Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah memiliki peranan penting dalam


sejarah perekonomian nasional. Hal ini dapat terlihat pada krisis moneter
tahun 1998. Di tengah kemorosotan ekonomi di tahun 1998 tersebut, UMKM
mampu menjadi penyokong utama perekonomian negara. Secara umum,
UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran sebagai pemeran
utama dalam sektor perekonomian, penyedia lapangan pekerjaan terbesar,
berperan penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan
masyarakat serta pencipta pasar baru dan sumber inovasi. UMKM sebagai
kegiatan usaha yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti latar
belakang pendidikan, keterampilan pekerja, selain itu modal kerjanya juga
relatif kecil. Sebagai kegiatan yang tidak memiliki persyaratan khusus
tersebut tentunya tidak memberatkan masyarakat. Hal inilah yang membuat
usaha tersebut sangat diminati dan berkontribusi besar dalam membuka
lapangan pekerjaan. UMKM sebagai usaha yang memiliki peranan besar
bagi perekonomian nasional seharusnya mendapatkan perhatian khusus
dari pemerintah. 1

Selain sumbangsih yang besar terhadap perekonomian Indonesia, UMKM


juga merupakan salah satu solusi untuk mengurangi ketimpangan maupun
kesenjangan pendapatan masyarakat Indonesia, karena sektor ini mempunyai
ketahanan ekonomi yang tinggi. Hal ini yang mendorong pemerintah untuk terus

1
Erwin Jafar ,(2017). “Implementasi Financial Inclusion (Inklusi Keuangan) terhadap Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan Kearifan Lokal sebagai Variabel Moderatin”,
Unpublished Skripsi Institut agama islam Negeri Palopo. h. 1.
menciptakan dan mendukung program pemberdayaan ekonomi berbasis
kerakyatan.

Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan akses pembiayaan


UMKM kepada lembaga keuangan dengan pola penjaminan adalah Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang diluncurkan pada November 2007. Dalam perkembangannya,
KUR skema subsidi Imbal Jasa Penjaminan (IJP) sejak November 2007 sampai
dengan 31 Desember 2014 telah disalurkan sebesar Rp. 178,85 triliun. Sedangkan
kebijakan KUR baru yaitu dengan skema subsidi bunga yang diluncurkan sejak
14 Agustus 2015 sampai dengan 31 Desember 2017 telah tersalurkan sebesar
213,88 triliun. Untuk tahun 2017 saja, jumlah kredit yang disalurkan adalah
sebesar Rp 96,7 triliun kepada 4 juta debitur, dengan tingkat Non Performing
Loan (NPL) sangat kecil, yaitu 0,3%.2

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau


investasi kepada debitur individu/perseorangan, badan usaha dan/atau kelompok
usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau
agunan tambahan belum cukup. UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat
mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain:
pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan
simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM
dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di Kantor Cabang atau Kantor
Cabang Pembantu Bank Pelaksana. Untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada
usaha mikro, maka penyaluran KUR dapat juga dilakukan secara tidak langsung,
maksudnya usaha mikro dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan

2
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Kumpulan Peraturan
Kredit Usaha Rakyat 2018, Diakses Melalui: Http://Kur.Ekon.Go.Id/Upload/Doc/Buku%20KUR
%202018%20rev17012018.Pdf Pada Tanggal 15 Desember 2018 Pukul 10.35 WITA.
Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan linkage program lainnya
yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana.3

Tahap awal program, KUR ini disediakan hanya terbatas oleh bank-bank yang
ditunjuk oleh pemerintah saja, yaitu : Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara
Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank
Tabungan Negara dan Bank Bukopin. Penyaluran pola penjaminan difokuskan
pada lima sektor usaha, yaitu : pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi,
kehutanan serta perindustrian dan perdagangan. KUR ini ditujukan untuk
membantu ekonomi usaha rakyat kecil dengan cara memberi pinjaman untuk
usaha yang didirikannya.

