Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil

dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Tahun 1945 (UUD 1945) harus dilakukan secara berkesinambungan, maka untuk

mewujudkan tujuan tersebut dalam pelaksanaannya harus senantiasa

memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan dari berbagai unsur

pembangunan, termasuk didalamnya bidang ekonomi dan hukum. Perkembangan

ekonomi nasional dewasa ini menunjukan arah yang semakin menyatu dengan

ekonomi regional maupun internasonal yang dapat menunjukan dan juga dapat

berdampak kurang menguntungkan bagi perkembangan perekonomian nasional,

sehingga diperlukan kebijakan-kebijakan guna menyesuaikan perkembangan

bidang ekonomi termasuk didalamnya sektor perbankan sehingga diharapkan

dapat memperbaiki dan memperkukuh perekonomian nasional.1

Indonesia adalah salah satu negara yang mengalami krisis moneter tahun

1997/1998 sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Badai krisis yang

menghantam Indonesia tahun 1998 telah memporak porandakan kehidupan

perekonomian Indonesia. Tidak terkecuali negara-negara di kawasan Asia

Tenggara juga tidak luput dari krisis moneter, namun secara faktual Indonesia

yang paling lama melaksanakan proses pemulihan ekonomi. Hal ini disebabkan

1
Supaijo. Aspek-Aspek Hukum Perdata Dalam Penyaluran Kredit Perbankan Kepada
Masyarakat. Fakultas Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung Jurnal Asas, Vol.3, No.1, Januari
2011, hlm 13

1
2

oleh parahnya tingkat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.2 Saat itu roda

perekonomian seakan mati suri, bisnis cenderung berjalan ditempat dan banyak

pelaku bisnis terpaksa gulung tikar , termasuk usaha kecil dan menengah. Selain

itu adanya dukungan pemerintah memberikan pengaruh positif bagi

perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia salah satunya

adalah kebijakan pemerintah menyalurkan kredit usaha rakyat oleh bank-bank

pelaksana yang ditunjuk oleh pemerintah.3

Perbankan mempunyai fungsi utama sebagai intermediasi, yaitu

penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya secara efektif dan efisien

pada sektor-sektor riil untuk menggerakkan pembangunan dan stabilitas

perekonomian suatu negara. Aktifitas perbankan yang pertama yaitu menghimpun

dana dari masyarakat luas lebih dikenal dengan istilah funding yaitu

mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dan

aktifitas perbankan yang kedua memberi pinjaman ke masyarakat atau yang lebih

dikenal dengan istilah kredit atau lending. Dalam bisnis lembaga keuangan dan

perbankan basis utamanya adalah kepercayaan (trust) dan kejujuran (honesty).

Sebagai pondasi utama, idealnya kedua hal tersebut harus menjiwai setiap

aktivitas perbankan. Mulai dari iklan produk perbankan sampai aneka transaksi

dalam dunia perbankan.4

Lembaga keuangan memiliki misi dan fungsi yang khusus, yaitu sebagai

agent pembangunan (agent of development), yang bertujuan mendukung


2
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 2009, hlm.1
3
Bendi Linggau dan Hamidah, Bisnis Kredit Mikro, Panduan Bankir Mikro dan
Mahasiswa, Papas Sinar Sinanti, Jakarta, 2010, hlm.15.
4
Lukman Santoso AZ, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, 2011, hlm. 14
3

pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional,

ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak (Djumhana, 1996: 86). Dalam

