Anda di halaman 1dari 12

114 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18, No.

2, Agustus 2013

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DI INDONESIA

I Gde Kajeng Baskara


Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
e-mail : kajengbaskara@yahoo.com

Abstract : Microfinance Institutions in Indonesia. Microfinance institutions is one of the pillars in the
financial intermediation process. Microfinance is needed by the poor for either consumption or
production, and also for saving activities. The aim of this article were describes how the existence of
microfinance institutions in Indonesia and analysis of existencies this institution from the view of new
regulation (Undang undang nomer 1 tahun 2013 tentang lembaga keuangan mikro) . The presentation of
this article is divided into four main themes: (1) the concept and definition of microfinance, (2) the
historical of microfinance institutions in Indonesia, (3) microfinance institutions that currently exist in
Indonesia, and (4) review of Undang-undang nomer 1 tahun 2013 tentang lembaga keuangan mikro, the
regulation of microfinance institution in Indonesia . The results of this article discussion shows that
wide variety types of microfinance institutions in Indonesia is based on the heterogeneity of the
community. Regulations and legality is needed to strengthen the role of this institution The study of
Indonesian microfinance were expected to broaden our insights about the role of these institutions in
the development process and the concept of future development.

Keywords : microfinance, microfinance institution, history of Indonesian microfinance.

Abstrak : Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia. Lembaga keuangan mikro merupakan salah satu pilar
dalam proses intermediasi keuangan. Keuangan mikro dibutuhkan oleh kelompok masyarakat kecil dan
menengah baik untuk konsumsi maupun produksi serta juga menyimpan hasil usaha mereka. Tujuan
penulisan artikel ini adalah memberikan pemaparan bagaimana keberadaan lembaga keuangan mikro di
Indonesia serta telaah terkait lembaga keuangan mikro dari perspektif Undang-undang no.1 tahun 2013
tentang lembaga keuangan mikro. Penyajian artikel ini terbagi menjadi empat bagian utama, (1) konsep
dan definisi keuangan mikro, (2) sejarah perkembangan lembaga keuangan mikro di Indonesia, (3) lembaga
keuangan mikro yang saat ini terdapat di Indonesia, dan (4) telaah terkait Undang-undang No. 1 tahun
2013 tentang lembaga keuangan mikro. Dari hasil pembahasan terlihat bahwa begitu beragamnya jenis
lembaga keuangan mikro di Indonesia yang berdasarkan heterogenitas masyarakat. Peraturan dan legalitas
amat dibutuhkan untuk memperkuat peran lembaga ini. Pemaparan kajian tentang lembaga keuangan
mikro di Indonesia diharapkan dapat memperluas wawasan kita tentang peran lembaga ini dalam proses
pembangunan dan konsep pengembangan di masa yang akan datang

Kata kunci : keuangan mikro, lembaga keuangan mikro, sejarah lembaga keuangan mikro Indonesia.

PENDAHULUAN dilakukan dan mencapai sekitar 169 juta klien pada


tahun 2010 untuk kawasan Asia-Pasific saja.
Microfinance atau pembiayaan mikro Kawasan ini memang merupakan kawasan yang
mengalami perkembangan yang sangat pesat dua paling banyak menerima program pembiayaan mikro,
dasawarsa terakhir. Sejak keberhasilan program disamping karena jumlah penduduk yang banyak dan
Grameen Bank yang diperkenalkan oleh Muhammad juga tingkat penduduk miskinnya yang cukup tinggi.
Yunus (peraih nobel perdamaian tahun 2006) di Tingkat jangkauan program yang diberikan Institusi
Bangladesh pada awal tahun 1980, institusi keuangan Keuangan Mikro atau Micro Finance Institution
dunia mulai menaruh perhatian yang besar kepada (MFI) mencapai 68,8 persen, dengan kata lain dari
pembiayaan mikro dalam upaya mengentaskan sekitar 182,4 juta penduduk miskin di kawasan
kemiskinan, dan juga memperoleh keuntungan. tersebut, 125,53 juta yang mendapat akses dalam
Berdasarkan data yang dipublikasikan program pembiayaan mikro.
Microcredit Summit Campaign tahun 2012, Lembaga Keuangan Mikr o (LKM) jika
sebanyak 1.746 program pembiayaan mikro telah mengacu pada Undang Undang No.1 tahun 2013
I Gde Kajeng Baskara, Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia 115

tentang Lembaga Keuangan Mikro di definisikan menyalurkan kredit mikro atau mempunyai unit mikro
sebagai lembaga keuangan yang khusus didirikan serta bank syariah dan unit syariah.
untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan Permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah
pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman begitu banyak dan beragamnya lembaga keuangan
atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada mikro dan jenis layanan keuangan mikro. Hal ini
anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, membuat mapping atau pemetaan, pengawasan
maupun pemberian jasa konsultasi pengembang an serta evaluasi layanan keuangan ini sulit dilakukan.
usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan. Tumpang tindihnya aturan, kewenangan dan cakupan
Definisi tersebut menyiratkan bahwa LKM luas layanan lembaga keuangan mikro juga turut
merupakan sebuah institusi profit motive yang juga memberikan andil dalam sulitnya menerapkan
bersifat social motive, yang kegiatannya lebih bersifat strategi pengembangan yang tepat untuk LKM.
community development dengan tanpa Keadaan ini menyebabkan tingkat ke
mengesampingkan perannya sebagai lembaga berlangsungan usaha atau sustainability LKM
intermediasi keuangan. Sebagai lembaga keuangan maupun program keuangan mikro menjadi rendah.
yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, LKM Hanya beberapa LKM yang mampu bertahan dan
juga melaksanakan kegiatan simpan pinjam, yang bersaing baik dengan sesama LKM maupun jenis
aktifitasnya disamping memberikan pinjaman namun layanan perbankan yang lebih modern.
juga dituntut untuk memberikan kesadaran menabung Heterogenitas masyarakat Indonesia juga
kepada masyarakat, terutama masyar akat memberikan dampak pada tingkat keberagaman
berpenghasilan rendah. lembaga ini. Dibutuhkan satu lembaga sentral serta
Keuangan mikro sendiri adalah kegiatan sektor regulasi yang komprehensif untuk mengatasi
keuangan berupa penghimpunan dana dan pemberian permasalahan ini. Lembaga ini nantinya juga
pinjaman atau pembiayaan dalam skala mikro dengan diharapkan dapat menyediakan data dan informasi
suatu prosedur yang sederhana kepada masyarakat yang lengkap tentang LKM, sehingga riset dan
miskin dan/atau berpenghasilan rendah. Secara penelitian terkait keuangan mikro akan dapat
internasional istilah pembiayaan mikro atau memperkuat pengembangan di masa depan.
microfinance sendiri mengacu pada jasa keuangan Dalam artikel konseptual ini akan dipaparkan
yang diberikan kepada pengusaha kecil atau bisnis tentang lembaga keuangan mikro di Indonesia,
kecil, yang biasanya tidak mempunyai akses termasuk telaah dari sisi historis dan institusi yang
perbankan terkait tingginya biaya transaksi yang ada saat ini di Indonesia. Pemaparan ini akan dapat
dikenakan oleh institusi perbankan. menambah pemahaman kita tentang keberadaan
Microfinance merupakan pembiayaan yang lembaga ini serta berbagai kendala yang dihadapinya.
bisa mencakup banyak jenis layanan keuangan, Pembahasan diakhiri dengan kajian ter kait
termasuk di dalamnya adalah microcredit atau kredit keberadaan LKM sesuai dengan Undang Undang
mikro, yakni jenis pinjaman yang di berikan kepada No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.
nasabah yang mempunyai skala usaha menengah
kebawah dan cenderung belum pernah berhubungan KAJIAN PUSTAKA
dengan dunia perbankan.
Nasabah jenis ini sering kali tidak memiliki Sejarah Keuangan Mikro Di Indonesia
jaminan, pendapatan tetap, dan persyaratan Di Indonesia sendiri kredit mikro sebenarnya
administrasi yang dibutuhkan cenderung lebih memiliki sejarah yang panjang. Kajian historis
sederhana. Pelayanan keuangan mikro sebenarnya keberadaan keuangan mikro berdasarkan catatan
tidak hanya mencakup kredit mikro namun juga micro dapat dibagi menjadi dua periode, yakni jaman
saving dan micro insurance atau asuransi mikro penjajahan dan jaman kemerdekaan. Selama masa
yang di Indonesia jarang dikenal. penjajahan Belanda, sistem keuangan dikontrol oleh
Di Indonesia, institusi yang terlibat dalam pemerintah Hindia Belanda melalui beberapa bank
keuangan mikro dapat dibagi menjadi tiga, yakni yang mereka dirikan.
institusi bank, koperasi, serta non bank/non koperasi. Pada akhir abad ke-19, sekitar bulan Desember
Institusi bank termasuk di dalamnya bank umum, yang 1895 atas prakarsa perorangan didirikan semacam
116 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18, No. 2, Agustus 2013

