Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL SKRIPSI

PERSEPSI PELAKU UMKM TERHADAP PINJAMAN ONLINE DI

KECAMATAN LEWA

Disusun Oleh :

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu penggerak

perekonomian bangsa. UMKM juga memegang peranan penting dalam

pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Sektor riil yang

diwakili oleh usaha mikro, kecil dan menengah yang awalnya dipandang hanya

sebagai potret rendahan di dunia bisnis, muncul menyelamatkan perekonomian

Indonesia. UMKM telah teruji dan terbukti mampu bertahan di tengah krisis

moneter serta mampu menjadi pendorong perekonomian setelah krisis berakhir.

Kemampuannya tersebut membuktikan bahwa sektor UMKM ini merupakan

bagian dari industri yang kuat. Keberhasilan pembangunan ditunjukkan dengan

nilai tambah, kesempatan kerja serta pemerataan kesempatan usaha, sehingga

UMKM semakin efektif menjadi pendorong utama dalam pembangunan di

Indonesia.

Menurut Data Kementerian Koperasi Dan Usaha Mikro, Kecil Dan

Menengah (KEMENKOP UMKM) menunjukan terdapat sekitar 58 juta kegiatan

usaha secara mandiri dan sekitar 1,56% penduduk telah menjadi pengusaha yang

dulunya berasal dari bisnis pemula dan mampu mengembangkan usahanya.Peran

strategis UMKM dalam struktur perekonomian Indonesia makin nyata dimana

sekitar 99,9% unit bisnis di Indonesia merupakan UMKM dan menyerap hampir

1
97% tenaga kerja Indonesia. Hal ini menunjukan sementara sektor UMKM di

Provinsi Nusa Tenggara Timur sendiri pada kurun waktu tahun 2012 sampai

dengan tahun 2015 terus mengalami pertumbuhan dengan rata-rata pertumbuhan

jumlah UMKM mencapai 4,8% per tahun yang bergerak dibidang pangan,

sandang, kimia dan bahan bangunan, logam dan elektronika, serta kerajinan.

Pertumbuhan itu diamati dari kenaikan omset UMKM di NTT yang meningkat

dari Rp 24,96 triliun menjadi Rp 25,27 triliun pada tahun 2019. Sedangkan

jumlah pertumbuhan wirausaha baru dari 181 unit UMKM meningkat menjadi

319 unit UMKM atau sekitar 73,37% pada tahun 2015 dan untuk jumlah UMKM

juga mengalami kenaikan dari 2.022.868 unit pada tahun 2020 menjadi 2.071.416

unit pada tahun 2021. Untuk omzet rata-rata mengalami perkembangan sebesar

4,16% yang bergerak dibidang perdagangan, industri pengolahan dan jasa serta

sejumlah sektor lainnya (data Kementrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah, 2015).

Pada kenyataannya perkembangan sektor UMKM di NTT masih dihadapkan oleh

berbagai masalah. Salah satu masalah mendasar yang dihadapi adalah

keterbatasan modal. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada

tahun 2017, hanya 29,8% usaha mikro dan kecil yang memanfaatkan pinjaman

dan sebagian besar pinjaman berasal dari perorangan, bukan dari lembaga

keuangan formal atau perbankan. Permodalan mereka tergantung sepenuhnya

pada tabungan sendiri atau sumber-sumber informal seperti keluarga.

2
Sejak tahun 1970-an, pemerintah telah memfasilitasi penyaluran dana ke

sektor usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) yang diawali dengan dua

skema kredit dari Bank Indonesia yaitu Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP)

dan Kredit Investasi Kecil (KIK). Selain itu Bank Indonesia telah mengeluarkan

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/2/PBI/2001 yang mewajibkan

perbankan untuk menyediakan 20% dari total kreditnya kepada usaha kecil.

Peraturan tersebut dikeluarkan untuk mendorong perbankan agar meningkatkan

penyaluran dana ke sektor UMKM. Melihat besarnya peran UMKM di Indonesia

maka wajar apabila sektor ini mendapat perhatian lebih, khususnya dari segi akses

dan permodalan yang selama ini menjadi permasalahan utama dalam

pengembangan UMKM.

