TESIS
OLEH :
LUCKY SYARIF
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
POTENSI DAN STRATEGI PENGELOLAAN
KAWASAN KONSERVASI DAERAH (KKD)
INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU
OLEH :
LUCKY SYARI
NIM. 2010241829
Tesis
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
i
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2010241829
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
ini.Penyusunan tesis merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
2. Bapak Prof. Dr. dr. Dedi Afandi DFM, SpFM,Subsp, EM(K), MM, MARS
3. Ibu Dr. Windarti, M.Sc selaku Koordinator Program Studi yang telah banyak
Universitas Riau.
4. Bapak Dr. Ir. Efriyeldi, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan
6. Kepada Orang tua, suami dan anak-anak yang telah dengan sabar dan penuh
dan pihak terkait dengan penelitian ini serta memicu munculnya penelitian-
penelitian yang lain untuk kemajuan ilmu pengetahuan dimasa mendatang. Atas
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran ................................................................ 9
Gambar 2. Tahapan dalam proses penyelesaian Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (25- tahun).............................................................. 27
Gambar 3. Matrik SWOT .................................................................................. 31
Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian ..................................................................... 34
Gambar 5. Peta Rencana KKDP di Kabupaten Indragiri Hilir .......................... 45
Gambar 6. Potensi Pariwisata di Kawasan Konservasi Kabupaten
Indragiri Hilir Menurut Responden ................................................. 58
Gambar 7. Aksesibilitas Menuju Kawasan Konservasi Kabupaten
Indragiri Hilir Menurut Responden ................................................. 59
Gambar 8. Jarak Tempuh dari Ibu Kota Menuju Kawasan Konservasi
Kabupaten Indragiri Hilir Menurut Responden ............................... 59
Gambar 9. Sarana Pendidikan Masyarakat di sekitar Kawasan
Konservasi Kabupaten Indragiri Hilir.............................................. 60
Gambar 10. Kondisi Bangunan dan Pengelolaan Sampah di sekitar
Kawasan Konservasi Kabupaten Indragiri Hilir .............................. 62
Gambar 11 Keberadaan Kearifan Lokal dan Atraksi Budaya di
Kawasan Konservasi Kabupaten Indragiri Hilir .............................. 63
Gambar 12. Adat Istiadat dan Kepercayaan Terhadap Mitos di
Kawasan Konservasi Kabupaten Indragiri Hilir .............................. 64
Gambar 13. Kondisi Perairan di sekitar Kawasan Konservasi di
Kabupaten Indragiri Hilir................................................................. 64
Gambar 14. Peta Rencana Zonasi KKD Kabupaten Indragiri Hilir .................. 68
Gambar 15. Peta Batas KKD Kabupaten Indragiri Hilir .................................... 69
Gambar 16. Peta Zona Inti Desa Bidari Tanjung Datuk ..................................... 71
Gambar 17. Peta Zona Pemanfatan Terbatas ...................................................... 72
Gambar 18. Peta Zona Lainnya Bangunan dan Instalasi Laut ............................ 74
Gambar 19. Peta Zona Inti Desa Bidari Tanjung Datuk ..................................... 74
Gambar 20. Potensi Ancaman di Kawasan Konservasi Kabupaten
Indragiri Hilir Menurut Responden ................................................ 91
Gambar 21. Tugas Mengelola KKD Kabupaten Indragiri Hilir Menurut
Responden ........................................................................................ 91
Gambar 22. Penerima Manfaat KKD Kabupaten Indragiri Hilir
Menurut Responden ......................................................................... 92
Gambar 23. Matriks SWOT Untuk Memformulasikan Strategi Baru ................ 94
Gambar 24. Hasil penilaian pembobotan komponen Kekuatan (S)
berdasarkan analisis AHP ............................................................... 97
Gambar 25. Hasil penilaian pembobotan komponen Kelamahan (W)
berdasarkan analisis AHP ................................................................ 99
Gambar 26. Hasil penilaian pembobotan komponen Peluang (O)
berdasarkan analisis AHP ................................................................ 100
Gambar 27. Hasil penilaian pembobotan komponen Ancaman (T)
berdasarkan analisis AHP ................................................................ 101
Gambar 28. Koordinat Kartesius posisi strategi pengelolaan Kawasan
Konservasi Daerah di Kabupaten Indragiri Hilir ............................. 103
Gambar 29. Hirarkies dalam A’WOT pada Kajian Pengelolaan
Kawasan Konservasi Daerah di Kabupaten Indragiri Hilir ............. 111
Gambar 30. Hasil Perbandingan Strategi dalam anaisis AHP
Pengelolaan Kawasan Konservasi di Kabupaten Indragiri
Hilir .................................................................................................. 112
Gambar 31. Hasil Perbandingan Komponen dalam Strategi SO ......................... 113
Gambar 32. Hasil Perbandingan Komponen dalam Strategi WO ...................... 114
Gambar 33. Hasil Perbandingan Komponen dalam Strategi ST ........................ 115
Gambar 34. Hasil Perbandingan Komponen dalam Strategi WT ....................... 116
Gambar 36. Strategi-strategi yang memberikan pengaruh (respect)
secara berurutan terhadap pencapaian goals pengelolaan
kawasan konservasi yang optimal.................................................... 117
Gambar 37. Kondisi existing Dinamic Sensitivity untuk Strategi SW-
WO-WTOT berdasarkan hasil analisis AHP ................................... 120
Gambar 38. Simulasi menaikkan Strategi SO dan implikasinya
terhadap dinamika Strategi WO-ST-WT ......................................... 121
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian .................................................................. 131
Lampiran 2. Peta Kawasan Konservasi Daerah Indragiri Hilir ......................... 132
Lampiran 3. Luas Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir Menurut
Kecamatan Tahun 2021 (km2) ..................................................... 133
Lampiran 4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2021 ............................................................ 134
Lampiran 5. Data Potensi Sumberdaya Alam (Resources Capital) ................... 135
Lampiran 6. Gambar / Foto Potensi Sumberdaya Alam (Resources
Capital) .......................................................................................... 138
Lampiran 7. Gambar / Foto Potensi Sumberdaya Infrastruktur (Man-
Made Capital)................................................................................ 140
Lampiran 8. Data Persepsi Respoden ............................................................... 141
Lampiran 9. Perhitungan dan Penentuan Komponen SWOT dari
Persepsi Responden ....................................................................... 142
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Matrik SWOT ................................................. 143
Lampiran 11. Formulasi Strategi berdasarkan Hasil Perhitungan Matrik
SWOT ........................................................................................... 144
Lampiran 12. Strategi Prioritas berdasarkan Hasil Perhitungan Matrik
SWOT ........................................................................................... 145
Lampiran 13. Strategi Prioritas berdasarkan Hasil Analisis AHP ....................... 146
Lampiran 14. Kondisi existing (sebelum simulasi) Faktor Kekuatan
(S), Kelemahan (W), Peluang (O), dan Ancaman (T) .................. 147
Lampiran 14. Simulasi Strategi WO ; Implikasi naiknya (10%) Strategi
WO terhadap Faktor-faktor lain ; Kekuatan (S),
Weakness (W), Peluang (O), dan Ancaman (T) ........................... 148
Lampiran 15. Simulasi Strategi WO ; Implikasi turunnya (10%)
Strategi WO terhadap Faktor-faktor lain ; Kekuatan (S),
Weakness (W), Peluang (O), dan Ancaman (T) ........................... 149
1
I. PENDAHULUAN
pesisir yang tidak memperhatikan tata kelola yang baik juga berdampak terhadap
ekosistem di daerah tersebut yang terus mengalami degradasi baik secara fungsi
dan laut merupakan salah satu masalah besar di Indonesia dan akan berdampak
kepada semakin menurunnya kekayaan keanekaragaman hayati. Jika hal ini terus
berasosiasi di dalamnya.
perairan telah terbukti sebagai cara yang efektif untuk mencapai tujuan konservasi
menyisihkan sebagian kecil kawasan perairan laut Indonesia untuk dikelola dalam
Ancaman terhadap ekosistem pesisir dan laut menjadikan kondisi habitat pesisir
dan laut menurun dalam 10 tahun terakhir (Burke et al., 2012). Oleh karena itu
perlu menyisihkan sebagian kecil kawasan pesisir Indonesia untuk dilindungi agar
habitat dan keanekaragaman hayati yang rusak dapat pulih kembali dan terus
masyarakat.
konservasi perairan seluas 32,5 juta hektar pada tahun 2030. Pada tahun 2022
konservasi di perairan seluas 28,4 juta hektar, sehingga dibutuhkan seluas 4,1 juta
hektar lagi untuk mencapai target pada tahun 2023. Dari 28,4 juta hakter terdapat
7,3 juta hektar yang status nya masih dalam tahap pencadangan. Salah satu
luas kawasan seluas 205.595.64 Ha. Proses inisiasi saat kawasan ini diusulkan
Secara geografis, KKD ini berada di Perairan Kabupaten Indragiri Hilir yang
membentang dari pesisir timur sampai selatan dengan titik koordinat 103°48'34.7"
BT & 0°0'40" LS sampai 103°37'50.4" BT & 0°31'35.3" LS. Alokasi ruang KKD
ini juga sudah tertuang dalam dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
menunggu Proses Integrasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Darat.