Lembaga Perkreditan Rakyat, tercatat Raden Bei Peran pemerintah Indonesia dalam
Wiriaatmadja seorang pribumi yang menjabat patih pengembangan kredit mikro selama masa presiden
Purwokerto mendirikan “Hulp en Spaarbank der Sukarno tidak banyak, karena pada masa-masa
Inlandsche Bestuurs Ambtenaren” atau Bank tersebut terjadi pergolakan politik dan juga Republik
Bantuan dan Tabungan Pegawai. Selanjutnya institusi Indonesia mengalami masa perang mempertahankan
tersebut diperbaiki oleh seorang Belanda bernama kemerdekaan. Pada kurun periode 1957 sampai 1965,
De Wolf van Westerrode yang mengubahnya sistem keuangan formal sangat dikekang dengan
menjadi Bank Kredit Rakyat atau Bank Rakyat. kebijakan yang berhasil menghapuskan segala
Pendirian Bank Rakyat ini kemudian diikuti oleh kepemilikan atau keterlibatan orang asing dalam
daerah-daerah lain di Pulau Jawa. sistem perbankan dan nasonalisasi bank-bank yang
Pada periode yang hampir bersamaan yakni dulu menjadi milik Belanda.
sekitar tahun 1898, desa-desa di Jawa terutama Pada masa Presiden Suharto, setelah mulai
sentra penghasil beras mendirikan Lumbung Desa stabilnya kondisi politik, maka pemerintah mulai
yang merupakan lembaga simpan pinjam dengan menaruh perhatian besar pada pembangunan
menggunakan komoditas padi sebagai instrumen pedesaan. Di awal periode 1970an pemerintah
simpan pinjam. Seiring berkembangnya wilayah mendirikan bank di setiap propinsi, yang pada saat
pedesaan dan juga peredaran uang semakin dikenal itu terdapat 27 propinsi. Pemerintah juga memberikan
oleh masyarakat desa, pada tahun 1904 didirikan keleluasaan dalam mendirikan Bank Perkreditan
Bank Desa, yang selanjutnya dikenal sebagai Badan Rakyat (BPR) sehingga di awal periode tersebut
Kredit Desa (BKD). terdapat sekitar 300 BPR di seluruh Indonesia.
Bank Rakyat pada tahun 1934 digabung Pada periode awal orde baru ini juga mulai
kedalam “Algemene Volkscredietbank” (AVB) terdapat suatu jenis layanan keuangan mikro berupa
yang bertujuan disamping meningkatkan bantuan dana subsidi yang diberikan oleh pemerintah
kesejahteraan rakyat pedesaan melalui bantuan sebagai bagian dari program intensifikasi beras.
kredit, namun juga mencari keuntungan. Setelah Program ini disebut Bimbingan Massal (Bimas).
kemerdekaan Indonesia AVB inilah yang berubah Bimas dijadikan proyek percontohan pada tahun 1964
menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan yang ditandai dengan dibentuknya Badan Usaha Unit
beroperasi sebagai bank komersial yang tetap Desa (BUUD) dan Koperasi Unit Desa (KUD) serta
melayani masyarakat pedesaan dengan menyalurkan BRI Unit Desa dalam upaya memperluas input
kredit mikro serta membuka unit-unit di pedesaan. produksi dan kredit bagi petani (Martowijoyo, 2007).
Sehingga tidak mengherankan melihat BRI menjadi Bimas untuk para petani padi segera diperluas
bank besar dengan cakupan jangkauan wilayah yang cakupannya untuk jenis usaha pertanian yang lain
luas serta tetap berkomitmen dalam pemberian kredit seperti tebu, kapas dan juga sektor perikanan. Untuk
mikro, jika kita melihat sejarah panjang pendirian bank membantu para petani kecil, pemerintah pada saat
tersebut. itu mengucurkan program kredit untuk investasi dan
Penggabungan Bank Rakyat menjadi AVB tidak modal kerja yang dinamakan Kredit Investasi Kecil
membuat Badan Kredit Desa menghentikan (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP).
usahanya, namun tetap berkembang seiring dengan Untuk segmen usaha mikro diluar pertanian, menteri
perkembangan jaman, namun selama masa keuangan pada saat itu memperkenalkan Kredit Mini
kemerdekaan Badan Kredit Desa yang terdiri dari dan Kredit Midi yang disalurkan melalui BRI Unit
Bank Desa dan Lumbung Desa bertransformasi Desa, serta Kredit Candak Kulak (KCK) yang
menjadi lembaga-lembaga perkreditan rakyat seperti penyalurannya melalui KUD.
Lembaga Perkreditan Kecamatan dan Bank Karya Di samping program bantuan subsidi dan kredit
Produksi Desa di Jawa Barat, Badan Kredit mikro, pemerintah juga mengupayakan terbentuknya
Kecamatan di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat sebuah lembaga kredit mandiri di tingkat desa. Adalah
Kecil di Jawa Timur. Beberapa lembaga bertransformasi Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) yang
menjadi lembaga keuangan yang berdasarkan ikatan didirikan awal periode 1970 untuk mengelompokkan
adat seperti Lembaga Perkreditan Desa di Bali dan lembaga keuangan mikro non-bank yang terdapat di
Lumbung Pitih Nagari di Sumatera Barat. setiap propinsi (Holloh, 2001). LDKP merupakan
I Gde Kajeng Baskara, Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia 117