Baik bank konvensional maupun bank syariah mempunyai peraturan

masing-masing untuk menetapkan dan mengatur pemberian kredit dan

pembiayaan maupun jasa perbankan lainnya yang dilaksanakan oleh bank-bank

tersebut. Akan tetapi, peraturan yang ditetapkan harus berpedoman pada peraturan

perbankan yang berlaku secara umum. Sistem pemberian kredit pada bank

konvensional lebih menekankan pada perolehan bunga yang ditetapkan pada para

debitur. Besarnya jumlah pengembalian pinjaman yang harus dibayarkan oleh

para debitur adalah sebesar jumlah pinjaman kredit yang diterima beserta jumlah

bunga kredit yang ditetapkan pihak bank. Sehingga dengan adanya bunga tersebut

dapat dimasukkan dalam pendapatan dan keuntungan bank. Jika dipandang dari

segi syariah, maka apa yang diterapkan pada bank konvensional tersebut adalah

termasuk perbuatan riba (Agus, 2015).

3
Sementara itu, sistem pembiayaan yang diterapkan pada bank syariah

memiliki beberapa perbedaan dengan sistem pemberian kredit yang diterapkan

pada bank konvensional. Ketika terdapat debitur yang meminjam dana kepada

bank syariah, maka antara pihak bank maupun pihak debitur akan melakukan

perjanjian di awal pembiayaan yang dianggap sebagai pengikatan kontrak antara

pihak bank dengan calon nasabah atau calon debitur. Perjanjian tersebut antara

lain meliputi perhitungan bagi hasil yang selanjutnya akan ditanggung bersama

oleh kedua pihak tersebut. Selain itu, perjanjian tersebut juga menjelaskan bahwa

jika terjadi kerugian, maka akan ditanggung bersama oleh pihak bank maupun

nasabah. Perhitungan bagi hasil yang ditetapkan dalam perjanjian dilakukan tanpa

adanya unsur paksaan di dalamnya. Terkait dengan perhitungan bagi hasil, jika

bank mendapatkan keuntungan lebih, maka laba akan dibagi bersama dengan

nasabahnya. Namun jika pihak bank mengalami kerugian, maka pihak nasabah

juga turut menanggung resiko kerugiannya. Berdasarkan hasil keputusan MUI

(Majelis Ulama Indonesia), bagi hasil tersebut bukan merupakan aktivitas riba

dan tidak haram.

Penelitian yang telah di lakukan oleh (Eka 2015) menjelaskan bahwa

UMKM mengalami permasalahan dalam proses pengembangan usahanya

terutama dalam upaya peningkatan nilai produk usaha dikarenakan kurangnya

modal kerja. Dalam penelitian tersebut menghasilkan temuan pengaruh positif

dan signifikan persepsi pelaku UMKM mengenai kredit usaha rakyat terhadap

modal kerja. Terdapat pengaruh positif dan signifikan persepsi pelaku UMKM

mengenai modal kerja terhadap nilai produk. Terdapat pengaruh secara tidak

4
langsung persepsi pelaku UMKM mengenai kredit usaha rakyat terhadap niai

produk melalui modal kerja. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor

3/2/PBI/2001, perbankan konvensional maupun perbankan syariah dianjurkan

untuk menjadikan pembiayaan sektor UMKM sebagai prioritas dan berkomitmen

untuk terus mempermudah akses UMKM terhadap perbankan. Hal ini tercermin

dari porsi kredit UMKM yang mencapai lebih dari 40% dari kredit total pada

perbankan konvensional. Bahkan porsi pembiayaan UMKM pada bank syariah

mencapai lebih dari 70% dari pembiayaan total.