KKD Indragiri Hilir Provinsi Riau memiliki berbagai potensi yang bernilai
mangrove yang cukup luas dan pantai pasir putih di Desa Pulau Cawan mulai
potensi perikanan, habitat penting dan sumber daya pesisir lainnya yang turut
yang efektif maka potensi dan strategi pengelolaan Kawasan Konservasi Daerah
menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan agar dapat memberi manfaat
berkelanjutan.
Saat ini KKD Indragiri Hilir Provinsi Riau masih dalam proses penetapan
ditetapkan agar arah kebijakan dan strategi pengelolaan dapat diukur dan dinilai
masing masing kawasan konservasi, maka strategi pengelolaan juga akan berbeda
beda setiap kawasan. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk dilakukan
aspek-aspek dan faktor-faktor yang datang dari dalam kawasan konservasi dan
aspek-aspek dan faktor-faktor yang datang dari luar kawasan konservasi tersebut.
dan faktor-faktor ini dapat memberikan pengaruh dan kontribusi negatif terhadap
Indragiri Hilir untuk dilakukan analisa dalam kajian ini sebagai berikut :
1) Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi atau masukan bagi para
pembangunan
3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran data, fakta dan situasi
mengenai hal yang terjadi pada masyarakat nelayan secara khusus di kawasan
melihat potensi yang ada di daerah tersebut. Potensi ekosistem yang lengkap serta
menjadi habitat beberapa jenis ikan dilindungi menjadikan kawasan ini diusulkan
wisata perairan dan memiliki luas sebesar 126.389.15 Ha. Hingga saat ini proses
penetapan kawasan ini masih berproses di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
bisa disebabkan karena eksploitasi sumberdaya alam secara berlebih dan tidak
KKD Indragiri Hilir. Evaluasi dan verifikasi kualitas ekosistem dalam kawasan
dan menjadi sumber penyangga kehidupan baik yang ada dalam kawasan
habitat penting dan menjaga keanekaragaman hayati yang ada, sehingga penilaian
matriks kelayakan dan kesenjangan ekologi yang ada dalam kawasan perlu
dilakukan. Hasil dari analisis kelayakan ekologi dan analisis kesenjangan akan
dan lestari di dalam batas kawasan (Yulianda et al., 2010). Suparno (2009),
pesisir yang telah dicadangkan ke dalam zona-zona yang sesuai kebutuhan dengan
Hilir bertujuan untuk melindungi ekosistem pesisir dan laut dengan kondisi baik.
yang berkelanjutan. Strategi ini diharapkan dapat mengatasi masalah yang sering
Intern Permasalaha
al n
Analisis
SWOT
fauna dan corak budaya dan sejarah yang berkaitan, dilindungi secara hokum
maupun cara lain yang efektif, untuk melindungi sebagian atau seluruh
kata asing, istilah umum yang dipakai dalam buku ini, sebagai terjemahan
langsung dari MPA adalah kawasan konservasi perairan. KKP merupakan istilah
sebenarnya mempunyai arti sama. Walaupun demikian, tidak ada larangan untuk
bisa digunakan secara spesifik untuk memberikan ketegasan terhadap suatu KKP
KPA dan KSA merupakan bentuk KKP yang secara hukum dikelola oleh
dan Konservasi Alam (PHKA). Sedangkan KKLD mengacu pada jenis KKP yang
Filipina menjelaskan bahwa kawasan konservasi merupakan daerah laut yang spesifik
11
yang dilindungi hukum dan cara efektif lainnya serta pelaksanannya dipandu dengan
aturan spesifik atau panduan untuk mengelola aktivitas dan melindungi sebagian dari
seluruh wilayah pesisir dan lingkungan laut. Brazil mengategorikan KKP kedalam dua
daerah yaitu daerah tanpa penangkapan (inti/ no-take zone) dan daerah untuk
perlindungan dengan dasar keilmuan untuk generasi sekarang dan akan datang, dari
sumber daya alami dan budaya serta ekosistem yang menunjukkan lingkungan laut.
Menurut Anjani (2014), ada lima prinsip dasar yang perlu diperhatikan
yang agak sulit. Sebagai contoh, Taman Nasional Komodo, memiliki batas
wilayah perairan yang tetap dengan total luas mencapai ± 120.000 ha;
KKP;
c. Harus ada aturan pembatasan yang sangat jelas, boleh tertulis atau kebiasaan
perlindungan laut;
d. Keberadaan KKP harus diakui secara luas dengan adanya sistem tata kelola
(governance) yang jelas. Pengelola KKP bisa murni dari pemerintah, murni
e. Aturan tersebut pada point (c), ditegakkan dan dipatuhi oleh semua orang,
tanpa kecuali, serta terdapat sanksi mengikat bagi pelanggar aturan. Pernah
terjadi, seorang yang beberapa kali ketahuan melakukan pencurian rusa dari
tahun.
KKP lainnya. Beberapa KKP mempunyai aturan yang sangat ketat, melarang
Bahkan ada KKP yang membatasi jumlah kunjungan (visitasi) atau bahkan
melarang kegiatan visitasi kecuali untuk penelitian dan monitoring. KKP lainnya
memberikan ijin untuk memasuki wilayah KKP, asalkan tidak melakukan kegiatan
Namun ada juga KKP yang membolehkan beberapa kegiatan ekstraktif terbatas
pada sebagian kecil dari wilayah KKP. Bahkan, bisa saja suatu KKP dibagi dalam
2013).
Undang-Undang ini, kawasan konservasi terdiri dari Kawasan Suaka Alam (KSA)
dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA terdiri dari cagar alam dan suaka
margasatwa, sementara KPA terdiri taman nasional, taman hutan raya, taman
wisata alam. Namun perlu digarisbawahi, bahwa Undang- Undang ini mengatur
kawasan konservasi di dua wilayah utama, yaitu daratan (terresterial) dan perairan
laut (marine) dimana beberapa kawasan hanya terdapat di daratan atau di perairan
Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau
konservasi, sebagian wilayah pesisir dan pulau pulau kecil dapat ditetapkan
penamaan yang sering digunakan adalah Kawasan Konservasi Laut atau disingkat
KKL, dimana KKL yang dikembangkan oleh pemerintah daerah biasa di sebut
Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD). Ada juga kawasan konservasi yang
luasannya relatif lebih kecil dan berada pada level desa yang disebut Daerah
demikian, terdapat istilah lain yang juga bisa digunakan sebagai nomenklatur
Nomor 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau
Pulau Kecil, yaitu Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (KKP3K),
konservasi perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan
sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya
secara berkelanjutan. KKP terdiri atas Taman Nasional Perairan, Taman Wisata Perairan,
Suaka Alam Perairan, dan Suaka Perikanan. Berdasarkan Permen KKP Nomor 31 Tahun
bahwa:
15
3. Suaka alam Perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan ciri khas
ekosistemnya.
5. Suaka perikanan adalah kawasan perairan tertentu baik air tawar, payau,
maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat berlindung
perlindungan.
mempunyai ciri khas tertentu sebagai satu kesatuan Ekosistem yang dilindungi,
di perairan pesisir 0-12 mil diukur dari dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau
berikut :
16
1. Berada di wilayah perairan di luar 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis
tertentu;
dan/atau
arkeologis.
bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk memijah dan berkembang biak dengan
baik. Dengan mengalokasikan sebagian wilayah pesisir dan laut yang memiliki
17
keanekaragaman hayati yang tinggi, ekosistem terumbu karang yang sehat, dan
menyediakan tempat perlindungan bagi sumber daya ikan, maka pada akhirnya
yaitu perbedaan kelimpahan ikan karang dan jenisnya pada suatu kawasan
sebagai KKP. Pembentukan KKP memberikan dampak positif setelah tiga tahun
penetapan KKP, jenis (biodiversity) ikan-ikan karang meningkat dan ukuran ikan
juga menjadi beragam. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Syms dan Jones
(2001), yang menjelaskan bahwa terumbu karang sebagai habitat dari berbagai ikan
karang memiliki korelasi positif terhadap kelimpahan ikan karang. Jika terjadi gangguan
terhadap habitat (ekosistem terumbu karang) maka populasi ikan akan bergerak untuk
berpindah ke lokasi yang lebih nyaman. Selain manfaat terhadap ekosistem, KKP juga
kawasan terumbu karang yaitu menyelam. Gao dan Hailu (2011), mengemukakan bahwa
kondisi ekosistem karang yang baik akan meningkatkan kekayaan ikan yang selanjutnya
akan meningkatkan kegiatan wisata sport fishing. Manfaat kawasan konservasi terhadap
perikanan ini selanjutnya akan memberikan dampak terhadap ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.
kategori: a. taman (taman pesisir. taman Pulau Kecil, taman nasional perairan dan
taman wisata perairan) b. suaka (suaka pesisir, suaka Pulau Kecil, suaka alam
18
memenuhi kriteria:
kearifan lokal yang alami, dan berdaya tarik tinggi, serta berpeluang besar
berkelanjutan;
d. Mempunyai luas wilayah pesisir dan/atau pulau kecil yang cukup untuk
dan/atau alami.
memenuhi kriteria:
19
a. Memiliki satu jenis ikan yang khas, unik, langka, endemik, dan/atau yang
alami;
c. Tempat hidup dan berkembang biak satu jenis ikan tertentu yang perlu
d. Memiliki satu tipe ekosistem sebagai habitat jenis ikan tertentu yang relatif
perikanan berkelanjutan.
pengelolaannya;
b. Wilayah Pesisir dan/atau pulau-pulau kecil yang diatur dengan adat tertentu,
(kategori 1 a).
maupun wisata.
menyebabkan terjadi kompetisi ruang antar nelayan lokal yang memiliki peralatan
sederhana dengan nelayan luar kawasan yang memiliki peralatan lebih canggih.
