1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
Haryoso, L. (2017). Penerapan prinsip pembiayaan syariah (murabahah) pada BMT Bina Usaha di
Kabupaten Semarang. Law and Justice, 2(1), 79-89.
2
Kasdi, A. (2016). Filantropi Islam untuk pemberdayaan ekonomi umat (Model pemberdayaan ZISWAF di
BMT Se-Kabupaten Demak). Iqtishadia: Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis Islam STAIN Kudus, 9(2), 227-
245.
2. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian BMT
Baitul Mal wa Tamwil (BMT) ialah balai usaha mandiri terpadu yang isinya
berintikan bait al-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha- usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha
kecil-bawah dan kecil dengan -antara lain- mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, BMT juga bisa menerima
titipan zakat, infak, dan sedekah; lalu menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan
amanat.3
Selain berfungsi sebagai lembaga keungan, BMT juga bisa berfungsi sebagai
lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuangan, ia bertugas menghimpun dana dari
masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkannya kepada masyarakat (anggota BMT).
Sebagai lembaga ekonomi, ia juga berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti
perdagangan, industri, dan pertanian.
5
Arif, M., & Sugianto, M. (2022). Persepsi Masyarakat Terhadap Pendirian Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Di
Desa Tasik Serai Timur Kecamatan Talang Muandau Kabupaten Bengkalis. INVEST: Jurnal Inovasi Bisnis
dan Akuntansi, 3(1), 69-75.
a. Pemrakarsa menyiapkan diri, waktu, pemikiran, dan semangat untuk menjadi
motivator pendirian BMT/KJKS/UJKS.
b. Ide pendirian BMT/KJKS/UJKS disosialisasikan ke tokoh masyarakat untuk
mencari dukungan dengan cara beranjangsana meyakinkan visi, misi, dan
tujuan.
c. Berdasarkan hasil sosialisasi dari berbagai pihak, dilaksanakan musyawarah
rencana pendirian BMTKJKS/UJKS dan dibentuk panitia penyiapan
penyusunan anggaran dasar dengan jumlah anggota dua puluh orang.
d. Penyusunan anggaran dasar adalah sesuatu yang paling penting dalam hal
bidang, unit usaha, permodalan, simpanan, dan pembiayaan. Setelah
penyusunan anggaran dasar rampung, diadakan rapat pendiri untuk persetujuan
pengesahan anggaran dasar yang disaksikan dinas koperasi kabupaten/kota.
e. Permohonan pengajuan badan hukum/anggaran dasar ke dinas koperasi
setempat dilanjutkan ke notaris.
f. Setelah mendapatkan persetujuan dan pengesahan akta anggaran dasar untuk
memahami dan mempertajam pengelolaan secara syariah, perlu adanya
pendampingan.
g. Pendampingan dalam rangka mempertajam sistem pengelolaan sangat
diperlukan, terutama pelatihan pengelola dan pengurus software akuntansi,
serta pendampingan operasional.6
6
Widiana, H. S., & Faturahmah, U. S. (2019, September). Penyusunan sistem imbalan di BMT UMY: Job
grade sebagai dasar struktur gaji. In Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Ahmad Dahlan (Vol. 1, No. 1, pp. 411-420).
2.3. Prosedur Memperoleh Badan Hukum Koperasi
RAT diikuti oleh pengurus, pengawas, dan anggota BMT penuh yakni anggota
yang telah menyetorkan simpanan pokok dan simpanan wajib secara
keseluruhan. Rangkaian acara dalam RAT diantaranya adalah perumusan dan
pengesahan AD/ART, penge sahan laporan pertanggungjawaban pengurus
lama, pemilihan dan pengangkatan pengurus baru, serta ketentuan tambahan
lainnya terkait dengan Rapat Anggota. Rapat Anggota adalah pemilik hak
keputusan terbesar dalam perkembangan BMT. Sehingga dalam struktur
organisasi, posisi Rapat Anggota berada pada posisi tertinggi. Segala tata
9
Akbar, T. (2018). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Struktur Organisasi Terhadap Kualitas Informasi
Akuntansi Dengan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Baitulmaal
Wattamwil (BMT) di DKI Jakarta). Profita: Komunikasi Ilmiah Dan Perpajakan, 11(1), 120-138.
aturan yang telah disepakati pada Rapat Anggota wajib untuk dijalankan
pengurus selanjutnya.
Badan Pengurus BMT terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Tanggung
jawab dari masing-masing jabatan dijabarkan sebagai berikut:
d. Manajer
e. Pengawas Internal
g. Kabag pemasaran
Arif, M., & Sugianto, M. (2022). Persepsi Masyarakat Terhadap Pendirian Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Di
Desa Tasik Serai Timur Kecamatan Talang Muandau Kabupaten Bengkalis. INVEST: Jurnal Inovasi
Bisnis dan Akuntansi, 3(1), 69-75.
Arif, M., & Sugianto, M. (2022). Persepsi Masyarakat Terhadap Pendirian Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Di
Desa Tasik Serai Timur Kecamatan Talang Muandau Kabupaten Bengkalis. INVEST: Jurnal Inovasi
Bisnis dan Akuntansi, 3(1), 69-75.
Arif, M., & Sugianto, M. (2022). Persepsi Masyarakat Terhadap Pendirian Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Di
Desa Tasik Serai Timur Kecamatan Talang Muandau Kabupaten Bengkalis. INVEST: Jurnal Inovasi
Bisnis dan Akuntansi, 3(1), 69-75.
Haryoso, L. (2017). Penerapan prinsip pembiayaan syariah (murabahah) pada BMT Bina Usaha di
Kabupaten Semarang. Law and Justice, 2(1), 79-89.
Kasdi, A. (2016). Filantropi Islam untuk pemberdayaan ekonomi umat (Model pemberdayaan ZISWAF di
BMT Se-Kabupaten Demak). Iqtishadia: Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis Islam STAIN
Kudus, 9(2), 227-245.
Mursid, F. (2018). Kebijakan Regulasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di Indonesia. Nurani: Jurnal Kajian
Syari'ah dan Masyarakat, 18(2), 9-30.
Mursid, F. (2018). Kebijakan Regulasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di Indonesia. Nurani: Jurnal Kajian
Syari'ah dan Masyarakat, 18(2), 9-30.
Widiana, H. S., & Faturahmah, U. S. (2019, September). Penyusunan sistem imbalan di BMT UMY: Job
grade sebagai dasar struktur gaji. In Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (Vol. 1, No. 1, pp. 411-420).