Anda di halaman 1dari 8

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(03), 2019, 326-333

Peluang dan Tantangan Fintech (Financial Technology) Syariah di Indonesia


1*
Hida Hiyanti, 2Lucky Nugroho, 3Citra Sukmadilaga, 4Tettet Fitrijanti
1,3,4
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas, Indonesia
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mercu Buana, Indonesia
*Email korenpondensi: hida18001@mail.unpad.ac.id

Abstrak
Saat ini, perkembangan fintech (financial technology) syariah di Indonesia semakin pesat. Tetapi di
sisi lain, terdapat beberapa fenomena dan permasalahan pada fintech konvensional yang memberikan
dampak negatif di masyarakat. Oleh karenanaya keberadaan fintech syariah seharusnya dapat
menjadi solusi atas fenomena ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang peluang
dan tantangan fintech syariah (Teknologi Finansial) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan
model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peluang dan tantangan fintech syariah di
Indonesia yang terdiri dari: regulasi, sumber daya manusia, dan penguasaan teknologi dari
masyarakat.

Kata kunci: Fintech, Fintech Syariah, Teknologi, Peluang, Tantangan

Saran sitasi: Hiyanti, H., Nugroho, L., Sukmadilaga, C., & Fitrijanti, T. (2019). Peluang dan
Tantangan Fintech (Financial Technology) Syariah di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(03),
326-333. doi: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v5i3.578

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v5i3.578

1. Pendahuluan perekonomian suatu negara (Nugroho, Hidayah,


Pemikiran Ekonomi Islam diawali sejak & Badawi, 2018; Nugroho et al., 2018).
Muhammad SAW ditunjuk sebagai seorang Dinamika ekonomi secara terus menerus
Rasul. Rasulullah SAW mengeluarkan sejumlah mengalami perkembangan dari masa Rasulullah,
kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang masa Khulafaurrasyidin, masa Umar bin Khattab,
berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib hingga
selain masalah hukum (fiqih), politik (siyasah) perkembangan dan kemajuan ekonomi saat ini
juga masalah perniagaan atau ekonomi yang sudah menuju industri 4.0 yang disebabkan
(muamalah). Masalah-masalah ekonomi umat meningkatnya, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
menjadi perhatian Rasulullah SAW, karena kebutuhan serta keinginan dari manusia
masalah ekonomi merupakan pilar penyangga menyebabkan organisasi ataupun perusahaan
keimanan yang harus diperhatikan. Selanjutnya, yang memiliki produk dan jasa yang dalam
Al-Qur’an dan Al-Hadits digunakan sebagai rangka memenuhi kebutuhan manusia juga
dasar teori ekonomi oleh para khalifah juga semakin kompetitif. Persaingan terjadi tidak lagi
digunakan sebagai dasar teori ekonomi oleh para pada skala lokal atau nasional akan tetapi sudah
khalifah yang selanjutnya juga diterapkan oleh meningkat pada skala global atau internasional.
para pengikutnya dalam mengelola Produk seringkali memiliki siklus hidup yang
lebih pendek dan selera pelanggan lebih singkat.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(03), 2019, 327
Selama tiga puluh lima tahun terakhir dunia telah berbagai bentuk salah satunya adalah adanya
beralih ke pasar global. Dengan demikian, saat suatu terobosan kemajuan teknologi dalam
ini ekonomi, pasar keuangan, industri, dan bertransaksi ekonomi yang dinamakan dengan
politik semuanya sudah pada fase digitalisasi. Fintech (Financial Technology). Pergeseran
Internasionalisasi ini telah menyebabkan semua dunia bisnis tersebut sudah masuk dalam segala
industri memiliki ketergantungan dengan aspek yang juga mempengaruhi kemajuan dalam
perkembangan internet dan teknologi di jaman dunia transaksi ekonomi. Di jaman sekarang
revolusi industri 4.0. Dalam era teknologi di bahkan untuk melakukan suatu transaksi
jaman sekarang bahkan persaingan bukan hanya ekonomi bukan menjadi kendala atas waktu dan
dalam bidang bisnis secara face to face tetapi jarak serta dapat dilakukan dimana saja, kapan
juga dunia bisnis berbasis software, web dan saja hanya dengan sentuhan jari dengan adanya
internet dalam aspek kehidupan sehari-hari. aplikasi Fintech (Grüschow et al., 2016;
Internet dan kemajuan teknologi di jaman Muzdalifa et al., 2018; Nugroho & Chowdhury,
sekarang yang sudah sangat berkembang dengan 2016).
