibat hantaman ombak, terjadinya
taman kota yang dekat dengan bibir pantai, masyarakat pesisir juga mengalami
kerugian harta benda akibat kerusakan bangunan tempat tinggal, serta masalah
kekurangan air bersih yang ditimbulkan dari dampak bencana banjir rob.
maupun fasilitas umum yang kemudian akan dijadikan pertimbangan dalam haI
kepada masyarakat terdampak banjir rob, membangun dapur umum bagi para
(Fajarmalut, 2022).
bencana. Sampai saat ini masih banyak kendala yang terjadi di lingkungan
optimal dalam menangani bencana banjir rob yang terjadi. Ketika proses
penanganan yang diIakukan tidak maksimal maka kawasan yang terkena dampak
banjir rob akan semakin besar dan akan menimbuIkan kerugian-kerugian yang
cukup banyak.
perumusan dan pembentukan kebijakan secara tepat, efektif, dan efisien. Dalam
itu dibutuhkan pengelolaan terhadap mitigasi banjir rob. Maka dalam halini
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari
banjir rob
Kampus IPDN.
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Sebelumnya
1 2 3 4 5
Dimas Kesiapsiagaan Sikap dan Perbedaanya Penelitian yang
Syamsi Masyarakat Dalam Pengetahuan yaitu dari lokasi sedang diteliti
Pratama Menghadapi Bencana masyarakat dalam dan waktu terletak pada
(2021) Banjir Rob Di Pulau menghadapi bencana penelitian tahun fokus bencana
Pasaran Kelurahan banjir rob di Pulau penelitian dan yang sama yaitu
Kota Karang Pasaran Kelurahan metode yang banjir rob
Kecamatan Teluk Kota Karang digunakan yaitu
Betung Timur Kota Kecamatan Teluk metode
Bandar Lampung Betung Timur Kota kuantitatif
Tahun 2021 Bandar Lampung
sudah
siap.
Aja Dela Efektivitas Kinerja Efektivitas Kinerja Perbedaan Persamaan
Hikmah BPBD Dalam BPBD belum optimal penelitian berada penelitian ini
(2021) Penanggulangan dalam pada lokasi dengan
Bencana Banjir Rob penanggulangan penelitian serta penelitian yang
di Gampong Pasir bencana banjir rob variabel pada sedang diteliti
Kecamatan Johan dikarenakan belum penelitian ini terletak pada
1 2 3 4 5
15
16
Dwi Nur Strategi Pemerintah Hasil Penelitian Perbedaanya yaitu Persamaan dari
Ilma Aulia Daerah Dalam dalam dari lokasi dan penelitian ini
(2019) Menanggulangi pelaksanaannya waktu penelitian yaitu
Bencana Banjir di sudah ddijalankan secara umum menggunakan
Kecamatan sesuai dengan sedangkan pada metode kualitatif
Tompobulu perencanaan dan juga penelitian yang
Kabupaten Maros dilakukan evaluasi sedang dieliti lebih
sebagai bentuk fokus pada
perbaikan ketika instansi terkait
perancanaan telah penanganan
dilakukan. pasca bencana.
1 2 3 4 5
dengan petunjuk
atau peraturan
yang ada.
M.Afif Penanganan Banjir Bahwa penanganan Perbedaannya Persamaan
Salim dan Rob di Wilayah bencana banjir paling terdapat di lokasi penelitian yaitu
(2021) Pekalongan utama adalah penelitian menggunakan
pembiasaan metode kualitatif
masyarakat dengan
berperilaku baik
dalam menjaga
lingkungan dan
pembenahan saluran
drainase yang efektif
dan
efisien
Sumber: Diolah Oleh Peneliti,2023
hambatan internal dan eksternal yang dialami. Diperlukan adanya upaya yang
3. Penelitian ketiga dilakukan oleh Dwi Nur Ilma Aulia (2019) dengan judul
4. Penelitian keempat dilakukan oleh Aswad Muhdar dan Abu Sofyan (2021)
terkait Upaya pemerintah (dalam hal ini adalah BPBD) dalam menanggulangi
2.2.1.1 Pengelolaan
terhadap usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas
Husaini Usman 2014: 6). Manajemen menurut Husaini Usman (2014:5) berasal
dari kata latin manus (tangan) dan agere (melakukan). Sehingga apabila kedua
bencana sebagai kajian tentang bencana dan segala hal yang berkaitan dengan
bencana, seperti risiko bencana dan cara-cara untuk mengurangi risiko tersebut.