Teknologi informasi berkembang begitu pesat saat ini, bahkan di seluruh

dunia pengguna internet baik mobile maupun fixed terus meningkat. International

Telecommunication Union (ITU) melaporkan bahwa jumlah pengguna internet

dunia telah mencapai lebih dari 3,9 miliar (APJII, 2020). Hal tersebut tidak

berlaku di negara maju saja. Namun, juga berlaku di negara berkembang seperti

di Indonesia. Menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

(APJII) penetrasi pengguna internet di Indonesia tahun 2019 tumbuh mencapai

73,7%. Pertumbuhannya naik sekitar 8,9% dari tahun sebelumnya (APJII, 2020).   

APJII melaporkan bahwa pengguna internet di Indonesia meningkat 27,9 juta dari

171,1 juta pada tahun 2018 menjadi 143,2 juta pengguna pada tahun 2019 (APJII,

2020). Perkembangan teknologi informasi juga masuk pada sektor jasa keuangan

yang menghasilkan terobosan baru yaitu Financial Technology (Fintech). Fintech

merupakan bentuk layanan keuangan mencakup transaksi pembayaran,

perbankan, pinjaman, asuransi, pinjaman, dan sebagainya yang memanfaatkan

media digital (Wardani & Darmawan, 2020). Selain itu Fintech juga memberikan

layanan investasi, pembiayaan (peer‐to‐peer lending), lintas‐proses, maupun

infrastruktur (security) (Iman, 2016). Hadirnya layanan peer‐to‐peer lending di

5
tengah masyarakat Indonesia memberi angin segar para pelaku UMKM. UMKM

dapat dengan mudah memperoleh pembiayaan. Peer‐to‐peer lending merupakan

bentuk layanan berbasis Fintech yang memberikan pinjaman modal pada suatu

usaha yang dilakukan secara online. Pinjaman online merupakan platform layanan

digital yang mempertemukan antara kreditur dengan debitur (Phan et al., 2020)

atau layanan penyaluran kredit secara online (Wahyuni & Turisno, 2019).

Berkembangnya pinjaman online terutama karena menawarkan

kemudahan akses dibandingkan layanan keuangan formal. Harus diakui

persyaratan administrasi pada pinjaman online jauh lebih mudah dan cepat

dibanding layanan keuangan formal (Wahyuni & Turisno, 2019). Selain itu, ada

kemudahan lain bagi pinjaman online yaitu tidak diperlukannya jaminan, dan

menawarkan pinjaman jangka pendek kurang dari satu tahun. Bagi penyedia

fintech pinjaman online bisnis ini akan memberikan keuntungan yang lebih besar

daripada dananya ditabung di bank (Aftech, 2020). Hingga Agustus 2021, karena

kemudahan yang diberikan penyedia pinjaman online, entitas borrower

menyentuh angka 68.414.603 (OJK, 2021). Namun, perlu diketahui bahwa dibalik

kemudahan yang ditawarkan terdapat risiko dibaliknya. Risiko tersebut antara

lain: tingginya beban bunga pinjaman, akses terhadap data pribadi dan nomor

kontak yang ada di gawai peminjam, dan ini rawan disebarluarkan dalam

melakukan penagihan (Rizki, 2019).

Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia hingga

bulan Oktober 2021 perusahaan fintech P2P lending yang terdaftar dan berizin

berjumlah 106 perusahaan. Namun, diluar jumlah tersebut masih banyak Fintech

P2P Lending ilegal yang ada di tengah 24 MBR (Management and Business

Review), 6(1) 2022, 22‐32 masyarakat Indonesia. Data dari Otoritas Jasa

6
Keuangan Republik Indonesia tahun 2018 hingga tahun 2021, OJK berhasil

menghentikan sebanyak 3.516 entitas pinjaman online ilegal (OJK, 2021)

Perbedaan dengan penelitian akan dilakukan penulis adalah penelitian

sebelumnya melihat persepsi masyarakat terhadap penggunaan produk bank

syariah dan melihat persepsi pelaku UMKM terhadap kredit usaha rakyat.

Sedangkan pada penelitian ini penulis melihat persepsi pelaku UMKM terhadap

pinjaman online di Kecamatan Lewa. Penelitian ini berfokus pada pendapat

nasabah selaku UMKM pada pinjaman online.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi nasabah terhadap pinjaman online di Kecamatan Lewa?

