PEMBIAYAAN MIKRO
Mikro
2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Microfinance atau pembiayaan mikro mengalami perkembangan yang
sangat pesat dua dasawarsa terakhir. Sejak keberhasilan program Grameen
Bank yang diperkenalkan oleh Muhammad Yunus (peraih nobel perdamaian
tahun 2006) di Bangladesh pada awal tahun 1980, institusi keuangan dunia
mulai menaruh perhatian yang besar kepada pembiayaan mikro dalam upaya
mengentaskan kemiskinan, dan juga memperoleh keuntungan. Berdasarkan
data yang dipublikasikan Microcredit Summit Campaign tahun 2012,
sebanyak 1.746 program pembiayaan mikro telahdilakukan dan mencapai
sekitar 169 juta klien pada tahun 2010 untuk kawasan Asia-Pasific saja
(Adra, 2009).
Kawasan ini memang merupakan kawasan yang paling banyak
menerima program pembiayaan mikro, disamping karena jumlah penduduk
yang banyak dan juga tingkat penduduk miskinnya yang cukup tinggi.
Tingkat jangkauan program yang diberikan Institusi Keuangan Mikro atau
Micro Finance Institution (MFI) mencapai 68,8 persen, dengan kata lain dari
sekitar 182,4 juta penduduk miskin di kawasan tersebut, 125,53 juta yang
mendapat akses dalam program pembiayaan mikro (Andriani, 2005).
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan
ekonomi positif ketika krisis ekonomi global dunia pada semester kedua
tahun 2008 sebesar 6.1% (BPS 2009). Pertumbuhan ekonomi nasional tidak
terlepas dari peran sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Usaha mikro mempunyai peran penting dalam perkembangan ekonomi
nasional. Kinerja usaha mikro dalam beberapa tahun terakhir mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha, penyerapan tenaga
kerja, dan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang
meningkat tahun 2008-2012.
Permasalahan utama yang dihadapi sebagian besar usaha mikro adalah
keterbatasan modal. Setyobudi (2007) menyatakan bahwa permasalahan
klasik dan mendasar yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro kecil menengah
ialah permasalahan modal. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi usaha
mikro untuk tetap mampu mempertahankan keberadaannya dan mampu
berkembang dengan keterbatasan dan berbagai kendala yang ada. 1
Adanya ketimpangan akses terhadap modal untuk usaha mikro dari
lembaga-lembaga keuangan formal seperti perbankan, menyebabkan pelaku
usaha mikro bergantung pada sumber-sumber informal. Bank dan lembaga
keuangan menganggap sektor usaha mikro memiliki potensi, tetapi bank
terhalang dengan kendala prinsip prudent penyaluran kredit. Pada umumnya,
pelaku usaha mikrounbankable karena tidak memiliki aset legal dan
memadai untuk dijaminkan pada pihak bank. Hal ini terlihat dari kecilnya
proporsi kredit yang disalurkan untuk usaha mikro dibandingkan usaha kecil
dan menengah.2
Berdirinya Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti BMT
yang memberikan pembiayaan kepada usaha mikro dan kecil menjadi solusi
bagi pelaku usaha mikro. BMT menjadi lembaga keuangan alternatif yang
dapat memberikan solusi pada permasalahan pembiayaan. Posisi BMT
sangat strategis sebagai lembaga yang memberikan layanan bagi usaha mikro
dan kecil yang menginginkan jasa layanan syariah. Dengan demikian,
keberadaan BMT memiliki dua fungsi utama, yaitu; melakukan kegiatan
pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya serta
menerima titipan dana zakat, infak dan sedekah serta mengoptimalkan
distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya (al Arif 2011).3
1
Setyobudi A. 2007. Peran Serta Bank Indonesia dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan 29.Volume 5. No 2. Agustus 2007.
