TRISA MAULIDYA
Trisa Maulidya
NIM H14100076
ABSTRAK
ABSTRACT
TRISA MAULIDYA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penyusuna
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Muhammad Ace
Suhendar, Ibu Yulias Nuryatin Riani, serta adik dari penulis Muhammad Ihsan
Faturahman, atas doa, motivasi, dan dukungan baik moril maupun materil bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan arahan dan bimbingan baik secara teknis, teoritis, maupun
moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan
baik.
2. Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku dosen penguji utama dan Ibu Heni
Hasanah, M.Si selaku penguji dari komisi pendidikan
3. Para dosen, staff, dan seluruh civitas academia Deparemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama
menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi.
4. Teman-teman satu bimbingan Aditya, Dian, dan Yola
5. Sahabat penulis, Tisa, Astika Triana, Masyitoh, Lia, Annisa, Vina, Lastiti,
Zurahmi dan Keluarga Besar KAREMATA FEM IPB yang selalu
memberikan keceriaan, masukan dan semnagat kepada penulis.
6. Keluarga besar IE 47 yang selama ini telah bersama-sama menuntut ilmu di
IPB
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Trisa Maulidya
DAFTAR ISI
ABSTRAK iii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 7
Penelitian Terdahulu 13
Kerangka Penelitian 14
METODELOGI PENELITIAN 16
Jenis dan Sumber Data 16
Metode Analisis dan Pengolahan Data 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
Gambaran Umum 19
Hasil Penelitian 23
SIMPULAN DAN SARAN 28
Simpulan 28
Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 32
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia yang memberikan pengaruh penting bagi
pertumbuhan ekonomi dunia juga memiliki kontribusi cukup besar terhadap
permintaan energi dunia. Total konsumsi energi di seluruh dunia hingga akhir
tahun 2014 mencapai 12.347,4 juta ton minyak dengan konsumsi energi
didominasi oleh negara industri besar seperti Amerika Serikat, Cina, Rusia, dan
Jepang. Cina merupakan konsumen terbesar energi dunia yang mencapai setara
2.502 juta ton minyak atau lebih dari 20,3 persen dari seluruh konsumsi energi
dunia. Amerika Serikat menjadi konsumen energi kedua terbesar dengan
konsumsi sebesar 2.372 juta ton minyak atau 19,2 persen. Sedangkan Indonesia
berada pada posisi ke 15 yang naik dari peringkat ke 20 pada tahun 2004 menjadi
negara dengan konsumsi energi primer terbesar di dunia yang mencapai 171 juta
ton minyak atau setara 1,4 persen dari seluruh konsumsi dunia.
Spain
South Africa
Italy
Australia
Indonesia
United Kingdom
Mexico
France
Minyak
Saudi Arabia
Iran (Islamic Republic of) Batu Bara
Republic of Korea Gas
Brazil
Germany Nuklir
Canada Lain-Lain
Japan
India
Russian Federation & U.S.S.R.
United States of America
China
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Juta Ton Minyak
berkembang akan tumbuh pesat dengan menyumbang 74 persen bagian dari total
konsumsi energi dunia.
Setara Barrel Minyak/ Kapita 1400000 8
1200000
1000000 6
Persen
800000
4
600000
400000 2
200000
0 0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Konsumsi Energi Final Laju Pertumbuhan Ekonomi
1200000
1000000
Lain-lain
800000
Komersil
600000
Transportasi
400000
Industri
200000
Rumah Tangga
0
Untuk jenis energi final yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia dapat
dilihat pada Gambar 4 adalah Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan rata-rata
konsumsi mencapai 332.667 SBM atau sekitar 40 juta Liter per tahun. Demi
memenuhi kebutuhan konsumsi BBM yang begitu besar, pemerintah tidak hanya
mengandalkan produksi minyak mentah dari kilang-kilang minyak aktif di
3
Indonesia tetapi juga melalui jalur impor. Menurut laporan Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) oleh Bank Indonesia, pada tahun 2013 impor minyak meningkat
11,9 persen mencapai nilai US$ 10,7 miliar.