istilah generik untuk beberapa jenis lembaga kredit bank (diantaranya : BKD, BKK, LPK, LPN, KURK
dan simpanan kecil yang ada, sesuai dengan daerah dan juga LPD) untuk diberikan kesempatan selama
masing-masing, di banyak propinsi. jangka waktu dua tahun untuk berubah menjadi BPR.
Pada akhir periode 1970an, sebanyak hampir Peraturan ini cukup menyulitkan lembaga keuangan
300 lembaga kredit seperti ini terdapat di Indonesia. di pedesaan, sehingga terbitlah Keputusan Pemerintah
Pada saat itu lembaga-lembaga ini diperlakukan Maret 1989 (Pakmar 89) yang memutuskan untuk
sebagai lembaga keuangan non-bank, dan menghapus aturan tersebut untuk mengurangi
berdasarkan Undang-Undang Perbankan Tahun kesulitan yang dihadapi lembaga kredit pedesaan dan
1967 tidak memenuhi per syaratan untuk memperoleh juga BPR yang berasal dari transformasi lembaga
kredit likuiditas dari Bank Indonesia (BI), dan oleh tersebut.
sebab itu dana dari lembaga ini harus dihimpun dari Hingga saat ini berdasarkan Undang-Undang
sumber lain. Perbankan tahun 1992 dan Amandemennya yakni
Lembaga-lembaga ini juga tidak diijinkan untuk Undang-Undang tahun 1998, ada dua kategori bank
memobilisasi dana dalam bentuk simpanan dan tidak di Indonesia yakni Bank Umum dan Bank
terikat pada aturan suku bunga dari BI, sehingga Perkreditan Rakyat (BPR). Oleh karena adanya
mereka dapat menentukan suku bunga sendiri Pakto 88, dan Pakmar 89 banyak BPR yang berasal
(Arsyad, 2008). Beberapa lembaga ini hingga pada dari transformasi lembaga kredit pedesaan,
saat ini masih banyak yang berdiri di Indonesia, sedangkan terdapat juga BPR yang mengajukan ijin
diantaranya yang berdiri pada awal periode tersebut baru dan bukan berasal dari transformasi lembaga
adalah Badan Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa kredit pedesaan. Undang-Undang Perbankan tahun
Tengah, Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK) 1998 pasal 58 mengakui keberadaan lembaga kredit
di Jawa Barat, Lumbung Pitih Nagari (LPN) di pedesaan, dengan memberikan kesempatan lembaga
Sumatera Barat yang kepemilikannya oleh lembaga tersebut untuk berubah menjadi BPR sesuai dengan
adat. Pada periode 1980an berdiri Kredit Usaha syarat dan ketentuan yang berlaku.
Rakyat Kecil (KURK) di Jawa Timur (Tahun 1984) Dengan adanya aturan-aturan ini lembaga kredit
dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali. LPD pedesaan yang berubah menjadi BPR memiliki
menjadi lembaga yang cukup unik karena cakupan yang lebih luas. Ter utama dengan
kepemilikannya murni oleh desa adat di Bali, berbeda diperbolehkannya membuka cabang di kota lain
dengan lembaga lain yang juga dimiliki oleh dalam satu Propinsi. Peraturan Pemerintah No. 7
Pemerintah Propinsi. tahun 1992 yang mengatur pelaksanaan Undang-
Melalui usaha terprogram dengan memberikan Undang Perbankan tersebut tidak secara jelas
kredit mikro kepada petani, pada periode 1980an mengatur mengenai masalah lembaga kredit
akhirnya Indonesia mencapai swasembada beras. pedesaan. Namun peraturan tersebut memberikan
Pada periode ini tepatnya sekitar tahun 1983, dengan kemudahan bagi banyak lembaga keuangan non-bank
melihat peran serta pengalaman BRI Unit Desa untuk tidak harus berubah menjadi BPR. Sedangkan
dalam menangani kredit mikro, pemerintah bagi lembaga yang sudah bertransformasi menjadi
memutuskan mengubahnya menjadi sistem BPR diberikan kemudahan untuk menyesuaikan diri
perbankan komersial. dengan peraturan-peraturan BPR dalam periode
Sistem baru ini memberi keleluasaan kepada waktu lima tahun.
BRI Unit Desa guna menerapkan suatu aturan atau Pada saat krisis finansial dan moneter yang
kebijakan yang fleksibel terkait tingkat bunga, baik melanda Indonesia tahun 1997 dan 1998 yang
pada tabungan maupun pinjaman. Pada tahun 1984 dibarengi dengan mundurnya presiden Suharto,
BRI mulai meluncurkan Kredit Umum Pedesaan lembaga keuangan bank di Indonesia mengalami
(Kupedes) yang ditawarkan melalui jaringan unit kehancuran dan terlilit hutang yang parah, namun
desanya diikuti Simpedes (Simpanan Pedesaan) sejak justru bank umum yang memfokuskan usahanya pada
tahun 1985. kredit mikro dan juga lembaga keuangan pedesaan
Suatu perubahan yang cukup berarti terjadi tahun tidak terpengaruh banyak oleh krisis tersebut. Hal
1988, melalui Paket Oktober (Pakto) 88, pemerintah ini menyebabkan banyak bank umum baik bank
memutuskan semua jenis lembaga keuangan non- umum nasional maupun campuran dan asing yang
118 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18, No. 2, Agustus 2013