Peluncuran KUR merupakan tindak lanjut dari ditandatanganinya Nota


Kesepahaman Bersama (MoU) pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjaminan
Kredit/Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi antara Pemerintah (Menteri
Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri
Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian, Perusahaan
Penjamin (Perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT. Asuransi Kredit
Indonesia) dan Perbankan (Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN,
Bank Bukopin Bank BRI Syariah dan Bank Syariah Mandiri). KUR ini didukung
oleh Kementerian Negara BUMN, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian serta Bank Indonesia. Atas diajukannya permohonan peminjaman
kredit tersebut, tentu saja harus mengikuti berbagai prosedur yang ditetapkan oleh
bank yang bersangkutan. Selain itu, pemohon harus mengetahui hak dan
kewajiban yang akan timbul dari masing-masing pihak, yaitu : debitur dan
kreditur dengan adanya perjanjian KUR, mengingat segala sesuatu dapat saja

3
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Kredit Usaha Rakyat, Diakses Melalui:
Http://Kur.Ekon.Go.Id/ Pada Tanggal 15 Desember 2018 Pukul 11.25 WITA.
timbul menjadi suatu permasalahan apabila tidak ada pengetahuan yang cukup
tentang KUR.4

Penyaluran KUR diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan


No. 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat yang
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.05/2009.
Beberapa ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemerintah dalam penyaluran KUR
adalah sebagai berikut (Suplemen 4, Serba-Serbi Kredit Usaha Rakyat, Bank
Indonesia) : 5

a. UMKM-K yang dapat menerima fasilitas penjaminan adalah usaha


produktif yang feasible namun belum bankable dengan ketentuan :
1. Merupakan debitur baru yang belum pernah mendapat kredit/ pembiayaan
dari perbankan yang dibuktikan dengan melalui Sistem Informasi Debitur
(SID) pada saat Permohonan Kredit/Pembiayaan diajukan dan/ atau belum
pernah memperoleh fasilitas Kredit Program dari Pemerintah.
2. Khusus untuk penutupan pembiayaan KUR antara tanggal Nota
Kesepakatan Bersama (MoU) Penjaminan KUR dan sebelum addendum I
(tanggal 9 Oktober 2007 s.d. 14 Mei 2008), maka fasilitas penjaminan
dapat diberikan kepada debitur yang belum pernah mendapatkan
pembiayaan kredit program lainnya.
3. KUR yang diperjanjikan antara Bank Pelaksana dengan UMKM-K yang
bersangkutan.

4
Firmansyah Deckiyanto, “ Efektifitas Kebijakan Pemberian Kredit Usaha Rakyat (Kur)
Mikro Berdasarkan Surat Edaran Direksi Nose: S.09c – Dir/Adk/03/2010 Atas Ketentuan Kredit
Usaha Rakyat (Kur) Mikro (Studi Di Bank Rakyat Indonesia Unit Sleko Cabang Madiun), Jurnal
Ekonomi Hukum. (MALANG Oktober 2013) h. 4
5
Dewi Anggraini Syahrir Hakim Nasution, “Peranan Kredit Usaha Rakyat (Kur) Bagi
Pengembangan Umkm Di Kota Medan (Studi Kasus Bank Bri)”, Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Vol.
1, No. 3,(Medan: Februari 2013) h. 108
b. KUR disalurkan kepada UMKM-K untuk modal kerja dan investasi
dengan ketentuan:
1. Untuk kredit sampai dengan Rp. 5 juta, tingkat bunga kredit atau margin
pembiayaan yang dikenakan maksimal sebesar atau setara 20-21% efektif
pertahun
2. Untuk kredit di atas Rp. 5 juta rupiah sampai dengan Rp. 500 juta, tingkat
bunga kredit atau margin pembiayaan yang dikenakan maksimal sebesar
atau setara 12- 13% efektif pertahun.
c. Bank pelaksana memutuskan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
berdasarkan penilaian terhadap kelayakan usaha sesuai dengan asas-asas
perkreditan yang sehat, serta dengan memperhatikan ketentuan yang
berlaku

Selama ini pemerintah mematok suku bunga Kredit Usaha Rakyat sebesar 9%
per tahun. Bagi perbankan konvensional seperti BRI,BNI, dan Bank Mandiri hal
ini tentunya sudah lazim, namu tidak demikian dengan BRI Syariah
yangmenerapkan prinsip dan hukum islam dalam memberikan layanan. Untuk itu
BRI Syariah menerapkan akad Murabahah dalam menyalurkan Kredit Usaha
Rakyat 2018. Dengan menerapkan akad murabahah/jual beli BRI Syariah
mengatur sedemikian rupa margin keuntungan per tahun yang setara dengan
bunga KUR 2018 yangtelah ditetapkan pemerintah.6 Untuk BRI Syariah KCP
Palopo margin yang ditetapkan pada penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat adalah
0,9%/tahun.

Penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat pada BRI syariah ini masih simpang
siur dikalangan mahasiswa perbankan syariah dikarenakan adanya margin yang
ditetapkan dan penyaluran pembiayaan Kredit Usaha Rakyat yang menggunakan

6
William Keles, “Syarat Dan Cara Mengajukan KUR BRI Syariah Terbaru 2018” Diakses
Melalui: Https://Uangpinjam.Com/Pinjaman/Modal-Usaha/Syarat-Cara-Mengajukan-Kur-Bri-Syariah-
Terbaru/ Pada Tanggal 16 Desember 2018 Pukul 20.10 WITA.
akad Murabahah, dimana akad ini merupakan akad jual beli. Sedangkan Kredit
Usaha Rakyat merupakan pembiayaan yang bersifat meminjam.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul


“Analisis Penyaluran Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap UMKM pada
Bank BRI Syariah KCP Palopo”. Mengingat bahwa penyaluran ini masih
bersifat simpang siur dan bersifat gharar (ketidakpastian) pada teori yang ada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah yaitu sebagai


berikut :

1. Bagaimana sistem penyaluran dana kredit usaha rakyat.


2. Apakah margin yang ditetapkan tidak mengandung unsur riba.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sistem penyaluran dana kredit usaha rakyat.
2. Untuk mengetahui margin yang ditetapkan terdapat unsur riba atau tidak.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian yang akan dilakukan, ada dua manfaat penelitian yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut
guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyaluran
kredit usaha rakyat yang bersifat syariah terhadap UMKM.

2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan pengelolaan serta
penyaluran dana kredit usaha yang bersifat syariah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Penyaluran dana
Definisi penyaluran dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh
dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Dalam penyaluran dana ini,
pihak bank harus memiliki strategi yang mumpuni untuk menyalurkan
dananya ke masyarakat melalui alokasi yang strategis sehingga keuntungan
yang didapat bisa dimaksimalkan. Tujuan bank dari pengalokasian dana
adalah memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Dalam
mengalokasikan dana, pihak perbankan membaginya ke dalam prosentase-
prosentase tertentu sesuai dengan kondisi yang terjadi di dalam perekonomian
pada saat sekarang ini, misalnya untuk bidang pertanian diberikan 20 %
sedangkan untuk bidang industri diberikan 40%. Dalam hal penyaluran
dananya ke masyarakat pihak perbankan membebankan bunga dengan
prosentasi tertentu sesuai dengan penetapan harga bunga oleh BI. Untuk saat
tahun 2007 BI menetapkan suku bunga untuk pengalokasian dana
kemasyarakat berkisar 1% per bulan.7

Berbeda dengan bank konvensional, pada produk penyaluran dana ini,


bank syariah mengacu pada prinsip tolong menolong dan persyarikatan.
Keuntungan yang diperoleh dari adanya penyaluran dana ini bergantung pada
keuntungan atau laba operasi dari pengelola modal. Apabila laba pada tahun
atau bulan berjalan naik maka keuntungan yang akan diperoleh juga naik,
begitu sebaliknya. Selain itu, penyaluran dana pada bank syariah dialokasikan
kepada produk-produk yang sesuai dengan syariat Islam.8