600000 Batubara
400000 Gas Bumi
200000 Biomassa
0 BBM
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Indonesia Energy Outlook, 2014
Gambar 4 Konsumsi energi final per jenis tahun 2000 - 2013
Perumusan Masalah
Subsidi energi telah diterapkan oleh banyak negara dan kenaikan harga
minyak dunia yang fluktuatif cenderung menjadi alasan pengadaan subsidi energi
tersebut. Kebijakan subsidi energi BBM dan listrik yang diterapkan di Indonesia
bertujuan supaya harga energi dapat dijangkau, khususnya oleh kalangan
berpendapatan rendah. Diharapkan dengan pengeluaran yang lebih sedikit untuk
biaya BBM dan listrik, masyarakat akan memiliki pendapatan yang lebih besar
untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Tetapi sejumlah penelitian menunjukan
sebagian besar manfaat subsidi dinikmati oleh golongan dengan pendapatan tinggi
karena dengan penggunaan energi yang lebih banyak, maka semakin besar pula
manfaat yang diperoleh. Kementerian Koordinator Ekonomi menyatakan 40
5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis dinamika kondisi konsumsi energi, subsidi energi, dan harga
minyak di Indonesia.
2. Menganalisis dampak konsumsi energi, subsidi energi, dan harga minyak
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi penulis ataupun
bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Manfaat yang diharapkan tersebut antara
lain adalah:
1. Bagi penulis, sebagai salah satu media latih untuk meningkatkan keterampilan
dan kemampuan sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
menjadikan penelitian ini sebagai referensi dan tolak ukur untuk penelitian
selanjutnya terkait konsumsi energi.
3. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada
pemerintah dalam membuat kebijakan yang komprehensif dan tepat sasaran
serta dapat mendorong perekonomian nasional.
TINJAUAN PUSTAKA
Energi
komunikasi, jasa, dan aktivitas lainnya). Data konsumsi gas dan listrik rumah
tangga biasanya diperoleh dari pembacaan meteran yang dipasang oleh
perusahaan gas atau listrik.
Subsidi
Subsidi BBM
Berdasarkan RAPBN 2014 dan nota keuangan dijelaskan bahwa subsidi
BBM adalah pembayaran yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia kepada
PERTAMINA dalam situasi ketika pendapatan yang diperoleh PERTAMINA dari
tugas menyediakan BBM di tanah air adalah lebih rendah dibandingkan biaya
yang dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut atau yang disebut laba
bersih minyak.
BBM yang didedifinisikan oleh Pemerintah Indonesia untuk keperluan
pengaturan harga dan subsidi meliputi: (i) bensin (premium gasoline), (ii) solar,
dan (iii) minyak tanah (kerosene). Definisi ini merupakan perkembangan dari
periode sebelum tahun 2001 yang masih mencantumkan avgas (aviation
gasoline), avtur (aviation turbo gasoline), miyak bakar (FO: Fuel Oil), dan diesel
(IDO & ADO: Industrial Diesel Oil & Automotive Diesel Oil). Hal tersebut
dilakukan pemerintah karena konsumen jenis bahan bakar tersebut adalah
golongan menengah ke atas yang menggunakan jasa penerbangan, sektor industri,
serta kapal pelayaran jarak jauh.
Landasan Kebijakan Subsidi BBM terdapat pada :
1. Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 2 dan 3
2. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
3. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
(ESDM) Nomor 18 Tahun 2013, tentang harga jual eceran minyak bakar
tertentu untuk konsumen pengguna tertentu
4. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi pada Pasal 7 ayat 2
yang menyatakan pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dana
subsidi untuk krlompok masyarakat tidak mampu
5. Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pengendalian
Penggunaan Bahan Bakar Minyak.
Formula perhitungan subsidi BBM menurut PP No. 71 Tahun 2005 pasal 1 ayat 4
adalah
Subsidi BBM = [Harga Patokan BBM – (Harga Jual Eceran BBM-Pajak)] (5)
x Volume BBM
Dimana:
1. Harga jual eceran BBM merupakan harga jual eceran per liter BBM dalam
negeri
11
2. Pajak adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor (PBBKB) 5%
3. Harga patokan BBM dalah harga yang dihitung berdasarkan MOPS ditambah
biaya distribusi dan margin
4. Harga patoka BBM = MOPS + α
- α adalah biaya distribusi + margin
- Mid Oil Platt Singapore (MOPS) adalah harga transaksi jual beli pada bursa
minyak di Singapora
Riwayat subsidi BBM sendiri bermula pada tahun 1968 dimana subsidi
hanya diberikan pada minyak tanah sebgai bahan bakar rumah tangga dengan
harapan dapat meringankan beban pengeluaran masyarakat Indonesia.
Selanjutnya, subsidi diberikan pada komoditi solar karena solar adalah bahan
bakar kendaraan barang dan transportasi umum. Subsidi untuk premium masih
relatif kecil karena premium hanya digunakan kendaraan pribadi yang
perekonomiannya baik. Saat ini yang terjadi adalah pengguna subsidi bukan
hanya golongan masyarakat tidak mampu tetapi yang kondisi perekonomiannya
baik pula.