mulai serius menggarap potensi kredit mikro. Bank mengatur tentang keberadaan dan pengelolaan LKM.
yang diantaranya menggarap segmen ini adalah Bank Saran tersebut adalah (1) menghilangkan bentuk
Danamon dengan Danamon Simpan Pinjam (DSP), program bantuan dana bersubsidi dan (2) melegalkan
serta Bukopin dengan program Swamitra. Periode lembaga keuangan mikro non bank/non koperasi serta
akhir 1990an ini juga ditandai dengan banyak memperluas akses cakupan pelayanan termasuk
munculnya bank umum yang memang mengkhususkan simpanan atau tabungan dan juga wilayah operasional
usahanya pada segmen mikro. Walaupun kondisi LKM.
politik mulai stabil, namun dengan tidak adanya Upaya ini akhirnya berhasil merumuskan sebuah
pemegang kekuasaan pemerintah yang bertahan lama Rancangan Undang Undang (RUU) tentang Lembaga
seperti pada periode Presiden Suharto menyebabkan Keuangan Mikro pada tahun 2010. Dalam proses
program pemerintah pada segmen ini hanya pengesahannya RUU ini ternyata juga banyak
melanjutkan program pemerintahan presiden ditentang oleh LKM sendiri terutama LKM yang
Suharto. Dalam artian tidak ada program yang betul- berbasiskan komunitas adat seperti LPD di Bali,
betul baru dari pemerintah setelah era Suharto. karena dianggap tidak sesuai dengan lembaga
Periode tahun 2000an ditandai dengan tersebut yang berlandaskan nilai-nilai komunal desa
munculnya jenis lembaga keuangan baru yang adat di Bali.
berlandaskan prinsip hukum Islam yakni lembaga
syariah. Banyak bank umum yang membentuk unit Lembaga Keuangan Mikro Yang Terdapat Di
syariah ataupun membuat bank baru dengan Indonesia Saat Ini
berlandaskan prinsip syariah. Prinsip syariah sendiri Melihat sejarah panjang keuangan mikro
sebenarnya mirip dengan jenis pembiayaan modal tersebut, tidak mengherankan jika terdapat banyak
ventura, dengan sistem pembagian keuntungan bagi jenis lembaga keuangan mikro di Indonesia.
hasil, tidak berlandaskan bunga. Pelayanan keuangan mikro tidak hanya didominasi
Pada awal tahun 2000, pemerintah melalui oleh lembaga namun juga banyak jenis layanan dan
kementerian terkait membentuk sebuah forum bantuan berupa subsidi yang dikucurkan oleh
bernama Ger akan Bersama Pengembangan pemerintah. Hampir setiap pergantian pemerintahan
Keuangan Mikro Indonesia atau biasa disebut “Gema meluncurkan program yang berbeda kepada
PKM” yang merupakan sebuah gerakan yang masyarakat miskin dan yang berpenghasilan rendah.
bertujuan untuk lebih meningkatkan cakupan dan Hal ini menyebabkan tumpang tindihnya
kapitalisasi dana untuk keuangan mikro. Forum program, aturan dan juga kewenangan lembaga yang
tersebut mendesak BI untuk menerbitkan sebuah bergerak di bidang keuangan mikro, dan akhirnya
peraturan yang khusus mengatur tentang keberadaan bermuara pada susahnya mengukur dan
dan pengelolaan lembaga keuangan mikro. Pada mengevaluasi keberhasilan program yang ada.
tahun 2001, draft Rancangan Undang Undang Keadaan ini juga menyebabkan LKM baik yang
(RUU) Lembaga Keuangan Mikro diserahkan oleh berbasiskan desa maupun yang terdapat di perkotaan
BI ke Menteri Keuangan, yang kemudian untuk bisa menjalankan usaha mereka secara
meneruskannya ke Dewan Perwakilan Rakyat berkesinambungan, dalam arti tingkat keberlangsungan
(DPR) guna disahkan. Namun tidak ada tanda -tanda hidup LKM menjadi rendah.
dari DPR untuk segera mengesahkan aturan tersebut. Persaingan yang ketat serta tumpang tindihnya
Hal ini membuat BI pada tahun 2003 bersama sebuah kebijakan membuat banyak LKM yang tidak mampu
lembaga dari Jerman bernama Promotion of Small bersaing, sehingga harus menghentikan usahanya
Financial Institution (Pro-Fi) yang merupakan atau hanya tinggal nama. Sebagai gambaran di
rekanan BI dalam mengelola LKM menerbitkan sebuah desa di Propinsi Bali, bisa terdapat lebih dari
sebuah kajian dan rumusan tentang pengelolaan dan lima hingga tujuh jenis LKM maupun bank yang
pengembangan LKM (Martowijoyo, 2007). menyasar segmen mikro, diantaranya LPD, KUD,
Kajian tersebut menyarankan pemerintah untuk Koperasi Serba Usaha (KSU) atau Koperasi Simpan
menghilangkan segala sesuatu yang menghambat Pinjam (KSP) yang didirikan oleh masyarakat, BPR,
pengembangan LKM dan menyusun serta Teras BRI (Unit mikro BRI), dan Danamon Simpan
menerbitkan peraturan perundangan yang khusus Pinjam (DSP). Segmen pasar yang terbatas membuat
I Gde Kajeng Baskara, Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia 119

membuat tiap LKM harus mampu bersaing, hal yang Kecamatan dan pedesaan, karena jenis LKM ini yang
tentunya amat sulit bagi LKM konvensional jika harus bersentuhan langsung dengan kelompok pemerintahan
dihadapkan dengan lembaga modern seperti bank paling kecil yakni Desa.
umum dan BPR.
Partisipan keuangan mikro di Indonesia bisa Badan Kredit Desa (BKD)
dibagi menjadi tiga kelompok, kelompok pertama
Badan Kredit Desa atau BKD memiliki sejarah
adalah lembaga atau institusi formal dan non-formal,
yang panjang. Dapat dikatakan bahwa BKD
kelompok kedua merupakan program keuangan mikro
merupakan salah satu LKM formal yang pertama
baik yang diadakan oleh pemerintah maupun lembaga-
lembaga donor dalam dan luar negeri. Ketiga adalah kali berdiri di Indonesia. Berdirinya BKD tidak dapat
partisipan individu yang biasanya informal, tidak dipisahkan dari berdirinya AVB (Algemene
mempunyai kekuatan hukum dan menjalankan Volkerediet Bank) yang kemudian menjadi BRI pada
usahanya secara ilegal, dalam kelompok ini termasuk sekitar tahun 1896. Sejarah BKD diawali dengan
para pemburu rente seperti rentenir, ijon, gadai ilegal, berdirinya Lumbung Desa di daerah Banyumas
kelompok arisan, dan lain-lain. karena terjadinya paceklik dan gagal panen. LKM
Sulitnya mengelompokkan lembaga keuangan ini mengalami sejarah yang panjang dengan berbagai
mikro dan jenis layanan keuangan mikro membuat perubahan nama dan regulasi. Saat ini BKD hanya
mapping atau pemetaan, pengawasan serta evaluasi tersisa di pulau Jawa, walaupun sempat tersebar ke
layanan keuangan ini sulit dilakukan. Tumpang wilayah lain di Indonesia. BKD merupakan sebuah
tindihnya aturan, kewenangan dan cakupan luas lembaga keuangan milik desa dengan pejabat desa
layanan lembaga keuangan mikro juga turut berperan dalam manajemennya.
memberikan andil dalam sulitnya menerapkan strategi Pengawasan dan supervisi dilakukan oleh Bank
pengembangan yang tepat untuk LKM. Keadaan ini Rakyat Indonesia (BRI). Lembaga ini menyalurkan
menyebabkan tingkat keberlangsungan usaha atau kredit berdurasi pendek, biasanya tiga sampai empat
sustainability LKM maupun program keuangan bulan. Dana biasanya didapat dari sistem simpanan
mikro menjadi rendah. Hanya beberapa LKM yang wajib peminjam dan juga pinjaman lunak dari BRI.
mampu bertahan dan bersaing baik dengan sesama Dari data yang dirilis oleh RENDEV Project tahun
LKM maupun jenis layanan perbankan yang lebih 2009 (Adra,dkk,2009), terdapat 5.345 BKD di
modern. seluruh Indonesia. Saat ini BKD paling banyak
Tidak terdapatnya data yang pasti terkait jumlah terdapat di Propinsi Jawa Timur (2.495 lembaga),
dan kondisi lembaga-lembaga ini menyulitkan penulis Jawa Tengah (1.357 lembaga), DIY Yogyakarta (766
untuk menyajikan keakuratan terkait jumlah lembaga lembaga) dan sebagian kecil di Jawa Barat (727
ini. Banyak lembaga yang berada dibawah pembinaan lembaga).
pemerintah propinsi, namun tidak ada data yang pasti
dari tiap pemerintah daerah terkait keberadaan Lembaga Dana Kredit Pedesaan
lembaga keuangan mikro di daerah nya. Hanya Istilah Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP)
Lembaga keuangan mikro seperti LPD di Bali yang dicetuskan sejak era tahun 1980an oleh Pemerintah
sudah memiliki data dan kondisi keuangan yang Indonesia dalam upaya mengelompokkan lembaga
terekam dengan baik. keuangan mikro non-bank yang banyak beroperasi
Ironisnya, justru riset dan proyek dari institusi di seluruh wilayah Indonesia, khususnya Pulau Jawa
asing yang dijadikan acuan dalam memprediksi sejak masa tahun 1970an. Kebijakan ini juga
jumlah serta keberadaan LKM di Indonesia. Proyek dimaksudkan guna membedakan lembaga kredit
riset ini bersifat musiman, atau tidak secara periodik berbasis desa dengan bank unit desa serta lembaga
memantau keberadaan LKM di Indonesia sehingga perkreditan berbasis desa yang sudah lama ada di
keberlanjutan data dan informasi amat susah ditemui. Jawa. LDKP ini mengacu pada banyak jenis lembaga
Dalam memperjelas pemahaman dan wawasan keuangan mikro dengan nama berbeda di berbagai
kita terkait LKM, berikut akan dipaparkan beberapa wilayah Indonesia. Data RENDEV Project tahun
jenis LKM yang ada di Indonesia. Paparan akan 2009 menyebutkan jumlah LDKP di Indonesia
difokuskan pada LKM yang beroperasi di tingkat sebanyak 2.001 buah lembaga dengan yang terbanyak
120 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18, No. 2, Agustus 2013