Cara bekerja manajemen bencana adalah melalui kegiatan- kegiatan yang ada
pada tiap kuadran atau siklus atau bidang kerja yaitu pencegahan, mitigasi dan
umum antara lain untuk melindungi masyarakat beserta harta bendanya dari
ancaman bencana. Namun faktor yang penting dalam manajemen bencana bahwa
serangkaian kejadian yang dimulai dan berhenti dengan setiap kejadian bencana.
bersama-sama usaha orang lain. Lebih lanjut Siagian (2015) juga menjelaskan
rangka penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang
kesuksesan.Oleh sebab itu, tidak akan ada organisasi yang akan sukses apabila
(Sukarna, 2011: 10) membagi empat fungsi dasar manajemen, yaitu Planning
POAC.
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Pelaksanaan/Penggerakan (Actuating)
d. Pengawasan (Controlling)
teratur,tertib dan terarah, maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai.
agar tertuju kepada sasarannya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
atas,teori manajemen menurut George R.Terry ditinjau oleh penulis paling sesuai
dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini dikarenakan adaanya fungsi
dalam teori ini yang nantinya merujuk kepada penelitian penulis.Selain itu teori
ini sangat efektif dan efisien karena dalam penerapannya sangat terstruktur. Dan
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dengan penetapan tujuan dan
diakhiri dengan implementasi atas apa yang sudah ditetapkan (standard) dengan
2.2.1.2 Mitigasi
dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan
ataupun membangun struktur bangunan dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi
yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan
diantaranya :
sadar bencana
bencana.
ancaman bencana.
hidup.
mitigasi adalah usaha untuk mengurangi dan atau meniadakan korban dan
kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap
dikenal dengan istilah Mitigasi. Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk
segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural
disaster).
merupakan upaya yang harus disiapkan untuk menghadapi suatu bencana guna
2.2.1.3 Bencana
karakteristik tentang gangguan pada pola hidup manusia, dampak bencana pada
yang ekstrem dalam lingkungan alam atau manusia yang secara merugikan
mempengaruhi kehidupan manusia, harta benda atau aktivitas sampai pada tingkat
oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
sendiri.
Yulia, 2020:18).
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.
adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia,
penghidupan masyarakat.
melanda negara dengan iklim tropis. Banjir rob bersumber dari air laut dan
disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut atau air pasang secara global.Pasang
surut air laut ini akan mempengaruhi genangan air yang terjadi di wilayah pesisir
pantai. Wilayah genangan pada saat pasang tertinggi laut bertambah dan meluas
Umumnya hal tersebut terjadi dikarenakan kondisi wilayah daratan yang berada
Banjir rob ini tidak hanya merupakan air yang berasal dari laut, tetapi
hujan dengan intensitas yang tinggi di darat juga menjadi penyebab keterlambatan
di daratan. Menurut Sunarto (2003) banjir pasang air laut (rob) ialah pola fluktuasi
muka air laut yang dipengaruhi oleh daya tarik objek yang berada di luar angkasa,
terutama bulan serta matahari terhadap massa (densitas) air laut pada bagian atas
karakteristik yang berbeda seperti: 1) Air cenderung lebih jernih daripada jenis
banjir yang lainnya; 2) Tidak selau terjadi pada saat musim hujan; 3) Terjadi
disaat air laut sedang pasang; 4) Lebih sering terjadi pada wilayah daratan yang
lebih rendah dari lautan; 5) Air banjir rob rasanya asin. Bencana banjir rob tidak
drainase dan daerah resapan air yang tidakbaik, serta banjir sungai dari hulu ke
hilir. Tetapi ada pemicu lainnya meskipun tidak secara langsung, faktor tersebut
antara lain:
5. Alih Fungsi Lahan dan Eksploitasi Tanah. Hal ini diakibatkan oleh
Penanggulangan Bencana
2007:
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 pasal 1 ayat (7) bahwa “Mitgasi adalah
bencana”.