Penyaluran dana atau disebut juga dengan pembiayaan. Pembiayaan


dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva produktif, menurut

7
Liziq Ma’rufah, “Bank Dan Lembaga Keuangan- Penghimpun Dan Penayluran Dana”,
Diakses Melalui: Https://Www.Academia.Edu/10081438/Bank_Dan_Lembaga_Keuangan_-
_Penghimpun_Dan_Penyaluran_Dana_Dan_Kredit_Bank , Pada Tanggal 18 Desember 2018 Pukul
12.30 WITA.
8
http://carlezpekuncen.blogspot.com/2017/04/produk-penyaluran-dana.html pada tanggal
18 desember 2018 pukul 13.00 WITA.
ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana Bank syariah baik dalam
rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang qardh,
surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal
sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administratif serta
sertifikat wadiah bank Indonesia.Adapun tujuan pembiayaan adalah terkait
dengan stake holder, yaitu :9
1. Pemilik, tabungan, deposito, dan lain-lain, para pemilik
mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang
ditanamkan pada bank tersebut.
2. Pegawai,diharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang
dikelolanya.
3. Masyarakat:
a. Pemilik dana, diharapkan dari dana yang diinvestasikan akan
diperoleh bagi hasil.
b. Debitur yang bersangkutan, mereka terbantu guna menjalankan
usahanya/sektor produktif atau untuk pengadaan barang bagi
pembiayaan konsumtif.
c. Masyarakat umumnya-konsumen, dapat memperoleh barang-
barang yang dibutuhkannya.
4. Pemerintah
Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam
pembiayaan pembangunan Negara, disamping itu akan diiperoleh pajak
berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank
dan juga perusahaan-perusahaan.

9
Husnul Khatimah, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Dana
Perbankan Syariah Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah Kebijakan Akselerasi Perbankan Syariah
Tahun 2007/2008” Jurnal Optimal -Vol. 3, No.1 (UNISMA Bekasi :Maret 2009). h.3
5. Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan
diharapkan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya
agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya.

2. Kredit Usaha Rakyat (KUR)


2.1 pengertian kredit usaha rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan kepada Usaha
Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk 38 pemberian
modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha
produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun
sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan
penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar
30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam
rangka meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.10

2.2 Tujuan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) 11

Tujuan program KUR adalah mengakselerasi pengembangan kegiatan


perekonomian di sektor riil dalam rangka penanggulangan dan pengentasan
kemiskinan serta perluasan kesempatan kerja. Secara lebih rinci, tujuan program
KUR adalah sebagai berikut :
a. Mempercepat pengembangan sektor riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK).

10
Http://Eprints.Perbanas.Ac.Id/2428/4/BAB%20II.Pdf Diakses Pada Tanggal 18 Desember
Pukul 14.30 WITA.
11
Loc.it
b. Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkanUMKM & Koperasi
kepada Lembaga Keuangan.
c. Sebagai upaya penanggulangan atau pengentasan kemiskinandan perluasan
kesempatan kerja.

2.3 Sasaran Kredit Usaha Rakyat (KUR)12


Sasaran program KUR adalah kelompok masyarakat yang telah dilatih dan
ditingkatkan keberdayaan serta kemandiriannya pada kluster program
sebelumnya. Harapannya agar kelompok masyarakat tersebut mampu untuk
memanfaatkan skema pendanaan yang berasal dari lembaga keuangan formal
seperti Bank, Koperasi, BPR dan sebagainya. Dilihat dari sisi kelembagaan, maka
sasaran KUR adalah UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi).
Sektor usaha yang diperbolehkan untuk memperoleh KUR adalah semua sektor
usaha produktif.

1) Usaha Mikro Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau
badan usaha perorangan yang memenuhi criteria : memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp.50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,-.

2) Usaha Kecil Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau
Usaha Besar. Kriterianya adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp.50.000.000,- s/d Rp.500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha) 40 atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- s/d
Rp. 2.500.000.000,-.

12
Loc.it
3) Usaha Menengah Usaha Menengah adalah Usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan
Usaha Besar. Kriterianya adalah: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
500.000.000,-s/d Rp. 10.000.000.000,- ( tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp.2.500.000.000,- s/d Rp. 50.000.000.000,-.

2.3 Pihak-Pihak Terlibat KUR13


1. Pemerintah

1. Kemenko Perekonomian
2. Kementerian  Keuangan
3. Kementerian Koperasi dan UKM
4. Kementerian  Perindustrian
5. Kementerian Perdagangan
6. Kementerian Tenaga Kerja
7. Kementerian Pertanian
8. Kementerian Kelautan dan Perikanan
9. Kementerian BUMN
10. Kementerian Dalam Negeri
11. Sekretaris Kabinet
12. BNP2TKI
13. BPKP
14. Bappenas

2. Pengawas
1. OJK
13
http://kur.ekon.go.id/pihak-pihak-terlibat-kur, diakses pada tanggal 18 desember pukul 15.10
WITA.
2. BPKP