ada di Propinsi Bali berupa Lembaga Perkreditan Desa berdurasi mingguan, bulanan dan maksimal adalah
(LPD) (Adra,dkk, 2009). satu tahun.
Dengan banyak munculnya lembaga kredit mikro
yang masuk kelompok LDKP, menjadi cukup sulit Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK)
dalam mengidentifikasi jenis lembaga ini, karena di Lembaga Perkreditan Kecamatan terdapat di
setiap daerah dimunculkan istilah yang berbeda. Jawa Barat. Wilayah Operasional lembaga ini sama
Lembaga dengan berbasiskan adat muncul di Propinsi dengan BKK, dengan pola kepemilikan yang sedikit
Bali dan Sumatera Barat, sedangkan lembaga sejenis berbeda. Kepemilikan LPK adalah 55% Pemerintah
di Propinsi yang lain banyak yang berbasiskan Provinsi dan 45% Pemerintah Kabupaten. LPK
kecamatan. memiliki sejarah yang panjang, dimana pendiriannya
Berikut akan dipaparkan beberapa lembaga dimulai tahun 1973 dengan peraturan pemerintah
keuangan mikro yang masuk dalam jenis LDKP, baik No.446 tahun 1973.
yang berbasiskan desa, desa adat maupun Pada tahun 1992 r egulasi Perbankan
kecamatan. mengharuskan LDKP berubah menjadi BPR dengan
tenggang waktu hingga tahun 1997. Pada saat itu
Badan Kredit Kecamatan (BKK) banyak LPK yang berubah menjadi BPR dengan
Badan Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa dukungan dana dari pemerintah Provinsi, Kabupaten
Tengah dan Kalimantan Selatan, Lembaga serta Bank Pembangunan Daerah. Namun tidak
Perkreditan Kecamatan (LPK) di Jawa Barat serta semua LPK bisa ditingkatkan menjadi BPR karena
Lumbung Pitih Nagari (LPN) di Sumatera Barat, masih banyak LPK yang terkendala masalah
merupakan beberapa LDKP awal yang berdiri sekitar permodalan dan manajemen.
tahun 1970an. Setelah pertemuan yang digelar oleh Pengelolaan LPK sepenuhnya dilakukan oleh
Menteri Dalam Negeri pada tahun 1984, barulah pemerintah provinsi dan kabupaten dengan dibantu
mulai bermunculan lembaga sejenis di daerah lain, oleh BPD. Walaupun laporan keuangan LPK
semisal Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali, dilaporkan ke BPD, pengawasan dan supervisi tidak
BKK di Bengkulu, Riau, Kalimantan Selatan, dan Aceh. dilakukan oleh BPD, namun melalui sebuah komite
Badan Kredit Kecamatan beroperasi pada yang beranggotakan perwakilan dari pemerintah dan
wilayah kecamatan, dengan supervisi dan juga BPD. Permodalan disamping dari pemerintah,
pengelolaan berada dibawah pemerintah provinsi. juga didapatkan melalui simpanan wajib. LPK tidak
Pada tahun 1990 banyak BKK yang berubah menjadi diperkenankan untuk mengumpulkan dana dari
BPR, dengan adanya peraturan dari Menteri tabungan sukarela. Pinjaman diberikan hanya kepada
Keuangan dan Bank Indonesia. Namun saat ini masih anggota dengan melalui rekomendasi pejabat desa
terdapat banyak BKK yang masih beroperasi sesuai dan kecamatan. Pinjaman juga bersifat tanpa jaminan
dengan keberadaan awalnya. BKK merupakan (collateral free) dengan sanksi atau denda bagi
lembaga keuangan dengan status Perusahaan keterlambatan cicilan.
Daerah sesuai dengan Perda Jateng No.19 tahun
2002. Pengawasan juga dilakukan oleh Bank Lumbung Pitih Nagari (LPN)
Pembangunan Daerah di tiap Propinsi. Pengelolaan Lembaga ini terdapat di Propinsi Sumatera Barat.
BKK dilakukan oleh Pemerintah Propinsi dan LPN merupakan lembaga keuangan milik desa adat
approval pinjaman harus melalui Camat. yang disebut nagari dan hanya ada di daerah Padang
Jenis produk yang ditawarkan adalah pinjaman Pariaman. Pada jaman kolonial Belanda sebenarnya
dan simpanan yang awalnya hanya berupa simpanan sudah terdapat sebuah lembaga keuangan di daerah
wajib yang diambil dari presentase dari pinjaman. tersebut yakni Bank Nagari, namun keberadaannya
Seiring dengan waktu, BKK mulai memperkenalkan tidaklah lama.
simpanan sukarela (tabungan) yang diberi nama Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat
Tamades (Tabungan Masyarakat Desa). Selain merubah namanya menjadi Bank Nagari dan berdiri
mengumpulkan dana dari simpanan pihak ketiga, sejak tahun 1962. Lumbung Pitih Nagari diprakarsai
dana juga didapat dari pemerintah propinsi melalui pendiriannya sekitar tahun 1972 oleh Pemerintah
Bank Pembangunan Daerah. Pinjaman yang diberikan Propinsi Sumatera Barat (Sumbar) dengan maksud
I Gde Kajeng Baskara, Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia 121

