Anda di halaman 1dari 10

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 41-50

Upaya Fintech Syariah Mendorong Akselerasi Pertumbuhan UMKM di Indonesia


Saripudin1*), Prameswara Samofa Nadya2), Muhammad Iqbal3)
1,2,3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Perbanas Institute
*Email korespondensi: iip@perbanas.id

Abstract
Compared to other Islamic financial institutions, Islamic fintech has several advantages in accelerating the
growth of SMEs in Indonesia. However, the existence of Islamic fintech cannot be separated from various
problems. The purpose of this study is to find solutions to these problems, seen from many aspects, such as
regulations, human resources, and public perceptions and the potential for fraud. The method used is qualitative
with two approaches to data analysis, interactive models and SWOT analysis. The results of data analysis
formulated at least three strategies. First, strengthening the ecosystem between Islamic fintech, government,
academics and civil society, including sharia fintech customers and Islamic banks. Second, optimizing the
potential of sharia fintech in managerial skills and sharia contract capacity. Third, the massive and targeted
socialization and promotion of Islamic fintech.

Keywords: Islamic Fintech, SME enterprises, SWOT analysis, regulation, ecosystem strengthening

Saran sitasi: Saripudin., Nadya, P. S., & Iqbal, M. (2021). Upaya Fintech Syariah Mendorong Akselerasi
Pertumbuhan UMKM di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 41-50.
doi:http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i1.1449

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i1.1449

1. PENDAHULUAN tumbuhnya fintech pada industri jasa keuangan.


Jasa keuangan dipercaya berperan penting dalam Fintech sendiri bukan barang baru dalam industri jasa
mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara, tetapi keuangan, sudah ada sejak tahun 1866 (Buckley et al.,
hal tersebut tidaklah cukup menjadi tolak ukur 2016). Menurut Schueffel (2016) tidak ada definisi
keberhasilan industri jasa keuangan. Menurut tunggal dari fintech, tetapi ada beberapa refrensi yang
Demirgüç-Kunt et al. (2008) seharusnya keberadaan dapat digunakan untuk menjelaskan tentang fintech.
layanan jasa keuangan bukan hanya mendukung Menurut Leong & Sung (2018), fintech merupakan
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga harus mendukung sebuah ide inovatif dalam meningkatkan operasi
terciptanya lapangan pekerjaan bagi rakyat miskin. layanan keuangan dengan memberikan solusi berupa
Penciptaan lapangan pekerjaan bagi rakyat miskin teknologi yang sesuai dengan skenario bisnis.
dapat diwujudkan dengan mendorong pertumbuhan Sedangkan Maier (2016) menjelaskan bahwa fintech
pada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah gabungan antara keuangan dan teknologi
(UMKM). Di Indonesia, eksistensi UMKM telah dengan solusi yang lebih inovatif dan model bisnis
terbukti dapat mengatasi berbagai permasalahan yang berkelanjutan. Menurut PBI Nomor
ekonomi, mulai dari mengurangi jumlah 9/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi
pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat, Finansial, fintech adalah penggunaan teknologi dalam
mengentaskan kemiskinan, mengurangi kesenjangan sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan,
distribusi pendapatan, hingga meningkatkan teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat
kesejahteraan masyarakat (Indika & Marliza, 2019; berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem
Krisnawati, 2016; Sarfiah et al., 2019; Setiawan, keuangan, dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan,
2017; Tambunan, 2012). dan keandalan sistem pembayaran (BI, 2017).
Kemajuan teknologi yang ditandai dengan Fintech merupakan sebuah inovasi pada industri
fenomena inovasi disruptif turut mendorong jasa keuangan yang berpotensi untuk menjangkau