Pemerintahan Daerah
merupakan salah satu peraturan yang dijadikan patokan oleh pemerin tah daerah
sebagai prinsip dasar pemerintah daerah. Adapun otonomi daerah merupakan hak,
Daerah.
menjadi kewenangan daerah otonom bahwa dalam hal ini urusan pemerintah
a. Pendidikan
b. Kesehatan
c. Pekerjaan umum dan penataan ruang
d. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman
e. Ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan
f. Sosial
yang dilakukan untuk mengurai resiko dan dampak yang ditimbulkan dari
Berdasarkan Perda Kota Ternate Nomor 10 Tahun 2014 pasal 4 ayat (1)
(3) bahwa BPBD dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
lembaga usaha dan/atau lembaga internasional. Oleh karena itu dalam penelitian
ini BPBD yang dijadikan sebagai komando dalam proses penanganan bencana
banjir rob akan dibantu oleh Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda, serta masyarakat
i. Kesiapsiagaan;
resiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana.
topik masalah yang diangkat oleh peneliti yaitu terkait pengelolaan mitigasi
oleh pemerintah kota dalam mitigasi bencana banjir rob Kota Ternate. Proses ini
meneliti secara detail apakah ada faktor yang menjadi penghambat dalam proses
Gambar 2.1
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
4. Perda Kota Ternate Provinsi Maluku Utara Nomor 10
Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Bencana
1. Perencanaan (Planning)
Faktor Faktor
2. Pengorganisasian (Organizing)
Penghambat Pendukung
3. Pelaksanaan (Actuating)
4. Pengawasan (Controlling)
METODE PENELITIAN
metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan agar mendapatkan data
yang mempunyai tujuan dan kegunaan khusus. Ada empat kunci yang perlu
dipertimbangkan dalam pengertian tersebut yakni cara ilmiah, data, tujuan, serta
keilmuan yang memiliki kekhasan yakni penelitian dilakukan dengan cara yang
dapat dipahami oleh akal manusia (rasional), menggunakan cara yang dapat di
terstruktur (sistematis).
berdasarkan data yang sudah ada dan perlu dikaji sehingga menuntut peneliti
untuk memberikan penjelasan secara rinci berupa data tekstual yang sulit
36
37
Dengan demikian menurut Moleong (2007) dalam (Siyoto & Ali, 2015:28)
bahwa sumber data penelitian kualitatif yakni berupa kata-kata lisan atau tulisan
yang diamati oleh peneliti, dan objek-objek yang diamati secara detail, guna
Umar Sidiq & Miftachul (2019:14) juga menjelaskan analisis data bersifat
induktif yang dimana pada penelitian kualitatif tidak diawali dengan deduksi
diajukan dalam dua bentuk, yakni sifat yang mengarah pada pengujian hipotesis
dan yang ingin menetapkan hipotesis. Penelitian kualitatif memiliki ciri utama
variabel yang bisa diukur. Definisi operasional yaitu suatu rancangan yang
bisa dilakukan replikasi oleh peneliti yang lain dan dikembangkan cara
Tabel 3.1
Tabel Operasional Konsep
1 2 3
Penetapan prosedur
Teori Perencanaan Penetapan standar mitigasi
Manajemen, (Planning) Rencana BPBD dalam mitigasi
George R. banjir rob
Terry dalam
Principles of
Management Pengorganisasian Pembagian tugas dan
(Sukarna,2011: (Organizing) tanggung jawab
10)
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah adanya subjek yang
yang dijadikan sebagai objek dalam memperoleh data, yang dimana subjek
diolah ,selanjutnya ada tiga macam sumber data yang diungkapkan Arikunto
penelitian ini pemerintah kota yaitu instansi yang terkait dijadikan sebagai
2. Place (lokasi), yaitu sumber data yang menyatakan data dalam suatu
bentuk status lokasi yang relevan terhadap tujuan penelitian. Pada hal ini
:angka, symbol, dan angka yang berasal dari sumber data. Dalamhal ini
sumber data yang dapat memberikan secara langsung data yang dibutuhkan oleh
peneliti. Sedangkan sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak
yang lain.
data primer yang dibutuhkan penulis adalah data tentang pengelolaan mitigasi
bencana banjir rob yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Data diperoleh dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap pihak yang
Ternate, serta masyarakat yang berada di daerah rawan bencana banjir rob.