Pasal 3 Undang-undang perbankan, dijelaskan fungsi utama perbankan adalah

sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat. Hal ini berarti kehadiran

perbankan tidak sematamata bertujuan bisnis tetapi ada misi lain yaitu

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Fungsi dan tujuan utama pembentukan

bank di Indonesia adalah sebagai agent of development dan financial

intermediary. Fungsi agent of development dilakukan oleh bank pemerintah

terutama ditujukan untuk pemeliharaan kestabilan moneter di Indonesia. Sebagai

financial intermediary tampak dalam fungsinya sebagai perantara penghimpun

dan penyalur dana.5

Sering dikatakan bahwa sektor perbankan, swasta maupun pemerintah

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) termasuk pihak yang sangat penting untuk

membantu perkembangan dan pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) di Indonesia. Peran perbankan tidak hanya dalam bentuk pendanaan

melalui skema-skema khusus bersuku bunga murah dan dengan berbagai

kemudahan khusus, tetapi juga sekaligus memberi pembinaan, misalya di dalam

desain, proses produksi dan pemasaran bagi UMKM yang mendapatkan kredit

bank. Sebenarnya peran perbankan ini sudah lama disadari oleh pemerintah sejak

awal pemerintahan Orde Baru. Hal tersebut tercerminkan oleh dua skema kredit

khusus pagi pengusaha kecil, yakni KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen) dan

KIK (Kredit Investasi Kecil). Sejak itu hingga sekarang sudah banyak skema

kredit khusus lainnya yang pernah (atau masih) dijalankan seperti KUK (Kredit
5
Ruddy Tri Santosa, Mengenal Dunia Perbankan, Andi Offset. Yogyakarta, 1996, hlm 2
4

Usaha Kecil) dan yang terakhir sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

(SBY) dan sampai saat ini pada masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) adalah

KUR (Kredit Usaha Rakyat). Dalam kalimat ini, dalam membantu permodalan

UMKM, pemerintah Indonesia sudah banyak mengeluarkan dana sejak awal Orde

Baru hingga saat ini, baik dengan menggunakan sendiri dana dari APBN maupun

dengan pinjaman luar negeri.6

Peratutan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua

Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 4

Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat Mikro, bahwa

dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 4 Keputusan Presiden Nomor 14

Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah dan untuk miningkatkan tata kelola yang baik (good governance)

pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat perlu diatur pedoman Pelaksanaan KUR.

Bank Indonesia berwenang untuk mengatur mengenai Prinsip Kehatihatian

bagi usaha bank seperti yang ternyata dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun

1999 Tentang Bank Indonesia Pasal 25 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Dalam

rangka melaksanakan tugas mengatur bank, Bank Indonesia berwenang

menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian”.

Bank dalam menjalankan usahanya harus menggunakan prinsip

kehatihatian. Ketentuan ini terdapat pada Pasal 2 Undang-undang No.7 Tahun

1992 tentang Perbankan. Dalam Pasal ini dinyatakan sebagai prinsip sehingga

bersifat umum tanpa dijelaskan hati-hati itu sikap batin atau sikap lahir yang

dinyatakan dalam tindakan. Dalam Pasal 29 ayat 3 Undang-undang No.10 tahun

6
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, Salemba, Jakarta,
2012, hlm. 137.
5

1998 yang memuat tentangdalam pemberian kredit atau pembiayaan, Bank wajib

menempuh yang tidak merugikan Bank dan kepentingan nasabah yang

mempercayakan dananya kepada bank.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa berapapun telitinya pihak bank

dalam pemberian kredit walaupun pihak bank tersebut memberikan kredit dengan

prinsip kepercayaan dan kehati-hatian kepada nasabah, namun dalam

kenyataannyan kredit yang disalurkan oleh bank tersebut sebagian mengalami

kredit macet.7

Setelah kredit diberikan berdasarkan perjanjian kredit ternyata kedudukan

kreditur menjadi lemah, apalagi jika kredit itu diajukan tanpa adanya agunan,

maka akan timbul berbagai permasalahan dikemudian hari, karena kedudukan

kreditur setelah perjanjian kredit sangat lemah sekali. Tanpa adanya agunan

bagaimana cara pembayaran kredit itu sampai kredit tersebut lunas, sedangkan

agunan saja tidak ada.