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 42
calon debitur-debitur, khususnya sektor UMKM dan fintech masih sangat minim dibandingkan dengan
agrikultur, yang belum terjangkau oleh pelaku industri regulasi lembaga keuangan lainnya (Hiyanti et al.,
jasa keuangan eksisting (Wulandari, 2017; Zetzsche et 2020; Prestama et al., 2019; Rusydiana, 2018). Belum
al., 2018). Pemerintah Indonesia saat ini sedang lagi dari aspek aturan syariah yang masih memerlukan
melihat potensi dari pasar fintech di Indonesia untuk banyak amademen terhadap aturan-aturannya (Ulya,
mendukung UMKM yang belum dilayani oleh industri 2018). Dari aspek sumber daya manusia, ketersediaan
perbankan (Minerva, 2016). Fintech syariah SDM untuk mendukung kemajuan fintech syariah juga
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari industri masih jauh (Hiyanti et al., 2020; Rusydiana, 2018).
fintech nasional juga berperan dalam mendorong Dan dari aspek-aspek lainnya seperti: pemahaman
pertumbuhan UMKM di Indonesia. Fintech syariah masyarakat terhadap fintech syariah (Hiyanti et al.,
turut mendorong penyaluran pendanaan berbasis 2020) hingga potensi tindak kejahatan keuangan yang
syariah diberbagai daerah di Indonesia yang hampir mencoreng nama fintech syariah (Mukhlisin, 2019).
seluruh nasabahnya adalah UMKM (Prestama et al., Berkaca pada fenomena di atas, masih diperlukan
2019). Dengan kata lain, fintech syariah memiliki identifikasi yang lebih komprehensif terhadap
potensi dalam mendorong inklusi keuangan melalui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT)
pemenuhan kebutuhan pada segmen pasar yang non- fintech syariah dalam mengakselerasi pertumbuhan
bankable. Fintech syariah menawarkan solusi untuk UMKM di Indonesia. Karena fintech syariah memiliki
UMKM dalam mengurangi kesenjangan antara modal dasar yang kuat dengan segala kelebihannya,
lembaga keuangan dengan pihak-pihak yang salah satunya mendorong pertumbuhan inklusi
membutuhkan pembiayaan proyek (Mukhlisin, 2019). keuangan. Tulisan ini bertujuan mengkaji peran
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI fintech syariah dalam mempercepat pertumbuhan
Nomor 117/DSN-MUI/II/2018, Fintech Syariah UMKM di Indonesia.
adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan
berdasarkan prinsip syariah yang mempertemukan 2. METODE PENELITIAN
atau menghubungkan pemberi pembiayaan dengan Berdasarkan jenisnya, penelitian ini
penerima pembiayaan dalam rangka melakukan akad menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat
pembiayaan melalui sistem elektronik dengan eksplorasi guna memahami suatu peristiwa,
menggunakan jaringan internet (DSN-MUI, 2018). memastikan kebenaran data, mengkatergorikan data,
Perkembangan fintech syariah di Indonesia cukup serta mengkonstuksikan fenomena yang terjadi
menggembirakan, menurut catatan Islamic Finance (Sugiyono, 2019). Sedangkan berdasarkan tujuannya
News (IFN) jumlah fintech syariah di Indonesia termasuk dalam penelitian deskriptif yang bertujuan
menduduki urutan keempat setelah Inggris, Malaysia memberikan penjelasan mengenai karakteristik pasar
dan Uni Emirat Arat (Inggris Merajai Fintech Syariah atau fungsi (Sekaran & Bougie, 2016) dalam hal ini
Kalahkan Malaysia Dan UEA | Ihram, 2020). Adanya adalah fungsi fintech syariah dalam mendorong
ceruk pasar yang besar turut mendorong pertumbuhan UMKM. Jenis data yang digunakan
perkembangan fintech syariah di Indonesia. Alternatif adalah data primer dan sekunder. Sumber data primer
produk-produk fintech syariah yang memudahkan diperoleh dari teknik wawancara dengan para pelaku
proses bisnis dan menyelesaikan permasalahan fintech (Investree, Ammana, Efunding dan Igrow) dan
keuangan memberikan tambahan referensi bagi para AFSI sebagai asosiasi yang mewadahi fintech syariah
pelaku usaha (Wijayanti & Riza, 2017). Selain itu, di Indonesia. Sedangkan data sekunder diperoleh
eksistensi fintech juga sejalan dengan syariah Islam, dengan teknik dokumentasi dari berbagai sumber
hal ini karena keberadaan teknologi keuangan mampu seperti berita (elektronik), jurnal, buletin, working
menghilangkan leverage (Finocracy & Mirakhor, paper, dan dokumen-dokumen lainnya.
2017; Firmansyah & Anwar, 2019). Teknik analisis data yang digunakan pada
Dibanding dengan lembaga keuangan lainnya, penelitian menggunakan dua pendekatan, yang
fintech (syariah) memiliki beberapa keunggulan, pertama interactive model dan yang kedua analisis
seperti: kemudahan, kecepatan, dan jangkauan SWOT. Menurut Miles et al. (2013) komponen
