Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS SWOT PERUSAHAAN TEKNOLOGI KEUANGAN PEER-TO-PEER LENDING (P2PL) DALAM

MENGEMBANGKAN UMKM DI INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis SWOT perusahaan teknologi keuangan Peer-to-Peer
Lending (P2PL) dalam mengembangkan UMKM di Indonesia serta strategi-strategi apa saja yang akan
dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus yang
berusaha memberikan gambaran fenomena ketiga perusahaan dalam mengembangkan UMKM di
Indonesia. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis SWOT dengan matriks SWOT
Kreans dalam merumusukan strategi perusahaan. Hasil penelitian ini, menemukan bahwa perusahaan
Peer-to-Peer Lending (P2PL) Danamas, Akseleran dan Ammana Fintek Syariah memiliki cara
mengembangkan UMKM yang berbeda-beda, Danamas fokus pada UMKM penjual pulsa, Akseleran
fokus pada UKM dan Ammana Fintek Syariah fokus dalam mengembangkan Usaha mikro dengan prinsip
syariah serta memperdayakan koperasi syariah. adapun poin-poin penting analisis SWOT ketiga
perusahaan Peer-to-Peer Lending (P2PL) sebagai berikut; (1) sumber daya manusia yang kurang
memadai,(2) kejahatan dunia maya, (3) keuntungan investasi yang menarik,(4) ketiga perusahaan Peer-
to-Peer Lending (P2PL) fokus mengembangkan UMKM, (5) keanekaragaman produk investasi.
Adapun rekomendasi strategi internal bagi Danamas,Akseleran dan Ammana Fintek Syariah adalah
mengedukasi sumber daya manusia perusahaan tentang teknologi informasi dan keuangan baik
konvensional dan syariah agar banyak memberikan manfaat ke perusahaan dengan lahirnya produk-
produk baru yang diinginkan peminjam (borrower) dan pemberi pinjaman (lender), dan rekomendasi
strategi eksternal adalah melakukan ekspansi yang progresif dengan mengedukasi masyarakat dan
UMKM tentang teknologi keuangan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi keuangan mengalami peningkatan yang pesat dan dapat mengubah sektor perbankan dan
non perbankan, yang demikian itu perbankan dan non perbankan harus mempunyai solusi agar lebih
berinovasi. Teknologi keuangan mempunyai potensi untuk menguntungkan berbagai pihak yang berada
di dalam industri. Data yang dikeluarkan oleh Morgan Stanley Reserch mengenai perkembangan
teknologi keuangan global menunjukkan peran dari Negara Australia,Cina,Inggris dan Amerika Serikat
begitu besar dan selalu meningkat dari tahun ketahun, ini mengindikasikan bahwa ke efisienan dan
keinovasian sebuah keuangan dan teknologi berperan besar saat ini

Ada beberapa bidang industry teknologi keuangan seperti; Manajemen Aset, crowfunding, Peer-to-Peer
Lending (P2PL), E-Money, Insurance, payment Gateway, remittance dan securities. ukuran pasar global
saat ini,industri Teknologi keuangan jenis Peer-to-Peer Lending (P2PL) tumbuh lebih dari 100%
pertahun, dan diperkirakan akan tumbuh hingga 1 triliun dolar pada tahun 2025 (Sangmin lee ,2017).
Dalam data lainnya KPMG kemudian menganalisa dan memilih perusahaan Teknologi keuangan dari 19
negara dan memilih 100 perusahaan sebagai perusahan yang paling inovatif. Berdasarkan Negara asal 40
perusahaan Teknologi keuangan dari Amerika, 20 perusahaan teknologi keuangan dari EMEA
(Eropa,Timur Tengah dan Afrika), 18 Teknologi keuangan berasal dari Inggris, 12 perusahan dari Asia,
dan 10 perusahaan asal Australian dan Salandia baru, kemudian ada empat katogeri utama berdasarkan
produk teknologi keuangan; katagori pertama adalah transaksi dan pembayaran;katagori kedua adalah
peminjaman; katagori ketiga adalah pengolahan investasi dan kekayaan; katagori keempat adalah
asuransi. Keempat katagori tersebut menyumbang 68% transaksi paling sering digunakan oleh
masyarakat dunia dalam menggunakan Teknologi keuangan (Teja,2017).
Di Indonesia, perusahaan teknologi keuangan mulai berkembang pesat setelah dikeluarkannya POJK
Nomor/77/POJK.01/2016 tentang layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi dan
peraturan BI No.18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaran pemrosesan transaksi pembayaran. Sebelum
lahirnya peraturan yang dikeluarkan oleh OJK dan BI terkait Teknologi keuangan, sebelum di
terbitkankan nya POJK dan Peraturan BI yang mengatur tentang Teknologi keuangan, sebelumnya
perusahan-perusahan besar seperti Bank dan perusahaan non-bank lainnya sudah menggeluarkan
produk-produk Teknologi keuangan untuk memudahkan nasabah-nasabahnya dalam bertransaksi.
Contohnya Bank BCA dengan Sakuku, BTPN dengan Jenius, Telkomsel dengan T-Cash,Gojek dengan
Gopay dan masih banyak lagi.