Volume konsumsi BBM bersubsidi yang terus over quota setiap tahunnya
mulai menjadi perhatian pemerintah karena akan menyebabakan belanja subsidi
yang telah dianggarkan APBN selalu membengkak pada realisasinya. Subsidi
BBM saat ini telah dianggap mencapai angka yang tidak menyehatkan keuangan
negara dan telah melenceng dari fungsi utamanya sebagai pelindung
perekonomian masyarakat miskin tetapi penggunaaanya saat ini terbatas pada
gologan masyarakat yang memiliki kendaraan dan relatif mampu.
Subsidi listrik
Subsidi energi listrik merupakan jumlah dana yang harus dibayarkan
Pemerintah kepada PT. PLN (Persero) yang dihitung berdasarkan selisih negatif
antara harga jual tenaga listrik rat-rata (Rp/kWh) dari masing masing golongan
tarif dikurangi biaya pokok penyediaan/BPP (Rp/kWh) pada tegangan di masing
masing golongan tarif ditambah margin (persentase dari BPP) dikalikan volume
penjualan (kWh) untuk setiap golongan tarif (Peraturan Menteri Keuangan, 2007).
Penyesuaian tarif listrik dilihat dari evaluasi nilai tukar rupiah terhadap US dolar
(USD), harga minyak mentah Indonesia (CPO), dan tingkat inflasi.
Anggaran subsidi listrik dialokasikan untuk mendukung ketersediaan
listrik bagi industri, komersial, dan pelayanan masyarakat. Terutama sambungan
tegangan rendah di kelas <1000 V seperti perumahan, bisnis, dan industri yang
merupakan kelompok konsumen terbesar dengan 53,85 juta konsumen yang salah
satu bahan bakar utamanya adalah BBM. Pemberian subsidi listrik juga
diharapkan dapat menjamin program investasi dan rehabilitasi sarana dan
prasarana dalam penyediaan tenaga listrik.
Penelitian Terdahulu
Indonesia yang tidak memiliki keterkaitan antara dua variabel pada jangka
pendek.
KeterbatasanHARGA
produksi minyak domestik
menyebabkan kenaikan impor minyak mentah
Hipotesis Penelitian
METODELOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa data time series tahunan selama kurun waktu 1986 hingga 2014. Variabel
yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 5 variabel dan dikonversi ke dalam
logaritma natural, kecuali inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Data diperoleh dari
berbagai sumber, di antaranya World Development Indocator (World Bank),
Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI,
Kementerian Keuangan RI, dan sumber lainnya.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Error
Correction Model (VECM) dan diolah dengan menggunakan perangkat lunak
Eviews 8. Analisis VECM digunakan dalam penelitian karena VECM dapat
menyediakan cara yang sistematis untuk menangkap perubahan yang dinamis
dalam multiple time series, serta dapat melihat pelaku jangka pendek dan jangka
panjang variabel pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan konsumsi energi dan
kebijakan subsidi.
Dengan demikian, dalam VECM terdapat speed of adjustment dari jangka pendek
ke jangka panjang.
Spesifikasi model VECM secara umum adalah sebagai berikut :
∑ (6)
dimana :
= vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian
= vektor intercept
= vektor koefisien regresi
t = tren waktu
= dimana b’ mengandung persamaan kointegrasi jangka panjang
= variabel pada level
= matriks koefisien regresi
k-1 = ordo VECM dari VAR
= error term
Uji Stasioner
Uji stasioneritas dilakukan untuk menghindari terjadinya spurious
regression atau regresi semu, dimana nilai R2 tinggi, t statistik dan F statistik
signifikan tetapi dw relatif kecil atau < 0,5. Terdapat beberapa metode untuk
melakukan uji stasioneritas diantaranya Dickey-Fuller (DF Test), Augmented
Dickey-Fuller Test, Philips-Perron, dan lain-lain. Pada pengujian stasioneritas
dengan Augmented Dickey-Fuller Test digunakan taraf nyata lima persen. Nilai t-
statistik yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan t-McKinnon Critical
Values. Jika t-statistik lebih besar dari nilai kritisnya pada tingkat 5 persen maka
18
dapat disimpulkan bahwa data tersebut mengandung akar unit atau tidak stasioner,
dan begitu juga sebaliknya.