pesat memberikan kemudahan dan pengaruh Fintech merupakan inovasi di bidang jasa
yang signifikan pada seluruh aspek kehidupan keuangan yang mana tidak perlu lagi
manusia (Ngafifi, 2014; Nugroho & Chowdhury, menggunakan uang kertas. Dengan kata lain,
2016). Dunia bisnis pun berdampak terhadap keberadaan financial technology mengubah
dinamika pengguanaan internet dan kemajuan mata uang menjadi digital agar lebih efisien.
teknologi dalam aktivitas usahanya yang Dalam sejumlah literatur ditemukan beragam
bertujuan untuk meningkatkan layanan dan definisi tentang FinTech. Secara umum dan
kualitas kepada nasabah dan masyarakat (Dewi, dalam arti luas, FinTech menunjuk pada
2011). Implementasi penggunaan internet dan pengunaan teknologi untuk memberikan solusi-
teknologi yang memberikan nilai tambah bagi solusi keuangan (Arner et al., 2015). Lebih lanjut,
organisasi atau perusahaan berdampak terhadap secara spesifik, FinTech juga dapat didefinisikan
kompetisi antar perusahaan untuk melakukan sebuah aplikasi teknologi digital yang bertujuan
inovasi yang berkelanjutan dalam rangka sebagai intermediasi keuangan (Aaron et al.,
memberikan perlayanan dan produk yang terbaik 2017). Dalam pengertian yang lebih luas,
bagi masyarakat atau pelanggan yang bertujuan FinTech didefinisikan sebagai industri yang
untuk menguasai pangsa pasar. Dampak dari terdiri dari perusahaan-perusahaan yang
penggunaan teknologi bagi internal organisasi menggunakan teknologi agar sistem keuangan
atau perusahaan adalah dapat menghemat biaya dan penyebaran dari layanan keuangan menjadi
operasional yang meliputi biaya tenaga kerja, lebih efisien (Muzdalifa et al., 2018). FinTech
biaya umum dan administrasi serta biaya juga didefinisikan sebagai inovasi teknologi
promosi. dalam layanan keuangan yang dapat
Kemajuan dunia yang dianggap sebagai menghasilkan model-model bisnis, aplikasi,
disrupsi inovatif yang berdampak terhadap bisnis proses atau produk-produk yang
perubahan cara-cara dalam melakukan interaksi berdampak signifikan dalam aktivitas bisnis yang
sosial dan hubungan personal sehingga juga terkait dengan penyediaan layanan keuangan
mempengaruhi cara betransaksi dalam kegiatan (Sawarjuwono & Kadir, 2003). Kemajuan dalam
ekonomi yang direfleksikan dengan bertransaksi ekonomi yang dikenal Fintech ini
berkembangnya entitas usaha dan bisnis yang juga berpengaruh pada inovasi teknologi dalam
berbasis internet. Perusahaan-perusahaan dunia ekonomi dan keuangan Syariah di
berbasis software, web dan internet yang menjadi Indonesia. Namun demikian keberadaan fintech
gerbang menuju revolusi industri di Indonesia saat ini selain memberikan kemudahan
sudah mulai menunjukan eksistensinya dalam persyaratan pinjaman yang hanya cukup
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(03), 2019, 328
menyediakan foto diri, Kartu Tanda Penduduk 117/DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan
(KTP), riwayat keuangan, dan tujuan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi
peminjaman akan tetapi terdapat kemudahan itu berdasarkan Prinsip Syariah. Namun sayangnya
harus dibayar dengan bunga pinjaman dan biaya pendahulu dari fintech syariah yakni fintech
layanan jauh di atas bunga perbankan (Safyra konvensional memberikan citra yang kurang baik
Primadhyta, 2018). Fintech yang disebut sebagai dengan munculnya pemberitaan dan stigma
kemajuan dalam dunia transaksi ekonomi juga negatif tentang pelaksanaan fintech yang terjadi
telah menarik pelaku dunia transaksi ekonomi di masyarakat. Beberapa demo bahkan kasus
dan keuangan yang berprinsip Syariah dengan bunuh diri terjadi di masyarakat dikarenakan