untuk memperkuat struktur ekonomi masyarakat persetujuan dengan memutuskan bahwa LPD
pedesaan. Seperti jenis LDKP yang lain, pada saat merupakan lembaga keuangan non bank yang khusus
Pakto 88, banyak LPN yang berubah menjadi BPR beroperasi di wilayah Bali. Dalam Undang-undang
sesuai dengan ketentuan dari Pemerintah dan No.1 tahun 2013 tentang LKM, keberadaan LPD
Bank Indonesia. diakui sebagai sebuah lembaga keuangan berbasis adat,
Lembaga keuangan ini berkembang dari tradisi sehingga tidak dimasukkan sebagai LKM yang diatur
budaya anak nagari masyarakat Minangkabau sejak dalam peraturan tersebut. Saat ini peraturan yang
dahulu yaitu julo-julo atau gotong royong. Lumbung mengatur tentang LPD adalah Peraturan Daerah
padi dan lumbung pitih yang awal mulanya hanya Propinsi Bali No.8 tahun 2002 dan mengalami perubahan
diperuntukkan untuk sanak famili dan keluarga melalui Perda Nomer 3 tahun 2007.
kemudian berkembang menjadi suatu kegiatan Pengelolaan LPD sepenuhnya dilakukan oleh desa
ekonomi di tingkat “kenagarian” berupa aktifitas adat, dengan pembinaan dan pengawasan dilakukan
simpan pinjam dana (Oman, 1995). oleh pemerintah propinsi dan BPD. Dalam suatu
Model organisasi LPN adalah meniru model wilayah desa di Propinsi Bali terdapat dua sistem
koperasi dimana masyarakat yang ingin menjadi pemerintahan yang berbeda dan kadang saling
anggota harus menyetorkan sejumlah dana untuk tumpang tindih. Pemerintahan formal yang berada
simpanan wajib. Manajemen LPN direkrut dari dalam struktur adalah desa dinas dengan dikepalai
anggota masyarakat desa dengan pengendalian oleh seorang kepala desa dan desa adat yang dikepalai
internal dilakukan oleh pengurus LPN. Pengurus desa oleh seorang “bendesa adat” dengan dibantu oleh
tidak bertanggung jawab dalam pengawasan LPN. “prajuru adat” (Nurcahya, 2006).
Supervisi dan pengawasan eksternal dilakukan oleh Masing-masing jenis pemer intahan ini
Pemerintah Propinsi dengan pendampingan dari Bank mempunyai perangkat sendiri, dimana bendesa adat
Pembangunan Daerah. dipilih oleh paruman desa yakni sebuah musyawarah
tingkat desa. Bendesa sebagai seorang chairman
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam mengelola LPD biasanya mengangkat seorang
Lembaga ini juga merupakan sebuah lembaga kepala LPD atau manajer melalui musyawarah desa,
keuangan milik desa adat, sama dengan LPN yang dengan organisasi yang terpisah dari kepengurusan
ada di Sumatera Barat. Lembaga ini berdiri sejak bendesa, namun bertanggung jawab langsung kepada
tahun 1985, dan hingga saat ini sudah mencapai paruman adat. Bendesa bertugas sebagai pengawas
jumlah 1.422 buah. Lembaga Perkreditan Desa di internal dalam pengelolaan LPD.
Bali merupakan lembaga keuangan mikro yang Simpanan dan pinjaman LPD hanya di
paling sukses di Indonesia. Keberhasilan program perbolehkan kepada anggota desa adat. Jumlah
ini karena dukungan penuh dari Pemerintah Propinsi simpanan baik tabungan maupun deposito tidak dibatasi,
Bali dan kuatnya kesatuan masyarakat adat di Bali. namun biasanya jumlah pinjaman disesuaikan dengan
Sejarah LPD sendiri dimulai tahun 1985, dengan likwiditas LPD dan ada nya collateral atau jaminan.
dicetuskannya sebuah pilot project dengan jangka Dana yang di himpun oleh LPD boleh berasal dari
waktu tiga tahun, sejak Maret 1985 hingga Maret lembaga keuangan lain namun jumlahnya dibatasi
1988. Pada saat itu sebagai langkah awal, (Ramantha, 2006).
Pemerintah Propinsi Bali mendirikan 161 buah LPD
dengan modal awal Rp 2 juta. Tahun 1986 Lembaga Dana Kredit Pedesaan lain di Indonesia
pemerintah propinsi menerbitkan peraturan terkait Selain lembaga yang dipaparkan sebelum nya,
desa adat yang memberikan kewenangan kepada masih terdapat beberapa LDKP di Indonesia yang
desa adat untuk melakukan pengelolaan aset melalui keberadaannya banyak yang tidak tercatat secara
organisasi mereka sendiri. resmi. Lembaga tersebut diantaranya adalah Badan
Upaya Bank Indonesia untuk mendorong LPD Usaha Kredit Pedesaan (BUKP) di Yogyakarta,
berubah menjadi BPR mendapat penolakan dari Lembaga Pembiayaan Usaha Kecil (LPUK) di
masyarakat di Bali, disamping itu BI juga Kalimantan Selatan, Lembaga Kredit Pedesaan (LKP)
mempertimbangkan banyaknya jumlah LPD yang di Nusa Tenggara Barat, Lembaga Kredit Kecamatan
mesti diawasi, sehingga akhirnya BI memberikan di Aceh.
122 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18, No. 2, Agustus 2013