2. Apakah terdapat perbedaan persepsi nasabah terhadap pinjaman pinjaman

online di Kecamatan Lewa?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk menjelaskan persepsi nasabah terhadap pinjaman pinjaman online di

Kecamatan Lewa

2. Untuk menjelaskan adakah perbedaan persepsi nasabah terhadap pinjaman

pinjaman online di Kecamatan Lewa

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini diharapkan akan mempunyai kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi akademis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

mengenai persepsi nasabah terhadap pinjaman sektor UMKM di pinjaman

online di Kecamatan Lewa

2. Bagi perusahaan, penulisan ini bermanfaat untuk membantu dan

7
mempermudah pemilik usaha dalam menentukan pilihan tentang pinjaman

online di Kecamatan Lewa

3. Bagi masyarakat, penulisan ini bermanfaat untuk memberikan wawasan

mengenai pembiayaan yang diberikan pinjaman online di Kecamatan Lewa

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi mengenai landasan teori mencakup hal – hal yang berhubungan

dengan persepsi, usaha mikro kecil menengah (UMKM), pinjaman online,

kerangka pemikiran, dan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai ruang lingkup penelitian, rancangan penelitian, jenis dan

sumber data, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, dan teknik analisis

data.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. UMKM

1. Pengertian UMKM

UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha disemua sektor ekonomi. Pada

prinsipnya pembedaan antara usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah,

usaha besar umumnya didasarkan pada nilai aset awal (tidak termasuk tanah

dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja tetap. Namun,

definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda menurut negara. Oleh

karena itu memang sulit membandingkan pentingnya atau peran UMKM antar

negara.

Di Indonesia definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonsia Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Dalam Bab 1 (Ketentuan

Umum), pasal 1 dari UU tersebut, dinyatakan bahwa usaha mikro adalah

usaha produktif milik orang-perorangan dan badan usaha perorangan yang

memenuhi usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Usaha kecil

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dari usaha mikro 16 Tulus Tambunan,

Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia atau usaha besar yang

memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana telah diatur dalam UU tersebut.

Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

89
sendiri, yang dilakukan oleh orangperorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari

usaha mikro, usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha

mikro sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM,

maka definisi dari masing-masing usaha adalah sebagai berikut:

a. Usaha Mikro adalah usaha dengan kekayaan bersih kurang dari 50 juta

rupiah atau menghasilkan penjualan kurang dari 300 juta rupiah selama satu

tahun.

b. Usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan antara 50 sampai 500 juta

rupiah atau menghasilkan penjualan antara 300 juta hingga 2,5 miliar rupiah

selama satu tahun.

c. Usaha menengah adalah usaha dengan kekayaan atara 500 juta sampai 10

miliar rupiah atau menghasilkan penjualan antara 2,5 hingga 50 miliar rupiah

selama satu tahun.

B. Presepsi

1. Pengertian Presepsi

Persepsi (dari bahasa latin perceptio, percipio) adalah tindakan mengenali,

menyusun dan menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan

pemahaman tentang lingkungan. Secara terminologi pengertian persepsi adalah

tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui

beberapa hal yang bisa dilakukan melalui pengindraan. Persepsi merupakan

proses akhir dari pengamatan yang diawali melalui proses penginderaan, yaitu

90
proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian,

lalu diteruskan ke dalam otak dan kemudian individu menyadari tentang sesuatu

yang dinamakan persepsi.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, persepsi adalah kemampuan

seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara

lain: kemampuan untuk membedakan, mengelompokan, dan kemampuan untuk

memfokuskan. Oleh sebab itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda

meskipun objeknya sama. Hal itu bisa terjadi karena adanya perbedaan dalam hal

sistem nilai dan ciri kepribadian dalam setiap individu yang bersangkutan.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang menurut Miftah Toha

adalah: 1) Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,

keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan

kejiwaan, nilai, kebutuhan, dan motivasi.