munculnya suattu terobosan baru yang disebut fintech yang berbentuk pinjaman online yang
sebagai Fintech Syariah. Fintech Syariah di menjerat kalangan masyarakat menengah
Indonesia sudah mulai banyak menarik perhatian kebawah. Kehadiran fintech syariah yang
publik terlebih dengan dibentuknya Asosiasi berlandaskan pada prinsip syariah diharapkan
Fintech Syariah Indonesia (AFSI) Institute yang mampu memperbaiki tujuan awal dari kehadiran
menaungi fintech syariah di Indonesia serta fintech yang seharusnya memudahkan
mulai dilegalkannya fintech Syariah sebagai masyarakat dalam melaksanakan kegiatan dan
suatu transaksi ekonomi yang juga dapat transaksi ekonomi yang berlandaskan prinsip
didaftarkan kepada Otoritas Jasa dan Keuangan syariah. Peluang dan tantangan fintech syariah di
(OJK). Fintech Syariah merupakan kombinasi Indonesia menjadi penting untuk dipelajari
dari inovasi teknologi informasi dengan produk seiring dengan perkembangan pesat fintech
dan layanan yang ada pada bidang keuangan dan syariah di Indonesia. Selanjutnya rumusan
teknologi yang mempercepat dan memudahkan masalah pada artikel ini di batasi dengan
bisnis proses dari transaksi, investasi dan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
penyaluran dana berdasarkan nilai-nilai syariah a. Bagaimana peluang fintech syariah di
(Yarli, 2018). Islam merupakan agama yang Indonesia?
komprehensif sehingga dalam bidang keuangan b. Bagaimana tantangan fintech syariah di
ini harus memiliki aturan yang sesuai dengan Indonesia?
prinsipnya sesuai syariah. Islam merupakan
2. Metode Penelitian
agama yang tidak mengenal sekat-sekat
Metode penelitian pada dasarnya merupakan
geografis. Islam sebagai penyempurna agama- cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
agama sebelumnya juga berlaku sampai tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2015).
kapanpun, tak peduli di zaman teknologi Lebih lanjut, metode penelitian yang digunakan
secanggih apapun, Islam tetap berfugsi sebagai yaitu metode deskriftif kualitatif karena peneliti
pedoman hidup manusia (Sukmadilaga & ingin menggambarkan atau melukiskan fakta-
Nugroho, 2017). Selain itu dengan prinsip fakta atau keadaan ataupun gejala yang tampak
syariah yang bertujuan untuk memberikan dalam perkembangan fintech syariah di
kemaslahatan yang dilandasi dengan maqasid Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik
syariah (Arafah & Nugroho, 2016; Nugroho, pengumpulan data dengan dokumen. Menurut
Utami, et al., 2018; Satibi, Nugroho, & Utami, (Sugiyono, 2015) dokumen dapat berbentuk
2018) diharapkan kendala dari fintech yang ada
tulisan, gambar atau karya-karya monumental
dapat dimitigasi. dari seseorang. Metode dokumentasi, yaitu
Pelaksanaan fintech Syariah di Indonesia mencari data mengenai hal-hal atau variabel
pun mulai mendapat perhatian dari pemerintah yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
dengan dikeluarkannya Fatwa berkaitan dengan majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda,
Fintech Syariah oleh Dewan Syariah Nasional dan sebagainya. Metode pada penelitian ini
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(03), 2019, 329
dilakukan dengan cara mengumpulkan semua kegiatan investasi masyarakat desa
data sekunder berupa berita tentang fenomena dan donasi untuk
fintech syariah di Indonesia, jurnal-jurnal mengoperasikan
penelitian sebelumnya tentang fintech syariah, Fintech Syariah
hasil diskusi umum pemerintahan ataupun pihak 3 Kasus dan Masyarakat
yang berkepentingan dengan fintech syariah serta fenomena fintech memberikan