Transaksi secara teknologi sebenarnya bukan hal yang baru di industry (kkeuangan,) menggambarkan
bahwa sebenarnya transaksi keuangan berbasis teknologi hari ini adalah sebuah evolusi dari transaksi
sebelumnya, adapun gambar dibawah ini mengambarkan evolusi Teknologi keuangan;

Pada tahun 2016 saja jumlah perusahaan teknologi keuangan di Indonesia baru berjumlah 32 yang
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedangkan sampai tahun 2020 ini ada 116 Teknologi keuangan
yang terdaftar/berizin di Otoritas Jasa Keuangan (OJK),ini mengindikasikan bahwa pasar keungan
berbasis teknologi semakin diminati. Disamping itu banyaknya pelanggaran yang lakukan oleh oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab dalam menghadirkan teknologi keuangan. POJK 77/POJK.01/2016
menjadi landasan hukum bagi penyelenggara teknologi keuangan, Pada minggu 23 september 2018
Satuan tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menemukan 407 entitas peer lending tak berizin (Ferrika
Sari,2018), ini mengambarkan bahwa teknologi keuangan nanti nya akan menjadi sebuah pelayanan
yang relatif lebih efektif di masa kini yang berbasis jaringan Internet dan android.

Dengan bertambahnya jumlah perusahaan dan jenis model pembiayaan alternatif yang tersedia, dari
tahun 2016 menujut ke tahun 2018 merupakan tahun yang istimewa bagi aktivitas Teknologi Keuangan
di Indonesia dengan focal point terjadinya ekspansi yang pesat di pasar pembiayaan online. Bahkan,
Indonesia dikatakan sebagai satu negara di kawasan Asia Pasifik dengan laju pertumbuhan pasar
(market size) tertinggi dalam layanan Teknologi Keuangan (Garvey,dkk,2017: 85). Meskipun dalam
periode 2013-2015, pangsa pasar jasa layanan teknologi keuangan tumbuh sekitar 24,2% rata-rata
pertahun, dalam tahun 2016 menjadi titik balik bagi kegiatan pembiayaan alternatif dengan total nilai
pembiayaan mencapai US$35.5 juta atau setara dengan Rp.470,6 miliar. Artinya terjadi kenaikan yang
sangat substansial dibandingkan tahun 2015 yang hanya mencapai Rp.30,3 miliar atau tumbuh dengan
laju lebih dari 1.464%.