2) Faktor eksternal: pengetahuan, informasi yang diperoleh, kebutuhan sekitar,

intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, hal-hal baru dan familiar atau

ketidakasingan suatu objek.

Faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang adalah:

1) Frame of Reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan

dipengaruhi oleh pendidikan, bacaan, penilitian, dll.

2) Frame of Experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang pernah dialami yang

tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya

3. Pinjaman Online

Pinjaman online adalah fasilitas pinjaman uang oleh penyedia jasa

keuangan yang beroperasi secara online. Karena sistemnya yang virtual, pinjaman

91
online tidak membutuhkan jaminan atau agunan. Pinjaman online termasuk

sebuah inovasi di bidang teknologi keuangan yang memudahkan masyarakat

dalam meminjam uang. Pinjaman online diminati banyak masyarakat karena tidak

membutuhkan jaminan yang sulit, dan bisa dengan mudah dilakukan

melalui telepon genggam. Pengguna yang mengakses aplikasinya dapat langsung

mendaftar dan mendapatkan pinjaman melalui transaksi online. Pemohon tidak

harus pergi ke bank, mengisi formulir dan persyaratan lain. Peminjam cukup

mengikuti langkah yang diminta, seperti verifikasi identitas diri, nomor kontak,

memilih jumlah pinjaman, dan memberi informasi rekening bank pribadi.

Seiring perkembangannya, aplikasi pinjaman online semakin banyak

bermunculan disebabkan peminat dari masyarakat yang cukup tinggi. Munculnya

banyak aplikasi tersebut menyebabkan pemerintah harus membuat regulasi untuk

bisa mengatur seluruh aplikasi pinjaman online agar tidak bertindak ilegal.

Regulasi tersebut diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mekanisme

peminjaman secara online diawali dengan konsumen menggunakan platform

pinjaman online. Kemudian, konsumen mengisi formulir peminjaman. Setelah itu,

perusahaan akan melakukan analisis kredit atau pengajuan pinjaman bagi

penerima pinjaman. Selanjutnya, pemberi pinjaman dan penerima pinjaman

bertemu secara virtual melalui platform. Setelah dilakukan pengecekan, peminjam

akan menerima sejumlah uang yang ditransfer melaui rekening. Tahapan

berikutnya, peminjam mengangsur pinjaman kepada pemberi pinjaman. Pemberi

pinjaman akan mendapatkan return dari hasil bunga pembayaran angsuran.

92
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field

Research) yaitu penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.

Pendekatan desktiptif kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data

yaitu berupa kata tertulis atau secara lisan dari orang-orang dan pelaku yang

diamati. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu

penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status

suatu gejala yang ada yaitu keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian

dilakukan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang di lakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan

informasi atau data dilaksanakan setelah dikeluarkannya izin penelitian. Tempat

Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lewa, terkhusus kepada pelaku

UMKM yang mengunakan jasa pinjaman online dengan kriteria yang sudah di

tentukan oleh peneliti.

C. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian adalah variabel penelitian yang merupakan inti dari

problematika penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah persepsi pelaku

UMKM. Sedangkan subjek penelitiannya adalah benda, tempat, orang atau data

untuk variabel penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah pelaku UMKM yang

93
terdapat di kecamatan Lewa. Pelaku UMKM yang di gunakan sebagai subjek

penelitian diambil dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Penentuan

subjek dalam penelitian dilakukan terhadap pelaku UMKM yang memiliki

beberapa kriteria diantaranya:

1. Pelaku UMKM yang menggunakan jasa Pinjaman Online.

2. Data yang di ambil dari 1 tahun terakhir.

3. Responden yang menyetujui wawancara

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data di lakukan dengan melakukan

observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Menurut S. Margono, observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek yang berada di

tempat berlangsungnya peristiwa. Observasi dalam penelitian ini adalah untuk

melihat bagaimana gambaran subjek yang akan di teliti. Dalam hal ini

observasi yang di lakukan di UMKM adalah dengan mengamati usaha yang di

lakukan oleh pelaku UMKM dan lainnya.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan

berhadapan langsung dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada

si peneliti. Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang

94
diperoleh dari observasi. Wawancara di lakukan secara langsung dengan

subjek yang akan di ambil informasinya dalam hal ini adalah pelaku UMKM.