pendapat para ahli mengenai fintech syariah di konvensional yang anggapan bahwa
Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan terjadi di tidak terdapat
menggunakan analisis data interactive model. masyarakat perbedaan antara
Seperti ditunjukkan dalam gambar 1 di bawah ini: Fintech Syariah dan
Gambar 1. Fintech
Komponen dalam analisis data (Interactive Konvensional
Model) 4 Mayoritas Kurangnya SDM
penduduk Indonesia (Sumber Daya
memeluk agama Manusia) yang
Islam. Saat ini ada menguasai akad
lebih dari 207 juta transaksi
muslim di berlandaskan prinsip
Indonesia. syariah
5 Terbukanya Persaingan teknologi
peluang masuknya masa depan
Sumber : Sugiono (2014:335) perkembangan
3. Hasil dan Pembahasan teknologi di
3.1. Hasil Penelitian Indonesia
Merujuk pada beberapa sumber berupa Sumber : Berbagai sumber (data diolah dan
dokumen berita harian online tentang fintech disimpulkan)
syariah, jurnal-jurnal penelitian sebelumnya 3.2. Pembahasan
tentang fintech syariah serta diskusi umum Berdasarkan hasil penelitian yang didapat
mengenai fintech syariah di Indonesia dapat terdapat 5 poin peluang dan 5 poin tantangan
disimpulkan sebagai berikut: fintech syariah di Indonesia. Pertama, yakni
Tabel 1. Otoritas Jasa dan Keuangan (OJK) memberikan
Peluang dan Tantangan Fintech Syariah di kesempatan bagi para pelaku Fintech syariah
Indonesia untuk mendaftarkan secara resmi Fintech nya di
No Peluang Tantangan OJK, namun di sisi lain terganjal oleh Perizinan
1 Otoritas Jasa dan Perizinan dan modal dan modal minimum pendirian Fintech
Keuangan (OJK) minimum pendirian Syariah.Sehingga sampai saat ini fintech syariah
memberikan Fintech Syariah, yang terdaftar di Otoritas Jasa dan Keuangan
kesempatan bagi menyebabkan fintech (OJK) baru ada 4 yakni Ammana, Investree,
para pelaku Fintech syariah yang Dana Syariah dan ALAMI. Pembina Asosiasi
syariah untuk terdaftar di OJK Fintech Syariah Murniati Muhklisin
mendaftarkan hanya 4 mengungkapkan, saat ini ada sekitar
secara resmi 30 startup fintech syariah yang tengah berusaha
Fintech nya di OJK mengumpulkan modal demi syarat modal
minimum dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
2 Kemudahan Minimnya
Saat ini terdapat sekitar 40 fintech syariah yang
teknologi untuk pengetahuan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(03), 2019, 330
berada di naungan Asosiasi Fintech Syariah. Dari Kedua, yakni kemudahan teknologi untuk
jumlah tersebut, sebagian besar kegiatan investasi dan donasi, namun di sisi lain
merupakan startup fintech dengan skema peer to tujuan fintech untuk mempermudah masyarakat
peer lending, sedangkan sisanya dengan inovasi teknologi berbanding terbalik
terdapat crowdfunding, market agregator, dan e- dengan adanya kondisi di masyarakat pedesaan
payment. yang masih minim pengetahuan untuk
mengoperasikan Fintech Syariah. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan ketua AFSI (Asosiasi
Fintech Syariah Indonesia) yang mengungkapkan
bahwa salah satu tantangan terbesar adalah
rendahnya edukasi kepada masyarakat, masih
banyak masyarakat yang belum memahami
industri fintech. Tantangan edukasi kepada
masyarakat yang masih rendah dan minim
informasi tentang fintech syariah justru akan
menjadi peluang bagi para pelaku fintech syariah
dengan melakukan sinergi antara pemerintah
ataupun regulator dalam hal ini Otoritas Jasa dan
Keuangan (OJK) beserta para pelaku fintech
Sumber : (Franedya & Bosnia, 2018)
syariah untuk membuat suatu bentuk edukasi
Gambar 2.
ataupun workshop serta kunjungan untuk
Bisnis Fintech di Indonesia
membeikan penjelasan kepada masyarakat desa
atau yang masih minim edukasi mengenai fintech.