Kurangnya informasi yang tersedia mengakibatkan Secara operasional BMT dijalankan dengan
susahnya mengidentifikasi lembaga-lembaga ini. organisasi seperti koperasi. Keanggotaan awal minimal
Tumpang tindihnya peraturan pemerintah daerah dan 20 orang anggota. Baitul Maal memiliki prinsip
pusat juga mengakibatkan kurang berkembangnya sebagai penghimpun dan penyalur dana zakat, infaq
lembaga-lembaga ini. Dengan disahkannya perundangan dan shadaqah, dalam arti bahwa Baitul Maal hanya
terkait LKM, maka keberadaan semua lembaga bersifat “menunggu” kesadaran umat untuk
keuangan mikro ini harus mengacu pada peraturan menyalurkan dana zakat, infaq dan shadaqahnya saja
tersebut, hal ini akan mempermudah pengembangan tanpa ada sesuatu kekuatan untuk melakukan
serta pengawasan lembaga-lembaga tersebut. pengambilan ataupun pemungutan secara langsung
kepada mereka yang sudah memenuhi kewajiban
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) tersebut. Selain sumber dana tersebut BMT juga
Lembaga ini merupakan lembaga keuangan menerima dana berupa sumbangan, hibah, ataupun
mikro yang berdasarkan prinsip syariah dan wakaf serta sumber -sumber dana yang bersifat sosial.
berlandaskan ajaran Islam. Secara etimologis Baitul Penyaluran dana-dana yang bersumber dari
Maal wat Tamwil terdiri dari dua arti yakni Baitul dana-dana Baitul Maal harus bersifat spesifik,
Maal yang berarti “rumah uang” dan Baitul Tamwil terutama dana yang bersumber dari zakat, karena
dengan pengertian “rumah pembiayaan”. Rumah dana dari zakat ini sarana penyalurannya sudah
uang dalam artian ini adalah pengumpulan dana yang ditetapkan secara tegas dalam AI-Qur’an yaitu
berasal dari infaq, zakat, ataupun shodaqah, dan kepada delapan ashnaf antara lain: faqir miskin,
pembiayaan yang dilakukan adalah berdasarkan amilin, mu’alaf, fisabilillah, gharamin, hambu
prinsip bagi hasil, yang berbeda dengan sistem sahaya, dan musafir. Sedangkan dana di luar zakat
perbankan konvensional yang mendasarkan pada dapat digunakan untuk pengembangan usaha orang-
sistem bunga. orang miskin, pembangunan lembaga pendidikan, masjid
Sejarah keberadaan BMT di Indonesia tidak maupun biaya-biaya operasional kegiatan sosial
lepas dari dibentuknya Yayasan Inkubasi Bisnis lainnya. Ada tiga prinsip yang dapat dilaksanakan
Usaha Kecil (YINBUK). Yayasan ini dibentuk oleh BMT (dalam fungsinya sebagai Baitut Tamwil),
sekitar bulan Maret tahun 1995 melalui prakarsa dari yaitu (1) prinsip bagi hasil, (2) prinsip jual beli dengan
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendikiawan keuntungan, (3) prinsip non-profit (Wardiwiryono, 2012).
Muslim Indonesia (ICMI) beserta Bank Muamalat Saat ini keberadaan BMT sudah mencakup
yang merupakan bank pertama di Indonesia dengan seluruh wilayah Indonesia, dengan populasi
prinsip syariah. Dalam susunan dewan pendiri terbanyak berada di Pulau Jawa. Selain di Pulau
tercatat nama B.J. Habibie, mantan presiden Jawa, konsentrasi populasi BMT yang cukup besar
Indonesia. YINBUK kemudian membentuk Pusat terdapat di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara
Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) (Irwan, 2006). Barat. Data dari RENDEV Project menyebutkan
Pendirian PINBUK dimaksudkan sebagai sebanyak 2.025 BMT-YINBUK terdapat di
sarana operasional untuk menyalurkan dana yang Indonesia. Dari jumlah tersebut sekitar 72% atau
dihimpun oleh YINBUK. Institusi inilah yang 1.456 lembaga berada di Pulau Jawa (Adriani, 2005).
kemudian memprakarsai pembentukan BMT di Semenjak disahkannya UU No. 1 tahun 2013,
Indonesia, dengan juga melakukan pembinaan, BMT diklasifikasikan sebagai LKM yang harus
monitoring, evaluasi hingga perlindungan dalam legal mengikuti aturan dalam perundang an tersebut. Hal
status, karena status BMT yang pada saat itu belum ini memberikan status legal yang sudah lama
jelas. Pada bulan Desember 1995, Presiden Suharto dinantikan oleh BMT.
mendeklarasikan BMT sebagai sebuah gerakan
nasional untuk pemberdayaan usaha kecil, dan di Keberadaan LKM Dari Perspektif UU No. 1
tahun tersebut BI juga mengijinkan BMT sebagai Tahun 2013
lembaga yang dapat diberikan bantuan pendanaan Pada awal tahun 2013, yakni tanggal 8 Januari,
dan masuk dalam progr am linkage dengan DPR dan pemerintah akhirnya mengesahkan Undang
bank umum. Undang Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro. Sebelumnya melalui pengajuan
I Gde Kajeng Baskara, Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia 123

Rancangan Undang Undang (RUU) tentang LKM, dalam mengawasi lalu lintas transaksi keuangan baik
pemerintah banyak menuai kritikan untuk merubah itu melalui perbankan maupun LKM.
beberapa substansi dari RUU tersebut yang ditolak Harapan dari DPR serta pemerintah adalah
oleh beberapa pihak. Penolakan bermuara dari LKM di Indonesia dapat menjadi salah satu pilar
disamakannya status LKM yang berdasarkan aturan dalam proses intermediasi keuangan terutama bagi
adat dengan yang tidak. Lembaga keuangan seperti usaha mikro, kecil dan menengah. LKM juga
LPD dan LPN tidak setuju jika lembaga ini harus diharapkan dapat meningkatkan financial inclusion,
tunduk kepada aturan dalam RUU tersebut. sehingga semua lapisan masyarakat dapat memiliki
Sebuah desa adat adalah sebuah kesatuan akses terhadap jasa layanan keuangan. Karakteristik
pemerintahan yang otonom, sehingga ditakutkan masyarakat Indonesia yang bersifat komunal atau
peraturan ini akan mengurangi kewenangan desa adat gotong royong amat sesuai dengan ciri dari LKM
dalam pengelolaan lembaga keuangan yang dimilikinya. yang merupakan sebuah community bank.
Aspirasi ini akhirnya diterima oleh DPR dan pemerintah Pelaksanaan dari peraturan ini ditetapkan dua tahun
dengan mengecualikan lembaga keuangan mikro milik sejak mulai diundangkan. Permohonan ijin usaha
desa adat dalam peraturan tersebut. Peraturan ini kepada OJK harus dilakukan oleh LKM yang sudah
juga membedakan antara kegiatan keuangan beroperasi terhitung satu tahun semenjak aturan ini
konvensional dengan yang bersifat syariah, sehingga diundangkan. Hal ini dilakukan untuk memberikan
keberadaan LKM berbasis syariah seperti BMT tenggang waktu bagi LKM dalam mengadaptasi
dapat diakomodasi. kegiatan nya dengan aturan yang berlaku. Segala hal
Keberadaan LKM di Indonesia sebenarnya amat yang belum diatur oleh peraturan ini, termasuk masalah
membutuhkan sebuah payung berupa peraturan permodalan, manajemen, dan lain-lain akan diatur
perundangan yang komprehensif. Peraturan ini melalui peraturan otoritas jasa keuangan.
diharapkan dapat memperkuat status legal dari LKM, Sistem ini dirasa cukup efektif untuk menyusun
disamping juga melindungi para nasabah dari situasi peraturan yang sesuai dengan kondisi yang terjadi
atau keadaan yang dapat merugikan mereka. setiap waktu. Industri jasa keuangan merupakan
Banyaknya jenis dan macam LKM di Indonesia industri yang amat rentan terhadap gejolak ekonomi
amat menyulitkan baik dalam pemantauan usaha yang terjadi baik nasional, regional maupun
maupun pemberian bantuan untuk pengembangan internasional.
usaha. Dengan diterbitkan nya peraturan ini yang
mengatur kesamaan bentuk hukum dan lembaga SIMPULAN
yang mengatur dan mengawasi, diharapkan data dan Pemaparan dalam artikel konseptual ini
informasi terkait LKM di seluruh Indonesia dapat memberikan gambaran tentang keberadaan lembaga
terakses dengan lebih baik. keuangan mikro di Indonesia. Lembaga ini mempunyai
Dalam peraturan ini antara lain diatur mengenai sejarah yang cukup panjang sejak dari jaman
bentuk hukum dari LKM yakni koperasi atau penjajahan Belanda hingga saat ini. Perjalanan yang
perseroan terbatas. Izin usaha untuk LKM panjang ini menguatkan peran dari lembaga ini di
dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). dalam masyarakat.
Peraturan ini memberikan kewenangan penuh kepada Struktur masyarakat Indonesia yang amat
OJK dalam perizinan, pengaturan serta pengawasan heterogen membutuhkan lembaga keuangan yang
LKM. Sebelumnya dalam RUU yang diajukan sesuai dengan kar akteristik masing-masing
pemerintah, disebutkan bahwa lembaga yang kelompok. Karakter orang Indonesia yang bersifat
mengatur dan mengawasi LKM adalah Pemda komunal sangat sesuai dengan jenis lembaga keuangan
Tingkat II. yang bersifat community banking. Lembaga
Kewenangan yang dimiliki oleh OJK dalam keuangan mikro yang kuat tentunya akan berdampak
pengawasan LKM dirasa amat tepat karena OJK positif pada pengembangan usaha mikro kecil dan
memiliki kapabilitas dan aksesibilitas. Lembaga OJK menengah di seluruh pelosok.
yang juga memiliki kewenangan dalam pengawasan Penguatan legalitas dengan diterbitkannya
perbankan tentunya akan menyinergikan aktifitas peraturan perundangan tentang LKM dirasa sangat
pengawasannya dengan LKM. Sinergi ini penting tepat. Payung hukum yang komprehensif tentunya
124 Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18, No. 2, Agustus 2013