Berdasarkan paparan yang dilakukan dijelaskan di atas, maka dilakukan

penelitian yang berjudul Aspek Hukum Perikatan Pada Perjanjian Kredit Usaha

Mikro Dan Kecil Dalam Pelaksanaan Prinsip Kehati-Hatian Pada PT. BNI KK

PLN UIP RING SUM-I Kota Medan.

B. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini, antara lain, sebagai berikut:

1. Bagaimana Kedudukan Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Usaha Mikro Dan

Kecil Pada PT. BNI KK PLN UIP RING SUM-I Kota Medan?

7
Dhaniswara K. Harjono, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Pusat Pengembangan Hukum Dan
Bisnis Indonesia, Jakarta, 2009, hlm, 73
6

2. Bagaimana pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit usaha

mikro dan kecil pada PT. BNI KK PLN UIP RING SUM-I Kota Medan?

3. Bagaimana Aspek Hukum Perikatan Pada Perjanjian Kredit Usaha Mikro Dan

Kecil Dalam Pelaksanaan Prinsip Kehati-Hatian Pada PT. BNI KK PLN UIP

RING SUM-I Kota Medan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tentang kedudukan para pihak dalam perjanjian kredit

usaha mikro dan kecil pada PT. BNI KK PLN UIP RING SUM-I Kota Medan.

2. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam pemberian

kredit usaha mikro dan kecil pada PT. BNI KK PLN UIP RING SUM-I Kota

Medan.

3. Untuk mengetahui tentang aspek hukum perikatan pada perjanjian kredit

usaha mikro dan kecil dalam pelaksanaan prinsip kehati-hatian pada PT. BNI

KK PLN UIP RING SUM-I Kota Medan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diingin dicapai dalam penelitian ini :

1. Manfaat teoritis Penelitian ini merupakan hasil dari studi ilmiah yang dapat

memberikan masukan pemikiran dan ilmu pengetahuan baru terhadap ilmu

hukum pada umumnya dan ilmu Hukum berkaitan dengan aspek hukum

perikatan pada perjanjian kredit usaha mikro dan kecil dalam pelaksanaan

prinsip kehati-hatian
7

2. Manfaat praktis. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau bahan

dalam usaha meningkatkan kualitas bank dalam melaksanakan prinsip kehati-

hatian dalam perjanjian kredit

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian

baik secara fisik maupun online tidak ditemukan berkaitan dengan judul tersebut

di atas, namun ada beberapa judul terkait dengan Perjanjian Kredit Usaha Mikro

Dan Kecil Dalam Pelaksanaan Prinsip Kehati-Hatian, antara lain :

Irfan Hariyantho. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

(2010), dengan judul penelitian Prinsip Kehati-Hatian Dalam Program Kredit

Usaha Rakyat. Adapun permasalahan dalam penelitian ini:

1. Prinsip kehati-hatian wajib diterapkan dalam pemberian kredit

2. Pengaturan terhadap program kredit usaha rakyat di Indonesia

3. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit usaha rakyat

Muhammad Luthfie Helmi. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara Medan (2018), dengan judul penelitian Penerapan Prinsip Kehati-

Hatian Dalam Pemberian Kredit Usaha Mikro Pada BANK (Studi Pada PT.Bank

Sumut). Adapun permasalahan dalam penelitian ini :

a. Pemberian kredit usaha mikro pada bank Sumut.

b. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit usaha mikro pada

bank Sumut

c. Akibat hukum apabila bank tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam

kredit usaha mikro.


8

Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini,

maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, dan

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun akademi.

F. Metode Penelitian

Metode penting dalam suatu penelitian sebab dari metode yang digunakan

akan memperoleh data, informasi, serta penjelasan mengenai segala sesuatu yang

berhubungan dengan pokok permasalahan diperlukan suatu pedoman penelitian.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum empiris. Penelitian

hukum empiris berorientasi pada data primer (hasil penelitian dilapangan).

Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji penelitian hukum empirisyaitu

pendekatan dilakukan penelitian lapangan dengan melihat serta mengamati apa

yang terjadi di lapangan, penerapan peraturan-peraturan tersebut dalam

prakteknya dalam masyarakat. Untuk mendukung penelitian empiris ini juga

digunakan penelitian normatif dengan pendekatan undang-undang dengan

melakukan menelaah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Aspek

Hukum Perikatan Pada Perjanjian Kredit Usaha Mikro Dan Kecil Dalam

Pelaksanaan Prinsip Kehati-Hatian Pada PT. BNI KK PLN UIP RING SUM-I

Kota Medan.8

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalan penulisan skripsi adalah penelitian deskripstif

analisis, yaitu penelitian bersifat pemaparan yang bertujuan untuk memperoleh


8
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm 12
9

gambaran (deskriptif) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat

tertentu dan pada saat tertentu, atau peristiwa hukum yang terjadi di dalam

masyarakat.9 Metode deskripstif analisis tersebut menggambarkan peraturan yang

berlaku yang kemudian dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek

pelaksanaan hukum positif yang menyangkut Aspek Hukum Perikatan Pada

Perjanjian Kredit Usaha Mikro Dan Kecil Dalam Pelaksanaan Prinsip Kehati-

Hatian Pada PT. BNI KK PLN UIP RING SUM-I Kota Medan. Demikian juga

hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenan dengan objek

penelitian. Dalam penelitian ini, penulis ingin menemukan dan memahami gejala-

gejala yang diteliti dengan cara penggambaran yang jelas untuk mendekati objek

penelitian maupun permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian

deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada

saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha

mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa

memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.

3. Sumber Data

Data merupakan sekumpulan bukti atau fakta yang dikumpulkan dan

disajikan untuk tujuan tertentu.10 Data juga dapat diartikan sebagai semua

keterangan yang diperoleh dari orang yang dijadikan informan maupun yang

berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk

lainnya guna keperluan penelitian.

9
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2010, hlm. 9.
10
Moh. Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm.57
10

Sumber data menurut Suharsimi Arikunto adalah subjek dari mana data itu

di peroleh.11 Sumber data meliputi dua jenis yaitu sumber data primer dan data

sekunder.

a. Data primer

Sumber data primer, yaitu data yang di ambil dari sumber pertama yang ada di

lapangan.12 Terkait dengan masalah yang di teliti, maka data primer di peroleh

dari PT. BNI KK PLN UIP RING SUM-I Kota Medan, yang berkompeten

dengan masalah yang di teliti yakni tentang Aspek Hukum Perikatan Pada

Perjanjian Kredit Usaha Mikro Dan Kecil Dalam Pelaksanaan Prinsip Kehati-

Hatian Pada PT. BNI KK PLN UIP RING SUM-I Kota Medan.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer yang akan di gunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah.

d. Kitab Undang-Undang-Hukum Perdata

2) Bahan Hukum Sekunder

11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,
Jakarta, 2013, hlm.129
12
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format 2 Kuantitatif dan Kualitatif,
Airlangga University Press, Surabaya, 2005, hlm.128.
11

Bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer, seperti buku-buku, jurnal hokum, karya ilmiah, koran, makalah,

majalah, dan internet yakni Aspek Hukum Perikatan Pada Perjanjian

Kredit Usaha Mikro Dan Kecil Dalam Pelaksanaan Prinsip Kehati-Hatian

Pada PT. BNI KK PLN UIP RING SUM-I Kota Medan.

3) Bahan Hukum Tersier juga merupakan bahan hukum yang dapat

menjelaskan baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder.

Bahan hukum tersier berupa Kamus dan Ensiklopedia Hukum.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpulkan data pada penelitian ini, peneliti akan

menggunakan beberapa metode yaitu:

a. Studi kepustakaan (library research)

Studi ini mendasarkan kepada studi kepustakaan (library research).

Library research adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan

penelitiannya. Ia merupakan suatu penelitian yang memanfaatkan sumber

perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya.13

b. Studi lapangan (field research)

Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang data dan

informasinya diperoleh dari kegiatan di kancah (lapangan) kerja penelitian.14

Wawancara merupakan suatu percakapan yang di arahkan pada suatu

masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau

13
Mustika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Nasional, Yogyakarta,
2004, hlm. 2-3
14
Supardi, Metodologi Penelitian Ekonomi Bisnis, UII Press, Yogyakarta, 2005, hlm. 34
12

lebih berhadapan secara fisik. Wawancara di lakukan untuk memperoleh data atau

informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian.15

Wawancara secara garis besar di bagi menjadi dua, yakni wawancara tidak

terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tidak terstruktur sering juga

disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif,

wawancara terbuka (open ended interview), dan wawancara etnografis. Sedangkan

wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku (standardized

interview) yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya

tertulis) dengan pilihan-pilihan jawaban yang juga sudah disediakan.16

5. Analisis data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna

untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan

menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau

fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks.Adanya terdapat regulitas atau

pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).17 Penelitian kualitatif

bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut

pandangan manusia yang diteliti.Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide,

persepsi, pendapat, atau kepercayaan orang yang diteliti, kesemuanya tidak dapat

diukur dengan angka.18

15
Burhan Bungin., Op.Cit., hlm 160
16
Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosda, Bandung, 2006, hlm. 120
17
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis
danMetodologis Kearah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003, hlm.
53
18
Sulistyo Basuki, Metode Penelitian, Jakarta, Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006, hlm. 7
13

Analisis data merupakan sebuah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan. 19

Sebelum analisis dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi

terhadap semua data yang telah dikumpulkan (bahan hukumprimer,sekunder,

maupun tertier), untuk mengetahui validitasnya. Setelah itu keseluruhan data

tersebut akan disistematiskan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras

dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk

memeperoleh jawaban yang baik pula.20

Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, sehingga

diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat

dalam masalah Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang

Pendanaan Pendidikan Terkait Pungutan Sekolah Menengah Atas Negeri di

Medan. Kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode berpikir

deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk

selanjutnya ditarik hal-hal yang khusus, dengan menggunakan ketentuan

berdasarkan pengetahuan umum seperti teori-teori, dalil-dalil, atau prinsip-prinsip

dalam bentuk proposisi-proposisi untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta

yang bersifat khusus, guna menjawab permasalahan-permasalahan yang telah

dirumuskan dalam penelitian ini.21

19
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007,
hlm. 103
20
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2014,
hlm. 10
21
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Yogyakarta,Pustaka Pelajar, 2010, hlm 109
14

G. Tinjauan Pustaka

1. Perjanjian Kredit

Kredit dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

yang merupakan perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang

perbankan; Kredit adalah : Penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah janhka waktu tertentu dengan pemberian bunga

Perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok yang bersifat rill. Sebagai

perjanjian yang bersifar prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya.

Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti

rill ialah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh

bank kepada debitur.22

2. Usaha Mikro dan Kecil

Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan

jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan

sebagai usaha mikro, 5-19 orang tenaga kerja sebagai usaha kecil, 20-99 orang

tenaga kerja sebagai usaha menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja

atau lebih digolongkan sebagai usaha besar.23

22
Hermansah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2005, hlm. 71
23
Tri Wismiarsi, Hambatan Ekspor UKM Indonesia: Penerbit Buku Kompas, 2008, hlm 6
15

3. Prinsip Kehati-Hatian

Kehati-hatian berasal dari kata ”hati-hati” (prudent) yang erat kaitannya

dengan fungsi pengawasan bank dan manajemen bank. Prudent dapat juga

diterjemahkan dengan bijaksana, namun dalam dunia perbankan istilah itu

digunakan dan diterjemahkan dengan hati-hati atau kehati-hatian (prudential).24

Prinsip kehati-hatian merupakan suatu asas atau prinsip yang menyatakan

bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib bersikap

hati-hati dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya.

Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 UU Nomor 10 tahun 1998 sebagai perubahan

atas UU Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, bahwa perbankan Indonesia

dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan

prinsip kehati-hatian. Dalam ketentuan ini menunjukkan bahwa prinsip kehati-

hatian adalah asas terpenting yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank

dalam menjalankan kegiatan usahanya. Dalam arti harus selalu konsisten dalam

melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan berdasarkan

profesionalisme dan iktikad baik.25

Prinsip kehati-hatian merupakan prinsip yang mutlak diterapkan oleh

setiap bank, dimana bank dalam menjalankan usahanya harus menggunakan

prinsip kehati-hatian terutama dalam hal pemberian kredit. prinsip kehati-hatian

ini harus dijalankan oleh bank bukan hanya karena dihubungkan dengan

kewajiban agar bank tidak merugikan kepentingan debitur yang mempercayakan

dananya kepada masyarakat yaitu sebagai bagian dari sistem moneter yang

24
Permadi Gandapraja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2004, hlm.21.
25
Hermansyah, Op.Cit., hlm 13
16

menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang bukan hanya debitur

penyimpan dana dari bank itu saja. 26

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab, yang tiap bab dibagi

pula atas beberapa sub bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud dari

penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini secara singkat

adalah, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan awal dari penulisan yang berisikan latar belakang.

Permasalahan. Tujuan penelitian. Manfaat penelitian. Keaslian

penulisan. Metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KREDIT

USAHA MIKRO DAN KECIL PADA PT. BNI KK PLN UIP RING

SUM-I KOTA MEDAN

Bab ini berisikan Pemberian Kredit Usaha Mikro dan Kecil pada PT.

BNI KK PLN UIP RING SUM-I Kota Medan. Hak dan Kewajiban

Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Usaha Mikro dan Kecil pada PT.

BNI KK PLN UIP RING SUM-I Kota Medan. Kedudukan para pihak

dalam perjanjian kredit usaha mikro dan kecil pada PT. BNI KK PLN

UIP RING SUM-I Kota Medan.

26
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003, hlm 19
17

BAB III PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM

PEMBERIAN KREDIT USAHA MIKRO DAN KECIL PADA PT.

BNI KK PLN UIP RING SUM-I KOTA MEDAN

Bab ini berisikan prinsip-prinsip pemberian kredit pada PT. BNI KK

PLN UIP RING SUM-I Kota Medan. Pengaturan prinsip kehati-hatian

dalam pemberian kredit usaha mikro dan kecil pada PT. BNI KK PLN

UIP RING SUM-I Kota Medan. Pelaksanaan prinsip kehati-hatian

dalam pemberian kredit usaha mikro dan kecil pada PT. BNI KK PLN

UIP RING SUM-I Kota Medan.

BAB IV ASPEK HUKUM PERIKATAN PADA PERJANJIAN KREDIT

USAHA MIKRO DAN KECIL DALAM PELAKSANAAN PRINSIP

KEHATI-HATIAN PADA PT. BNI KK PLN UIP RING SUM-I

KOTA MEDAN

Bab ini berisikan perjanjian pemberian kredit usaha mikro dan kecil

pada PT. BNI KK PLN UIP RING SUM-I Kota Medan. Sanksi bagi

pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit perbankan

pada PT. BNI KK PLN UIP RING SUM-I Kota Medan. Aspek hukum

perikatan pada perjanjian kredit usaha mikro dan kecil dalam

pelaksanaan prinsip kehati-hatian pada PT. BNI KK PLN UIP RING

SUM-I Kota Medan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini,

dikemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu

mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.


18

Anda mungkin juga menyukai