(Mukhlisin, 2019; Prestama et al., 2019). Meskipun analisis interactive model terdiri dari reduksi data,
demikian, keberadaan fintech tidak luput dari berbagai penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
permasalahan. Dari aspek aturan, regulasi tentang Hasil dari interactive model nantinya akan disajikan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 43
dalam bentuk analisis SWOT yang memuat unsur sedangkan sektor usaha keuangan dan real estate
kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weaknesses), merupakan sektor dengan dampak pertumbuhan
peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats). pendapatan terkecil yaitu 38%. Jika dilihat dari ukuran
Tujuan analisis SWOT dimaksudkan membuat usaha, temuan yang diperoleh adalah semakin besar
strategi yang tepat bagi fintech syariah dalam rangka ukuran perusahaan (borrower) maka akan semakin
mendorong pertumbuhan UMKM di Indonesia besar pula pertumbuhan pendapatannya.
dengan berbagai skala prioritas yang ada. Selain peningkatan pendapatan dan rasio
keuangan perusahaan yang terus membaik, UMKM
3. HASIL DAN PEMBAHASAN juga mendapat manfaat lain seperti gaining trust dari
3.1. Hasil Penelitian lembaga keuangan lainnya, salah satunya bank.
Sampai dengan Agustus 2020 tercatat sudah ada Pengalaman yang diperoleh sebagai nasabah
157 fintech di Indonesia, dengan total aset 3,12 triliun (borrower) fintech syariah membuat para pelaku
rupiah. Dari dari jumlah tersebut, 11 diantaranya usaha (UMKM) naik kelas, karena memiliki
adalah fintech syariah dengan persentase total aset pengalaman berhubungan dengan lembaga keuangan.
mencapai 2,04% (64,97 miliar rupiah) dari total aset Fintech syariah secara tidak langsung memberikan
fintech secara keseluruhan (OJK, 2020). Jika dilihat literasi keuangan kepada para nasabah peminjamnya
dari jumlah penyaluran pembiayaan, secara sehingga mereka mengerti bagaimana caranya
keseluruhan fintech di Indonesia telah mencapai berhubungan dengan lembaga keuangan.
121,87 triliun rupiah dengan pertumbuhan 122,74% Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai
per tahun. Angka ini menunjukkan potensi yang nara sumber baik dari para pelaku fintech syariah
sangat besar dari keberadaan fintech di Indonesia, di (Investree, Ammana, Efunding dan Igrow) maupun
mana lebih dari 99% borrower dari fintech adalah asosiasi fintech syariah (AFSI) diperoleh hasil analisis
UMKM. Jadi tidak diragukan lagi bahwa fintech SWOT seperti dirangkum pada Tabel 1 di bawah ini.
memiliki peran yang sangat besar dalam mendorong Tabel 1.
pertumbuhan UMKM di Indonesia. Namun demikian, Analsis SWOT Peran Fintech Syariah dalam
masih diperlukan upaya-upaya lanjutan untuk Mendorong Pertumbuhan UMKM di Indonesia
mengakselerasikan pertumbuhan UMKM yang Kelemahan
Kekuatan (Strenghts)
diinisiasi oleh fintech syariah. (Weaknesses)
Dari hasil wawancara dengan semua fintech 1) Kemampuan dalam 1) Sulitnya
syariah yang menjadi nara sumber dalam penelitian ini mengoptimalisasikan mendapatkan
ditemukan bahwa lebih dari 99% nasabah (borrower) Teknologi pemodal (lender)
fintech syariah termasuk dalam kategori UMKM yang 2) Ekosistem fintech 2) Kurangnya
mana omsetnya tidak ada yang lebih dari 5 miliar syariah yang sudah sosialisasi dan
rupiah per tahun (kategori usaha menengah menurut mapan promosi tentang
UU No. 20 tahun 2008). Segmen pasar ini yang 3) Dukungan Pemerintah fintech syariah
menegaskan bahwa fintech syariah bukan merupakan dalam hal regulasi dan 3) Sarana dan prasara
kompetitor dari perbankan, walaupun ada beberapa program-program pendukung fintech
segmen pasar fintech syariah yang beririsan dengan pendukungnya syariah yang masih
segmen pasar bank. terbatas
Fakta yang diperoleh dari beberapa hasil 4) Kurangnya
wawancara menunjukkan bahwa setelah UMKM kemampuan
menjadi nasabah (borrower) di fintech syariah managerial
omsetnya mengalami peningkatan. Salah satu Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
contohnya di Investree Syariah, dimana 54%
nasabahnya mengalami peningkatan omset sampai 1) Ceruk pasar yang besar 1) Fraud dalam
dengan 30%. Peningkatan omset secara tidak 2) Pengembangan produk bidang keuangan
langsung turut meningkatkan pendapatan dan jumlah fintech syariah dengan 2) Belum ada
pegawai. Jika dilihat dari sektor usaha, sektor usaha berbagai macam jenis lembaga
yang bergerak di bidang manufaktur memiliki dampak akad penjaminan resmi
pertumbuhan pendapatan sampai dengan 58%