akan semakin memperkuat keberadaan lembaga Lucia Dalla Pelegrina. (2008). Microfinance and
keuangan ini. Pengaturan serta pembinaan dan Investment : a Comparison between Bank
pengawasan yang berkesinambungan diharapkan and Informal Lending. Financial Economic
dapat membuat lembaga keuangan mikro mampu Network.
berdiri sejajar dengan lembaga keuangan perbankan. Martowijoyo, Sumantoro. 2007, Indonesian
Dengan demikian peningkatan financial inclusion Microfinance at the Crossroad ; Caught
bagi masyarakat kecil akan mampu memberikan between Popular and Populist Policies, The
sumbangan yang besar dalam proses pembangunan Essay on Regulation and Supervision,
Indonesia. Consultative Group to Assist the Poor (CGAP)
& The IRIS Centre.
REFERENSI Maurer, Klaus,. 1999. Bank Rakyat Indonesia
(BRI), Indonesia (Case Study). Consultative
Adra Nadine., Turpin, Jeremy., Reuze, Blanche. 2009, Group to Assist the Poor (CGAP), Work
Identification of Microfinance Institution- Group BMZ dan GTZ.
Indonesia, Development of a Financial Nurcahya, I Ketut. 2006. LPD in Bali a Succesfull
Model to Enable Renewable Energy Service Example of Sustainable Microfinancial Institution.
Provision Through Microfinance, The RENDEV Buletin Studi Ekonomi Vol. 11 No. 3
Project, Inteligent Energy-Europe (IEE). Oman, Endang. 1995, Analisis Keragaan dan
Andriani, 2005. Baitul Maal wat Tamwil ; Konsep Faktor Berpengaruh Terhadap Pengembalian
dan Mekanisme di Indonesia. Jurnal Kredit ; Kasus Lumbung Pitih Nagari
Empirisma, Volume 14 Nomer 2, STAIN Kediri. Sumatera Barat, Fakultas Pertanian Institut
Anonymous, 1995. Indonesia’s Rural Financial Pertanian Bogor (IPB).
System: The Role of The State and Private Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 8 Tahun 2002
Institution. Microfinance Case Studies. tentang Lembaga Perkreditan Desa
__________, 2005. Badan Kredit Desa, BWTP, Asian Peratuan Daerah Propinsi Bali No. 3 Tahun 2007
Resource Centre for Microfinance. tentang Perubahan Perda No. 8 Tahun 2002
__________, 2006. Revitalizing the Rural Economy: tentang Lembaga Perkreditan Desa.
An assessment of the investment climate faced Peraturan Bank Indonesia (PBI) Tahun 2004
by non-farm enterprises at the District level. Nomor : 6/27/2004, Tentang Pelaksanaan
World Bank Consultative Draft. Pengawasan Badan Kredit Desa.
Arsyad, Lincoln. 2008. Lembaga Keuangan Ramantha, I Wayan. 2006. Menuju LPD Sehat.
Mikro, Institusi, Kinerja dan Sustainabilitas. Buletin Studi Ekonomi Vol.11 No.1
Penerbit Andi Yogyakarta. Rancangan Undang Undang tentang Lembaga
Fernando, Nimal A. (2008). Managing Microfinance Keuangan Mikro 2010. Dewan Perwakilan
Risk : Some Observation and Suggestion. Asian Rakyat Republik Indonesia.
Development Bank. Raviel, Marisol,. 1997. Searching for Sustainable
Haq, Mamiza., Hoque, Mochamad., Pathan, Sham., Microfinance: A Review of Five Indonesian
2008. Regulation of Microfinance Institutions Initiatives. Development Economic Research
in Asia: A Comparative Analysis. International Group, World Bank.
Review of Business Research Papers Reed, Larry R. 2012 State of Microcredit Summit
Holloh, Detlev. 2001, ProFi Microfinance Institution Campaign Report 2012. Microcredit Summit
Study, GTZ ProFi dan Bank Indonesia. Campaign, Washington D.C. USA
Irwan, Novi. 2006. Analisis Kepuasan Mitra Ruben, Matthew 2007. The Promise of Microfinance
Pembiayaan Koperasi Baitul Maal Wat Tamwil for Poverty Relief in The Developing World.
Tadbiirul Ummah. Skripsi, Fakultas Ekonomi Proquest CSA LLC
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Siamat, Dahlan (2005). Manajemen Lembaga
Karsidi, Ravik. 2005, Peran dan Fungsi Lembaga Keuangan. Edisi ke 5 Lembaga Penerbit Fakultas
Keuangan Pedesaan. Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
I Gde Kajeng Baskara, Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia 125

Undang undang No. 17 tahun 2012 tentang Wardiwiyono, Sartini. 2012. Internal Control System
Perkoperasian. Dewan Perwakilan Rakyat for Islamic Micro Banking ; An Exploratory
Republik Indonesia. Study of Baitul Maal wat Tamwil in the City
Undang undang No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga of Yogyakarta, Indonesia. International
Keuangan Mikro. Dewan Perwakilan Rakyat Journal of Islamic and Middle Eastern Finance
Republik Indonesia. and Management, Emerald Group Publishing
Undang undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Limited.
UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. www.microfinancegetaway.com. What is Microfinance ?
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai