Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan lembaga keuangan dalam perekonomian, semakin

meningkat apalagi di era moderen dan serba digital ini. Lembaga keuangan selalu

menjadi tren yang sangat aktual dan diseminarkan di berbagai forum dan diskusi

baik di kacah nasional maupun internasional. Ekonomi dan bisnis keuangan selalu

digemari diberbagai kalangan masyarakat karena memang dalam menjalani

kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan (Nurhadi, 2018:14). Di Indonesia sendiri lembaga keuangan

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terbukti dengan adanya perusahaan

baru yang muncul terkait lembaga keuangan tersebut seperti lembaga perbankan,

leasing, asuransi, koperasi, dan lembaga keuangan lainnya.

Penerapan sistem lembaga keuangan di bagi menjadi dua macam yaitu

lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah. Lembaga

keuangan konvensional adalah badan usaha yang kekayaanya terutama dalam

bentuk aset keuangan atau tagihan, jika dibandingkan dengan aset non financial

atau aset ril. Lembaga keuangan konvensional memberikan kredit kepada nasabah

dan menanamkan dananya dalam surat-surat berharga (obligasi). Di samping itu,

lembaga keuangan konvensional juga menawarkan berbagai jenis skema

tabungan, proteksi asuransi, program pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan

mekanisme transfer dana. Lembaga keuangan konvensional merupakan bagian

dari sistem ekonomi dan keuangan dari sistem ekonomi dan keuangan dalam

sistem ekonomi modern yang fungsinya melayani masyarakat pemakai jasa-jasa


keuangan secara digitalisasi dengan menerapkan sistem bunga (Nurjaman,

2014:15).

Adapun lembaga keuangan syariah adalah lembaga yang aktifitasnya, baik

penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan

mengenakan imbalan atau dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil

(Kasmir, 2012:55). Sedangkan berbagai produk yang ditawarkan sama halnya

dengan lembaga keuangan konvensioal hanya perbedaannya terletak pada sistem

dan aktivitasnya. Mekanisme lembaga keuangan syariah dalam setiap transaksinya

tidak mengenal bunga, baik dalam menghimpun tabungan investasi masyarakat

ataupun dalam pembiayaan. Keuntungan total pada modal akan dibagi di antara

kedua pihak menurut keadilan (bagi hasil). Pihak penyedia dana tidak akan

dijamin dengan laju keuntungan di depan meskipun bisnis itu ternyata tidak

menguntungkan (Lewis:2001:12).

Pada zaman modern sekarang ini, umat Islam hampir tidak dapat

menghindari diri dari bermuamalah dengan baik termasuk yang bersangkutan

dengan kegiatan ekonomi sehingga melibatkan lembaga keuangan. Lembaga

keuangan yang sesuai dengan Islam adalah lembaga keuangan syariah mislanya

saja koperasi syariah. Menurut Ifham dalam Sofian (2012:2), koperasi syariah

adalah jenis kegiatan yang halal, baik dan bermanfaat serta menguntungkan

dengan sistem bagi hasil dan tidak termasuk dalam riba. Untuk menjalankan

fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usahanya sebagaimana sertifikasi

usaha koperasi dan harus diselenggarakan berdasarkan perundang-undangan yang

berlaku. Koperasi syariah bisa disebutatau dikenal juga dengan istilah Baitul Maal

waa Tamwil (BMT).


BMT adalah lembaga keuangan berbasiskan masyarakat yang menganut

prinsip-prinsip syariah dan saat ini terus mengalami perkembangan. Baitul Maal

waa Tamwil terdiri dari 2 istilah yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal

lebih mengarah pada usaha dalam mengelola dana. Adapun baitul tamwil adalah

sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana (Sinungan, 2010:54). Jadi, BMT

adalah sarana atau tempat yang dikhususkan untuk menyimpan dan menjaga harta

kekayaan kaum muslimin, yakni sebuah institusi yang bertanggung jawab atas

pemeliharaan harta milik umum atau masyarakat berdasarkan proses alokasi

kepada yang berhak (Yusuf, 2010:106). Beberapa fungsi BMT dapat yaitu

meningkatkan dan mengembangkan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat

kecil, meningkatkan produktifitas usaha dengan memberikan pembiayaan kepada

para pengusaha kecil yang embutuhkan, meningkatkan kualtas dan kuantitas

kegiatan usaha disamping meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan

penghasilan masyarakat, mengarahkan perbaikan ekonom masyarakat dan

memobilisasi dengan mendorong dan mengembangkan potensi serta kemampuan

masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Pusat Inkubasi

Usaha Kecil dalam Amin, 2019:14).

Berdasarkan fungsi BMT yang berkaitan dengan roda perekonomian

masyarakat, maka BMT memiliki peran yang sangat strategis dalam

memperdayakan masyarakat khususnya masyarakat tingkat usaha mikro. Peran

BMT sendiri yaitu menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non syariah,

melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil, melepaskan ketergantungan

pada rentenir dan sejenisnya, menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan

distribusi yang merata. Tentunya hal tersebut berhubungan dengan peningkatan

pemberdayaan masyarakat karena tidak dapat dipungkiri bahwa BMT menjadi


salah satu solusi sumber pendanaan untuk mengembangkan usaha. Dalam

menjalankan usahapun membutuhkan modal yang besar sehingga dapat diputar

dan menjadi sebuah keuntungan, begitupun seterusnya. Disinilah peran BMT yang

sangat penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pemberdayaan usaha yang

dimiliki masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya atau

penguatan kepada masyarakat. Pemberdayaan diartikan sebagai kemampuan

individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan

masyarakat yang bersangkutan sehingga bertujuan untuk menemukan alternatif-

alternatif baru dalam pembangunan masyarakat (Mardikanto, 2014:200). Salah

satu tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu perbaikan usaha dan perbaikan

pendapatan, dengan adanya perbaikan bisnis yang dilakukan diharapkan akan

memperbaiki pendapatan yang diperolehnya termasuk pendapatan keluarga yang

tercermin dari kegitan usaha mikro. Pemberdayaan begitu penting karen pada

dasarnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini menyisakan persoalan

disebabkan belum adanya formulasi yang disepakati dalam ekonomi kerakyatan

sehingga program-program yang dicanangkan pemerintahan belum dapat

dijalankan sesuai dengan tujuan yang di tetapkan. Oleh karen itu, masyarakat

tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah dalam meningkatkan pemberdayaan

tersebut sehingga harus mencari sendiri solusi seperti memanfaatkan peran BMT

dalam mendukung ekonomi masyarakat dengan menawarkan berbagai produk

yang bisa digunakan untuk kegiatan usaha seperti produk pembiayaan atau

pendanaan.

Kelompok masyarakat yang dominan terhadap peningkatan pemberdayaan

adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah yang sebagian besar usahanya


dapat dikategorikan sebagai usaha mikro kecil dan menengah atau biasa disebut

dengan UMKM. Menurut Maulana (2018:2), UMKM adalah perusahaan ataupun

usaha yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI) yang memiliki total aset

tidak lebih dari Rp 600 juta (di luar area perumahan dan perkebunan). UMKM

juga berperan dalam perekonomian nasional yang sangat vital karena UMKM bisa

di survive di tengah perkembangan dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia

karena UMKM termasuk kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian

Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam

krisis serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.

Selain itu UMKM dapat menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga

kerja dalam negeri sehingga sangat membantu upaya pengurangan pengangguran.

Dengan peran dan yang begitu besar, maka UMKM perlu diberdayakan demi

kesejahteraan masyarakat dalam menanggulangi masalah ekonomi terutama

kemiskinan.

UMKM lebih banyak menekankan pada segi kemampuan untuk berdiri

sendiri, artinya dalam menghadapi berbagai tantangan dan untuk mengatasinya

harus dilakukan sendiri dengan rasa kepercayaan diri. Kemudian dengan adanya

keberadaan lembaga keuangan mikro syariah seperti BMT yang memiliki peran

cukup strategis dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi

salah satu alternatif paling baik dalam memecahkan kendala berkembangnya

UMKM terutama dalam hal permodalan. Pemberdayaan tersebut dapat di akses

melalui optimalisasi pemanfaatan produk-produk layanan dan jasa yang ada di

BMT. Hal ini diawali dari adanya sosialisasi berkesinambungan melalui berbagai

media dan cara supaya keberadaan BMT dapat diketahui dan dimanfaatkannya.

Dengan adanya pengembangan UMKM berupa bertambahnya modal ataupun


bertambahnya jenis usaha, maka akan berdampak terhadap bertambahnya tingkat

penghasilan dan pendapatan yang secara langsung akan menekan angka

kemiskinan dan pengangguran.

Salah satu BMT yang terus berkembang dan melayani masyarakat adalah

BMT UGT Nusantara yang telah tersebar diberbagai wilayah Indonesia, salah

satunya di banyuwangi Kecamatan Genteng. Koperasi BMT UGT Nusantara,

mulai beroperasi pada tanggal 5 rabiul awal 1421 H atau 6 juni 2000 M. di

Surabaya dan kemudian mendapatkan badan hukum koperasi dari kanwil dinas

koperasi PK dan M provinsi Jawa Timur dengan SK Nomor:

09/BH/KWK.13/VII/2000 tertanggal 22 Juli 2000. BMT UGT Nusantara di

dirikan oleh beberapa orang yang berada dalam satu kegiatan urusan guru tugas

Pondok Pesantren Sidogiri yang di dalamnya terdapat orang-orang yang

berprofesi sebagai guru dan pimpinan madrasah, alumni pondok pesantren sidogiri

pasuruan dan para simpatisan yang menyebar di wilayah Jawa Timur. BMT ini

dalam operasionalnya, melayani berbagai macam produk seperti produk

pembiayaan, produk simpanan, penggadaian, dan lain sebagainya. Dalam

menjalankan operasionalnnya, BMT selalu menekankan pada visi dan misi

perusahaan yaitu dengan kesejahteraan umat, tentunya visi dan misi tersebut

berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat khususnya UMKM. Visi dan misi

yang berkaitan dengan meningkatkan pemberdayaan yaitu menciptakan

kemandirian likuiditas yang berkelanjutan, memperkokoh sinergi ekonomi

anggota, memperkuat kepedulian anggota terhadap koperasi BMT, memberikan

khidmah terbaik terhadap anggota dan umat serta meningkatkan kesejahteraan

anggota dan umat.


Pada saat ini, pertumbuhan penduduk semakin tinggi sehingga kebutuhan

akan ekonomi juga terbilang tinggi. Secara tidak langsung menuntut setiap

masyarakat mendapatkan penghasilan lebih entah dari gaji yang diberikan oleh

perusahaan maupun dari hasil usaha dari usaha yang kecil atau usaha yang besar.

Secara garis besar masyarakat lebih banyak mendapatkan penghasilannya dari

usaha kecil atau UMKM. BMT memiliki peran yang signifikan dalam upaya

meningkatkan pemberdayaan UMKM. Namun, dalam pelaksanaanya BMT masih

memiliki banyak rintangan dan kendala seperti akumulasi kebutuhan dana belum

bisa dipenuhi, masih banyak masyarakat atau pelaku UMKM yang bermasalah,

adanya pelaku UMKM yang menuntut proses yang cepat tanpa memahami aturan

akad dalam Islam yang diterapkan BMT, dan BMT harus bersaing dengan

koperasi lainnya sebagai pesaing yang harus dikalahkan sehingga menyebabkan

tingkat persaingan yang tidak Islami bahkan dapat mempengaruhi pola

pengelolaan BMT.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Implementasi dampak produk Pembiayaan terhadap

pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) studi kasus Baitul Mal

Wattamwil (BMT) UGT Nusantara cabang Genteng Kabupaten Banyuwangi

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana peran BMT UGT Nusantara Cabang Genteng dalam meningkatkan

pemberdayaan pada UMKM?

2. Apa saja hambatan dan tantangan BMT UGT Nusantara Cabang Genteng dalam

meningkatkan pemberdayaan UMKM?


C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran BMT UGT Nusantara Cabang Genteng dalam

meningkatkan pemberdayaan pada UMKM.

2. Untuk mengetahui hambatan dan tantangan BMT UGT Nusantara Cabang

Genteng dalam meningkatkan pemberdayaan UMKM.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangsih pengetahuan dan pemikiran yang bermanfaat

bagu berkembangnya ilmu ekonomi secara umum dan ilmu ekonomi Islam

khususnya.

b. Memberikakan wawasan bagi peneliti mengenai peranan BMT dalam

meningkatkan pemberdayaan UMKM.

c. Dapat bermanfaat sebagai bahan informasi, referensi dan sebagai literatur

atau bahan ilmiah.

2. Secara Praktis a. Peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

kalangan mahasiswa dan lapisan masyarakat luas terutama setiap orang yang

ingin memperdalam ilmu ekonomi Islam disetiap perguruan tinggi di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam sehingga menjadi konstribusi di Indonesia yang

berkaitan dengan ilmu ekonomi Islam. b. Diharapkan penelitian ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca agar lebih memahami pernan BMT dalam

meningkatkan pemberdayaan UMKM. Selain itu, dapat dijadikan rujukan pula

bagi peneliti berikutnya. 10 E. Definisi Konsep dan Operasional 1. Definis

Konsep a. BMT adalah lembaga keuangan berbasiskan masyarakat yang


menganut prinsip-prinsip syariah dan saat ini terus mengalami perkembangan

(Sinungan, 2010:54). b. Pemberdayaan diartikan sebagai kemampuan individu

yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan

masyarakat yang bersangkutan sehingga bertujuan untuk menemukan alternatif-

alternatif baru dalam pembangunan masyarakat (Mardikanto, 2014:200) c.

UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) adalah perusahaan ataupun usaha

yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI) yang memiliki total aset

tidak lebih dari Rp 600 juta (di luar area perumahan dan perkebunan) (Maulana,

2018:2). 2. Definisi Operasional a. BMT memiliki peran yang sangat strategis

dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat khususnya pada UMKM seperti

menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat non Islam,

melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil dll. b. Pemberdayaan

terhadap masyarakat memiliki 7 tahapan, yaitu tahap persiapan, pengkajian,

perencanaan alternatif program, pemformalisasi, pelaksanaan, evaluasi dan

terminasi. 11 c. UMKM merupakan salah satu usaha mandiri yang banyak

dilakukan masyarakat dan dalam menjalankan usahanya dibutuhkan modal

sehingga membutuhkan lembaga keuangan mikro dalam pengelolaannya.

Anda mungkin juga menyukai