Wawancara dengan pelaku UMKM adalah dengan menanyakan secara

langsung tentang bagaimana kondisi usahannya, perkembangan usahannya

dan persepsi pelaku terhadap Pinjaman online yang ada di Kecamatan Lewa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono yaitu catatan peristiwa yang telah terjadi,

bisa berbentuk tulisan, gambar ataupun karya seseorang. Dengan kata lain,

dokumen adalah sumber informasi yang berbentuk bukan manusia (non

human resources) menurut Nasution, baik foto maupun bahan statistik. Di

dalam penelitian ini dokumen yang terkait dengan Pinjaman Online dan

UMKM di dapatkan berupa kabar berita gambar dan dokumen-dokumen

lainnya.

D. Pengabsahan Data

Pengabsahan data merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk

menjamin agar semua data yang diteliti sesuai dengan yang asli hal tersebut

dilakukan untuk memelihara dan menjamin agar data yang berhasil dikumpul

adalah benar. Keabsahan data yang peneliti gunakan adalah teknik triangulasi.

Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan

untuk proses pengecekan atau membandingkan data lain di luar data itu.

Menurut Denzin yang dikutip Meleong teknik triangulasi dibagi menjadi emat

macam yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi penyidik dan

triangulasi teori.

Teknik pengabsahan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan

95
mencek ulang suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

Hal itu dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara, membandingkan keadaan dan prespektif

seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, membandingkan

hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

E. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis data

yang dikembangkan oleh Milles dan Huberman yaitu :

1. Data Collection (Pengumpulan data), pada saat wawancara, penulis sudah

melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Dilakukannya

pengumpulan semua data yang berhubungan dengan kajian penelitian ini

sebanyak mungkin oleh penulis.

2. Data Reduction (Reduksi Data), mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, data

yang diperolah dianggap kurang valid akan dihilangkan dan tidak dimasukkan

kedalam pembahasan.

3. Data Display (Penyajian Data), setelah data direduksi, maka langkah

selanjutnya adalah mendisplaykan data. Pada penelitian kualitatif, penyajian

data bisa dilakukan dalam bentuk bagan, uraian singkat, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya.

4. Conclusion Drawing/Verification, dalam analisis data kualitatif menurut

Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

yang dikemukakan di awal masih bersifat sementara, dan akan berubah jika

tidak ditemukannya bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya.

96
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsaleh, Abdulaziz M. and Andrew C. Worthington. 2013. “Small and

Medium-Sized Enterprises Financing : A Review of Literature.”

International Journal of Business and Management 8(14):36–54.

Aff, J.Bus Fin, R. Uddin, T. Biswas, J. Ali, and Khatun Ms. 2017. “Accounting

Practices of Small and Medium Enterprises in Rangpur , Bangladesh.”

Journal of Business & Financial Affairs 6(4):1–7.

Afka, Taudlikhul. 2017. “Pengaruh Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah

(Umkm), Dan Kecukupan Modal Terhadap Kemampuan Mendapatkan

Laba Dari Aset Perbankan Syariah Di Indonesia.” Journal of Islamic

Economics 1(2):183– 201.

Al-bakri, Anas, Mohammed Matar, and Abdul Naser I.Nour. 2014. “The

Required Information and Financial Statements Disclosure in SMEs.”

Journal of Finance and Accountancy 16:1–15.

Almujab, Saiful and Setyo Budiutomo. 2017. “Pengaruh Akuntansi Berbasis

ETAP Terhadap Kualitas Laporan Keuangan UMKM.” Jurnal Akuntansi

Dan Keuangan 5(3):29–40.

Andriani, Lilya, Anantawikrama Tungga Atmadja, and Ni Kadek Sinarwati. 2014.