Dalam suatu KKP, dengan memberikan hak eksklusif perikanan untuk masyarakat
dan nelayan lokal, maka mereka akan memiliki keinginan lebih besar untuk
jumlah dan keberagaman sumber daya ikan yang dapat dimanfaatkan oleh
Seram bagian Timur, ketika suatu kawasan hanya boleh dimanfaatkan oleh
kelompok masyarakat tertentu, maka mereka akan lebih patuh terhadap peraturan
2017).
pengelola tidak semata-mata fokus pada sumber daya bio-sik perairan tetapi juga
mengelola potensi sosial ekonomi yang ada di dalam kawasan. Karena itu, sangat
lokal maupun nasional, di dalam setiap tahap pengelolaan. Oleh sebab itu,
koordinasi dan komunikasi yang baik antara pihak pengelola kawasan dan
konflik kelembagaan. Keadaan ini dapat terjadi karena aturan yang bersangkutan
memberi tugas dan wewenang suatu lembaga/ instansi, sedang aturan yang lain
lain. Salah satu solusi terhadap tumpang tindih wewenang adalah pengaturan
22
yaitu sebagai suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada
sumber daya alam dengan praktikpraktik usaha tani tradisional. Masyarakat lokal
berkelanjutan.
informal. Pada model pengelolaan ini, partisipasi nelayan sangatlah tinggi dan
tersebut.
23
dengan baik.
mengelola sumber daya alam di kawasan tertentu yang erat kaitannya dengan
yang sama, sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam yang berada di
masyarakat merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumber daya alam yang
dasar pengelolaannya. Selain itu mereka juga memiliki akar budaya yang kuat dan
yang telah berlangsung secara tradisional dapat dijumpai dalam praktik Sasi di
masyarakat Maluku dan sistem Subak maupun Banjar pada masyarakat Bali.
Pengelolaan perikanan secara tradisional Sasi dikenal sebagai hukum adat dan
kepemilikan sumber daya secara komunal (hak ulayat) terbukti telah efektif dalam
pengelolaan marine protected area dan suaka laut Susanto (2011), mendefinisikan
dan otoritas antara pemerintah setempat dan sumber daya setempat (local
pengelolaan sumber daya alam yaitu perikanan yang ditetapkan oleh pemerintah
3. Jumlah yang boleh ditangkap dan jenis serta ukuran ikan yang tidak
boleh ditangkap.
sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis
rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana kerja tahunan.
rencana kerja menegah dalam bentuk kegiatan dan anggaran yang disusun satu
berbagai aksi tindak (action plan) yang diarahkan untuk mencapai tujuan jangka
26
kegiatan biasanya berumur satu tahun. Oleh karena itu, rencana pengelolaan
jangka pendek. Rencana pengelolaan jangka pendek sering disebut rencana kerja
tahunan (RKT) sesuai dengan kalender proyek pada umumnya. Rencana jangka
menengah ialah tata waktu pencapaian antara jangka pendek dengan jangka
periode 5 (lima) tahun. Namun tata waktu ini bukan ketentuan baku, tergantung
dari tujuan dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan konservasi
(Wiadnya, 2011).
keanekaragaman hayati sumber daya pesisir dan laut agar tetap lestari dan
adalah habitat atau kawasan hal ini dikarenakan proses biologi, ekonomi dan
aktifitas manusia terjadi dalam sistem yang sama. Konservasi sangat diperlukan di
suatu kawasan yang memiliki potensi sumber daya dan keanekaragaman hayati
yang tinggi. Namun, selain proses biologi di kawasan konservasi terdapat aktifitas
Perubahan tersebut dapat terjadi akibat dari berbagai tekanan dan ancaman baik
dari aktivitas manusia maupun proses alam. Tekanan dan ancaman tersebut dapat
dilihat dari berbagai aktifitas seperti pemanfaatan sumber daya perikanan secara
27
kawasan. Sedangkan kejadian alam dapat terjadi secara alami seperti perubahan
temperatur secara mendadak, bencana alam dan aktifitas alam lainnya (BPSPL,
2021).
(1) proses ekologi seharusnya dapat dikontrol, (2) tujuan dan sasaran pengelolaan
hendaknya dibuat dari sistem pemahaman ekologi, (3) ancaman luar hendaknya
dapat diminimalkan dan manfaat dari luar dapat dimaksimalkan, (4) perubahan-
hendaknya bersifat adaptif dan meminimalkan kerusakan sumber daya alam dan
perencana harus mempertimbangkan tiga hal utama, ialah: kondisi kawasan saat
ini, praktek pengelolaan kawasan saat ini dan rencana pembangunan wilayah.
Ketiga faktor tersebut dianalisis untuk mendapatkan peluang dan hambatan yang
mungkin akan dihadapi dalam setiap strategi konservasi. Dari kondisi riil tersebut,
jangka waktu tertentu dan menentukan perangkat hukum yang akan digunakan
dalam pengelolaan kawasan. Hasil akhir ialah suatu strategi konservasi jangka
terdiri dari: (1) tentukan target konservasi, (2) identifikasi ancaman langsung
terhadap target konservasi, (3) analisis sumber ancaman dan penentuan prioritas
ancaman (threat rating), (4) kembangkan strategi dan rencana aksi untuk
sistem ekologi yang dipilih untuk mewakili dan mencakup keanekaragaman hayati
atau sumber daya di dalam kawasan yang ingin dikonservasi. Target merupakan
atau faktor yang secara langsung menurunkan satu atau lebih target konservasi.
sebagai ancaman terhadap target ikan yang menjadi tujuan penangkapan nelayan.
(Halim, 2002).
manusia, yang mendasari atau menyebabkan adanya satu atau lebih ancaman
langsung (direct threat). Sebagai contoh, harga ikan karang yang tinggi termasuk
penangkapan secara berlebih atau menggunakan alat tangkap yang tidak ramah
zonasi ialah salah satu strategi untuk membatasi penangkapan secara berlebih
pada wilayah tertentu di dalam kawasan. Aturan zonasi dilakukan melalui tahapan
tahun atau setiap dua tahun sekali. Jika dalam periode tertentu, tingkat kesehatan
terumbu karang meningkat, dia digunakan sebagai indikator bahwa program atau
tindakan konservasi sudah berada pada jalan (track) yang sesuai. Sebaliknya,
harus segera mendapat perhatian serius dan pada saat yang sama organisasi
kinerja dari suatu perusahaan. Hal itu berarti perusahaan hanya berusaha untuk
(infinite).
31
kekuatan dan kelemahan strategi yang penting bagi perumusan strategi suatu
dengan masalah dan penanganan yang efektif di dalam tubuh organisasi. Analisis
SWOT dapat memebantu pimpinan dalam membaca suatu fakta yang penting dan
relevan dalam analisis internal dan eksternal. Analisis lingkungan adalah suatu
serta politik.
seorang individu atau sebuah kelompok dalam membuat keputusan. Dengan AHP
yang dapat diperluas untuk ketergantungan dan timbal balik diterapkan untuk
33
adalah sebuah hal yang penting dalam pembuatan keputusan seperti halnya
pemeliharaan rangking; teori keputusan juga harus memilki setidaknya dua model
sintesis; yang dalam AHP disebut model distributif dan ideal, dengan petunjuk
model ideal dalam pengukuran relatif dan absolut; 7) Penilaian kelompok harus
disatukan satu per satu secara hati-hati dan matematis, yang penting adalah
pengalaman, pengetahuan dan kekuatan dari setiap individu yang terlibat dalam
Merah, Kuala Indragiri dan Concong Kabupaten Indragiri Hilir. Batas lokasi
penelitian adalah Peta Batas Kawasan Konservasi perairan sesuai dengan Surat
penelitian.
masing-masing serta digunakan sesuai dengan data yang diperoleh peneliti dari
lokasi penelitian (Tabel 2). Perangkat lunak dapat membantu untuk mengolah data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
36
Beberapa data seperti biologi, sosial, ekonomi, infrastruktur dan tata kelola
1. Pengamatan Lapangan
kawasan konservasi, aparat instansi terkait dan mitra kerja KKD dengan
secara terintegrasi.
wawancara dalam bentuk data primer dan informasi yang diambil dari dokumen
menggukan teknik analisa deskriftif kuantitatif dalam bentuk tabel data (table)
dan strategi prioritas yang dihasilkan dari perhitungan matriks SWOT diuji lagi
Indeks Konsistensi (CI) dan Indeks Sensitifitas (SI) menggunakan Analisa AHP.
Penggabungan analisis SWOT dan Analisis AHP ini disebut Analisis A’WAT..
opportunities and threats. Demikian juga bobot antar faktor dalam komponen
yang menjadi prioritas akan lebih mudah apabila menggabungkan SWOT dengan
masing-masing faktor SWOT dengan penggunaan AHP. Dalam hal ini, analisis
faktor SWOT dengan penggunaan AHP. Dalam hal ini, analisis SWOT digunakan
dapat diproritaskan.
stakeholders yang terlibat dalam pengelolan kawasan konservasi laut, serta para
dilakukan analisis AHP. Dalam Analisis AHP juga digunakan AHP partisipatif,
dengan metode SWOT; dan (2) Melakukan analytical hierarchy process (AHP).
Provinsi Riau terletak di pesisir timur Pulau Sumatera yang merupakan gerbang
13.525,10 km2 (1.352.510 hektar) atau 14,49 persen dari luas wilayah Provinsi
Riau yang terletak antara 0° 36’ Lintang Utara dan 1° 07’ Lintang Selatan, dan
Kabupaten Indragiri Hilir dikenal dengan negeri seribu parit yang sekarang
Jambi)
penduduk 48,65 jiwa/km2, untuk lebih lengkapnya luas wilayah dan jumlah
penduduk 48,65 jiwa/km2, untuk lebih lengkapnya luas wilayah dan jumlah
2.093,52 km2 (15,48 persen), diikuti oleh Kecamatan Mandah yaitu 1.747,39 km2
(12,92 persen) dan Kecamatan Keritang sekitar 918,96 (7,79 persen). Sedangkan
148,71 km2 (1,10 persen) dan Kecamatan Tembilahan 169,57 km2 (1,25 persen).
42
658.025 jiwa, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2020 yang
berjumlah 654.909 jiwa maka terjadi penambahan penduduk sebanyak 3.116 jiwa.
ke atas yaitu berjumlah 253.639 jiwa. Berdasarkan angka mutlak dapat diperoleh
menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 44-
terdiri dari laki-laki 340.914 jiwa (51,8 persen) dan perempuan 317.111 jiwa (49,2
43
persen). Perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan sekitar 2,6 persen
paling sedikit berada di Kecamatan Teluk Belengkong yaitu 9.237 jiwa (1,40
persen).
tenaga kerja yang tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan kerja cukup akan
Kabupaten Indragiri Hilir didominasi oleh yang berpendidikan SMA ke atas. Pada
yaitu Kecamatan Mandah, Tanah Merah, Kuala Indragiri dan Concong. Sehingga
survei KKD.
1) Topografi Perairan
Sebagian besar dari luas wilayah atau 93,31% daerah Kabupaten Indragiri
Hilir merupakan daerah dataran rendah, yaitu daerah endapan sungai, daerah rawa
dengan tanah gambut (peat), daerah hutan payau (mangrove) yang terdiri atas
pulau-pulau besar dan kecil dengan luas lebih kurang 1.082.953,06 hektar. Rata-
rata ketinggian lebih kurang 0-3 Meter dari permukaan laut. Sedangkan sebagian
meter dari permukaan laut yang terdapat dibagian selatan Sungai Reteh
terbesar di daerah ini adalah Sungai Indragiri yang berhulu di pegunungan Bukit
Berhala, yaitu di Desa Sungai Belu, Desa Perigi Raja dan Kuala Enok. Sedangkan
Sungai Gaung, Sungai Anak Serka, Sungai Batang Tuaka, Sungai Enok, Sungai
Batang, Sungai Gangsal, yang hulunya bercabang tiga yaitu Sungai Gangsal,
Sungai Keritang, Sungai Reteh, Sungai Terap, Sungai Mandah, Sungai Igal,
Sungai Pelanduk, Sungai Bantaian, dan Sungai Batang Tumu (Badan penanaman
2) Geologi
Indragiri Hilir yang merupakan kawasan dipengaruhi pasang surut yang dengan
geologi tanah alluvial dan bergambut. Sebagai pulau-pulau yang berada di muara
3) Iklim
Kuala Indragiri yang sekitar KKD Indragiri Hilir pada tahun 2017, 2018 dan 2019
secara berturut-turut adalah 2.548, 2.045 dan 1.950 mm dan hari hujan 130, 91
tidak turun selama 3 (tiga) bulan lamanya. Sehingga menimbulkan kesulitan air
bersih, pengairan dan sebagainya. Angin yang bertiup sepanjang tahun adalah
4) Kualitas Air
Data kualitas air yang diambil di rencana lokasi KKD Indragiri Hilir yang
mencakup 20 titik pengambilan sampel yang mencakup di renacana zona inti dan
zona inti dan titik 8 - 20 merupakan zona pemanfaatan terbatas dan zona lainnya
(Gambar 4).
Hasil pengukuran parameter kualitas air di KKD Indragiri Hilir terdiri dari
suhu, salinitas, kecerahan, pH, fosfat dan nitrat dapat dilihat seperti yang disajikan
pada Tabel 3.
46
5) Suhu
suhu. Suhu berpengaruh terhadap proses fisiologi biota laut terutama proses
laut. Suhu perairan pada rencana zona inti lokasi KKD Indragiri Hilir berkisar
pemanfaatan terbatas dan zona lainnya berkisar antara antara 24 - 32oC dengan
rata-rata sebesar 27 oC. Berdasarkan PP No. 21 Tahun 2021 Lampiran VIII, baku
mutu air laut untuk kehidupan biota laut suhu yang sesuai untuk karang sebesar
28-30 oC, untuk mangrove sebesar 28-32oC dan lamun sebesar 28-30 oC. Suhu
perairan di dalam KKD Indragiri Hilir ini sebagian di antaranya berada di bawah
baku mutu, terutama yang berada dekat dengan muara sangai yang bermuara ke
biota laut.
47
6) Salinitas
yang mana pada salinitas yang rendah biota laut akan mengalami hipo-
biota laut pada kawasan konservasi perairan. Salinitas perairan KKD Indragiri
Hilir berkisar antara 15 – 29 ppt. Kondisi ini dapat mendukung kehidupan biota di
mangrove adalah 0 – 34 ppt. Menurut Efrizal dalam Lantang dan Pakidi (2015)
fitoplankton mampu hidup secara optimum pada kisaran salinitas 15-32 ppt.
7) Kecerahan
yang artinya di bawah baku mutu menurut PP No. 21 Tahun 2021 Lampiran VIII
untuk ekosistem terumbu karang (>5 m) dan lamun ((>5 m), namun masih baik
kecerahan yang dapat mendukung kehidupan biota perairan dengan baik. Hal ini
Derajat keasaman air juga merupakan salah satu parameter perairan yang
sangat menentukan kehidupan biota laut. Derajat keasaman air di KKD Indragiri
Hilir yang diperoleh pada di titik-titik yang berada dalam kawasan zona inti
adalah 7,2-7,5 dan 7,1-7,7 pada titi-titik yang berada dalam kawasan renaca zona
pemanfaatan terbatas dan zona lainnya. Menurut PP No. 21 Tahun 2021 Lampiran
VIII, baku mutu air laut untuk biota laut 7 – 8,5. Berdasarkan nilai derajat
48
keasaman (pH) air, perairan KKD Indragiri Hilir baik untuk mendukung
9) Nitrat
Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang bersifat stabil di dalam perairan laut.
Nitrat digunakan oleh fitoplankton dan tanaman air sebagai sumber nutrien.
Konsentrasi nitrat di perairan KKD Indragiri Hilir berkisar antara 0,0388 – 0,0586
mg/l di titik rencana zona inti dan 0,0382 – 0,0536 mg/l pada titik-titik dalam
rencana zona pemanfaatan terbatas dan zona lainnya. Konsentrasi ini berada di
bawah baku mutu untuk biota laut yaitu 0,06 mg/l menurut PP No. 21 Tahun 2021
Lampiran VIII,. Namun nilai tersebut relatif tinggi disebabkan banyaknya suplai
konsentrasi nitrat perairan mendukung untuk kelangsungan hidup biota laut yang
10) Fosfat
penggunaan detergen oleh rumah tangga. Fosfat dapat pula dihasilkan dari proses
penguraian bahan batuan. Bentuk fosfat yang dapat secara langsung digunakan
konservasi perairan berkisar antara 0,0210 – 0,0275 mg/l untuk titik-titik yang
berada dalam renacana zona inti dan 0,0241 – 0,0306 mg/l pada titik-titik dalam
49
rencana zona pemanfaatan terbatas dan zona lainnya. Konsentrasi ini berada di
atas baku mutu untuk biota laut yaitu 0,015 mg/L. Perairan lokasi penelitian
adanya suplai dari sungai dan berasal dari laut itu sendiri. Dengan demikian
konsentrasi phosfat perairan ini mendukung untuk kelangsungan hidup biota laut.
Berdasarkan baku mutu dari PP No. 21 Tahun 2021 Lampiran VIII terkait
baku mutu air laut bahwa parameter suhu, salinitas, kecerahan dan pH masih
dalam selang baku mutu, kecuali fosfat. Nilai paremeter oseanografi yang
bervariasi dipengaruhi oleh aliran Sungai Indragiri dan beberapa sungai lainnya.
Tingginya fosfat ini menjadi indikasi bahwa perairan ini sangat subur akibat
banyak muara sungai besar yang bermuara ke perairan dan banyak yang berasal
yang tinggi.
B. Lingkungan Biologi
1) Plankton
Centritractus sp, Ceratium sp, Chaetoceros sp, Nitzschia sp. Coscinodiscus sp.
Skeletonema sp. Striatella sp. dan Thalassiothrix sp., dengan kelimpahan 112
sampai 2488 sel/l. Untuk jenis zooplankton terdiri atas lima spesies yang terdri
atas Calanoida sp. Cyclopoida sp. Herpacticoida sp. Keratella sp. dan Oithona
plankton yang diperoleh dari perairan KKD Indragiri Hilir ini, maka perairan ini
50
termasuk tingkat kesuburan rendah sampai sedang. Namun kondisi ini dapat
Artinya perairan KKD Indragiri Hilir ini masih baik untuk mendukung kehidupan
biota laut. KKD Indragiri Hilir ini sangat potensial dijadikan sebagai kawasan
konservasi perairan.