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 44
3) Belum adanya aturan 3) Belum ada aturan fintech dapat menjaring mitra dalam
yang lengkap tentang yang spesifik dan menyalurkan pembiayaan. Mitra fintech di
fintech syariah menyeluruh daerah dapat berupa lembaga keuangan
terhadap fintech. maupun agen lapangan yang berguna dalam
4) Perizinan menjangkau daerah-daerah yang sulit
5) Tingkat dijangkau.
konsumerisme 2) Ekosistem fintech syariah yang sudah mapan
yang semakin a. Kemampuan teknologi memudahkan
tinggi ekosistem dalam fintech untuk berintegrasi,
6) Retail lender baik itu pemerintah, pelaku usaha, maupun
Sumber: data diolah (2020) konsumen. Jalinan kerjasama antar lembaga
turut menumbuhkan kepercayaan di
Kekuatan (Strenghts) masyarakat akan eksistensi fintech syariah
1) Kemampuan dalam mengoptimalisasikan yang pada akhirnya turut menaikan
Teknologi kredibilitasnya.
a. Fintech memiliki kemampuan yang tinggi b. Kerjasama fintech syariah dengan bank
dalam melakukan digitalisasi layanan jasa syariah dalam menyalurkan pembiayaan
keuangan. merupakan simbiosis mutualisme. Fintech
b. Fintech memiliki kemampuan big data mendapatkan pendanaan, sedangkan Bank
analysis yang handal. Banyak manfaat yang terbantu dalam hal penyaluran pembiayaan,
diperoleh dari kemampuan ini, salah satunya karena keberadaan fintech dapat
mampu mentransformasikan data dengan meminimalisir biaya, waktu dan tenaga.
sangat cepat. Selain itu, pemanfaatan data c. Kerjasama dengan para pelaku usaha,
tidak hanya sebatas data-data tradisional seperti e-commerce/marketplace dan
dalam menganalisis pembiayaan yang akan perusahaan-perusahan multinasional
disalurkan tapi juga menggunakan data-data memudahkan fintech syariah menjangkau
non tradisional yang sebelumnya tidak UMKM guna menyalurkan pembiayaannya.
dilakukan oleh lembaga keuangan lain Kemudahan akses data atas kolaborasi ini,
seperti bank. membuat kerja fintech menjadi lebih efisien
c. Pemanfaatan teknologi juga berdampak dan terbentuk ekosistem yang lebih luas lagi.
pada tingginya aksesibilitas fintech, mulai Pada akhirnya, hal ini akan memudahkan
dari tersedianya website, sampai aplikasi fintech dalam menjaungkau borrower yang
pada mobile phone. Aksesibilitas ini juga berkualitas.
memberikan kemudahan kepada calon d. Adanya kolaborasi dengan berbagai
nasabah untuk mendapatkan informasi yang stakeholder fintech syariah juga merupakan
akurat, cepat, dan terinci. bagian dari mitigasi risiko. Sebagai contoh,
d. Keberadaan teknologi yang menjadi dasar nasabah yang diperoleh dari mitra jauh lebih
eksistensi fintech selain memberikan dipercaya dibandingkan nasabah yang tanpa
kecepatan juga memberikan keamanan mitra. Kolaborasi dipercaya dapat
dalam bertransaksi. Teknologi membuat meminimalisir risiko.
para lender merasa aman dalam menitipkan 3) Dukungan Pemerintah dalam hal regulasi dan
dananya. Selain itu, hal ini juga membuat program-program pendukungnya.
para borrower mendapatkan pelayanan yang a. Walau relatif baru, adanya aturan yang
cepat dalam mendapatkan pinjaman. Mulai memanyungi keberadaan fintech syariah
dari persetujuannya cepat, hingga proses dari segi bentuk usaha, model bisnis sampai
registrasi yang mudah. dengan operasionalisasinya dapat
e. Dampak yang tidak kalah penting dari memberikan rasa aman stakeholder fintech
kehandalan teknologi di fintech adalah syariah.
terciptanya jangkauan yang luas. Tanpa b. Peran pemerintah dalam mendukung
harus memiliki cabang disetiap daerah, pertumbuhan fintech syariah cukup baik,