3. Penjamin
1.  Perusahaan Umum ( Perum ) Jaminan Kredit Indonesia
2.  PT Asuransi Kredit Indonesia ( Persero )
3.  PT Penjaminan Kredit Daerah Riau
4.  PT Penjaminan Kredit Daerah Sumatera Barat
5.  PT Penjaminan Kredit Daerah Sumatera Selatan
6.  PT Penjaminan Kredit Daerah Bangka Belitung
7.  PT Penjaminan Kredit Daerah Jawa Tengah
8.  PT Penjaminan Kredit Daerah DKI Jakarta
9.  PT Penjaminan Jamkrindo Syariah
10. PT UAF Jaminan Kredit
11. PT Penjaminan Pembiayaan Askrindo Syariah 

4. Penyalur
1. BRI
2. Bank mandiri
3. BNI
4. Bank Sinarmas
5. Maybank
6. Bank Bukopin
7. BTPN
8. OCBC NISP
9. Bank Permata
10. BCA
11. Bank Artha Graha
12. BPD Kalbar
13. BPD NTT
14. BPD Bali
15. BPD DIY
16. BPD Sulselbar
17. BRI Agroniaga
18. Bank Jateng
19. BPD Kaltim 
20. BTN
21. BPD Sumatra Utara
22. BPD Sumbar
23. BPD Riau Kepri
24. Bank Jambi
25. Bank Jabar Banten
26. Bank Kalsel
27. Bank NTB
28. Bank Sumselbabel
29. Bank Papua
30. Bank lampung
31. BRI Syariah
32. BPD Bengkulu
33. BPD Kalteng
34. CTBC
35. BCA Finance
36. Mega Finance
37. FIF
38. Adira Finance
39. KSP Kospin Jasa
40. KSP Obor Mas
41. BPD Sultra

3. Usaha mikro,kecil,menengah (UMKM)


3.1 pengertian UMKM
Menurut UU No 20 tahun 2008 terdapat pada Bab I pasal 1 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), maka yang dimaksud dengan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:14
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan.
Berdasarkan definisi di atas maka pada dasarnya Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah adalah suatu bentuk usaha produktif yang dikelolah oleh
perseorangan maupun institusi yang memenuhi kriteria dan persyaratan usaha
mikro kecil dan menengah. UMKM Merupakan keuangan mikro sebagai
penyediaan layanan keuangan untuk masyarakat berpendapatan rendah. 10
Pada tanggal 4 Juli telah ditetapkan Undang-UndangNomor 20 Tahun 2008
tentang UMKM. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
14
Erwin Jafar, Op.Cit., h.22
3.2 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah15
Adapun definisi dan kriteria UMKM menurut berbagai sumber sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Organisasi Jenis Usaha Kriteria


1. Kekayaan bersih (tidak termasuk
tanah dan bangunan) paling
banyak Rp 50 juta 
Usaha Mikro 2. Hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp 300 juta

1.Kekayaan bersih (tidak termasuk


tanah dan bangunan) lebih dari Rp
Kementrian
50 juta sampai paling banyak Rp
Koperasi dan UKM
Usaha Kecil 500 juta 
(UndangUndang
2. Hasil penjualan tahunan
No. 20 tahun 2008)
(Omset/Tahun) lebih dari Rp 300
juta sampai dengan Rp 2,5 Milyar
Kekayaan bersih (tidak termasuk
tanah dan bangunan) lebih dari Rp

Usaha Menengah 500 juta sampai dengan paling


banyak Rp 10 milyar

Biro Pusat Statistik Usaha Mikro Memiliki pekerja 1-4 orang


(BPS) Usaha Kecil Memiliki pekerja 5-19 orang

15
Ibid, h.23
Usaha Menengah Memiliki pekerja 20-99 orang
1. Usaha yang dijalankan oleh rakyat
Usaha Mikro (SK.
miskin atau mendekati miskin
Dir. BI
2. Dimiliki oleh keluarga sumber
No.31/24/Kep/DER
daya lokal dan teknologi sederhana
Tanggal 5 mei
3. Lapangan usaha mudah untuk exit
Bank Indonesia 1998
dan entry
(BI)
Usaha Menengah 1. Aset < Rp 5 Milyar
(SK Dir. BI 2. Aset < Rp 600 juta diluar tanah
No.30/45/Dir/UK dan bangunan.
tgl 5 Jan 1997) 3. Omset tahunan < 3 Milyar