“Analisis Penerapan Pencatatan Keuangan Berbasis SAK ETAP Pada

Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ) ( Sebuah Studi Intrepetatif Pada

Peggy Salon

).” Jurnal Akuntansi 2(1):1–12.

97
Anggraini, Dewi and Syahrir Hakim Nasution. 2013. “Peranan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) Bagi Pengembangan Umkm Di Kota Medan (Studi Kasus

Bank BRI).” Jurnal Ekonomi Dan Keuangan 1(3):105–16.

Beik, Irfan Syauqi and Masyitha Mutiara Ramadhan. 2013. “Analisis Pengaruh

Instrumen Moneter Syariah Dan Konvensional Terhadap Penyaluran Dana

Ke Sektor Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Indonesia.”

Jurnal Al- Muzara’ah I(2):175–90.

Destiana, Rina. 2016. “Analisis Faktor-Faktor Internal Yang Mempengaruhi

Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Pada Bank

Syariah Di Indonesia.” Jurnal Riset Keuangan Dan Akuntansi 2:15–28.

Djuarni, Wenny. 2011. “Analisis Perbandingan Metode Pemberian Kredit di

BankKonvensional dengan Pembiayaan Musyarakah pada Bank Jabar dan

PT bank Jabar Syariah tbk”. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan

PKM 2(1):1-

30. Online: prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/download/131/82

(diunduh pada 25 Februari 2018).

Ediraras, Dharma T. 2010. “Akuntansi Dan Kinerja UKM.” Jurnal Ekonomi Dan

Bisnis 15(100):152–58.

98
Ezeagba, Charles. 2017. “Financial Reporting in Small and Medium Enterprises

( SMEs ) in Nigeria . Challenges and Options.” International Journal of

Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences

7(1):1–10.

Fakhrina, Agus. 2015. “Pengaruh Suku Bunga Kredit Dan Deposito Bank

Konvensional Terhadap Margin Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Di

Indonesia.” Jurnal Penelitian 12(1):39–54.

Fitriyanto, Eka. 2015. “Pengaruh Persepsi Pelaku Umkm Mengenai Kredit Usaha

Rakyat (KUR) Terhadap Modal Kerja Dan Nilai ProdukUsaha Di

Kabupaten Wonosobo”. Jurnal ekonomi dan bisnis:1-20.

Handayani, Riska Tri, R.Anastasia Endang Susilawati, and Nanang Purwanto.

2015. “Analisis Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik (SAK ETAP) Pada Layanan Pemeriksaan Histopatologi (Pa) &

Sitologi Dr. Soebarkah Basoeki, Sppa Malang.” Jurnal Riset Mahasiswa

Akuntansi 1(1):1–9.

Harahap, Yenin Ramadhani. 2014. “Kemampuan Menyusun Laporan Keuangan

Yang Dimiliki Pelaku UKM Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja UKM.”

Jurnal Akuntansi Dan Bisnis 14(1):66–76.

Ikem, Ohachosim Celestine, Onwuchekwa Faith Chidi, and Ifeanyi Toochukwu

Titus. 2012. “Financial Challenges of Small and Medium-Sized

Enterprises (SMEs) In Nigeria: The Relevance of Accounting

99
Information.” Review of Public Administration & Management 1(2):248–

76.

Indrawati, Henny. 2014. “Determinan Permintaan Pembiayaan Syariah

Determinan Permintaan Petani Kelapa Sawit Terhadap Pembiayaan

Syariah.” Jurnal Sosiohumaniora 16(2):137–42.

Kementerian Koperasi Dan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah. 2015. Data

Usaha Mikro Kecil dan Menengah Tahun 2014-2015. Kementrian

Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Jakarta.

Kusnianingrum, Devi and Akhmad Riduwan. 2016. “Determinan Pembiayaan

Murabahah (Studi Pada Bank Syariah Mandiri).” Jurnal Ilmu Dan Riset

Akuntansi 5(1):1–19.