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 45
sudah ada bagian tersendiri yang 4) Kurangnya kemampuan managerial
memudahkan perizinan fintech (syariah). Salah satu bukti lemahnya kemampuan
Selain itu kerjasama dengan Asosiasi managerial pengelola fintech syariah adalah
Fintech Syariah Indonesia (AFSI) yang juga lemahnya kordinasi dengan para mitra di daerah,
menjadi perpanjangan tangan pemerintah sehingga sering kali terjadi kelambatan proses
(OJK) dalam hal pengawasan turut validasi calon nasabah (borrower) yang pada
memberikan kontribusi yang besar. akhirnya menurunkan kepercayaan mitra-mitra
Kelemahan (Weaknesses) yang ada.
1) Sulitnya mendapatkan pemodal (lender) Peluang (Opportunities)
Sebagian besar fintech syariah mengalami over 1) Ceruk pasar yang besar
demand, kondisi dimana lebih banyaknya a. Ceruk pasar fintech adalah UMKM, yang
borrower dibandingkan lender. Kurangnya mana merupakan penyumbang terbesar
pemodal yang bergabung dalam fintech syariah terhadap PDB Indonesia (mencapai 54%).
menyebabkan pembiayaan yang dapat disalurkan Dari sisi jumlah pelaku usaha, UMKM
kepada borrower terbatas. Sehingga antrian pada memiliki persentase hingga 97% dari total
borrower relatif tinggi. Dampak yang pelaku usaha di Indonesia. Ditambah animo
ditimbulkan dari kejadian ini adalah tingkat masyarakat yang sedang meningkat karena
kepercayaan borrower terhadap fintech syariah faktor sosio-ekonomi dan politik di
yang semakin berkurang. Hal yang sebaliknya Indonesia.
juga dapat terjadi, yaitu over supply. Kondisi ini b. Ceruk pasar ini juga ditunjukkan oleh
juga dapat menurunkan kepercayaan lender tingginya pengguna aplikasi berbasis
kepada fintech syariah. teknologi di Indonesia. Penetrasi ponsel
2) Kurangnya sosialisasi dan promosi tentang pintar (smartphone) di indoensia tumbuh
fintech syariah 25,9% dalam enam tahun terakhir (2014-
a. Perusahaan fintech memiliki tanggung jawab 2019). Diperkirakan jumlah pemakai ponsel
khusus yang diberikan oleh regulator dalam pintar pada tahun 2025 akan mencapai 89,2%
rangka meningkatkan literasi dan inklusi dari total penduduk Indonesia.
keuangan. Namun kurangnya sumber daya 2) Pengembangan produk fintech syariah dengan
yang dimiliki membuat usaha ini belum berbagai macam jenis akad
dapat dilakukan secara optimal. Dalam syariah Islam dikenal berbagai macam
b. Tingkat literasi keuangan syariah relatif akad pada berbagai sektor ekonomi, seperti akad
masih sangat kecil dikalangan UMKM. zakat, wakaf, qardhul hasan yang sifatnya non
Sebagaimana hasil survei yang dilakukan komersil hingga akad yang bersifat komersil
oleh OJK pada tahun 2019, bahwa tingkat seperti murabahah, ijarah, mudharabah hingga
literasi keuangan syariah baru mencapai musyarakah. Keberagaman ini memberikan
8,93%. peluang tersendiri dalam penembangan produk di
3) Sarana dan prasara pendukung fintech syariah fintech syariah.
yang masih terbatas 3) Ruang aturan tentang fintech syariah yang masih
a. Masih sedikitnya bank syariah sebagai mitra terbuka luas
bagi fintech syariah (aturan OJK) dalam segi a. Belum ada aturan-aturan yang mengikat,
jumlah maupun ukuran (size) bank memungkinkan fintech melakukan manuver
syariahnya. Akibatnya infrastruktur di bank untuk melakukan pengembangan terhadap
syariah belum seperti bank konvensional, teknologi finansial guna mendukung
seperti aksesibilitas dan fitur keuangan pelayanan kepada nasabah, terutama nasabah
digital. borrower.
b. Selain itu, perangkat pendukung lainnya b. Pengembangan aturan yang ada dapat
juga belum dimiliki oleh fintech syariah diinisiasi oleh para pelaku fintech lewat
seperti DPS (Dewan Pengawas Syariah). asosiasi. Hal ini tentunya memberikan ruang
yang luas bagi para pelaku fintech syariah
dalam merancang aturan kedepannya.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 46
Ancaman (Threats) utama menjadi pendorong pertumbuhan UMKM di
1) Fraud dalam bidang keuangan Indonesia dikelompokkan ke dalam tiga kekuatan
Munculnya fintech ikut memunculkan berbagai utama. Pertama, kemampuan fintech syariah dalam
modus baru dalam tindak pidana bidang mengoptimalisasikan teknologi yang dimiliki. Hal ini
keuangan. selain itu, keberadaan fintech ilegal dikuatkan oleh temuan (Hiyanti et al., 2020; Prestama
juga ikut mencoreng nama baik fintech legal. et al., 2019; Rusydiana, 2018). Kemajuan teknologi
Praktek-praktek yang dilakukan oleh fintech mampu mengurangi waktu tunggu, lalu lintas jalan
ilegal tidak sesuai dengan aturan-aturan yang dan antrian transaksi (Mukhlisin, 2019). Sudah
berlaku. menjadi sunatullah keberadaan teknologi akan
2) Belum ada lembaga penjaminan resmi membuat segala proses menjadi cepat, mudah dan
Tidak seperti bank yang memiliki Lembaga singkat. Keunggulan inilah yang dipercaya menjadi
Penjamin Simpanan (LPS), fintech tidak modal masa depan fintech untuk terus berkembang
memiliki lembaga penjaminan guna mencover menjadi lebih besar lagi yang pada akhirnya akan
kerugian atas dana para lender. Hal ini tentunya berdampak pada pertumbuhan UMKM itu sendiri.
mengurangi kepercayaan masyarakat untuk Minerva (2016) mengungkapkan bahwa salah satu
menginvestasikan dananya di fintech yang pada faktor kunci fintech dapat mendukung pertumbuhan
akhirnya menjadi hambatan bagi penyediaan UMKM adalah tingkat penggunaan teknologi digital
dana untuk pembiayaan di sektor UMKM. oleh UMKM.
3) Belum ada aturan yang spesifik dan menyeluruh Kekuatan kedua dari fintech syariah adalah
terhadap fintech. memiliki ekosistem yang relatif mapan. Didukung
Aturan yang belum jelas selain menjadi potensi, oleh kekuatan teknologi, kekuatan ekosistem dalam
juga dapat menjadi ancaman tersendiri. Pada saat prosesnya menjadi semakin kuat dan luas. Kolaborasi
aturan yang dibentuk tidak berpihak kepada dan sinergi fintech syariah dengan pelaku usaha,
pelaku usaha fintech, maka itu akan menjadi pemerintah dan akademisi dalam suatu ekosistem
ancaman yang serius bagi industri fintech. yang mapan dan dukungan teknologi yang memadai
4) Perizinan diyakini akan mendorong pertumbuhan fintech
Belum semua perusahaan fintech syariah syariah (Haris et al., 2020; Rusydiana, 2018).
memiliki izin dari OJK. Pada saat izin belum Kekuatan ketiga yang tidak kalah penting adalah
diterbitkan, tentunya akan menjadi ancaman atas dukungan Pemerintah. Tidak dapat dielakkan bahwa
perusahaan fintech syariah tersebut. besar kecilnya sebuah industri ada peran pemerintah
5) Tingkat konsumerisme yang semakin tinggi di dalamnya. Keberpihakan pemerintah dalam hal
Kendala dari sisi UMKM yang sering ditemui regulasi menjadi landasan yang kuat untuk fintech
adalah mindset sebagian pelaku UMKM yang syariah mendorong penyaluran pembiayaan ke
salah, dimana masih menganggap bahwa dengan UMKM (Minerva, 2016). Kebijakan yang dibuat
fintech skemanya adalah dipinjamkan uang. pemerintah dalam mendorong literasi dan inklusi
6) Retail lender keuangan serta program-program pendukung lainnya
Mengurus retail lender jauh lebih sulit secara tidak langsung dapat mengakselerasikan peran
dibandingkan corporate lender. Padahal jumlah fintech menumbuhkan UMKM di Indonesia.
retail lender di fintech syariah jumlahnya cukup Selain kekuatan yang dimiliki, ada beberapa
banyak. Melakukan restrukturisasi untuk retail kelemahan yang teridetifikasi. Sulitnya fintech syariah
lender pada saat terjadi krisis finansial (seperti mendapatkan pemodal (lender) ternyata masih
pandemi COVID-19), jauh lebih sulit karena menjadi permasalah klasik fintech. Bisnis model yang
cadangan yang mereka miliki jauh lebih kecil ada di fintech tidak serta merta memudahkan fintech
dibandingkan corporate lender. Berbeda dengan mendapatkan pemodal. Selain itu, tidak seperti bank
borrower yang secara sistem lebih terukur dan yang memiliki lembaga penjamin simpanan, fintech
terkontrol. belum memiliki lembaga penjaminan bagi para
lender. Permasalah klasik kedua adalah sosialisasi dan
3.2. Pembahasan promosi. Temuan ini juga dikuatkan oleh penelitian-
Keberadaan fintech syariah di Indonesia penelitian sebelumnya, terkait rendahnya tingkat
memiliki banyak kelebihan dan kekuatan, tetapi faktor literasi dan inklusi masyarakat akan lembaga