2) Sumberdaya Perikanan
berupa sumberdaya penangkapan (perairan laut), budidaya air tawar (kolam dan
keramba), budidaya air payau (tambak), budidaya laut (kejapung) dan budidaya
utamanya.
masyarakat serta pemerintah yang ada di Desa Pulau Cawan menyebutkan adanya
setiap hari masyarakat melaporkan adanya penampakan dari mamalia pesisir ini di
51
sekitar sungai di depan Desa Pulau Cawan. Adanya juga biota lainnya yang
pernah dijumpai oleh para nelayan yang berbentuk lumba-lumba dan Pari Air
Tawar di sekitar perairan laut Mandah, akan tetapi sangat jarang sekali.
Bakau (Ketam), Udang Ronggeng (Udang nenek), ikan Terusan, ikan Kurau, ikan
Selampai, Kerang Darah, ikan Lepu Batu, Ikan Sembilang, ikan Belukang, ikan
Belanak, ikan Kerapu, ikan Kakap, Udang Tenggek, ikan Gerut dan Udang Galah
hitam/batu
Udang tenggek Perairan Indragiri Hilir Stabil sepanjang tahun
Ikan Gerut Perairan Indragiri Hilir Stabil sepanjang tahun
Udang Galah Desa Tanjung Melayu Stabil sepanjang tahun
Sumber: Olahan Data Primer, 2022
perikanan laut yaitu 53.057,13 ton (84,47 persen), diikuti perairan umum 7.273,22
ton (11,58 persen), tambak 1.251,83 (1,99 persen), kolam (1.232,72 (1,96 persen)
dan keramba sebesar 0,43 ton. Total keseluruhan produksi adalah 62.815,33 ton
yang ada di Pulau Cawan. Menurut Syafruddin et al. (2018), luas hutan mangrove
di Pulau Cawan adalah 3.401,66 ha dengan 2.306,70 ha dalam keadaan baik dan
1.094,96 ha dalam keadaan rusak. Spesies mangrove yang ada di Pulau Cawan
agallocha
Arecales Arecaceae Nypa
Xylocarpus
Sapindales Meliaceae Xylocarpus
granatum
Sonneratia alba
Lythraceae Sonneratia
Sonneratia ovata
Lumnitzera
Myrtales
littorea
Combretaceae Lumnitzera
Lumnitzera
racemosa
seluruh stasiun penelitian, hal ini berkaitan dengan kemampuan adaptasi yang
baik dari jenis tersebut. Jenis Rhizophora apiculata mampu mentolerir perubahan
adaptasinya lebih tinggi dibandingkan jenis lain. Jenis Rhizophora apiculata juga
memiliki sebaran yang cukup tinggi karena bersifat vivipar, yaitu bijinya telah
berkecambah pada saat buahnya masih melekat dengan pohon. Menurut Setyawan
et al. (2005), spesies mangrove memiliki tingkat adaptasi yang tinggi terhadap
umumnya propagul telah tumbuh sejak masih menempel dengan batang induknya
terganggu, yang mana spesies ini akan berada di zona dekat daratan maupun zona
ukuran batang kedua jenis tersebut dilihat pada Lampiran 5, memiliki ukuran yang
diri dengan kondisi lingkungan yang ada. Kualitas perairan di bagian Utara Pulau
masih dalam kondisi yang cukup baik. Menurut Kusmana (2005), suhu
suhu musiman yang tidak lebih dari 5 ºC. Suhu perairan yang diperoleh antar
yang terlalu tinggi akan berdampak pada tajuk mangrove yang semakin jauh dari
tepian perairan secara umum menjadi kerdil dan berkurang komposisi spesiesnya.
toleransi pH sekitar 6,0 – 9,0 dengan pH optimal sekitar 7,0 – 8,5. Kisaran pH
relatif serta indeks nilai penting. Dengan melihat dari nilai-nilai tersebut dapat
kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif dan indeks nilai penting dapat
Tabel 14. Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif dan
indeks nilai penting masing-masing spesies mangrove di stasiun
pengamatan
No. Spesies RDi % RFi % RCi % INP
1 Rhizophora apiculata 34,84 28 56,51 119,34
2 Nypa fruticans 20,08 24 18,78 62,86
3 Excoecaria agallocha 16,80 8 13,15 37,95
4 Xylocarpus granatum 4,92 6 1,13 12,04
5 Sonneratia alba 2,87 6 0,38 9,25
6 Sonneratia ovata 3,69 10 0,63 14,32
7 Lumnitzera littorea 2,87 6 0,38 9,25
8 Lumnitzera racemosa 13,93 12 9,04 34,98
Jumlah 100 100 100 300
Sumber data :
Berdasarkan Tabel 14, nilai kerapatan relatif tertinggi terdapat pada spesies
Rhizophora apiculata sebesar 34,84 dan Nypa fruticans sebesar 20,08. Nilai
kerapatan relatif diperoleh dari hasil perbandingan tegakan suatu jenis dibagi
dengan total tegakan seluruh jenis. Mangrove Rhizophora apiculata dan Nypa
fruticans biasanya mampu tumbuh dalam jumlah yang banyak dalam suatu
kerapatan suatu jenis sangat dipengaruhi oleh kemampuan jenis tersebut dalam
apiculata dengan nilai 28 dan diikuti jenis Nypa fruticans dengan nilai 24. Kedua
jenis tersebut ditemukan hampir di seluruh plot penelitian. Menurut Agustin et al.
kompetisi yang tidak seimbang antar spesies mangrove yang menempati suatu
habitat yang sama sehingga kurang kompetitif dalam memperoleh unsur hara.
Penyebaran propagul mangrove oleh aliran muara sungai maupun pasang surut
sebesar 56,51 karena mampu memiliki diameter batang yang lebar. Berdasarkan
bahwa suatu jenis mampu menyerap lebih banyak unsur hara yang terbukti dengan
ukuran batang yang lebar dibandingkan jenis lain pada daerah tersebut. Menurut
Agustin et al. (2021), dominansi jenis mangrove dapat berbeda pada setiap jenis di
suatu daerah. Apabila diameter batang yang semakin besar maka akan
dominansi yang relatif rendah dapat dilihat pada ukuran batang yang relatif kecil.
hasil penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif
(Agustin et al., 2021). Berdasarkan Tabel 32, indeks nilai penting tertinggi
terdapat pada spesies Rhizophora apiculata yaitu sebesar 119,34 dan terkecil pada
wisata yang dilakukan memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya-
Kawasan ekowisata Pantai Solop adalah salah satu objek wisata unggulan
yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir. Ekowisata ini memiliki pantai putih
pantai lain, yaitu pasir putih yang merupakan pasir dari fosil hewan laut seperti
karang dan biota lain sejenisnya, sehingga dikenal dengan nama Pasir Seresah.
Tepat dibelakang pantai terdapat hutan mangrove alami seluas 40 km2 yang terdiri
berwisata ke Pantai Solop adalah masyarakat lokal, hal ini dikarenakan masih
kurangnya promosi mengenai wisata ini serta transportasi yang sulit untuk
A. Sarana Transportasi
lokasi wisata Pantai Solop masih kurang. Permasalan akses menuju kawasan
hanya menggunakan jalur laut yang mana tidak membutuhkan biaya yang sedikit.
59
kawasan konservasi ketahui bahwa jarak tempuh dari ibu kota menuju kawasan
membutuhkan waktu antara 1-2 jam dengan transportasi dari ibu kota kabupaten
ke KKD beroperasi 2-3 kali dalam sehari untuk beberapa lokasi tertentu ada juga
B. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan mutlak
dalam pembangunan terutama dalam menerima hal baru. Sebaliknya, jika tingkat
pendidikan suatu daerah semakin tinggi maka semakin cepat dan mudah mereka
C. Kesehatan
tujuan tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik,
Tanah Merah, 7 unit pustu di Kecamatan Kuala Indragiri dan 5 unit pustu di
responden mengatakan cukup baik, dilihat dari beberapa infrastruktur yang sudah
tangga langsung dibuang ke aliran air laut, sehingga ketika air pasang surut
A. Agama (Religion)
kepercayaan tiong hoa, kecamatan Tanah Merah terdapat 23 unit mesjid, 20 unit
Indragiri Hilir Kapas terkait sumberdaya pesisir dan laut sama sekali tidak ada.