berkaitan dengan pengelolaan mitigasi bencana banjir rob dari media elektronik
atau sumber data yang berkaitan dengan substansi penelitian berupa dokumen,
3.3.2. Informan
mengetahui informasi secara teknis dan detail terkait masalah yang akan
dikaji.Pada penelitian kali ini penulis telah melakukan penentuan informan yang
pengarahan agar dapat memperoleh data ataupun informasi yang lebih banyak
Menurut Siyoto & Ali (2015:66) Teknik Purposive merupakan salah satu
teknik pengambilan data sesuai dengan pertimbangan tertentu atau pilihan khusus
dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Bisa jadi sampel berasal dari
No Informan Jumlah
Jumlah 7
dalam kualitas hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif manusia menjadi alat
penelitian kualitatif, tidak ada pilihan selain menggunakan manusia sebagai alat
penelitian utama. Pasalnya, segala sesuatu belum memiliki bentuk yang absolut.
Masalah fokus penelitian, hipotesis serta prosedur yang dipakai, bahkan hasil
yang diinginkan, semua itu sebelumnya tidak dapat dinyatakan secara jelas dan
seperti itu, maka salah satu pilihannya adalah peneliti menjadi alat yang dapat
mencapainya.
data yang diinginkan sesuai dengan standar pengumpulan data. Menurut Sugiyono
alam, sumber data yang utama,serta teknik pengumpulan data yang lebih mengacu
berikut:
43
1. Wawancara
ekslusif atau tatap muka antara peneliti dengan narasumber melaluiproses tanya
yang diteIiti, tetapi sebaliknya juga dilakukan untuk mempelajari hal-hal yang
(2020:305) yaitu :
secara jelas informasi serta data apa yang harus didapatkan dalam wawancara
alternatifnya.
Teknik pengumpulan data ini dilakukan secara bebas dan mendalam untuk
mendapatkan permasalahan secara lebih terbuka. Dalam hal ini peneliti juga
sedang diteliti.
sedang diteliti serta akan lebih mendalami proses wawancara karena dilakukan
secara terbuka.
2. Observasi
Dengan observasi peneliti akan memahami suatu peristiwa serta dapat mengetahui
suatu fakta yang mungkin tidak diungkapkan oleh narasumber selama wawancara
dilakukan.
3. Dokumentasi
gambar, foto, dan sebagainya. Serta bentuk dokumen karya sepertipatung, film,
gambar, dan sebagainya yang merupakan karya seni dari manusia. Teknik
banjir rob seperti data korbanbencana banjir rob, serta gambar atau foto yang
Analisis data adalah metode yang dipakai ketika sudah mendapatkan data
Miles dan Hubermen (2014) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
tuntas,sehingga datanya jenuh. Analisis data yang digunakan peneliti ialah terkait
bagaimana peneliti mengolah data yang didapatkan dari penelitian yang telah
dilakukan menjadi pernyataan terhadap fakta dan dokumen dari BPBD yang
yang diperlukan. Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-
kata, gambar, grafik dan tabel. Tujuan penyajian data adalah untuk
terjadi. Dalam hal ini, agar peneliti tidak kesulitan dalam penguasaan
penelitian,
data, namun dalam arti yang lebih luas adalah proses penyempurnaan data,
baik pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan,
maupun penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang. Setelah data
maknanya.
3. Verifikasi Data
serangkaian data yang telah tersaji, dalam wujud yang tidak sekedar
menafsirkan mengenai apa yang tersirat di dalam data yang telah disajikan.
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian
catatan tentang apa yang dilihat, didengar, disaksikan dan dialami sendiri
oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari peneliti terhadap
fenomena yang dialami. Catatan reflektif adalah catatan yang berisi kesan,
hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat padat dan
Tabel 3. 3
AGS SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN
NO. KEGIATAN 2023 2023 2023 2023 2023 2024 2024 2024 2024 2024 2024
123 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
Judul dan
Penyusunan
Usulan
1. Penelitian
Pengumpulan
Naskah Usulan
2.
Penelitian &
Seminar Usulan
3. Penelitian
Perbaikan
Usulan
4.
Penelitian
Penelitian dan
pengumpulan
5.
data
Penyusunan
6. Skripsi
Pengumpulan
7. Skripsi
Ujian
6. Komprehensif
Perbaikan dan
Pengumpulan
7.