Perjalanan fintech syariah memang masih
Ketiga, yakni Kasus dan fenomena fintech
panjang. Setelah terdaftar di OJK, perusahaan
konvensional yang terjadi di masyarakat yang
fintech syariah harus mengajukan label syariah
memberikan stigma negatif akhir-akhir ini di
ke Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
masyarakat. Cara penagihan yang kasar bahkan
Indonesia (DSN MUI). DSN akan mempelajari
bermacam-macam bentuk dan medianya serta
alur bisnis fintech syariah tersebut, menunjuk
sampai kepada banyaknya kasus bunuh diri
Dewan Pengawas Syariah (DPS), lalu setelah
karena ketidakmampuan membayar pinjaman
semua syarat telah dipenuhi, DSN akan
online via fintech konvensional yang ditawarkan
memberikan label syariah. Meskipun bagi startup
oknum fintech di Indonesia menjadi suatu
syarat minimum permodalan cukup berat,
peluang bagi fintech syariah untuk meyakinkan
menurut Murniati hal tersebut memang sangat
bahwa fintech syariah berbeda dari fintech
diperlukan. Aturan tersebut diperlukan untuk
konvensional. Disaat bersamaan, dengan
menilai apakah perusahaan tersebut reliable atau
munculnya fenomena dan stigma negative
bertanggung jawab mengembalikan dana
tersebut mengakibatkan masyarakat memberikan
masyarakat yang disalurkan.Tantangan pertama
anggapan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
dalam hal ini pada akhirnya diketahui yakni
Fintech Syariah dan Fintech Konvensional. Hal
untuk keberlangsungan fintech syariah tersebut
ini dikuatkan juga dengan kenyataan bahwa
ke depannya, sehingga seharusnya para pelaku
penyebab terbesar mengapa masyarakat seolah
fintech syariah di Indonesia lebih menjadikan
menyamaratakan fintech konvensional maupun
tantangan ini menjadi sebuah peluang karena
fintech syariah terletak dalam edukasi dan
dengan terbentuknya stigma kepercayaan yang
komunikasi serta literasi prinsip-prinsip Islam
lebih dari masyarakat terhadap keberadaan
dalam kehidupan sehari-hari yang masih belum
fintech syriah di Indonesia.
optimal untuk masyarakat Indonesia.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(03), 2019, 331
Menegaskan perbedaan fintech syariah dan sangat berbeda dari Fintech Konvensional dan
fintech kovensional merupakan salah satu tugas sangat terlihat perbedaannya dari Fintech
besar bagi para pelaku fintech syariah, kunci nya konvensional. Tugas para pelaku fintech dan
terletak pada akad berdasarkan prinsip syariah umat islam untuk selalu menggaungkan
yang digunakan dalam skema transaksi fintech kelebihan dan perbedaan menonjol dari Fintech
syariah. Mengemukakan keunggulan penggunaan Syariah.
akad dalam fintech syariah kepada masyarakat Keempat yaitu keadaan dimana mayoritas
merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan. penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Saat
Kemudian, menegaskan kembali terkait ini ada lebih dari 207 juta muslim di Indonesia,
haramnya keterlibatan kita dalam sistem bunga namun SDM (Sumber Daya Manusia) yang
(yang ada di dalam fintech konvesional) dengan memahami akad-akad transaksi yang
dilandasi dasar fatwa DSN MUI No. 1 Tahun berlandaskan prinsip syariah masih kurang, hal
2004 tentang Hukum Bunga (Interest) yang ini dapat diatasi dengan mulai dikenalkannya
meliputi: akad-akad tersebut kepada masyarakat, apalagi
a. Praktek pembungaan uang saat ini telah dengan jumlah umat muslim yang sangat banyak
memenuhi kriteria riba yang terjadi pada seharusnya bisa menjadi suatu peluang dan
zaman Rasulullah SAW, yakni riba nasi’ah. kemudahan bagi pemerintah dan para pelaku
Dengan demikian, praktek pembungaan uang fintech syariah untuk menyebarluaskan ilmu
termasuk salah satu bentuk riba, dan riba dalam transaksi syariah yang penting untuk
haram hukumnya. diketahui sebagai landasan akad pada
b. Praktek pembungaan tersebut hukumnya implementasi fintech syariah di Indonesia.