Danamas, Akseleran dan Ammana Fintek Syariah menjadi unit penelitian ini,dengan model Peer-To-
Peer-Lending (P2PL) yang fokus pada pemberian tambahan modal atau pinjaman ke UMKM. Pada tahun
2017 Danamas tercatat penyaluran dana senilai 278,23 Miliar ke 48.000 UMKM (Marthy Shanaz,2017),
tahun 2018 Danamas mampu meningkatkan penyaluran dananya 364% dari tahun sebelumnya dengan
nilai penyaluran dana sebesar 1.288 triliun ke 7 juta UMKM yang ada, sampai pada akhir 2019 Danamas
hanya mampu meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menyalurkan dana sebesar 40%
peningkatan dari tahun sebelumnya senilai 1.8 triliun ke 8 juta UMKM. Pada tahun 2018 Akseleran
mampu menyalurkan dana senilai 201 miliar ke 404 UKM dan pada tahun 2019 Akseleran mampu
menyalurkan dana nya senilai 910 miliar ke 1.018 UKM atau meningkat 353% dari nilai penyaluran dana
tahun 2018. Pada Ammana Fintek
Syariah di tahun 2018 mampu menyalurkan dana nya senilai 5 miliar ke 1.200 UMKM, dan pada tahun
2019 Ammana mampu menyalurkan dana senilai 17 miliar ke 1.919 UMKM meningkat 240% dari tahun
sebelumnya (Aldia Nindya,2019). Penyaluran dana oleh Danamas,Akseleran dan Ammana Fintek Syariah
mengalami peningkatan yang sangat singnifikan, ini mengindikasikan bahwa teknologi keuangan Peer-
To-Peer-Lending (P2PL) menjadi model pembiayaan yang tepat untuk meningkatkan permodalan UMKM
di Indonesia, dikarenakan banyak UMKM yang tidak sesuai dengan persyaratan yang di inginkan oleh
perbankan.
Banyaknya minat masyarakat Indonesia menggunakan jasa Teknologi keuangan ini dikarenakan ada dua
hal, pertama; masyarakat tidak dapat dilayani industri keuangan konvensional;kedua masyarakat
mencari alternative pendanaan selain jasa industri keuangan konvensional (Hadad,2017). Permasalahan
ini menjad salah satu permasalahan yang di hadapi oleh UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di
Indonesia, padahal UMKM di Indonesia berperan 99.99% dalam perekonomian Indonesia dengan jumlah
unit 56.534.592 dan sisanya 0,01% atau 4.968 unit adalah usaha besar (Kerjasama LPPI dan Bank
Indonesia,2015: 1). Menurut ketua dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso
mengatakan, bahwa UMKM di Indonesia sebagai salah satu mesin penggerak ekonomi Indonesia karena
PDB nasional sebesar 57,6 % adalah dihasilkan oleh UMKM serta UMKM menyerap tenaga kerja sekitar
96,7% dari total pekerja di Indonesia (Murdianingsih Dwi,2018).selanjutnya papar Wimboh Santoso
mengatakan bahwa proses penyediaan pembiayaan melalui sector jasa keuangan tradisional seperti
perbankan yang umumnya cukup kompleks, karena perbankan juga harus memperhatikan aspek
prudensial. Kondisi ini justru bisa di atasi oleh Teknologi keuangan Peer-To-Peer Lending (P2PL).
Menurutnya, debitur yang unbankable dapat memanfaatkan jasa penyedia platform pinjam meminjam
berbasis teknologi untuk memperoleh pinjaman demi mengembangkan bisnis umkm. Kemudian,untuk
memberikan pembiayaan kepada UMKM itu sangat berisiko tetapi Sri Mulyani selaku Menteri
Perekonomian membantahnya, bahwa Teknologi keuangan adalah sebuah solusi untuk menyentuh
mereka dengan Teknologi keuangan telah dimungkinkan suatu biaya transaksi yang sifatnya sangat kecil
dan efisien (Rakhmah,2018). Dalam pernyataan lain, berdasarkan Kementrian Koperasi dan UMKM
(Kementrian Koperasi dan UMKM,2017) tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 5,2%
dengan rata-rata pertumbuhan sejak 2014 per tahun sebesar 2,41% (Kementrian Koperasi dan
UMKM,2014). Rendahnya kualitas pendidikan para pelaku UMKM, pengalaman, kurang keterampilan
dan mengakses informasi.