Uji Kointegrasi
Uji Kointegrasi dilakukan untuk menentukan kointegrasi antar variabel
yang tidak stasioner. Kointegrasi dapat diinterpretasikan sebagai hubungan jangka
panjang antar variabel yang terintegrasi pada derajat sama yaitu 1, I(1). Uji
kointegrasi dengan pendekatan Johansen membandingkan antara trance statistic
dengan critical value yang digunakan (lima persen). Jika trance statistic > critical
value, maka variabel tersebut terjadi kointegrasi. Analisis Vector Error Correction
(VECM) dapat dilanjutkan setelah jumlah persamaan yang terkointegrasi telah
diketahui.
Model VECM
(10)
[ ] [ ][ ][ ] [ ]
dimana :
Growth = Pertumbuhan ekonomi Indonesia (dalam %)
LnKRT = Konsumsi energi total rumah tangga (dalam terajoule)
LnKI = Konsumsi energi total industri (dalam terajoule)
LnSub = Total jumlah subsidi listrik dan BBM (dalam miliar)
LnOil = Harga minyak mintah (dalam dollar per barrel)
= Koefisien regresi model VAR
= Error term
19
Gambaran Umum
0
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
-10
-20
Sumber : World Development Indicator (World Bank) 2014 (Diolah)
Gambar 6 Pergerakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1986-2014
Tetapi mulai tahun 2012 sampai 2014 konsumsi energi final sektor industri
kembali melemah dipicu oleh menurunnya kinerja ekspor Indonesia yang hanya
mencapai USD 188 miliar atau turun 6,1 persen dari periode sebelumnya. Belum
pulihnya kondisi ekonomi global akibat resesi ekonomi pada tahun 2011 juga
berdampak pada merosotnya harga beberapa komoditas ekpor terutama komoditas
sumber daya alam (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ESDM, 2013).
4000000
Terajoule
3000000
2000000
1000000
0
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Konsumsi Rumah Tangga (Terajoule) Konsumsi Industri (Terajoule)
Sumber : Neraca Energi Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 (Diolah)
Gambar 7 Pergerakan konsumsi skhir rumah tangga & industri tahun 1986-2014
perlahan, aktivitas perekonomian pun kembali berjalan dan harga minyak pun
kembali menguat. Tetapi pada tahun 2012 hingga tahun 2014, harga minyak
cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena hasil persetujuan
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang setuju untuk tidak
mengurangi produksi sehingga pasokan di pasar dunia cukup melimpah.
150
Dollar per
Barrel
100
50
0
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2014 (Diolah)
Gambar 8 Pergerakan harga minyak mentah Indonesia (OCP) tahun 1986-2014
lebih banyak dengan harga relatif sama. Subsidi listrik diberikan pada sambungan
tegangan rendah di kelas <1000V pada perumahan, bisnis, dan industri.
400000
Miliar Rupiah
200000
0 1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2014 (Diolah)
Gambar 9 Pergerakan jumlah realisasi anggaran subsidi energi 1986-2014
Hasil Penelitian
7), maka dapat dikatakan terjadi keseimbangan pada jangka panjang sehingga
VECM dipilih sebagai alat estimasi untuk menjawab tujuan penelitian.
3 3
2 2
1 1
0 0
-1 -1
-2 -2
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
3 3
2 2
1 1
0 0
-1 -1
-2 -2
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Response of GR to LOIL
4
-1
-2
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Keterangan
GR : Pertumbuhan ekonomi Indonesia LNKRT : Konsumsi energi rumah tangga
LNKI : Konsumsi energi industry LNOIL : Harga minyak mentah
LNSB : Realisasi subsidi energi pada APBN
Gambar 10 Impulse Response Function (IRF) pertumbuhan ekonomi Indonesia
27
100
95
90
85
80
75
70
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
GR LNKI LNKRT
LNSB LOIL
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aprilta F. 2011. Analisis Dampak Fuktuasi Harga Minyak Dunia terhadap
Variabel Makroekonomi dan Kebijakan Subsidi Indonesia Periode 1980-
2010 [Skripsi]. Bogor (ID) :Institut Pertanian Bogor
Basalim U, Alim M, Oesman H. 2000. Perekonomian Indonesia : Krisis dan
Strategi Alteratif. Jakarta (ID) : Pustaka Cidesindo-UNAS
Binh PT. 2011. Energy Consumption and Economic Growth in Vietnam:
Threshold Cointegration and Causal Analysis. International Journal of
Energy Economics and Policy. 1(1):1-17
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Neraca Energi Indonesia. Jakarta (ID): Badan
Pusat Statistik
Bernt ER, Wood DO. 1975. Technology, Prices and The Derived Demand for
Energy. Review of Economics and Statistics. 57:259-268
Dartanto, T. 2012. Reducing Fuel Subsidies and the Implication on Fiscal
Balance and Poverty in Indonesia. Indonesia(ID): Universitas Indonesia.