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 47
keuangan syaiah, terlebih fintech syariah (Hiyanti et adanya lembaga penjaminan resmi. Hal ini menjadi
al., 2020; Minerva, 2016; Muzdalifa et al., 2018; ancaman serius terkait risiko yang ditanggung oleh
Prestama et al., 2019), di mana salah satu para lender. Terkait belum adanya aturan yang
penyebabnya kurang sosialisasi dan promosi. spesifik dan menyeluruh terhadap fintech selain
Kelemahan ketiga yang ditemui adalah keterbatasan menjadi berkah untuk proses pengembangan, di sisi
sarana dan prasara pendukung fintech syariah. Seperti lain dapat menjadi ancaman. Karena bukan tidak
yang ditemukan oleh Muzdalifa et al. (2018), bahwa mungkin aturan-aturan yang ada ke depannya dapat
perkembangan fintech syariah masih terkendala menghambat peran fintech syariah. Ancaman lain
dengan permasalahan infrastruktur. Kelemahan yang tidak dapat dikesampingkan dari keberadaan
terakhir yang sering ditemui disetiap entitas bisnis fintech adalah berkurangnya tenaga kerja dalam
yang baru berkembang adalah rendahnya kemampuan bidang keuangan. Peningkatan angka pengangguran
managerial. Hal ini diperparah dengan kurangnya telah dibuktikan dengan survei LinkedIn yang
sumber daya manusia yang menguasai akad transaksi menyimpulkan 25 persen profesi keuangan khawatir
berdasarkan prinsip syariah (Hiyanti et al., 2020). kehilangan pekerjaan karena banyak bidang telah
Setelah identifikasi kekuatan dan kelemahan diubah menjadi otomatisasi (Weissbluth, 2017).
fintech syariah dalam mempercepat pertumbuhan Melihat banyaknya komponen dari setiap bagian
UMKM di Indonesia, pembahasan selanjutnya adalah dalam bagan analisis SWOT, maka rumusan terhadap
tentang peluang yang dimiliki oleh fintech syariah. strategi yang ditawarkan coba lebih disederhanakan.
Setidaknya ditemukan tiga peluang utama, yaitu: Berdasarkan kekuatan (strenghts) dan peluang
ceruk pasar yang besar, pengembangan produk fintech (opportunities) yang dimiliki oleh fintech syariah,
syariah dengan berbagai macam jenis akad, serta setidaknya ada beberapa strategi yang dapat
belum adanya aturan yang lengkap tentang fintech ditawarkan. Pertama, dengan cara menguatkan
syariah. Besarnya ceruk pasar pembiayaan UMKM ekosistem dan dukungan regulasi. Di antara fintech
menjadi peluang utama yang secara otomatis menjadi syariah, UMKM selaku borrower, perbankan syariah
keuntungan tersendiri bagi industri fintech syariah. Di dan investor selaku lender, serta pemerintah selaku
saat lembaga keuangan lainnya kesulitan mencari regulator harus terbina sinergi yang baik. Demikian
nasabah pembiayaan, fintech mendapatkan pula, untuk jangka panjang peranan akademisi harus
kesempatan itu. Hal ini dikuatkan oleh penelitian dilibatkan untuk membangun ekosistem fintech
Haris et al. (2020) yang menyatakan bahwa pangsa syariah yang berkesinambungan, sehingga tercipta
pasar pembiayaan UMKM secara keseluruhan masih bentuk sinergi dalam bentuk quadrupal helix, dengan
belum digarap. Indonesia yang mayoritas beragama fintech syariah selaku industri, UMKM dan investor
Islam (Hiyanti et al., 2020) seharusnya menjadi selaku civil society, serta pemerintah selaku regulator
peluang yang sangat besar bagi perkembangan fintech dan perguruan tinggi dengan akademisinya yang
syariah dalam mendorong pertumbuhan UMKM di berperan sesuai dengan tugasnya demi membangun
Indonesia. Dari sisi aturan, peluang fintech untuk ekosistem yang baik bagi pertumbuhan fintech syariah
mendapatkan legalitas dari pemerintah (OJK) jauh di Indonesia. Kedua, optimalisasi segala potensi yang
lebih tinggi dibandingkan lembaga keuangan lainnya terdapat dalam kekuatan dan peluang yang ada, baik
(Hiyanti et al., 2020). Keuntungan ini tentunya tidak optimalisasi dalam kemampuan teknologi, maupun
akan didapatkan di kemudian hari pada saat jumlah pengembangan akad-akad serta membangun pasar,
fintech sudah sangat banyak sepertin jumlah bank saat baik untuk borrower maupun lender.
ini. Ke depannya pemerintah tentunya akan membuat Sedangkan jika dilihat dari sisi kekuatan
aturan yang lebih ketat dalam memberikan perizinan (strenghts) dan ancaman (threats) strategi-strategi
terhadap fintech. yang dapat dilakukan antara lain: pertama,
Tantangan yang dihadapi oleh fintech syariah mengupayakan dukungan dari pemerintah dari sisi
dimulai dari tindak pidana pada bidang keuangan. regulasi agar terdapat aturan yang lebih spesifik dan
Hasil ini dikuatkan oleh temuan Mukhlisin (2019) menyeluruh yang mendukung pengembangan fintech
yang menyatakan bahwa keberadaan fintek pada umumnya, dan fintech syariah pada khususnya,
meningkatkan tindak kejahatan digital. Selain itu, diharapkan aturan tersebut juga mencakup tentang
seperti yang sudah dibahas pada bagian kelemahan, kemudahan mendapatkan izin operasional bagi fintech
tentang prasarana pendukung fintech yaitu belum syariah, sehingga keberadaannya dapat lebih mudah