2
Hidayati Nadiah. Faktor-faktor yang Memengaruhi Realisasi Pembiayaan MikroSyariah dan
Dampaknya terhadap Omzet Usaha Nasabah: Studi Kasus KJKS BMT UGT Sidogiri Cabang Koja
Jakarta. Jurnal Al-Muzara’ah, Vol. 2, No. 1
3
Al-Arief, MNR. 2011. Dasar–dasar Ekonomi Islam. Jakarta(ID): PT Era Adicitra Intermedia
PEMBAHASAN
a. Pengantar
Menurut Arsyad (2008:12) definisi tersebut menyiratkan bahwa
LKM merupakan sebuah institusi profit motive yang juga bersifat social
motive, yang kegiatannya lebih bersifat community development dengan
tanpa mengesampingkan perannya sebagai lembaga intermediasi
keuangan. Sebagai lembaga keuangan yang berfungsi sebagai lembaga
intermediasi, LKM juga melaksanakan kegiatan simpan pinjam, yang
aktifitasnya disamping memberikan pinjaman namun juga dituntut untuk
memberikan kesadaran menabung kepada masyarakat, terutama
masyarakat berpenghasilan rendah.
Keuangan mikro sendiri adalah kegiatan sektor keuangan berupa
penghimpunan dana dan pemberian pinjaman atau pembiayaan dalam
skala mikro dengan suatu prosedur yang sederhana kepada masyarakat
miskin dan/atau berpenghasilan rendah. Secara internasional istilah
pembiayaan mikro atau microfinance sendiri mengacu pada jasa keuangan
yang diberikan kepada pengusaha kecil atau bisnis kecil, yang biasanya
tidak mempunyai akses perbankan terkait tingginya biaya transaksi yang
dikenakan oleh institusi perbankan. Microfinance merupakan pembiayaan
yang bisa mencakup banyak jenis layanan keuangan, termasuk di
dalamnya adalah microcredit atau kredit mikro, yakni jenis pinjaman yang
di berikan kepada nasabah yang mempunyai skala usaha menengah
kebawah dan cenderung belum pernah berhubungan dengan dunia
perbankan (Fernando, 2008:7).
Nasabah jenis ini sering kali tidak memiliki jaminan, pendapatan
tetap, dan persyaratan administrasi yang dibutuhkan cenderung lebih
sederhana. Pelayanan keuangan mikro sebenarnya tidak hanya mencakup
kredit mikro namun juga micro saving dan micro insurance atau asuransi
mikro yang di Indonesia jarang dikenal. Di Indonesia, institusi yang
terlibat dalam keuangan mikro dapat dibagi menjadi tiga, yakni institusi
bank, koperasi, serta non bank/non koperasi. Institusi bank termasuk di
dalamnya bank umum, yangmenyalurkan kredit mikro atau mempunyai
unit mikro serta bank syariah dan unit syariah. Permasalahan yang terjadi
di Indonesia adalah begitu banyak dan beragamnya lembaga keuangan
mikro dan jenis layanan keuangan mikro. Hal ini membuat mapping atau
pemetaan, pengawasan serta evaluasi layanan keuangan ini sulit dilakukan.
Tumpang tindihnya aturan, kewenangan dan cakupan luas layanan
lembaga keuangan mikro juga turut memberikan andil dalam sulitnya
menerapkan strategi pengembangan yang tepat untuk LKM.4
4
Nurmanaf, A. Rozany. 2007. Lembaga Informal Pembiayaan Mikro Lebih Dekat Dengan Petani.
Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 5 No. 2: 99-109.
Pembiayaan diartikan sebagai kepercayaan, maksudnya bagi si
pemberi dana adalah iapercaya si penerima dana bahwa dana yang
disalurkan pasti akan dikembalikan sesuaidengan perjanjian.
Sedangkan bagi si penerima dana merupakan penerimaan
kepercayaansehingga mempunyai kewajiban membayar sesuai janka
waktu. (Kasmir, dalam Malayu Hasibuan).5
Pembiayaan atau financing sendiri merupakan pendanaan yang di
berikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.6
Disebut pembiayaan karena bank merupakan tugas pokok bank,
yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan deficit unit.7 Sedangkam menurut Banoon
Sasmitasiwi dan Malik Cahayadin, Pembiayaan adalah aktivitas untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, semakin baik bank
melakukan pembiayaan, maka semakin banyak pula kemungkinan
pendapatan yang dapat diakumulasikan, dan semakin besar juga market
share bank yang dicapai.8
Besar kecilnya jumlah pembiayaan yang disalurkan kepada
masyarakatakan menentukan besar atau kecilnya keuntunganyang
diperoleh bank syariah dan berdampak pada pertumbuhan total aset.