Maryati, Sri. 2014. “Peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dalam

Pengembangan UMKM Dan Agribisnis Pedesaan Di Sumatera Barat.”

Journal of Economic and Economic Education 3(1):1–17.

Minarni, Eni and Krisan Sisdiyantoro. 2014. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik (Studi Empiris Pada Koperasi Di Kabupaten Tulungagung).” Jurnal

Universitas Tulungagung Bonorowo 2(1):1–12.

10
0
Muhamad, 2014, Manajemen Dana Bank Syariah, PT. Raja Grafindo Persada,

jakarta.

Narsa, Niluh Putu Dian Rosalina Handayani and Isnalita. 2012. “SAK ETAP

Sebagai Solusi Overload Standar Akuntansi Bagi Usaha Mikro, Kecil,

Menengah, Dan Koperasi.” Jurnal Ekonomi Dan Keuangan 1(1):44–65.

Ningtiyas, Jilma Dewi Ayu. 2017. “Penyusunan Laporan Keuangan UMKM

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil Dan

Menengah (SAK-EMKM) (Study Kasus Di UMKM Bintang Malam

Pekalongan).” Jurnal Akuntansi 2(1):11–17.

Nurlela, Siti. 2015. “Kemampuan Menyusun Laporan Keuangan Usaha Kecil

Menengah Pengaruhnya Terhadap Kinerja UKM Kerajinan Gitar Di

Kabupaten Sukoharjo.” Jurnal Paradigma 12(2):50–59.

Peprah, James Adu, Andrews Osei Mensah, and Noah Boakye Akosah. 2016.

“Small And Medium Sized Enterprises ( SMEs ) Accessibility To Public

Procurement : Smes Entity Perspective In Ghana.” Journal of Business and

Social Sciences 4(11):25–40.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 3, Tahun 2001 tentang perbankan konvensional

maupun perbankan syariah dianjurkan untuk menjadikan pembiayaan

sektor UMKM. 2001. Gubernur Bank Indonesia, Jakarta.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 17, Tahun 2015 tentangPemberian Kredit Atau

Pembiayaan Oleh Bank Umum DanBantuan Teknis Dalam Rangka

Pengembangan Usaha Mikro,Kecil, Dan Menengah. 2015.

Pratomo, Dian, Musa Hubeis, and Illah Sailah. 2009. “Strategi Lembaga

10
1
Keuangan Mikro Syariah Dalam Mengembangkan Usaha Mikro (Kasus

LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta).” Jurnal

MPI (1):1–16.

Rahmawati, Teti and Oktaviani Rita Puspasari. 2017. “Implementasi SAK ETAP

Dan Kualitas Laporan Keuangan Umkm Terkait Akses Modal

Perbankan.” Jurnal Akuntansi 1(1):49–62.

Rahmawaty, Anita. 2014. “Pengaruh Persepsi Tentang Bank Syari‟ah Terhadap

Minat Menggunakan Produk Di Bni Syari‟ah Semarang”. ADDIN 8(1):1-28.

Rudiantoro, Rizki and Sylvia Veronica Siregar. 2012. “Kualitas Laporan

Keuangan UMKM Serta Prospek Implementasi SAK ETAP.” Jurnal

Akuntansi Dan Keuangan Indonesia 9(1):1–21.

Sapudin, Ahmad, Mukhamad Najib, and Setiadi Djohar. 2017. “Strategi

Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus Pada

BMT Tawfin Jakarta).” Jurnal Al-Muzara’ah 5(1):21–36.

Sixpria, Nedsal, Titi Suhartati, and Sabar Warsini. 2013. “Evaluasi Implementasi

10
2
Standar Akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) Dan Penyusunan

Laporan Keuangan Auditan Pada Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah

(UMKM).” Jurnal Ekonomi Dan Bisnis 12(1):55–64.

Sujarweni,Wiratna, 2015, Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi,

Pustakabarupress, Yogyakarta, Indonesia

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2008 tentang Usaha Mikro

Kecil dan Menengah. 2008.

10
3

Anda mungkin juga menyukai