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 48
diawasi. Dengan banyaknya fintech Syariah yang sebab fintech syariah memiliki kemampuan
keberadaannya dapat diawasi oleh otoritas akan pengelolaan dana yang baik, sehingga dapat
mencegah tindakan fraud seperti yang sering terjadi menghasilkan imbal hasil yang menarik yang tentunya
selama ini akibat tidak adanya pengawasan. Kedua, dapat menguntungkan bank syariah.
melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait Tabel 2.
dengan pentingnya memilih fintech Syariah yang Strategi Fintech Syariah dalam Mendorong
mempunyai izin, serta manfaat fintech yang dapat Pertumbuhan UMKM di Indonesia
dioptimalkan untuk membangun UMKM, diharapkan Kekuatan Kelemahan
dengan demikian masyarakat dapat meninggalkan (Strenghts) (Weaknesses)
sifat konsumerisme dan beralih ke pinjaman-pinjaman Peluang 1. Penguatan 1. Peningkatan
produktif. (Opportun ekosistem kemampuan
Melihat kelemahan (weaknesses) dan peluang ities) dengan sinergi manajerial
(opportunities), sebaiknya dilakukan strategi-strategi antara industri – fintech syariah
sebagai berikut: pertama, peningkatan kemampuan pemerintah – dengan
manajerial fintech syariah, khususnya dengan cara akademisi – memanfaatkan
mengatur agar terdapat mitra yang tersebar di daerah- masyarakat BMT dan
daerah untuk validasi calon nasabah. Cara seperti ini 2. Optimalisasi koperasi
bukan berarti bahwa masing-masing fintech syariah potensi, Syariah daerah
harus menempatkan masing-masing mitra di daerah, pengembangan 2. Promosi
tapi dapat dilakukan dengan kolaborasi antar fintech akad dan pasar fintech dengan
syariah, sehingga mitra tidak hanya menjalankan aneka akad
validasi untuk satu fintech syariah saja, tetapi seluruh sesuai
fintech syariah yang tergabung dalam asosiasi. kebutuhan
Kegiatan ini juga dapat dilakukan dengan melakukan UMKM
kolaborasi dengan lembaga keuangan daerah seperti Ancaman 1. Dukungan Pendekatan
koperasi atau BMT untuk menjadi agen. Dengan (Threats) regulasi untuk khusus kepada
kebutuhan nasabah yang terlayani dengan baik maka penguatan bank syariah
ceruk pasar yang sudah besar tersebut dapat fintech syariah selaku corporate
dioptimalkan sehingga meningkatkan kapasitas 2. Sosialisasi lender dengan
fintech syariah. Imbas dari meningkatnya kapasitas pentingnya potensi sinergi
fintech syariah adalah kepercayaan yang semakin memilih fintech yang saling
tinggi, sehingga pemodal (lender) percaya untuk syariah berizin menguntungkan.
menitipkan dananya kepada fintech syariah karena dan pentingnya
yakin akan adanya pengembalian yang menjanjikan. pembiayaan
Kedua, seiring dengan kepercayaan yang meningkat, produktif
perlu juga digencarkan promosi tentang fintech yang Sumber: data diolah (2020)
menawarkan skema syariah, di mana skema syariah
memungkinkan untuk dikembangkan dalam berbagai 4. KESIMPULAN
macam akad sesuai dengan kebutuhan nasabahnya. Selain memberikan pendanaan yang lebih mudah
Sedangkan jika dilihat dari kelemahan dijangkau oleh masyarakat, keberadaan fintech
(weaknesses) dan ancaman (threats) yang ada, maka syariah juga mendorong pengembangan sektor-sektor
sebaiknya fintech syariah melakukan pendekatan produktif yang saat ini tidak terlayani oleh layanan
khusus kepada bank-bank syariah agar tercipta perbankan. Kendala pengembangan fintech syariah
hubungan yang saling mendukung antara kedua dalam mendorong pertumbuhan UMKM di Indonesia
industri ini, di mana fintech syariah membutuhkan setidaknya dapat diselesaikan dengan tiga strategi.
bank syariah untuk penempatan dana, sehingga Pertama, penguatan ekosistem berupa sinergi antara
terdapat corporate lender yang akan mensuplai dana fintech syariah, pengguna jasa fintech (borrower) dan
bagi kebutuhan pembiayaan dengan permintaan yang perbankan syariah (lender) selaku civil society,
tinggi dari para nasabahnya. Sedangkan, bank syariah pemerintah yang merupakan regulator dan kalangan
juga sebaiknya bersinergi dengan fintech syariah, perguruan tinggi selaku akademisi. Kedua,