1. Jumlah karyawan < 30 orang


Usaha Kecil 2. Pendapatan pertahun < $ 3 juta
3. Jumlah aset < $ 3 juta
Bank Dunia
1. Jumlah karyawan < 300 orang
Usaha Menengah 2. Pendapatan pertahun < $ 15 juta
3. Jumlah aset < $ 15 juta

Sumber: Bank Indonesia. http://infoukm.wordpress.com (diolah)

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan


Penelitian yang dimaksud adalah untuk mendapatkan teantang posisi
penelitian ini dengan kaitannya dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan
oleh kalangan akademis.Hal ini ditempuh guna menghindari kesamaan objek
penelitian dan untuk menentukan letak perbedaan dengan penelitian yang pernah
ada.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fitriyanti (2013) dalam skripsi
“Prosedur Penyaluran Dana Kredit Usaha Rakyat Pada Pt. Bank Rakyat
Indonesia Unit Gunung Raya Kandis” hasil penelitiannya menarik kesimpulan
bahwa prosedur penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank
Rakyat Indonesia Unit Gunung Raya Kandis setiap tahunnya mengalami
peningkatan serta prosedur pemberian kreditnya telah efektif dan sesuai dengan
teori dan standar Bank Indonesia, kemudian langkah-langkah yang diambil oleh
BRI Unit Gunung Raya Kandis dalam menangani kredit macet juga sesuai dengan
teori yang ada.16
Praiselia Amanda (2015) dalam skripsi “Kajian Penyaluran Kredit Usaha
Rakyat (Kur) Pertanian Pada Bank Bri Kantor Cabang Tondano” dimana
kesimpulan yang ditarik bahwa penyaluran kur pada sektor pertanian sampai saat
ini memiliki pencapaian yang membuat bank bri meningkatkan target pencapaian
setiap tahunya. pada bri cabang tondano penyerapan kur masih terkonsentrasi
pada sektor pertanian dengan target tahun 2014 rp. 64.000.000.000. dilihat dari
target dan pencapaian dari tahun 2011 hingga 2013, bri cabang tondano
melaksanakan realisasi melebihi jumlah kredit yang di targetkan.17

C. KERANGKA PIKIR

16
Fitriyanti, “Prosedur Penyaluran Dana Kredit Usaha Rakyat Pada Pt. Bank Rakyat Indonesia Unit
Gunung Raya Kandis” Skripsi Minor (Pekanbaru : Universitas Islam Negeri sultan Syarif Kasimriau,
2013). h.74
17
Praiselia Amanda, “Kajian Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (Kur) Pertanian Pada Bank Bri Kantor
Cabang Tondano”Skripsi (Manado: Universitas Sam Ratulangi Manado 2015). h.22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada


kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono).
Perbedaannya dengan penelitian kuantitatif adalah penelitian ini berangkat dari
data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan
sebuah teori18

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana peneliti


melakukan kegiatan penelitian untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
Penelitian ini akan dilakukan di Bank BRI Syariah KCP Palopo, Sulawesi selatan.

C. Subjek Penelitian

18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kuailitatif dan R&D,(Cet.20 ;Bandung: Alfabeta,2014), h.
80.
Subjek penelitian atau responden adalah pihak pihak yang dijadikan
sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian juga
membahas karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian, termasuk
penjelasan mengenai populasi, sampel dan teknik sampling (acak/non-acak) yang
digunakan. Subjek penelitian dapat terdiri dari tiga level, yaitu: 19

1. Mikro merupakan level terkecil dari subjek penelitian, dan hanya


berupa individu.
2. Meso merupakan level subjek penelitian dengan jumlah anggota lebih banyak,
misal keluarga dan kelompok.
3. Makro merupakan level subjek penelitian dengan anggota yang sangat
banyak, seperti masyarakat atau komunitas luas.

Adapun subjek penelitian ini adalah penyaluran dana kredit usaha rakyat.
Subjek penelitian ini masuk kedalam ruang lingkup Mikro yakni level paling
kecil dari subjek penelitian, dan cuma berupa individu dimana penelitian ini akan
melakukan wawancara ke karyawan bank BRI Syariah KCP Palopo.