Sejauh ini belum ada ada larangan kesepakatan waktu khusus dimana nelayan
tidak melakukan aktivitas penangkapan ikan. Namun, atraksi budaya masih ada
Hilir bisa dikatakan tidak ada di tiga kecamatan yaitu Tanah Merah, Concong dan
aktivitas semah laut yang bahkan pengaruhnya masih kuat. Selain itu,
kepercayaan terhadap mitos juga tidak ada di 3 kecamatan seperti Concong, Tanah
64
D. Estetika
sebagian lagi menyebutkan sudah rusak. Hal ini terlihat dari menurunnya
a) konsumsi harian makanan dan minuman, b) konsumsi harian non makanan dan
Kriteria besaran NTN yang diperoleh dapat lebih rendah, sama atau lebih tinggi
dari satu. Jika NTN lebih kecil dari satu keluarga nelayan mempunyai daya beli
mengalami defisit anggaran rumah tangganya. Jika nilai NTN bernilai satu, berarti
Sebaliknya jika nilai NTN diatas satu, berarti keluarga nelayan mempunyai
dengan menabung atau investasi barang (Basuki et al., 2001a dan 2001b,
Ustriyana, 2007).
diperoleh estimasi rata-rata pendapatan usaha perikanan pada tahun 2022 ini
yang diperoleh diluar usaha perikanan adalah sebesar Rp.4.599.996,- atau sekitar
Rp. 383.333,- perbulannya. Pendapatan usaha non perikanan ini jauh dibawah
standar hal ini diduga disebabkan anggota rumah tangga pada keluarga responden
banyak yang tidak bekerja. Kebanyakan anggota rumah tangga responden ini
66
bekerja sebagai buruh angkut barang, kedai harian, olah nipah dan bengkel mesin
kapal.
selama tahun 2022 sebesar 1,26 yang artinya keluarga responden mempunyai
khas tertentu sebagai satu kesatuan Ekosistem yang dilindungi, dilestarikan, dan
memiliki zonasi kawasan konservasi yang terdiri dari Zona Inti; Zona
mempunyai luas 205.595.64 Ha dan sesuai draft final RZWP3K pada tahun 2021
67
kordinat 103° 48' 43.2" BT - 0° 0' 43.2" LS dan 103° 25' 12" BT - 0° 31' 22.8" LS.
proses ekologis.Sesuai dengan ketentuan PermenKP No. 31 Tahun 2020, ona inti
harus dimiliki setiap kawasan konservasi kategori taman dengan luas paling
sedikit 10% (sepuluh persen) dari luas ekosistem dan/atau luas habitat biota
target konservasi. Setiap kawasan konservasi dapat memiliki satu atau lebih zona
inti sesuai dengan luasan, karakteristik biofisik, biologis, kondisi sosial ekonomi
dan budaya.
perencanaan secara garis besar di bagi menjadi 3 zona, yaitu zona inti, zona
126.389, 15 ha. Adapun zonasi KKD Kabupaten Indragiri Hilir di bagi menjadi 3
zona, yaitu zona inti, Zona pemanfaatan terbatas seluas dan Zona Lainnya,
Berikut daftar titik -titik koordinat batas batas KKD Indragiri Hilir dalam Tabel 18
dan Gambar 1.
68
kategori zona, yaitu zona inti, zona pemanfaatan terbatas dan zona lainnya.
Bawah Laut dan Subzona Jalur Lalu Lintas Kapal sebagaimana dicantumkan pada
Tabel 15. Zona-zona dari setiap kategori zona tersebut tersebar di dalam KKD
Indragiri Hilir yang disajikan dalam bentuk batas batas titik koordinat dan peta.
1. Zona Inti
Zona Inti di kawasan KKD Indragiri Hilir meliputi luasan sebesar 4539.11
Ha yang terbagi dalam 2 Area atau blok dimana secara keseluruhan berdasarkan
mensyaratkan bahwa minimal zona inti 10% dari luas habitat/ekosistem dari target
Luas area migrasi pesut dan sebaran ekosistem udang nenek, kepiting bakau dan
ikan tirusan di Zona Inti terhadap luas ekosistem/habitat di seluruh KKD Indragiri
Hilir sebesar 16.92 % sehingga luas zona inti sudah memenuhi syarat minimal 10
%. Lokasi zona inti terbagi dalam 2 area yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Zona inti area I berada di depan Desa Bidari Tanjung Datuk, secara
b. Zona inti area II berada di depan Desa Sungai Bela secara admnistrasi
Tabel 19. Lokasi dan Luasan Zona Inti KKD Indragiri Hilir
Tabel 20. Luas Ekosistem dan/atau luas habitat biota target konservasi di
KKD Indragiri Hilir
Indragiri Hilir memilik luas 115.560,93 Ha. Zona Pemanfatan Terbatas berada
Tabel 21. Lokasi dan Luasan Zona Pemanfaatan Terbatas KKD Indragiri
Hilir
Area
Dusun/ Luasan
Pemanfaatan Lokasi Keterangan
Desa (Ha)
Terbatas
I Hampir di Seluruh Seluruh 115.560,93 ➢Daerah
Perairan Kawasan Desa Perikanan
Konservasi Tangkap
3. Zona Lainnya
6289.11 Ha yang terbagi dalam 2 Area atau blok yaitu zona Bangunan dan
73
Instalasi Laut dan zona jalur lalu lintas kapal. adapun Lokasi zona lainnya terbagi
- Zona Bangunan dan Instalasi Laut berada di depan Perairan Desa Panglima
- Zona Jalur Lalu Lintas Kapal berada di depan Perairan Depan Desa Pulau
Cawan, Bakau Aceh, Igal, Belaras, Bente, dan Batang Sari secara admnistrasi
Tabel 22. Lokasi dan Luasan Zona Lainnya KKD Indragiri Hilir
Pada KKD Indragiri Hilir zona inti terdapat pada dua lokasi yaitu Zona inti
area I berada di depan Desa Bidari Tanjung Datuk, secara administrasi masuk
dalam Kecamatan Mandah yang merupakan area feeding ground Udang Nenek.
Zona inti area II berada di depan Desa Sungai Bela secara admnistrasi
masuk dalam Kecamatan Kuala Indragiri merupakan area migrasi pesut & feeding
dimana masyarakat boleh menangkap ikan dengan alat yang ramah lingkungan.
Alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan tradisionil setempat adalah
pancing, bagan, sondong dan gillnet untuk menangkap ikan terutamakan ikan
dasar dan ikan pelagis kecil. Jenis yang ditangkap di KKD Indragiri Hilir yaitu:
orientalis), ikan Tirusan/gulama(, ikan Kurau, ikan Selampai, Kerang Darah, ikan
Lepu Batu, Ikan Sembilang, ikan Belukang, ikan Belanak, ikan Kerapu, ikan
3. Peruntukan Zona
Zona Zona
Pemanfaatan Lainnya Bangunan
Kegiatan Zona Inti
Terbatas Jalur Lalu dan Instalasi
Lintas Kapal Laut
1 2 3 4 5
1 2
A. Pelayaran rakyat dan nelayan 1. Tidak melewati zona inti kawasan
kecil konservasi;
2. Tidak mengganggu dan/atau
membahayakan jenis ikan dilindungi,
jenis ikan dan/atau objek yang
menjadi target konservasi;
3. Memperlambat dan mengubah arah
kapal saat melihat jenis ikan
dilindungi melintas di jalur kapal;
4. Melaporkan kepada pengelola
kawasan konservasi, apabila melihat
atau mengetahui terjadinya ancaman
terhadap jenis ikan dilindungi;
5. Melaporkan kepada pengelola
kawasan segala bentuk
pelanggaran yang terjadi di Kawasan
Konservasi;
6. Berlabuh di pelabuhan/tempat lain
78
Konservasi;
9. Membuat laporan hasil tangkapan dan
menyampaikan laporan secara berkala
kepada pengelola Kawasan
Konservasi;
10. Melaporkan kepada pengelola
Kawasan Konservasi segala bentuk
pelanggaran yang terjadi di Kawasan
Konservasi;
11. Tidak membuang sampah atau bahan
lain yang berpotensi menimbulkan
pencemaran di Kawasan Konservasi.
12. Mematuhi ketentuan dan peraturan
yang berlaku di Kawasan Konservasi;
dan
13. Mematuhi arahan dan petunjuk
pengelola Kawasan Konservasi.
Tahun 2020 tentang Pengelolaan Konservasi. Dokumen ini disusun sebagai syarat
untuk penetapan KKD Indragiri Hilir yang ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan sehingga penetapan KKD Indragiri Hilir penting sebagai langkah awal
untuk menjadi acuan menyusun rencana kerja tahunan oleh Satuan Organisasi
Unit Pengelola KKD Indragiri Hilir yaitu UPTD Konservasi dan Pengawasan
dan adaptif, maka KKD Indragiri Hilir setelah ditetapkan oleh Menteri Kelautan
Zonasi Kawasan Konservasi yang disusun oleh SUOP dalam hal ini UPTD
yang memuat kebijakan pengelolaan yang meliputi visi dan misi, tujuan dan
telah ditetapkan dikelola oleh SUOP (Satuan Unit Organisasi Pengelola) yang
berbentuk unit pelaksana Teknis pusat, unit pelaksana daerah (UPTD), cabang
dikelola oleh Bidang Kelautan dan Pengawasan. Kepala Bidang Kelautan dan
Sub Koordinator Tata Ruang Laut dan Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau
dan Pengawasan;
sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan kepada Kepala Dinas Kelautan
d. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas dan
fungsinya.
89
Dari Strukur Organisasi diatas salah satu bidang yang membantu tugas dan
fungsi yaitu bidang kelautan dan pengawasan. Kepala Bidang Kelautan dan
Tata Ruang Laut dan Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Sub
Rehabilitasi Ekosistem
dan
dan fungsinya.
dibentuk Satuan Unit Organisasi Pengelola yang akan disusun sesuai peraturan
(SUOP) terdiri dari Stakeholder yang akan terlibat dalam pengelolaan dan akan di
Kabupaten Indragiri Hilir mulai sumberdaya laut, sosial ekonomi nelayan dan
dan racun (alat tangkap yang merusak ekosistem perairan) dan pembuangan
limbah pabrik ke perairan laut oleh perusahaan yang dilakukan oleh sebagian
besar masyarakat.