Skripsi
Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti dalam upaya mendapatkan data- data
Kota Ternate Provinsi Maluku Utara Kota Ternate yang dijadikan sebagai penunjang
Kota Ternate secara resmi menjadi bagian dari wilayah Provinsi Maluku
serta pembangunan mengalami peningkatan yang pesat. Hal ini membuat Kota
Ternate sempat dijadikan sebagai ibu kota Provinsi Maluku Utara selama 11 tahun
Ternate.
4.1.1.1Kondisi Geografis
yang terdiri dari 5 pulau besar yang berpenghuni yakni pulau Ternate, Moti, Hiri,
Mayau dan Tifure serta 3 pulau kecil lainnya yang tidak berpenghuni yakni pulau
Makka, Mano, dan Gurida. Secara geografis wilayah Kota Ternate terletak pada
Dengan posisi geografis Kota Ternate yang sebagian besar berupa wilayah
44
45
Gambar 4.1
Kecamatan Ternate Utara serta Kecamatan Ternate Barat yang terbagi dalam 78
daerah pesisir dan 21 kelurahan berada pada daerah bukan pesisir. Berikut
disajikan tabel luas daerah kecamatan serta jumlah pulau yang ada di Kota
Ternate:
Tabel 4.1
yang paling besar yaitu pada Kecamatan Ternate Barat dengan presentase 20,89,
sedangkan luas daerah kecamatan yang paling kecil terdapat pada Kecamatan
Pulau Hiri dengan presentase 6,69 yang tidak sedaratan dengan Pulau Ternate dan
lainnya.
47
mengetahui ketinggian suatu wilayah dapat dilihat dari titik ketinggian yang
topografi dapat diketahui secara akurat kondisi permukaan suatu wilayah. Kondisi
topografi suatu wilayah dapat mempengaruhi aliran air serta erosi dan pelapukan
yang terjadi sehingga terbentuknya tanah. Hal ini dapat berdampak pada wilayah
pesisir yang memungkinkan daratan bisa lebih rendah dari lautan sehingga
berbukit dengan adanya sebuah gunung api yang masih aktif dan terletak di
kedalaman laut yang tidak terlalu dalam, sekitar 10 meter – 100 meter dari garis
pantai. Hal ini sangat memberikan peluang kepada pemerintah untuk melakukan
reklamasi pantai, namun ada bagian lain yang memiliki kedalaman laut cukup
memiliki iklim tropis yang dimana iklimnya sangat dipengaruhi oleh iklim laut
yang sesuai dengan ciri indikasi umum iklim tropis serta dua musim yang
seringkali diselingi dua kali masa pancaroba di setiap tahunnya. Dengan kondisi
temperatur udara yang relatif tinggi. Berikut disajikan data keadaan iklim yang
Tabel 4.2
Uraian Tahun/Year
Description 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4)
Suhu/Temperatur (°C)
Maksimum/Maximum 32 33 32
Minimum/Minimum 24 24 24
Rata-Rata/Average 28 27 27
Kelembaban Udara (persen)
Humidity (percent)
Maksimum/Maximum 94 95 91
Minimum/Minimum 56 63 78
Rata-Rata/Average 82 81 86
Tekanan Udara 1011,7 1011 1008
Atmospheric Pressure (mb)
Kecepatan Angin 4 6 8
Wind Velocity (knot)
Curah Hujan 228 146 179
Precipitation (mm3)
Penyinaran Matahari (persen) 53 71 64
Duration of sunshine (percent)
Sumber : Kota Ternate Dalam Angka 2021
49
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa suhu udara paling tinggi
terjadi pada tahun 2019 dengan batas minimum suhu tiap tahunnya sama. Untuk
kelembapan udara paling tinggi terjadi pada tahun 2018, sedangkan kelembapan
udara paling rendah terjadi pada tahun 2020. Untuk tekanan udara yang paling
tinggi terjadi di tahun 2018, sedangkan yang paling rendah terjadi di tahun 2020.
Untuk kecepatan angin paling tinggi pada tahun 2020 dan paling rendah pada
tahun 2018. Untuk curah hujan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2018
sedangkan yang paling rendah terjadi pada tahun 2019. Sementara penyinaran
matahari yang paling panas terjadi pada tahun 2019 dan yang paling sedikit pada
tahun 2018.
sebanyak 205.001 jiwa yang dimana terdiri dari 103.119 jiwa penduduk laki-laki
kelamin penduduk Kota Ternate pada tahun 2020 mencapai 101, yang artinya tiap
Batang Dua dengan jumlah 2.791 jiwa dan pulau hiri dengan jumlah 2.922
50
Tabel 4.3
penduduk yang paling besar terjadi pada Kecamatan Ternate Selatan dengan
jumlah 74.329 jiwa, sedangkan kepadatan penduduk paling kecil terjadi pada
Kecamatan Pulau Batang Dua dengan jumlah 2.791 jiwa yang terletak jauh dari
Pulau Ternate.