D. Sumber Data

Dalam melakukan penelitian ini penyusun menggunakan data primer untuk


mendukung penelitian yang dilakukan dalam mengumpulkan data-data yang
dibutukan agar penelitian ini menjadi relevan dengan apa yang menjadi pokok
penelitian.

Penelitian ini termasuk kategori penelitian lapangan (field research) yang juga
disebut dengan penelitian empiris, yaitu penelitian yang data dan informasinya
diperoleh dari kegiatan dilapangan.

Wikipedia, Diakses Melalui Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Subjek_Penelitian, Pada Tanggal 22


19

Desember Pukul 17.00


E. Definisi Operasional Variabel Dan Ruang Lingkup Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
melakukan wawancara. Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik
wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara
mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di
mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama.20

G. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data21

20
https://fitwiethayalisyi.wordpress.com/teknologi-pendidikan/penelitian-kualitatif-metode-
pengumpulan-data/, Diakses Pada Tanggal 23 Desember 2018 Pukul 21.00.
21
Syukur Kholil, “Metodologi Penelitian Komunikasi", (Bandung: Citapustaka Media, 2006), h. 122.
Data metode-metode kualitatif yang lazim digunakan ketika mengumpulkan
data ialah pengamatan terlibat (perticipant observation), wawancara mendalam
(indepth interview) dan studi dokumen. Data yang dikumpulkan adalah dalam
bentuk kata-kata dan gambar, bukan dalam  bentuk angka-angka. Karena itu,
penelitian kualitatif sangat kaya dengan deskripsi

Pada Jenis penelitian kualitatif ini, pengolahan data tidak harus dilakukan
setelah data terkumpul atau pengolahan data selesai. Dalam hal ini, data
sementara yang terkumpulkan, data yang sudah ada dapat diolah dan dilakukan
analisis data secara bersamaan. pengolahan data dalam penelitian kualitatif
dilakukan dengan cara mengklasifikasikan atau mengkategorikan data
berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitannya.

Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari :

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada


penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan lapangan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan
analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian ke dalam tiap permasalahan
melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang di
reduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan penelitian.

Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari
data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka
jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh karena itu,
reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar tidak
mempersulit analisis selanjutnya.
2. Penyajian data

Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian data.


Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisaikan,
tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta
diagram alur. Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam
memahami apa yan terjadi.

Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga
informasi yang didapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu untuk
menjawab masalah penelitian. Penyajian data yang baik merupakan satu langkah
penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam
melakukan penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara naratif,
akan tetapi disertai proses analisis yang terus menerus sampai proses penarikan
kesimpulan. Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah
menarik kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah
diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola,
penjelasan,alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan
kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan
kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Sesuai dengan
pendapat Miles dan Huberman, proses analisis tidak sekali jadi, melainkan
interaktif, secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi
maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam
bentuk narasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis
data.Penarikan kesimpulan ini merupakan tahap akhir dari pengolahan data.

Selanjutnya pengolahan data yang dilakukan berdasarkan pada setiap


perolehan data dari catatan lapangan, direduksi, dideskripsikan, dianalisis,
kemudian ditafsirkan. Prosedur analisis data terhadap masalah lebih difokuskan
pada upaya menggali fakta sebagaimana adanya (natural setting), dengan teknik
analisis pendalaman kajian (verstegen).

Adapun teknik analisis data pada penelitian ini Untuk memberikan gambaran
data hasil penelitian maka dilakukan prosedur sebagai berikut :

1. Tahap penyajian data


Data disajikan dalam bentuk deskripsi yang terintegrasi.
2. Tahap komparasi
Merupakan proses membandingkan hasil analisis data yang telah
deskripsikan dengan interprestasi data untuk menjawab masalah yang
diteliti. Data yang diperoleh dari hasil deskripsi akan dibandingkan dan
dibahas berdasarkan landasan teori, yang dikemukakan pada bab 2.
3. Tahap penyajian hasil penelitian
Tahap ini dilakukan setelah tahap komparasi, yang kemudian
dirangkumdan diarahkan pada kesimpulan untuk menjawab masalah yang
telah dikemukakan peneliti.

Anda mungkin juga menyukai