91
Indragiri Hilir, kemungkinan tidak akan ada terjadi konflik. Apabila kawasan
dikelola secara bersama dan mematuhi aturan yang telah dibuat berdasarkan tanpa
Responden
strategi tersebut yaitu strategi SO, WO, ST dan WT. Strategi SO adalah
93
Indragiri Hilir untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar. Strategi WO adalah
Komponen matriks SWOT yang terdiri dari Strength (S), Weakness (W),
faktor (internal dan eksternal) menjadi komponen matrik SWOT ini dapat dilihat
PELUANG (Opportunities) - O
1. Gerakan Pembangunan Berkelanjutan -
SDGs
2. Program & Kegiatan Pemerintah berbasis
kelestarian SDA STRATEGI SO STRATEGI WO
3. Keterlibatan & Kepedulian Perusahaan / Rumusan strategi-strategi Rumusan strategi-strategi
Korporasi dalam Pemberdayaan SO (SnOn) WO (WnOn)
Masyarakat
4. Riset dan Pengabdian Masyarakat
berbasis Lingkungan
ANCAMAN (Threats) - T
1. Keterlibatan Perusahaan dalam penataan STRATEGI ST STRATEGI WT
lingkungan Rumusan strategi-strategi Rumusan strategi-strategi
2. Sikap Ego sektoral dan Ego Spatial ST (SnTn) WT (WnTn)
3. Degradasi Lahan dan kerusakan
ekosistem
4. Liberalisasi Ekonomi dan Kepentingan
Politik
5. Tindakan Moral Hazard Pemangku
Kepentingan
internal dan faktor ekternal. Faktor eksternal meliputi pengakuan dari pemerintah
dan kebijakan sumber daya alam. Faktor internal dalam pengelolaan kawasan
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah, dan Perangkat Hukum dan Law
konsrvasi daerah (KKD) berdasarkan kajian awal penelitian ini terdiri ; Gerakan
Perusahaan dalam penataan lingkungan, Sikap Ego sektoral dan Ego Spatial,
dalam perbaikan suatu Kawasan dengan nilai sebesar 3,75, Komitmen Pemerintah
(Pusat) dengan nilai sebesar 3,95, Komitmen Pemerintah Provinsi Riau dengan
nilai sebesar 4,15, Komitmen Pemerintah Kabupaten dengan nilai sebesar 3,85,
Ketersediaan SDA dengan nilai sebesar 3,90, dan Koordinasi dan Komukasi antar
dengan nilai 0,136 atau sebesar 13,6%. Posisi terakhir diperoleh oleh komponen
97
koordinasi dan komunikasi sebesar 0,075 atau sebesar 7,5%. Hasil analisis AHP
SWOT dalam hal ini kekuatan (S) menunjukkan bahwa komponen komitmen
pemerintah (pusat dan provinsi) memiliki nilai paling tinggi, dengan demikian
akan ditawarkan
Daerah, Perangkat Hukum dan Law Enforcement yang masih rendah. Hasil
Konservasi di Kabupaten Indragiri Hilir ini adalah Kearifan Lokal dengan nilai
sebesar 2,56, Jumlah Sumberdaya Manusia penduduk dengan nilai sebesar 2,56,
Kualitas Sumberdaya Manusia Masyarakat dengan nilai sebesar 1,90, Arah dan
Kebijakan Pembangunan Daerah dengan nilai sebesar 2,04, Perangkat Hukum dan
Law Enforcement yang masih rendah menghasilkan nilai skor sebesar 2,90.
analisis AHP, akan diperoleh nilai pembobotan kreteria seperti Gambar 26 berikut
ini.
SWOT dalam hal ini kelemahan (W) menunjukkan bahwa komponen Perangkat
Hukum yang Lemah dan Penegakan Hukum (Law Enforcement) yang masih
atau sebesar 37,5%. Ini menunjukkan bahwa komponen faktor perangkat hukum
dan law enforement yang harus menjadi prioritas untuk diatasi dalam rumusan
strategi yang akan dirancang. Komponen faktor lain yang juga masih dianggap
lemah antara lain kearifan lokal dan arah kebijakan pembangunan berbasis
lingkungan hidup (yang masih rendah) dengan nilai 0,180 atau 18,0% dan 0,168
atau 16,8%.
99
sebesar 4,15.
SWOT dalam hal ini faktor eksternal Peluang (O) menunjukkan bahwa komponen
100
mendapatkan nilai 0,286. Ini berarti ketiga komponen ini merupakan nilai
peluang tertinggi yang dapat ditangkap untuk dijadikan strategi dalam penyusunan
yang bersifat positif ini dapat dimaksimalkan perannya dalam penyusunan konsep
nilai 0,143. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi komponen ini sebagai
penataan lingkungan dengan nilai sebesar 2,68, Sikap Ego sektoral dan Ego
Spatial dengan nilai sebesar 2,90, Degradasi Lahan dan kerusakan ekosistem
dengan nilai sebesar 1,11, Liberalisasi Ekonomi dan Kepentingan Politik dengan
nilai sebesar 1,75, dan Tindakan Moral Hazard Pemangku Kepentingan dengan
SWOT dalam hal ini faktor ekternal Ancaman (T) menunjukkan bahwa komponen
Kepedulian Perusahaan dalam penataan lingkungan dan Sikap Ego Sektoral dan
yang berperan sebagai ancaman harus mendapat perhatian serius agar dapat
kepentingan politik praktis mendapatkan nilai yang sama sebesar 0,111 atau nilai
kontribusi sebesar 11,1%. Ini berarti, meskipun nilainya relatif kecil (11,1%)
ketiga komponen ini merupakan ancaman yang dapat menghambat langkah dalam
responden terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang telah dirumuskan
menurut responden. Nilai dan bobot akan menghasilkan skor yang dijadikan
(S), Kelemahan (W), Peluang (O), dan Ancaman (T) menghasilkan 99 (sembilan
Kuadran I, II,III, dan IV. Hal ini berfungsi untuk mengidentifikasi apakah
103
Untuk dapat melihat posisi nilai-nilai strategi yang dihasilkan dari perhitungan
matriks berpasangan komponen faktor dapat dilihat pada gambar 29 berikut ini.
WO SO
Kuadran III Kuadran I
Strategi Turn-Arroud Strategi Agresif
WT ST
Kuadran IV Kuadran II
Strategi Defensif Strategi Diversiifikasi
berada pada Kuadran I. Hal ini berarti strategi-sstrategi itu dibangun oleh
kombinsi matrik berpasangan faktor internal Kekuatan (S) dan Peluang (O).
Strategi yang terletak di Kuadran I dikenal juga dengan strategi agresif. Strategi
agresif adalah strategi yang disusun pada saat atau keadaan yang sangat
(O) yang tersedia pula. Strategis ini juga dikenal dengan istilah Growth Oriented
Strategy. Sepuluh strategi-strategi hasil analisa SWOT dapat dilihat pada Tabel
30 berikut ini.
104
Berkelanjutan (SDGs).
Berkelanjutan (SDGs).
selanjutnya adalah menentukan sensitifitas dan dinamika antar strategi (SO, WO,
(AHP). Analisa AHP digunakan untuk melihat sensitifitas suatu strategi yang
106
yang optimal. Selain itu, analisa AHP juga dapat melihat sensitifitas atau
strategi yang lain. Hal ini juga dapat dijadikan pertimbangan dala pengambilan
wawancara dan focus group diskusi dengan pihak terkait. Kriteria dalam struktur
menggunakan analisis SWOT. Strategi utama ini berada pada Kuadran I Diagram
Kekuatan (S) dan Peluang (O) membentuk strategi SO adalah rumusan strategi
berkelanjutan (S0-7)
berkelanjutan (SO-9)
merupakan rumusan strategi alternatif yang dapat dipilih menjadi alternatif dalam
(WO6)
SDGs (WO7)
Lingkungan (WO8)
Lingkungan (WO10)
109
strategi alternatif yang dapat dipilih menjadi alternatif dalam pengelolaan kawasan
• Komitmen Pemerintah Provinsi Riau dengan Sikap Ego sektoral dan Ego
Spatial (ST1)
• Komitmen Pemerintah (Pusat) dengan Sikap Ego sektoral dan Ego Spatial
(ST2)
Spatial (ST4)
• Koordinasi dan Komunikasi dengan Sikap Ego sektoral dan Ego Spatial
(ST7)
rumusan strategi alternatif yang dapat dipilih menjadi alternatif dalam pengelolaan
• Perangkat Hukum dan Law Enforcement dengan Sikap Ego sektoral dan
• Kearifan Lokal dengan Sikap Ego sektoral dan Ego Spatial (WT3)
• Jumlah SDM penduduk dengan Sikap Ego sektoral dan Ego Spatial
(WT4)
lingkungan (WT5)
lingkungan (WT6)
• Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah dengan Sikap Ego sektoral dan
• Kualitas SDM Masyarakat dengan Sikap Ego sektoral dan Ego Spatial
(WT8)
dan focus diskusi para pihak menggunakan pertanyaan AHP seperti faktor mana
yang lebih penting dari faktor ini terhadap pengelolaan kawasan konservasi
oleh Strategi WO dengan nilai 0,277, Strategi ST dengan nilai 0,160, dan Strategi
lain dapat dijadikan strategi alternative atau pilihan secara berurutan sesuai
dengan urutan ranking nilai bobot yang dihasilkan. Strategi SO, WO, ST, dan WT
berdasarkan rumusan hasil pengolahan data SWOT yang akan diuji menggunakan
yang mendapatkan bobot tertinggi dalam analisa SWOT dapat dilihat pada Tabel
31 berikut.
paling tinggi yaitu sebesar 0,232. Kemudian disusul oleh S2O2 dan S5O2 dengan
nilai 0,144. Strategis S4O2, S1O2, S6O2, dan S3O1 dengan nilai 0,079, strategi
S3O4 dengan nilai 0,069. Terakhir strategi S2O1 dan S2O4 dengan nilai 0,047.