51
terdampak bencana secara cepat dan efisien untuk wilayah Kota Ternate. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Derah Kota Ternate Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Ternate.
Fungsi dari BPBD sendiri yakni sebagai komando dalam menentukan arah ketika
penanganan bencana. Ketika suatu bencana terjadi pada wilayah Kota Ternate,
maka BPBD akan bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait seperti Basarnas,
Dinas Sosial, Polri, dan lainnya dalam melakukan pertolongan serta penyaluran
Lokasi kantor BPBD Kota Ternate berada di Jalan Tanah Misi, Bastiong
BPBD yang berada jauh dari pusat perkantoran pemerintah membuat lokasi kantor
dengan masih banyaknya masyarakat Kota Ternate yang belum mengetahui lokasi
kantor BPBD yang seharusnya berada di lokasi yang memudahkan untuk dapat
arah masa depan yang dijadikan sebagai tujuan utama atau impian yang ingin
dicapai. Keberadaan visi ini dipengaruhi oleh suatu pandangan bahwa dalam
mencapai sebuah kesuksesan, maka organisasi tersebut harus memiliki arah yang
jelas. Dengan mengacu pada hal tersebut, visi dari Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kota Ternate sesuai dengan visi Kota Ternate yaitu
ANDALAN)”.
berkualitas;
(Adat seatorang);
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kota Ternate. Dalam hal ini BPBD Kota
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien;
54
B. Struktur Organisasi
fungsi sehari-hari.
Kepala Pelaksana yang dibantu oleh seorang sekretaris dengan membawahi 3 sub
bagian yaitu Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian Perencanaan dan
Evaluasi serta Sub Bagian Keuangan, kemudian BPBD memiliki 3 bidang pada
tahap pra bencana yaitu Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, saat bencana
yaitu Bidang kedaruratan dan logistic serta pasca bencana yaitu Bidang
BPBD :
55
1. Kepala Pelaksana
saat bencana dan pasca bencana serta memiliki fungsi sebagai perumusan
eksternal.
2. Sekretaris
terhadap segala program, administrasi, dan sumber daya serta Kerjasama. Adapun
bencana, serta kesiapsiagaan. Adapun fungsi dari bidang ini yaitu melakukan
bencana pada saat terjadi bencana atau dalam keadaan darurat. Sedangkan
tanggap darurat dan menyediakan bantuan logistik pada saat terjadi bencana.
pada tahap pasca bencana yang meliputi kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : Pegawai Negeri Sipil (PNS), Honorer / Pegawai
Tidak Tetap, serta Cleaning Services serta berdasarakan golongan yang terbagi
Tabel 4.4
Menurut Golongan
No Uraian Jumlah Presentase
1. Golongan IV 5 14%
2. Golongan III 23 66%
3. Golongan II 7 20%
Menurut Status Kepegawaian
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 35 50%
2. Honorer / PTT 32 46%
3. Cleaning Service 3 4%
Sumber : Data BPBD Kota Ternate, Diolah Peneliti, 2023
Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulakan bahwa sumber daya aparatur yang
keterbatasan personil yang turun ke lapangan. Hal ini tentunya menjadi salah satu
wawancara terhadap anngota BPBD Kota Ternate yang dilakukan oleh penulis di
pengelolaan mitigasi bencana banjir rob di wilayah pesisir, kendala yang di hadapi
pengelolaan mitigasi bencana banjir rob oleh BPBD Kota Ternate, Sikap
masyarakat dalam menghadapi bencana banjir rob , solusi yang tepat dalam
pengelolaan mitigasi bencana banjir rob. Informasi yang diperoleh penulis berasal
dari proses pengambilan data dan narasumber dari BPBD Kota Ternate.
Pengelolaan mitigasi bencana banjir rob di Kota Ternate dilakukan melalui beberapa
bahwa mengenai
1. Penyusunan SOP
untuk penanggulangan banjir rob. Saat ini, SOP yang ada masih bersifat umum dan
belum spesifik untuk banjir rob. Diperlukan SOP yang terperinci dan spesifik untuk
penanganan bencana banjir rob agar proses mitigasi dapat dilakukan secara efektif dan
efisien.
Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pekerjaan Umum (PU), Balai Sumber Daya Air, dan
meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya banjir rob dan upaya mitigasi
Dalam pengelolaan mitigasi bencana banjir rob, beberapa kendala yang dihadapi
antara lain:
1. Penolakan Masyarakat
pembangunan. Hal ini dapat menghambat proses mitigasi fisik bencana banjir
rob.
2. Keterbatasan Pendanaan
4.2.3 Sikap Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Rob di Kota Ternate
Sikap masyarakat dalam menghadapi bencana banjir rob di Kota Ternate cukup
Adanya upaya sosialisasi dari pihak terkait seperti BPBD meningkatkan kesadaran
4.2.4 Solusi yang Tepat dalam Pengelolaan Mitigasi Bencana Banjir Rob
60
Untuk mengatasi kendala dalam pengelolaan mitigasi bencana banjir rob, beberapa
1. Partisipasi Masyarakat
Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan implementasi mitigasi
Pemerintah daerah perlu mengalokasikan dana yang memadai untuk program mitigasi
bencana, baik dari anggaran pemerintah maupun melalui skema pendanaan lain seperti
Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat perlu terus ditingkatkan agar mereka
Pengawasan (Controlling). Maka hasil dari wawancara dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)
b. Rencana Mitigasi
2017 terkait mitigasi banjir rob, namun masih perlu revisi dan
2. Pengorganisasian (Organizing)
Dinas PU, dan instansi terkait lainnya diperlukan. Ini mencerminkan aspek
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan Mitigasi
sebelumnya.
4. Pengawasan (Controlling)
pemantauan ini.
62
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan mitigasi bencana banjir
rob di Kota Ternate menghadapi berbagai tantangan dan memerlukan upaya yang terencana
dan terorganisir dengan baik. Pentingnya penyusunan SOP yang spesifik, revisi rencana
mitigasi, serta kerjasama antarinstansi dalam koordinasi dan pelaksanaan mitigasi menjadi
pembangunan infrastruktur telah dilakukan, tetapi masih diperlukan pemantauan dan evaluasi
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan revisi dan penyempurnaan SOP penanggulangan bencana banjir rob agar lebih spesifik
2. Rencana mitigasi yang telah ada perlu terus dikembangkan dan diperbarui secara berkala agar tetap
3. Penguatan kerjasama antarinstansi dalam koordinasi dan pelaksanaan mitigasi perlu ditingkatkan untuk
4. Proses evaluasi dan pemantauan terhadap langkah-langkah mitigasi yang telah dilaksanakan perlu
5. Perlu adanya upaya lebih lanjut dalam menyosialisasikan peraturan-peraturan terkait mitigasi bencana
A. Buku-Buku
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. Skripsi/Jurnal
D. Sumber-Sumber Lain
https://fajarmalut.com/2021/12/08/daerah-terdampak-gelombang pasang-
di-kota-ternate-bertambah/. Daerah Terdampak Gelombang Pasang di
Kota Ternate Bertambah. Jumat, 7 September 2022.
https://haliyora.id/2021/12/29/perbaikan-rumah-warga-korban- gelombang-
pasang-ternate-mulai-2022/. Perbaikan Rumah
Warga Korban Gelombang Pasang Ternate Mulai 2022. Minggu, 9
September 2022
66
https://ternate.pikiran-rakyat.com/ternate/pr-2063177875/pengungsi- banjir-
rob-di-ternate-capai-582-orang-46-rumah-di-kelurahan-sangaji- rusak.
Pengungsi Banjir Rob di Ternate Capai 582 Orang, 46 Rumah di
Kelurahan Sangaji Rusak, diakses pada 10 September 2022.
https://m.bisnis.com/amp/read/20220530/45/1538265/sejumlahdaera h-di-ri-
rawan-banjir-rob-ini-saran-pakar-ke-pemerintah.
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
informan.
Maluku Utara
Data Informan
No Informan Kode
Pedoman Wawancara
A. Perencanaan (Planning)
B. Pengorganisasian (Organizing)
C. Pelaksanaan (Actuating)
69
D.Pengawasan (Controlling)
Faktor-faktor Berpengaruh