Semakin besar keuntunganyang bisa di peroleh bank dari pembiayaan
berarti semakin tinggi pertumbuhan total aset yang dilaporkan setiap
periodenya. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil keuntungan yang
diperoleh dari pembiayaan berarti semakin rendah juga pertumbuhan total
aset yang dilaporkan setiap periodenya9
5
Hamsia. 2012. Pengaruh DanaPihak Ketiga Terhadap Pembiayaan PerbankanSyariah Di
Indonesia Periode 2013-2017. Jurnal kajian Hukum dan Ekonomi Volume: 08 No. 1
6
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2018), 17.
7
Antonio, Bank Syariah, 160.
8
anoon Sasmitasiwi dan Malik Cahayadin, “Prediksi Pertumbuhan Perbankan Syari’ah di
Indonesia Tahun 2008”, Jurnal Ekonomi, Universitas Kristen Petra, 2010.
9
Perwataatmadja &Tanjung, Bank Syariah (Teori, Praktik, Dan Peranannya), (Jakarta: PT
Senayan Abadi, 2007), 77.
c. Penyaringan nasabah
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.
Selain itu, dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam
harga barang untuk cara pembayaran berbeda. Bank dapat memberikan
potongan apabila nasabah :
1. Mempercepat pembayaran cicilan; atau
2. Melunasi piutang murabah sebelum jatuh tempo
10
Deni Nuryadin.2021. Penerapan Fatwa DSN-MUI No. 17 Tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu
Yang Menunda-Nunda Pembayaran: Studi Kasus Pada BMT Al Fath. Jurnal Kajian Islam Dan
Masyarakat. Volume 4, No 1, 2021
d. Sifat asset pembiayaan
Pembiayaan dibagi menjadi dua berdasarkan sifat penggunaannya yaitu
pembiayaan produktif, pembiayaan yang tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan produksi seperti peningkatan investasi, perdagangan, dan
peningkatan usaha. Yang kedua adalah pembiayaan konsumtif, yaitu
pembiayaan yang digunakan untuk konsumsi dan memenuhi kebutuhan11
Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan dibagi menjadi
pembiayaan modal kerja dan pembiayaan investasi. Selain itu, Jenis
pembiayaan bank dapat dikelompokan berdasarkan jangka waktu, sifat
penggunaan, dan keperluan. Pembiayaan juga dapat dikelompokkan
berdasarkan sifat penarikan dan cara pelunasan.
1) Jenis pembiayaan berdasarkan keperluan dapat dikelompokkan
menjadi, Pembiayaan modal kerja, pembiayaan investasi, pembiayaan
proyek
2) Jenis pembiayaan berdasarkan tujuan penggunaan, pembiayaan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pembiayaan konsumtif dan pembiayaan
komersial. Pembiayaan konsumtif yaitu, pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah yang digunakan untuk membiayai barang-barang
konsumtif.12
e. Membedakan Karakteristik pembiayaan mikro
Faktor-faktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro BSM
ini didasarkan pada prinsip 5C, yaitu character, capacity, capital,
collateral, dan condition of economic (Kasmir, 2013). Berdasarkan pada
prinsip 5C ini pemodelan dalam mengestimasi faktor-faktor yang
memengaruhi realisasi pembiayaan mikro BSM ditetapkan dengan
memodifikasi prinsip 5C. Peubah yang diturunkan dari prinsip 5C meliputi
karakteristik individu, usaha, dan pembiayaan. Karakteristik individu
meliputi peubah umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan dan pendidikan.