Hasil perhitungan ini berarti Strategi S3O2 yang memiliki bobot paling tinggi
sebesar 0,232 atau setara dengan 23,2 % dapat dipilih menjadi strategi yang dapat
Kemudian disusul oleh SO2, SO3, hingga SO10 dapat diajukan sebagai strategi
pembobotan yang paling tinggi yaiti sebesar 0,210. Kemudian disusul oleh
Strategi W5O1, W5O4, dan W1O2 dengan nilai 0,121. Strategis W2O2 dengan
senilai 0,095. Strategi W1O1, W1O4, W2O1 dan W2O4 memperoleh nilai 0,067.
paling tinggi sebesar 0,216. Kemudian disusul oleh Strategi S2T2, S6T2, S4T2
dan S3T1 dengan nilai yang sama sebesar 0,128. S2T1 mendapat nilai 0,080.
116
Strategis S6T2 mendapat nilai 0,072. Strategi S5T1 memperoleh nilai 0,042
sementara S4T1 dan S1T1 memperoleh nilai yang sama sebesar 0,040.
pembobotan yang paling tinggi yaitu sebesar 0,210. Kemudian disusul oleh
117
Strategi W5T1, W1T2, dan W2T2 dengan nilai yang sama sebesar 0,121.
Strategis W1T1 dengan nilai 0,095 yang disusul oleh Strategi W3T2, W4T1,
W3T1, dan W5T4 masing-masing 0,067. Terakhir adalah strategi W4T2 dengan
nilai 0,062.
sekaligus mengetahui strategi yang paling baik yang dapat digunakan untuk
36 berikut ini.
menyusun 10 (sepuluh) strategi terbaik itu dapat dilihat pada Tabel 35 berikut.
118
Kuadran I (SO) dan Kuadran III (WO) koordinat Kartesius SWOT. Kuadran I
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
(WO) sebut sebagai Strategi Turn Around dimana kondisi yang memiliki peluang,
akan tetapi sisi lain terdapat kelemahan internal yang dapat melemahkan atau
Berdasarkan hasil analisa AHP dan hal tersebut diatas maka rumusan strategi yang
sumberdaya alam
berkelanjutan
10. Memperbanyak Riset dan Kajian dibidang hukum lingkungan hidup serta
masyarakat
strategi yang lain, maka silakukan simulasi menaikkan kontribusi suatu strategi
Pada kondisi existing nilai Strategi SO sebesar 46,7%, pada saat itu
dapat dilihat pada bagian kanannya. Strategi SO dikenal dengan strategi agresif,
strategi dengan memaksimalkan kekuatan (S) untuk merebut peluang (O), dengan
121
demikian maka upaya yang dilakukan adalah menaikkan Kekuatan (S) dan
sektor yang lain dapat dilihat pada Gambar 38 Gambar 38 ini adalah simulasi
dari 27,7% menjadi 22,5% (terjadi penurunan sebesar 5,20%). Hal ini berarti
menutupi Faktor Kelemahan (W) yang dimiliki untuk meraih Peluang (O) yang
menurunkan atau melemahkan Ancaman (T) yang akan terjadi dalam pengelolaan
BAB V
REKOMENDASI PROGRAM
sumberdaya alam
berkelanjutan
10. Memperbanyak Riset dan Kajian dibidang hukum lingkungan hidup serta
masyarakat.
124
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Zona Inti di kawasan KKD Indragiri Hilir meliputi luasan sebesar 4539.11 Ha
yang terbagi dalam 2 Area atau blok dimana secara keseluruhan berdasarkan
mensyaratkan bahwa minimal zona inti 10% dari luas habitat/ekosistem dari
konservasi dari Luas area migrasi pesut dan sebaran ekosistem udang nenek,
kepiting bakau dan ikan tirusan di Zona Inti terhadap luas ekosistem/habitat di
seluruh KKD Indragiri Hilir sebesar 16.92 % sehingga luas zona inti sudah
2. Lokasi zona inti terbagi dalam 2 (dua) area ; Zona inti area I berada di depan
Mandah, dan Zona inti area II berada di depan Desa Sungai Bela secara
dengan alat yang ramah lingkungan. Alat tangkap yang banyak digunakan
oleh nelayan tradisionil setempat adalah pancing, bagan, sondong dan gillnet
125
untuk menangkap ikan terutamakan ikan dasar dan ikan pelagis kecil. Jenis
Tirusan/gulama(, ikan Kurau, ikan Selampai, Kerang Darah, ikan Lepu Batu,
Ikan Sembilang, ikan Belukang, ikan Belanak, ikan Kerapu, ikan Kakap,
Merancang kegiatan riset dan penelitian yang dibiayai dari Pemerintah Pusat
5.2. Saran
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten berdasarkan hasil penelitian ini sudah cukup
Kawasan Konservasi Daerah Indragiri Hilir. Hal ini adalah salah satu upaya untuk
mereduksi Ego Sectoral dan Spatial sekaligus menekan tindakan moral hazard
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, T., & Aminata, J., 2022. Analisis pembangunan regional sektor
perikanan dengan simulasi fuzzy AHP (Studi Kasus: Wilayah Tambak
Lorok, Kota Semarang) (Doctoral dissertation, UNDIP: Fakultas
Ekonomika Dan Bisnis).
Anjani, B., 2014. Kajian manfaat pengelolaan kawasan konservasi perairan bagi
perikanan berkelanjutan (studi kasus perairan laut berau, Kalimantan
timur) (Doctoral dissertation, Tesis).
Bato, M., Yulianda, F., & Fahruddin, A., 2013. Kajian manfaat kawasan
konservasi perairan bagi pengembangan ekowisata bahari: Studi kasus di
kawasan konservasi perairan Nusa Penida, Bali. Depik, 2(2).
Bengen, D. G., 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor:Institut Pertanian
Bogor.
Bengen, D. G., Tahir, M., & Wiryawan, B., 2003. Program Daerah Perlindungan
Laut Pulau Sebesi, Lampung Selatan: Tinjauan Aspek Keberlanjutan,
Akuntabilitas dan Replikabilitas. Penerbitan Khusus Proyek Pesisir
PKSPL IPB, Coastal Resources Center—University of Rhode Island.
Narraganset, Rhode Island.
Birawa, C., & Sukarna, R. M., 2016. Zona Ekowisata Kawasan Konservasi Pesisir
di Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan, Provinsi
Kalimantan Tengah Melalui Pendekatan Ekologi Bentang Lahan. Jurnal
Ilmu Kehutanan, (1): 19-32.
Budiharsono, S., 2001. Teknik analisis pembangunan wilayah pesisir dan lautan.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Budiharsono, S., & Suaedi, A., 2006. Sistem Perencanaan Pembangunan Kelautan
dan Perikanan. Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Sekretariat
Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Fauziah, Y., 2004. Struktur dan Penyebaran Vegetasi Strata Sapling Di Kawasan
Hutan Mangrove Pulau Bengkalis Provinsi Riau. Biogenesis, 26-30.
Harahap, S. A., Riyantini, I., & Prihadi, D. J., 2017. Studi Kelayakan Zona Inti
Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan Kecamatan Selat Nasik,
Kabupaten Belitung. Jurnal Perikanan Kelautan, 8(1).
Juliyanto, E., Krisanti, M., & Susanto, H. A., 2019. Analisis prioritas pengelolaan
kawasan konservasi perairan Pulau Ay-Rhun, Provinsi Maluku. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(3): 721-733.
Kelleher, G., 1999. Guidelines for marine protected areas. WCPA Best Practice
Protected Area Guideline Series No. 3, IUCN publication
Saaty Thomas, L., 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta:
PT. Dharma Aksara Perkasa.
129
Salm, R. V., Salm, R. V., Clark, J. R., & Siirila, E., 2000. Marine and coastal
protected areas: a guide for planners and managers. IUCN.
Satria, A., 2009. Pesisir dan laut untuk rakyat. Bogor : IPB PRESS
Soedharma D., 2011. Pengelolaan Kawasan Konservasi Pesisir dan Lautan. Bali.
Makalah dalam Pelatihan “Pendidikan Konservasi Alam”. IWF Peduli
Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968
Ekosistem Mangrove
Pohon Mangrove
140
Sarana Transportasi
Pelabuhan
Kreteria :
• Bila Rata-rata baris lebih besar (+) atau sama dengan (=) Rata-rata Kolom dikategorikan STRENGTH atau S, langsung menjadi angka bobot
• Bila Rata-rata baris lebih kecil (-) dari Rata-rata Kolom dikategorikan WEAKNESS atau W, maka menjadi pengurang angka 4 hasilnya menjadi angka bobot
• Bila Rata-rata baris lebih besar (+) atau sama dengan Rata-rata Kolom dikategorikan OPPORTUNITY atau O, langsung menjadi angka bobot
• Bila Rata-rata baris lebih kecil (-) dari Rata-rata Kolom dikategorikan TREATMENT atau T, maka menjadi pengurang angka 4 hasilnya menjadi angka bobot
143
Lampiran 12. 10 (sepuluh) Strategi Prioritas berdasarkan Hasil Perhitungan Matrik SWOT