Menjadi persoalan klasik bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) masih tergolong rendah.
Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Blue Print
Pembiayaan tahun 2016, jumlah UMKM di Indonesia memiliki kontribusi 99,98% dari total unit usaha di
Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per April 2017 dan Departemen Pembangungan
UMKM, pertumbuhan UMKM 54.246.761 unit (2016) dan 56.583.231 unit (2017).Namun, pertumbuhan
tersebut tidak diimbangi dengan pembiayaan modal sebagai literasi perkembangan eksistensi UMKM.
Permasahalan pembiayaan modal menyebabkan kemunduran dan eksitensi UMKM dalam persaingan
global saat ini. Peyebab utama dikarenakan melemahnya perekonomian global yang berpengaruh
terhadap perekonomian di Indonesia, dimana permasalahan tersebut sebenarnya dapat diperlambat
dengan munculnya UMKM sebagai pondasi perekonomian di Indonesia. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa kontribusi UMKM, tidak sejalan dengan eksistensi pertumbuhannya akibat rendahnya
pembiayaan modal (Bank Indonesia,2015). Data Bank Indonesia (2015) dan Ikatan Akuntan Indonesia
(2017) menyebutkan bahwa, pemerintah mencatat pada tahun 2014 dari total 56,4 juta UMKM yang
ada diseluruh Indonesia hanya 30% UMKM yang mampu mengakses pembiayaan dari prosentasi
tersebut, sebanyak 76,1% memperoleh pembiayaan dari bank dan 23,9% mengakses dari non-bank,
termasuk koperasi. Data tersebut menunjukkan bahwa 60%-70% dari seluruh UMKM belum memiliki
akses pembiayaan. Pada tahun 2017, total pembiayaan yang dapat diakses hanya sebesar 14,35 juta
rekening (Data Kementrian Koperasi dan UMKM,2017).
Dengan demikian Penulis meneliti fenomena tersebut dengan judul “Analisis SWOT Perusahaan
Teknologi Keuangan Peer-to-Peer Lending (P2PL) Dalam Mengembangkan UMKM di Indonesia (Studi
Pada Perusahaan Danamas,Akseleran dan Ammana Fintek Syariah)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kepada uraian sebelumnya mengenai fenomena teknologi keuangan dan UMKM, maka
penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas. Adapun ruang lingkup pembahasannya
berkisar pada:

1. Bagaimana penerapan analisis SWOT perusahaan teknologi keuangan Peer-To-Peer Lending (P2PL)
Danamas,Akseleran, dan Ammana Fintek Syariah dalam menumbuh kembangkan UMKM di Indonesia?

2. Strategi apakah yang diterapkan teknologi keuangan Peer-To-Peer Lending (P2PL) Danamas,Akselran,
dan Ammana Fintek Syariah dalam menumbuh kembangkan UMKM di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dari penelitian ini adalah sebagai berikut;
a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan analisis SWOT perusahaan teknologi keuangan
Danamas,Akseleran dan Ammana Fintek Syariah dalam menumbuh kembangkan UMKM di Indonesia.

b. Untuk memberikan masukan strategi kepada teknologi keuangan

Danamas,Akseleran dan Ammana Fintek Syariah dalam menumbuh

kembangkan UMKM di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti Untuk menerapkan ilmu yang telah peneliti dapatkan selama menempuh perkuliahan
serta untuk menambah wawasan peneliti mengenai analisis SWOT terhadap teknologi keuangan dalam
menumbuh kembangkan UMKM di Indonesia.

b. Bagi Akademisi Dapat di jadikan sebagai bahan evaluasi dan memberikan kontribusi bagi masyarakat
yang bersifat positif dalam rangka memberikan informasi.

c. Bagi Masyarakat Dapat di jadikan bahan acuan, dan evaluasi serta memberikan informasi kepada
khalayak ramai agar menjadikan teknologi keuangan menjadi sebuah solusi keuangan bagi yang
membutuhkan.

E. Studi Terdahulu

1. Finansial Technology (Teknologi keuangan) A New Transaction In Future, Journal Of Engineering and
Computer sciences, Vol.2, No.1, Juni 2017 (ISSN: 2528-0260). Jurnal yang ditulis oleh Vieqi Rakhma
Wulan ini menjelaskan tentang bagaimana praktek FinTeh di Indonesia, Vieqi juga menjelaskan dengan
beberapa gambar-gambar yang menjelaskan perbedaan transaksi tradisional dan transaksi yang
menggunakan teknologi. Jurnal ini juga menjelaskan bahwa sebenarnya transaksi berbasis teknologi
bukan lah hal yang baru, tetapi hanya sebuah evolusi dari transaksi lama, seperti sudah adanya transaksi
berbasis teknologi dalam penggunaan ATM, Kartu Kredit dan lain sebagainya. Pada kesimpulannya jurnal
ini memberikan masukan bahwa pengembangan Teknologi Keuangan di Indonesia harus di ikuti oleh
sumber daya yang matang, teknologi dan undang-undang yang di atur agar tidak mematikan industri
sejenis lainnya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif denga data primer yang di
gunakan dalam penelitian ini melalui studi pustaka. Kerangka penelitian ini di mulai dari tempat layanan
keuangan yang biasa menggunakan teknologi keuangan seperti Bank. Layanan yang di amati seperti
pembayaran, deposito, pinjaman, dan manajemen investasi. Perbedaan nya dengan penulis adalah
metode yang di gunakan serta objek penelitian yang di gunakan, skripsi ini menggunakan metode
campuran kualitatif dan kuantitatif, dan objek penelitian penulis skripsi pada perusahaan teknologi
keuangan amartha.