adalah haram, baik dilakukan oleh Bank, Kelima, yakni dengan pesatnya perkembangan
Asuransi, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi teknologi yang masuk ke Indonesia tidak
dan Lembaga Keuangan lainnya maupun menutup kemungkinan bahwa keberadaan
dilakukan oleh Individu. fintech syariah dapat dengan cepat tenggelam
Serta menegaskan regulasi Fintech Syariah dan digantikan oleh inovasi teknologi lain di
yang sudah dihalalkan dan diatur kegiatanya oleh masa depan berkaitan dengan transaksi keuagan.
MUI melalui beberapa mekanisme dalam fatwa Para pelaku fintech syariah harus selalu
DSN MUI No. 117 tentang Layanan Pembiayaan menghadirkan keunggulan dan inovasi fintech
Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan syariah di Indonesia agar kehadiran fintech
Prinsip Syariah (Fintech Syariah). Dengan syariah tidak mudah digantikan oleh
adanya fatwa-fatwa MUI yang mendukung perkembangan teknologi lain di masa depan.
jalannya operasional Fintech Syariah diharapkan 4. Kesimpulan
akan senantiasa menjadikan Fintech Syariah Sesuai dengan fenomena dan penelitian
sebagai pilihan dalam berkecimpung di dunia terdahulu serta data yang diperoleh, maka fintech
Fintech terkait ketenangan yang dijamin oleh syariah di Indonesia memiliki peluang dan
Allah SWT karena sudah berlandaskan prinsip tantangan yang meliputi :
syariah dengan adanya aturan-aturan yang a. Otoritas Jasa dan Keuangan (OJK)
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional- memberikan kesempatan bagi para pelaku
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Selain Al- Fintech syariah untuk mendaftarkan secara
Qur’an dan Hadits, di Indonesia DSN-MUI resmi Fintech nya di OJK namun di sisi lain
merupakan patokan aturan kita dalam Perizinan dan modal minimum pendirian
bermuamalah serta menjalani kehidupan sehari- Fintech Syariah, menyebabkan fintech
hari, maka dari itu ketanangan kita yang syariah yang terdaftar di OJK hanya baru 4
melibatkan akad-akad berdasar prinsip syariah yakni Ammana, Investree, Dana Syariah dan
dalam Fintech Syariah menjadikan Fintech ALAMI.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(03), 2019, 332
b. Fintech syariah menyediakan kemudahan Franedya, R., & Bosnia, T. (2018). Ini Dia
teknologi untuk kegiatan investasi dan Empat Jenis Fintech di Indonesia. Retrieved
donasi, namun di sisi lain minimnya July 19, 2019, from
pengetahuan masyarakat desa untuk https://www.cnbcindonesia.com/fintech/201
mengoperasikan Fintech Syariah 80110145800-37-1126/ini-dia-empat-jenis-
c. Kasus dan fenomena fintech konvensional fintech-di-indonesia
yang terjadi di masyarakat menjadikan Grüschow, R. M., Kemper, J., & Brettel, M.
Masyarakat memberikan anggapan bahwa (2016). How do different payment methods
tidak terdapat perbedaan antara Fintech deliver cost and credit efficiency in
Syariah dan Fintech Konvensional
electronic commerce? Electronic Commerce
d. Mayoritas penduduk Indonesia memeluk
Research and Applications, 18, 27–36.
agama Islam. Saat ini ada lebih dari 207 juta
https://doi.org/10.1016/j.elerap.2016.06.001
muslim di Indonesia, namun di sisi lain
Muzdalifa, I., Rahma, I. A., & Novalia, B. G.
kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia)
(2018). Peran Fintech Dalam Meningkatkan
yang menguasai akad transaksi berlandaskan
prinsip syariah masih menjadi kendala. Inklusif Keuangan Pada Umkm Di Indonesia.
e. Terbukanya peluang masuknya Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi Dan
perkembangan teknologi di Indonesia, namun Perbankan Syariah, 3(1), 1–24.
membuat persaingan teknologi masa depan Ngafifi, M. (2014). Kemajuan Teknologi Dan
makin pesat. Pola Hidup Manusia Dalam Perspektif
Sosial Budaya. Jurnal Pembangunan
5. Daftar Pustaka
Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 2(1),
Aaron, M., Rivadeneyra, F., & Sohal, S. (2017).
33–47.
Fintech: Is This Time Different? A
https://doi.org/10.21831/jppfa.v2i1.2616
Framework for Assessing Risks and
Opportunities for Central Banks. Bank of Nugroho, L., & Chowdhury, S. L. K. (2016).
Canada. Retrieved from www.bank‐banque‐ Mobile Banking for Empowerment Muslim
canada.ca Women Entrepreneur: Evidence from Asia
Arafah, W., & Nugroho, L. (2016). Maqhashid (Indonesia and Bangladesh). Tazkia Islamic
Sharia in Clean Water Financing Business Finance and Business Review, 9(1), 83–100.
Model at Islamic Bank. International Nugroho, L., Hidayah, N., & Badawi, A. (2018).
Journal of Business and Management The Islamic Banking, Asset Quality: “Does
Invention, 5(2), 22–32. Financing Segmentation Matters” (Indonesia
Arner, D. W., Barberis, J., & Buckley, R. P. Evidence). Mediterranean Journal of Social
(2015). The Evolution of Fintech: A New Sciences, 9(5), 221–235.
Post-Crisis Paradigm? Geo. J. Int’l L, 47, 45. https://doi.org/10.2478/mjss-2018-0154
Dewi, I. (2011). PEMANFAATAN E- Nugroho, L., Utami, W., Sanusi, Z. M., &
COMMERCE DALAM DUNIA BISNIS. Setiyawati, H. (2018). Corporate Culture
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis, 6, 95–112. and Financial Risk Management in Islamic
Retrieved from Social Enterprises (Indonesia Evidence).
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.doc International Journal of Commerce and
uments/36013991/PEMANFAATAN_E- Finance (Vol. 4).
COMMERS_DALAM_DUNIA_BISNIS.pd
Safyra Primadhyta, C. I. (2018). Hati-hati
f?response-content-disposition=inline%3B
Terjerat Bunga Tinggi Fintech Pinjaman.
filename%3DPEMANFAATAN_E-
Retrieved July 19, 2019, from
COMMERCE_DALAM_DUNIA_BISNI.pd
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/201
f&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-
81110111109-83-345445/hati-hati-terjerat-
SHA256&X-Amz-Credential=AKIAIW
bunga-tinggi-fintech-pinjaman.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 5(03), 2019, 333
Satibi, E., Nugroho, L., & Utami, W. (2018). A Sugiyono. (2015). Metode penelitian kombinasi
Comparison of Sharia Banks and (mixed methods). Bandung: Alfabeta.
Conventional Banks in Terms of Efficiency, Sukmadilaga, C., & Nugroho, L. (2017).
Asset Quality and Stability in Indonesia for Pengantar Akuntansi Perbankan Syariah"
the Period 2008-2016. International Journal Prinsip, Praktik dan Kinerja. (P. Media, Ed.)
of Commerce and Finance, 4(1), 134–149. (First). Lampung, Jakarta: Pusaka Media.
Sawarjuwono, T., & Kadir, A. P. (2003). Yarli, D. (2018). Analisis Akad Tijarah pada
Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran Transaksi Fintech Syariah dengan
Dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Pendekatan Maqhasid. Urnal Pemikiran
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 5(1), 35– Hukum Dan Hukum Islam, 9(245–256).
57. https://doi.org/10.1024/0301-
1526.32.1.54.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534

Anda mungkin juga menyukai