Karakteristik usaha meliputi peubah lama usaha, tingkat laba bersih per
11
Metti Paramita and Muhammad Iskandar Zulkarnain, “Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Permodalan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah,” Jurnal
Syarikah: Jurnal Ekonomi Islam 4, no. 1 (2018).
12
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bnak Syariah, (Jakarta; PT Gramedia Pustaka
Utama, 2014) 205
bulan, dan jenis usaha. Untuk karakeristik pembiayaan meliputi peubah
frekuensi pinjaman, jumlah pembiayaan yang diajukan, nilai agunan dan
jenis penggunaan pembiayaan.
Berdasarkan karakteristik individu dapat diketahui pengaruh nyata
peubah independen, yaitu peubah umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan
dan pendidikan. Karakteristik usaha juga digunakan untuk mengetahui
pengaruh peubah lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, dan jenis
usaha. Sementara, peubah frekuensi pinjaman, jumlah pembiayaan yang
diajukan, nilai agunan dan jenis penggunaan pembiayaan dipilih mewakili
karakteristik pembiayaan.
Teknik pengolahan data dilakukan dengan analisis faktor-faktor yang
memengaruhi realisasi pembiayaan mikro dengan metode Regresi Linear
Berganda, yang merupakan model analisis untuk mengetahui pengaruh
peubah-peubah independen berskala metrik (dengan peubah yang belum
berskala metrik diubah menjadi peubah boneka) terhadap peubah
dependen yang juga berskala metrik (Nazir, . Model ini merupakan model
terbaik dalam memprediksi arah, besar koefisien dan sensitivitas
perubahan peubah dependen karena perubahan peubah-peubah
independen.
dapat diinterprestasikan tiap-tiap peubah yang memengaruhi
realisasi pembiayaan mikro sebagai berikut: 1. Jenis usaha (perdagangan)
Arti dari model regresi untuk jenis usaha perdagangan adalah jika jenis
usaha nasabah adalah perdagangan, maka realisasi pembiayaan akan turun
3. .250. Hal tersebut terjadi karena dikhawatirkan dalam usaha
perdagangan debitur memiliki banyak stok dan terjadi penumpukan akibat
tidak laku. Selain itu, jenis usaha perdagangan tidak mengandung sesuatu
yang unik, karena banyak yang menjalankan usaha sejenis dan memiliki
banyak pesaing. Oleh karena itu, jika usaha debitur adalah perdagangan,
maka realisasi pembiayaan akan turun dibandingkan jika jenis usaha
debitur adalah manufaktur atau jasa.
Jumlah pembiayaan yang diajukan Arti dari model regresi untuk
jumlah pembiayaan yang diajukan adalah jika jumlah pembiayaan naik
satu satuan, maka realisasi pembiayaan naik 0,510. Hal tersebut terjadi
karena ketika debitur mengajukan pembiayaan, bank akan menyetujui
pembiayaan 85% dari kebutuhan nasabah, sehingga ketika debitur
mengajukan tinggi, maka realisasi pembiayaan akan naik. 3. Nilai agunan
Arti dari model regresi untuk nilai agunan adalah jika nilai agunan naik
satu satuan, maka realisasi pembiayaan akan naik 0,0822. Hal tersebut
terjadi karena semakin besar nilai agunan, akan semakin besar tanggung
jawab debitur dalam melakukan pembayaran pinjaman pembiayaan yang
diajukan. Selain itu, agunan merupakan second way out yang harus
menutupi pinjaman > , sehingga semakin besar nilai agunan, maka
semakin besar pula pinjaman yang diberikan. Maka, jika nilai agunan
besar, tentunya realisasi pembiayaan naik.
Kesimpulan
Collateral dibutuhkan sebagai salah satu syarat untuk pengajuan kredit kepada
pihak bank, tetapi perlu ditekankan bahwa bank bukan lembaga gadai. Ada
perbedaan prinsip yang sangat mencolok antara bank dan lebaga gadai, lembaga
gadai hanya menganalisis satu-satunya dari objek sebagai objek penilian,
sedangkan bank melihat jaminan hanya salah satu bagian objek penilaian bukan
segalagalanya.
DAFTAR PUSTAKA