2. Indonesian teknologi keuangan business: new innovations or foster and collaborate in business
ecosystems?, the asian journal of technology management vol.10 no.1 (2017) jurnal yang ditulis oleh
Andrian Teja pada awalnya membahas tentang perkembangan industri Teknologi Keuangan di dunia
dengan berbagai macam jenis teknologi keuangan, lalu jurnal ini mengerucut bahwa di Indonesia juga
ada teknologi keuangan seperti Bank BCA dengan sakuku, dan Go-Jek dengan gopay nya. Jurnal ini
mengkritisi bahwa banyak produk inovativ yang gagal dalam mencapai targetnya dikarenakan teknologi
keuangan hanya memfasilitasi transaksi baik pembayaran, investasi dan pertanggungan asuransi saja.
Dengan demikian, tujuan dari jurnal ini adalah menyajikan presentasi berdasarkan tinjauan pustaka
untuk mendorong perusahaan secara bersamaan memiliki dua kompetensi. Pertama, dalam
pengembangan produk baru dan kedua, membangun kolaborasi dengan perusahaan lain didalam dan
diseluruh ekosistem bisnis. Jurnal ini menggunakan metode kualitatif studi pustaka yang menggunakan
banyak jurnal, makalah dan laporan ilmiah lainnya sebagai data primer, objek penelitian pada jurnal ini
sangat luas. Perbedaannya dengan skripsi ini adalah metode yang di gunakan, dan objek penelitian yang
lebih kecil.

3. Analisis swot implementasi teknologi finansial terhadap kualitas layanan perbankan di Indonesia.
Jurnal ekonomi dan bisnis universitas pelita harapan tangerang, vol 20 no.1, april 2017 (ISSN 1979-
6471). Jurnal yang di tulis oleh Imanuel Adhitya dan Wulanata Chrismastianto ini pada awalnya
menjelaskan bahwa kualitas layanan perbankan di Indonesia diharapkan semakin meningkat secara
signifikan, agar mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang
tinggal di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Terpencil). Namun, pada kenyataannya kualitas layanan
perbankan di Indonesia saat ini masih minim dalam mengakses masyarakat yang tinggal di daerah 3T
tersebut. dengan demikian, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis secara lebih mendalam mengenai
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) implementasi teknologi keuangan terhadap
kualitas layanan perbankan Indonesia di era digital melalui studi literatur perbankan. Metode penelitian
yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini bahwa
teknologi keuangan memiliki tingkat efektifitas yang baik untuk meningkatkan kualitas layanan
perbankan di Indonesia, sehingga pihak manajemen perbankan dapat mengimplementasikannya untuk
menjangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Perbedaan yang terletak didalam jurnal ini dengan
skripsi penulis adalah letak pada objek penelitan, yang mana skripsi ini akan menjelaskan tentang
dampak dan keberlangsungan teknologi keuangan Amartha terhadap UMKM di Indonesia dan menilai
kesejahteraan pelaku UMKM yang mendapatkan pembiayaan. Lalu, metode yang digunakan juga
berbeda, dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian campuran, sedangkan jurnal ini
menggunakan metode kualitatif.