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 49
mengoptimalkan potensi yang ada pada fintech Indika, M., & Marliza, Y. (2019). Upaya Upaya
syariah, seperti meningkatkan kemampuan manajerial Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah
dan pemahaman terhadap akad-akad syariah sehingga (UMKM) Dalam Mengatasi Kemiskinan di
mampu menghasilkan produk-produk fintech syariah Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas.
sesuai kebutuhan UMKM. Ketiga, menggali ceruk Journal Management, Business, and Accounting,
pasar yang telah tersedia dengan sosialisasi dan 18(3), 49–66.
promosi yang masif serta terarah. Inggris Merajai Fintech Syariah Kalahkan Malaysia
dan UEA | Ihram. (2020, August 6). Ihram.Co.Id.
5. UCAPAN TERIMA KASIH https://ihram.co.id/berita/qemu8x366/inggris-
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada merajai-fintech-syariah-kalahkan-malaysia-dan-
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi uea
(ristekdikti) yang telah mendanai penelitian ini. Selain Krisnawati, K. (2016). Upaya Penanggulangan
itu, kami juga sampaikan terima kasih kepada Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Usaha Mikro
Perbanas Institute yang telah mewadahi kami dalam Kecil Dan Menengah. Sosio Informa, 2(2), 137–
menyelesaikan penelitian ini. 154.
Leong, K., & Sung, A. (2018). FinTech (Financial
6. REFERENSI Technology): What is It and How to Use
BI. (2017). PBI NOMOR 19/12/PBI/2017 tentang Technologies to Create Business Value in
Penyelenggaraan Teknologi Finansial. Bank Fintech Way? International Journal of
Indonesia. Innovation, Management and Technology, 9(2),
Buckley, R., Arner, D., & Barberis, J. (2016). 150 74–78.
Years of FinTech: An Evolutionary Analysis. Maier, E. (2016). Supply and demand on
JASSA - The FINSIA Journal of Applied Finance, crowdlending platforms: Connecting small and
3, 22–29. medium-sized enterprise borrowers and
Demirgüç-Kunt, A., Beck, T., & Honohan, P. (2008). consumer investors. Journal of Retailing and
Finance for All? Policies and Pitfalls in Consumer Services, 33(6), 143–153.
Expanding Access. A World Bank Policy Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaña, J. (2013).
Research Report. Qualitative Data Analysis: A Methods
DSN-MUI. (2018). Fatwa Dewan Syariah Nasional- Sourcebook (3rd Edition). SAGE Publications,
Majelis Ulama Indonesia No: 117/DSN- Inc.
MUI/II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Minerva, R. (2016). The potential of the Fintech
Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan industry to support the growth of SMEs in
Prinsip Syariah. Indonesia. Management Strategy and Industry
Finocracy, A. A., & Mirakhor, A. (2017). Evolution.
Accelerating Risk Sharing Finance via FinTech: Mukhlisin, M. (2019). Islamic Fintech: Quo Vadis?
NextGen Islamic Finance. 10. Insight: Buletin Ekonomi Islam, V, 17–18.
Firmansyah, E. A., & Anwar, M. (2019). Islamic Muzdalifa, I., Rahma, I. A., & Novalia, B. G. (2018).
Financial Technology (Fintech): Its Challenges Peran Fintech Dalam Meningkatkan Keuangan
and Prospect. 52–58. Inklusif Pada UMKM Di Indonesia (Pendekatan
Haris, M., Iqbal, M., & Hadiyati, P. (2020). Synergy Keuangan Syariah). Jurnal Masharif al-Syariah:
of Sharia Banks and Financial Technology in The Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, 3(1),
Development of Micro, Small and Medium Article 1.
Businesses in Indonesia. Jurnal Reviu Akuntansi OJK. (2020). Perkembangan Fintek Lending. Otoritas
Dan Keuangan, 10(1), 115–126. Jasa Keuangan.
Hiyanti, H., Nugroho, L., Sukmadilaga, C., & Prestama, F. B., Iqbal, M., & Riyadi, S. (2019).
Fitrijanti, T. (2020). Peluang dan Tantangan Potensi Finansial Teknologi Syariah dalam
Fintech (Financial Technology) Syariah di Menjangkau Pembiayaan Non-Bank. Al-Masraf :
Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(3), Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan, 4(2),
326–333. 147–158.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 50
Rusydiana, A. S. (2018). Bagaimana Tambunan, T. T. H. (2012). Peran Usaha Mikro dan
Mengembangkan Industri Fintech Syariah di Kecil dalam Pengentasan Kemiskinan di Daerah.
Indonesia? Pendekatan Interpretive Structural Jurnal Bina Praja: Journal of Home Affairs
Model (ISM). AL-MUZARA’AH, 6(2), 117–128. Governance, 4(2), 73–92.
Sarfiah, S. N., Atmaja, H. E., & Verawati, D. M. Ulya, N. U. (2018). Peer to Peer Lending on Financial
(2019). UMKM Sebagai Pilar Membangun Technology Under Perspective Positive Law And
Ekonomi Bangsa. Jurnal REP (Riset Ekonomi Islamic Law. Journal of Islamic Business Law,
Pembangunan), 4(2), 137–146. 2(1), Article 1.
Schueffel, P. mname. (2016). Taming the Beast: A Wijayanti, D. M., & Riza, A. F. (2017, September 6).
Scientific Definition of Fintech. Journal of Sharia Fintech: Positive Innovation in Consumer
Innovation Management, 4(4), 32–54. Perspective. Proceeding. International Seminar
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Methods Academic Network on Competition Policy, Bali.
For Business: A Skill Building Approach (7th Wulandari, P. A. (2017). Analisis SWOT
Edition). Wiley. Perkembangan Finansial Teknologi di Indonesia.
Setiawan, R. D. (2017). Peran UMKM Dalam Upaya Proceeding of National Conference on Asbis, 2,
Pemberantasan Pengangguran dan Kemiskinan: 376–383.
Pelajaran Dari Penerapan JATIMNOMICs Di Zetzsche, D. A., Buckley, R. P., Arner, D. W., &
Blitar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 5(2), 1– Barberis, J. N. (2018). From FinTech to TechFin:
18. The Regulatory Challenges of Data-Driven
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Finance (No. 6; pp. 1–41). European Banking
Kualitatif, dan R&D (1st ed.). Alfabeta. Institute.
http://cvalfabeta.com/product/metode-
penelitian-kuantitatif-kualitatif-dan-rd-mpkk/

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

Anda mungkin juga menyukai