2(6)
Dritsaki M, Dristaki C. 2014. Causal Relationship between Energy Consumption,
Economic Growth and CO2 Emissions. International Journal of Energy
Economics and Policy. 4(2):125-136
30
Du L, Yanan H, Wei C. 2010. The Relationship between Oil Price Shocks and
China’s Macro-Economy: An Empirical Analysis. Energy Policy.
28(2010): 4142-4151
Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series.
Bogor (ID) : IPB Press
Gie K.K. 2004.Apakah Subsidi BBM Sama dengan Uang Keluar.Bisnis Indonesia
[Internet]. [diunduh 2015 Januari]. Tersedia pada: www.bisnis.com
Glomm G, Jung J. 2010. A Macroeconomic Analysis of the Fiscal System in
Egypt. Maryland (US):Towson University. 2010(17)
Iyke DN. 2014. Electricity Consumption, Inflation and Economic Growth in
Nigeria. Pretoria (ZA): UNISA. MPRA 57818(8)
Kartiasih F. 2012. Dinamika Konsumsi dan Intensitas Energi di Indonesia [Tesis].
Bogor (ID) : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
[KEMENKEU] Kementerian Keuangan Republik Indonesia . 2014. Nota
Keuangan dan Rancangan APBN. [Internet]. [diunduh 2015 Februari].
Tersedia pada: http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/edef-konten-
view.asp?id=958
_______ Kementerian Keuangan Republik Indonesia . 2007. Peraturan Menteri
Keuangan NOMOR111/PMK.02/2007. [Internet]. [diunduh 2015
Februari]. Tersedia pada: http://www.anggaran.depkeu.go.id
/peraturan/PMK%20170%202013.pdf.
[KESDM] Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2013. Indonesia
Energy Outlook 2013. [Internet]. [diunduh 2015 Februari]. Tersedia pada:
http://kip.esdm.go.id/pusdatin/index.php/data-informasi/data-statistik
/publikasi/indonesia-energy-outlook
_______ Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2014. Indonesia Energy
Outlook 2014. [Internet]. [diunduh 2015 Februari]. Tersedia pada:
http://kip.esdm.go.id/pusdatin/index.php/data-informasi/data-statistik
/publikasi/indonesia-energy-outlook
_______ Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.2014. Harga Minyak
Mentah Indonesia (ICP) 1986-2014 [Internet]. [diunduh 2015 Februari]
Tersedia pada: http://www.esdm.go.id/publikasi/harga-energi/harga-
minyak-mentah-indonesia-icp.html
_______ Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2014. Realisasi Subsidi
Energi [Internet]. [diunduh 2015 Februari]. Diajukan melalui e-mail
Mankiw NG. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Liza F, Nurmawan J,
penerjemah : Hardini W, Barnadi D. Saat S, editor. Jakarta (ID) : Penerbit
Erlangga
Moor. 2001. Towards a Grand Deal on Subsidies and Climate Change. Natural
Resources Forum. JNRF:25(2)
Mourougane A. 2010. Phasing Out Energy Subsidies in Indonesia. OECD
Economics Departement Working Paper. ECO/WKP(2010)64
Mundaca G. 2015. Energy Subsidies, Public Investment and Endogenous Growth.
[Internet]. [diunduh 2016 Februari] Tersedia pada; http://mpra.ub.uni-
muenchen.de/65741/
Nugroho H. 2012. Energi dalam Pembangunan.Bogor (ID) : IPB Press
Nuryanti, Herdinie S. 2007. Analisis Karakteristik Konsumsi Energi pada Sektor
Rumah Tangga di Indonesia (Jurnal). Jakarta [ID] : PPEN BATAN
31
LAMPIRAN
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
35
Root Modulus
0.928156 0.928156
0.768693 0.768693
0.613303 0.613303
0.147432 - 0.131382i 0.197478
0.147432 + 0.131382i 0.197478
GR(-1) 1.000000
LNKRT(-1) -0.245247
(2.18764)
[-0.11211]
LNKI(-1) 0.713482
(2.45638)
[ 0.29046]
LNSB(-1) 1.841743
(0.44821)
[ 4.10909]
LOIL(-1) -5.030793
(1.30228)
[-3.86306]
C -12.32654
(13.2489)
[-0.93038]
RIWAYAT HIDUP