4. Finansial Technology (Teknologi keuangan) And Its Implementation On The Romanian Non-Banking
Capital Market, Jurnal Practical Aplication Of Sciene Vol Iv, Issue 2, 2016 (ISSN: 2360-2554). Jurnal yang
ditulis oleh Ion MICU dan Alexandra MICU ini menjelaskan tentang kekhasan industri teknologi
keuangan di Kota Bucharest, bagaimana teknologi keuangan di definisikan dan bagaimana solusi
teknologi keuangan yang di diterapkan oleh perusahaan. teknologi keuangan di Rumania menjadi daya
tarik yang positif dan negatif bagi konsumen, serta pertumbuhan industri global yang sangat
berpengaruh positif telah terlihat dalam beberapa tahun terkahir. Jurnal ini juga menganalisis
implementasi solusi teknologi keuangan yang di sediakan oleh Bursa Efek Bucharest (BVB), yang diawasi
oleh lembaga pasar atau Otoritas Pengawasan Keuangan Rumania. Metode penelitian pada jurnal
adalah kualitatif deskriptif yang mengumpulkan berkas-berkas yang di anggap primer. Perbedaannya
dengan skripsi ini adalah objek penelitian yang di gunakan berbeda, jika di jurnal ini Rumania sebagai
objek sedangkan skripsi ini adalah Indonesia khususnya perusahaan amartha. Lalu, metode yang di
gunakan dalam skripsi ini adalah metode campuran.

5. Peran Pembiayaan Baitul Maal Wat Tamwil Terhadap Perkembangan Usaha Dan Peningkatan
Kesejahteraan Anggotanya Dari Sektor Mikro Pedagang Pasar Tradisional, Jurnal Akuntansi dan Investasi,
Vol.17 No.2, Juli 2016. Penulis Fitriani Prastiawati dan Emile Satia Darma menjelaskan di dalam jurnalnya
tentang pengaruh pembiayaan dengan perkembangan usaha, pembiayaan dengan peningkatan
kesejahteraan dan perkembangan usaha dengan peningkatan kesejahteraan. Metode yang di gunakan
didalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik analisis menggunakan Struktural equation model
(SEM), dengan populasi nya adalah pedagang di pasar-pasar tradisional di bantul yang mendapatkan
pembiayaan dari BMT yang beroperasi di bantul. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pembiayaan BMT tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi anggota BMT tentang perkembangan
usahanya. Hal tersebut berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh regression weights pada
nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,187 yang lebih besar dari 0,05 walaupun arah hipotesis sudah
benar positif oleh sebab itu H1 ditolak. Perbedaan dengan penelitian pada skripsi ini adalah metode
yang digunakan berbeda, metode yang di gunakan pada skripsi ini adalah metode campuran. Tetapi
kesamaan nya adalah mengukur kesejahteraan para penerima pembiayaan.

1.Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif ini ingin melihat dan
mengungkapkan suatu keadaan maupun suatu objek dalam konteksnya, menemukan makna (meaning)
atau pemahaman yang mendalam tentang sesuatu masalah yang hadapi, yang tampak dalam bentuk
data kualitatif, baik berupa gambar, kata maupun kejadian serta dalam “natural setting”(Muri
Yusuf,2013: 43). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa
interaksi tingkah laku manusia terkadang perspektif berdasarkan peneliti sendiri. Penelitian yang
menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam
(Imam Gunawan,2013: 80). Penelitian ini bersifat deskriptif analysis, yaitu mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang ada, dan mengambarkannya
dengan terbuka sesuai kenyataan yang terjadi (Arikunto,2002: 93). Penelitian deskriptif ini dilakukan
untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Maka penelitian
ini dilakukan pada perusahaan teknologi keuangan Peer-To-Peer Lending (P2PL) Danamas, Akseleran
dan Ammana Fintek Syariah untuk mengetahui seberapa besar dampak menumbuh kembangkan yang
diberikan oleh model keuangan ini terhadap UMKM di Indonesia.

2. Objek dan Subjek Penelitian

Adapun objek dan subjek penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah menganalisis SWOT teknologi
keuangan Peer-to-Peer Lending (P2PL) Danamas,Akseleran dan Ammana Fintek Syariah perkembangan
UMKM di Indonesia apa saja yang dilakukan oleh teknologi keuangan dalam menumbuh kembangkan
UMKM di Indonesia.
Sumber Data
a. Data Primer Yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
tempat objek penelitian Data yang diperoleh langsung.dari beberapa pihak yang berwenang dalam
bentuk rekaman.dokumentai atau data-data tertulis.

b. Data Skunder

Merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan yang diperoleh
dari berbagai literatur dan referensi lain seperti buku, majalah, makalah dan setiap artikel yang
mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas, dihimpun dari berbagai tempat mulai
dari perpustakaan hingga situs internet.

Anda mungkin juga menyukai